Anda di halaman 1dari 50

Nama Dokumen: Nomor Dokumen :

HSE PLAN

Disiapkan Oleh : Pengesahan :


Masa Berlaku:
HSE Departemen

HEALTH, SAFETY AND ENVIRONMENT PLAN


“”

Persetujuan
Nama Jabatan Tanggal Tandatangan

Revisi Status
Tanggal PT
Revisi Dikeluarkan untuk Keterangan
Dikeluarkan Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh
0 Persetujuan

1
TABEL REVISI

HAL REVISI HAL REVISI LAMPIRAN REVISI

00 01 02 03 04 05 06 07 00 01 02 03 04 05 06 07 00 01 02 03 04 05 06 07

1 X A X
2 X B X
3 X C X
4 X D X
5 X E X
6 X F X
7 X G X
8 X H X
9 X
10 X
11 X
12 X
13 X
14 X
15 X
16 X
17 X
18 X
19 X
20 X
21 X
22 X
23 X
24 X
25 X
26 X
27 X
28 X
29 X
30 X
31 X
32 X
33 X
34 X
35 X
36 X
37 X
38 X
39 X
40 X
41 X
42 X
43 X
44 X
45 X
46 X
47 X
48 X
49 X
50 X
51 X
52 X
53 X
54 X
55 X
56 X
57 X
58 X
59 X
60 X
61 X
62

2
REVISI LOG
Dokumen Nomor :
Judul Dokumen :
Revisi :0

Halamn Tanggal Revisi

3
DAFTAR ISI
ITEMS CHAPTER PAGE
0.0 GENERAL INFORMASI 6
0.1 LATAR BELAKANG 8
0.2 TUJUAN 8
0.3 OBJECTIVES – TARGETS 8
0.4 PENANGGUNG JAWAB HSE PLAN 9
0.5 DEFINISI 9
1 KOMITMEN MANAJEMEN 9
1.1 PERNYATAAN KEBIJAKAN HSE DAN SASARAN STRATEGIS 11
2 HSE PERFORMANCE INDIKATOR 12
3 ORGANISASI HSE 14
4 RISK ASSESSMENT 21

5 PROGRAM PENGENDALIAN RESIKO 24


5.1 ORIENTASI DAN INDUKSI 24
5.2 SERTIFIKAT KOMPETENSI DAN HSE 24
5.3 SERTIFIKASI PERALATAN 25
5.4 SIKA DAN JSA 25
5.5 LOTO (Lock Out Tag Out) 27
5.6 SOP PEKERJAAN DAM PENDUKUNGNYA 27
5.7 SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN 28
5.8 PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK
29
(ORGANIK, AN-ORGANIK, DAN LIMBAH B3)
5.9 HSE MITING 30
5.10 PENGUKURAN KUALITAS LINGKUNGAN KERJA
30
(KEBISINGAN)
5.11 PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN (MCU) 32
5.12 KARTU OBSERVASI (PEKA) 33
5.13 RAMBU-RAMBU DAN PROMOSI HSE 33
5.14 HOUSE KEEPING 34
5.15 ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 36
6 JOURNEY MANAGEMENT PLAN 36
7 EMERGENCY RESPONSE PLAN 37

8 INVESTIGASI INSIDEN 46

9 PENGELOLAAN ASPEK HSE SUBKONTRAKTOR 47

10 INSPEKSI DAN AUDIT HSE 47


11 COMPLIANCE REGULASI PERUNDANG-UNDANGAN 48

LAMPIRAN A – FORM MANAJEMEN VISIT/MWT 50


LAMPIRAN B – HSE POLICY 51
LAMPIRAN C – FORM LAPORAN KINERJA HSE 56
LAMPIRAN D – RISK ASSESSMENT 57

4
LAMPIRAN E – EMERGENCY FLOW CHART, KONTAK NOMOR,
58
JADWAL PELATIHAN DRILL
LAMPIRAN F – FORM INCIDENT INVESTIGATION REPORT 59
LAMPIRAN G – FORM NSPEKSI DAN FORM AUDIT 60
LAMPIRAN H – DAFTAR ISI MANUAL PROSEDUR 61

5
6
0.1 Latar Belakang
menangani kontrak projek “Pekerjaan Sewa Jasa 1 (Satu) Unit Accommodation Work Barge
(AWB) C/W Supporting (AHTS Beserta Operasional Catering, Fuel, Fresh Water, Shipping
Agency & Marine Inspection/Advisor) dan Power System di PT 1 selama 365 (Tiga Ratus
Enam Puluh Lima) Hari” untuk mendukung kegiatan PT. 1 projek dan produksi pada Xray
Platform.

0.2 TUJUAN
Tujuan Spesifikasi Persyaratan HSE ini adalah untuk menentukan persyaratan
Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan minimum (K3L) yang harus dipenuhi
oleh PT. 1 dan subkontraktor / pemasok PT.2 lainnya yang bekerja di PT. 1,
harus mematuhi Sistem Manajemen HSE Perusahaan dan sepenuhnya
mematuhi peraturan dan persyaratan Pemerintah

0.3 OBJECTIVES-TARGETS
0.3.1 OBJECTIVES
o Untuk mematuhi undang-undang dan peraturan Nasional dan
Internasional yang berlaku melalui pelaksanaan KONTRAK, di
bidang Kesehatan, Keselamatan Kerja, Lingkungan dan
Keamanan.
o Untuk menyoroti persyaratan K3L yang terkait dengan rencana
pelaksanaan proyek.
o Mengidentifikasi prosedur yang relevan untuk dilaksanakan
untuk memenuhi persyaratan.
o Melindungi semua orang dan menghindari cedera dan kesulitan
pribadi.
o Melakukan semua tugas dengan aman.
o Untuk menunjukkan melalui catatan HSE bahwa bisnis tersebut
dioperasikan secara bertanggung jawab.
o Untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi di semua
karyawan sehubungan dengan kesehatan, keselamatan kerja,
keamanan dan perlindungan lingkungan kerja.
o Untuk menunjukkan bahwa operasi yang aman merupakan
elemen penting dari operasi yang efisien.
o Untuk mencegah insiden ini dapat menyebabkan cedera dan
kesulitan pribadi.

0.3.2 TARGET
o “0” ACCIDENT

7
o “0” HARM TO PEOPLE (KERUGIAN JIWA)
o NO HARM TO ENVIRONMENT (TIDAK MERUSAK LINGKUNGAN)

0.4 PENANGGUNG JAWAB HSE PLAN

MANAJER PROYEK (PM) bertanggung jawab untuk menetapkan, menerapkan


dan memelihara Persyaratan Rencana HSE ini. Project Manager (PM) akan
menyetujui Persyaratan Rencana HSE ini, menerbitkan dan memperbarui
revisi berikutnya. PM akan memastikan distribusi dan diseminasi efektifnya
sepanjang proyek.

TIM MANAJEMEN PROYEK (PMT) harus memverifikasi (di lokasi) bahwa


persyaratan Persyaratan Rencana HSE dilaksanakan setiap hari dan
mengkomunikasikan penyimpangan / ketidaksesuaian, secara tertulis kepada
Manajer Proyek.

SEMUA CREWS ONBOARD harus mematuhi ketentuan dalam Persyaratan


Rencana HSE ini dan dokumen rujukannya dan harus melakukan tindakan
tambahan yang diperlukan untuk melindungi dari cedera personil, atau
kerusakan atau kehilangan harta benda selama pelaksanaan Kegiatan Kerja.

0.5 DEFINISI

o CONTRACTOR is it refers to PT. 1 (2)


o COMPANY is it refers to PT. 1 (PEP 3)

1. KOMITMEN MANAJEMEN

8
Kepemimpinan dan Komitmen adalah dasar dari Sistem Manajemen HSE yang efektif.
Setiap orang yang melakukan fungsi manajemen harus menunjukkan komitmen
terhadap Manajemen HSE. Namun, kepemimpinan dan komitmen tidak terbatas pada
posisi manajemen. Semua orang di PT. 1 dapat menunjukkan kepemimpinan dan
komitmen atas tindakan dan komitmen mereka terhadap pengelolaan HSE.

Tanggung jawab utama atas keberhasilan kebijakan dan tujuan K3 Pejabat Kontraktor
bertumpu pada Top Manajemen/Direktur yang mendelegasikan wewenang untuk
pelaksanaan dan Tanggung Jawab Manajemen:

o Memimpin dengan teladan dan komitmen melalui kepedulian karyawan dan


crew terhadap perlindungan, keselamatan, dan kesehatan dan lingkungan.
o Menyiapkan kebijakan dan mengalokasikan sumber daya untuk memastikan
lingkungan kerja yang aman dan efisien.
o Berikan prioritas yang memadai untuk HSE di semua area kerja.
o Mengembangkan dan memantau setiap program HSE.
o Memastikan prosedur ijin kerja sesuai dengan persyaratan PERUSAHAAN (PEP3).
o Melaakukan pelatihan dan pengetahuan HSE reguler tentang praktik kerja yang
aman.

Semua karyawan diharapkan berkomitmen terhadap kualitas, kesehatan, keselamatan


dan lingkungan di semua aspek pekerjaan mereka. Metode yang dipilih dan paling
efektif untuk menunjukkan kepemimpinan dan komitmen HSE.

Bagian dari proses ini adalah komitmen yang besar terhadap pengembangan dan
implementasi Rencana HSE yang efektif yang ditetapkan melalui prosedur perencanaan
HSE yang telah ditetapkan untuk mendorong proses perbaikan kinerja HSE secara terus-
menerus.

Persyaratan Rencana HSE harus dimasukkan ke dalam perencanaan dan pelaksanaan


setiap operasi. Kinerja bebas kecelakaan dapat dicapai melalui upaya gabungan antara
lain:

o Manajemen yang peduli


o Tim pengawas yang berpengetahuan dan bertanggung jawab
o Personel yang teliti dan terlatih
o Kampanye HSE & Kesadaran

Tanggung jawab untuk mengembangkan, mempromosikan dan menerapkan Kebijakan &


Prosedur HSE dan tujuan pada:
o Manajemen
o Supervisor di semua tingkatan
o Karyawan perorangan.

Top Management dan Manajemen Level Manajer melakukan kunjungan ke kapal


(Management Visit) dan Inspeksi setiap 6 bulan untuk menunjukkan komitmen pelaksanaan
K3LL dan penanggung jawab tertinggi pelaksanaan kebijakan K3LL di atas kapal,

9
menunjukkan gaya kepemimpinan dan manajemen selama berada di kapal, memberikan
contoh yang baik bagi semua crew di kapal dan menjadikan K3LL sebagai nilai tertinggi baik
perorangan maupun berkelompok.

Top Management dan Manajemen Level Manajer terlibat secara aktif terlibat dalam
masalah K3LL seperti menghadiri pertemuan rutin K3LL, inspeksi, investigasi, audit dan
tinjauan, dsb. Selain itu, Top Management Level Marine Contractor juga harus bisa
memberikan suatu sistem umpan balik untuk mendorong dan memfasilitasi crew mengenai
hal-hal K3LL, mempromosikan budaya positif K3LL serta prosedur maupun standard harus
didukung dan dilaksanakan di semua tingkatan.

Manajemen dan Team Operasional akan memberikan umpan balik dari hasil kunjungan ke
kapal (Management Visit). (Mohon lihat Lampiran A - Form Management Visit)

PT. 1,

SUTARMAN – DIREKTUR

1.1 PERNYATAAN KEBIJAKAN HSE dan SASARAN STRATEGIS.


(Silakan lihat Lampiran - "B")

10
PT. 1 memastikan bahwa Kebijakan K3LL dan Mutu ditandatangani oleh Top Management
Level, berisi tentang pernyataan yang jelas, singkat dan memotivasi, pentingnya K3LL dan
Mutu sebagai salah satu tujuan kontrak, insiden dan cidera tidak dapat diterima, K3LL dan
Mutu dibuat sebagai tanggungjawab line management dan setiap personil bertanggung
jawab untuk meyakinkan keselamatan diri sendiri dan rekannya di lokasi kerja.

PT. 1 bertanggungjawab mendistribusikan kebijakan K3LL dan Mutu terbaru kepada semua
pihak yang terlibat yakni setiap pekerja yang menjadi tanggungjawab Management, pihak-
pihak terkait seperti sub contractor, supplier dan agen, dipasang di kapal, mudah dipahami
dan dimengerti dengan bahasa kerja sehari-hari.

PT. 1 menjamin bahwa kebijakan K3LL dan Mutu dipahami oleh semua pekerja termasuk
crew diatas kapal dengan memberikan familiarisasi secara periodik dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan K3LL dan Mutu tersebut.

Kebijakan K3LL dan Mutu PT. 1 Kebijakan K3LL PT. 1

2. HSE PERFORMANCE INDIKATOR

TUJUAN DAN KPI HSE

11
Kami PT.1 akan mendapat dukungan penuh untuk PT. 1 tentang KPI DAN TARGET HSE UNTUK
PROYEK INI

TUJUAN Sasaran: ("0" ACCIDENT), ("0" HARM TO PEOPLE (KERUGIAN JIWA)), (TIDAK
MRUSAK LINGKUNGAN)

No. Key Performance Indicator Minimum Target

Leading Indicators

1 HSE Training 95%

Kunjungan ke Kapal
2 1 kali dalam 6 bulan
(Manajemen Visit / Management Walk Through)
2 Safety Talks / Toolbox Talks 95%

3 Job Safety Analysis / Risk Assessment 95%


4 HSE Meeting Min. 1 kali / bulan
5 HSE Inspeksi Min. 1 kali / bulan
Kartu Observasi /
6 5 kartu / Kru / Bulan
Kartu PEKA (Pengamatan Kerja Aman)
7 Pre-Job Safety Meeting 100%
8 Safety Campaign 100%
9 Safety Drill 100%

Lagging Indicators
1 Recorded
Total Man-hours
2 Based on OSHA Formula N/H
Total Recordable Incident Rate
x 200,000
3
Number of Fatality 0

4
Number of Lost Time Injuries (LTI) 0

5
Number of restricted workday case (RWC) 0

6
Number of medical treatment case (MTC) 0

7
Number of first aid case (FAC) 0

8
Number of property damage case 0

12
9
Number of motor vehicle incident (MVI) 0

10
Number of environmental / spill case 0

11 Number of near miss and hipo (high potentiall


0
incident) incidents

Status setiap Indikator Kinerja Utama harus dipantau dan sama dalam laporan HSE bulanan.

Silakan lihat Lampiran C: Form Laporan Kinerja HSE (template)

3. ORGANISASI HSE

3.1.1 ORGANISASI KESELAMATAN

13
Operation Manager/ DPA Director
Roy Rianda Putra Sutarman

Crewing
Luki Setyono

HSE Coordinator
Tiara Piecesa

HSE Officer
Edwien Wicaksono

Barge HSE Officer Barge Master Barge Medic


........................... ..................... ....................

i.) Director
Direktur memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola dan menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Direktur
adalah tingkat manajemen tertinggi dan bertugas untuk memastikan bahwa
semua personil memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sesuai untuk
melakukan tugas spesifik mereka.
Tugas, tanggung jawab dan wewenang Direktur meliputi:
o Persetujuan akhir dari semua sistem Manajemen Keselamatan,
Kesehatan dan Keselamatan manual.
o Memastikan Sistem Manajemen diterapkan secara efektif untuk
mencapai tujuan.
o Menilai Sistem Manajemen setidaknya setahun sekali untuk
memastikan kesesuaian dan efektivitasnya.
o Memobilisasi sumber daya dan personil untuk memelihara Sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk
mencapai hasil dan sasaran perusahaan.
o Menetapkan target dan peraturan perusahaan.

ii.) Designated Person Ashore (DPA)


a. Memastikan pengoperasian kapal yang aman dan untuk menyediakan
hubungan antara Perusahaan dan personil di kapal, Trijaya menunjuk
seorang petugas di lapangan (DPA) untuk sejumlah kapal yang

14
beroperasi. Mencantumkan nama, nomor telepon, dan tanda tangan
yang akan dimuat di tempat yang mudah terlihat di bagian atas kapal.
b. DPA menetapkan jumlah dan susunan bagaimana kapal yang ditangani
oleh DPA ditentukan sesuai dengan beban kerja.
c. DPA menjadi penghubung antara Trijaya dan awak kapal untuk
memastikan pengoperasian kapal yang aman dengan menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Perlindungan
Lingkungan.
d. DPA memiliki akses langsung ke sistem manajemen perbaikan, dan
memiliki akses langsung ke Direktur.
e. DPA yang ditunjuk harus memiliki pengetahuan yang cukup dan bisa
berkomunikasi dengan baik.

iii.) HSE Coordinator


Koordinator HSE umumnya bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
pemantauan kualitas, kesehatan, keselamatan dan perlindungan lingkungan
di Perusahaan. Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut, namun
tidak terbatas pada:
a. Mengembangkan prosedur keselamatan instruksi di papan tulis dan kerja
untuk mengelola risiko yang telah diidentifikasi.
b. Pantau dan pelajari peraturan baru yang berkaitan dengan
pengoperasian kapal yang aman, dan peralatan perlindungan lingkungan
serta memastikan kepatuhan dan perbaikan terus-menerus.
c. Meninjau kembali penilaian risiko yang dilakukan terkait dengan
pengoperasian kapal sehingga semua bahaya dan risiko dapat
dikendalikan sesuai dengan pekerjaan.
d. Mengontrol seluruh laporan kapal yang berkaitan dengan peraturan
kesehatan, keselamatan dan lingkungan dan pengukuran kinerja kapal
dalam periode yang terukur.
e. Memastikan laporan kecelakaan, nearmiss, ketidaksesuaian dan
Investigasi Insiden serta tindakan perbaikan dan preventif.
f. Menilai dan menganalisa efektifitas dan kinerja pelaksanaan sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
g. Mengkoordinasikan Audit Internal dan Eksternal di Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

iv.) HSE OFFICER


HSE OFFICER memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan
melaksanakan semua program HSE.
a. Mempersiapkan dan memperbarui data statistik HSE.
b. Membantu HSE Coordintor dengan persyaratan HSE Perusahaan dan
membantu pelaksanaan HSE .
c. Membantu pengembangan Program HSE yang sesuai dengan
kebijakan dan prosedur Perusahaan dan Kontraktor serta persyaratan
lokal.

15
d. Bertanggung jawab untuk menyediakan pelaporan kinerja HSE dan
umpan balik kepada HSE Coordinator.
e. Membantu pengembangan dan penerapan sistem tanggap darurat di
lokasi.
o Memberikan informasi yang relevan untuk laporan HSE bulanan.
f. Melakukan audit HSE dan inspeksi sesuai kebutuhan
g. Melaksanakan presentasi HSE dan pelatihan kepada karyawan / Crew
sesuai kebutuhan.
b. Membantu petugas lapangan kerja dan manajemen lini dalam
pengembangan HSE.

v.) Barge Master


a. Barge Master bertanggung jawab atas keamanan kapal yang dikepalai.
Tanggung jawab dan wewenang Helmsman meliputi:
o Melaksanakan kebijakan 2 tentang kesehatan, keselamatan, dan
perlindungan lingkungan.
o Promosikan kru untuk meneliti kebijakan di atas.
o Berikan perintah dan instruksi yang sesuai, jelas dan sederhana.
o Periksa apakah persyaratan yang ditentukan telah dipelajari.
o Mengkaji kekurangan Sistem Manajemen Kesehatan, Keselamatan,
Mutu dan Lingkungan yang ada dan melapor kepada manajemen di
darat.
o Memastikan keamanan awak kapal, kapal dan segala sesuatu yang ada
di kapal.
o Melaksanakan program keselamatan dan integritas kapal dan
memastikan semua awak berpartisipasi dan terlibat.
o Memastikan bahwa semua personil / subkontraktor dan kapal
pendukung mematuhi sepenuhnya Kebijakan HSE Perusahaan (PT PEP
- 3) dan Kontraktor (PT 2) setiap saat.

b. Barge Master harus memeriksa dan memastikan beberapa persyaratan


khusus, seperti prosedur dan instruksi yang berkaitan dengan Sistem
Manajemen Kesehatan, Keselamatan Kerja, Mutu dan Lingkungan yang
harus diperhatikan dan dipenuhi dalam pengoperasian kapal secara
harian.

c. Barge Master bertanggung jawab untuk meninjau Sistem Manajemen


Sistem Manajemen Kesehatan, Keselamatan Kerja, Mutu dan Lingkungan
di kapal untuk meyakinkan manfaat dan kesesuaian di kapal. Ulasan
harus dilakukan secara berkala paling sedikit setiap tahunnya.

d. Keputusan dan rekomendasi hasil pemeriksaan/Inspeksi harus


disampaikan kembali kepada perusahaan untuk pembahasan dan
penilaian.

16
e. Barge Master harus segera melapor ke perusahaan jika mengubah
prosedur kerja yang telah ditentukan untuk menjamin Kesehatan,
Keselamatan, Mutu dan Perlindungan Lingkungan.

f. Barge Master diberi hak dan kewenangan atas atau di atas yang lain
untuk mengambil tindakan dalam aspek keselamatan dan pencegahan.
g. Barge Master harus memastikan bahwa semua laporan dan dokumentasi
laporan konsumsi bahan bakar tersebut akan selesai sesuai dengan
jadwal yang ditentukan dan dikirim ke kantor pusat tepat pada waktunya.

vi.) Barge HSE Officer

Barge HSE Officer memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan


melaksanakan rencana HSE Plan ini di lokasi. Barge HSE Officer akan
bekerja sama dengan Barge Master dan HSE Koordinator untuk mencapai
tujuan dan sasaran K3L yang tercantum dalam rencana HSE. Barge HSE
Officer melaporkan langsung kepada Barge Master, dan secara
administratif kepada HSE Coordinator. Barge HSE Officer memiliki
tanggung jawab, dan tugas berikut mengenai pengelolaan HSE:
o Memastikan orientasi manajemen kapal dan supervisor/kru kapal
mengenai HSE Plan, untuk tanggung jawab dan kepatuhan mereka
terhadap Kesehatan Keselamatan dan Perlindungan Kerja.
o Memastikan melaksanan induksi / orientasi HSE dari semua kru Kapal
dan pengunjung kapal.
o Memantau sistem perawatan dan pemeriksaan peralatan life saving
dan peralatan Fire Fighting
o Melaksanakan pelatihan yang diperlukan untuk memastikan semua
personil dilatih secara memadai sesuai dengan tanggung jawab
pekerjaan dan HSE.
o Membantu Investigasi insiden dan analisis kejadian
o Membantu evakuasi medis dan menanggapi keadaan darurat.
o Mengumpulkan data statistik HSE untuk dilaporkan ke Perusahaan dan
Kontraktor
o Interface dengan HSE Perusahaan (HSE PEP3) bila diperlukan
o Memastikan kecukupan alat pelindung diri yang diperlukan (PPE)
o Berpartisipasi dalam penyelesaian JSA dan TBRA
o Berpartisipasi dalam pembicaraan toolbox
o Menghadiri semua pertemuan HSE kapal
o Periksa secara teratur area kerja untuk mengidentifikasi tindakan dan
kondisi yang tidak aman dan beri tahu manajemen proyek mengenai
hal-hal yang tidak dapat segera diperbaiki.
o Laporkan SEMUA insiden, terlepas dari tingkat keparahannya, ke
supervisor lini dan Barge Master.

vii.) Barge Medic

17
Barge Medic akan bekerja sama dengan Barge Master dan HSE
Coordinator / DPA untuk mencapai tujuan dan tujuan kesehatan yang
tercantum dalam rencana HSE (HSE PLAN). Barge Medic melapor
langsung ke Master Barge, dan secara administratif ke HSE Koordinator.
Barge Medic memiliki tanggung jawab, tanggung jawab, dan tugas
sebagai berikut mengenai manajemen kesehatan:
o Mengkoordinasikan dan mengelola perawatan medis untuk semua
pasien yang terluka dan sakit.
o Mengkoordinasikan & mengatur medivac yang diperlukan dan
memastikan dukungan tanggap darurat yang tepat tersedia.
o Memelihara semua peralatan klinis dan medis, menjaga aman semua
obat di kapal dan mencatat semua persediaan medis yang dibutuhkan
dan memesannya seperlunya.
o Mengirimkan laporan cedera medis secara rinci setelah perawatan
pasien dan mendokumentasi lengkap obat-obatan yang diberikan.
o Melakukan pembicaraan kesehatan kerja sesuai kebutuhan. Lakukan
inspeksi kebersihan & sanitasi setiap minggu
o Berpartisipasi secara aktif dalam pertemuan HSE
o Mengikuti pelatihan HSE.

viii.) Barge Supervisor / Chief Officer Barge


Adalah tanggung jawab masing-masing anggota tim Pengawas (termasuk
Foremen dan Leadermen) untuk memastikan bahwa prosedur HSE yang
ditetapkan dalam Rencana HSE (HSE Plan) ini telah dilaksanakan. Selain
itu, adalah tanggung jawab mereka untuk menerapkan praktik kerja yang
aman.

Barge Supervisor / Chief Officer Barge adalah kunci Program HSE yang
efektif. Barge Supervisor / Chief Officer Barge menyediakan jalur
komunikasi dan menerapkan kepada kru Kapal; Oleh karena itu, mereka
harus memberi contoh yang baik untuk bawahan dengan
mengkomunikasikan persyaratan Rencana HSE (HSE Plan) kepada semua
Kru Kapal.

Supervisor Line (termasuk Foreman dan Leadermen) memiliki tanggung


jawab untuk memastikan bahwa pekerjaan secara langsung di bawah
kendali mereka dilakukan dengan cara yang menjamin kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja sekaligus melindungi lingkungan dari bahaya
dan pencemaran .

Barge Supervisor / Chief Officer Barge bertanggung jawab kepada Barge


Master dan Manajer Opersional/DPA ; memiliki tanggung jawab,
akuntabilitas, dan aktivitas berikut mengenai pengelolaan HSE:
o Memastikan tempat kerja aman sebelum pekerjaan dimulai
o Melatih Kru untuk melakukan pekerjaan dengan aman

18
o Berpartisipasi dan mematuhi semua instruksi HSE, prosedur dan
aktivitas HSE
o Mempromosikan Housekeeping yang baik.
o Memastikan tenaga kerja dan subkontraktor kompeten untuk
melaksanakan pekerjaan.
o Memastikan bahwa persyaratan sistem Perizinan (Permit to Work
System) / SIKA (Surat Ijin Kerja Aman) untuk Bekerja dipahami dan
diterapkan.
o Melakukan pemeriksaan HSE di tempat kerja secara berkala dan
lakukan tindakan perbaikan seperlunya
o Menyampaikan pembicaraan Toolbox Meeting / Pre-Job Safety
Meeting kepada pekerja dan membuat JSA dengan kru sebelum
melakukan pekerjaan yang dibutuhkan.
o Memberikan pengawasan yang ketat selama durasi pekerjaan.
o Pastikan semua tenaga kerja mengetahui tindakan yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat.
o Memastikan kecukupan APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan oleh
personil
o Amati, perbaiki dan catat tindakan dan kondisi yang tidak aman
dengan menggunakan Kartu Observasi / Kartu PEKA (Pengamatan
Kerja Aman)
o Membantu dalam menyelidiki SEMUA insiden, tanpa mempedulikan
tingkat keparahan, akar penyebab dan tindakan korektif
o Mengkomunikasikan hasil investigasi insiden kepada kru
o Mendorong awak Kapal untuk berpartisipasi aktif dalam Program HSE.
o Berpartisipasi Mempromosikan HSE

ix.) Vessel Crew

PT. 1 memperkejakan anggota awak kapal dan menetapkan standar


kompetensi dengan mengacu pada peraturan pengawakan kapal baik
internasional, nasional dan lokal seperti Standards of Training
Certification and Watch keeping for Seafarers (STCW), Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor KM 70 Tahun 1999 tentang Pengawakan
Kapal Niaga, dsb. serta kesiapan crew untuk senantiasa sehat selama
bekerja (fit to work). Persyaratan khusus lainnya dapat diatur kemudian
berdasarkan pada kebutuhan tiap-tiap project yang dibutuhkan.

Trijaya memberikan pelatihan untuk awak kapal di Sistem Manajemen HSE


perusahaan. Pelatihan ini dilakukan secara bertahap untuk memastikan bahwa
semua awak terlatih dengan baik. Semua awak dan petugas baru diberi
orientasi dan orientasi yang benar mengenai persyaratan perlindungan dan
perlindungan kapal sebelum berlayar. Daftar periksa orientasi disediakan dan
catatan dipelihara.

Kami mengkomunikasikan kebijakan perusahaan kami melalui Safety Meeting,


Surat Perusahaan (Standing Instruction) / Bulletin Board dan jika ada perubahan

19
dalam kebijakan perusahaan kami dengan apa yang kami sebut Manajemen
Perubahan .

Perubahan kebijakan akan banyak diinformasikan melalui:


1. Surat terbuka kepada semua kru dan karyawan yang mennyarankan
perubahan dan alasannya.
2. Revisi dalam Manual Kebijakan Keselamatan dan Prosedur yang diberikan
pada Rapat Keselamatan dan Briefing Periodik dengan bukti penerimaan
yang ditandatangani oleh karyawan dan diajukan ke dalam file data pegawai.
3. Posting di tempat di mana karyawan mungkin bisa melihat
4. Dialog reguler untuk mengingatkan mereka akan perubahan dalam rapat,
briefing, atau komunikasi sehari-hari

Jika ada kru / karyawan dapat mengajukan perubahan prosedur atau instruksi oleh prosedur
Manajemen Perubahan untuk memperbaiki sistem manajemen kesehatan, keselamatan,
kualitas dan lingkungan.

x.) Semua Personil


Semua personil bertanggung jawab kepada manajer atau supervisor
mereka yang sesuai, dan memiliki tanggung jawab, tanggung jawab, dan
aktivitas berikut mengenai HSE.
o Berpartisipasi dalam JSA / Risk Assessment untuk memastikan
pemahaman yang memadai tentang tugas yang akan dilakukan
o Berpartisipasi dalam pembicaraan toolbox meeting untuk memastikan
pemahaman yang memadai tentang Rencana HSE (HSE Plan) ini
o Memanfaatkan peralatan keselamatan yang diberikan sesuai
kebutuhan
o Amati, perbaiki dan catat tindakan dan kondisi yang tidak aman
dengan menggunakan Kartu Observasi / Kartu PEKA (Pengamatan
Kerja Aman)
o Membantu pelatihan / pendampingan rekan kerja
o Mematuhi persyaratan Rencana HSE (HSE Plan) ini
o Melaporkan SEMUA insiden, apapun keparahannya, kepada atasan
dengan segera
o Memastikan insiden dan nearmiss dilaporkan
o Berpartisipasi dalam inspeksi HSE sesuai kebutuhan
o Memakai selalu APD (Alat Pelindung Diri) mereka setiap saat.
o Menjaga tingkat kesadaran perlindungan lingkungan yang tinggi

xi.) Personel Subkontraktor


Sub-kontraktor 2 memiliki tanggung jawab, tanggung jawab, dan aktivitas
berikut mengenai pengelolaan HSE:
o Menyetujui untuk mematuhi Kebijakan dan prosedur 2 HSE
o Berpartisipasi dalam JSA / Risk Assessment untuk memastikan
pemahaman yang memadai tentang tugas yang akan dilakukan dan
memberikan petugas HSE dengan salinan semua JSA / Risk
Assessment.

20
o Berpartisipasi dalam pembicaraan toolbox meeting untuk memastikan
pemahaman yang memadai tentang Rencana HSE (HSE Plan) ini
o Memanfaatkan peralatan keselamatan yang diberikan sesuai
kebutuhan
o Memastikan insiden dan nearmiss dilaporkan
o Berpartisipasi secara aktif dalam Kartu Observasi / Kartu PEKA
(Pengamatan Kerja Aman) - Laporkan kondisi tidak aman kepada
atasan yang tepat dan lakukan tindakan tidak aman yang benar
o Membantu pelatihan / pendampingan rekan kerja
o Mematuhi persyaratan Rencana HSE (HSE Plan) ini
o Melaporkan SEMUA insiden, apapun keparahannya, kepada atasan
dengan segera
o Pakailah APD yang dibutuhkan setiap saat
o Menjaga tingkat kesadaran perlindungan lingkungan yang tinggi

4. RISK ASSESSMENT

i.) Hazard Identifikasi


a. Personel terkait harus mengidentifikasi risiko bahaya di setiap sub-pekerjaan.
b. Identifikasi bahaya dilakukan berdasarkan jenis bahaya sebagai berikut:
 Fisik (percikan api, getaran, kebisingan, suhu, listrik, dll)
 Bahan kimia (bahan kimia B3)
 Biologi (bakteri, virus, debu organik, gigitan serangga)
 Ergonomi (desain yang buruk, APD tidak tepat, penanganan material,
postur tubuh yang tidak benar, lingkungan kerja, dll.)

ii.) Risk Control and Assessment Plan


a. Penilaian risiko dilakukan oleh matriks penilaian risiko.
b. Matriks penilaian risiko adalah kombinasi matriks efek tingkat dan
kemungkinan kecelakaan kerja.
c. Matriks penilaian risiko, tingkat pengaruh dan tingkat kemungkinan dapat
dilihat sebagai berikut.

Probability

21
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5
1
LOW LOW LOW LOW MEDIUM
2 4 6 8 10
2
LOW LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM
Effect

3 6 9 12 15
3
LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM HIGH
4 8 12 16 20
4
LOW MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH
5 10 15 20 25
5
MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH HIGH

LOW RISK May be acceptable, however review task to see if the risk can be reduced further.
1-4
Task should only proceed with appropriate management authorization after
MEDIUM RISK consultation with appointed personnel or assessment team. Where possible the task
should be redefined to take account of the hazards involved or the risk should be
5-12 reduced further prior to task commencement

HIGH RISK Task must not proceed. It should be redefined or further control measures put in place
to reduce risk. The controls should be reassessed for adequacy prior to task
15-25 commencement

Personal Injury Property or vessels damage (IDR) Environmental damage Effect Level

First Aid Injury (FAI) damage < 10M Oil Spill < 150ltr 1

Can result in environmental


Damage to equipment requiring minor change, but the effect of
Restricted Work Injury (RWI) remedial repair, operational such change is easily 2
& Medical Treatment (MTI) downtime, damage 10M – 100M recoverable, and oil spill
<100bbl
Can cause environmental
Localized damage to equipment
damage, but such damage
requiring extensive repair, significant
Lost Time Injury (LTI) is short term, effect only in 3
loss or temporary operational
the workplace, and oil spill
downtime, damage 100M-500M
>100bbl.
Damage to equipment resulting in Can cause seriously
significant environmental damage,
Permanent disability 4
operational loss or total operational limited to the controlling,
downtime, damage 500M-1Bilion and oil spill >100bbl,
Can cause severe major
pollution or permanent
Fatality (FAT)
Mayor damage >1Bilion environmental damage. 5
and losing the entire cargo
into the sea.

22
Probability rating Scale

1 Occurs very infrequently, never occurred before

2 Occurs infrequently, never occur in the same industry

3 Can occurs, ever occurred in the vessel under management 2

4 Can almost frequently occurs, ever happened in the same vessel

5 Occurs very frequently, ever happened in the same work location

iii.) Determination Control and Mitigation


a. Tindakan pengendalian dan mitigasi dilakukan untuk mengurangi tingkat
risiko pekerjaan.
b. Hirarki pengendalian dan mitigasi terdiri dari:
 Eliminasi (Menghilangkan bahaya, termasuk membatalkan pekerjaan)
 Pergantian (Mengubah sesuatu yang kurang aman dengan lebih aman)
 Teknik teknik
 Memisahkan sumber bahaya (segregasi) dengan tanda / peringatan dan /
atau kontrol administratif
 Alat pelindung diri
c. Seluruh tindakan mitigasi yang ditentukan dalam bentuk penilaian risiko
harus dilakukan dengan cara operasional terkait.
d. Setelah dilakukan langkah-langkah pengendalian dan mitigasi, maka tingkat
risiko harus dinilai ulang untuk memastikan penurunan tingkat risiko akhir-
akhir ini.
e. Master harus memastikan bahwa seluruh proses dijalankan dengan benar,
dengan menggunakan formulir penilaian risiko

 Mohon lihat lampiran HIRAC – Lampiran D : Risk Assessment

5. PROGRAM PENGENDALIANN RISIKO

23
5.1 Orientasi dan Induksi

PT. 1 menetapkan dokumen, dan memelihara prosedur untuk memastikan


personel dan personel baru dipindahkan ke tugas baru yang berkaitan dengan
HSE diberikan orientasi dan pengenalan yang tepat dengan tugas mereka.

Barge Master bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua personel


yang baru bergabung menjalani pengenalan terhadap persyaratan pencegahan
keselamatan dan polusi kapal dan menetapkan staf yang bertanggung jawab
untuk melakukan orientasi terhadap personil baru. Program orientasi adalah
untuk memastikan bahwa semua personil baru mengetahui posisi dan
bagaimana menggunakan semua perlengkapan penyelamat dan pemadam
kebakaran.

5.2 Sertifikat Kompetensi dan HSE


PT. 1 memperkejakan anggota awak kapal dan menetapkan standar kompetensi
dengan mengacu pada peraturan pengawakan kapal baik internasional, nasional
dan lokal seperti Standards of Training Certification and Watch keeping for
Seafarers (STCW), Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 70 Tahun 1999
tentang Pengawakan Kapal Niaga, dsb. serta kesiapan crew untuk senantiasa
sehat selama bekerja (fit to work). Persyaratan khusus lainnya dapat diatur
kemudian berdasarkan pada kebutuhan tiap-tiap project yang dibutuhkan.

Trijaya memastikan bahwa personil yang tanggung jawab dan aktivitas kerjanya
dapat mempengaruhi operasi yang aman dan pencegahan polusi. Kompetensi ini
dapat dicapai dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai (baik yang eksternal
maupun yang disediakan secara internal), keterampilan dan atau pengalaman,
dan dengan pengetahuan yang memadai tentang peraturan, peraturan, pedoman
dan pedoman yang relevan.

Trijaya menentukan kompetensi yang diperlukan untuk personil yang melakukan


pekerjaan yang mempengaruhi kesehatan, keselamatan, dan lingkungan, dan
memastikan bahwa pelatihan yang teridentifikasi disediakan. Evaluasi keefektifan
program dan memastikan bahwa personil mengetahui relevansi dan pentingnya
kegiatan mereka dilakukan sesuai dengan itu. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan pencapaian tujuan K3L.

5.3 SERTIFIKASI PERALATAN

24
PT. 1 mengidentifikasi daftar peralatan keselamatan diatas kapal sesuai dengan tipe,
kapasitas dan standar. Selain itu, PT. 2 juga memastikan inspeksi peralatan keselamatan
dilakukan oleh crew kapal secara konsisten sesuai dengan periode inspeksi, meyakinkan
peralatan keselamatan masih dalam masa berlaku. PT. 2 menetapkan daftar peralatan
kritis. Regular Inspeksi dilakukan oleh PT. 2 untuk meyakinkan peralatan keselamatan dan
penanggulangan kebakaran, peralatan kritis berfungsi dengan baik.

Dokumentasi :
- Laporan Inspeksi Peralatan Keselamatan dan Penanggulangan Kebakaran

5.4 WORK PERMIT SYSTEM / SIKA (SURAT IJIN KERJA AMAN) & JSA (JOB SAFETY ANALYSIS)

 WORK PERMIT SYSTEM / SIKA (SURAT IJIN KERJA AMAN)


Hot - Permit to Work
- Hot work adalah kegiatan yang melibatkan penggunaan api atau
sumber lain yang terkait
- pengapian
- Sebelum memulai pekerjaan panas, Master harus memberi tahu kantor
pusatnya dan otoritas pelabuhan lokal.
- Izin kerja diperlukan untuk jenis pekerjaan sebagai berikut:
- Pengelasan
- pemotongan
- peledakan
- Portable Grinding, dll.

Cold - Permit to Work


a. Cold Work adalah kegiatan rutin atau non rutin yang berpotensi
menjadi bahaya yang tidak melibatkan penggunaan api atau sumber
lain yang berkaitan dengan pengapian.
b. Pekerjaan umum yang perlu dilakukan berdasarkan izin ini adalah:
- Mengangkat
- Operasi Crane
- Bekerja pada ketinggian (lebih dari 2m atau 6 kaki)
- Bekerja di tempat manapun orang bisa jatuh ke laut.
- Operasi pemeliharaan yang membahayakan sistem keselamatan
kritis atau yang menghapusnya dari sistem kebakaran sistem / gas,
peralatan hemat energi, peralatan pemadam kebakaran.
- Menyelam.

Entry Enclosed Spaces – Permit to Work


a. Ruang tertutup didefinisikan sebagai setiap lokasi tertutup dengan:
- Cara masuk atau keluar yang terbatas;
- Memiliki kandungan berbahaya (padat, cair atau gas);
- ventilasi terbatas;
- Tidak dirancang untuk lokasi kerja dalam waktu lama

b. Oxigen (O2), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen Sulfida (H2S), dan Lower
Exposure Limit (LEL) harus diperiksa sebelum memasuki ruang tertutup.

25
c. Pastikan bahwa ruang memiliki kadar Oxigen (O2) 19% -21% volume
ruang, Carbon Monoxide (CO): <25 ppm, Hidrogen Sulfida (H2S): <10
ppm, dan Lower Exposure Limit (LEL): <10% .

Energy Isolation – Permit to Work


a. Beberapa sumber energi yang perlu diisolasi untuk potensi bahayanya
adalah sumber energi yang berasal dari mesin, listrik, sistem hidrolik, dan
sejenisnya.
b. Prosedur untuk isolasi dilakukan jika sumber energi dianggap memiliki
potensi bahaya saat pekerjaan sedang dilakukan.
c. Prosedur untuk isolasi energi dapat dilakukan dengan menggunakan
salah satu dari sistem berikut, yaitu prosedur Lock Out dan Tag Out
(LOTO):
• "Lock Out" adalah sistem yang digunakan untuk melindungi sumber
energi dari kemungkinan digunakan atau dipindahkan, yang dapat
membahayakan keselamatan personil atau dapat menyebabkan
kerusakan peralatan atau mesin.
• "Tag Out" adalah metode atau sistem pemberitahuan bahwa masing-
masing saklar atau katup atau panel sumber energi lainnya terkunci
dan tidak dapat dioperasi atau tidak tersentuh.

 Job Safety Analysis

JSA adalah tinjauan dan evaluasi rincian dan setiap langkah yang diambil dalam
melaksanakan pekerjaan, dan untuk menganalisa setiap prosedur yang berlaku dengan
menggunakan metode observasi dan diskusi kelompok dan untuk mengingat dan
mendiskusikan pekerjaan. Proses ini diperlukan di setiap langkah sebuah pekerjaan dan
untuk setiap pekerjaan baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, atau setiap kali
sebuah prosedur baru diterapkan dan setiap kali sebuah sistem kerja baru diperkenalkan.
Dalam melaksanakan JSA kita telah menganalisa sebagai berikut:
1. Langkah untuk melaksanakan pekerjaan.
2. Potensi bahaya dan konsekuensi dari bahaya ini.
3. Peralatan, bahan dan mesin terlibat dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Faktor risiko
5. Rencana pencegahan dan mitigasi.
6. Personel yang bertanggung jawab.
7. Evaluasi risiko dan risiko residual dan, otorisasi.
5.5 LOTO (Lock Out Tag Out)

26
Prosedur untuk isolasi energi dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu
dari sistem berikut, yaitu prosedur Lock Out dan Tag Out (LOTO):

 "Lock Out" adalah sistem yang digunakan untuk melindungi sumber energi
dari kemungkinan digunakan atau dipindahkan, yang dapat membahayakan
keselamatan personil atau dapat menyebabkan kerusakan peralatan atau
mesin.
 "Tag Out" adalah metode atau sistem pemberitahuan bahwa masing-masing
saklar atau katup atau panel sumber energi lainnya terkunci dan tidak dapat
dioperasi atau tidak tersentuh.

5.6 SOP Pekerjaan & Pendukungnya


5.6.1 SOP Pekerjaan & Prosedur HSE
(Mohon lihat terlampir – Lampiran E : Daftar Isi Prosedur Manual)

5.6.2 Permit To Work


Dalam melaksanakan izin kerja (Permit To Work), PT. 2 dan crew kapal harus:
- Menentukan ruang lingkup pekerjaan, lokasi dan durasi pekerjaan.
- Mengidentifikasi bahaya-bahaya dan merujuk pada penilaian Resiko.
- Identifikasi sumber-sumber energi yang perlu diisolasi untuk melaksanakan
pekerjaan.
- Menetapkan langkah-langkah kontrol untuk eliminasi atau mitigasi resiko.
- Menghubungkan pekerjaan dengan izin kerja atau operasi simultan lain yang
terkait.
- Memastikan bahwa bila ada isolasi secara bersama untuk lebih dari satu izin,
isolasi ini tidak akan dibuka sebelum semua izin ditutup.
- Menetapkan siapa saja yang akan melaksanakan pekerjaan dan verifikasi bahwa
resiko dan langkah-langkah pengendalian/kontrol telah dikomunikasikan kepada
mereka.
- Kewenangan, pengawasan, dan validasi ulang harus dilakukan oleh orang yang
bertanggung jawab dalam melakukan hal tersebut.
- Pastikan pengendalian yang memadai atas operasi berjalan normal kembali.

PT. 2 memastikan seluruh crew kapal mengetahui format dan cara pengisian PTW
dengan melakukan sosialisasi dan terdokumentasi diatas kapal. Seluruh kegiatan /
pekerjaan beresiko tinggi harus diterbitkan PTW dan ditentukan masa berlakunya.
PTW yang diterbitkan harus diketahui dan dimengerti oleh para pekerja yang terlibat
dengan menandatangani form PTW yang diterbitkan. SC memberikan stamp atau
catatan di dalam permit setelah menandatangani sebagai berikut "STOP the Job if
unsafe".

Dokumentasi :
- Lembar Permit To Work / SIKA (SURAT IJIN KERJA AMAN)

Mohon Lihat Lampiran “H” – Daftar Isi Manual Prosedur

5.7 SISTEM PEMELIHARAAN PERALATAN

27
a. Pemeliharaan dan pemeriksaan peralatan keselamatan sangat penting karena
terkait langsung dengan keselamatan hidup.
b. Peralatan keselamatan meliputi rakit kehidupan, pelampung kehidupan, kapal
kehidupan, jaket pelampung, lampu darurat dan kotak pertolongan pertama
c. Khusus untuk kotak pertolongan pertama, daftar isi akan dibuat, beserta tanggal
kadaluwarsa, dan harus diperiksa secara berkala. Semua obat yang sudah
kadaluwarsa, harus diganti. Pemeriksaan First Aid Box dilakukan.
d. Pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian yang harus dilakukan secara rutin
meliputi:
Bulanan:
1. Periksa semua davits dan motor
2. Periksa kondisi sekoci (Lifeboat) dan peralatannya
3. Periksa semua lampu darurat agar bekerja dengan baik
4. Periksa kondisi Life-raft
5. Periksa kondisi rescue boat dan peralatannya
6. Periksa kondisi dan jumlah lifebuoys
7. Periksa kondisi dan jumlah jaket pelampung yang lengkap dengan peluit dan
lampu.
8. Periksa kotak pertolongan pertama dan ganti isinya jika kadaluarsa
9. Periksa kondisi peralatan keselamatan
10. Daftar persediaan peralatan
Setiap enam bulan :
1. Pastikan semua peralatan disimpan di tempat yang benar sesuai lifesaving
drawing plan.
2. Periksa semua tanggal jatuh tempo sertifikat life-boat, life-raft, rescue-boat
and life-buoys
3. Cek sesuai jadwal

e. Tugas
Pekerjaan pemeliharaan dan inspeksi ini akan dilakukan oleh Mualim II yang
dibantu oleh AB yang ditugaskan sesuai prosedur dan instruksi yang diberikan oleh
Mualim I dan Nakhoda untuk persetujuan.
f. Designated Person Ashore (DPA)
akan memastikan perawatan dan pengujian peralatan keselamatan dilakukan
secara tepat dan tepat waktu.
g. Semua catatan pemeliharaan peralatan HSE dilaporkan pada PMS (Plan
Maintenance System) Deck.

5.8 PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH DOMESTIK (ORGANIK,ANORGANIK


DAN LIMBAH B3)

28
Waste Storage and Collection
a. Semua limbah yang dihasilkan oleh aktivitas onboard akan disimpan /
dikumpulkan sementara di tempat yang ditentukan sesuai dengan masing-masing
jenis limbah seperti limbah makanan, limbah di dek, plastik dan kantong plastik,
pembungkus makanan, limbah dan limbah saat melakukan perawatan.
b. Jenis wadah limbah akan mengacu pada warna dan kode warna standar:
- HIJAU: Sampah organik (limbah makanan, daging, ikan, sayuran dan buah-
buahan)
- KUNING: Limbah non organik (kertas, kaca, kayu, plastik, makanan kalengan,
logam, dll)
- RED: B3 limbah padat (lampu, besi, kaleng, cat, piring, dll)
- BLACK: B3 limbah cair (minyak pelumas, bahan bakar sisa, bahan kimia dll)

c. Chief Officer / Mualim I ditunjuk sebagai supervisor pengelolaan limbah dan hak
untuk menentukan tempat pengumpulan sampah.
d. Sampah B3 dapat disimpan sampai sembilan puluh hari sebelum diserahkan ke
kolektor atau pengolahan limbah B3.
e. Nakhoda harus memeriksa dan memperhatikan kepatuhan peraturan pengelolaan
kesehatan / sanitasi dan limbah.
f. Semua sampah plastik harus disimpan di kapal dan dibuang dari penerima limbah
darat / darat.
g. Chief Officer / Mualim I akan membagi tugas pengumpulan sampah ruang makan,
toilet, ruang mesin, garasi dan tempat umum lainnya dan semua sampah akan
dibuang ke tempat yang disediakan.

Waste Disposal
a. Nakhoda harus memastikan bahwa limbah yang dibuang sesuai dengan ketentuan
dalam Rencana Pengelolaan Limbah.
b. Chief Officer/Mualim I yang bertanggung jawab atas pembuangan limbah lengkap
berupa formulir sesuai rencana pengelolaan sampah meliputi semua kategori
sampah, jumlah sampah yang dibuang ke fasilitas / insinerator laut / penerimaan,
serta posisi kapal.
c. Untuk limbah yang dibuang di fasilitas / pelabuhan penerima, dilengkapi dengan
formulir catatan pengiriman limbah dan ditandatangani oleh penerima.
d. Pembuangan limbah yang diatur dalam Konvensi Internasional tentang
pencegahan pencemaran dari kapal-kapal 1973 yang diperbaharui dengan
Protokol 1978 POLLUTION OLEH LIMBAH Limbah V Peraturan Pembuangan
Limbah.
e. Melampirkan Peraturan Pembuangan Limbah berdasarkan jenis limbah dan area
pembuangan.

5.9 HSE MEETING

29
HSE Meeting Program

Komite Keselamatan Kapal, yang terdiri dari petugas geladak, petugas mesin
dan perwakilan dari awak kapal, bertanggung jawab untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan pada kapal. Komite
Keselamatan Kapal akan melakukan pertemuan berkala sebagai berikut:

a. Safety Talk / Toolbox Meeting


- Pembicaraan toolbox meeting dilakukan dalam rapat singkat sebelum
dimulainya pekerjaan
- Toolbox Meeting yang dilakukan bertujuan untuk meyakinkan pekerja
yang terlibat menyadari bahaya dan risiko pekerjaan, mengetahui
prosedur kerja yang benar, memastikan tindakan mitigasi telah
dilakukan, dan pastikan area tersebut aman digunakan dalam
pekerjaan.
- Pembicaraan toolbox implementasi didokumentasikan dalam bentuk
toolbox meeting.

b. Safety Stand Down Meeting


c. Safety Meeting / Rapat keselamatan rutin dilakukan setidaknya sebulan
sekali.
d. Pertemuan khusus akan diadakan jika terjadi situasi darurat, kerja atau
pekerjaan dengan risiko keselamatan tinggi atau masalah lainnya yang
akan dibahas

Kehadiran dan hasil pertemuan dilaporkan ke kantor pusat. Nakhoda juga


bertanggung jawab untuk menunjuk Petugas Keselamatan/ Barge HSE Officer
yang akan memantau pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Perlindungan Lingkungan, pemeriksaan peralatan keselamatan dan latihan
darurat di kapal. Petugas Keselamatan/ Barge HSE Officer akan melaporkan
semua temuan kepada Nakhoda yang akan membahas masalah ini selama
Rapat Keselamatan. Nakhoda akan mengkomunikasikan masalah keamanan
apapun ke kantor pusat dan semua awak kapal.

5.10 Pengukuran Kualitas Lingkungan Kerja (Kebisingan)

Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB (Nilai Ambang Batas) adalah
faktor standar bahaya di tempat kerja sebagai rata-rata tertimbang / intensitas
bobot rata-rata (rata-rata tertimbang waktu) tenaga kerja yang dapat diterima tanpa
menyebabkan penyakit atau penyakit, pekerjaan sehari-hari untuk periode tidak
Melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Noise :

30
Noise Induced Hearing Loss (NIHL) harus dihindari dan dideteksi sejak dini.
Survei kebisingan dilakukan di lokasi dengan meteran tingkat suara dan meteran dosis
kebisingan. Semua karyawan yang terpapar tingkat kebisingan lebih tinggi dari 85 dBA
selama 8 jam (terpapar TWA), harus memiliki tes pendengaran atau audiometrik.

Beberapa posisi pekerjaan, yang dapat menimbulkan bahaya kebisingan, namun tidak
terbatas pada: teknisi (mekanik, instrumentasi, tukang listrik, dll), supervisor mekanik, dll.

Pengukuran kebisingan dilakukan oleh Medik / Barge HSE Officer.

31
Referensi : UU Permen Tenaga Kerjsa & Transmigrasi No. Per.13/MEN/X/2011 Tahun 2011

5.11 PEMERIKSAAN KESEHATAN RUTIN (MCU)

Crew Medical Check-up and Control


a. Semua anggota awak harus menjalankan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit /
klinik yang ditunjuk oleh perusahaan.
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan.
c. Kebijakan Manfaat Kesehatan:
 Pemeriksaan kesehatan harus dilakukan di rumah sakit / klinik yang telah
disetujui oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan / atau rekomendasi
dari pengguna / pelanggan.
 Laporan pemeriksaan kesehatan harus sesuai dengan standar Departemen
Kesehatan Pusat (BKKP).
 Semua anggota awak kapal harus memiliki laporan pemeriksaan kesehatan
yang masih berlaku.
 Perusahaan akan memberikan obat kebutuhan P3K on board sesuai dengan
ketentuan dan standar yang dikeluarkan obat-obatan Port Health Office.
 Sertifikat MCU berlaku selama satu tahun.

5.12 KARTU OBSERVASI / KARTU OBSERVASI PEKA (Pengamatan Kerja Aman)

32
Secara historis telah diamati bahwa penyebab kecelakaan yang paling rentan adalah
perilaku dan sikap orang-orang yang bekerja di tempat kerja. Setiap orang cenderung
mengambil jalan pintas untuk melakukan sebuah pekerjaan. Sering kali, hal-hal tidak
dijalankan sesuai rencana dan prosedur, dan kejadian atau kecelakaan terjadi karena
pelanggaran terhadap prosedur K3L.

PT. 1 memastikan Kartu Observasi PEKA berjalan di dalam kontrak ini yang berfungsi untuk
mengamati kondisi yang tidak aman atau tindakan yang tidak aman mengenai hal-hal yang
dilakukan orang pada pelaksanaan pekerjaan yang diambil orang di tempat kerja.

Tujuan Program Kartu Observasi PEKA adalah untuk mengidentifikasi tindakan atau praktik
yang tidak aman sebelum terjadinya kejadian atau kecelakaan apa pun. Dalam kasus dimana
tindakan atau kelambanan yang menyimpang dari Prosedur K3L diamati, siapa pun yang
telah melihat tindakan atau kelambanan ini akan menerbitkan Kartu Observasi PEKA,
kemudian akan dibahas bersama dengan risiko yang terkait dan rencana mitigasinya.

Kartu Observasi PEKA (Pengamatan Kerja Aman) dikumpulkan 5 Kartu/ Kru / Bulan.

5.13 Rambu – Rambu dan Promosi HSE

Kegiatan promosi dan kesadaran HSE senantiasa dijalankan secara berkesinambungan oleh PT. 2
dengan menggunakan beberapa media seperti papan pengumuman di kapal, pemberitahuan e-mail,
bulletin, poster, video, kontak personal, dan lain sebagainya. Promosi dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran dan budaya HSSE di kapal serta dicatat secara konsisten.

5.14 Housekeeping

Food Hygiene and Catering

33
General
a. Kebersihan adalah makanan pokok utama untuk mencegah terjadinya masalah di
atas yang memerlukan penangan serius dengan benar, kebutuhan yang aman dan
esensial seperti makanan / air minum bersih sangat penting bagi awak kapal.
b. Meski kebersihan dan perawatan katering terus diimplementasikan yang akan
berdampak pada kru kesehatan baik di kapal, namun yang membutuhkan
perawatan adalah prosedur yang benar untuk personil dan makanan higienis.
c. Master harus mengendalikan dan melakukan inspeksi berkala kebersihan,
kebersihan dan kesehatan di kapal.

Bacterial Contamination
a. Banyak bakteri berbahaya ditemukan di sekitar kita mulai dari manusia, serangga,
hewan pengerat, barang yang tidak terpakai dan junk food yang juga debu.
b. Bakteri berbahaya bisa dihancurkan dengan pengolahan makanan yang tepat,
higienis dan tempat penyimpanan makanan.

Hygienic Personnel
a. Organisme berbahaya biasanya ada di tubuh kita, karena kru katering harus
memperhatikan kebersihan pribadi untuk menghindari kontaminasi bakteri
bawaan makanan.
b. Kebersihan tangan harus waspada dan selalu cuci tangan Anda pada khususnya:

• Setelah menggunakan toilet


• Setelah menangani daging mentah
• Sebelum menangani persiapan makanan
• Selalu jaga kuku jari tangan dan jangan sampai lama
• Meliputi rambut dengan topi
• Kenakan pakaian dan celemek bersih

c. Larangan untuk personil memasuki dapur saat:


• Di tempat kerja dan operasi kargo
• Pekerja memakai pakaian kotor
• Seseorang yang dalam keadaan terkena penyakit influenza, pemeriksaan
luka, diare, demam, muntah, dan sebagainya.

Cleaning and Disinfection


a. Dapur selalu bersih secara teratur

34
b. Peralatan masak termasuk pisau, baki pot, papan potong, kitchen set dan lain-lain
harus selalu dibersihkan dan dibilas dengan air panas atau mesin sterilisasi untuk
membunuh bakteri.
c. Ventilasi isap udara dan saringan harus dibersihkan, membersihkan toko, chiller dan
freezer dibersihkan dengan jadwal tetap.
d. Handuk dapur harus bersih dan tidak basah
e. Bahan - bahan kimia harus disimpan secara terpisah dengan bahan makanan.

Health Accommodation And Controlling Insects and Actions.


a. Nakhoda bertanggung jawab atas kebersihan kapal itu sendiri sehingga kapten
harus memastikan kebersihan mulai dari jembatan kapal, setiap tangga, akomodasi
(kamar, ruang berantakan, ruang rekreasi, dapur). Pemeriksaan rutin dilakukan tiap
minggu.
b. Kru bertanggung jawab atas kebersihan kamar dan akan melakukan pemeriksaan
rutin oleh Nakhoda dan chief officer.
c. Limbah makanan harus dihancurkan sebelum dibuang ke laut sesuai dengan
ketentuan Peraturan.
d. Setiap makanan kering harus ditempatkan dalam wadah bersih dan disimpan di
toko kering dengan sistem ventilasi berfungsi dengan baik.
e. Master harus memberi arahan kepada Crew untuk selalu membersihkan makanan
dari tanah agar terhindar dari hama.
f. Hati-hati dalam penggunaan pestisida, terutama di daerah dekat makanan
g. Pastikan peralatan makanan apapun harus bersih dan bersihkan dengan sabun
termasuk dapur dan ruang makan harus bersih dengan disterilkan seperti memakai
dettol.
h. Penyimpanan dan pembuangan efisiensi limbah padat, lumpur, limbah, dan minyak
harus sesuai dengan ketentuan MARPOL 73/78
i. Rencana pengelolaan limbah harus ada di kapal dan masing-masing kapal harus
melaksanakan prosedur yang sudah ada di lokasi syuting.
j. Note book bins harus dilengkapi sesuai dengan petunjuk buku.
k. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pribadi dan kapal dan awak kapal, sistem
penting berikut ini harus tersedia di kapal:

• Perawatan medis dasar


• Ketersediaan cucian
• Bersihkan air bersih
• Ruang sanitasi terjaga
• Makanan yang tepat.

l. Memastikan staf katering selalu membiasakan membuat makanan sehat


m. Staf katering harus memiliki sertifikat penanganan makanan dan memastikan
bahwa makanan tersebut tidak rusak dan layak dikonsumsi
n. Pastikan pemanas bekerja dengan baik dan makanan yang tidak layak di makan
harus di buang
o. Pastikan pemeriksaan menyeluruh dilakukan secara ekstensif untuk
mengidentifikasi dan mengkonfirmasi area yang terkena.

35
5.15 ALAT PELINDUNG DIRI

a. Semua anggota awak akan membagikan satu set APD setiap enam (6) bulan
mengikuti peraturan dan harus merawat dengan baik.
b. Semua APD adalah milik 2 dan kru tidak diijinkan membawa APD saat mereka
mengundurkan diri atau menghentikan pekerjaannya.
c. Persyaratan dan prosedur APD untuk masing-masing kru dilakukan sebagai berikut:
 Semua anggota awak akan membagikan satu (1) set up sesuai APD yang
dibutuhkan dan harus diurus dengan baik.
 Sebelum didistribusikan, setiap karyawan harus menerima pelatihan
penggunaan APD dilakukan secara berkala sebagai bagian dari pelatihan
keselamatan setidaknya termasuk namun tidak terbatas pada:
- Saat APD digunakan
- Gunakan yang benar
- Perawatan dan perawatan
- Kebijakan ganti rugi
 Awak harus mengenakan APD selama jam kerja dan waktu mengerjakan tugas
kecuali untuk kondisi atau tempat tertentu di kapal yang tidak memerlukan PPE
akan ditentukan oleh Petugas Master dan Keselamatan dan disetujui oleh DPA.
Tanda-tanda harus memakai APD yang ditempatkan pada area tertentu untuk
menghindari kebingungan dalam penggunaan APD.
 Saat awak kapal melakukan mutasi lainnya sebelum habisnya masa pakai APD
dan APD harus segera dibawa ke kapal baru.
 Bagian kru yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan APD sesuai dengan
keseluruhan kru.

6. JOURNEY MANGEMENT PLAN - TRANSPORTATION (LAND, SEA, OR AIR TRANSPORTATION)

ROAD TRANSPORT SAFETY MANAGEMENT

Dalam menerapkan strategi manajemen keselamatan transportasi, Perseroan selalu


menggunakan prosedur operasi sebagai prosedur navigasi yang aman termasuk
rencana pelayaran, awak kapal, jam terbang dan berlabuh, prosedur navigasi dalam
keadaan khusus, prosedur memasuki zona keselamatan 500m dan prosedur
operasional lainnya.

Untuk pengelolaan keselamatan transportasi jalan (darat) pengemudi wajib memiliki


SIM (Surat Ijin Mengemudi), kemudian untuk kendaraan bermotor wajib di service
sesuai dengan jadwal.

7. EMERGENCY RESPONSE PLAN

7.1 Emergency Response Team on the Ships

36
a. Master akan membagi semua anggota awak menjadi empat tim dan masing-
masing tim diberi tugas khusus selama keadaan darurat. Daftar tim dengan nama
anggota di tim tersebut harus diposkan di lokasi yang sesuai di kapal. Daftar ini
akan diperbarui setiap kali terjadi perubahan kru. Semua kru akan dibagi menjadi
empat tim dan tim adalah:
 Tim Kontrol (C / T)
 Tim Aksi (A / T)
 Tim Dukungan (S / T)
 Tim Mesin (E / T)

b. Tim Kontrol adalah keseluruhan koordinator selama keadaan darurat. Bila


memungkinkan, Tim Kontrol Pusat didasarkan pada ruang kemudi,
mengkoordinasikan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masing-masing tim serta
memantau perkembangan situasi darurat dan melaporkannya ke organisasi
berbasis pantai. Tim Central Control biasanya terdiri dari Master, Radio Officer
dan satu pelaut biasa.
c. Tim Aksi adalah garis depan operasi penyelamatan. Pada dasarnya tim ini mencari
kemungkinan penyebabnya dan bilamana mungkin memperbaiki situasi dengan
segera. Tim Aksi biasanya terdiri dari Chief Officer, Second Engineer dan semua
personil yang belum ditugaskan lainnya.
d. Tim Pendukung bertindak sebagai tim untuk mendukung Tim Aksi dan
mengevakuasi tim persiapan serta penyedia bantuan pertama bila diperlukan.
Tim ini biasanya terdiri dari Second Officer, Third Engineer dan Oiler atau pelaut
biasa.
e. Tim Engine bertindak sebagai tim cadangan, pada dasarnya untuk menghadapi
kondisi operasional normal terutama pada layanan dan kontrol ruangan mesin.
Dari waktu ke waktu Tim Pendukung mungkin diminta untuk membantu Tim
Aksi dan Tim Dukungan. Tim biasanya terdiri dari Chief Engineer, dan baik Oiler
atau pelaut biasa

Emergency Response Team in Office


a. Tim Tanggap Darurat di Kantor berfungsi untuk membantu dalam menentukan
tanggap darurat di kapal dan membuat jalur komunikasi kepada pihak terkait.
b. Tim Darurat Berbasis Pantai terdiri dari personil berikut:
• Direktur
• Manajer DPA / Manajer Operasional
• Manajer HSE
• Koordinator HSE
• Technical Manager / Port Engineer
• Manajer Crewing
• Kapten Pelabuhan
• Manajer pembelian
• Personel terkait lainnya di petugas

37
c. Jika terjadi keadaan darurat di kapal, DPA akan menginformasikan kepada Direktur
dan Direktur Pelaksana dan Tim Darurat Berbasis Pantai atas insiden tersebut.
d. Tim Darurat Berbasis Pantai akan berkumpul di ruang rapat sesegera mungkin dan
segera menentukan tindakan yang diambil untuk tanggap darurat di kapal.

Communication in an Emergency
a. Master harus melapor ke DPA untuk setiap kejadian sesuai prosedur.
b. DPA harus memberi nasehat kepada Master dimana pihak-pihak yang
menginformasikan dan harus memasukkan pemilik, operator, chatterer dan otoritas
pelabuhan sebagaimana berlaku.
c. Informasi berikut harus dilaporkan oleh Master saat laporan keadaan darurat ke
kantor / DPA:
• Nama Kapal
• Tanggal dan waktu kejadian
• Sebutkan Nama Master
• Posisi dan kapal rute
• Jenis insiden
• Deskripsi kejadian tersebut
• Korban, kerusakan, polusi dan efek lain dari kejadian
• Jumlah kru
• Kondisi cuaca dan laut
• Nama kapal yang berhubungan (tabrakan) dan kerusakan
• Tindakan yang diambil oleh kapal
• Para pihak telah mengetahui kejadiannya
• Informasi penting lainnya.
d. Nomor kontak darurat dan kapal pembaruan harus ada di kapal dan ditampilkan di
tempat yang menonjol.
e. Nomor telepon darurat juga harus tersedia di kantor, diperbarui sesuai kebutuhan
dan tersedia sesegera mungkin untuk menghubungi pihak-pihak terkait dengan
keadaan darurat yang terjadi.

Shipboard Response in an Emergency


a. Emergency Response to Potential Situations :

 Respon untuk Kapal Abaikan


 Respon untuk Fire / Explosion
 Respon untuk Tumpahan Minyak / Pencemaran
 Respon untuk Man Over Board dan Missing
 Respon untuk Grounding
 Respon untuk Gagal Tabrakan dan Gagal
 Respon untuk Kegagalan Alat Pengarah
 Respon untuk Kegagalan Mesin Utama

38
 Respon untuk Pembajakan
 Respon untuk Gagal Hull
 Respon untuk Pergeseran Kargo
 Respon untuk Kegagalan Tenaga Listrik
 Respon untuk Search and Rescue
 Respon untuk Cedera Personil dan Penyakit
 Respon untuk Evakuasi Ruang Tertutup

b. Shore Based Emergency akan diimplementasikan segera setelah informasi


diterima darurat di kapal di kantor.

c. Tim Darurat Kantor akan melakukan:


 Menghubungi atau menunjuk agen untuk membantu dan melindungi
kepentingan kapal dan perusahaan.
 Menghubungi Port master, bila menyangkut kru atau layak untuk dilalui
 Hubungi kontraktor jika terjadi kerusakan, polusi minyak, atau kerusakan di
bawah air
 Jika Anda perlu menghubungi surveyor surveyor, Perlindungan dan Ganti Rugi (P
& I) kelas, chatterer, dan lain-lain.
 Jika ada kru yang terluka atau meninggal, ia akan menghubungi keluarga
terdekat, administrator pelabuhan, polisi, dan badan terkait lainnya.

Emergency Drills.
a. Master akan menentukan jadwal latihan darurat dan keselamatan. Bor harus
diadakan minimal sebulan sekali di mana waktu dan keadaan memungkinkan.
b. Bila lebih dari 25% awak kapal telah berubah, latihan ini harus dilakukan dalam
waktu 24 jam setelah meninggalkan pelabuhan.
c. Pelaksanaan latihan darurat dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan dan akan
dilaporkan dalam bentuk laporan Safety Drill.
d. Kapal ke Shore Bor akan dilakukan setidaknya setahun sekali untuk melatih
kesiapan situasi darurat Darurat Tim Ganda di kapal.
e. Melaporkan hasil pelaksanaan tanggap darurat di kantor akan didokumentasikan
dalam bentuk Ship to Shore Drill Report.

 Flowchart Emergency Response, Emergency Contact Number dan jadwal latihan Drill,
Silakan lihat lampiran ke "Lampiran - E"

7.2 Medical Emergency Procedures Including Treatment an Emergency Evacuation

39
Procedures :
Langkah-langkah berikut menguraikan prosedur yang harus diikuti di lokasi proyek jika
terjadi keadaan darurat medis, baik yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit,
memerlukan penanganan atau penyelamatan langsung oleh pengamat atau tim
penyelamat, dan evakuasi korban terhadap peralatan medis yang lengkap. , Fasilitas.

N / B:
Penyelamatan medis - adalah misi medis untuk menyelamatkan orang yang terluka / sakit
di luar markas dan memerlukan perawatan medis yang mendesak.
Medical Emergency Response (MEDI-RESCUE) .
Ini adalah prosedur langkah demi langkah standar atau tindakan yang diikuti oleh seorang
pengamat atau petugas medis yang terlatih untuk segera memberikan bantuan kepada
personil yang tiba-tiba sakit atau terlibat dalam sebuah kecelakaan.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Saksi mengamati luka / penyakit.
Langkah 2.
Pengamat meminta bantuan medis.

Langkah 3.
Pengamat memberitahu petugas keamanan dan petugas medis jika tersedia.
Langkah 4.
Saksi tetap dengan orang yang terluka / sakit sampai tim medi-¬response datang.

Langkah 5.
Sementara yang tersisa dengan orang yang terluka / sakit, pengamat harus melakukan
survei di tempat kejadian (apakah aman?). Jika ya, dan pengamat berpengetahuan mulai
memberi bantuan kepada korban dengan menggunakan fakta yang diperoleh melalui survei
primer, jika tidak membuat orang yang terluka merasa nyaman dan menunggu petugas
medis.
Langkah 6.
Pengamat / responden harus melakukan survei primer dan memeriksa ketidaktanggapan.

40
6.1 Berbicara kepada pasien / korban luka dan menilai responsif.
6.2 Jika pasien merespon, survei primer telah selesai.
6.3 Jika pasien tidak responsif, mendahului dengan pernafasan dan sirkulasi udara
(ABC) sebagai berikut:
- Jalan napas: Menilai jalan napas. Pastikan jalan napas terbuka. Jika dicurigai adanya
cedera tulang belakang, gunakan mengangkat rahang.
- Pernapasan: Pastikan pasien melewati volume udara yang cukup. Jika tidak, mulailah
pernafasan dari mulut ke mulut.
- Sirkulasi: Evaluasi pulsa karotis (di leher) jika denyut nadi tidak ada; Mulai kompresi
jantung. Kontrol pendarahan dengan TEKANAN LANGSUNG.
Langkah 7
Setelah kedatangan tim medi-response, pengamat atau responden pertama kemudian
memberi tim tersebut fakta-fakta yang diperoleh melalui survei utamanya. Bila responden
pertama buta huruf mengenai apa yang harus dilakukan pada survei primer / pertolongan
pertama, tim medi-response kemudian akan melakukan survei di tempat kejadian untuk
menentukan apakah aman (seperti pada langkah 5) dan kemudian melanjutkan untuk
melakukan survei primer (seperti pada Langkah 6).

Langkah 8
Tim medi-response kemudian melakukan survei sekunder dengan melakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap korban luka atau orang sakit. Dalam Survei mereka, mereka harus
WAWANCARA pengamat / responden pertama, mencari TANDA VITAL dan melakukan
pemeriksaan KEPALA TO-TOE pasien / luka-luka.

Langkah 9
Petugas keamanan, dengan bantuan dan kehadiran petugas medis, menghubungi fasilitas
medis darurat dari klien dan / atau perusahaan (jika perlu) untuk mendapatkan informasi
medis.

Langkah 10

41
Petugas pengawas / petugas HSE harus mengatur transportasi evakuasi yang tepat setelah
konfirmasi bahwa evakuasi diperlukan.

Langkah 11.
Petugas keamanan kemudian menghubungi manajer keselamatan / manajer proyek dengan
informasi yang sesuai, manajer kemudian mengatur untuk menerima pasien / cedera
dengan membuat pengaturan medis yang tepat untuk menerima korban tersebut.

N/B.
1. Petugas medis harus tetap bersama pasien yang cedera sampai melakukan evakuasi dan
serah terimaTenaga medis di pangkalan selesai
2. Tim medis-timbal balik terdiri dari:
O Petugas keamanan harus mengarahkan semua respons medis.
O Obat-obatan
O Supervisor
O Orang lain yang diidentifikasi sebagai orang yang sangat terpelajar dalam First Aid.
Anggota tim ini harus memiliki pengetahuan latar belakang dalam pertolongan
pertama, jika kurang, mereka harus dikirim untuk program pelatihan pertolongan
pertama yang terdiri dari:
O Pelatihan CPR
O Evaluasi Survei Primer.
O Metode evakuasi
EMERGENCY MEDICAL EVACUATION (MEDEVAC PROCEDURE)
UNTUK KASUS YANG MEMBUTUHKAN EVAKUASI MEDIS, SESUAIKAN
PROSEDUR BERIKUT:

WHAT TO DO

42
1. Menganalisis situasi tetap tenang jangan panik.
2. Waspada orang sekitar.
3. Hubungi perawat lokasi atau petugas pertolongan pertama, supervisor dan / atau
petugas keamanan.
4. Memulai tindakan pengendalian darurat awal, termasuk tindakan pengusutan.
5. Untuk memberi tahu secara formal dan memberikan rekomendasi kepada supervisor
lokasi atau Petugas Keselamatan.
6. Berikan pertolongan pertama.
7. Atur pertolongan pertama untuk orang sakit / terluka
8. Hubungi manajer proyek / pengelola keselamatan.
9. Pertahankan jalur komunikasi; (Melalui radio).
O Lokasi darurat termasuk zona + blok No. dan tongkang koordinat.
O nama negara reporter
O Menghubungi no telepon atau call base melalui radio.
10. Pasokan khusus kecelakaan / sakit
O lokasi
O Waktu kecelakaan.
O Kondisi lokasi.
O Ayub
O Sub-kontraktor (jika ada). Perkirakan waktu keberangkatan.
O Perkiraan Waktu kedatangan.
O Negara pick-up point.
11. Pasokan khusus pasien / korban luka atau korban.
O Nama pasien / korban.
O daftar gaji
O alamat rumah
O Telepon NO. (jika ada)
O Cedera / penyakit.
O Kondisi (tandu kasus dan perhatian medis diberikan).
Informasi medis yang penting lainnya.
12. Supervisory engineer untuk mengatur medi-vac di markas setelah berkonsultasi
dengan manajemen.

43
13. Siapkan laporan rinci untuk disampaikan dalam waktu 24 jam ke manajemen.
14. Untuk bekerja sama dengan koordinator koordinator proyek / tugas untuk mengatur
medi-vac.
15. Furnish koordinator proyek dan koordinator tugas dengan keterangan / laporan yang
tersedia mengenai keadaan darurat sebagaimana dipasok oleh supervisor / Petugas
Petugas.
16. Selesaikan medevac dengan mentransfer korban dari klinik (setelah menjalani
perawatan simpan nafas) ke klinik pengikut perusahaan.
Tindak Lanjut:
INVESTIGASI KECELAKAAN UNTUK MEMAHAMI SEGERA DITERBITKAN SEBELUMNYA.
Semua kasus yang memerlukan evakuasi dari tempat kerja harus disampaikan ke kendaraan
perusahaan untuk tujuan itu. Namun, jika terjadi kasus pemasangan / fasilitas klien,
prosedur medivasinya akan diutamakan.

Medivac Dengan Perahu:


Evakuasi dengan kapal orang-orang yang memerlukan perawatan medis hanya dilakukan
dengan pasien yang tidak akan terpengaruh oleh lamanya atau kondisi perjalanan ke
fasilitas medis yang tepat. Urutan instruksi yang tepat untuk diikuti saat memulai evakuasi
darurat dengan kapal adalah sebagai berikut:
1. Pasien yang terluka atau sakit harus dinilai oleh orang pertama / perawat. Jika ada
kebutuhan,
Atau pertanyaan diajukan apakah perlu mengirim pasien atau perhatian medis lebih
lanjut, atasan atau pengawas di lokasi harus dihubungi segera.

2. Bila kebutuhan untuk mengangkut pasien diidentifikasi, dasar harus diberitahu oleh radio
VHF yang pasien masuki. Manajer proyek atau manajer departemen teknik dan
keselamatan kerja harus diberi rincian tentang cedera atau penyakit pasien. Selanjutnya,
perkiraan lama perjalanan dan waktu kedatangan pasien di pangkalan harus diberikan.

CATATAN:

44
Evakuasi dengan air tersedia hanya pada siang hari saja. Kecuali dalam kasus khusus ini
disahkan oleh manajemen.

Semua personil yang bepergian untuk perawatan medis harus melapor ke departemen HSES
sebelum melanjutkan. Ke klinik perusahaan sebelum keberangkatan mereka kecuali MEDI-
RESCUE berpikir lebih tinggi
1. Setibanya di pangkalan, pasien akan dievaluasi oleh petugas keamanan / medis yang akan
Tentukan apakah perawatan lebih lanjut diperlukan.

2. Pasien kemudian akan diangkut ke klinik yang ada untuk perawatan medis yang memadai
Medivac by Boat to Shore/Base

MEDICAL /SAFETY OFFICER ON SITE BELIEVE NEED FOR


MEDICAL /MEDISURE EXIST

SUPERVISOR MUST BE NOTIFIED AND BASE NOTIFIED


THAT PATIENT (S) IS/ARE BEING TRANSPORTED FOR
FURTHER MEDICAL TREATMENT

THE FOLLOWING INFORMATION MUST BE GIVEN


Name (s) of Patient (s)
Illness /Injury
History of Patient (s) injury /illness
Estimated travel time to base
Estimated time of arrival

UPON ARRIVAL AT THE BASE THE PATIENT WILL BE


EVALUATED BY MEDICAL STAFF AND DISPOSITION OF
FURTHER REQUIRED TREATMENT DEMANDED

IF THERE IS NEED FOR FURTHER MEDICAL ATTENTION


THE PATIENT WILL THEN BE TRANSPORTED TO ANY OF
THE COMPANY RETAINED CLINIC

8. INVESTIGASI INSIDEN

45
8.1 Accident Report
a. Kecelakaan adalah peristiwa yang lengkap dengan hasilnya: hasil akhir dari
serangkaian kecelakaan atau tindakan yang menghasilkan konsekuensi yang tidak
diinginkan, (cedera, kerusakan properti, dll.) Atau kecelakaan yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan cedera fisik atau kerusakan properti.
b. Setiap personil yang mengalami kecelakaan (baik yang terlibat langsung atau
menyaksikan kecelakaan) harus dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam setelah
kecelakaan terjadi dengan menggunakan Formulir Laporan Kecelakaan.
c. Originator harus secara jelas menuliskan informasi umum tentang deskripsi
kecelakaan, tindakan yang dilakukan, luka atau kerusakan dan kerugian yang
terjadi. Jika memungkinkan, bukti pendukung seperti foto, sketsa, dan lain-lain
harap disertakan bersamaan dengan laporan kecelakaan awal.
d. Pejabat HSE akan memberikan nomor seri pada Formulir Laporan Kecelakaan yang
diterima sesuai dengan ketentuan dan akan mengupdate status masing-masing
laporan kecelakaan melalui data di server.
Silakan merujuk ke "Appendix F" - Form Incident Investigation Report

8.2 Accident Investigation and Corrective Action


a. Tujuan investigasi kecelakaan untuk mengetahui penyebab dasar kecelakaan dan
penentuan rekomendasi tindakan untuk mencegah terulangnya kecelakaan
serupa.
b. Tim Investigasi dibentuk berdasarkan tingkat keparahan kecelakaan dan frekuensi
kecelakaan yang sama serta kemampuan dan pengalaman penyidik yang ditunjuk.
c. Penyelidikan kecelakaan dilakukan dengan menggunakan Formulir Tindakan
Investigasi dan Koreksi.
d. Setelah penyelidikan selesai dan telah menemukan kesimpulan tentang penyebab
kecelakaan yang terjadi, penyidik harus memberikan rekomendasi untuk tindakan
korektif dan pencegahan berulang kecelakaan serupa di masa depan.
e. Personil yang telah ditunjuk untuk melengkapi rekomendasi penyidik, sesuai
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya telah ditetapkan.
f. Koordinator HSE, DPA dan Direktur akan menandatangani Investigation and
Corrective Action report sebagai bukti persetujuan

8.3 Komunikasi
a. Setiap kapal bertanggung jawab untuk melaporkan semua aktivitas sehari-hari di
Laporan Harian Kapal.
b. Kapal perlu melaporkan hal-hal sebagai berikut:
• Kegiatan kapal selama 24 jam terakhir.
• Jumlah muatan pada kapal
• Jam kerja (running hour) selama 24 jam
• Jumlah konsumsi bahan bakar
• Jarak terliputi 24 jam terakhir.
• Laporan HSE
• Laporan Cuaca dan Kondisi Laut
c. Onboard komunikasi keselamatan juga dilakukan dalam pertemuan yang dilakukan
setidaknya seminggu sekali.

46
d. Hasil pertemuan dan daftar kehadiran dicatat dalam formulir Laporan Rapat
Keselamatan dan dilaporkan ke kantor.

9. PENGELOLAAN ASPEK HSE SUBKONTRAKTOR

PT. 2 harus melakukan integrasi dengan sistem manajemen subcontractor agar HSSE Plan dapat
dijalankan oleh subcontractor secara konsisten dengan tujuan yang sama untuk mencapai target
K3LL Company yakni tidak ada insiden. PT. 2 memastikan setiap insiden yang dialami oleh
subcontractor harus dilaporkan dan dikomunikasikan kepada Company. PT.2 menentukan penilaian
dalam hal pemilihan dan evaluasi terhadap performa subcontractor dengan mencantumkan
pencapaian HSSE.

Evaluasi ini biasanya meliputi:


O Pemeriksaan Kontraktor / Subkontraktor.
O Tinjau dan verifikasi sistem manajemen HSE.
O Wawancara dengan calon pimpinan dan pengawasan proyek.
O Komitmen terhadap tujuan Proyek dan Rencana HSSE.
O Meninjau kinerja HSE proyek sebelumnya.
O Otoritas dan tanggung jawab yang jelas untuk masalah HSE.

Evaluasi Subkontraktor akan didokumentasikan dan didiskusikan dengan


subkontraktor dan / atau vendor potensial dan kesepakatan yang dicapai.

O Setiap karyawan subkontraktor baru harus diberi pengarahan tentang prosedur


HSE situs, alarm darurat dan peran masing-masing dalam keadaan darurat.
O mematuhi peraturan dan standar tentang HSE dan proteksi kebakaran yang
ditetapkan oleh PT.2
O Pegawai subkontraktor harus waspada terhadap potensi bahaya lingkungan
kerja mereka.
O Menyediakan dan selalu memakai Alat Pelindung Diri yang sesuai.
O memastikan bahwa semua peralatan yang dibawa ke area lokasi kerja berada
dalam kondisi kerja yang aman.

10. INSPEKSI & AUDIT HSE

INSPEKSI
Program Inspeksi K3L harus dibentuk dan dilakukan secara berkala setidaknya 6
bulan sekali dalam setahun.

AUDIT
a. Audit internal dilakukan untuk memverifikasi keefektifan sistem manajemen
di kantor dan di atas kapal. Lakukan setidaknya satu kali dalam setahun,
mengingat signifikansi operasional, hasil penilaian risiko dari kegiatan dan
laporan audit sebelumnya.
b. Proses dan pelaksanaan audit dilakukan berdasarkan:
• Audit sistem manajemen kantor adalah menilai efektivitas pelaksanaan
sistem manajemen di kantor berdasarkan standar dan prosedur.

47
• Audit sistem manajemen kapal adalah menilai keefektifan sistem
manajemen yang ditentukan oleh perusahaan dan implementasinya di
atas kapal berdasarkan standar dan prosedur.

Mohon Lihat Lampiran G : Inspeksi Form & Audit Form.

MANAJEMEN REVIEW
a. Review Manajemen Agenda terdiri dari:
1. Hasil audit dan evaluasi kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya.
2. Hasil partisipasi dan konsultasi.
3. Kepuasan dan komunikasi pelanggan dengan pihak luar, termasuk
keluhan.
4. Proses kinerja, Prestasi Tujuan, Sasaran dan Program dan kesesuaian
layanan
5. Kinerja HSE
6. Status tindakan investigasi, korektif dan preventif.
7. Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya.
8. Perubahan Manual HSE.
9. Rekomendasi untuk meningkatkan pelayanan.
b. Data ditampilkan dengan presentasi oleh setiap orang yang bertanggung
jawab untuk menilai semua waktu proses pengukuran sebagai perbandingan
periode sebelumnya dan menjelaskan semua temuan dan kesimpulan.
c. Sebuah tinjauan dilakukan setiap 1 kali dalam setahun. Bagian HSE
bertanggung jawab untuk membuat undangan dan mendistribusikannya ke
semua peserta Review Manajemen ini.
d. Manajer HSE dan bagian yang relevan akan mengidentifikasi peluang
perbaikan terus menerus dan perbaikan perencanaan untuk setiap
ketidaksesuaian yang diperoleh.
e. Notulen akan disiapkan oleh bagian HSE untuk didistribusikan ke semua
bagian yang terkait.
f. Kajian ulang akan dilakukan oleh Master onboard minimal setahun sekali.

11. COMPLIANCE
11.1 HSE Legislations and Standards.
Semua manajer dan pemangku kepentingan akan menerapkan undang-undang dan
peraturan yang harus diterapkan dalam pengoperasian kapal atau darat, perubahan dan
pembaruan berikut yang dikeluarkan oleh IMO, IOS, instansi pemerintah, klasifikasi biro
dan organisasi industri maritim sebagai berikut:

1) Organisasi Maritim Internasional (IMO)


- SOLAS 2014
- MARPOL 2011
- ISM Code 2014
- ISPS 2012
- Kode Sinyal Internasional; Setiap amandemen dan edisi baru dilepaskan

48
- International Load Line Convention 1966; Setiap amandemen dan edisi baru
dilepaskan
- Komite Keamanan Maritim; Setiap amandemen dan edisi baru dilepaskan
- STCW 2010

2) Instansi Pemerintah: Peraturan Manning Aman Minimal


Peraturan dan Perundang-undangan Pemerintah Indonesia:
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Perlindungan
Lingkungan Hidup
- Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Maritim
- Persyaratan Minimum Petugas Sertifikat dalam Kapal Komersial (Keputusan Menteri
No. 70 tahun 1998)
- Peraturan Pemerintah No. 21 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim

Seluruh Manajer dan pemangku kepentingan akan mengidentifikasi undang-undang,


pedoman dan standar yang diperlukan, perubahan dan pembaruan berikut yang
direkomendasikan oleh IMO, IOS, lembaga pemerintah, klasifikasi biro dan organisasi
industri maritim dalam pengoperasian kapal dan darat. Setelah mempelajari hukum,
pedoman dan standar, manajer dan pemangku kepentingan akan menentukan undang-
undang dan peraturan yang harus diterapkan dalam lingkup pekerjaan mereka. Jika ada
pembaruan atau perubahan peraturan yang menyebabkan pekerjaan yang sedang
berjalan untuk diubah, manajer yang relevan akan merancang dan mengusulkan
perubahan prosedur yang sesuai.

49
50

Anda mungkin juga menyukai