Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Yang yang telah memberikan pertolongan
kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah terapan sebagai salah
AHTS LOGINDO STAMINA”. Makalah karya ilmiah terapan ini penulis susun
ini penulis merasa mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, pada
kesempatan ini ijinkan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada :
Penulisan Makalah
Penulisan Makalah
i
5. Seluruh jajaran dosen dan staf pengajar yang membantu karya ilmiah ini bisa
7. Terimakasih ucapan yang tulus buat Istriku Tercinta dan anak-anakku beserta
Pendidikanku
Semoga karya ilmiah yang masih jauh dari sempurna ini bisa memberikan
Penulis
HERBIN PASARIBU
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Minyak bumi merupakan salah satu diantara sumber energi yang dibutuhkan
Berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi minyak bumi di
oleh perusahaan minyak asing dari berbagai negara yang melakukan perjanjian
Indonesia. Proses pertama yang dilakukan dalam pencarian minyak bumi yang ada
di area lepas pantai, dengan melakukan seismic exploration yaitu proses survey data
geologi untuk mendapatkan tentang struktur tanah di setiap area dan untuk
bumi yang ada di area pengeboran lepas pantai. Dalam proses eksplorasi
AHTS (Anchor Handling Tug Supply) yang merupakan tipe kapal kerja yang
mengharapkan agar kapal AHTS yang disewanya siap memberikan pelayanan yang
terbaik yaitu pelayanan yang optimal dalam pelaksanaan tugasnya, yang berperan
mempunyai resiko yang sangat tinggi, baik bagi lingkungan kerja dan keselamatan
jangkar (Anchor Handling) dan memindahkan Jack-Up Rig (Rig Move), sebagai
eksplorasi pengeboran minyak lepas pantai. Melihat dari tugas kapal AHTS
seharusnya benar – benar dalam kondisi siap dan layak beroperasi, diawaki oleh
Dalam hal ini untuk memperlancar saat proses kerja penanganan jangkar
maupun Rig Move, harus dilakukan secara matang dengan melakukan berbagai
2
pertemuan yang membahas tentang keselamatan (safety meeting) dan Toolbox
meeting membahas tentang posisi letak jangkar, posisi saat kaki pertama dari Jack-
pekerjaan jangkar ataupun Rig Move, yang mana akan mempengaruhi operasional
dalam pekerjaan penangkaran jangkar dan Rig Move yang harus diperhatikan
adalah kesiapan kapal, kesiapan peralatan, kesiapan awak kapal (crew) serta adanya
kerjasama yang baik antara tim kerja diatas kapal, adanya komunikasi yang baik
dalam melaksanakan tugasnya dan masih kurangnya keterampilan awak kapal yang
bekerja di atas kapal AHTS serta beberapa masalah lain yang dapat menghambat
3
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang sering terjadi di atas kapal supply pada saat pekerjaan
minyak lepas pantai yang juga akan mencakup penilaian pencarter terhadap kinerja
RIG di Platfom
1. Mengapa keterempilan dan kemampuan ABK yang bekerja di atas kapal AHTS
kurang?
4
C. BATASAN MASALAH
AHTS.
pantai.
1. Tujuan penulisan
Logindo stamina.
2. Manfaat Penulisan
5
armadanya terutama pada kapal AHTS Logindo stamina. Dari penulisan
dapat memahami tentang kerja dan tanggung jawabnya saat bekerta di atas
kapal AHTS.
perusahaan pelayaran mulai dari sistem penerimaan calon awak kapal serta
kapal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian
teori yang terkait pada makalah ini. Adapun dari beberapa teori yang penulis
sebagai berikut :
a. Upaya
memiliki arti yang sama dengan kata usaha dan demikian pula dengan
7
kata ikhtiar, dan upaya dilakukan dalam rangka mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan.
b. Meningkatkan
proses yang bertahap yaitu dari tahap terendah, tahap menengah dan
yang nilai terendah hingga mendapatkan hasil yang lebih tinggi dan
c. Keterampilan (skill)
praktek.
8
3) Menurut Richard L. Draft, ”Era Baru Manajemen", penerbit: Salemba
bagian yaitu :
9
peralatan yang tersedia, keterampilan merupakan kelanjutan dari hasil
perilaku).
a) Persepsi
b) Respon terpimpin
c) Adaptasi
a) Pengetahuan
10
b) Pengalaman
terbiasa.
c) Keinginan / motivasi
d) Sarana
suatu tindakan.
11
sesuai dengan yang diharapkan atas dasar ketentuan yang ada.
pekerjaannya".
2. Pengertian Penanganan
dari Rig / Barge, yang telah ditentukan Kapal supply merupakan suatu
12
dilokasi pengeboran minyak lepas pantai yang dilengkapi peralatan yang
kapal dan winch dengan baik, pada waktu yang senggang ketika tidak ada
7. Sistem jangkar.
13
2. Mengoperasikan berbagai tipe dari jangkar.
platform.
3. Guide Pin Function tested, and checked for local remote operation,
system tested.
14
10. Pennant reel function tested, Greased, Break adjusted.
langkahnya biasa dilakukan dari kegiatan anchor handling pada saat akan
menaruh yang sesuai dengan posisi yang telah ditentukan dari Barge Master
2. Kapal akan menggulung main wire yang kendor tersebut dan Barge/Rig
akan mengulur main wire sampai di dapati socket diatas dek dan di
secure pada towing pin dan shark jaws sebelum di sambung dengan
jangkar.
3. Setelah socket di secure pada shark jaws dan towing pin, jangkar yang
sudah ada diatas deck di sambung dengan main wire dari crane barge /
4. Jangkar yang telah di sambung dengan main tow wire di sambung juga
dengan pennant wire yang sudah tersambung dengan work wire dan
15
(Breaking Load), Kapal bergerak menuju ke target mengikuti garis
yang telah dibuat oleh surveyor dengan tidak keluar jauh dari garis
tersebut.
laut.
10. Nahkoda melapor kepada barge master/rig mover ketika jangkar sudah
kepada perwira yang ada atas deck untuk mempersiapkan buoy jangkar.
11. Ketika socket pennant wire sudah berada pada shark jaws, Nahkoda
12. Deck crew yang berada di atas deck menyambung socket pennant wire
16
13. Nahkoda melaporkan kepada barge master/rig mover bahwa pennant
melepaskannya ke laut.
14. Bila jangkar yang akan diletakkan melewati posisi pipa bawah laut,
15. Untuk pekerjaan jangkar tersebut di atas harus dicatat dan disamakan
sesuai perawatan rutin kumpulkan alat – alat dan bahan – bahan yang
17
pencatatan khusus yang berhubungan dengan pekerjaan akan
sampai rusak. Jika kita ingin menghindarkan agar kapal tidak sering
meliputi:
18
3. Pemeriksaan dalam penggunaan : pemeriksaan yang dilakukan pada
lebih terorganisir.
dapat dievaluasi.
tepat.
beroperasi.
19
4. Memelihara peralatan – peralatan dengan benar sehingga mesin atau
operasi.
sudah diingat lebih kurang sama dengan yang sudah diajarkan dan sesuai
jangkar untuk buoy ataupun untuk mengangkat dan juga untuk inspeksi
rantai sampai pada jangkar yang di dalam laut. Untuk itu diperlukan
stabilitas yang baik yaitu kapal dengan draft yang agak tenggelam
pengambilan buoy oleh crew kapal dengan mudah pada saat merilisnya
20
Peralataan yang ada di deck harus diperiksa kelengkapannya,
perawatan barang yang baik antara lain punches dan palu sangat
pengoperasian hydraulic.
tunda ke dalam winch, kecuali kapal sudah dapat mengatasi berat atau
terhadap :
1. Menangkap pennant.
5. Setiap ada kerusakan pada peralatan dan kepada siapa laporan itu
dilaporkan.
6. Pergerakan chasing.
dan detail wire yang digunakan dan pembacaan gauge harus selalu
21
Krets Mamondole (2009 8-49) alat – alat yang berhubungan
1. Spooling drum
3. Tugger winch
4. Capstan
9. Sharkjaw
11. Karmfork
14. Gypsy
15. Bridge eequipment (foward control, aft control, joy stick control,
18. Thimbles
19. Chaser
22
20. Anchor ftfK3, stevpris MK5, stevshark IVIK5, stevmanta VI
dennl bruceFF)
efisien jika ditunjang sarana dan alat-alat yang berada dalam kondisi
23
Adalah alat yang berfungsi untuk meletakkan towing wire dan work
wire serta menggulung wire anchor dari Jack-Up Rig atau pun Wire
Drilling Barge.
5. Tugger Winch
6. Capstan
Yaitu alat yang berfungsi hampir sama dengan tugger winch namun
24
7. Stem Roller
melakukan tunda agar posisi dari towing wire tetap berada pada
stoper chain.
13. Grapnel
25
Menurut Stephen P.Robbin, Organizational behavior. Timry A.
keputusan dibuat.
kepemimpinan.
26
jalur yang benar. Pemantauan, pembandingan dan pembetulan potensial
B. KERANGKA PEMIKIRAN
perawatan kapał
sesuai dengan
27
BAB III
selama penulis bekerja diatas kapal AHTS Logindo stamina dan pendapat dari
pengalaman secara langsung, Data – data yang diperoleh dan diambil secara
28
Ship Particular
Classification
ABS + A1 (E) + Towing & A/ H Services + FiFi + AMS + DP2 + SPS + MLC
Propulsion System :
Gambar 3.2
29
Gambar 3.3
B. PENYAJIAN DATA
kapal AHTS
AHTS Logindo Stamina, AHTS Pacific defiance dan AHTS Logindo Stout
mandapat tugas untuk memindahkan jack-up Ensco 106 dari area WDA
rig move dan pada saat anchor handling serta mempersiapkan peralatan –
peralatan pendukung lainnya. Dalam pekerjaan rig move ini, AHTS. Logindo
AHTS Pacific Defiance bertugas sebagai master tow dan AHTS Logindo
Stamina bertugas sebagai assist vessel disebelah kanan jack up rig dari
lepas pantai
kerusakan generator sehingga bow thruster dari AHTS Pacific defiance tidak
AHTS. Pacific defiance melakukan Olah gerak, kapal tersebut tidak bisa
mempertahankan posisi yang diminta oleh rig mover dan bergerak terus
kearah kiri mendekati towing wire yang tersambung antara kapal AHTS
C. ANALISIS DATA
kapal AHTS
31
Saat melakukan aktivitas cargo operation dengan Jack Up Sebelum
pelaksanaan rig move, pihak perwira dianjurkan pencarter dalam hal ini
perwakilan dari Company Oil, Pihak surveyor dari pihak asuransi dan rig
perintah saat pelaksanaan rig move) datang keatas kapal untuk membaca buku
digunakan saat rig move dan penanganan jangkar serta melakukan pertemuan
dengan Nahkoda dan perwakilan dari awak kapal yang akan bertugas saat
jack-up rig Ensco 106 untuk menyambung tali tunda ( pennat towing wire)
dari jack-up rig ke main towing wire kapal. Setelah towing wire dari jack up
rig sudah tersambung dengan main towing wire kapal, Kapal bergerak maju
pelan dengan haluan yang telah ditentukan oleh rig mover sambil mengulur
towing wire kapal dengan panjang kurang lebih 300m dihitung dari buritan
kapal. Panjang towing wire sepanjang kurang lebih 300m ini bertujuan untuk
memudahkan kapal berolah gerak saat diperintahkan oleh rig mover dan
32
bertujuan untuk menjaga jarak aman kapal dengan jack-up rig agar tidak
terjadi sentakan yang ditimbulkan oleh towing wire kapal terhadap jack-up
rig saat kapal melakukan Olah gerak. Dalam proses penyambungan towing
wire kapal dengan penant wire jack-up rig, Ada beberapa faktor yang sangat
dengan baik dan aman di saat kapal mendekat dengan jack -up rig.
dengan cepat tentang gejala yang ditimbukan oleh alam sekitar. Dalam
hal ini penulis mengambil gejala alam yang disebabkan oleh kekuatan
ombak pada melakukan pekerjaan dan faktor-faktor lain dari luar kapal
pekerjaannya. Dalam hal ini keterampilan crew diatas kapal AHTS juga
kapal yang bisa menempatkan pada posisi yang aman saat melakukan
kecelakaan yang ada disekitar tempat kerja dan crew yang mengerti dan
33
Gambar 3.4
Pada proses rig move jack-up rig Ensco 106 , kapal AHTS. Logindo
stamina didampingi oleh dua kapal lainnya AHTS. Pasific Deifance (Sebagai
Main Tow vessel jack-up rig), AHTS. Logindo Stout (berada disisi kiri dari
jack-up rig).
Setelah towing wire dari ketiga kapal tersambung dengan jack up rig,
Semua pergerakan kapal-kapal tersebut diatur oleh rig mover. Dan kemudian
rig) melakukan proses pengangkatan kaki rig yang selama ini tertancap
didasar laut). Setelah jack-up rig selesai melakukan aktivitas jacking up leg,
34
Sesuai perintah dari rig mover. Ketiga kapal tersebut diatas secara bersamaan
menarik/menunda jack-up rig Ensco 106 menjauh dari area WDA Platform
dan menuju ke soft pin point (tempat jack-up rig menurun kaki pertamanya
Setelah jack-up rig berada di area ROA Platform sesuai perintah dari
rig mover, AHTS Logindo Stamina dan AHTS Logindo Stout melakukan
olah gerak mendekat kearah jack-up rig untuk melepas towing wire kapal dari
jack-up. Sementara AHTS Pasific Defiance tetap pada posisi bagian depan
jack-up rig yang bcrtugas sebagai penahan towing utama dari jack-up rig.
(jangkar pada bagian depan kanan dan belakang kanan) dari jack-up rig
Ensco 106. Saat proses penanganan jangkar terjadi hal yang berpotensi terjadi
penulis mengambil contoh saat proses pcngambilan wire jangkar no.l pada
Saat AHTS Logindo Stamina melakukan olah gerak jangkar no.1, ruang
sudut gerak kapal saat melakuan olah gerak mendekati tempat/rak jangkar
dari jack up rig sangat sempit karena posisi rak jangkar no. 1 berada dekat
dengan main towing wire (wire tunda utama yang terletak pada bagian depan)
yang masih tersambung dengan kapal AHTS Pasific Defiance. Demikian juga
35
dengan AHTS Logindo Stout yang di instruksikan oleh Rig Moveruntuk
Pada kondisi seperti diatas, sangat tidak aman dan tidak memungkinkan
bagi ketiga kapal untuk melakukan olah gerak secara bersamaan sementara
ruang gerak yang ada sangat sempit dan tidak Memungkinkan Karena posisi
melakukan komunikasi dengan rig mover dari jack-up rig Ensco 106 meminta
persetujuan agar kapal AHTS Logindo Stout untuk menunda beberapa saat
mengamati arah dan kekuatan arus yang cukup kuat dari sebelah kiri Rig
Ensco 106 yang menyebabkan AHTS Logindo Stout sulit untuk melakukan
Olah gerak kapal dan berpotensi bisa membahayakan jack-up rig Ensco 106
Rig mover jack-up rig Ensco 106 melakukan tindakan cepat dan
untuk menjauh dari rig Ensco 106 dan menunggu intrusksi selanjutnya.
mendapatkan tindakan dari rig mover dan komunikasi yang baik antar kapal-
dari jack-up rig Ensco 106 bisa diselesaikan dengan baik. Pemasangan
36
keempat jangkar jack-up rig bertujuan untuk memudahkan jack-up rig
Point) dengan cara menarik dan mengulur disetiap sisi-sisi wire jangkar jack-
memyambung kembali towing wire pada bagian belakang kanan jack-up rig,
dan AHTS Logindo Stout disebelah kiri belakang. Hal ini bertujuan untuk
emergency towing apabila terjadi kerusakan pada wire jangkar pada saat Rig
Setelah Rig Ensco 106 sudah dalam posisi akhir, kapal AHTS Logindo
mengangkat jangkar (recovery) milik jack-up rig Ensco 106 dari dasar laut.
Maka tugas kapal AHTS. Logindo stamina dalam menunjang pekerjaan rig
permasalahan yang sering terjadi diatas kapal, akan tetapi banyak hal yang
Hal tersebut sering terjadi pada awak kapal yang baru mulai bekerja
diatas kapal pada perusahaan pelayaran yang baru. Pada dasarnya job
37
Sehingga masing-masing awak kapal yang bekerja mengerti atas tugas
dan tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang diatur dalam job description
kerjasama antar awak kapal serta keharmonisan yang tercipta diatas kapal.
Apabila suasana diatas kapal terasa tidak nyaman bagi awak kapal yang
dengan crew yang lain dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada dikapal
b. Kemampuan Nahkoda
bagi ABKnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga akan
38
pekerjaannya. Akan tetapi apabila Nahkoda dikapal tidak memiliki
kemampuan yang cukup, maka menimbulkan efek yang kurang baik bagi
lepas pantai
Logindo Stout dan AHTS Pasific Defiance sudah menempatkan pada posisi
Wire dari jack up rig Ensco 106 . Salah satu kapal mengalami kerusakan
generator sehingga bow thruster dari AHTS Logindo Stout tidak berfungsi
mempertahankan posisi yang diminta Oleh rig mover dan bergerak terus
kearah kiri mendekati towing Wire yang tersambung antara kapal AHTS
gerak kapal kearah kanan dengan tujuan untuk melakukan Olah gerak pada
memegang tugas dari mesin towing I towing winch untuk menurunkan towing
dalam melakukan Olah gerak kapal karena posisi kapal akan berubah dari
39
posisi sebelumnya yaitu posisi yang telah ditentukan oleh rig mover.
untuk memberikan ruang gerak bagi kapal AHTS Logindo Stout untuk
melakukan olah gerak dengan leluasa dan untuk menghindari kecelakaan dan
Pada kejadian kedua, disaat jack-up Rig Ensco 106 melakukan aktivitas
mendekat ke final point ROA Platform, Kejadian ini hampir serupa dengan
kejadian sebelumnnya disaat jack-up rig Ensco 106 melakukan jacking up leg
di area WDA Platform. Akan tetapi pada kejadian yang kedua ini, karena
melakukan Olah gerak yang bersamaan dengan rig mover melakukan proses
menggulung Wire jangkar bagian belakang kanan dari jack-up rig Ensco 106.
sedikit gerakan pada rig Ensco 106 yang di informasikan oleh rig mover
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan mulai dari proses pemuatan buoy
a. Proses pemuatan buoy tambat keatas deck kapal. Pada proses pemuatan ini
40
crane dari kapal tongkang tersebut tidak mampu melakukan pemindahan
barang ditengah laut. Yang pada saat proses pekerjaan pemasangan buoy
kondisi cuaca area tersebut sering datangnya angin kencang dan kondisi
kemudian melakukan transfer unit dari buoy tambat ke atas deck kapal
1) Memuat buoy tambat dari jack up rig ke atas deck kapal AHTS.
Logindo stamina.
3) Pada bagian rantai ini terdiri dari dua bagian rantai yaitu rantai
penghubung antara buoy tambat dengan sinker nomor dua harus dibagi
menjadi dua bagian yaitu rantai pada bagian pertama adalah rantai yang
akan dihubungkan terlebih dahulu dengan buoy tambat dan rantai pada
41
b. Proses pemuatan sinker (pemberat buoy tambat )
tambat yang akan dijatuhkan ke laut memiliki dua pemberat buoy tambat
bentuk dari pemberat buoy navigasi tersebut berbentuk kubus yang hanya
memiliki satu pengait pada setiap bagian tengah disisi atas sinker. Apabila
1) Saat pemuatan sinker, sinker nomor dua dimuat terlebih dahulu dan
diletakan pada bagian dek plat belakang dengan posisi harus lurus
nantinya akan disambungkan dengan rantai yang ada pada buoy tambat
3) Dengan bantuan crane dari Jack Up Rig, Singker nomor dua diletakan
keamanan, setelah sinker nomor dua sudah pada posisi yang dinginkan,
4) Sinker nomor satu dimuat dan diletakan di samping sinker nomor dua.
42
5) Proses penyambungan sinker nomor satu ke sinker nomor dua dengan
7) Dengan bantuan crane dari jack up rig sinker nomor satu diletakan di
9) Setelah kedua sinker tersebut sudah pada posisi yang diinginkan, langkah
(kiri dan kanan). Serta memberi tambahan tali penguat (lashing) dengan
Sisi kiri dan kanan kapal. Hal ini bertujuan untuk menahan rantai – rantai
dan sinker agar tidak bergeser saat kapal melakukan olah gerak ataupun
tugasnya. Oleh karena itu disaat pengedropan atau pemasangan akhir dari
43
dengan benar dan buoy tambat di drop/diletakkan pada posisi yang telah
ditentukan sebelumnya.
ikut menyaksikan dan sebagai saksi bahwa proses pemasangan buoy tambat
dilakukan dengan baik dan benar diarea pengeboran minyak lepas pantai
Bintuni Bay.
4) Tow pin bagian kanan diturunkan, hal ini dilakukan karena sinker nomor
5) Work wire di ulur perlahan hingga sinker nomor satu jatuh kelaut dan
penghubung diantara kedua sinker dan towing wire digeser pada Sisi
yang aman.
area ke air yang melewati bagian belakang kapal sehingga posisi buoy
44
9) Work wire di area hingga ujung rantai dari sinker nomor berada dekat
10) Ujung rantai dari sinker nomor dua dilepas dari work wire drum dan di
11) Ujung dari work wire dipasang anchor hook dan dikaitkan pada shackle
12) Setelah semua siap, sinker nomor satu dijatuhkan pada jarak 10m dari
13) Sinker nomor dua dijatuhkan pada posisi akhir yang telah ditentukan.
14) Setelah sinker nomor dua selesai di jatuhkan pekerjaan pemasangan buoy
selesai dilakukan.
adalah :
45
c. Pihak manajemen perusahaan masih belum selektif dalam menemukan
armadanya.
D. PEMBAHASAN
dalam pekerjaan rig move sering terjadi kejadian yang menghambat kelancaran
kemapuan pada awak kapal yang bekerja diatas kapal AHTS mencapai tujuan
maupun tidak langsung dengan operasianal kapal. Tanpa adanya kerja sama
yang baik maka tidak mungkin dapat menghasilkan pelayanan seperti yang
tentang kegiatan – kegiatan yang dilakukan para ABK, apakah sudah sesuai
dcngan rencana yang telah ditctapkan Oleh Nahkoda yang merupakan wakil
dari perusahaan.
46
Pengawasan ini Juga dilakukan Oleh individu terhadap individualnya,
cara mengingatkan sesama awak kapal mengenai bahaya yang dapat terjadi
Selain dari hal yang telah diuraikan diatas, kemampuan seorang Nahkoda
mempengaruhi perilaku ABK nya agar bekerja secara baik dan penuh
mengerti tentang sifat dan karakter dari masing – masing anak buahnya,
47
dan memotivasi ABK nya mengenai rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
yang di inginkan oleh perusahaan dan misi bersama seluruh crew di atas
kerja maupun hasil kerja dan anak buahnya, Nahkoda harus memberi
kerja yang baik dan harmonis serta akrab, kompak dengan nahkoda lebih
menghormati pada saat jam kerja maupun di luar jam kerja. Perilaku
pendekatan terhadap ABK sebab hal ini di nilai oleh anak buah kapal.
48
satu cara menyampaikan maksud dan tujuan dalam pergaulan dan
pekerjaan.
pendekatan yang baik dan tepat agar anak buah kapal tidak merasa
mudah di mengerti.
seseorang
Anak buah Kapal (ABK). Nahkoda sebagai wakil dari perusahaaan harus
berkomunikasi akibat dari tata cara penyampaian tutur cara Yang tidak
49
kapal, di antara penyampaian berita atau komunikasi tersebut sebagai
teknik tertentu untuk menciptakan hubungan kerja yang selaras dan baik
a. Jujur
b. Berpengalaman
c. Berani
e. Dapat di percaya
f. Berinisiatif
g. Bijaksana
h. Tegas
i. Adil
50
j. Menjadi tauladan
k. Tahan uji
m. Simpati
n. Rendah hati
lihat dan di contoh oleh lingkungannya. Oleh karena itu sifat – sifat
keterlambatan yang sering kali terjadi akibat dari ketidaksiapan ABK saat
51
kapal akan beroperasi, maka Nahkoda dan perwira hendaknya
dalam kadaan siap. Siap dalam keadaan berpakaian lengkap dengan alat
cukup dan terampil, yang merasa senang tugas yang menjadi tanggung
jawabnya, memiliki semangat kerja yang baik. Melihat dari hal tersebut
diatas maka menumbuhkan suatu motivasi semangat kerja yang baik bagi
bidangnya.
diharapkan.
mempengaruhi kesiapan dari kapal tersebut yang harus diatasi dengan cepat
52
dengan profesionalisme dari awak kapal dalam melakukan manajemen
kapalnya, diantaranya :
hanya untuk suku cadang yang memang sangat di butuhkan. Oleh sebab
Kapal.
Sesuai dengan ISM code yang diberlakukan oleh IMO " the
pelihara". Jelas di sini bahwa kewajiban seluruh crew dalam hal ini ABK
53
harus di bekali prosedur tersebut melalui familiarisasi dan dapat di
pertanggung jawabkan.
umum dan khusus, proses pengenalan akan memakan waktu yang agak
lama karena proses ini juga mencakup aspek operasi yang artinya harus
yang baru pertama kali di tempatkan pada kapal AHTS, Nahkoda dan
oleh karena pembiasaan Anak Buah Kapal dengan tugas baru mutlak di
Dalam hal ini haruslah di pilih metode yang paling sesuai yang sedapat
54
pemegang komando untuk operasi kapal, Begitu pekerjaan diserahkan
mengadakan Tool Box Meeting bersama seluruh crew kapal dengan topic
tersebut.
Pada saat terdapat seorang crew baru naik kapal nahkoda sebagai
serah terima tugas mereka belum familiar dengan kondisi dan situasi
kapal.
55
Dalam hal ini, ketelitian nahkoda dan perwira navigasi diatas kapal
berlakunya. Sehingga kapal masih dalam kondisi laik laut dan siap untuk
keselamatan yang ada diatas kapal Pengecekan İni harus benar – benar
dan rig nıove semua perawatan yang dilakukan hendaknya sesuai dengan
sistem perencanaan perawatan kapal dan dicatat dalam log book sebagai
56
i. Memastikan semua suku cadang ada diatas kapal
Hal ini sangat berpengaruh terhadap tindakan cepat awak kapal didalam
kapal. Apabila suku cadang yang ada diatas kapal telah dipergunakan
bcrfungsinya dengan baik peralatan yang ada diatas kapal. Hal tersebut
permasalahan yang ada, sehingga kapal selalu dalam keadaan siap dalam
melakukan pekerjaannya.
57
BAB IV
A. KESIMPULAN
kapal AHTS disebabkan oleh beberapa hal yang diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Masih belum siapnya awak kapal yang bekerja diatas kapal AHTS yang
pantai disebabkan :
58
dari perusahaan pelayaran tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kurang
gunakan.
terhadap kinerja kapal dan awaknya serta tindakan perusahaan dalam hal
sebuah operasi, akan tetapi tugas dan tanggung jawab instansi terkait yang
penting guna menjaga keberadaan kapal agar tetap dałam kondisi prima.
latar belakang ABK yang beraneka ragam schingga proses persiapan dan
B. SARAN
untuk meningkatkan keterampilan awak kapał yang bekerja diatas kapał AHTS
memberikan saran :
a. Bagi awak kapał baru yang akan memulai bekerja di kapał AHTS,
59
keterampilan ataupun membaca buku – buku tentang AHTS khusus yang
b. Bagi awak kapał yang telah bekerja dikapal AHȚS, hendaknya seluruh
keselamatan dan atau peralatan kerja sebelum ABK naik keatas kapał.
60
DAFTAR PUSTAKA
Kamus besar bahasa Indonesia, PT. Gramedia pustaka Utama Jakarta 2008:1534
13
Prof. Dr, Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatip Kualitatip Dan R&D 2010
http://www.swire.com.sg/fleetclassintro.aspx
https://www.bourbon-offshore-
https:/boskalis.com/about-us/fleet-and-equipment/offshore-vessels/various-
offshore-vesselsand-equipment.htm
61
https://www.marineinsight.com/tvpes-of-ships/features-applications-and-
limitations-of-anchorhandling-tug-supplv-vessels-ahts/
62