HSE PLAN
Persetujuan
Nama Jabatan Tanggal Tandatangan
Revisi Status
Tanggal PT
Revisi Dikeluarkan untuk Keterangan
Dikeluarkan Disiapkan Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh
0 Persetujuan
1
TABEL REVISI
00 01 02 03 04 05 06 07 00 01 02 03 04 05 06 07 00 01 02 03 04 05 06 07
1 X A X
2 X B X
3 X C X
4 X D X
5 X E X
6 X F X
7 X G X
8 X H X
9 X
10 X
11 X
12 X
13 X
14 X
15 X
16 X
17 X
18 X
19 X
20 X
21 X
22 X
23 X
24 X
25 X
26 X
27 X
28 X
29 X
30 X
31 X
32 X
33 X
34 X
35 X
36 X
37 X
38 X
39 X
40 X
41 X
42 X
43 X
44 X
45 X
46 X
47 X
48 X
49 X
50 X
51 X
52 X
53 X
54 X
55 X
56 X
57 X
58 X
59 X
60 X
61 X
62
2
REVISI LOG
Dokumen Nomor :
Judul Dokumen :
Revisi :0
3
DAFTAR ISI
ITEMS CHAPTER PAGE
0.0 GENERAL INFORMASI 6
0.1 LATAR BELAKANG 8
0.2 TUJUAN 8
0.3 OBJECTIVES – TARGETS 8
0.4 PENANGGUNG JAWAB HSE PLAN 9
0.5 DEFINISI 9
1 KOMITMEN MANAJEMEN 9
1.1 PERNYATAAN KEBIJAKAN HSE DAN SASARAN STRATEGIS 11
2 HSE PERFORMANCE INDIKATOR 12
3 ORGANISASI HSE 14
4 RISK ASSESSMENT 21
8 INVESTIGASI INSIDEN 46
4
LAMPIRAN E – EMERGENCY FLOW CHART, KONTAK NOMOR,
58
JADWAL PELATIHAN DRILL
LAMPIRAN F – FORM INCIDENT INVESTIGATION REPORT 59
LAMPIRAN G – FORM NSPEKSI DAN FORM AUDIT 60
LAMPIRAN H – DAFTAR ISI MANUAL PROSEDUR 61
5
6
0.1 Latar Belakang
menangani kontrak projek “Pekerjaan Sewa Jasa 1 (Satu) Unit Accommodation Work Barge
(AWB) C/W Supporting (AHTS Beserta Operasional Catering, Fuel, Fresh Water, Shipping
Agency & Marine Inspection/Advisor) dan Power System di PT 1 selama 365 (Tiga Ratus
Enam Puluh Lima) Hari” untuk mendukung kegiatan PT. 1 projek dan produksi pada Xray
Platform.
0.2 TUJUAN
Tujuan Spesifikasi Persyaratan HSE ini adalah untuk menentukan persyaratan
Kesehatan, Keselamatan dan Lingkungan minimum (K3L) yang harus dipenuhi
oleh PT. 1 dan subkontraktor / pemasok PT.2 lainnya yang bekerja di PT. 1,
harus mematuhi Sistem Manajemen HSE Perusahaan dan sepenuhnya
mematuhi peraturan dan persyaratan Pemerintah
0.3 OBJECTIVES-TARGETS
0.3.1 OBJECTIVES
o Untuk mematuhi undang-undang dan peraturan Nasional dan
Internasional yang berlaku melalui pelaksanaan KONTRAK, di
bidang Kesehatan, Keselamatan Kerja, Lingkungan dan
Keamanan.
o Untuk menyoroti persyaratan K3L yang terkait dengan rencana
pelaksanaan proyek.
o Mengidentifikasi prosedur yang relevan untuk dilaksanakan
untuk memenuhi persyaratan.
o Melindungi semua orang dan menghindari cedera dan kesulitan
pribadi.
o Melakukan semua tugas dengan aman.
o Untuk menunjukkan melalui catatan HSE bahwa bisnis tersebut
dioperasikan secara bertanggung jawab.
o Untuk mengembangkan rasa tanggung jawab pribadi di semua
karyawan sehubungan dengan kesehatan, keselamatan kerja,
keamanan dan perlindungan lingkungan kerja.
o Untuk menunjukkan bahwa operasi yang aman merupakan
elemen penting dari operasi yang efisien.
o Untuk mencegah insiden ini dapat menyebabkan cedera dan
kesulitan pribadi.
0.3.2 TARGET
o “0” ACCIDENT
7
o “0” HARM TO PEOPLE (KERUGIAN JIWA)
o NO HARM TO ENVIRONMENT (TIDAK MERUSAK LINGKUNGAN)
0.5 DEFINISI
1. KOMITMEN MANAJEMEN
8
Kepemimpinan dan Komitmen adalah dasar dari Sistem Manajemen HSE yang efektif.
Setiap orang yang melakukan fungsi manajemen harus menunjukkan komitmen
terhadap Manajemen HSE. Namun, kepemimpinan dan komitmen tidak terbatas pada
posisi manajemen. Semua orang di PT. 1 dapat menunjukkan kepemimpinan dan
komitmen atas tindakan dan komitmen mereka terhadap pengelolaan HSE.
Tanggung jawab utama atas keberhasilan kebijakan dan tujuan K3 Pejabat Kontraktor
bertumpu pada Top Manajemen/Direktur yang mendelegasikan wewenang untuk
pelaksanaan dan Tanggung Jawab Manajemen:
Bagian dari proses ini adalah komitmen yang besar terhadap pengembangan dan
implementasi Rencana HSE yang efektif yang ditetapkan melalui prosedur perencanaan
HSE yang telah ditetapkan untuk mendorong proses perbaikan kinerja HSE secara terus-
menerus.
9
menunjukkan gaya kepemimpinan dan manajemen selama berada di kapal, memberikan
contoh yang baik bagi semua crew di kapal dan menjadikan K3LL sebagai nilai tertinggi baik
perorangan maupun berkelompok.
Top Management dan Manajemen Level Manajer terlibat secara aktif terlibat dalam
masalah K3LL seperti menghadiri pertemuan rutin K3LL, inspeksi, investigasi, audit dan
tinjauan, dsb. Selain itu, Top Management Level Marine Contractor juga harus bisa
memberikan suatu sistem umpan balik untuk mendorong dan memfasilitasi crew mengenai
hal-hal K3LL, mempromosikan budaya positif K3LL serta prosedur maupun standard harus
didukung dan dilaksanakan di semua tingkatan.
Manajemen dan Team Operasional akan memberikan umpan balik dari hasil kunjungan ke
kapal (Management Visit). (Mohon lihat Lampiran A - Form Management Visit)
PT. 1,
SUTARMAN – DIREKTUR
10
PT. 1 memastikan bahwa Kebijakan K3LL dan Mutu ditandatangani oleh Top Management
Level, berisi tentang pernyataan yang jelas, singkat dan memotivasi, pentingnya K3LL dan
Mutu sebagai salah satu tujuan kontrak, insiden dan cidera tidak dapat diterima, K3LL dan
Mutu dibuat sebagai tanggungjawab line management dan setiap personil bertanggung
jawab untuk meyakinkan keselamatan diri sendiri dan rekannya di lokasi kerja.
PT. 1 bertanggungjawab mendistribusikan kebijakan K3LL dan Mutu terbaru kepada semua
pihak yang terlibat yakni setiap pekerja yang menjadi tanggungjawab Management, pihak-
pihak terkait seperti sub contractor, supplier dan agen, dipasang di kapal, mudah dipahami
dan dimengerti dengan bahasa kerja sehari-hari.
PT. 1 menjamin bahwa kebijakan K3LL dan Mutu dipahami oleh semua pekerja termasuk
crew diatas kapal dengan memberikan familiarisasi secara periodik dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan K3LL dan Mutu tersebut.
11
Kami PT.1 akan mendapat dukungan penuh untuk PT. 1 tentang KPI DAN TARGET HSE UNTUK
PROYEK INI
TUJUAN Sasaran: ("0" ACCIDENT), ("0" HARM TO PEOPLE (KERUGIAN JIWA)), (TIDAK
MRUSAK LINGKUNGAN)
Leading Indicators
Kunjungan ke Kapal
2 1 kali dalam 6 bulan
(Manajemen Visit / Management Walk Through)
2 Safety Talks / Toolbox Talks 95%
Lagging Indicators
1 Recorded
Total Man-hours
2 Based on OSHA Formula N/H
Total Recordable Incident Rate
x 200,000
3
Number of Fatality 0
4
Number of Lost Time Injuries (LTI) 0
5
Number of restricted workday case (RWC) 0
6
Number of medical treatment case (MTC) 0
7
Number of first aid case (FAC) 0
8
Number of property damage case 0
12
9
Number of motor vehicle incident (MVI) 0
10
Number of environmental / spill case 0
Status setiap Indikator Kinerja Utama harus dipantau dan sama dalam laporan HSE bulanan.
3. ORGANISASI HSE
13
Operation Manager/ DPA Director
Roy Rianda Putra Sutarman
Crewing
Luki Setyono
HSE Coordinator
Tiara Piecesa
HSE Officer
Edwien Wicaksono
i.) Director
Direktur memiliki tanggung jawab utama untuk mengelola dan menerapkan
Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Direktur
adalah tingkat manajemen tertinggi dan bertugas untuk memastikan bahwa
semua personil memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sesuai untuk
melakukan tugas spesifik mereka.
Tugas, tanggung jawab dan wewenang Direktur meliputi:
o Persetujuan akhir dari semua sistem Manajemen Keselamatan,
Kesehatan dan Keselamatan manual.
o Memastikan Sistem Manajemen diterapkan secara efektif untuk
mencapai tujuan.
o Menilai Sistem Manajemen setidaknya setahun sekali untuk
memastikan kesesuaian dan efektivitasnya.
o Memobilisasi sumber daya dan personil untuk memelihara Sistem
Manajemen Keselamatan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk
mencapai hasil dan sasaran perusahaan.
o Menetapkan target dan peraturan perusahaan.
14
beroperasi. Mencantumkan nama, nomor telepon, dan tanda tangan
yang akan dimuat di tempat yang mudah terlihat di bagian atas kapal.
b. DPA menetapkan jumlah dan susunan bagaimana kapal yang ditangani
oleh DPA ditentukan sesuai dengan beban kerja.
c. DPA menjadi penghubung antara Trijaya dan awak kapal untuk
memastikan pengoperasian kapal yang aman dengan menerapkan Sistem
Manajemen Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Perlindungan
Lingkungan.
d. DPA memiliki akses langsung ke sistem manajemen perbaikan, dan
memiliki akses langsung ke Direktur.
e. DPA yang ditunjuk harus memiliki pengetahuan yang cukup dan bisa
berkomunikasi dengan baik.
15
d. Bertanggung jawab untuk menyediakan pelaporan kinerja HSE dan
umpan balik kepada HSE Coordinator.
e. Membantu pengembangan dan penerapan sistem tanggap darurat di
lokasi.
o Memberikan informasi yang relevan untuk laporan HSE bulanan.
f. Melakukan audit HSE dan inspeksi sesuai kebutuhan
g. Melaksanakan presentasi HSE dan pelatihan kepada karyawan / Crew
sesuai kebutuhan.
b. Membantu petugas lapangan kerja dan manajemen lini dalam
pengembangan HSE.
16
e. Barge Master harus segera melapor ke perusahaan jika mengubah
prosedur kerja yang telah ditentukan untuk menjamin Kesehatan,
Keselamatan, Mutu dan Perlindungan Lingkungan.
f. Barge Master diberi hak dan kewenangan atas atau di atas yang lain
untuk mengambil tindakan dalam aspek keselamatan dan pencegahan.
g. Barge Master harus memastikan bahwa semua laporan dan dokumentasi
laporan konsumsi bahan bakar tersebut akan selesai sesuai dengan
jadwal yang ditentukan dan dikirim ke kantor pusat tepat pada waktunya.
17
Barge Medic akan bekerja sama dengan Barge Master dan HSE
Coordinator / DPA untuk mencapai tujuan dan tujuan kesehatan yang
tercantum dalam rencana HSE (HSE PLAN). Barge Medic melapor
langsung ke Master Barge, dan secara administratif ke HSE Koordinator.
Barge Medic memiliki tanggung jawab, tanggung jawab, dan tugas
sebagai berikut mengenai manajemen kesehatan:
o Mengkoordinasikan dan mengelola perawatan medis untuk semua
pasien yang terluka dan sakit.
o Mengkoordinasikan & mengatur medivac yang diperlukan dan
memastikan dukungan tanggap darurat yang tepat tersedia.
o Memelihara semua peralatan klinis dan medis, menjaga aman semua
obat di kapal dan mencatat semua persediaan medis yang dibutuhkan
dan memesannya seperlunya.
o Mengirimkan laporan cedera medis secara rinci setelah perawatan
pasien dan mendokumentasi lengkap obat-obatan yang diberikan.
o Melakukan pembicaraan kesehatan kerja sesuai kebutuhan. Lakukan
inspeksi kebersihan & sanitasi setiap minggu
o Berpartisipasi secara aktif dalam pertemuan HSE
o Mengikuti pelatihan HSE.
Barge Supervisor / Chief Officer Barge adalah kunci Program HSE yang
efektif. Barge Supervisor / Chief Officer Barge menyediakan jalur
komunikasi dan menerapkan kepada kru Kapal; Oleh karena itu, mereka
harus memberi contoh yang baik untuk bawahan dengan
mengkomunikasikan persyaratan Rencana HSE (HSE Plan) kepada semua
Kru Kapal.
18
o Berpartisipasi dan mematuhi semua instruksi HSE, prosedur dan
aktivitas HSE
o Mempromosikan Housekeeping yang baik.
o Memastikan tenaga kerja dan subkontraktor kompeten untuk
melaksanakan pekerjaan.
o Memastikan bahwa persyaratan sistem Perizinan (Permit to Work
System) / SIKA (Surat Ijin Kerja Aman) untuk Bekerja dipahami dan
diterapkan.
o Melakukan pemeriksaan HSE di tempat kerja secara berkala dan
lakukan tindakan perbaikan seperlunya
o Menyampaikan pembicaraan Toolbox Meeting / Pre-Job Safety
Meeting kepada pekerja dan membuat JSA dengan kru sebelum
melakukan pekerjaan yang dibutuhkan.
o Memberikan pengawasan yang ketat selama durasi pekerjaan.
o Pastikan semua tenaga kerja mengetahui tindakan yang harus
dilakukan dalam keadaan darurat.
o Memastikan kecukupan APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan oleh
personil
o Amati, perbaiki dan catat tindakan dan kondisi yang tidak aman
dengan menggunakan Kartu Observasi / Kartu PEKA (Pengamatan
Kerja Aman)
o Membantu dalam menyelidiki SEMUA insiden, tanpa mempedulikan
tingkat keparahan, akar penyebab dan tindakan korektif
o Mengkomunikasikan hasil investigasi insiden kepada kru
o Mendorong awak Kapal untuk berpartisipasi aktif dalam Program HSE.
o Berpartisipasi Mempromosikan HSE
19
dalam kebijakan perusahaan kami dengan apa yang kami sebut Manajemen
Perubahan .
Jika ada kru / karyawan dapat mengajukan perubahan prosedur atau instruksi oleh prosedur
Manajemen Perubahan untuk memperbaiki sistem manajemen kesehatan, keselamatan,
kualitas dan lingkungan.
20
o Berpartisipasi dalam pembicaraan toolbox meeting untuk memastikan
pemahaman yang memadai tentang Rencana HSE (HSE Plan) ini
o Memanfaatkan peralatan keselamatan yang diberikan sesuai
kebutuhan
o Memastikan insiden dan nearmiss dilaporkan
o Berpartisipasi secara aktif dalam Kartu Observasi / Kartu PEKA
(Pengamatan Kerja Aman) - Laporkan kondisi tidak aman kepada
atasan yang tepat dan lakukan tindakan tidak aman yang benar
o Membantu pelatihan / pendampingan rekan kerja
o Mematuhi persyaratan Rencana HSE (HSE Plan) ini
o Melaporkan SEMUA insiden, apapun keparahannya, kepada atasan
dengan segera
o Pakailah APD yang dibutuhkan setiap saat
o Menjaga tingkat kesadaran perlindungan lingkungan yang tinggi
4. RISK ASSESSMENT
Probability
21
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1
LOW LOW LOW LOW MEDIUM
2 4 6 8 10
2
LOW LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM
Effect
3 6 9 12 15
3
LOW MEDIUM MEDIUM MEDIUM HIGH
4 8 12 16 20
4
LOW MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH
5 10 15 20 25
5
MEDIUM MEDIUM HIGH HIGH HIGH
LOW RISK May be acceptable, however review task to see if the risk can be reduced further.
1-4
Task should only proceed with appropriate management authorization after
MEDIUM RISK consultation with appointed personnel or assessment team. Where possible the task
should be redefined to take account of the hazards involved or the risk should be
5-12 reduced further prior to task commencement
HIGH RISK Task must not proceed. It should be redefined or further control measures put in place
to reduce risk. The controls should be reassessed for adequacy prior to task
15-25 commencement
Personal Injury Property or vessels damage (IDR) Environmental damage Effect Level
First Aid Injury (FAI) damage < 10M Oil Spill < 150ltr 1
22
Probability rating Scale
23
5.1 Orientasi dan Induksi
Trijaya memastikan bahwa personil yang tanggung jawab dan aktivitas kerjanya
dapat mempengaruhi operasi yang aman dan pencegahan polusi. Kompetensi ini
dapat dicapai dengan pendidikan dan pelatihan yang sesuai (baik yang eksternal
maupun yang disediakan secara internal), keterampilan dan atau pengalaman,
dan dengan pengetahuan yang memadai tentang peraturan, peraturan, pedoman
dan pedoman yang relevan.
24
PT. 1 mengidentifikasi daftar peralatan keselamatan diatas kapal sesuai dengan tipe,
kapasitas dan standar. Selain itu, PT. 2 juga memastikan inspeksi peralatan keselamatan
dilakukan oleh crew kapal secara konsisten sesuai dengan periode inspeksi, meyakinkan
peralatan keselamatan masih dalam masa berlaku. PT. 2 menetapkan daftar peralatan
kritis. Regular Inspeksi dilakukan oleh PT. 2 untuk meyakinkan peralatan keselamatan dan
penanggulangan kebakaran, peralatan kritis berfungsi dengan baik.
Dokumentasi :
- Laporan Inspeksi Peralatan Keselamatan dan Penanggulangan Kebakaran
5.4 WORK PERMIT SYSTEM / SIKA (SURAT IJIN KERJA AMAN) & JSA (JOB SAFETY ANALYSIS)
b. Oxigen (O2), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen Sulfida (H2S), dan Lower
Exposure Limit (LEL) harus diperiksa sebelum memasuki ruang tertutup.
25
c. Pastikan bahwa ruang memiliki kadar Oxigen (O2) 19% -21% volume
ruang, Carbon Monoxide (CO): <25 ppm, Hidrogen Sulfida (H2S): <10
ppm, dan Lower Exposure Limit (LEL): <10% .
JSA adalah tinjauan dan evaluasi rincian dan setiap langkah yang diambil dalam
melaksanakan pekerjaan, dan untuk menganalisa setiap prosedur yang berlaku dengan
menggunakan metode observasi dan diskusi kelompok dan untuk mengingat dan
mendiskusikan pekerjaan. Proses ini diperlukan di setiap langkah sebuah pekerjaan dan
untuk setiap pekerjaan baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, atau setiap kali
sebuah prosedur baru diterapkan dan setiap kali sebuah sistem kerja baru diperkenalkan.
Dalam melaksanakan JSA kita telah menganalisa sebagai berikut:
1. Langkah untuk melaksanakan pekerjaan.
2. Potensi bahaya dan konsekuensi dari bahaya ini.
3. Peralatan, bahan dan mesin terlibat dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Faktor risiko
5. Rencana pencegahan dan mitigasi.
6. Personel yang bertanggung jawab.
7. Evaluasi risiko dan risiko residual dan, otorisasi.
5.5 LOTO (Lock Out Tag Out)
26
Prosedur untuk isolasi energi dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu
dari sistem berikut, yaitu prosedur Lock Out dan Tag Out (LOTO):
"Lock Out" adalah sistem yang digunakan untuk melindungi sumber energi
dari kemungkinan digunakan atau dipindahkan, yang dapat membahayakan
keselamatan personil atau dapat menyebabkan kerusakan peralatan atau
mesin.
"Tag Out" adalah metode atau sistem pemberitahuan bahwa masing-masing
saklar atau katup atau panel sumber energi lainnya terkunci dan tidak dapat
dioperasi atau tidak tersentuh.
PT. 2 memastikan seluruh crew kapal mengetahui format dan cara pengisian PTW
dengan melakukan sosialisasi dan terdokumentasi diatas kapal. Seluruh kegiatan /
pekerjaan beresiko tinggi harus diterbitkan PTW dan ditentukan masa berlakunya.
PTW yang diterbitkan harus diketahui dan dimengerti oleh para pekerja yang terlibat
dengan menandatangani form PTW yang diterbitkan. SC memberikan stamp atau
catatan di dalam permit setelah menandatangani sebagai berikut "STOP the Job if
unsafe".
Dokumentasi :
- Lembar Permit To Work / SIKA (SURAT IJIN KERJA AMAN)
27
a. Pemeliharaan dan pemeriksaan peralatan keselamatan sangat penting karena
terkait langsung dengan keselamatan hidup.
b. Peralatan keselamatan meliputi rakit kehidupan, pelampung kehidupan, kapal
kehidupan, jaket pelampung, lampu darurat dan kotak pertolongan pertama
c. Khusus untuk kotak pertolongan pertama, daftar isi akan dibuat, beserta tanggal
kadaluwarsa, dan harus diperiksa secara berkala. Semua obat yang sudah
kadaluwarsa, harus diganti. Pemeriksaan First Aid Box dilakukan.
d. Pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian yang harus dilakukan secara rutin
meliputi:
Bulanan:
1. Periksa semua davits dan motor
2. Periksa kondisi sekoci (Lifeboat) dan peralatannya
3. Periksa semua lampu darurat agar bekerja dengan baik
4. Periksa kondisi Life-raft
5. Periksa kondisi rescue boat dan peralatannya
6. Periksa kondisi dan jumlah lifebuoys
7. Periksa kondisi dan jumlah jaket pelampung yang lengkap dengan peluit dan
lampu.
8. Periksa kotak pertolongan pertama dan ganti isinya jika kadaluarsa
9. Periksa kondisi peralatan keselamatan
10. Daftar persediaan peralatan
Setiap enam bulan :
1. Pastikan semua peralatan disimpan di tempat yang benar sesuai lifesaving
drawing plan.
2. Periksa semua tanggal jatuh tempo sertifikat life-boat, life-raft, rescue-boat
and life-buoys
3. Cek sesuai jadwal
e. Tugas
Pekerjaan pemeliharaan dan inspeksi ini akan dilakukan oleh Mualim II yang
dibantu oleh AB yang ditugaskan sesuai prosedur dan instruksi yang diberikan oleh
Mualim I dan Nakhoda untuk persetujuan.
f. Designated Person Ashore (DPA)
akan memastikan perawatan dan pengujian peralatan keselamatan dilakukan
secara tepat dan tepat waktu.
g. Semua catatan pemeliharaan peralatan HSE dilaporkan pada PMS (Plan
Maintenance System) Deck.
28
Waste Storage and Collection
a. Semua limbah yang dihasilkan oleh aktivitas onboard akan disimpan /
dikumpulkan sementara di tempat yang ditentukan sesuai dengan masing-masing
jenis limbah seperti limbah makanan, limbah di dek, plastik dan kantong plastik,
pembungkus makanan, limbah dan limbah saat melakukan perawatan.
b. Jenis wadah limbah akan mengacu pada warna dan kode warna standar:
- HIJAU: Sampah organik (limbah makanan, daging, ikan, sayuran dan buah-
buahan)
- KUNING: Limbah non organik (kertas, kaca, kayu, plastik, makanan kalengan,
logam, dll)
- RED: B3 limbah padat (lampu, besi, kaleng, cat, piring, dll)
- BLACK: B3 limbah cair (minyak pelumas, bahan bakar sisa, bahan kimia dll)
c. Chief Officer / Mualim I ditunjuk sebagai supervisor pengelolaan limbah dan hak
untuk menentukan tempat pengumpulan sampah.
d. Sampah B3 dapat disimpan sampai sembilan puluh hari sebelum diserahkan ke
kolektor atau pengolahan limbah B3.
e. Nakhoda harus memeriksa dan memperhatikan kepatuhan peraturan pengelolaan
kesehatan / sanitasi dan limbah.
f. Semua sampah plastik harus disimpan di kapal dan dibuang dari penerima limbah
darat / darat.
g. Chief Officer / Mualim I akan membagi tugas pengumpulan sampah ruang makan,
toilet, ruang mesin, garasi dan tempat umum lainnya dan semua sampah akan
dibuang ke tempat yang disediakan.
Waste Disposal
a. Nakhoda harus memastikan bahwa limbah yang dibuang sesuai dengan ketentuan
dalam Rencana Pengelolaan Limbah.
b. Chief Officer/Mualim I yang bertanggung jawab atas pembuangan limbah lengkap
berupa formulir sesuai rencana pengelolaan sampah meliputi semua kategori
sampah, jumlah sampah yang dibuang ke fasilitas / insinerator laut / penerimaan,
serta posisi kapal.
c. Untuk limbah yang dibuang di fasilitas / pelabuhan penerima, dilengkapi dengan
formulir catatan pengiriman limbah dan ditandatangani oleh penerima.
d. Pembuangan limbah yang diatur dalam Konvensi Internasional tentang
pencegahan pencemaran dari kapal-kapal 1973 yang diperbaharui dengan
Protokol 1978 POLLUTION OLEH LIMBAH Limbah V Peraturan Pembuangan
Limbah.
e. Melampirkan Peraturan Pembuangan Limbah berdasarkan jenis limbah dan area
pembuangan.
29
HSE Meeting Program
Komite Keselamatan Kapal, yang terdiri dari petugas geladak, petugas mesin
dan perwakilan dari awak kapal, bertanggung jawab untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan pada kapal. Komite
Keselamatan Kapal akan melakukan pertemuan berkala sebagai berikut:
Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB (Nilai Ambang Batas) adalah
faktor standar bahaya di tempat kerja sebagai rata-rata tertimbang / intensitas
bobot rata-rata (rata-rata tertimbang waktu) tenaga kerja yang dapat diterima tanpa
menyebabkan penyakit atau penyakit, pekerjaan sehari-hari untuk periode tidak
Melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Noise :
30
Noise Induced Hearing Loss (NIHL) harus dihindari dan dideteksi sejak dini.
Survei kebisingan dilakukan di lokasi dengan meteran tingkat suara dan meteran dosis
kebisingan. Semua karyawan yang terpapar tingkat kebisingan lebih tinggi dari 85 dBA
selama 8 jam (terpapar TWA), harus memiliki tes pendengaran atau audiometrik.
Beberapa posisi pekerjaan, yang dapat menimbulkan bahaya kebisingan, namun tidak
terbatas pada: teknisi (mekanik, instrumentasi, tukang listrik, dll), supervisor mekanik, dll.
31
Referensi : UU Permen Tenaga Kerjsa & Transmigrasi No. Per.13/MEN/X/2011 Tahun 2011
32
Secara historis telah diamati bahwa penyebab kecelakaan yang paling rentan adalah
perilaku dan sikap orang-orang yang bekerja di tempat kerja. Setiap orang cenderung
mengambil jalan pintas untuk melakukan sebuah pekerjaan. Sering kali, hal-hal tidak
dijalankan sesuai rencana dan prosedur, dan kejadian atau kecelakaan terjadi karena
pelanggaran terhadap prosedur K3L.
PT. 1 memastikan Kartu Observasi PEKA berjalan di dalam kontrak ini yang berfungsi untuk
mengamati kondisi yang tidak aman atau tindakan yang tidak aman mengenai hal-hal yang
dilakukan orang pada pelaksanaan pekerjaan yang diambil orang di tempat kerja.
Tujuan Program Kartu Observasi PEKA adalah untuk mengidentifikasi tindakan atau praktik
yang tidak aman sebelum terjadinya kejadian atau kecelakaan apa pun. Dalam kasus dimana
tindakan atau kelambanan yang menyimpang dari Prosedur K3L diamati, siapa pun yang
telah melihat tindakan atau kelambanan ini akan menerbitkan Kartu Observasi PEKA,
kemudian akan dibahas bersama dengan risiko yang terkait dan rencana mitigasinya.
Kartu Observasi PEKA (Pengamatan Kerja Aman) dikumpulkan 5 Kartu/ Kru / Bulan.
Kegiatan promosi dan kesadaran HSE senantiasa dijalankan secara berkesinambungan oleh PT. 2
dengan menggunakan beberapa media seperti papan pengumuman di kapal, pemberitahuan e-mail,
bulletin, poster, video, kontak personal, dan lain sebagainya. Promosi dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran dan budaya HSSE di kapal serta dicatat secara konsisten.
5.14 Housekeeping
33
General
a. Kebersihan adalah makanan pokok utama untuk mencegah terjadinya masalah di
atas yang memerlukan penangan serius dengan benar, kebutuhan yang aman dan
esensial seperti makanan / air minum bersih sangat penting bagi awak kapal.
b. Meski kebersihan dan perawatan katering terus diimplementasikan yang akan
berdampak pada kru kesehatan baik di kapal, namun yang membutuhkan
perawatan adalah prosedur yang benar untuk personil dan makanan higienis.
c. Master harus mengendalikan dan melakukan inspeksi berkala kebersihan,
kebersihan dan kesehatan di kapal.
Bacterial Contamination
a. Banyak bakteri berbahaya ditemukan di sekitar kita mulai dari manusia, serangga,
hewan pengerat, barang yang tidak terpakai dan junk food yang juga debu.
b. Bakteri berbahaya bisa dihancurkan dengan pengolahan makanan yang tepat,
higienis dan tempat penyimpanan makanan.
Hygienic Personnel
a. Organisme berbahaya biasanya ada di tubuh kita, karena kru katering harus
memperhatikan kebersihan pribadi untuk menghindari kontaminasi bakteri
bawaan makanan.
b. Kebersihan tangan harus waspada dan selalu cuci tangan Anda pada khususnya:
34
b. Peralatan masak termasuk pisau, baki pot, papan potong, kitchen set dan lain-lain
harus selalu dibersihkan dan dibilas dengan air panas atau mesin sterilisasi untuk
membunuh bakteri.
c. Ventilasi isap udara dan saringan harus dibersihkan, membersihkan toko, chiller dan
freezer dibersihkan dengan jadwal tetap.
d. Handuk dapur harus bersih dan tidak basah
e. Bahan - bahan kimia harus disimpan secara terpisah dengan bahan makanan.
35
5.15 ALAT PELINDUNG DIRI
a. Semua anggota awak akan membagikan satu set APD setiap enam (6) bulan
mengikuti peraturan dan harus merawat dengan baik.
b. Semua APD adalah milik 2 dan kru tidak diijinkan membawa APD saat mereka
mengundurkan diri atau menghentikan pekerjaannya.
c. Persyaratan dan prosedur APD untuk masing-masing kru dilakukan sebagai berikut:
Semua anggota awak akan membagikan satu (1) set up sesuai APD yang
dibutuhkan dan harus diurus dengan baik.
Sebelum didistribusikan, setiap karyawan harus menerima pelatihan
penggunaan APD dilakukan secara berkala sebagai bagian dari pelatihan
keselamatan setidaknya termasuk namun tidak terbatas pada:
- Saat APD digunakan
- Gunakan yang benar
- Perawatan dan perawatan
- Kebijakan ganti rugi
Awak harus mengenakan APD selama jam kerja dan waktu mengerjakan tugas
kecuali untuk kondisi atau tempat tertentu di kapal yang tidak memerlukan PPE
akan ditentukan oleh Petugas Master dan Keselamatan dan disetujui oleh DPA.
Tanda-tanda harus memakai APD yang ditempatkan pada area tertentu untuk
menghindari kebingungan dalam penggunaan APD.
Saat awak kapal melakukan mutasi lainnya sebelum habisnya masa pakai APD
dan APD harus segera dibawa ke kapal baru.
Bagian kru yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan APD sesuai dengan
keseluruhan kru.
36
a. Master akan membagi semua anggota awak menjadi empat tim dan masing-
masing tim diberi tugas khusus selama keadaan darurat. Daftar tim dengan nama
anggota di tim tersebut harus diposkan di lokasi yang sesuai di kapal. Daftar ini
akan diperbarui setiap kali terjadi perubahan kru. Semua kru akan dibagi menjadi
empat tim dan tim adalah:
Tim Kontrol (C / T)
Tim Aksi (A / T)
Tim Dukungan (S / T)
Tim Mesin (E / T)
37
c. Jika terjadi keadaan darurat di kapal, DPA akan menginformasikan kepada Direktur
dan Direktur Pelaksana dan Tim Darurat Berbasis Pantai atas insiden tersebut.
d. Tim Darurat Berbasis Pantai akan berkumpul di ruang rapat sesegera mungkin dan
segera menentukan tindakan yang diambil untuk tanggap darurat di kapal.
Communication in an Emergency
a. Master harus melapor ke DPA untuk setiap kejadian sesuai prosedur.
b. DPA harus memberi nasehat kepada Master dimana pihak-pihak yang
menginformasikan dan harus memasukkan pemilik, operator, chatterer dan otoritas
pelabuhan sebagaimana berlaku.
c. Informasi berikut harus dilaporkan oleh Master saat laporan keadaan darurat ke
kantor / DPA:
• Nama Kapal
• Tanggal dan waktu kejadian
• Sebutkan Nama Master
• Posisi dan kapal rute
• Jenis insiden
• Deskripsi kejadian tersebut
• Korban, kerusakan, polusi dan efek lain dari kejadian
• Jumlah kru
• Kondisi cuaca dan laut
• Nama kapal yang berhubungan (tabrakan) dan kerusakan
• Tindakan yang diambil oleh kapal
• Para pihak telah mengetahui kejadiannya
• Informasi penting lainnya.
d. Nomor kontak darurat dan kapal pembaruan harus ada di kapal dan ditampilkan di
tempat yang menonjol.
e. Nomor telepon darurat juga harus tersedia di kantor, diperbarui sesuai kebutuhan
dan tersedia sesegera mungkin untuk menghubungi pihak-pihak terkait dengan
keadaan darurat yang terjadi.
38
Respon untuk Pembajakan
Respon untuk Gagal Hull
Respon untuk Pergeseran Kargo
Respon untuk Kegagalan Tenaga Listrik
Respon untuk Search and Rescue
Respon untuk Cedera Personil dan Penyakit
Respon untuk Evakuasi Ruang Tertutup
Emergency Drills.
a. Master akan menentukan jadwal latihan darurat dan keselamatan. Bor harus
diadakan minimal sebulan sekali di mana waktu dan keadaan memungkinkan.
b. Bila lebih dari 25% awak kapal telah berubah, latihan ini harus dilakukan dalam
waktu 24 jam setelah meninggalkan pelabuhan.
c. Pelaksanaan latihan darurat dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan dan akan
dilaporkan dalam bentuk laporan Safety Drill.
d. Kapal ke Shore Bor akan dilakukan setidaknya setahun sekali untuk melatih
kesiapan situasi darurat Darurat Tim Ganda di kapal.
e. Melaporkan hasil pelaksanaan tanggap darurat di kantor akan didokumentasikan
dalam bentuk Ship to Shore Drill Report.
Flowchart Emergency Response, Emergency Contact Number dan jadwal latihan Drill,
Silakan lihat lampiran ke "Lampiran - E"
39
Procedures :
Langkah-langkah berikut menguraikan prosedur yang harus diikuti di lokasi proyek jika
terjadi keadaan darurat medis, baik yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit,
memerlukan penanganan atau penyelamatan langsung oleh pengamat atau tim
penyelamat, dan evakuasi korban terhadap peralatan medis yang lengkap. , Fasilitas.
N / B:
Penyelamatan medis - adalah misi medis untuk menyelamatkan orang yang terluka / sakit
di luar markas dan memerlukan perawatan medis yang mendesak.
Medical Emergency Response (MEDI-RESCUE) .
Ini adalah prosedur langkah demi langkah standar atau tindakan yang diikuti oleh seorang
pengamat atau petugas medis yang terlatih untuk segera memberikan bantuan kepada
personil yang tiba-tiba sakit atau terlibat dalam sebuah kecelakaan.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Langkah 1.
Saksi mengamati luka / penyakit.
Langkah 2.
Pengamat meminta bantuan medis.
Langkah 3.
Pengamat memberitahu petugas keamanan dan petugas medis jika tersedia.
Langkah 4.
Saksi tetap dengan orang yang terluka / sakit sampai tim medi-¬response datang.
Langkah 5.
Sementara yang tersisa dengan orang yang terluka / sakit, pengamat harus melakukan
survei di tempat kejadian (apakah aman?). Jika ya, dan pengamat berpengetahuan mulai
memberi bantuan kepada korban dengan menggunakan fakta yang diperoleh melalui survei
primer, jika tidak membuat orang yang terluka merasa nyaman dan menunggu petugas
medis.
Langkah 6.
Pengamat / responden harus melakukan survei primer dan memeriksa ketidaktanggapan.
40
6.1 Berbicara kepada pasien / korban luka dan menilai responsif.
6.2 Jika pasien merespon, survei primer telah selesai.
6.3 Jika pasien tidak responsif, mendahului dengan pernafasan dan sirkulasi udara
(ABC) sebagai berikut:
- Jalan napas: Menilai jalan napas. Pastikan jalan napas terbuka. Jika dicurigai adanya
cedera tulang belakang, gunakan mengangkat rahang.
- Pernapasan: Pastikan pasien melewati volume udara yang cukup. Jika tidak, mulailah
pernafasan dari mulut ke mulut.
- Sirkulasi: Evaluasi pulsa karotis (di leher) jika denyut nadi tidak ada; Mulai kompresi
jantung. Kontrol pendarahan dengan TEKANAN LANGSUNG.
Langkah 7
Setelah kedatangan tim medi-response, pengamat atau responden pertama kemudian
memberi tim tersebut fakta-fakta yang diperoleh melalui survei utamanya. Bila responden
pertama buta huruf mengenai apa yang harus dilakukan pada survei primer / pertolongan
pertama, tim medi-response kemudian akan melakukan survei di tempat kejadian untuk
menentukan apakah aman (seperti pada langkah 5) dan kemudian melanjutkan untuk
melakukan survei primer (seperti pada Langkah 6).
Langkah 8
Tim medi-response kemudian melakukan survei sekunder dengan melakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap korban luka atau orang sakit. Dalam Survei mereka, mereka harus
WAWANCARA pengamat / responden pertama, mencari TANDA VITAL dan melakukan
pemeriksaan KEPALA TO-TOE pasien / luka-luka.
Langkah 9
Petugas keamanan, dengan bantuan dan kehadiran petugas medis, menghubungi fasilitas
medis darurat dari klien dan / atau perusahaan (jika perlu) untuk mendapatkan informasi
medis.
Langkah 10
41
Petugas pengawas / petugas HSE harus mengatur transportasi evakuasi yang tepat setelah
konfirmasi bahwa evakuasi diperlukan.
Langkah 11.
Petugas keamanan kemudian menghubungi manajer keselamatan / manajer proyek dengan
informasi yang sesuai, manajer kemudian mengatur untuk menerima pasien / cedera
dengan membuat pengaturan medis yang tepat untuk menerima korban tersebut.
N/B.
1. Petugas medis harus tetap bersama pasien yang cedera sampai melakukan evakuasi dan
serah terimaTenaga medis di pangkalan selesai
2. Tim medis-timbal balik terdiri dari:
O Petugas keamanan harus mengarahkan semua respons medis.
O Obat-obatan
O Supervisor
O Orang lain yang diidentifikasi sebagai orang yang sangat terpelajar dalam First Aid.
Anggota tim ini harus memiliki pengetahuan latar belakang dalam pertolongan
pertama, jika kurang, mereka harus dikirim untuk program pelatihan pertolongan
pertama yang terdiri dari:
O Pelatihan CPR
O Evaluasi Survei Primer.
O Metode evakuasi
EMERGENCY MEDICAL EVACUATION (MEDEVAC PROCEDURE)
UNTUK KASUS YANG MEMBUTUHKAN EVAKUASI MEDIS, SESUAIKAN
PROSEDUR BERIKUT:
WHAT TO DO
42
1. Menganalisis situasi tetap tenang jangan panik.
2. Waspada orang sekitar.
3. Hubungi perawat lokasi atau petugas pertolongan pertama, supervisor dan / atau
petugas keamanan.
4. Memulai tindakan pengendalian darurat awal, termasuk tindakan pengusutan.
5. Untuk memberi tahu secara formal dan memberikan rekomendasi kepada supervisor
lokasi atau Petugas Keselamatan.
6. Berikan pertolongan pertama.
7. Atur pertolongan pertama untuk orang sakit / terluka
8. Hubungi manajer proyek / pengelola keselamatan.
9. Pertahankan jalur komunikasi; (Melalui radio).
O Lokasi darurat termasuk zona + blok No. dan tongkang koordinat.
O nama negara reporter
O Menghubungi no telepon atau call base melalui radio.
10. Pasokan khusus kecelakaan / sakit
O lokasi
O Waktu kecelakaan.
O Kondisi lokasi.
O Ayub
O Sub-kontraktor (jika ada). Perkirakan waktu keberangkatan.
O Perkiraan Waktu kedatangan.
O Negara pick-up point.
11. Pasokan khusus pasien / korban luka atau korban.
O Nama pasien / korban.
O daftar gaji
O alamat rumah
O Telepon NO. (jika ada)
O Cedera / penyakit.
O Kondisi (tandu kasus dan perhatian medis diberikan).
Informasi medis yang penting lainnya.
12. Supervisory engineer untuk mengatur medi-vac di markas setelah berkonsultasi
dengan manajemen.
43
13. Siapkan laporan rinci untuk disampaikan dalam waktu 24 jam ke manajemen.
14. Untuk bekerja sama dengan koordinator koordinator proyek / tugas untuk mengatur
medi-vac.
15. Furnish koordinator proyek dan koordinator tugas dengan keterangan / laporan yang
tersedia mengenai keadaan darurat sebagaimana dipasok oleh supervisor / Petugas
Petugas.
16. Selesaikan medevac dengan mentransfer korban dari klinik (setelah menjalani
perawatan simpan nafas) ke klinik pengikut perusahaan.
Tindak Lanjut:
INVESTIGASI KECELAKAAN UNTUK MEMAHAMI SEGERA DITERBITKAN SEBELUMNYA.
Semua kasus yang memerlukan evakuasi dari tempat kerja harus disampaikan ke kendaraan
perusahaan untuk tujuan itu. Namun, jika terjadi kasus pemasangan / fasilitas klien,
prosedur medivasinya akan diutamakan.
2. Bila kebutuhan untuk mengangkut pasien diidentifikasi, dasar harus diberitahu oleh radio
VHF yang pasien masuki. Manajer proyek atau manajer departemen teknik dan
keselamatan kerja harus diberi rincian tentang cedera atau penyakit pasien. Selanjutnya,
perkiraan lama perjalanan dan waktu kedatangan pasien di pangkalan harus diberikan.
CATATAN:
44
Evakuasi dengan air tersedia hanya pada siang hari saja. Kecuali dalam kasus khusus ini
disahkan oleh manajemen.
Semua personil yang bepergian untuk perawatan medis harus melapor ke departemen HSES
sebelum melanjutkan. Ke klinik perusahaan sebelum keberangkatan mereka kecuali MEDI-
RESCUE berpikir lebih tinggi
1. Setibanya di pangkalan, pasien akan dievaluasi oleh petugas keamanan / medis yang akan
Tentukan apakah perawatan lebih lanjut diperlukan.
2. Pasien kemudian akan diangkut ke klinik yang ada untuk perawatan medis yang memadai
Medivac by Boat to Shore/Base
8. INVESTIGASI INSIDEN
45
8.1 Accident Report
a. Kecelakaan adalah peristiwa yang lengkap dengan hasilnya: hasil akhir dari
serangkaian kecelakaan atau tindakan yang menghasilkan konsekuensi yang tidak
diinginkan, (cedera, kerusakan properti, dll.) Atau kecelakaan yang tidak
diinginkan yang mengakibatkan cedera fisik atau kerusakan properti.
b. Setiap personil yang mengalami kecelakaan (baik yang terlibat langsung atau
menyaksikan kecelakaan) harus dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam setelah
kecelakaan terjadi dengan menggunakan Formulir Laporan Kecelakaan.
c. Originator harus secara jelas menuliskan informasi umum tentang deskripsi
kecelakaan, tindakan yang dilakukan, luka atau kerusakan dan kerugian yang
terjadi. Jika memungkinkan, bukti pendukung seperti foto, sketsa, dan lain-lain
harap disertakan bersamaan dengan laporan kecelakaan awal.
d. Pejabat HSE akan memberikan nomor seri pada Formulir Laporan Kecelakaan yang
diterima sesuai dengan ketentuan dan akan mengupdate status masing-masing
laporan kecelakaan melalui data di server.
Silakan merujuk ke "Appendix F" - Form Incident Investigation Report
8.3 Komunikasi
a. Setiap kapal bertanggung jawab untuk melaporkan semua aktivitas sehari-hari di
Laporan Harian Kapal.
b. Kapal perlu melaporkan hal-hal sebagai berikut:
• Kegiatan kapal selama 24 jam terakhir.
• Jumlah muatan pada kapal
• Jam kerja (running hour) selama 24 jam
• Jumlah konsumsi bahan bakar
• Jarak terliputi 24 jam terakhir.
• Laporan HSE
• Laporan Cuaca dan Kondisi Laut
c. Onboard komunikasi keselamatan juga dilakukan dalam pertemuan yang dilakukan
setidaknya seminggu sekali.
46
d. Hasil pertemuan dan daftar kehadiran dicatat dalam formulir Laporan Rapat
Keselamatan dan dilaporkan ke kantor.
PT. 2 harus melakukan integrasi dengan sistem manajemen subcontractor agar HSSE Plan dapat
dijalankan oleh subcontractor secara konsisten dengan tujuan yang sama untuk mencapai target
K3LL Company yakni tidak ada insiden. PT. 2 memastikan setiap insiden yang dialami oleh
subcontractor harus dilaporkan dan dikomunikasikan kepada Company. PT.2 menentukan penilaian
dalam hal pemilihan dan evaluasi terhadap performa subcontractor dengan mencantumkan
pencapaian HSSE.
INSPEKSI
Program Inspeksi K3L harus dibentuk dan dilakukan secara berkala setidaknya 6
bulan sekali dalam setahun.
AUDIT
a. Audit internal dilakukan untuk memverifikasi keefektifan sistem manajemen
di kantor dan di atas kapal. Lakukan setidaknya satu kali dalam setahun,
mengingat signifikansi operasional, hasil penilaian risiko dari kegiatan dan
laporan audit sebelumnya.
b. Proses dan pelaksanaan audit dilakukan berdasarkan:
• Audit sistem manajemen kantor adalah menilai efektivitas pelaksanaan
sistem manajemen di kantor berdasarkan standar dan prosedur.
47
• Audit sistem manajemen kapal adalah menilai keefektifan sistem
manajemen yang ditentukan oleh perusahaan dan implementasinya di
atas kapal berdasarkan standar dan prosedur.
MANAJEMEN REVIEW
a. Review Manajemen Agenda terdiri dari:
1. Hasil audit dan evaluasi kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya.
2. Hasil partisipasi dan konsultasi.
3. Kepuasan dan komunikasi pelanggan dengan pihak luar, termasuk
keluhan.
4. Proses kinerja, Prestasi Tujuan, Sasaran dan Program dan kesesuaian
layanan
5. Kinerja HSE
6. Status tindakan investigasi, korektif dan preventif.
7. Tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya.
8. Perubahan Manual HSE.
9. Rekomendasi untuk meningkatkan pelayanan.
b. Data ditampilkan dengan presentasi oleh setiap orang yang bertanggung
jawab untuk menilai semua waktu proses pengukuran sebagai perbandingan
periode sebelumnya dan menjelaskan semua temuan dan kesimpulan.
c. Sebuah tinjauan dilakukan setiap 1 kali dalam setahun. Bagian HSE
bertanggung jawab untuk membuat undangan dan mendistribusikannya ke
semua peserta Review Manajemen ini.
d. Manajer HSE dan bagian yang relevan akan mengidentifikasi peluang
perbaikan terus menerus dan perbaikan perencanaan untuk setiap
ketidaksesuaian yang diperoleh.
e. Notulen akan disiapkan oleh bagian HSE untuk didistribusikan ke semua
bagian yang terkait.
f. Kajian ulang akan dilakukan oleh Master onboard minimal setahun sekali.
11. COMPLIANCE
11.1 HSE Legislations and Standards.
Semua manajer dan pemangku kepentingan akan menerapkan undang-undang dan
peraturan yang harus diterapkan dalam pengoperasian kapal atau darat, perubahan dan
pembaruan berikut yang dikeluarkan oleh IMO, IOS, instansi pemerintah, klasifikasi biro
dan organisasi industri maritim sebagai berikut:
48
- International Load Line Convention 1966; Setiap amandemen dan edisi baru
dilepaskan
- Komite Keamanan Maritim; Setiap amandemen dan edisi baru dilepaskan
- STCW 2010
49
50