Anda di halaman 1dari 46

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMINAR TAHUN AJARAN 2018/2019

METODE DAN PROSES PENAMBANGAN BAWAH TANAH DI


TAMBANG DOZ (DEEP ORE ZONE) DAN TAMBANG BIG GOSSAN PT.
FREEPORT INDONESIA

DENDI TANTRA PRADITYA


21100115120031

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

SEMARANG
NOVEMBER 2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini disusun oleh :


NAMA : Dendi Tantra Praditya
NIM : 21100115120031
Jurusan/Departemen : Teknik Geologi
Judul Seminar : Metode dan Proses Penambangan Bawah Tanah
di Tambang DOZ (Deep Ore Zone) dan
Tambang Big Gossan PT. Freeport Indonesia

Telah disetujui dan disahkan oleh Dosen Pembimbing sebagai bagian


persyaratan dalam Kurikulum Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro.

Menyetujui,
... November 2018

Dosen Pembimbing,

Fahrudin, S.T., M.T.


NIP. 198301222006041002

ii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan di


bawah ini :
Nama : Dendi Tantra Praditya
NIM : 21100115120031
Departemen : Teknik Geologi
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Seminar

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Diponegoro Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“METODE DAN PROSES PENAMBANGAN BAWAH TANAH DI


TAMBANG DOZ (DEEP ORE ZONE) DAN TAMBANG BIG GOSSAN PT.
FREEPORT INDONESIA”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti /
Noneksklusif ini Universitas Diponegoro berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan seminar saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal :...November 2018
Yang Menyatakan

(Dendi Tantra Praditya)

iii
Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan makalah seminar dengan judul : METODE DAN PROSES
PENAMBANGAN BAWAH TANAH DI TAMBANG DOZ (DEEP ORE
ZONE) DAN TAMBANG BIG GOSSAN PT. FREEPORT INDONESIA
dengan lancar tanpa hambatan

Dalam penyusunan makalah seminar ini, tak lupa penulis mengucapkan


terima kasih kepada :

1. Kedua Orangtua penulis, yang selalu memberikan doa, dukungan moril


dan materil serta motivasi kepada penulis.
2. Fahrudin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Makalah ini.
3. Ayu Wijayanti, Adhan Ramadhan, Michael Silaen, dan Rifaldo Luthfan
selaku rekan-rekan kelompok seminar atas dukungan dan kekompakannya.

Penulis berharap semoga makalah ini membantu bagi para pembaca untuk
mempelajari perihal metode penambangan bawah tanah terutama yang sedang
dikembangkan di PT. Freeport Indonesia. Selain itu laporan ini juga diperuntukan
bagi para pembaca sebagai sumber referensi untuk memperbaharui maupun
menambah data yang telah ada sebelumnya.

Semarang, ... November 2018

iv
Abstrak
Underground mining activities are activities to collect ore reserves in the
bowels of the earth. In carrying out the mining process, it is carried out using
different methods depending on the state of the ore reserves. Mining methods
carried out by PT. Freeport Indonesia in the subsurface mine is using the block
caving and open stoping methods. Block caving mining method is a method of
mining by utilizing the weight of earth's ore and gravity reserves. This method is
often referred to as the collision method. The implementation phase is by making
an undercut under the body of the seed then drilling and blasting. The ore body
will collapse by itself, then channeled to drawpoint through drawbell to be
transported by LHD. Whereas the open stoping mining method is a mining
method by closing the mining pit again by using cement paste. The function of
filling is to replace the buffer in the rock. Both methods are based on the
characteristics of the ore body encountered. The block caving method is used for
ore bodies that have low hardness while the open stoping method is used for ore
bodies that have strong hardness. In underground mining activities there is also a
need to support mining activities such as ventilation, planning stages, modeling,
draining, and so on
Keyword: underground mining, block caving, open stoping

v
Sari
Kegiatan penambangan bawah tanah merupakan kegiatan pengambilan
cadangan bijih yang berada di perut bumi. Dalam melakukan proses
penambangannya dilakukan dengan metode yang berbeda-beda tergantung dengan
keadaan cadangan bijih tersebut. Metode penambangan yang dilakukan oleh PT.
Freeport Indonesia dalam tambang bawah permukaan atau undergroung mining
adalah dengan menggunakan metode block caving dan open stoping. Metode
penambangan block caving merupakan metode penambangan dengan
memanfaatkan berat cadangan bijih dan gravitasi bumi. Metode ini sering disebut
juga sebagai metode ambrukan. Tahap pelaksanaannya dengan membuat undercut
dibawag tubuh biji kemudian melakukan pengeboran dan peledakan. Tubuh bijih
tersebut akan runtuh dengan sendirinya, kemudian disalurkan ke drawpoint
melalui drawbell untuk diangkut oleh LHD. Sedangkan metode penambangan
open stoping adalah metode penambangan dengan menutup kembali lubang hasil
tambang dengan menggunakan pasta semen. Fungsi dari penambalan tersebut
adalah sebagai ganti penyangga dalam batuan. Kedua metode tersebut dilakukan
berdasarkan karakteristik dari tubuh bijih yang ditemui. Metode block caving
dugunakan untuk tubuh bijih yang memiliki kekerasan rendah sedangkan metode
open stoping dugunakan untuk tubuh bijih yang memiliki kekerasan kuat. Dalam
kegiatan penambangan bawah tanah perlu juga adanya kegiatan pendukung
penambangan seperti, pembuatan ventilasi, tahap perencanaan, tahap permodelan,
penirisan, dan sebagainya

Kata Kunci : tambang bawah tanah, block caving, open stoping

vi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................... iii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Abstrak .....................................................................................................................v
Sari ......................................................................................................................... vi
Daftar Isi................................................................................................................ vii
Daftar Gambar........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan....................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup...........................................................................................4
1.5 Metodologi Penulisan ................................................................................4
BAB II KONDISI GEOLOGI
2.1 Geologi Regional ........................................................................................5
2.2 Stratigrafi Regional .....................................................................................7
2.3 Mineralisasi Daerah Tambang ..................................................................11
BAB III METODE TAMBANG BAWAH
3.1 Metode Block Caving ...............................................................................15
3.2 Proses Penambangan Block Caving ..........................................................17
3.3 Metode Open Stoping ...............................................................................20
3.4 Proses Penambangan Open Stoping ..........................................................22
3.5 Kelebihan dan Kekurangan .......................................................................25
BAB IV KEGIATAN PENAMBANGAN
4.1 Tahapan Penambangan .............................................................................29
4.2 Kegiatan Pendukung Penambangan ..........................................................31

vii
4.3 Pengeboran ................................................................................................33
4.4 Pemetaan dan Pengambilan Sampel Batuan .............................................33
4.5 Data Dasar dan Permodelan ......................................................................33
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................35
Daftar Pustaka ..........................................................................................................x
Lampiran

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Letak lokasi tambang PT. Freeport Indonesia ......................................6


Gambar 2.2 Peta geologi regional area tambang PTFI ..........................................10
Gambar 2.3 Kolom stratigrafi Pulau Papua ...........................................................10
Gambar 3 Model 3D underground mining PTFI ...................................................14
Gambar 3.1 Model penambangan block caving .....................................................17
Gambar 3.2.1 Pembuatan undercut level dan peledakan .......................................18
Gambar 3.2.2 Model 3D undercut level, drawbell, dan extraction level ...............19
Gambar 3.2.3 Model Drawpoint ............................................................................19
Gambar 3.2.4 Pengmbilan bongkah bijih di drawpoint menggunakan LHD ........19
Gambar 3.2.5 Model 3D tambang bawah tanah .....................................................20
Gambar 3.3.1 Model tambang Big Gossan ............................................................21
Gambar 3.4.1 Terowongan pada metode open stoping ..........................................22
Gambar 3.4.2 Pembagian antara stope primer (kuning) dan sekunder ..................23
Gambar 3.4.3 Model peledakan pada Open stoping ..............................................23
Gambar 3.4.4 Pengangkutan bongkah batuan di loading point .............................24
Gambar 3.4.5 Paste fill...........................................................................................24
Gambar 3.4.6 Model 3D dari open stoping ............................................................25
Gambar 4.1 Kondisi tambang bawah tanah PT. Freeport Indonesia......................28
Gambar 4.2 Proses pembuatan terowongan ...........................................................30
Gambar 4.3 Proses penambangan bawah tanah .....................................................34
Gambar 4.4 Model penambangan bawah tanah .....................................................34

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber


daya alam yang sangat melimpah. Kekayaan tersebut dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan perekonomian negara.
Melimpahnya sumber daya alam di Indonesia terkadang kurang didukung
oleh sumber daya manusia yang terampil dan handal. Selain sumber daya
manusia yang kurang, peralatan yang digunakan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya alam tersebut kurang memadai. Dalam
mengoptimalkan sumber daya alam yang terdapat di Indonesia, diperlukan
suatu metode atau cara pengolahan yang dianggap ramah lingkungan dan
efisien.

Faktor pendukung seperti sumber daya manusia dan peralatan yang


dirasa kurang, membuat perusahaan–perusahaan asing melirik ke dalam
negeri untuk menanamkan modalnya dan mengambil sebagian hasil dari
sumber daya alam di Indonesia. Salah satu perusahaan asing yang sudah
cukup lama berada di Indonesia dan membantu dalam pemanfaatan dan
pengolahan sumber daya alam di Indonesia adalah PT. Freeport Indonesia.
PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan pertambangan yang berada di
tanah Papua, yaitu di dataran tinggi Tembagapura, Kabupaten Mimika.

Sejarah berawal dari suatu ekspedisi Colijn, yaitu pendakian ke


pegunungan tengah Irian Jaya yang ditutupi oleh gletser pada tahun 1936.
Pada saat itu seorang ahli geologi minyak bumi dari Belanda, Jean-Jacquez
Dozy menemukan endapan tembaga terbesar di permukaan tanah. Namun
endapan tersebut baru diketahui pada tahun 1960 oleh kepala bagian geologi
perusahaan Freeport Sulphur Company, Forbes Wilson dan ahli geologi Delos
Flint saat melakukan ekspedisi ke daerah tersebut. Kemudian tantangan

1
terberat mulai muncul yaitu pembangunan prasarana yang diperlukan selama
proses penambangan. Endapan tembaga pertama yang ditemukan diberi nama
Ertsberg. Ertsberg berada sekitar 3.600 meter di atas permukaan laut dengan
kandungan tembaga sebanyak 30 juta ton berkadar tinggi. Pada tahun 1973,
saat Freeport melakukan pengapalan perdana konsentrat tembaga dari
pelabuhan Amamapare, Presiden Soeharto juga mengadakan kunjungan ke
daerah tersebut sekaligus meresmikan pengoperasian tambang Ertsberg dan
memproklamirkannya sebagai perintis penanaman modal asing di Indonesia.
Kepercayaan yang diberikan Presiden Soeharto ke Freeport membuat
datangnya investor-investor asing ke Indonesia.

Tim eksplorasi Freeport Indonesia Incorporated melanjutkan pencarian


bijih baru dan berhasil menemukan sumber baru yang terletak 1 km sebelah
timur dari tambang Ertsberg, sumber baru ini dinamakan Gunung Bijih Timur
(GBT). Pada tahun 1976 dimulailah pengoperasian di tambang Gunung Bijih
Timur (GBT). Endapan GBT berbeda dengan tambang sebelumnya, endapan
bijih ini berada di dalam gunung, tambang ini menjadi tambang bawah tanah
pertama di Indonesia. Ketika cadangan tambang Ertsberg tinggal sedikit, tim
eksplorasi Freeport Indonesia Incorporated kembali melakukan pencarian
sumber bijih baru, pada tahun 1988 ditemukannya tambang bijih baru yang
dikenal dengan Grasberg, selain itu ditemukan juga endapan-endapan bawah
tanah lainnya. Kompleks tambang Gresberg merupakan endapan emas
terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia. Setelah
sekian lama melakukan penambangan permukaan (open pit), jumlah cadangan
endapan bijih yang berada di permukaan dirasa sudah mulai habis dan untuk
melakukan penghematan biaya dilakukan metode penambangan dengan
beralih dari penambangan permukaan (open pit) menjadi penambangan bawah
permukaan (underground mining). Dalam menjalankan proses penambangan
bawah tanah, PTFI menggunakan 2 metode penambangan bawah tanah yaitu
metode block caving di tambang DOZ dan metode open stoping di tambang
Big Gossan.

2
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

a. Mencari informasi mengenai metode penambangan bawah tanah di


PT. Freeport Indonesia.
b. Mencari informasi perbedaan metode penambangan bawah tanah di
PT. Freeport Indonesia.
c. Mencari informasi proses kegiatan penambangan bawah tanah PT.
Freeport Indonesia.

1.2.2 Tujuan

a. Mengetahui proses penambangan bawah tanah secara block caving


dan open stoping.
b. Mengetahui perbedaan antara penambangan secara block caving
dan open stoping.
c. Mengetahui proses penambangan bawah tanah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka


makalah seminar ini memiliki rumusan masalah :

a. Apa itu metode penambangan block caving dan open stoping ?


b. Apa perbedaan antara metode penambangan block caving dengan open
stoping ?
c. Proses-proses apa saja yang dilakukan dalam penambangan bawah tanah
di PT. Freeport Indonesia ?

1.4 Ruang Lingkup

Makalah seminar ini memiliki batasan-batasan dalam penjelasan materi


yang akan dijelaskan didalamnya, ruang lingkup makalah seminar :

3
a. Penjelasan mengenai metode penambangan bawah tanah di PT. Freeport
Indonesia, yaitu metode block caving dan open stoping.

b. Penjelasan mengenai perbedaan antara metode block caving dan open


stoping.

c. Penjelasan mengenai proses dan kegiatan penambangan bawah tanah di PT.


Freeport Indonesia.

1.5 Metodologi

Metodologi dalam penambangan bawah tanah yang dilakukan di PT.


Freeport Indonesia adalah dengan menggunakan metode block caving dan
metode open stoping. Metode block caving merupakan metode penambangan
bawah tanah dengan memanfaatkan berat jenis tubuh bijih dan gravitasi bumi,
sehingga dapat runtuh dengan sendirinya. Metode open stoping merupakan
metode penambangan bawah tanah dengan cara menutup kembali lubang hasil
tambang dengan menggunakan pasta semen.

4
BAB II

KONDISI GEOLOGI

2.1 Geologi Regional

Pulau Papua berada di bagian tepi utara lempeng Indo-Australia, lempeng


tersebut berkembang akibat pertemuan Lempeng Australia yang bergerak ke
utara dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat. Secara umum Pulau Papua
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala, leher, dan badan. PT.
Freeport Indonesia berada di bagian leher dari Pulau Papua, yaitu berada di
Pegunungan Tengah Papua. Deformasi yang ada di Pegunungan Tengah
Papua terjadi sekitar 12 juta sampai 4 juta tahun yang lalu. Menurut Ufford
(1996) dalam Sitanggang, dkk tahun 2016 deformasi tersebut dibagi menjadi
dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama (12–4 juta tahun yang lalu)

Sebelum 12 juta tahun yang lalu, batuan yang berada di Pulau Papua
terbentuk di batas lempeng pasif yang stabil. Pada waktu itu juga terbentuk
lipatan dengan skala yang sangat besar (kilometer), terbentuk pada tepi
benua Australia bagian utara. Akibat dari penunjaman antara lempeng
Pasifik dan lempeng Australia, terjadilah pra-kolisi yang mengakibatkan
terjadinya uplift di bagian utara lempeng Australia. Pada kondisi ini
sedimen yang paling muda, yaitu Formasi Buru (batuan sedimen karbonat)
mulai terangkat. Proses pra-kolisi menghasilkan sesar geser mengiri, sesar
yang terbentuk adalah sesar Wanagon, sesar Ertsberg I dan II, dan sesar
Meren Valley. Peristiwa tersebut menyebabkan intrusi magma yang
bersifat intermediet-asam dan vulkanisme terkumpul disepanjang dasar
pegunungan. Intrusi magma mendorong bagian dasar kerak sehingga
magma yang menerobos ke formasi batuan mengalami kontak dengan
batuan samping (wall rock) sehingga magma tersebut akan bercampur
dengan batuan samping dan merubah sifat kimianya.

5
2. Tahap kedua (4-2 juta tahun yang lalu)

Tahap kedua merupakan tahap deformasi yang relatif kecil, berkisar


ratusan hingga satu kilometer. Pada dua juta tahun yang lalu proses
magmatisme berhenti karena delaminasi atau celah intrusi pada batuan
telah berhenti. Lapisan astenosfer mendingin dan membentuk mantel
litosfer.

Secara umum pertambangan PT. Freeport Indonesia berada di zona


subduction. Zona tumbukan ini berada di batas antar dua lempeng, yaitu
lempeng Australia dan lempeng Pasifik. Tumbukan tersebut mengakibatkan
pengangkatan dan deformasi lantai samudra secara cepat pada batas kontinen.
Selain pengangkatan lantai samudra, pengangkatan juga terjadi pada batuan
sedimen (karbonat), setelah itu terjadi intrusi oleh magma pada batas lempeng.
Proses geologi inilah yang membentuk zona-zona endapan skarn dan porfiri
di sepanjang batas zona intrusi. Zona-zona yang terbentuk adalah Zona
Grasberg dam Zona Skarn Ertsberg (Gunung Bijih Timur, Deep Ore
Mineralized, Intermediated Ore Zone, Deep Ore Zone, dan Big Gossan).

Gambar 2.1 Letak lokasi tambang PT. Freeport Indonesia


Sumber : https://saripedia.wordpress.com/tag/cadangan-tambang-ptfi-di-papua/

6
2.2 Stratigrafi Regional

Wilayah pertambangan PT. Freeport berada di formasi batuan yang


terbentuk pada Jura Awal hingga Kuarter. Formasi batuan dari tertua hingga
ke muda yaitu Kelompok Kembelangan, Kelompok Batugamping New
Guinea, Formasi Buru, batuan vulkanik Miosen Akhir sampai Pliosen,
Konglomerat Kuarter, dan Sedimen Glasial Kuarter. Pada Kelompok
Kembelangan terdiri dari Formasi Kopai, Formasi Wonowogi, Formasi
Piniya, dan Formasi Ekmai. Sedangkan pada kelompok Batugamping New
Guinea terdiri dari Formasi Waripi, Formasi Faumai, Formasi Sirga, dan
Formasi Kais.

1. Kelompok Kembelangan

a. Formasi Kopai

Ketebalan Formasi Kopai berkisar antara 1400-300 m. Formasi ini


tersusun dari lapisan batupasir berukuran butir halus-sedang dengan
struktur silang siur. Berdasarkan kedudukannya terhadap formasi batuan
yang berada di atas dan bawah formasi ini, Formasi Kopai terendapkan
dilingkungan trasnsisi fluvial-batial (transgresif) hingga lingkungan shelf
dengan energi menengah-tinggi (regresif). Penciri transgresif pada
formasi ini adalah ditemukan gradasi pada lapisan bawah Formasi Kopai
berupa batupasir lentikular dan silang siur. Sedangkan penciri regresif
adalah pada lapisan bagian atas Formasi Kopai tersusun dari
batugamping packstone dan grainstone.

b. Formasi Wonowogi

Formasi Wonowogi tersusun atas batupasir dengan ketebalan


sekitar 1000-200 m. Batupasir penyusun formasi ini memiliki sortasi
buruk, Fragmen batupasir berupa material berbutir kasar hingga kerikil
dan matriksnya berukuran sangat halus dengan kandungan mineral opak,
kuarsa, dan klorit. Pada umumnya Formasi Wonowogi memiliki struktur

7
batuan masif, namun pada pada beberapa titik singkapan terdapat
kenampakan berupa perlapisan dan silang siur, dicirikan dengan
bioturbasi yang intens. Batuan pada formasi ini terendapkan pada daerah
lereng atau slope dan paparan laut yang kaya material pasir.

c. Formasi Piniya

Ketebalan batuan pada Formasi Piniya sekitar 1550-300 m.


Formasi ini tersusun dari batulanau dan batulempung. Struktur
batuannya berupa laminasi dan masif. Diinterpretasikan formasi ini
terendapkan di lepas pantai yaitu di zona batial atau endapan turbidit.

d. Formasi Ekmai

Ketebalan batuan pada Formasi Ekmai sekitar 650-100 m. Formasi


Ekmai terendapkan di atas Formasi Pinia secara selaras. Pada formasi ini
tersusun dari tigas jenis litologi dari tertua ke muda yaitu, batupasir
ekmai pada ketebalan 500 m dari bawah formasi terdiri dari batupasir
arenit kuarsa, batulempung ekmai berada pada ketebalan 90 m dari
lapisan teratas, dan batuserpih ekmai yang merupakan litologi termuda
pada formasi ini, yaitu pada ketebalan 20 m. Pada Formasi Ekmai
ditemukan foraminifera pelagic dan ooid neritik. Diinterpretasikan
lingkungan pengendapan pada formasi ini adalah laut dalam menuju laut
dangkal.

2. Kelompok Batugamping New Guinea

a. Formasi Waripi

Ketebalan batuan pada Formasi Waripi sekitar 280-400 m.


Tersusun atas batupasir arenite kuarsa, dolomit, dan batugamping.
Diinterpretasikan lingkungan pengendapan berada di lingkungan transisi
Mesozoik berupa endapan karbonat Kenozoik di laut dangkal. Formasi
ini berumur Paleosen-Miosen.

8
b. Formasi Faumai

Ketebalan Formasi Faumai berkisar dari 200-300 m. Formasi ini


terendapkan di atas Formasi Waripi. Tersusun atas litologi berupa
packstone dan dolostone yang mengandung fosil foraminifera berumur
Eosen. Lingkungan pengendapanya diinterpretasikan berada di laut
dangkal dengan gelombang rendah hingga sedang.

c. Formasi Sirga

Formasi Sirga memiliki ketebalan sekitar 40 m dengan litologi


berupa batupasir arenit kuarsa dan batulanau berukuran butir sedang
hingga kasar. Formasi ini terendapkan pada umur Oligosen hingga
pertengahan Miosen. Formasi Sirga terendapkan secara tidak selaras di
atas Formasi Faunai. Diinterpretasikan lingkungan pengendapan formasi
ini berada di lingkungan transgresif berasosiasi dengan fluvial dan laut
dangkal dengan ditemukan foraminifera semakin ke bagian atas.

d. Formasi Kais

Formasi Kais memiliki ketebalan sekitar 1100-1300 m, tersusun


dari litologi batugamping packstone dengan komposisi fosil
foraminifera. Umur formasi ini adalah Oligosen sampai pertengahan
Miosen. Formasi ini terendapkan di atas Formasi Sirga secara
gradasional. Diinterpretasikan lingkungan pengendapanya berada di laut
dangkal dengan energi rendah-sedang.

3. Formasi Buru

Formasi Buru memiliki ketebalan 6000 m. Formasi ini terdiri dari


batugamping berukuran butir pasir halus, lapisan konglomerat yang jarang,
klastika karbonan dan karbonatan, dan batulempung masih dengan fosil
pelesipoda dan gastropoda. Formasi Buru diperkirakan sebagai endapan
yang terbentuk di lingkungan laut dan dekat dengan pantai yang ditimpa
oleh sedimen darat (Ufford, 1996 dalam Sitanggang, dkk 2016).

9
Gambar 2.2 Peta geologi regional area tambang PTFI
Sumber : Hangganata, 2013

Gambar 2.3 Kolom stratigrafi Pulau Papua, Lokasi pertambangan PTFI


Sumber : http://myheartayah.blogspot.com/2016/06/kondisi-geoloogi-pulau-papua.html

10
2.3 Sikuen Paragenesa

Secara umum pembentukan endapan bijih di area pertambangan PTFI


dipengaruhi oleh intrusi erstberg dan intrusi grasberg. Intrusi erstberg
mengubah batuan samping dari Formasi Waripi dan Faumai menjadi endpan
skarn ertsberg. Sedangkan skarn Big Gossan berada di bawah Formasi Waripi.
Pada umumnya proses pembentukan skarn di endapan bijih Big Gossan
meliputi, metamorfisme kontak, prograde anhydrous skarn, retrograde
hydrous skarn, dan mineralisasi sulfida dan Cu-Au.

1. Metamorfisme Kontak

Proses ini menghasilkan zona aureole hornfels dan marmer pada


wall rocks disekitar zona intrusi. Pada Formasi Ekmai berupa serpih akan
ditemukan mineral hornfels biotit-kalium feldspar dan hornfels biotit-
piroksen. Sedangkan pada Formasi Waripi dan anggota batugamping
Formasi Ekmai akan membentuk marmer.

2. Prograde Anhydrous Skarn

Pada tahap ini terjadi proses interaksi antara fluida hidrotermal


dengan batuan samping dan bagian tepi intrusi akibat proses magmatisme
yang sudah berhenti, sehingga fluida hidrotermal yang didominasi oleh fase
gas akan bergerak keluar dari tubuh intrusi dan berinteraksi dengan batuan
samping yang berada di bagian atas intrusi. Pada fase ini endapan biji skarn
ditandai dengan mineral garnet (anhidrit-grosularit) dan klino piroksen.

3. Retrograde Hydrous Skarn

Fase ini terjadi karena penurunan temperatur fluida hidrotermal,


selain itu fluida hidrotermal akan didominasi oleh uap air. Reaksi antara
fluida hidrotermal dengan batuan samping disebut dengan retrograde
hydrous skarn. Fluida pada fase retrograde ini mempunyai salinitas yang
rendah, temperatur 370-380oC, terkait dengan zona pendidihan pada

11
tekanan 20 Mpa, dibawah kondisi hidrostatik (Meinert, et.al. 2003 dalam
Hangganata, 2013). Hasil yang diperoleh pada fase ini hadirnya mineral
tremolit-aktinolit dalam jumlah yang banyak, dan sebagian mineral talk,
anhidrit, kalsit, epidot, garnet, magnetit, dan pirit.

4. Mineralisasi Sulfida dan Cu-Au

Pada fase ini pembentukan mineral dikontrol oleh sesar, pada


proses mineralisasi pertama dikontrol oleh sesar berarah NNW-SSE.
Menghasilkan mineral sulfida berupa magnetit, pirit, kalkopirit, sfalerit,
pirhotit, galena, dan berasosiasi dengan CU dan Au. Pada proses kedua
dikontrol oleh sesar berarah NE-SW. menghasilkan mineral pirit,
arsenopirit, sfalerit, galena, bismutinit, klorit, serpentin, epidot, dan mineral
lempung.

12
BAB III

METODE TAMBANG BAWAH TANAH

Tambang bawah tanah DOZ (Deep Ore Zone) merupakan tambang bawah
tanah ketiga yang berada di wilayah operasi PT. Freeport Indonesia. Tambang
bawah tanah sebelumnya yang telah beroperasi adalah tambang GBT (Gunung
Bijih Timur) dan IOZ (Intermediate Ore Zone). Tambang GBT dan tambang IOZ
telah selesai beroperasi, GBT telah selesai beroperasi pada tahun 1994 dan
tambang IOZ selesai beroperasi pada tahun 2003, kedua tambang tersebut selesai
beroperasi karena cadangan endapan emas dan tembaga pada kedua lokasi
tersebut telah habis. Selain kedua tambang tersebut, tambang Grasberg atau
penambangan terbuka (open pit) diperkirakan akan berakhir operasinya pada
tahun 2015, karena jumlah cadangan bijihnya tinggal sedikit, maka dari itu saat ini
PT. Freeport Indonesia sedang aktif dalam perencanaan tambang bawah tanah.
Saat ini tambang bawah tanah yang sedang aktif adalah tambang DOZ (Deep Ore
Zone). Tambang DOZ diperkirakan akan melakukan produksi bijih dengan
kapasitas 25.000 ton/hari. Perluasan proses tambang semakin hari semakin
meningkat, pada tahun 2008 produksi bijih pada tambang DOZ mencapai 66.200
ton/hari hingga pada kuartal keempat tahun 2009 produksinya mencapai 80.000
ton/hari.

Selain tambang bawah tanah DOZ, tambang bawah tanah lainnya adalah
tambang bawah tanah Big Gossan. Big Gossan merupakan salah satu zona
cebakan bijih dari Gunung Bijih Timur yang memiliki kadar tembaga dan emas
yang tinggi. Tubuh bijih Big Gossan pertama kali ditemukan oleh Frank Nelson
pada tahun 1976. Tahap pemetaan, pengambilan sample, dan analisis cadangan
dilakukan pada tahun 1990-1991. Dimensi tubuh bijih Big Gossan berukuran
panjang 1,2 km searah jurus tubuh bijih, tinggi 800 m dan lebar 20-100 m. Big
Gossan diketahui memiliki potensi cadangan sebesar 55 juta ton dengan kadar
tembaga (Cu) 2,3 persen dan emas (Au) 1.1 gram per ton bijih, kemungkinan
cadangan tambang ini akan bertambah seiring dengan terus dilakukannya

13
pekerjaan eksplorasi lanjutan di area ini (Mahler dan Nurhadi, 2008). Cadangan
Big Gossan relatif lebih kecil dibandingkan cadangan yang ada di DOZ dan
tambang terbuka Garsberg. Namun dalam segi ekonomis, emas dan tembaga pada
Big Gossan memiliki kadar yang tinggi.

Gambar 3 Model 3D underground mining PTFI


Sumber : https://saripedia.wordpress.com/tag/cadangan-tambang-ptfi-di-papua/

Tambang Grasberg merupakan salah satu tambang terbuka terbesar di


dunia yang memproduksi emas dan tembaga dalam jumlah besar. Segala kegiatan
yang dilakukan di tambang Grasberg berada di atas permukaan bumi. Setelah
sekian lama melakukan produksi, cadangan bijih yang terdapat di Grasberg mulai
habis. Selain itu keberadaan cadangan bijih lain yang sudah ditemukan dan
prospek untuk dilakukan kegiatan penambangan, berada di dalam perut bumi
dengan kedalaman hingga ratusan meter. Apabila kegiatan penambangan tambang
terbuka dilakukan hingga bijih yang berada di dalam perut bumi, maka
optimalisasi operasional tambang akan mengalami kerugian. Salah satu faktornya
adalah tingkat keekonomisan dalam kegiatan penambangan. Selain itu jika proses
produksi tambang terbuka tetap dilakaukan, maka akan meninggalkan bentukan

14
lubang yang sangat besar, semakin dalam dan semakin lebar. Hal ini
mempengaruhi dalam proses penimbunan kembali batuan penutup akan semakin
jauh. Sehingga perlu adanya perubahan dari metode penambangan terbuka
menjadi penambangan bawah tanah atau underground mining. Dalam praktiknya
PT. Freeport Indonesia telah menerapkan metode tambang bawah tanah, yaitu
block caving pada tubuh GBT dan IOZ. Selain itu PTFI sedang mengembangkan
metode tambang bawah tanah open stoping di tubuh Big Gossan.

3.1 Metode Block Caving

Metode caving merupakan metode penambangan bawah tanah yang


dilakukan untuk mengambil tubuh biji dengan cara memanfaatkan gravitasi
dan keruntuhan dari tubuh bijih tersebut. Penerapan caving method dilakukan
terhadap blok badan bijih yang besar dan bernilai ekonomis tinggi. Metode ini
dilakukan dengan membuat undercut untuk dilakukan peledakan sehingga
tubuh bijih yang berada di atasnya akan runtuh dengan sendirinya. Caving
method terbagi menjadi beberapa cara, yaitu top slicing, sub level caving, dan
block caving. Metode top slicing dan sub level caving dilakukan dari atas
tubuh bijih kemudian ke bawah. Sedangkan block caving dilakukan dari dasar
tubuh bijih.

Metode caving ini digunakan di tambang bawah tanah Deep Ore Zone
(DOZ). Prinsip kerja metode ini hampir sama dengan metode caving lainnya
yaitu memanfaatkan keruntuhan tubuh bijih setelah dilakukan peledakan.
Metode block caving atau disebut juga metode ambrukan adalah metode
penambangan bawah tanah dengan cara membuat lubang atau gua (undercut)
pada bagian dasar tubuh bijih (ore body) sehingga batuan yang berada di atas
undercut akan runtuh atau ambruk sendirinya setelah dilakukan peledakan
akibat bebannya dan gaya gravitasi yang ada. Beberapa alasan tambang Deep
Ore Zone (DOZ) menggunakan metode block caving:

15
1. Letak tubuh bijih DOZ berada jauh di dalam perut bumi, sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan penggalian atau penambangan dengan
sistem open pit.

2. Tingkat produksi yang terbilang cukup murah dibandingkan dengan metode


tambang bawah tanah yang lain. Karena dalam pemanfaatan metode ini
menggunakan sifat berat benda dan gravitasi bumi.

3. Keadaan bijih di area DOZ memiliki tingkat kekuatan yang lemah dan
mempunyai banyak bidang diskontinuitas, sehingga setelah melakukan
peledakan, tubuh bijih tersebut akan hancur dan ambruk dengan
sendirinya.

4. Kondisi tubuh biji yang besar dan mengumpul disatu tempat, sehingga
memudahkan dalam proses penambangan dan pengeluaran.

Secara umum ada beberapa syarat dalam melakukan metode block caving
(Tirayoh dan Arista, 2014), diantaranya:

1. Memiliki endapan bijih yang tebal lebih dari 30m, memiliki kekuatan
batuan yang seragam dari lemah sampai medium (25-100 Kpa) dengan
batas bijih dan batuan jelas.
2. Memiliki kekuatan bijih yang lemah sampai kuat (25-250 Kpa),
diutamakan massa bijih yang mempunyai rekahan atau kekar bukan
berbentuk block sehingga dapat runtuh dengan sendirinya.
3. Bentuk deposit/cadangan masif dan tebal.
4. Penunjaman cadangan agak curam, lebih dari 60 o atau vertikal, dapat juga
agak rata jika cadangan tebal.
5. Ukuran cadangan meliputi daerah yang sangat luas, mempunyai ketebalan
lebih dari 30 m.
6. Memiliki keseragaman bijih yang homogen dan seragam. Kedalaman
sedang antara 600 m sampai 1200 m, sehingga cukup kuat untuk
menimbulkan tekanan dari overburden yang melebihi kekuatan batuan.

16
Gambar 3.1 Model penambangan block caving
Sumber : https://ptfi.co.id/id/about/how-do-we-operate/underground-mining

3.2 Proses Penambangan Block Caving

Secara umum kegiatan penambangan bawah tanah di mulai dari tahap


persiapan, tahap peledakan, tahap pengangkutan, dan tahap pengolahan.
Tahap persiapan merupakan tahap awal, seperti membuat undercut yang akan
diledakan dan pembuatan terowongan atau jalan menuju ke tubuh bijih. Tahap
peledakan yaitu tahap untuk merubah bagian tubuh bijih menjadi bagian –
bagian yang lebih kecil. Tahap pengangkutan berkaitan dengan tubuh bijih
yang sudah diledakkan kemudian di angkut dengan Load Haul Dump (LHD)
ke lokasi pengolahan. Tahap yang terakhir adalah pengolahan, pada tahap ini
dilakukan proses pemisahan antara mineral dengan pengotor. Pada metode ini
yang berperan sebagai penyangga atau pilar adalah tubuh batuan itu sendiri.
Tahapan dalam proses block caving dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

1. Membuat undercut level yaitu dengan membuat lubang atau rongga pada
dasar tubuh bijih, kemudian dipasangkan bahan peledak dan dilakukan
proses peledaka untuk memperoleh bagian-bagian bijih dalam bentuk yang

17
lebih kecil. Undercut level adalah tempat dilakukannya pengeboran dan
peledakan, undercut level jika sudah mencapai luasan tertentu dan
dilakukan peledakan, batuan diatasnya akan runtuh dengan sendirinya.

Gambar 3.2.1 Pembuatan undercut level dan peledakan


Sumber : YouTube Block Caving

2. Membuat drawbell yaitu dengan melakukan peledakan kembali terhadap


undercut level, agar tubuh bijih dapat terhubung atau masuk ke extracting
level. Drawbell adalah jalur masuknya bijih hasil peledakan dari undercut
level menuju drawpoint. Drawpoint adalah tempat pengambilan bongkahan
bijih di dalam tambang. Extraction level adalah ruang tempat hasil
peledakan batuan untuk dibawa ke proses selainjutnya.

3. Bongkah-bongkah bijih kemudian diangkut dari drawpoint dengan Load


Haul Dump (LHD) ke crusher melalui loading point.

4. Bijih hasil dari crusher diangkut melalui belt conveyor menuju orepass,
kemudian menuju ke stockpile. Crusher adalah mesin untuk
menghancurkan batuan menjadi ukuran lebih kecil supaya dapat diproses
pada tahap selanjutnya. Belt Conveyor merupakan alat untuk mengangkut
bijih dari crusher menuju orepass yaitu transfer bijih berbentuk vertikal.
Stockpile adalah tumpukan bijih yang ada di permukaan untuk proses
selanjutnya.

18
Gambar 3.2.2 Model 3D undercut level, drawbell, dan extraction level
Sumber : YouTube Block Caving

Gambar 3.2.3 Model Drawpoint


Sumber : YouTube Block Caving

Gambar 3..2.4 Pengmbilan bongkah bijih di drawpoint menggunakan LHD


Sumber : YouTube Block Caving

19
Gambar 3.2.5 Model 3D tambang bawah tanah
Sumber : YouTube Block Caving

3.3 Metode Open Stoping

Metode tambang bawah tanah yang kedua adalah open stoping. Metode ini
dilakukan di kawasan tambang Big Gossan. Metode open stoping merupakan
metode yang cukup baru digunakan oleh PT. Freeport Indonesia. Konsep
umum metode penambangan open stoping adalah ambil dan tutup, artinya
setelah dilakukan penambangan pada tubuh bijih, lubang yang dihasilkan dari
proses penambangan tersebut segera di tutup dengan menggunakan pasta
semen (paste fill). Kegiatan penambangan dengan metode ini tidak dilakukan
pengambilan secara luas sekaligus, namun perlu membagi antara primary
stope dan secondary stope. Primary stope merupakan ore deposits yang akan
ditambang terlebih dahulu. Sedangkan secondary stope diambil setelah
primary stope dan berfungsi sebagai penyangga dalam metode ini. Jadi
metode open stoping di Big Gossan adalah metode penambangan bawah tanah
dengan melakukan pengisian kembali lubang hasil penambangan dengan
menggunakan pasta semen (paste fill). Metode ini dikenal juga dengan metode
tambang bawah tanah yang sedikit menggunakan penyangga, bahkan tidak
ada, karena pillar pada metode ini memanfaatkan kekuatan dari ore body dan
batuan disekitarnya.

Proses penambangan open stoping dimulai dari tahap pengembangan,


tahapan produksi, tahapan pengeboran dan peledakan, tahap penutupan stope.

20
Tahap pengembangan pada metode ini tidak jauh dengan tahap pengembangan
pada metode block caving, persiapan tunnel atau terowongan yang
menghubungkan dengan stope (lombong). Stope merupakan lubang atau area
di tambang bawah tanah tempat dimana ore deposit diambil. Tahap produksi,
pada tahap ini dilakukan di dalam stope, proses produksi berkaitan dengan
pengambilan tubuh bijih Big Gossan. Pengambilan atau produksi pada tubuh
bijih dilakukan dengan konsep primary stope dan secondary stope. Primary
stope merupakan tubuh bijih yang ditambang dahulu, kemudian secondary
stope akan ditambang setelahnya. Namun pada proses penambangan primary
stope dan secondary stope tidak dilakukan secara langsung menghabiskan
tubuh bijih pada primary stope, namun setelah stope primer mencapai level
tertentu dan telah dilakukan paste fill, baru dilakukan penambangan pada
secondary stope. Pada tambang Big Gossan, stope memiliki ukuran panjang
40 m atau 20 m (tergantung kondisi batuan), lebar 15 m, dan tinggi 20 m.
Tahap yang selanjutnya adalah tahapan pengeboran dan peledakan, tahapan
ini dilakukan dari bagian atas stope. Kemudian hasil hancuran batuan tersebut
diambil dari dasar stope dengan menggunakan alat muat (LHD) menuju
sistem pengangkutan bijih (ore flow system). Tahap yang terakhir adalah tahap
paste fill, bertujuan untuk menjada kondisi stope agar tetap aman dan stabil.

Gambar 3.3.1 Model tambang Big Gossan


Sumber : Buku “Dari Grasberg Sampai Amamapare Proses Penambangan Tembaga dan Emas
Mulai Hulu Hingga Hilir

21
Ada beberapa syarat yang dibutuhkan ore body agar dapat dilakukan
penambangan menggunakan open stoping, diantaranya yaitu:

1. Ore deposits dan batuan induk memiliki kekerasan yang keras agar tidak
mudah runtuh.

2. Penunjaman bijih memiliki kemiringan yang curam, lebih dari 70 o.

3. Ukuran bijih tidak terlalu besar.

3.4 Proses Penambangan Open Stoping

Proses penambangan menggunakan open stoping sama halnya dengan


metode block caving, dari persiapan pengembangan, produksi, pemboran dan
peledakan, dan pengolahan lebih lanjut. Secara garis besar dapat dijelaskan
mengenai proses penambangan bawah tanah menggunakan metode open
stoping seperti pada penjelasan dibawah ini:

1. Pembuatan terowongan atau tunnel sebagai jalan menuju stope yang dituju,
sehingga akses dalam melakukan penambangan menjadi lebih mudah.

Gambar 3.4.1 Terowongan pada metode open stoping


Sumber : YouTube Open Stoping

2. Penentuan titik ore body yang akan ditambang atau diambil, dengan
membagi menjadi primary stope dan secondary stope. Stope primer akan
ditambang dahulu dan stope sekunder ditambang setelahnya. Karena pada

22
metode ini tidak dapat dilakukan penambangan secara langsung dalam
sekala yang luas, selain itu dalam pengambilan stope primer tidak
dilakukan secara langsung dalam skala yang besar, namun bertahap apabila
stope primer sudah mencapai level tertentu, maka penambangan di stope
sekunder dilakukan, hal ini memperhatikan konsep dimana batuan atau ore
body tersebut berperan juga sebagai pillar.

Gambar 3.4.2 Pembagian antara stope primer (kuning) dan sekunder


Sumber : YouTube Open Stoping

3. Setelah itu dilakukan pengeboran dan peledakan.

Gambar 3.4.3 Model peledakan pada Open stoping


Sumber : YouTube Open Stoping

23
4. Setelah dilakukan peledakan, akan menghasilkan bongkahan batuan dalam
bentuk yang besar-besar. Bongkahan tersebut kemudian di ambil dengan
menggunakan alat berat (LHD) pada loading point untuk dibawa ke ore
flow system atau sistem pengangkutan bijih dan masuk ke crusher. Dari
crusher batuan tersebut diangkut menggunakan hosting shaft untuk dibawa
ke stock pile.

Gambar 3.4.4 Pengangkutan bongkah batuan di loading point


Sumber : YouTube Open Stoping

5. Tahap selanjutnya adalah paste fill, pada tahap ini dilakukan untuk
menghindari runtuhnya dinding lubang stope akibat penambangan,
sehingga proses penambangan selanjutnya dapat dilakukan, seperti
melakukan tahap penambangan pada secondary stope.

Gambar 3.4.5 Paste fill


Sumber : YouTube Open Stoping

24
Gambar 3.4.6 Model 3D dari open stoping
Sumber : YouTube Open Stoping

3.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Block Caving dan Open Stoping

Dalam pemilihan metode penambangan baik surface mining ataupun


underground mining, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan dari setiap
metode yang di pakai. Kelebihan yang ada dapat berupa tingkat kepraktisan
yang baik, tingkat keekonomisan yang berkaitan dengan biaya produksi,
tingkat efektifitas selama kegiatan produksi, dan sebagainya. Sedangkan
kekurangannya yang biasa dihadapi di sektor tambang antara lain berupa
biaya yang mahal, waktu yang lama, perencanaan yang sulit, dan sebagainya.
Namun kembali lagi dalam proses penambangan baik surface mining atau
underground mining harus disesuaikan dengan keadaan ore deposits.

1. Metode Block Caving

Metode penambangan ini memanfaatkan tingkat berat dari ore body dan
gaya gravitasi bumi dengan membuat undercut pada dasar tubuh bijih dan
melakukan pengeboran serta peledakan sehingga pecahan bongkah batuan
tersebut akan runtuh atau ambruk dengan sendirinya. Dalam penggunakan
metode ini terdapat kelebihan dan kekurangan, diantaranya:

25
a. Kelebihan

1. Persiapan umum penambangan berlangsung di awal, setelah proses


ambrukan terjadi, maka persiapan umumnya telah berakhir.
2. Perawatan selama proses penambangan mudah, kecuali pada
perawatan di drawpoint, karena pada area ini sering dipengaruhi
oleh ambrukan-ambrukan dari ore body hasil peledakan.
3. Dapat berproduksi dalam skala besar.
4. Ongkos produksi yang murah, karena hanya memerlukan sedikit
pemboran, peledakan, dan penyangga (pillar).

b. Kekurangan

1. Dibutuhkan biaya yang besar pada tahap perencanaan awal.


2. Perawatan drawpoint yang sulit dan mahal.
3. Pada akhir penambangan, pengotoran akan terjadi, sehingga
mempengaruhi perolehan tambang.
4. Proses penambangan tidak dapat diubah ke metode lain, dan proses
penambangan harus berlangsung terus, tidak boleh berhenti dalam
waktu lama karena jika terjadi, akan menghambat proses
penurunan.
5. Ukuran pecahan bijih tidak dapat dikontrol.

2. Metode Open Stoping

Metode open stoping merupakan metode tambang bawah tanah dengan


konsep mengisi kembali stope yang telah di tambang dengan paste fill.
Pengisian kembali stope berfungsi untuk mencegah terjadinya runtuhan
dinding stope. Berikut kelebihan dan kekurangan menggunakan metode
open stoping:

a. Kelebihan

1. Biaya penambangan relatif lebih murah.

26
2. Memiliki tingkat efisiensi penambangan yang lebih baik, karena dapat
melakukan penambangan secara serentak.

3. Tidak butuh pillar atau penyangga yang banyak.

4. Memanfaatkan gravitasi bumi.

b. Kekurangan

1. Banyak stope yang perlu diisi dengan pasta semen setelah


ditambang.
2. Kesulitan dalam pengambilan pillar yang tadinya digunakan sebagai
penyangga sementara.
3. Ukuran pecahan bijih tidak dapat dikontrol.

27
BAB IV

KEGIATAN PENAMBANGAN BAWAH TANAH

Kegiatan penambangan merupakan kegiatan untuk mengambil ore


deposits baik yang berada di permukaan maupun bawah permukaan. Dalam
kegiatan penambangan diperlukan suatu tahapan dari awal hingga akhir untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Tahapan yang dilakukan dari kegiatan
penambangan selalu memperhatikan kondisi geologi wilayah yang akan di
tambang dan kondisi ore deposits yang akan di ambil. Kegiatan penambangan
yang dilakukan di permukaan pastinya berbeda dengan kegiatan yang dilakukan di
bawah permukaan, mungkin hampir sebagian besar pada akhir proses
penambangan memiliki tahap yang sama, namun dalam tahap awal hingga tahap
produksi memiliki perbedaan. Berikut akan dibahas tahapan mengenai kegiatan
penambangan yang dilakukan di underground mining, khususnya kegiatan
pertambangan bawah tanah PT. Freeport Indonesia.

Gambar 4.1 Kondisi tambang bawah tanah PT. Freeport Indonesia


Sumber : https://www.merdeka.com/uang/menengok-aktivitas-puasa-di-tambang-bawah-tanah-pt-
freeport-indonesia.html

28
Kegiatan penambangan bawah tanah di PT. Freeport Indonesia menurut Armando
Mahler dan Nurhadi Sabirin, tahun 2008, dalam bukunya yang berjudul “Dari
Grasberg Sampai Amamapare Proses Penambangan Tembaga dan Emas Mulai
Hulu Hingga Hilir” menjelaskan bahwa kegiatan penambangan bawah tanah
dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Tahapan Penambangan

2. Kegiatan Pendukung Penambangan

3. Pengeboran

4. Pemetaan dan Pengambilan Sampel Batuan

5. Datas Dasar dan Permodelan

Semua kegiatan tersebut mendukung terhadap proses penambangan bawah tanah,


baik dari awal perencanaan hingga akhir produksi. Berikut penjelasan dari kelima
tahapan kegiatan penambangan bawah tanah yang ada di PT. Freeport Indonesia.

4.1 Tahapan Penambangan

Tahapan penambangan merupakan tahapan yang dilakukan dari awal


hingga akhir untuk mendapatkan ore body yang diinginkan. Dalam tahapan ini
dapat dibagi lagi menjadi 4 tahap, yaitu persiapan penambangan, praproduksi,
tahap ambrukan, dan tahap produksi.

1. Persiapan Penambangan

Pada tahap ini mencakup pembuatan terowongan yang


menghubungkan akses menuju tubuh bijih, selain itu pembangunan sarana
dan prasarana juga diperlukan, seperti pembangunan bengkel, tempat
makan, tempat ibadah, gudang, kantor, dan sebagainya. Terowongan yang
menghubungkan ke tubuh bijih berupa undercut level, extraction level,
drawpoint, ventilation level, dan truck haulage level. Tahapan pembuatan

29
terowongan meliputi pengeboran, pengisian bahan peledak, peledakan,
ventilasi gas peledakan, pemuatan, pengangkutan hasil peledakan,
pembersihan dinding hasil peledakan, pemasangan sistem penyangga, dan
pemantauan.

Gambar 4.2 Proses pembuatan terowongan


Sumber : Buku “Dari Grasberg Sampai Amamapare Proses Penambangan Tembaga dan Emas
Mulai Hulu Hingga Hilir

2. Praproduksi

Pada tahap ini dilakukan pemasangan penyangga pada dinding


batuan di daerah yang baru dibuka, meliputi pemasangan kawat penyangga
(wire mesh), penyemprotan semen (shotcrete), pembetonan (concreting),
pemasangan thread bar bolting, dan sebagainya. Diharapkan dengan
memasang penyangga pada dinding batuan, terowongan tetap dalam kondisi
stabil dan aman hingga akhir proses pertambangan.

3. Ambrukan

Ambrukan merupakan tahap peruntuhan batuan bijih, kegiatannya


berupa pengeboran dan peledaka, ambrukan dilakukam di undercut level,
salah satu kegiatanta adalah pembuatan drawpoint di extraction level.

30
Peledakan pada undercut merupakan proses ambrukan yang dilakukan
setelah penyanggaan dan pembangunan drawpoint. Bijih hasil peledakan
akan turun akibat bebannya sendiri dan gaya gravitasi melalui drawbell.

4. Produksi

Pada tahap ini merupakan tahap pengambilan bongkah bijih hasil


dari peledakan. Pengambilan bongkahan bijih dilakukan di drawpoint
dengan bantuan alat besar yaitu load Haul Dump (LHD). Kemudian
bongkahan bijih di tumpahkan ke dalam ore pass.

4.2 Kegiatan Pendukung Penambangan

Kegiatan pendukung penambangan adalah kegiatan yang sangat


diperlukan ketika proses penambangan sedang berlangsung. Kegiatan ini
bukanlah inti dari kegiatan penambangan, namun kegiatan ini juga
mempengaruhi faktor keselamatan dan keberhasilan dari proses penambangan.
Macam-macam dari kegiatan pendukung penambangan antara lain: sistem
pengatur udara, penirisan, pengelolaan ambrukan, otomatisasi tambang, dan
geologi.

1. Sistem Pengatur Udara

Sistem pengatur udara atau ventilasi sangat diperlukan untuk kegiatan


penambangan bawah permukaan, apalagi di dalam perut bumi pada
kedalaman hingga kilometer. Sistem pengatur udara atau ventilasi bertujuan
untuk mengatur aliran udara dari dalam dan luar area tambang dengan
volume yang tepat. Adapun fungsi dari ventilasi pada tambang bawah tanah:

 Sebagai sarana penyedia udara segar untuk para pekerja tambang di


bawah tanah.
 Penyedia oksigen untuk alat berat pembakaran.

31
 Sebagai sarana untuk menghilangkan udara kotor dari hasil proses
penambangan, seperti gas beracun, debu, dan udara panas agar tidak
melebihi batas aman ketersediaaan oksigen.
 Agar kegiatan penambangan bawah tanah menjadi terasa nyaman.

2. Penirisan

Penirisan merupakan kegiatan pendukung penambangan untuk


mengurangi kadar air pada dinding-dinding tambang bawah tanah, kegiatan
penirisan ini dilakukan agar tidak terjadinya luncuran lumpur yang dapat
berakibat fatal kepada para pekerja dan alat tambang.

3. Pengelolaan Ambrukan

Kegiatan pengelolaan ambrukan merupakan hal penting dalam kegiatan


tambang bawah tanah. Kegiatan ini sebagai pengontrol agar kegiatan
tambang menjadi maksimal. Pengontrolan ini meliputi hubungan jumlah
ambrukan terhadap waktu produksi yang efektif. Tidak semerta-merta
kegiatan ambrukan dilakukan secara sekaligus dalam waktu cepat, namun
perlu dilakukan perencanaan dengan memperhatikan faktor lain, semisal
peralatan tambang. Hal ini dilakukan agar umur tambang bawah tanah
maksimal, mengatur tingkat produksi dan kadar bijih, dan mengetahui
kandungan batuan pengotor dalam tambang.

4. Otomatisasi Tambang

Kegiatan otomatisasi tambang adalah kegiatan penambangan bawah


permukaan dengan menggunakan alat tambang dan pengaturannya atau
pengoperasiannya dilakukan dari jarak jauh. Salah satu kegiatan otomatisasi
tambang adalah kegiatan untuk mengendalikan kandungan batuan basah
atau resiko lumpur basah pada area tambang. Pengoperasian dilakukan
menggunakan remote bertujuan untuk mengurangi ancaman resiko
keselamatan bagi operator alat muat (loader).

32
5. Geologi

Kegiatan ini dilakukan oleh ahli geologi untuk melakukan


pengembangan lebih lanjut atau pembaharuan kondisi tambang bawah
tanah. Kegiatan yang dilakukan meliputi analisis hasil pengeboran,
pemetaan, pengambilan sample batuan, analisis batuan, permodelan
kandungan cadangan, RQD, keadaan geoteknik, dan perubahan batuan yang
terjadi.

4.3 Pengeboran

Kegiatan pengeboran dilakukan untuk mengetahuin keadaan geoteknis


dari batuan atau cadangan bijih yang akan dianalisis. Salah satu kegiatan
pengebroan yang sudah dilakukan di PT. Freeport Indonesia adalah pengeboran
untuk megambil sampel bijih. Kemudian dianalisis secara geoteknik yaitu
RQD, dari hasil pengolahan RQD diperoleh bahwa batuan pada area tambang
DOZ memiliki kategori rendah-menengah, sehingga metode penambangan
yang digunakan adalah metode ambrukan.

4.4 Pemetaan dan Pengambilan Contoh Batuan

Pemetaan dan Pengambilan contoh batuan dilakukan untuk mengetahui


keadaan geologi di area tambang bawah tanah, meliputi keadaan struktur, jenis
batuan, zona hancuran, tekanan, dan aliran air. Dalam kegiatan ini dibagi
menjadi dua proses, yaitu proses pengembangan dan proses di drawpoint.
Proses pengembangan bertujuan untuk mencari cadangan lain yang masih ada
dan dilakukan permodelan. Sedangkan proses di drawpoint adalah kegiatan
pemetaan untuk memperoleh data jenis batuan, ukuran material, kandungan air,
dan lempung di area drawpoint. Proses ini digunakan untuk analisis lebih lanjut
apakah drawpoint tersebut dibuka atau ditutup.

33
4.5 Data Dasar dan Permodelan

Data ini diperoleh dari kegiatan pemetaan yang dilakukan oleh bagian
Geology Data Services. Data lapangan yang diambil adalah data geologi,
geokimia, dan geoteknik. Data-data tersebut akan dianalisis untuk perencanaan
tambang berikutnya.

Gambar 4.3 Proses penambangan bawah tanah


Sumber : Buku “Dari Grasberg Sampai Amamapare Proses Penambangan Tembaga dan Emas
Mulai Hulu Hingga Hilir

Gambar 4.4 Model penambangan bawah tanah (B.H.G.Brady, E.T.Brown – Rock Mechanics)

34
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

 Secara umum kondisi regional daerah pertambangan Freeport terbentuk


akibat tumbukan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia. Hal
ini menyebabkan terjadinya intrusi yang menerobos lapisan batuan
yang telah terbentuk sebelumnya.
 Metode Penambangan yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia
adalah metode Block Caving dan Open Stoping.
 Metode Block Caving menerapkan konsep ambrukan badan bijih akibat
dari beban yang dimilikinya dan gaya gravitasi bumi.
 Metode Open Stoping merupakan metode penambangan dengan
menutup kembali stope atau lubang hasil tambang dengan pasta fill.
 Kegiatan penambangan dilakukan untuk mendukung proses
pertambangan di bawah tanah. Kegiatan tersebut meliputi tahap
persiapan, kegiatan pendukung penambangan, pengelolaan ambrukan,
pengeboran, pemetaan dan pengambilan contoh batuan, dan data dasar
permodelan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, R. (2017). Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi II). Balai


Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah. No.
007/32.02/BDT/2017

B.H.G. Brady dan E. T. Brown. 2005. Rock Mechanics For Underground Mining.
Kluwer Academic Publisher: New York, Boston, Dordrecht, London,
Moscow. Springer Science.

Ginting, A., Aleksander Purba., dan Anwar Sjadat. (2017). Inovasi Sistem
Penyanggaan di Tambang Bawah Tanah DMLZ PT. Freeport Indonesia.
Prosiding Simposium II – UNIID 2017. E-ISBN: 978-979-587-734-9.

Hangganata, V.L. (2013). Sekuen Pragenesa dan Zonasi Skarn Pada Endapan
Bijih Big Gossan Ertsberg – Tembagapura Timika – Papua. Jurnal
Ilmiah MTG, Vol. 6. No. 2, Juli 2013.

Hassan. Z. Harraz. (2010). Underground Mining Methods. Tanta


University:ResearchGate.

Mahler, A., Nurhadi S. 2008. Dari Grasberg Sampai Amamapare Proses


Penambangan Tembaga dan Emas Mulai Hulu Hingga Hilir. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Mining Magazine. (2012). Block Caving, Keeping Up With Caving. June.


MiningMagazine.com

Ruswanto., Mega. R. F., Euis. T. Y., dan Bambang. A.P. (2017). Mineragrafi
Batuan Penyusun Tambang Deep Mill Level Zone (DMLZ) PT. Freeport
Indonesia. Bulletin of Scientific Contribution, Vol. 15. No. 2, Agustus
2017. Hal. 173-180. ResearchGate.

Sitanggang, D. M., dan Arifudin Idrus. (2016). Geologi, Alterasi Hidrotermal,


dan Mineralisasi Bijih Pada Daerah Kasuang Tunnerl, Gunung Bijih
(Ertsberg) Mining District PT. Freeport Indonesia, Kabupaten Mimika,
Provinsi Papua. Proceeding, Seminar Nasional Kebumian ke-9

Supratman. O. 2018. Penambangan Bawah Tanah. Kementerian Riset, Teknologi


Dan Pendidikan TInggi. No Kode: DAR2/Profesional/001/2018

Tirayoh, E. dan Arista M. (2014). Analsis Struktur Geologi dan Penambangan


Bawah tanah Terhadap Propagasi Subsidence Di Daerah Ertsberg PT.
Freeport Indonesia, Papua. MINDAGI, Vol. 8. No. 2, Juli 2014

x
LAMPIRAN

xi

Anda mungkin juga menyukai