Metode Penambangan Bawah Tanah Block Caving Dan Open Stoping
Metode Penambangan Bawah Tanah Block Caving Dan Open Stoping
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
SEMARANG
NOVEMBER 2018
i
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
... November 2018
Dosen Pembimbing,
ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti /
Noneksklusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan seminar saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal :...November 2018
Yang Menyatakan
iii
Kata Pengantar
Penulis berharap semoga makalah ini membantu bagi para pembaca untuk
mempelajari perihal metode penambangan bawah tanah terutama yang sedang
dikembangkan di PT. Freeport Indonesia. Selain itu laporan ini juga diperuntukan
bagi para pembaca sebagai sumber referensi untuk memperbaharui maupun
menambah data yang telah ada sebelumnya.
iv
Abstrak
Underground mining activities are activities to collect ore reserves in the
bowels of the earth. In carrying out the mining process, it is carried out using
different methods depending on the state of the ore reserves. Mining methods
carried out by PT. Freeport Indonesia in the subsurface mine is using the block
caving and open stoping methods. Block caving mining method is a method of
mining by utilizing the weight of earth's ore and gravity reserves. This method is
often referred to as the collision method. The implementation phase is by making
an undercut under the body of the seed then drilling and blasting. The ore body
will collapse by itself, then channeled to drawpoint through drawbell to be
transported by LHD. Whereas the open stoping mining method is a mining
method by closing the mining pit again by using cement paste. The function of
filling is to replace the buffer in the rock. Both methods are based on the
characteristics of the ore body encountered. The block caving method is used for
ore bodies that have low hardness while the open stoping method is used for ore
bodies that have strong hardness. In underground mining activities there is also a
need to support mining activities such as ventilation, planning stages, modeling,
draining, and so on
Keyword: underground mining, block caving, open stoping
v
Sari
Kegiatan penambangan bawah tanah merupakan kegiatan pengambilan
cadangan bijih yang berada di perut bumi. Dalam melakukan proses
penambangannya dilakukan dengan metode yang berbeda-beda tergantung dengan
keadaan cadangan bijih tersebut. Metode penambangan yang dilakukan oleh PT.
Freeport Indonesia dalam tambang bawah permukaan atau undergroung mining
adalah dengan menggunakan metode block caving dan open stoping. Metode
penambangan block caving merupakan metode penambangan dengan
memanfaatkan berat cadangan bijih dan gravitasi bumi. Metode ini sering disebut
juga sebagai metode ambrukan. Tahap pelaksanaannya dengan membuat undercut
dibawag tubuh biji kemudian melakukan pengeboran dan peledakan. Tubuh bijih
tersebut akan runtuh dengan sendirinya, kemudian disalurkan ke drawpoint
melalui drawbell untuk diangkut oleh LHD. Sedangkan metode penambangan
open stoping adalah metode penambangan dengan menutup kembali lubang hasil
tambang dengan menggunakan pasta semen. Fungsi dari penambalan tersebut
adalah sebagai ganti penyangga dalam batuan. Kedua metode tersebut dilakukan
berdasarkan karakteristik dari tubuh bijih yang ditemui. Metode block caving
dugunakan untuk tubuh bijih yang memiliki kekerasan rendah sedangkan metode
open stoping dugunakan untuk tubuh bijih yang memiliki kekerasan kuat. Dalam
kegiatan penambangan bawah tanah perlu juga adanya kegiatan pendukung
penambangan seperti, pembuatan ventilasi, tahap perencanaan, tahap permodelan,
penirisan, dan sebagainya
vi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................... iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Abstrak .....................................................................................................................v
Sari ......................................................................................................................... vi
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Gambar........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup...........................................................................................4
1.5 Metodologi Penulisan ................................................................................4
BAB II KONDISI GEOLOGI
2.1 Geologi Regional ........................................................................................5
2.2 Stratigrafi Regional .....................................................................................7
2.3 Mineralisasi Daerah Tambang ..................................................................11
BAB III METODE TAMBANG BAWAH
3.1 Metode Block Caving ...............................................................................15
3.2 Proses Penambangan Block Caving ..........................................................17
3.3 Metode Open Stoping ...............................................................................20
3.4 Proses Penambangan Open Stoping ..........................................................22
3.5 Kelebihan dan Kekurangan .......................................................................25
BAB IV KEGIATAN PENAMBANGAN
4.1 Tahapan Penambangan .............................................................................29
4.2 Kegiatan Pendukung Penambangan ..........................................................31
vii
4.3 Pengeboran ................................................................................................33
4.4 Pemetaan dan Pengambilan Sampel Batuan .............................................33
4.5 Data Dasar dan Permodelan ......................................................................33
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................35
Daftar Pustaka ..........................................................................................................x
Lampiran
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
terberat mulai muncul yaitu pembangunan prasarana yang diperlukan selama
proses penambangan. Endapan tembaga pertama yang ditemukan diberi nama
Ertsberg. Ertsberg berada sekitar 3.600 meter di atas permukaan laut dengan
kandungan tembaga sebanyak 30 juta ton berkadar tinggi. Pada tahun 1973,
saat Freeport melakukan pengapalan perdana konsentrat tembaga dari
pelabuhan Amamapare, Presiden Soeharto juga mengadakan kunjungan ke
daerah tersebut sekaligus meresmikan pengoperasian tambang Ertsberg dan
memproklamirkannya sebagai perintis penanaman modal asing di Indonesia.
Kepercayaan yang diberikan Presiden Soeharto ke Freeport membuat
datangnya investor-investor asing ke Indonesia.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
3
a. Penjelasan mengenai metode penambangan bawah tanah di PT. Freeport
Indonesia, yaitu metode block caving dan open stoping.
1.5 Metodologi
4
BAB II
KONDISI GEOLOGI
Sebelum 12 juta tahun yang lalu, batuan yang berada di Pulau Papua
terbentuk di batas lempeng pasif yang stabil. Pada waktu itu juga terbentuk
lipatan dengan skala yang sangat besar (kilometer), terbentuk pada tepi
benua Australia bagian utara. Akibat dari penunjaman antara lempeng
Pasifik dan lempeng Australia, terjadilah pra-kolisi yang mengakibatkan
terjadinya uplift di bagian utara lempeng Australia. Pada kondisi ini
sedimen yang paling muda, yaitu Formasi Buru (batuan sedimen karbonat)
mulai terangkat. Proses pra-kolisi menghasilkan sesar geser mengiri, sesar
yang terbentuk adalah sesar Wanagon, sesar Ertsberg I dan II, dan sesar
Meren Valley. Peristiwa tersebut menyebabkan intrusi magma yang
bersifat intermediet-asam dan vulkanisme terkumpul disepanjang dasar
pegunungan. Intrusi magma mendorong bagian dasar kerak sehingga
magma yang menerobos ke formasi batuan mengalami kontak dengan
batuan samping (wall rock) sehingga magma tersebut akan bercampur
dengan batuan samping dan merubah sifat kimianya.
5
2. Tahap kedua (4-2 juta tahun yang lalu)
6
2.2 Stratigrafi Regional
1. Kelompok Kembelangan
a. Formasi Kopai
b. Formasi Wonowogi
7
batuan masif, namun pada pada beberapa titik singkapan terdapat
kenampakan berupa perlapisan dan silang siur, dicirikan dengan
bioturbasi yang intens. Batuan pada formasi ini terendapkan pada daerah
lereng atau slope dan paparan laut yang kaya material pasir.
c. Formasi Piniya
d. Formasi Ekmai
a. Formasi Waripi
8
b. Formasi Faumai
c. Formasi Sirga
d. Formasi Kais
3. Formasi Buru
9
Gambar 2.2 Peta geologi regional area tambang PTFI
Sumber : Hangganata, 2013
10
2.3 Sikuen Paragenesa
1. Metamorfisme Kontak
11
tekanan 20 Mpa, dibawah kondisi hidrostatik (Meinert, et.al. 2003 dalam
Hangganata, 2013). Hasil yang diperoleh pada fase ini hadirnya mineral
tremolit-aktinolit dalam jumlah yang banyak, dan sebagian mineral talk,
anhidrit, kalsit, epidot, garnet, magnetit, dan pirit.
12
BAB III
Tambang bawah tanah DOZ (Deep Ore Zone) merupakan tambang bawah
tanah ketiga yang berada di wilayah operasi PT. Freeport Indonesia. Tambang
bawah tanah sebelumnya yang telah beroperasi adalah tambang GBT (Gunung
Bijih Timur) dan IOZ (Intermediate Ore Zone). Tambang GBT dan tambang IOZ
telah selesai beroperasi, GBT telah selesai beroperasi pada tahun 1994 dan
tambang IOZ selesai beroperasi pada tahun 2003, kedua tambang tersebut selesai
beroperasi karena cadangan endapan emas dan tembaga pada kedua lokasi
tersebut telah habis. Selain kedua tambang tersebut, tambang Grasberg atau
penambangan terbuka (open pit) diperkirakan akan berakhir operasinya pada
tahun 2015, karena jumlah cadangan bijihnya tinggal sedikit, maka dari itu saat ini
PT. Freeport Indonesia sedang aktif dalam perencanaan tambang bawah tanah.
Saat ini tambang bawah tanah yang sedang aktif adalah tambang DOZ (Deep Ore
Zone). Tambang DOZ diperkirakan akan melakukan produksi bijih dengan
kapasitas 25.000 ton/hari. Perluasan proses tambang semakin hari semakin
meningkat, pada tahun 2008 produksi bijih pada tambang DOZ mencapai 66.200
ton/hari hingga pada kuartal keempat tahun 2009 produksinya mencapai 80.000
ton/hari.
Selain tambang bawah tanah DOZ, tambang bawah tanah lainnya adalah
tambang bawah tanah Big Gossan. Big Gossan merupakan salah satu zona
cebakan bijih dari Gunung Bijih Timur yang memiliki kadar tembaga dan emas
yang tinggi. Tubuh bijih Big Gossan pertama kali ditemukan oleh Frank Nelson
pada tahun 1976. Tahap pemetaan, pengambilan sample, dan analisis cadangan
dilakukan pada tahun 1990-1991. Dimensi tubuh bijih Big Gossan berukuran
panjang 1,2 km searah jurus tubuh bijih, tinggi 800 m dan lebar 20-100 m. Big
Gossan diketahui memiliki potensi cadangan sebesar 55 juta ton dengan kadar
tembaga (Cu) 2,3 persen dan emas (Au) 1.1 gram per ton bijih, kemungkinan
cadangan tambang ini akan bertambah seiring dengan terus dilakukannya
13
pekerjaan eksplorasi lanjutan di area ini (Mahler dan Nurhadi, 2008). Cadangan
Big Gossan relatif lebih kecil dibandingkan cadangan yang ada di DOZ dan
tambang terbuka Garsberg. Namun dalam segi ekonomis, emas dan tembaga pada
Big Gossan memiliki kadar yang tinggi.
14
lubang yang sangat besar, semakin dalam dan semakin lebar. Hal ini
mempengaruhi dalam proses penimbunan kembali batuan penutup akan semakin
jauh. Sehingga perlu adanya perubahan dari metode penambangan terbuka
menjadi penambangan bawah tanah atau underground mining. Dalam praktiknya
PT. Freeport Indonesia telah menerapkan metode tambang bawah tanah, yaitu
block caving pada tubuh GBT dan IOZ. Selain itu PTFI sedang mengembangkan
metode tambang bawah tanah open stoping di tubuh Big Gossan.
Metode caving ini digunakan di tambang bawah tanah Deep Ore Zone
(DOZ). Prinsip kerja metode ini hampir sama dengan metode caving lainnya
yaitu memanfaatkan keruntuhan tubuh bijih setelah dilakukan peledakan.
Metode block caving atau disebut juga metode ambrukan adalah metode
penambangan bawah tanah dengan cara membuat lubang atau gua (undercut)
pada bagian dasar tubuh bijih (ore body) sehingga batuan yang berada di atas
undercut akan runtuh atau ambruk sendirinya setelah dilakukan peledakan
akibat bebannya dan gaya gravitasi yang ada. Beberapa alasan tambang Deep
Ore Zone (DOZ) menggunakan metode block caving:
15
1. Letak tubuh bijih DOZ berada jauh di dalam perut bumi, sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan penggalian atau penambangan dengan
sistem open pit.
3. Keadaan bijih di area DOZ memiliki tingkat kekuatan yang lemah dan
mempunyai banyak bidang diskontinuitas, sehingga setelah melakukan
peledakan, tubuh bijih tersebut akan hancur dan ambruk dengan
sendirinya.
4. Kondisi tubuh biji yang besar dan mengumpul disatu tempat, sehingga
memudahkan dalam proses penambangan dan pengeluaran.
Secara umum ada beberapa syarat dalam melakukan metode block caving
(Tirayoh dan Arista, 2014), diantaranya:
1. Memiliki endapan bijih yang tebal lebih dari 30m, memiliki kekuatan
batuan yang seragam dari lemah sampai medium (25-100 Kpa) dengan
batas bijih dan batuan jelas.
2. Memiliki kekuatan bijih yang lemah sampai kuat (25-250 Kpa),
diutamakan massa bijih yang mempunyai rekahan atau kekar bukan
berbentuk block sehingga dapat runtuh dengan sendirinya.
3. Bentuk deposit/cadangan masif dan tebal.
4. Penunjaman cadangan agak curam, lebih dari 60 o atau vertikal, dapat juga
agak rata jika cadangan tebal.
5. Ukuran cadangan meliputi daerah yang sangat luas, mempunyai ketebalan
lebih dari 30 m.
6. Memiliki keseragaman bijih yang homogen dan seragam. Kedalaman
sedang antara 600 m sampai 1200 m, sehingga cukup kuat untuk
menimbulkan tekanan dari overburden yang melebihi kekuatan batuan.
16
Gambar 3.1 Model penambangan block caving
Sumber : https://ptfi.co.id/id/about/how-do-we-operate/underground-mining
1. Membuat undercut level yaitu dengan membuat lubang atau rongga pada
dasar tubuh bijih, kemudian dipasangkan bahan peledak dan dilakukan
proses peledaka untuk memperoleh bagian-bagian bijih dalam bentuk yang
17
lebih kecil. Undercut level adalah tempat dilakukannya pengeboran dan
peledakan, undercut level jika sudah mencapai luasan tertentu dan
dilakukan peledakan, batuan diatasnya akan runtuh dengan sendirinya.
4. Bijih hasil dari crusher diangkut melalui belt conveyor menuju orepass,
kemudian menuju ke stockpile. Crusher adalah mesin untuk
menghancurkan batuan menjadi ukuran lebih kecil supaya dapat diproses
pada tahap selanjutnya. Belt Conveyor merupakan alat untuk mengangkut
bijih dari crusher menuju orepass yaitu transfer bijih berbentuk vertikal.
Stockpile adalah tumpukan bijih yang ada di permukaan untuk proses
selanjutnya.
18
Gambar 3.2.2 Model 3D undercut level, drawbell, dan extraction level
Sumber : YouTube Block Caving
19
Gambar 3.2.5 Model 3D tambang bawah tanah
Sumber : YouTube Block Caving
Metode tambang bawah tanah yang kedua adalah open stoping. Metode ini
dilakukan di kawasan tambang Big Gossan. Metode open stoping merupakan
metode yang cukup baru digunakan oleh PT. Freeport Indonesia. Konsep
umum metode penambangan open stoping adalah ambil dan tutup, artinya
setelah dilakukan penambangan pada tubuh bijih, lubang yang dihasilkan dari
proses penambangan tersebut segera di tutup dengan menggunakan pasta
semen (paste fill). Kegiatan penambangan dengan metode ini tidak dilakukan
pengambilan secara luas sekaligus, namun perlu membagi antara primary
stope dan secondary stope. Primary stope merupakan ore deposits yang akan
ditambang terlebih dahulu. Sedangkan secondary stope diambil setelah
primary stope dan berfungsi sebagai penyangga dalam metode ini. Jadi
metode open stoping di Big Gossan adalah metode penambangan bawah tanah
dengan melakukan pengisian kembali lubang hasil penambangan dengan
menggunakan pasta semen (paste fill). Metode ini dikenal juga dengan metode
tambang bawah tanah yang sedikit menggunakan penyangga, bahkan tidak
ada, karena pillar pada metode ini memanfaatkan kekuatan dari ore body dan
batuan disekitarnya.
20
Tahap pengembangan pada metode ini tidak jauh dengan tahap pengembangan
pada metode block caving, persiapan tunnel atau terowongan yang
menghubungkan dengan stope (lombong). Stope merupakan lubang atau area
di tambang bawah tanah tempat dimana ore deposit diambil. Tahap produksi,
pada tahap ini dilakukan di dalam stope, proses produksi berkaitan dengan
pengambilan tubuh bijih Big Gossan. Pengambilan atau produksi pada tubuh
bijih dilakukan dengan konsep primary stope dan secondary stope. Primary
stope merupakan tubuh bijih yang ditambang dahulu, kemudian secondary
stope akan ditambang setelahnya. Namun pada proses penambangan primary
stope dan secondary stope tidak dilakukan secara langsung menghabiskan
tubuh bijih pada primary stope, namun setelah stope primer mencapai level
tertentu dan telah dilakukan paste fill, baru dilakukan penambangan pada
secondary stope. Pada tambang Big Gossan, stope memiliki ukuran panjang
40 m atau 20 m (tergantung kondisi batuan), lebar 15 m, dan tinggi 20 m.
Tahap yang selanjutnya adalah tahapan pengeboran dan peledakan, tahapan
ini dilakukan dari bagian atas stope. Kemudian hasil hancuran batuan tersebut
diambil dari dasar stope dengan menggunakan alat muat (LHD) menuju
sistem pengangkutan bijih (ore flow system). Tahap yang terakhir adalah tahap
paste fill, bertujuan untuk menjada kondisi stope agar tetap aman dan stabil.
21
Ada beberapa syarat yang dibutuhkan ore body agar dapat dilakukan
penambangan menggunakan open stoping, diantaranya yaitu:
1. Ore deposits dan batuan induk memiliki kekerasan yang keras agar tidak
mudah runtuh.
1. Pembuatan terowongan atau tunnel sebagai jalan menuju stope yang dituju,
sehingga akses dalam melakukan penambangan menjadi lebih mudah.
2. Penentuan titik ore body yang akan ditambang atau diambil, dengan
membagi menjadi primary stope dan secondary stope. Stope primer akan
ditambang dahulu dan stope sekunder ditambang setelahnya. Karena pada
22
metode ini tidak dapat dilakukan penambangan secara langsung dalam
sekala yang luas, selain itu dalam pengambilan stope primer tidak
dilakukan secara langsung dalam skala yang besar, namun bertahap apabila
stope primer sudah mencapai level tertentu, maka penambangan di stope
sekunder dilakukan, hal ini memperhatikan konsep dimana batuan atau ore
body tersebut berperan juga sebagai pillar.
23
4. Setelah dilakukan peledakan, akan menghasilkan bongkahan batuan dalam
bentuk yang besar-besar. Bongkahan tersebut kemudian di ambil dengan
menggunakan alat berat (LHD) pada loading point untuk dibawa ke ore
flow system atau sistem pengangkutan bijih dan masuk ke crusher. Dari
crusher batuan tersebut diangkut menggunakan hosting shaft untuk dibawa
ke stock pile.
5. Tahap selanjutnya adalah paste fill, pada tahap ini dilakukan untuk
menghindari runtuhnya dinding lubang stope akibat penambangan,
sehingga proses penambangan selanjutnya dapat dilakukan, seperti
melakukan tahap penambangan pada secondary stope.
24
Gambar 3.4.6 Model 3D dari open stoping
Sumber : YouTube Open Stoping
3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Block Caving dan Open Stoping
Metode penambangan ini memanfaatkan tingkat berat dari ore body dan
gaya gravitasi bumi dengan membuat undercut pada dasar tubuh bijih dan
melakukan pengeboran serta peledakan sehingga pecahan bongkah batuan
tersebut akan runtuh atau ambruk dengan sendirinya. Dalam penggunakan
metode ini terdapat kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
25
a. Kelebihan
b. Kekurangan
a. Kelebihan
26
2. Memiliki tingkat efisiensi penambangan yang lebih baik, karena dapat
melakukan penambangan secara serentak.
b. Kekurangan
27
BAB IV
28
Kegiatan penambangan bawah tanah di PT. Freeport Indonesia menurut Armando
Mahler dan Nurhadi Sabirin, tahun 2008, dalam bukunya yang berjudul “Dari
Grasberg Sampai Amamapare Proses Penambangan Tembaga dan Emas Mulai
Hulu Hingga Hilir” menjelaskan bahwa kegiatan penambangan bawah tanah
dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Tahapan Penambangan
3. Pengeboran
1. Persiapan Penambangan
29
terowongan meliputi pengeboran, pengisian bahan peledak, peledakan,
ventilasi gas peledakan, pemuatan, pengangkutan hasil peledakan,
pembersihan dinding hasil peledakan, pemasangan sistem penyangga, dan
pemantauan.
2. Praproduksi
3. Ambrukan
30
Peledakan pada undercut merupakan proses ambrukan yang dilakukan
setelah penyanggaan dan pembangunan drawpoint. Bijih hasil peledakan
akan turun akibat bebannya sendiri dan gaya gravitasi melalui drawbell.
4. Produksi
31
Sebagai sarana untuk menghilangkan udara kotor dari hasil proses
penambangan, seperti gas beracun, debu, dan udara panas agar tidak
melebihi batas aman ketersediaaan oksigen.
Agar kegiatan penambangan bawah tanah menjadi terasa nyaman.
2. Penirisan
3. Pengelolaan Ambrukan
4. Otomatisasi Tambang
32
5. Geologi
4.3 Pengeboran
33
4.5 Data Dasar dan Permodelan
Data ini diperoleh dari kegiatan pemetaan yang dilakukan oleh bagian
Geology Data Services. Data lapangan yang diambil adalah data geologi,
geokimia, dan geoteknik. Data-data tersebut akan dianalisis untuk perencanaan
tambang berikutnya.
Gambar 4.4 Model penambangan bawah tanah (B.H.G.Brady, E.T.Brown – Rock Mechanics)
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
B.H.G. Brady dan E. T. Brown. 2005. Rock Mechanics For Underground Mining.
Kluwer Academic Publisher: New York, Boston, Dordrecht, London,
Moscow. Springer Science.
Ginting, A., Aleksander Purba., dan Anwar Sjadat. (2017). Inovasi Sistem
Penyanggaan di Tambang Bawah Tanah DMLZ PT. Freeport Indonesia.
Prosiding Simposium II – UNIID 2017. E-ISBN: 978-979-587-734-9.
Hangganata, V.L. (2013). Sekuen Pragenesa dan Zonasi Skarn Pada Endapan
Bijih Big Gossan Ertsberg – Tembagapura Timika – Papua. Jurnal
Ilmiah MTG, Vol. 6. No. 2, Juli 2013.
Ruswanto., Mega. R. F., Euis. T. Y., dan Bambang. A.P. (2017). Mineragrafi
Batuan Penyusun Tambang Deep Mill Level Zone (DMLZ) PT. Freeport
Indonesia. Bulletin of Scientific Contribution, Vol. 15. No. 2, Agustus
2017. Hal. 173-180. ResearchGate.
x
LAMPIRAN
xi