Abstrak
Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi menjelaskan bahwa
untuk memahami hakikat dari nilai pendidikan kedisiplinan antara lain
seperti yang telah dideskripsikan Allah dalam Q.S Al-’Ashr ayat 1-3, yang
menjelaskn bahwa Allah telah bersumpah atas nama waktu, celakalah bagi
manusia yang menyia-nyiakan waktu untuk hal kurang bermanfaat, kecuali
orang yang memiliki keiman, selalu beramal soleh saling berwaiat terahdap
kebenaran dan kesabaran. Metode yang digunakan adalah metode content
analysis, karena penelitian ini bersipat normatif dan berkaitan dengan teks,
yakni mengenai interprestasi Ahmad musthofa Al-Maraghi terhadap Q.S Al-
’Ashr ayat 1-3 dalam tafsir Al-Maraghi. Teknik pengumpulan data yang di
pergunakan adalah studi kepustakaan. Kesimpulan penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Tafsir Al-Qur’an surat Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir
Al-Maraghi adalah sebagai berikut: a) Ayat 1 surat Al-’Ashr berisi
pentingnya (makna) waktu dalam kehidupan manusia. b) Ayat 2 berisi
manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang yang Allah kecualikan. c)
Pada ayat 3 menjelaskan 3 cara yang harus dilakukan agar tidak termasuk
orang yang rugi, yaitu: Beriman dan beramal soleh,Saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran. 2) Nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S
Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi adalah sebagai berikut: a)
Disiplin adalah suatu keimanan yang kuat, yang menimbulkan dorongan
untuk adanya niat memanfaatkan waktu. b) nilai kedisiplinan membuat
seseorang mempunyai planing masa depan yang akan ditempuh, supaya
memiliki tujuan jelas dan terarah. c) Prinsip disiplin dengan pemanfaatan
waktu seefektif dan seefisien mungkin meminimalisir waktu tidak berguna
yang menimbulkan penyesalan di kemudian hari. d) Apabila tertanam sifat
disiplin akan menanamkan kedisiplinan kepada orang lain dengan saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. 3) Implikasi nilai-nilai
pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat 1-3 adalah sebagai berikut:
a) Niat disiplin akan timbul keikhlasan, ketenangan, dan kenyamanan. b)
Membuat planing maka hidup akan jelas dan terarah dan adanya persiapan.
c) Disiplin yang terjaga akan memiliki ketegasan dan kesuksesan. d)
Menanamkan disiplin kepada orang lain maka akan meluasnya kedinamisan
sifat memanfaatkan waktunya, akan banyak saudara sepemikiran dan
keyakinan kuat dalam upaya melatih dirinya berbuat kebaikan, dan akan
SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. Manusia diberi
kelebihan akal untuk berfikir dalam kehidupannya. Dan pada dasarnya
manusia diciptakan untuk beribadah kepada penciptanya yaitu Allah Swt.
Melalui agama Islam sebagai agama universal memberikan gambaran yang
utuh tentang ketuhanan, tentang alam dan tentang manusia sebagai individu
maupun kelompok, semuanya menginduk di bawah paradigma yang
menyeluruh dan utuh.
Islam mengandung sejumlah patokan bagi kehidupan manusia,
termasuk di dalamnya diajarkan pula tentang hubungan manusia dengan
manusia dalam pola kehidupan sosial bermasyarakat., aturan-aturan
tersebut tertulis dalam Al-Qur’an yang sebagai undang-undang baku umat
manusia dimanapun mereka berada.
Al-Qur’an merupakan kitab yang syamil yang mencakup seluruh
ajaran Tuhan yang ada pada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya
(Taurat, Injil, dan Zabur).
Terlepas dari peran Al-Qur’an terhadap permasalahan hidup manusia
yang terus bertambah seiring berjalannya waktu dalam hidupnya, ternyata
tersimpan makna dan keterkaitan baku antara manusia, agama, dan Al-
Qur’an. Haruslah kita sadari bahwa kita hidup di dunia ini hanyalah
sementara jadi sia-sia hidup kita apabila terus mengatakan nanti dalam
berbuat kebaikan untuk bekal di alam kekal.
Ungkapan Malik Bin Nabi dalam bukunya Syuruth An-Nahadah (Syarat-
syarat kebangkitan) saat memulai uraiannya dengan mengutip suatu
ungkapan yang dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadist Nabi yaitu “tidak
terbit pajar suatu hari, kecuali ia berseru, putra putri adam, aku waktu, aku
ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak
akan kembali lagi sampai hari kiamat”. (Sihab, 1996: 545)
Sedemikian besar peran waktu, sehingga Allah Swt. Berkali-kali
bersumpah menggunakan waktu berbagai kata yang menunjukan pada
waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail (demi malam), wa An-Nahari (demi
siang), wa Al-Fajr, dan lain-lain.
Sekarang ini, banyak ditemui orang yang suka menyalahkan waktu
atau setidaknya mengkambinghitamkan waktu ketika mengalami
kegagalan. Islam sebenarnya tidak pernah mengenal waktu sial atau waktu
untung. Sial dan untung sangat ditentukan oleh baik dan tidaknya usaha
2
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
seseorang, karena waktu bersifat netral dan waktu tidak pernah berpihak
pada siapapun.
Diperlukan juga adanya dorongan dalam diri setiap manusia tentang
mengkaji sebuah nilai pendidikan kedisiplinan yang didapat dari berbagi
waktu yang telah dilewati dalam hidupnya dengan di landasi ilmu. Karena
nilai merupakan tolak ukur untuk memperbaiki sebuah kajian hidup yang
kita jalani dan yang telah terlewatkan, pendidikan menurut Diryarkarta
merupakan proses pemanusiaan manusia. (Hendyat Soetopo, 2005: 207),
dan kedisiplinan adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang
seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
Tulisan ini dimaksudkan untuk ikut memberikan sumbangan dalam
rangka menjelaskan bagaimana memanfaatkan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-3.
Maka berdasarkan permasalahan di atas, penulis memandang
penting mengkaji secara mendalam tentang bagaimana nilai pendidikan
kedisiplinan dalam Al-Qur’an surat Al-’Ashr ayat 1-3, melalui judul, “Nilai-
nilai Pendidikan Kedisiplinan dalam Al-Qur’an Surat Al-’Ashr Ayat 1-3
Menurut Tafsir Al-Maraghi”.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah pokok dalam
penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimana tafsir Al-Qur’an Surat Al-’Ashr Ayat 1-3
menurut tafsir Al-Maraghi? 2) Bagaimana nilai-nilai pendidikan kedisiplinan
dalam Q.S Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi? 3) Bagaimana
implikasi nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat 1-3?.
KONSEP NILAI
1. Pengertian Nilai
Mulyana (2011: 10) mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan
dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan
oleh Mulyana yang secara eksplisit menyertakan proses pertimbangan nilai,
tidak hanya sekedar alamat yang dituju oleh sebuah kata “ya”.
Beberapa pengertian yang lainnya tentang nilai dari para ahli
dikemukakan oleh Mulyana ( 2011: 9) sebagai berikut :
a. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya, Gordon Allfort (1964). Definisi ini dilandasi oleh pendekatan
psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan
benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil proses
psikologis.
b. Nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative
(Kuperman, 1983). Penekanan utama definisi ini pada faktor eksternal
yang mempengaruhi prilaku manusia.
KONSEP PENDIDIKAN
1. Pengertian Pendidikan
4
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
harus berupa tindakan yang ditunjukan kepada peserta didik dalam kondisi
tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat
tertentu. Pelaksanaanya hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai
itu dibuat jelas (eksplisit), konkrit, dan lingkungannya terbatas. Dengan
kata lain tujuan umum perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih
khusus dan terbatas agar mudah direalisasikan di dalam praktek.
(Tirtarahardja & L. La Sulto, 2005: 37)
Mudyahardjo (2002: 12) Menjelaskan tujuan pendidikan yaitu
pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat
pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal dengan
tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat
memainkan perannya warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup
dan kelompok sosial. Tujuan pendidikan mencakup tujuan-tujuan setiap
jenis kegiatan pendidikan(bimbingan, pengajaran, dan latihan), tujuan-
tujuan satuan pendidikan dari luar sekolah, dan tujuan-tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup, yang
bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan mengembangkan kemampuan-kemampuan pribadi secara
optimal dan untuk dilaksanakan kehidupan.
3. Asas-asas pokok pendidikan
Menurut Tirtarahardja dan L. La Sulto (2005: 117) asas pendidikan
merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir,
pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama
yang sangat penting dalam pendidikan. Salahsatu dasar utama pendidikan
adalah bahwa manusia iti dapat didik dan dapat mendidik diri sendiri.
Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya dan sangat
tergantung pada orang lain (orang tuanya, terutama ibunya) namun
memiliki potensi yang hampir tanpa batas untuk dikembangkan. Bayi itu
melalui pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat
membuat inovasi dalam keilmuan yang sudah ada maupun keilmuan baru,
dalam hal teknologi, maupun pengetahuan lainnya.
Dalam buku Pengantar Pendidikan karya Tirtarahardja khusus untuk
pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber
baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang
bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya
pendidikan di Indonesia. Di antara berbagai asas tersebut, tiga buah asas
akan dikaji lebih lanjut dalam paparan ini. Ketiga asas itu adalah asas tut
wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam
belajar. Ketiga asas itu dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan,
6
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
baik masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu, setiap tenaga
kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat
menerapkannya dengan semestinya dalam menyelenggarakan pendidikan
sehari-hari.
1) Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang berhak
mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan
yang umum. Menurut asas ini, dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang
guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang dengan bersemboyan
“tut wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-
menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib
menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya
bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila
anak didik tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan. Dapat
dikatakan bahwa asas Tut Wuri Handayani ini merupakan cikal bakal dari
pendekatan atau cara belajar siswa aktif. (Tirtarahardja, 2005: 18)
2) Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup. Ini sesuai dengan Firman allah dalam Al
Quran yaitu:
ÏΒ ’Ík< #YŠ$t6Ïã (#θçΡθä. Ĩ$¨Ζ=Ï9 tΑθà)tƒ §ΝèO nο§θç7–Ψ9$#uρ zΝõ3ßsø9$#uρ |=≈tGÅ3ø9$# ª!$# çµuŠÏ?÷σムβr& @t±u;Ï9 tβ%x. $tΒ
)الtβθß™â‘ô‰s? óΟçFΖä. $yϑÎ/uρ |=≈tGÅ3ø9$# tβθßϑÏk=yèè? óΟçFΖä. $yϑÎ/ z↵ÍhŠÏΨ≈−/u‘ (#θçΡθä. Å3≈s9uρ «!$# Èβρߊ
(٧٩ : ٣ ران
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya
Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya.(Q.S Ali-‘Imran 3: 79)
Dalam hal ini, UNESCO Institute For Education (UIE Hambrung)
menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah
pendidikan yang harus:
a) Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b) Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistimatis pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu.
KEDISIPLINAN
1. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan bentuk perilaku patuh dan tunduk terhadap
peraturan yang berlaku tetapi kepatuhan itu lebih ditekankan pada
kesadaran diri bukan karena paksaan. Akan tetapi pada kenyataannya
banyak perilaku disiplin manusia yang dilatarbelakangi karena adanya
paksaan atau aturan yang mengekang.
Menurut Ho (2009: 154) kedisiplinan adalah sikap mental untuk
melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar
menghargai waktu. Meskipun pada dasarnya pengertian disiplin sangatlah
sederhana, tapi tidak banyak orang kesulitan menerapkan knosep-konsep
kedisiplinan hingga membudaya dalam kehidupan sehari-hari.
Memurut Efferin dan Soeherman (2010: 103) kedisiplinan merupakan
dasar ditempatinya segala aturan main atau prosedur yang menjadi syarat
dasar dari setiap jenis pekerjaan atau aktivitas guna mencapai keberhasilan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
dasar ditempatinya kemampuan untuk melakukan hal-hal yang seharusnya
dilakukan.
2. Tujuan Disiplin
Tujuan kedisiplinan ialah membentuk perilaku sedemikian rupa
hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok
budaya, tempat ia diidentifikasikan. Dan dengan adanya disiplin pula setiap
individu dapat memperoleh perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban diantara satu dan yang lainnya. Di samping itu pelaksanaan
8
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
10
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
METODE
Sugiyono mengemukakan bahwa metode penelitian adalah “cara
ilmiah untuk mendaptkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
(Sugiono, 2009). Selanjutnya, Suryabrata (2004: 72) mengemukakan bahwa
keputusan mengenai metode apa yang akan diteliti, dan berbagai alternatif yang
mungkin digunakan. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mengunakan metode
content analysis (analis isi), karena penelitian ini sebagaimana dikemukakan oleh
Bungin (2007: 237) bersifat normatif dan berkaitan dengan isi komunikasi, yakni
mengenai interpresentasi Ahmad Musthafa Al-Maraghi terhadap Q.S Al-’Ashr ayat
1-3 dalam tafsir Al-Maraghi.
2. Tafsir Rinci
Dalam tafsir Al-Maraghi, ayat 1 surat Al-’Ashr berisi menjelaskan
bahwa kita diberitahu oleh Allah dan Rasul-Nya tentang betapa pentingnya
(makna) waktu. Hal ini dinyatakan oleh Al-Maraghi dalam ayat 1 surat Al-
’Ashr sebagi berikut:
% $ " در و# ن أ داث و ر دل دھر ) َوا ْ َ ْ ِر( أ م ر
ّ
» َو ِ ْن: ل% / ر وھ آ ن ن آ ت+ ل وا# ن ب ا " ا ظر إ، # & ووا
ر4 " و8 و، م4 و7 و، راء6 ن راء و: َ ْ
" َ ُر « وإ4 س َوا 1 ُر َوا+ 1 ْ ل ُ َوا#1 آ ِ ِ ا
ُ ْ3
4 ون%# ف ا رأى إ " أن د3ر إ " و ذ ك، و زن و رح، و ب7 ورا،
رC% إ " أن ا- ب ا ر#Aر و6 ف ا3% " دة و د إA وھو ا ذي @" أن و، و د را
، ءF وھذا ز ن، ب ا دھرE ن وا7 E و ون ھذه4 ، ون أ داث ا وء إ " ا دھرC 6 وا%
نH ، رھ3و ّ ا وادث رھ &4 وأ ظرف، 4# ق ن# إ " أن ا دھر دھم3رG
. ن ب+ دھر# و س، ت داه% 7 رء# و ت
Allah Swt bersumpah dengan memakai masa. Sebab, masa itu
mengandung banyak peristiwa dan contoh yang menunjukan kekuasaan-
Nya, di samping menunjukan betapa bijaksananya Allah. Cobalah lihat, apa
yang terkandung di dalam masa itu. Misalnya, bergantinya antara siang dan
malam, yang keduanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Hal ini
seperti firman Allah dalam ayat berikut ini:
( ٣٧ : ٤١ ت ) ... ãyϑs)ø9$#uρ ߧôϑ¤±9$#uρ â‘$yγ¨Ψ9$#uρ ã≅øŠ©9$# ϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang,
matahari dan bulan . . .” (Fushshilat, 41:37).
Dan lihatlah apa yang terjadi di dalamnya: bahagia, sengsara, sehat
dan sakit, kaya, miskin, santai, capai, susah, bergembira dan lain sebagainya.
Semua itu menunjukkan kepada orang-orang yang berakal waras, bahwa
alam semesta ini ada yang menciptakan dan mengaturnya. Seharusnya,
Allah-lah yang disembah dan diminta, sehingga dapat menghilangkan segala
bentuk kesusahan dan menarik kebaikan. Tetapi, kaum kafir mengaitkan
bencana dan berbagai peristiwa kepada masa. Mereka mengatakan “Bencana
ini bersumber dari masa, atau masa itu adalah masa paceklik”. (Al-Maraghi,
1985: 392).
Kemudian, Allah mengajarkan kepada mereka bahwa masa itu adalah
salah satu di antara makhluk Allah. Masa itu merupakan wadah yang di
dalamnya terjadi berbagai peristiwa baik atau jelek. Jika seseorang tertimpa
musibah, maka semua itu karena perbuatannya sendiri, dan masa (zaman)
tidak ikut bertanggung jawab. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Selanjutnya, pada surat Al-’Ashr ayat 2 Allah telah menjelaskan
bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan merugi. Sebagai yang telah
ditafsirkan oleh Al-Maraghi sebagai berikut:
Kر ن ا ران إ6 ر "أ - و ت# س ن اA ُ ْ ٍر( أي إن ھذا اCِ َ َ ا ْ ِ ْ ن1)إِن
: ص، 30 ج، 8 ر ا راC ا ز نK ، E 43 ن ھ" در لاG ،/ ّ ھمL ن ا
# ّ و ن ن، E ذ ب ا رء " ق ر، كF+ " ا و وھ" ا، ن% اK و235
. أ رى7 رA د ل ھK 7 رA ، 7 A اEK وآ، 7# #A ا
Sesungguhnya manusia itu adalah rugi dalam amal perbuatannya,
kecuali orang-orang yang Allah kecualikan. Perbuatan manusia itu
merupakan sumber kesengsaraan sendiri. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah
masa atau tempat. Ia sendirilah yang menjerumuskan dirinya kedalam
kehancuran. Dosa seseorang terhadap Yang Maha Menciptakan dan Yang
Maha Menganugrahi kenikmatan dan dapat diraskan olehnya, adalah
perbuatan yang paling berdosa. Hal inilah yang menyebabkan hancurnya
diri sendiri. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Selanjutnya, dalam ayat 3 Allah menjelaskan bagaimana cara yang
harus dilakukan agar tidak termasuk orang yang rugi. Pada ayat ini, ada tiga
syarat agar tidak menjadi orang yang rugi, yaitu:
1) Beriman dan beramal sholeh
Menurut Yatim (2000: 54) beriman berarti meyakin bahwa maanusia
hidup di dunia ini karena kehendak Allah, hanya dengan iman manusia bisa
dapat menyadari keberadaannya hidup di dunia. setelah memiliki keimanan,
seorang harus beramal sholeh (amal kebajikan). Sebaagai mana ungkapan
Al-Maraghi sebagai berikut:
"6 درا ر4 + إ#% م# أن دا4 دوا ا4 ِ ِ 1 ُوا ا# ِ َ ِذ نَ آ َ ُ وا َو1 اK1 ِ)إ
(ت
م ذ ك إ " ل+ د، 7# وا رذ7# 6C وأن ھ ك ر ن ا، " ا# ب6@ و، & ن ا ط
م وا+ أ- أ رھم7 F و. نA س أ# C وC & ا رءC ع ذ كA و- ا ر وا ر
، تEت @ د ت ا را تا وا د وا ا، سC ا روا ا3 وا، س اCا
. + 6 ر أو# 7 A 7 4 و، + أر74C ن+
Yakinlah dengan i’tikad yang benar. Bahwa alam semesta ini hanya
memiliki satu Tuhan yang Maha Menciptakan dan Yang Memberikan Ridha
kepada orang-orang yang taat, dan murka kepada orang-orang yang berbuat
maksiat. Dan yakinlah diantara keutamaan dan keburukuan itu sangat
berbeda. Dengan beramal bajik. Jadi, setiap orang itu harus bisa bermanfaat
bagi dirinya dan oleh orang lain. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Kesimpulannya, bahwa perbuatan mereka itu membuang hal-hal
yang bersifat sementara, dan lebih memilih hal-hal yang bersifat abadi.
14
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
16
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651
kenikmatan nafsu dunia belaka. Hanya sebagian kecil dan bisa dikatan
jarang terlihat manusia sekarang ini yang sungguh-sungguh ingin memaknai
hidup ini. Diperlukan adanya prinsip pemanfaatan waktu seefektif dan
seefisien mungkin akan meminimalisir penggunaan waktu yang tidak
berguna yang akan menimbulkan penyesalan dan beratnya
pertanggungjawaban usia kita di akhirat nanti Seperti dalm firman-Nya:
4 nο4θx.¨“9$# (#θè?÷σãƒuρ nο4θn=¢Á9$# (#θßϑ‹É)ãƒuρ u!$x(uΖãm tÏe$!$# ã&s! tÅÁÎ=øƒèΧ ©!$# (#ρ߉ç6÷èu‹Ï9 āωÎ) (#ÿρâ÷É∆é& !$tΒuρ
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di muka, dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tafsir Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi karya
Ahmad Musthafa Al-Maraghi menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam,
tentang betapa pentingnya (makna) waktu dalam kehidupan manusia.
Bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang
yang Allah kecualikan. Dan 3 cara yang harus dilakukan agar tidak
termasuk orang yang rugi, yaitu: (i) Beriman dan beramal sholeh. (ii)
Saling menasehati tentang kebenaran. Dan (iii) Saling menasehati
tentang kesabaran.
2. Nilai-nilai pendidikan kedisiplinan pada dasarnya adalah suatu keimanan
yang menjadi dorongan untuk membuat planing jembatan masa depan
yang ditempuh, supaya memiliki arah tujuan yang jelas dan terarah dan
adanya perinsip disiplin dalam diri dengan pemanfaatan waktu seefektif
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syamsul. (2008). Tanggung Jawab,Disiplin, Jujur itu Keren (Pendidikan Anti Korupsi
Kelas 1 SMP/MTS). Jakarta: KPK Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat.
Dewan Redaksi IAIN Syarif Hidayatullah. (199). Ensiklopedi islam indonesia.
Djambatan. Jakarta.
Edien. (1970). Modul 1-6 Materi Pokok Agama Islam. Hima. Ciamis
Efferin Sujoko, Soeherman Bonie. (2010). Seni Perang Sun Zi dan Sistem
Pengendalian Manajemen. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Fauzan. (2008). Islam dan Kemoderenan Politik Berbasis Pemuda. Binamuda.
Depok.
LPP IAID, (2001). Panduan penyusunan Skripsi di Lingkungan Institut Agama Islam
Darussalam (IAID), Ciamis, Jawa Barat
Mudyahardja Redja. (2002). Pengantar Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.
Bandung.
Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. CV Alfabeta.
Bandung
Mustofa Al Maraghi, Ahmad. (1985). Terjemahan Tafsir Al-Maraghi. CV Toha
Putra, Semsarang.
Nurjanah. (2010). Pisikologi Umum.Institut Agma Islam Darussalm. Ciamis
Quraish Shihab, Muhammad. (1996). Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i Atas
Pelbagai Persoalan Umat. PT Mizan Pustaka, Bandung.
Soetopo Hendayat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. UMM Pres, Malang
Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. PT Raja Grapindo Prsada,
Jakarta.
Tirtaraharja Umar, L. La Sulo S. (2005). Pengantar Pendidikan. PT Rineka
Cipta, Jakarta.
22