0 - Edoc - Site - Pedoman Pelayanan KFT 2017
0 - Edoc - Site - Pedoman Pelayanan KFT 2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari
bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan
biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit. Pelayanan kesehatan rumah
sakit yang bermutu dan aman merupakan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai
pengguna rumah sakit sesuai dengan UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal
29 berbunyi tentang rumah sakit berkewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
Komite Panitia farmasi dan terapi adalah sekelompok penasehat dari staf
medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan
instalasi fermasi rumah sakit (IFRS). Pembentukan suatu KFT yang efektif akan
memberi kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang membawa
perhatian staf medik pada obat yang terbaik dan membantu mereka dalam
menyeleksi obat terapi yang tepat bagi pengobatan penderita tertentu
B. Tujuan Panduan
1. Perumus kebijakan-prosedur
Panitia farmasi dan terapi memformulasikan kebijakan berkenaan dengan evaluasi, seleksi,
dan penggunaan perapi obat, serta alat yang berkaitan di rumah sakit.
2. Edukasi
Panitia farmasi dan terapi memberi rekomendasi atau membantu memformulasikan program
yang didesain untuk memenuhi kebutuhan staf profesional (dokter, perawat, apoteker, dan
praktisi pelayanan kesehatan lain). PFT meningkatkan penggunaan obat secara rasional
melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat, pengadaan,
penggunaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf profesional.
Memberikan nasehat bagi staf medik & pimpinan rumah sakit berkaitan dengan
penggunaan obat termasuk obat yang sedang diteliti.
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
Ketua KFT harus seseorang yang dihormati oleh staf medik, yang mengerti dan
KFT dapat mengundang tamu atau narasumber yaitu seorang pakar dalam
ilmu / bidang tertentu yang dapat memberikan sumbangan pendapat,
keterampilan dan pengetahuan khusus
C. Pengaturan Jaga
Anggota KFT bekerja sesuai dengan aturan jam kerja reguler rumah sakit
yaitu mulai hari senin sampai jumat pada pukul 08.00-16.45 Wib. Distribusi jumlah
anggota komite sesuai beban kerja dan tupoksi masing-masing sub komite dan
setiap sub komite ditunjuk seorang penanggung jawab.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
Sarana dan prasarana pelayanan KFT terdiri dari :
1. Struktur organisasi
2. Ruang sekretariat yang memadai dengan ukuran 4x5 m.
3. Peralatan penunjang (alat tulis kantor (ATK), lemari arsip, ruang rapat, laptop,
komputer, printer, flipchart, meja dan kursi)
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
Agenda & bahan rapat (dokumen, informasi pendukung & notulen rapat
sebelumnya) disiapkan oleh sekretaris & dibagikan kepada anggota dalam waktu
yang cukup sebelum rapat.
Rekomendasi KFT harus disajikan kepada staf medik atau komite-komite lain yang
berkaitan dengan penggunaan obat.
A. Pengertian
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Rumah
Sakit maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien rumah sakit sangatlah penting.
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan/penurunan insiden sehingga dapat lebih
Program Keselamatan Pasien merupakan never ending process, karena itu diperlukan
budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program
adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman untuk
mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan suatu tindakan atau
B. Tujuan
Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien
C. Manfaat
1. Budaya safety meningkat dan berkembang
2. Mutu pelayanan rumah sakit meningkat
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang tidak
seharusnya terjadi.
RSUDZA untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi
pelatihan di RS................., dan dilaksanakan evaluasi dengan pre dan post test.
1) Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen resiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf.
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan insiden keselamatan
pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh
Direktur RS..................
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan assesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas dan benar secara tepat.
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah Penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
1) Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan
Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim
1) Diskusikan dalam jajaran unit / tim pengalaman dari hasil analisis insiden.
2) Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak dimasa
depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
1) Gunakan Informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, assesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi.
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara
menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh
langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat dipilih langkah-
Pelaksanaan Keselamatan kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
A. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara atau metode kerja, alat kerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja. Adapun yang dimaksud dengan istilah tersebut diatas adalah:
non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat diperberat oleh
kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik.
suatu sistem yang mengatur pelaporan semua jenis penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja saat sedang melakukan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh
kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman,sistem ini dapat terlaksana.
Upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien disadari atau tidak, memerlukan
partisipasi yang besar dari seluruh unit rumah sakit sehingga memerlukan dukungan
penuh dari managemen rumah sakit. Demikianlah pedoman pelayanan KFT RS.................