Anda di halaman 1dari 22

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KEDISIPLINAN

DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-‘ASHR AYAT 1-3


MENURUT TAFSIR AL-MARAGHI

SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI


TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

Abstrak
Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi menjelaskan bahwa
untuk memahami hakikat dari nilai pendidikan kedisiplinan antara lain
seperti yang telah dideskripsikan Allah dalam Q.S Al-’Ashr ayat 1-3, yang
menjelaskn bahwa Allah telah bersumpah atas nama waktu, celakalah bagi
manusia yang menyia-nyiakan waktu untuk hal kurang bermanfaat, kecuali
orang yang memiliki keiman, selalu beramal soleh saling berwaiat terahdap
kebenaran dan kesabaran. Metode yang digunakan adalah metode content
analysis, karena penelitian ini bersipat normatif dan berkaitan dengan teks,
yakni mengenai interprestasi Ahmad musthofa Al-Maraghi terhadap Q.S Al-
’Ashr ayat 1-3 dalam tafsir Al-Maraghi. Teknik pengumpulan data yang di
pergunakan adalah studi kepustakaan. Kesimpulan penelitian ini adalah
sebagai berikut: 1) Tafsir Al-Qur’an surat Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir
Al-Maraghi adalah sebagai berikut: a) Ayat 1 surat Al-’Ashr berisi
pentingnya (makna) waktu dalam kehidupan manusia. b) Ayat 2 berisi
manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang yang Allah kecualikan. c)
Pada ayat 3 menjelaskan 3 cara yang harus dilakukan agar tidak termasuk
orang yang rugi, yaitu: Beriman dan beramal soleh,Saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran. 2) Nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S
Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi adalah sebagai berikut: a)
Disiplin adalah suatu keimanan yang kuat, yang menimbulkan dorongan
untuk adanya niat memanfaatkan waktu. b) nilai kedisiplinan membuat
seseorang mempunyai planing masa depan yang akan ditempuh, supaya
memiliki tujuan jelas dan terarah. c) Prinsip disiplin dengan pemanfaatan
waktu seefektif dan seefisien mungkin meminimalisir waktu tidak berguna
yang menimbulkan penyesalan di kemudian hari. d) Apabila tertanam sifat
disiplin akan menanamkan kedisiplinan kepada orang lain dengan saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. 3) Implikasi nilai-nilai
pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat 1-3 adalah sebagai berikut:
a) Niat disiplin akan timbul keikhlasan, ketenangan, dan kenyamanan. b)
Membuat planing maka hidup akan jelas dan terarah dan adanya persiapan.
c) Disiplin yang terjaga akan memiliki ketegasan dan kesuksesan. d)
Menanamkan disiplin kepada orang lain maka akan meluasnya kedinamisan
sifat memanfaatkan waktunya, akan banyak saudara sepemikiran dan
keyakinan kuat dalam upaya melatih dirinya berbuat kebaikan, dan akan
SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

muncul menjadi suatu gerakan yang berupaya mengembalikan identitas diri


manusia sebagai makhluk yang paling mulia dimuka bumi.

Kata kunci: Konsep Nilai, Konsep Pendidikan, dan Konsep Kedisiplinan

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. Manusia diberi
kelebihan akal untuk berfikir dalam kehidupannya. Dan pada dasarnya
manusia diciptakan untuk beribadah kepada penciptanya yaitu Allah Swt.
Melalui agama Islam sebagai agama universal memberikan gambaran yang
utuh tentang ketuhanan, tentang alam dan tentang manusia sebagai individu
maupun kelompok, semuanya menginduk di bawah paradigma yang
menyeluruh dan utuh.
Islam mengandung sejumlah patokan bagi kehidupan manusia,
termasuk di dalamnya diajarkan pula tentang hubungan manusia dengan
manusia dalam pola kehidupan sosial bermasyarakat., aturan-aturan
tersebut tertulis dalam Al-Qur’an yang sebagai undang-undang baku umat
manusia dimanapun mereka berada.
Al-Qur’an merupakan kitab yang syamil yang mencakup seluruh
ajaran Tuhan yang ada pada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya
(Taurat, Injil, dan Zabur).
Terlepas dari peran Al-Qur’an terhadap permasalahan hidup manusia
yang terus bertambah seiring berjalannya waktu dalam hidupnya, ternyata
tersimpan makna dan keterkaitan baku antara manusia, agama, dan Al-
Qur’an. Haruslah kita sadari bahwa kita hidup di dunia ini hanyalah
sementara jadi sia-sia hidup kita apabila terus mengatakan nanti dalam
berbuat kebaikan untuk bekal di alam kekal.
Ungkapan Malik Bin Nabi dalam bukunya Syuruth An-Nahadah (Syarat-
syarat kebangkitan) saat memulai uraiannya dengan mengutip suatu
ungkapan yang dinilai oleh sebagian ulama sebagai hadist Nabi yaitu “tidak
terbit pajar suatu hari, kecuali ia berseru, putra putri adam, aku waktu, aku
ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak
akan kembali lagi sampai hari kiamat”. (Sihab, 1996: 545)
Sedemikian besar peran waktu, sehingga Allah Swt. Berkali-kali
bersumpah menggunakan waktu berbagai kata yang menunjukan pada
waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail (demi malam), wa An-Nahari (demi
siang), wa Al-Fajr, dan lain-lain.
Sekarang ini, banyak ditemui orang yang suka menyalahkan waktu
atau setidaknya mengkambinghitamkan waktu ketika mengalami
kegagalan. Islam sebenarnya tidak pernah mengenal waktu sial atau waktu
untung. Sial dan untung sangat ditentukan oleh baik dan tidaknya usaha
2
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

seseorang, karena waktu bersifat netral dan waktu tidak pernah berpihak
pada siapapun.
Diperlukan juga adanya dorongan dalam diri setiap manusia tentang
mengkaji sebuah nilai pendidikan kedisiplinan yang didapat dari berbagi
waktu yang telah dilewati dalam hidupnya dengan di landasi ilmu. Karena
nilai merupakan tolak ukur untuk memperbaiki sebuah kajian hidup yang
kita jalani dan yang telah terlewatkan, pendidikan menurut Diryarkarta
merupakan proses pemanusiaan manusia. (Hendyat Soetopo, 2005: 207),
dan kedisiplinan adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang
seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
Tulisan ini dimaksudkan untuk ikut memberikan sumbangan dalam
rangka menjelaskan bagaimana memanfaatkan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-3.
Maka berdasarkan permasalahan di atas, penulis memandang
penting mengkaji secara mendalam tentang bagaimana nilai pendidikan
kedisiplinan dalam Al-Qur’an surat Al-’Ashr ayat 1-3, melalui judul, “Nilai-
nilai Pendidikan Kedisiplinan dalam Al-Qur’an Surat Al-’Ashr Ayat 1-3
Menurut Tafsir Al-Maraghi”.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah pokok dalam
penelitian ini, yaitu: 1) Bagaimana tafsir Al-Qur’an Surat Al-’Ashr Ayat 1-3
menurut tafsir Al-Maraghi? 2) Bagaimana nilai-nilai pendidikan kedisiplinan
dalam Q.S Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi? 3) Bagaimana
implikasi nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat 1-3?.

KONSEP NILAI
1. Pengertian Nilai
Mulyana (2011: 10) mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan
dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan
oleh Mulyana yang secara eksplisit menyertakan proses pertimbangan nilai,
tidak hanya sekedar alamat yang dituju oleh sebuah kata “ya”.
Beberapa pengertian yang lainnya tentang nilai dari para ahli
dikemukakan oleh Mulyana ( 2011: 9) sebagai berikut :
a. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar
pilihannya, Gordon Allfort (1964). Definisi ini dilandasi oleh pendekatan
psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan
benar-salah, baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil proses
psikologis.
b. Nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam
menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative
(Kuperman, 1983). Penekanan utama definisi ini pada faktor eksternal
yang mempengaruhi prilaku manusia.

Volume 2, No. 1, 2017 3


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

c. Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan


individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang
mempengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan
akhir tindakan (Kluckhohn, Brameld, 1957).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli
mengenai nilai dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan segala sesuatu
penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia sebagai penentu
dan acuan dalam melakukan suatu tindakan.
2. Macam-macam nilai
Menurut Eduard Spranger dalam (Nurjanah, 2010: 274), macam-
macam nilai yaitu :
1) Nilai keilmuan merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang
mendasari perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang bekerja
terutama atas dasar pertimbangan rasional. Nilai keilmuan ini
dipertentangkan dengan nilai agama.
2) Nilai agama ialah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atas dasar pertimbangan kepercayaan bahwa
sesuatu itu dipandang benar menurut ajaran agama.
3) Nilai ekonomi adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan
ada tidaknya keuntungan finansial sebagai akibat dari perbuatannya itu.
Nilai ekonomi ini dikontraskan dengan nilai seni.
4) Nilai Seni merupakan salah satu dari macam-macam nilai yang mendasar
perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan
rasa keindahan atau rasa seni yang terlepas dari berbagai pertimbangan
material.
5) Nilai Solidaritas ialah salah satu dari macam-macam nilai yang
mendasari perbuatan seseorang terhadap orang lain tanpa menghiraukan
akibat yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri, baik itu berupa
keberuntungan maupun ketidak beruntungan. Nilai solidaritas ini
dikontraskan dengan nilai kuasa.
6) Nilai Kuasa adalah salah satu dari macam-macam nilai yang mendasari
perbuatan seseorang atau sekelompok orang atas dasar pertimbangan
baik buruknya untuk kepentingan dirinya atau kelompoknya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa macam-macam
nilai diantaranya nilai keilmuan, nilai agama, nilai agama, nilai seni, nilai
solidaritas, dan nilai kuasa.

KONSEP PENDIDIKAN
1. Pengertian Pendidikan

4
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

Pada dasarnya, bagi manusia pendidikan penting sebagi upaya


menanamkan nilai-nilai pada kehidupan dunia nyata melalui pribadi-pribadi
yang beriman dan bertaqwa, sesuai dengan harkat dan drajat kemanusiaan
sebagai khalifah diatas bumi. Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh
Allah pada wahyu pertama, yaitu:
zΟ¯=tæ “Ï%©!$# . ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ù&tø%$# . @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ . t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$#

( ۵-١ : ٩٦ ‫÷ )ا ق‬Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ . ÉΟn=s)ø9$$Î/


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.( Q. S Al-‘Alaq 96: 1-5).
Surat ini mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan pengajaran
makna yang sangat luas dan mendalam.
Mudyahardjo (2002: 1) menjelaskan pendidikan merupakan sektor
yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa, kegagalan pendidikan
berimflikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan maka
secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Maka dari itu
secara sadar manusia wajib memiliki pendidikan untuk menopang perjalan
hidupnya, sebelum terlalu jauh memebahas pendidikan maka terlebuh
dahulu kita harus mengetahui daripada pendidikan itu sendiri.
Menurut Mudyahardja (2002: 4) pendidikan sebagai suatu yang
penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk
berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
manusia, di mana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi
sumber motivasi kehidupan segala bidang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan
pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha
untuk mewujudkan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk
persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak
sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat
kedewasaannya.
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memuat gambaran-gambaran tentang nilai-nilai
yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Tujuan
pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai abstrak. Tujuan
demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat luas sehingga
sangat sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan

Volume 2, No. 1, 2017 5


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

harus berupa tindakan yang ditunjukan kepada peserta didik dalam kondisi
tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat
tertentu. Pelaksanaanya hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai
itu dibuat jelas (eksplisit), konkrit, dan lingkungannya terbatas. Dengan
kata lain tujuan umum perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih
khusus dan terbatas agar mudah direalisasikan di dalam praktek.
(Tirtarahardja & L. La Sulto, 2005: 37)
Mudyahardjo (2002: 12) Menjelaskan tujuan pendidikan yaitu
pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan pendidikan yang bersifat
pengembangan kemampuan-kemampuan pribadi secara optimal dengan
tujuan-tujuan sosial yang bersifat manusia seutuhnya yang dapat
memainkan perannya warga dalam berbagai lingkungan persekutuan hidup
dan kelompok sosial. Tujuan pendidikan mencakup tujuan-tujuan setiap
jenis kegiatan pendidikan(bimbingan, pengajaran, dan latihan), tujuan-
tujuan satuan pendidikan dari luar sekolah, dan tujuan-tujuan pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan adalah sebagian dari tujuan hidup, yang
bersifat menunjang terhadap pencapaian tujuan hidup.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan mengembangkan kemampuan-kemampuan pribadi secara
optimal dan untuk dilaksanakan kehidupan.
3. Asas-asas pokok pendidikan
Menurut Tirtarahardja dan L. La Sulto (2005: 117) asas pendidikan
merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir,
pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama
yang sangat penting dalam pendidikan. Salahsatu dasar utama pendidikan
adalah bahwa manusia iti dapat didik dan dapat mendidik diri sendiri.
Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya dan sangat
tergantung pada orang lain (orang tuanya, terutama ibunya) namun
memiliki potensi yang hampir tanpa batas untuk dikembangkan. Bayi itu
melalui pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat
membuat inovasi dalam keilmuan yang sudah ada maupun keilmuan baru,
dalam hal teknologi, maupun pengetahuan lainnya.
Dalam buku Pengantar Pendidikan karya Tirtarahardja khusus untuk
pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber
baik dari kecenderungan umum pendidikan di dunia maupun yang
bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya
pendidikan di Indonesia. Di antara berbagai asas tersebut, tiga buah asas
akan dikaji lebih lanjut dalam paparan ini. Ketiga asas itu adalah asas tut
wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian dalam
belajar. Ketiga asas itu dipandang sangat relevan dengan upaya pendidikan,
6
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

baik masa kini maupun masa depan. Oleh karena itu, setiap tenaga
kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas tersebut agar dapat
menerapkannya dengan semestinya dalam menyelenggarakan pendidikan
sehari-hari.
1) Asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang berhak
mengatur dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan
yang umum. Menurut asas ini, dalam penyelenggaraan pendidikan, seorang
guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang dengan bersemboyan
“tut wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-
menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib
menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi jalannya anak serta hanya
bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak apabila
anak didik tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan. Dapat
dikatakan bahwa asas Tut Wuri Handayani ini merupakan cikal bakal dari
pendekatan atau cara belajar siswa aktif. (Tirtarahardja, 2005: 18)
2) Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup. Ini sesuai dengan Firman allah dalam Al
Quran yaitu:
ÏΒ ’Ík< #YŠ$t6Ïã (#θçΡθä. Ĩ$¨Ζ=Ï9 tΑθà)tƒ §ΝèO nο§θç7–Ψ9$#uρ zΝõ3ßsø9$#uρ |=≈tGÅ3ø9$# ª!$# çµuŠÏ?÷σムβr& @t±u;Ï9 tβ%x. $tΒ

‫ )ال‬tβθß™â‘ô‰s? óΟçFΖä. $yϑÎ/uρ |=≈tGÅ3ø9$# tβθßϑÏk=yèè? óΟçFΖä. $yϑÎ/ z↵ÍhŠÏΨ≈−/u‘ (#θçΡθä. Å3≈s9uρ «!$# Èβρߊ
(٧٩ : ٣ ‫ران‬
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya
Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu
tetap mempelajarinya.(Q.S Ali-‘Imran 3: 79)
Dalam hal ini, UNESCO Institute For Education (UIE Hambrung)
menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah
pendidikan yang harus:
a) Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b) Mengarah kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan dan
penyempurnaan secara sistimatis pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya.
c) Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment)
setiap individu.

Volume 2, No. 1, 2017 7


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

d) Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri.


e) Mengikuti kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi, termasuk yang formal, non formal dan informal (Cropley, 1970:
2-3; Sulo , 1990: 25-26).
3) Asas Kemandirian Dalam Belajar
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru
dalam peran utama sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai
fasilitator, guru diharapkan dapat menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar dengan sedemikian rupa, sehingga memudahkan peserta
didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator,
guru harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil dari
sumber-sumber informasi yang ada. Oleh karena itu, guru perlu memberikan
dan bahkan merangsang peserta didik untuk mencari informasi selain dari
dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan
timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber
belajar secara maksimal dengan kemampuan yang dia miliki.

KEDISIPLINAN
1. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan bentuk perilaku patuh dan tunduk terhadap
peraturan yang berlaku tetapi kepatuhan itu lebih ditekankan pada
kesadaran diri bukan karena paksaan. Akan tetapi pada kenyataannya
banyak perilaku disiplin manusia yang dilatarbelakangi karena adanya
paksaan atau aturan yang mengekang.
Menurut Ho (2009: 154) kedisiplinan adalah sikap mental untuk
melakukan hal-hal yang seharusnya pada saat yang tepat dan benar-benar
menghargai waktu. Meskipun pada dasarnya pengertian disiplin sangatlah
sederhana, tapi tidak banyak orang kesulitan menerapkan knosep-konsep
kedisiplinan hingga membudaya dalam kehidupan sehari-hari.
Memurut Efferin dan Soeherman (2010: 103) kedisiplinan merupakan
dasar ditempatinya segala aturan main atau prosedur yang menjadi syarat
dasar dari setiap jenis pekerjaan atau aktivitas guna mencapai keberhasilan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah
dasar ditempatinya kemampuan untuk melakukan hal-hal yang seharusnya
dilakukan.
2. Tujuan Disiplin
Tujuan kedisiplinan ialah membentuk perilaku sedemikian rupa
hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok
budaya, tempat ia diidentifikasikan. Dan dengan adanya disiplin pula setiap
individu dapat memperoleh perlakuan yang seimbang antara hak dan
kewajiban diantara satu dan yang lainnya. Di samping itu pelaksanaan
8
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

disiplin diharapkan dapat menciptakan individu yang mandiri,


bertanggungjawab dan tidak tergantung pada orang lain.
Banyak sekali para ahli yang menjelaskan mengenai tujuan
kedisiplinan diantaranya yaitu:
Menurut Elizabet B. Hurlock bahwa tujuan seluruh disiplin ialah
membentuk prilaku sedemikian rupa hinggaa akan sesuai dengan peran-
peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu di
identifikasikan.
Adapun tujuan disiplin menurut Charles adalah:
1) Tujuan jangka panjang yaitu supaya anak terlatih dan terkontrol dengan
ajaran yang pantas.
2) Tujuan jangka panjang yaitu untuk mengembangkan dan pengendalian
diri anak tanpa pengaruh pengendalian dari luar.
1. Fungsi Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang. Disiplin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan
berdisiplin yang akan mengantarkan seorang siswa sukses dalam belajar dan
kelak ketika bekerja.
Beberapa fungsi disiplin antara lain sebagai berikut :
1) Menata Kehidupan Bersama. Manusia adalah makhluk unik yang
memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang
berbeda-beda selain sebagai satu individu juga sebagai makhluk sosial,
selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain. Fungsi disiplin adalah
mengatur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam
masyarakat. Dengan begitu, hubungan antara individu satu dengan yang
lain menjadi baik dan lancar.
2) Membangun Kepribadian. Kepribadian adalah keseluruhan sifat,
seseorang yang tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan
sehari-hari. Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah. Apabila seorang siswa yang sedang
tumbuh kepribadiannya tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur,
tenang, tentram, sangat berperan dalam membangun kepribadian yang
baik.
3) Melatih Kepribadian. Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Salah satu
proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui
latihan.
4) Pemaksaan. Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada
seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di
lingkungan itu. Menurut Soegeng Prijodarminto (dalam Tulus Tu,u,

Volume 2, No. 1, 2017 9


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

2004:41) mengatakan : disiplin yang terwujud karena adanya paksaan


atau tekanan dari luar akan cepat pudar kembali bilamana faktor-faktor
luar tersebut lenyap.
5) Hukuman. Menurut Irene Marx (dalam Tulus Tu,u, 2004:42)
mengatakan hukuman memang mengandung empat fungsi yakni :
a) Sebagai pembalasan atas perbuatan salah yang telah dilakukan.
b) Sebagai pencegahan dan adanya rasa takut orang melakukan
pelanggaran.
c) Sebagai koreksi terhadap perbuatan yang salah.
d) Sebagai pendidikan yakni menyadarkan orang untuk meninggalkan
perbuatan tidak baik lalu mulai melakukan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin
adalah menata kehidupan bersama, membangun kepribadian, melatih
kepribadian, memaksa, dan hukuman.
3. Macam-macam Disiplin
Menurut Bahri (2008: 31-33) macam-macam disiplin dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Disiplin pribadi, yaitu pengarahan diri ke setiap tujuan yang diinginkan
melalui latihan dan peningkatan kemampuan. Disiplin pribadi
merupakan perintah yang datang dari hati nurani disertai kerelaan untuk
melakukan disiplin.
2) Disiplin sosial yaitu perwujudan dari adanya disiplin pribadi yang
berkembang melalui kewajiban pribadi dalam hidup bermasyarakat.
Disiplin sosial berawal dari tingkat kemampuan dan kemauan
mengendalikan diri dalam mengamalkan nilai, ketentuan, peraturan dan
tata tertib yang berlaku di sekolah, masyarakat dan negara.
3) Disiplin nasional yaitu kemampuan dan kemauan untuk mematuhi semua
ketentuan yang telah ditentukan oleh negara. Negara adalah alat untuk
memperjuangkan keinginan bersama. Oleh karena itu adanya masyarakat
yang disiplin akan bisa mewujudkan keinginan negara.
4) Disiplin ilmu, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan
sebagai ilmuwan. Jika seorang ilmuwan memiliki disiplin ilmu, maka
ilmuwan tersebut memiliki kode etik (aturan) dan perilaku yang baik.
Sebagai contoh: seorang ahli nuklir jika tidak memiliki disiplin ilmu
maka keahlian yang dimilikinya digunakan untuk menghancurkan
sebuah negara dan bukan untuk kepentingan umat manusia bersama.
Seorang ilmuwan sejati tidak akan melakukan perbuatan yang bertolak
belakang dari pengetahuannya.
5) Disiplin tugas, yaitu mematuhi semua ketentuan yang telah ditentukan
oleh atasan atau kepala sekolah.

10
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

Hasil dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa


kedisiplinan sangat berguna sebagai tolak ukur mampu atau tidaknya
seseorang dalam mentaati aturan yang sangat penting bagi stabilitas
kegiatan apapun. Selain itu sikap disiplin sangat diperlukan untuk di masa
depan bagi pengembangan watak dan pribadi seseorang, sehingga menjadi
tangguh dan dapat diandalkan bagi seluruh pihak.

METODE
Sugiyono mengemukakan bahwa metode penelitian adalah “cara
ilmiah untuk mendaptkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
(Sugiono, 2009). Selanjutnya, Suryabrata (2004: 72) mengemukakan bahwa
keputusan mengenai metode apa yang akan diteliti, dan berbagai alternatif yang
mungkin digunakan. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mengunakan metode
content analysis (analis isi), karena penelitian ini sebagaimana dikemukakan oleh
Bungin (2007: 237) bersifat normatif dan berkaitan dengan isi komunikasi, yakni
mengenai interpresentasi Ahmad Musthafa Al-Maraghi terhadap Q.S Al-’Ashr ayat
1-3 dalam tafsir Al-Maraghi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Biografi dan Karya-karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi.
a. Latar belakang pendidikan Ahmad Musthafa Al-Maraghi
Nama lengkap Ahmad Musthafa Al-Maraghi adalah Ahmad Mustafa
bin Muhammad bin Abdul Mun’im (Al-Maraghi, 1993: 274). Al-Maraghi
lahir di kota Maragah, Pada Tahun 1300 H/1883 M. Ia lebih dikenal dengan
sebutan Al-Maraghi karena dinisbahkan pada kota kelahirannya. Al-
Maraghi dibesarkan bersama delapan saudaranya di bawah naungan rumah
tangga yang sarat pendidikan agama. Di keluarga inilah Al-Maraghi
mengenal dasar-dasar agama Islam sebelum menempuh Pendidikan dasar
disebuah madrasah didesanya, ia sangat rajin membaca Al-Qur’an, karena
itulah sebelum menginjak usia 13 Tahun ia telah hafal Al-Qur’an.
Pada tahun 1314 H/1897 M, Al-Maraghi kuliah di Universitas Al-
Azhar dan Universitas Darul ‘Ulum di Kairo, karena kecerdasannya yang
luar biasa, ia mampu menyelesaikan pendidikannya di dua Universitas itu
pada tahun yang sama, yaitu 1909 M.
Al-Maraghi mengabdikan diri sebagai guru di beberapa madrasah,
tak lama kemudian ia diangkat sebagai Direktur Madrasah Al-Mu’allimin di
Fayum, kemudian pada tahun 1916-1920 M, ia diangkat menjadi dosen tamu
di Fakultas Filial Universitas Al-Azhar, di Khartoum Sudan. .(Ensiklopedi,
1992: 616).
Setelah itu, Al-Maraghi diangkat sebagai dosen bahasa arab di
Universitas Darul ‘Ulum serta dosen ilmu Balaghah dan kebudayaan pada
Fakultas bahasa arab di Universitas al-Azhar. Dalam rentang waktu yang

Volume 2, No. 1, 2017 11


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

sama ia juga masih memberikan ilmunya dibeberapa madrasah, antara lain


Ma’had Tarbiyah Mu’allimin, ia pun dipercaya menakhodai Madrasaah
Usman Basya di Kairo. (Ensiklopedi, 1992: 616).
b. Karya-karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi
Penulisan tafsir yang dilakukan oleh Musthafa Al-Maraghi ini tidak
sampai mengganggu aktifitas pokoknya sebagai seorang dosen, justru kedua
tugas tersebut berjalan seiring tanpa saling mengganggu satu sama lain.
Adapun karya-karyanya, yaitu Ulum al-Balaghah, Hidayah at-Talib, Tahazib at-
Taudih,Tarikh ‘ulum al-balagah wa ta’rif bi Rijaliha, buhus waara’, mursyid at-
Taullab,Al-mujaz fi’ulum al-Usul, Syarah Salasih Hadisan, Tafsir Juz Innama, tafsir al-
Maraghi (Ensiklopedi, 1992: 618).
c. Tafsiran Q.S Al-’Ashr Menurut Tafsir Al-Maraghi Karya Ahmad
Musthafa Al-Maraghi
1. Ayat
(#öθ|¹#uθs?uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) . AŽô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) . ΎóÇyèø9$#uρ

(٣-١ : ١٠٣ ‫ر‬ ‫ )ا‬Ύö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/


Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q. S Al- Ashr 103: 1-3).
2. Makna Mufradat
Masa ‫ا ر‬
adalah satu jenis makhluk Tuhan yang dikenal dengan nama
‫ن‬ ‫وا‬
manusia.
atau Al-Khusran, artinya berkurangnya lenyapnya modal
(Rugi). Maksudnya tenggelamnya manusia kedalam hal-hal ‫ا ر‬
yang merusak dirinya.
adalah suatu hakekat yang mantap yang kokoh, yang
ditunjang oleh dalil konkret, atau bukti nyata dan peraturan ‫ا ق‬
yang dibawa oleh Nabi saw.
kekuatan jiwa yang membuat manusia mampu menahan
kesengsaraan dalam melakukan amal kebijakan. Sehingga,
dengan kekuatan jiwa, ini seseorang akan dengan mudah ‫ا ر‬
melewati berbagai rintangan di dalam rangka menuju tujuan
yang mulia.
saling memberi wasiat antar sesama kepada sesuatu yang
‫ق‬ ‫وا وا‬
keutamaan dan kebaikannya tidak diragukan lagi.
saling mewasiatkan atara sesama kepada sikap sabar. Dan ‫ر‬ ‫وا وا‬
12
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

kenyataan ini tidak bisa diterima dan tidak bermanfaat,


kecuali jika seseorang terlebih dulu harus menyempurnakan
dirinya (dapat memberi contoh). Jika tidak demikian halnya,
maka apa yang dikatakan oleh Abu ‘l-Aswad Ad-Dualy dalam
bait syair berikut ini tidaklah benar.
Sumber: tafsir Al-Maraghi, 1985: 391

2. Tafsir Rinci
Dalam tafsir Al-Maraghi, ayat 1 surat Al-’Ashr berisi menjelaskan
bahwa kita diberitahu oleh Allah dan Rasul-Nya tentang betapa pentingnya
(makna) waktu. Hal ini dinyatakan oleh Al-Maraghi dalam ayat 1 surat Al-
’Ashr sebagi berikut:
% $ ‫" در و‬# ‫ن أ داث و ر دل‬ ‫دھر‬ ‫) َوا ْ َ ْ ِر( أ م ر‬
ّ
‫ » َو ِ ْن‬: ‫ ل‬% / ‫ ر وھ آ ن ن آ ت‬+ ‫ ل وا‬# ‫ن ب ا‬ " ‫ ا ظر إ‬، # & ‫ووا‬
‫ر‬4 ‫ " و‬8‫ و‬، ‫م‬4 ‫ و‬7 ‫ و‬، ‫راء‬6‫ ن راء و‬: َ ْ
" ‫ َ ُر « وإ‬4 ‫س َوا‬ 1 ‫ ُر َوا‬+ 1 ‫ ْ ل ُ َوا‬#1 ‫آ ِ ِ ا‬
ُ ْ3
4 ‫ون‬%# ‫ف ا رأى إ " أن‬ ‫د‬3‫ر‬ ‫ إ " و ذ ك‬، ‫ و زن و رح‬، ‫ و ب‬7 ‫ ورا‬،
‫ ر‬C% ‫ إ " أن ا‬- ‫ب ا ر‬#A‫ر و‬6 ‫ف ا‬3% " ‫دة و د‬ ‫ إ‬A‫ وھو ا ذي @" أن و‬، ‫و د را‬
، ‫ء‬F ‫ وھذا ز ن‬، ‫ب ا دھر‬E‫ ن وا‬7 E ‫و ون ھذه‬4 ، ‫ون أ داث ا وء إ " ا دھر‬C 6 ‫ وا‬%
‫ن‬H ، ‫رھ‬3‫و‬ ّ ‫ا وادث رھ‬ &4 ‫ وأ ظرف‬، 4# ‫ق ن‬# ‫إ " أن ا دھر‬ ‫دھم‬3‫ر‬G
.‫ ن ب‬+ ‫دھر‬# ‫ و س‬، ‫ ت داه‬% 7 ‫ رء‬# ‫و ت‬
Allah Swt bersumpah dengan memakai masa. Sebab, masa itu
mengandung banyak peristiwa dan contoh yang menunjukan kekuasaan-
Nya, di samping menunjukan betapa bijaksananya Allah. Cobalah lihat, apa
yang terkandung di dalam masa itu. Misalnya, bergantinya antara siang dan
malam, yang keduanya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Hal ini
seperti firman Allah dalam ayat berikut ini:
( ٣٧ : ٤١ ‫ت‬ ) ... ãyϑs)ø9$#uρ ߧôϑ¤±9$#uρ â‘$yγ¨Ψ9$#uρ ã≅øŠ©9$# ϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ
“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang,
matahari dan bulan . . .” (Fushshilat, 41:37).
Dan lihatlah apa yang terjadi di dalamnya: bahagia, sengsara, sehat
dan sakit, kaya, miskin, santai, capai, susah, bergembira dan lain sebagainya.
Semua itu menunjukkan kepada orang-orang yang berakal waras, bahwa
alam semesta ini ada yang menciptakan dan mengaturnya. Seharusnya,
Allah-lah yang disembah dan diminta, sehingga dapat menghilangkan segala
bentuk kesusahan dan menarik kebaikan. Tetapi, kaum kafir mengaitkan
bencana dan berbagai peristiwa kepada masa. Mereka mengatakan “Bencana
ini bersumber dari masa, atau masa itu adalah masa paceklik”. (Al-Maraghi,
1985: 392).
Kemudian, Allah mengajarkan kepada mereka bahwa masa itu adalah
salah satu di antara makhluk Allah. Masa itu merupakan wadah yang di

Volume 2, No. 1, 2017 13


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

dalamnya terjadi berbagai peristiwa baik atau jelek. Jika seseorang tertimpa
musibah, maka semua itu karena perbuatannya sendiri, dan masa (zaman)
tidak ikut bertanggung jawab. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Selanjutnya, pada surat Al-’Ashr ayat 2 Allah telah menjelaskan
bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan merugi. Sebagai yang telah
ditafsirkan oleh Al-Maraghi sebagai berikut:
K‫ر ن ا ران إ‬6 ‫ر "أ‬ - ‫و ت‬# ‫ س ن ا‬A ‫ ُ ْ ٍر( أي إن ھذا ا‬Cِ َ َ‫ ا ْ ِ ْ ن‬1‫)إِن‬
: ‫ ص‬، 30 ‫ ج‬، 8‫ ر ا را‬C ‫ ا ز ن‬K ، E 43 ‫ن ھ" در‬ ‫ لا‬G ،/ ّ ‫ ھم‬L ‫ن ا‬
# ّ‫ و ن ن‬، E‫ ذ ب ا رء " ق ر‬، ‫ك‬F+ ‫" ا‬ ‫و‬ ‫ وھ" ا‬، ‫ ن‬% ‫ ا‬K ‫ و‬235
.‫ أ رى‬7 ‫ر‬A ‫ د ل ھ‬K 7 ‫ر‬A ، 7 A ‫ ا‬EK‫ وآ‬، 7# #A ‫ا‬
Sesungguhnya manusia itu adalah rugi dalam amal perbuatannya,
kecuali orang-orang yang Allah kecualikan. Perbuatan manusia itu
merupakan sumber kesengsaraan sendiri. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah
masa atau tempat. Ia sendirilah yang menjerumuskan dirinya kedalam
kehancuran. Dosa seseorang terhadap Yang Maha Menciptakan dan Yang
Maha Menganugrahi kenikmatan dan dapat diraskan olehnya, adalah
perbuatan yang paling berdosa. Hal inilah yang menyebabkan hancurnya
diri sendiri. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Selanjutnya, dalam ayat 3 Allah menjelaskan bagaimana cara yang
harus dilakukan agar tidak termasuk orang yang rugi. Pada ayat ini, ada tiga
syarat agar tidak menjadi orang yang rugi, yaitu:
1) Beriman dan beramal sholeh
Menurut Yatim (2000: 54) beriman berarti meyakin bahwa maanusia
hidup di dunia ini karena kehendak Allah, hanya dengan iman manusia bisa
dapat menyadari keberadaannya hidup di dunia. setelah memiliki keimanan,
seorang harus beramal sholeh (amal kebajikan). Sebaagai mana ungkapan
Al-Maraghi sebagai berikut:
"6‫ درا ر‬4 + ‫ إ‬#% ‫ م‬# ‫أن‬ ‫ دا‬4 ‫دوا ا‬4 ِ ِ 1 ‫ُوا ا‬# ِ َ ‫ ِذ نَ آ َ ُ وا َو‬1 ‫ ا‬K1 ِ‫)إ‬
(‫ت‬
‫م ذ ك إ " ل‬+ ‫ د‬، 7# ‫ وا رذ‬7# 6C ‫ وأن ھ ك ر ن ا‬، ‫" ا‬# ‫ب‬6@ ‫ و‬، & ‫ن ا ط‬
‫م وا‬+ ‫ أ‬- ‫ أ رھم‬7 F ‫ و‬.‫ ن‬A‫ س أ‬# C ‫ و‬C ‫& ا رء‬C ‫ ع ذ ك‬A‫ و‬- ‫ا ر وا ر‬
، ‫ ت‬E‫ت @ د ت ا را‬ ‫تا‬ ‫ وا د وا ا‬، ‫ س‬C ‫ا‬ ‫ روا ا‬3‫ وا‬، ‫س‬ ‫ ا‬C‫ا‬
. + 6‫ ر أو‬# 7 A 7 4 ‫ و‬، + ‫ أر‬74C ‫ ن‬+
Yakinlah dengan i’tikad yang benar. Bahwa alam semesta ini hanya
memiliki satu Tuhan yang Maha Menciptakan dan Yang Memberikan Ridha
kepada orang-orang yang taat, dan murka kepada orang-orang yang berbuat
maksiat. Dan yakinlah diantara keutamaan dan keburukuan itu sangat
berbeda. Dengan beramal bajik. Jadi, setiap orang itu harus bisa bermanfaat
bagi dirinya dan oleh orang lain. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Kesimpulannya, bahwa perbuatan mereka itu membuang hal-hal
yang bersifat sementara, dan lebih memilih hal-hal yang bersifat abadi.

14
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

Alangkah beruntungnya mereka dalam transaksi ini, dan betapa baiknya


prilaku mereka. (Al-Maraghi, 1985: 392).
2) Saling menasehati tentang kebenaran
Menurut Thomas (Fauzan, 2008: 130) agar tidak tergolong menjadi
orang yang merugi ialah, adanya kesediaan untuk menerima dan memberi
nasehat tentang kebenaran. Kita sadari atau tidak, manusia mempunyai
banyak kekurangan dan kesalahan. Hanya orang-orang sombonglah yang
tidak mau mengakui kekurangan dan kesalahannya. Orang yang mengaku
beriman harus mau menerima dan memberi nasehat menuju kebenaran yang
sesuai dengan ajaran Islam. Seperti ungkapan Al-Maraghi sebagai berikut:
* ‫ و زوال‬، ‫ ره‬%&‫ا ي ! إ إ‬ ‫ا‬ ‫) َو َ ا َ ْ ا ِ ْ َ ﱢ ( أي وأو‬
ّ
->: 4 * 53!‫ ور‬5 =% ‫ و; وا ع‬9: 8 ‫ ن‬.,‫ إ‬+ 534 2 ‫ وھ ا‬، ‫ ره‬/‫ آ‬+! . +,‫ار‬- ‫ا‬
. .:‫و‬
Mereka saling berwasiat antara sesama agar berpegang pada
kebenaran yang tak diragukan lagi, dan kebaikan-kebaikan itu tidak akan
lenyap bekas-bekasnya, baik di dunia maupun di akherat. Hal ini
tersimpulkan di dalam iman kepada Allah, mengikuti ajaran-ajaran kitab-
Nya dan mengikuti petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam seluruh tindakan,
baik mengenai perjanjian atau perbuatan dan lain sebagainya. (Al-Maraghi,
1985: 393)
3) Saling menasehati tentang kesabaran
Menurut Edin (1970: 22) salah satu syarat orang tidak merugi kata
Allah adalah adanya kesediaan untuk menerima dan memberi nasehat
tentang kesabaran.
‫م‬% ‫س‬C ‫ ا‬+ ‫ ق إ‬3 ‫ا‬ ‫ر نا‬ 6 ‫م‬+6 " ‫ ْ ِر( أي وأو‬1 ِ ‫) َو َ وا َ ْوا‬
‫ده ن‬ " / ّ "# "# ‫ و‬، ‫ أداؤھ‬+ # ‫ق‬3 ‫" ا ط ت ا‬# ‫ و‬، 7 ‫ر‬3 ‫ ا‬7# A ‫ا‬
‫ ة ن ا ران أن رف ا س ا ق‬A # ‫ د‬F ، ‫ ظ ھرا و ط‬6‫ ھ ر‬4# ‫ب و‬ ‫ا‬
‫ وأن دوا‬، 4 ‫وك طر‬# "# 6 ‫م‬+6 ‫ل‬ ‫م‬L ، ‫م‬+ ‫و‬# ‫ وه ن‬%ّ ‫م و‬+ C ‫ز وه أ‬# ‫و‬
. + ‫دى إ‬+ ‫ د ل‬K‫ و‬، + # ‫وس‬C # ‫ رار‬K ‫ت ا‬K ‫وھ م وا‬U‫م و @ رھم ن ا‬+ C G
: ‫ ء‬3‫ أ‬7 ‫ر‬G ‫وا‬C ‫ ن ا‬K‫" ران إ‬ A ‫ إن ا س‬- ‫ف‬# 7 F ‫و‬
" ‫ون ا ر و د ون إ‬# ،‫ر‬ ‫ وا وا‬، ‫ق‬ ‫ وا وا‬، W ‫ وا ل ا‬، ‫ا ن‬
‫ر‬ A‫ن‬ ‫ وا‬.‫ء‬F ‫ و‬743 ‫ و ن‬F ‫م ن ا د وة إ‬+ ‫ ز ز‬K‫ و‬، ‫ا ل‬
C ‫ص‬# ‫رض‬U‫ ء إ " ا‬A ‫و د‬+ ، ‫ ر ط‬8 " ‫ و رف ره‬، A‫ل ّ ھ‬6‫و‬
٢٣٦ : ‫ ص‬، ٣٠ ‫ ج‬، 8‫ ر ا را‬C &A‫ " إذا ر‬، ‫ل‬E 6C "# ‫ل و‬E‫ن ا رذا‬
‫ره " م ا وات‬4 " ‫& إ‬A‫ن ر‬ % ، F "6 ‫ وأ‬، A ‫ ن أ وى‬% ‫رواح‬U‫إ " م ا‬
، ‫ر ن‬%C ‫وا " ا د‬3 7CE ‫ ط‬K‫ دم إ‬، ‫ رد‬F+A‫ و‬، ‫ط‬ 4 K‫د إ‬A ‫وت م‬
‫دوھم‬ ‫م‬+ ‫ وأ وا إ " إ وا‬، ‫م‬+ A " ‫ وأ وا‬، ‫م‬+# ‫م و د وا ر‬+E G ‫] وا‬
، ‫ ن‬L‫م ن ا د‬+ ‫زل‬ "# ‫و ن و روا‬ ‫د ن‬6 ‫م‬+ ‫ و روا‬، ‫م‬+ ‫م وأ وا‬+ C G
.‫ر ون‬C ‫م‬ ‫ و " ا^ رة‬، ‫ر دون‬ ‫وزون‬C ‫ء " ا د‬K‫ؤ‬+ ، ‫ ن‬+ ‫ن ا‬ ‫ور وا‬
.‫ر‬ ‫ق و وا وا‬ ‫ ن ا ذ ن وا وا‬# ‫ك ا‬E ‫ " ز رة أو‬/ # A ّ
‫ زة‬+ ‫ورة ا‬

Volume 2, No. 1, 2017 15


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

Mereka saling mewasiatkan antarsesama kepada kebenaran, dan


menekan diri untuk tidak berbuat maksiat, yang biasanya disenangi oleh
manusia yang nalurinya senang terhadap hal-hal seperti ini. Di samping itu,
sabar dalam taat kepada Allah, yang biasanya sangat berat dilaksanakan oleh
umat manusia. Juga sabar dalam menghadapi berbagi cobaan Allah untuk
menguji hamba-hamba-Nya. Semuanya itu diterima dengan rela hati, lahir
dan batin. Di dalam rangka menyelamatkan diri dari kerugian ini, maka
umat manusia harus mengetahui kebenaran, kemudiam mengikat dirinya
dengan kebenaran tersebut, disamping memantapkan di dalam hati. Ia akan
mengajak kepada kawan-kawan agar menempuh jalan kebenaran ini, di
samping menjauhkan diri dari kerugian dan khayalan tidak menentu yang
menggoda jiwa dan tidak ada dalil yang bisa dipegang untuknya. (Al-
Maraghi, 1985: 393).
Ringkasnya, pada dasarnya manusia itu berada dalam keadaan rugi.
Kecuali orang- orang yang mempunyai empat sifat: (1) Beriman, (2) Beramal
Sholeh, (3) Saling berwasiat kepada kebenaran, dan (4) Saling berwasiat
kepada kesabaran. Mereka melakukan dan mengajak kebaikan kepada orang
lain. Setapakpun ia tidak akan mundur sekalipun berhadapan dengan
Masyaqat dan musibah didalam melaksanakan dakwah kebaikan tersebut.
(Al-Maraghi, 1985: 394).
Secara keseluruhan, manusia itu dalam keadaan rugi dan salah jalan
didalam berupaya dan menghabiskan umurnya untuk mencari hal-hal yang
diinginkan.dimuka bumi ini, ia berusaha mencuci dirinya dari berbagai
kotoran dan menghiasi diri dengan berbagai keutamaan. Sehingga, ketika ia
kembali ke alam ruh, tampak jiwanya kuat dan seperti membawa bekal.
Tetapi pada kenyataannya, ketika ia kembali ketempat asalnya ke alam
luhur melalui mati yang dijumpai ternyata berbagai kekurangan dirinya dan
kebodohan. Dan ketika itu, ia akan tampak sangat menyesal. Kecuali
segolongan kecil umat manusia yang ketika hidup di dunia menggunakan
akal sehatnya. Sehingga, mereka beriman kepada Nabi dan membenarkan
risalah-Nya, mencintai sesama manusia, membantu saudara-saudaranya, dan
membantu moril dan materil. Ia bersama hidup dengan saling tolong-
menolong dan bersabar di dalam menghadapi berbagi musibah yang
menimpa, dan berupaya menanggulangi rintangan yang dihadapi. Mereka
hidup di dunia dengan perasaan bahagia, memperoleh semua yang menjadi
cita-citanya, dan kelak di akherat akan mendapatkan kebahagiaan yang
menggembirakan untuk selamanya. (Al-Maraghi, 1985: 394).
Semoga Allah menjadiakn kita ini di antara orang-orang yang saling
berwasiat kepada kebaikan dan di antara mereka. Amin. (Al-Maraghi, 1985:
394).

16
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

Dalam pejelasan diatas dapat dsimpulkan bahwa tentang betapa


pentingnya (makna) waktu dalam kehidupan manusia. Bahwa kebanyakan
manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang Allah kecualikan.
Dan 3 cara yang harus dilakukan agar tidak termasuk orang yang rugi, yaitu:
(i)Beriman dan beramal sholeh. (ii) Saling menasehati tentang kebenaran.
Dan (iii)Saling menasehati tentang kesabaran. (Al-Maraghi, 1985: 394).

3. Nilai- nilai Pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat 1-3


Menurut Tafsir Al-Maraghi.
Berdasarkan surat Al-’Ashr (Al- Maraghi 1985: 392) ayat 1 dapat
diketahui bahwa orang yang memiliki keimanannya dan niat yang kuat akan
timbul dorongan untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
Juga Hal ini dinyatakan oleh Al-Maraghi sebagi berikut:
، ‫ و زن و رح‬، ‫ و ب‬7 ‫ ورا‬، ‫ر‬4 ‫ " و‬8‫ و‬، ‫م‬4 ‫ و‬7 ‫ و‬، ‫راء‬6‫ ن راء و‬: " ‫وإ‬
‫ وھو ا ذي @" أن‬، ‫ و د را‬4 ‫ون‬%# ‫ف ا رأى إ " أن‬ ‫د‬3‫ر‬ ‫إ" و ذك‬
‫ون أ داث ا وء‬C 6 ‫ وا‬% ‫ ر‬C% ‫ إ " أن ا‬- ‫ب ا ر‬#A‫ر و‬6 ‫ف ا‬3% " ‫دة و د‬ ‫ إ‬A‫و‬
‫إ " أن‬ ‫دھم‬3‫ر‬G ، ‫ء‬F ‫ وھذا ز ن‬، ‫ب ا دھر‬E‫ ن وا‬7 E ‫و ون ھذه‬4 ، ‫إ " ا دھر‬
7 ‫ رء‬# ‫ن و ت‬H ، ‫ ّرھ‬3‫ا وادث رھ و‬ &4 ‫ وأ ظرف‬، 4# ‫ق ن‬# ‫ا دھر‬
.‫ ن ب‬+ ‫دھر‬# ‫ و س‬، ‫ ت داه‬%
Dan lihatlah apa yang terjadi di dalamnya: bahagia, sengsara, sehat dan sakit,
kaya, miskin, santai, capai, susah, bergembira dan lain sebagainya. Semua itu
menunjukkan kepada orang-orang yang berakal waras, bahwa alam semesta
ini ada yang menciptakan dan mengaturnya. Seharusnya, Allah-lah yang
disembah dan diminta, sehingga dapat menghilangkan segala bentuk
kesusahan dan menarik kebaikan. Tetapi, kaum kafir mengaitkan bencana
dan berbagai peristiwa kepada masa. Mereka mengatakan “Bencana ini
bersumber dari masa, atau masa itu adalah masa paceklik”. (Al-Maraghi,
1985: 391).
Kemudian, Allah mengajarkan kepada mereka bahwa masa itu adalah
salah satu di antara makhluk Allah. Masa itu merupakan wadah yang di
dalamnya terjadi berbagai peristiwa baik atau jelek. Jika seseorang tertimpa
musibah, maka semua itu karena perbuatannya sendiri, dan masa (zaman)
tidak ikut bertanggung jawab. (Al-Maraghi, 1985: 391).
Selanjutnya, tafsir surah Al-’Ashr ayat 2, mengenai nilai-nilai
pendidikan kedisiplinan yang terkandung didalamnya, dapat diketahui
bahwa manusia berada kerugian dan disiplin lah yang menjadi cikal bakal
dimilikinya planing untuk masa depan yang akan ditempuh, supaya
memiliki arah tujuan yang jelas dan terarah. Hal ini dinyatakan oleh Al-
Maraghi:
،/ّ ‫ ھم‬L ‫ ن ا‬K‫ر ن ا ران إ‬6 ‫ر "أ‬ - ‫و ت‬# ‫ س ن ا‬A ‫أي إن ھذا ا‬
‫ ا ز ن‬K ، E 43 ‫ن ھ" در‬ ‫ لا‬G

Volume 2, No. 1, 2017 17


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

Sesungguhnya manusia itu adalah rugi dalam amal perbuatannya,


kecuali orang-orang yang Allah kecualikan. Perbuatan manusia itu
merupakan sumber kesengsaraan sendiri. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah
masa atau tempat. Ia sendirilah yang menjerumuskan dirinya kedalam
kehancuran. Dosa seseorang terhadap Yang Maha Menciptakan dan Yang
Maha Menganugrahi kenikmatan dan dapat diraskan olehnya, adalah
perbuatan yang paling berdosa. Hal inilah yang menyebabkan hancurnya
diri sendiri. (Al-Maraghi, 1985: 392)

Selanjutnya, nilai-nilai pendidikan dalam tafsir Al-Maraghi surat Al-


’Ashr ayat 3, dapat diketahui bahwa prinsip disiplin dalam diri seseorang
maka akan terjaga ketika iman sudah mendarah daging padanya. Hal ini
dinyatakn oleh Al-Maraghi sebagai berikut:
‫" ا‬# ‫ب‬6@ ‫ و‬، & ‫" ن ا ط‬6‫ درا ر‬4 + ‫ إ‬#% ‫ م‬# ‫أن‬ ‫ دا‬4 ‫دوا ا‬4
&C ‫ ع ذ ك‬A‫ و‬- ‫م ذ ك إ " ل ا ر وا ر‬+ ‫ د‬، 7# ‫ وا رذ‬7# 6C ‫ وأن ھ ك ر ن ا‬،
.‫ ن‬A‫ س أ‬# C ‫ و‬C ‫ا رء‬
Yakinlah dengan i’tikad yang benar. Bahwa alam semesta ini hanya
memiliki satu Tuhan yang Maha Menciptakan dan Yang Memberikan Ridha
kepada orang-orang yang taat, dan murka kepada orang-orang yang berbuat
maksiat. Dan yakinlah diantara keutamaan dan keburukuan itu sangat
berbeda. Dengan beramal bajik. Jadi, setiap orang itu harus bisa bermanfaat
bagi dirinya dan oleh orang lain. (Al-Maraghi, 1985: 392).
Dalam ayat yang sama dapat diketahui bahwa seseorang telah
tertanam sifat disiplin maka akan berusaha untuk menanamkan
kedisiplinan itu kepada orang lain dengan jalan saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran. Hal ini sejalan dengan pernyataan Al-Maraghi
berikut:
‫ن‬ ‫ زوال " ا دار ن‬K‫ و‬، ‫ ره‬% ‫ ل إ " إ‬K ‫ ت ا ذي‬L ‫ ر ا‬U 6 ‫م‬+6 " ‫أي وأو‬
.‫د و ل‬4 ‫ل‬% " # ‫ ور‬% ‫ل وا ع‬A‫ ن إ ن ّ_ ز و‬#% ‫ وھو ا ر‬، ‫ ره‬L‫آ‬
Mereka saling berwasiat antara sesama agar berpegang pada
kebenaran yang tak diragukan lagi, dan kebaikan-kebaikan itu tidak akan
lenyap bekas-bekasnya, baik di dunia maupun di akherat. Hal ini
tersimpulkan di dalam iman kepada Allah, mengikuti ajaran-ajaran kitab-
Nya dan mengikuti petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam seluruh tindakan,
baik mengenai perjanjian atau perbuatan dan lain sebagainya. (Al-Maraghi,
1985: 393).
، 7 ‫ر‬3 ‫ ا‬7# A ‫م ا‬% ‫س‬C ‫ ا‬+ ‫ ق إ‬3 ‫ا‬ ‫ر نا‬ 6 ‫م‬+6 " ‫أي وأو‬
‫ ھ‬4# ‫ب و‬ ‫ده ن ا‬ " / ّ "# "# ‫ و‬، ‫ أداؤھ‬+ # ‫ق‬3 ‫" ا ط ت ا‬# ‫و‬
‫ وه‬%ّ ‫م و‬+ C ‫ز وه أ‬# ‫ ة ن ا ران أن رف ا س ا ق و‬A # ‫ د‬F ، ‫ ظ ھرا و ط‬6‫ر‬
‫وھ م‬U‫م و @ رھم ن ا‬+ C G ‫ وأن دوا‬، 4 ‫وك طر‬# "# 6 ‫م‬+6 ‫م ل‬L ، ‫م‬+ ‫و‬# ‫ن‬
. + ‫دى إ‬+ ‫ د ل‬K‫ و‬، + # ‫وس‬C # ‫ رار‬K ‫ت ا‬K ‫وا‬
18
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

Mereka saling mewasiatkan antar sesama kepada kebenaran, dan


menekan diri untuk tidak berbuat maksiat, yang biasanya disenangi oleh
manusia yang nalurinya senang terhadap hal-hal seperti ini. Di samping itu,
sabar dalam taat kepada Allah, yang biasanya sangat berat dilaksanakan oleh
umat manusia. Juga sabar dalam menghadapi berbagi cobaan Allah untuk
menguji hamba-hamba-Nya. Semuanya itu diterima dengan rela hati, lahir
dan batin. Di dalam rangka menyelamatkan diri dari kerugian ini, maka
umat manusia harus mengetahui kebenaran, kemudiam mengikat dirinya
dengan kebenaran tersebut, disamping memantapkan di dalam hati. Ia akan
mengajak kepada kawan-kawan agar menempuh jalan kebenaran ini, di
samping menjauhkan diri dari kerugian dan khayalan tidak menentu yang
menggoda jiwa dan tidak ada dalil yang bisa dipegang untuknya. . (Al-
Maraghi, 1985: 393)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan kedisiplinan dalam surat Al-’Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-
Maraghi karya Ahmad Musthafa Al-Maraghi adalah sebagai berikut:
1) Bahwa disiplin pada dasarnya adalah suatu keimanan yang kuat, yang
akan memimbulkan dorongan dalam hati untuk adanya niat
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.
2) Diketahui bahwa nilai kedisiplinan yaitu dapat membuat seseorang
mempunyai planing jembatan masa depan yang akan ditempuh, supaya
memiliki arah tujuan yang jelas dan terarah.
3) Perinsip disiplin dalam diri dengan pemanfaatan waktu seefektif dan
seefisien mungkin akan meminimalisir penggunaan waktu yang tidak
berguna dan sia-sia yang akan menimbulkan penyesalan dan beratnya
pertanggungjawaban usia kita di akhirat nanti.
4) Apabila dalam diri seseorang telah tertanam sifat disiplin maka akan
berusaha untuk menanamkan kedisiplinan itu kepada orang lain dengan
jalan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran secara.

4. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat


1-3.
Dari pembahasan nilai pendidikan kedisiplinan dalam Al-Qur’an
surat Al-’Ashr ayat 1-3 Menurut Tafsir Al-Maraghi sebagimana telah dibahas
pada bab sebelumnya, maka dapatlah diketahui bahwa nilai pendidikan
kedisiplinan pada dasarnya dapat berimplikasi kepada setiap orang dalam
kehidupan sehari-hari yaitu dengan adanya keimanan yang kuat, akan
menjadi pendorong adanya upaya memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Menurut Edien (1970: 45) dalam kehidupan di dunia ini yang
nampak kebanyakan hanyalah urusan kepuasan duniawi, semua yang
disuguhkan oleh manusia selalu terkesan mengejar kepuasan dan

Volume 2, No. 1, 2017 19


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

kenikmatan nafsu dunia belaka. Hanya sebagian kecil dan bisa dikatan
jarang terlihat manusia sekarang ini yang sungguh-sungguh ingin memaknai
hidup ini. Diperlukan adanya prinsip pemanfaatan waktu seefektif dan
seefisien mungkin akan meminimalisir penggunaan waktu yang tidak
berguna yang akan menimbulkan penyesalan dan beratnya
pertanggungjawaban usia kita di akhirat nanti Seperti dalm firman-Nya:
4 nο4θx.¨“9$# (#θè?÷σãƒuρ nο4θn=¢Á9$# (#θßϑ‹É)ãƒuρ u!$x(uΖãm tÏe$!$# ã&s! tÅÁÎ=øƒèΧ ©!$# (#ρ߉ç6÷èu‹Ï9 āωÎ) (#ÿρâ÷É∆é& !$tΒuρ

(۵ : ٩٨ ‫ )ا‬ÏπyϑÍhŠs)ø9$# ßƒÏŠ y7Ï9≡sŒuρ


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. ( Q.S
Al- Bayyinnah 98: 5).
Sesungguhnya manusia diciptakan Allah Swt sebagai makhluk sosial
dan ditugaskan sebagai khalifah di muka bumi. Karena itu, secara naluriah,
setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk hidup bermasyarakat.
(Edien, 1970: 51)
Menurut Edien. (1970: 52) tata cara kehidupan mengandung inti
bahwa tingkah laku seseorang diatur oleh keharusan untuk memperlihatkan
sesuatu tingkahlaku, disiplin terlihat adanya pengertian mengenai batasan-
batasan kebebasan dari perubuatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di
lingkungan, selain iti disiplin merupakan aktifitas manusia untuk meraih
kesuksesan hidup dengan teratur sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Itu semua akan terlihat ketika dalam diri seseorang telah
tertanam sifat yang disebut disiplin maka akan berusaha untuk
menanamkan kedisiplinan itu kepada diri sendiri dan telus di tularkan
kepada orang lain dengan jalan saling menasehati dalam kebenaran dan
kesabaran. Seperti yang tersirat dalam ayat Allah yaitu:
Çtã tβöθyγ÷Ζtƒuρ Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ šχρâ÷ß∆ù'tƒ 4 <Ù÷èt/ â!$uŠÏ9÷ρr& öΝßγàÒ÷èt/ àM≈oΨÏΒ÷σßϑø9$#uρ tβθãΖÏΒ÷σßϑø9$#uρ

y7Íׯ≈s9'ρé& 4 ÿ…ã&s!θß™u‘uρ ©!$# šχθãèŠÏÜãƒuρ nο4θx.¨“9$# šχθè?÷σãƒuρ nο4θn=¢Á9$# šχθßϑŠÉ)ãƒuρ ̍s3Ζßϑø9$#

(٧١ : ٩ ‫ )ا "و ط‬ÒΟŠÅ3ym ͕tã ©!$# ¨βÎ) 3 ª!$# ãΝßγçΗxq÷Žzy™


Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
20
Tarbiyah al-Aulad
ISSN 2549 4651

Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya


Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah 9: 71).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikasi nilai-
pendidikan kedisiplinan dalam surat Al-’Ashr ayat 1-3 adalah:
a. Dengan adanya niat disiplin maka:
1) Akan timbul suatu keikhlasan dalam melaksanakan sesuatu.
2) Akan adanya rasa nyaman dalam beraktifitas
3) Manusia tidak akan terbebani, tapi timbul ketenangan.
b. Dengan membuat jalan atau planing masa depan supaya disiplin maka:
1) Harus memiliki program yang dituju sehingga akan jelas aktivitas yang
akan dilaksanakn dalam menjalani hidup yang sesuai.
2) Hasil akan terarah pada hasil proses perjalanan hidup.
3) Akan adanya persiapan untuk hari yang akan dijalani.
c. Dengan adanya prinsip disiplin yang terjaga dengan iman maka:
1) Berusaha selalu pada koridor yang telah ditetapkan dalam hidup.
2) memiliki ketegasan sikap dalam hidupnya.
3) Kesuksesan akan mudah hinggap di kehidupan manusia.
d. Menanamkan sikap disiplin kepada orang lain maka:
1) Maka meluasnya kedinamisan sifat manusia dalam memanfaatkan
waktunya.
2) Akan bayak saudara yang sepemikiran dan keyakinan yang kuat dalam
upaya melatih dirinya untuk terus berbuat kebaikan.
3) Muncul menjadi suatu gerakan yang berupaya mengembalikan
identitas diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia di muka
bumi.

SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di muka, dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tafsir Al-Qur’an surat Al-Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi karya
Ahmad Musthafa Al-Maraghi menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam,
tentang betapa pentingnya (makna) waktu dalam kehidupan manusia.
Bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang
yang Allah kecualikan. Dan 3 cara yang harus dilakukan agar tidak
termasuk orang yang rugi, yaitu: (i) Beriman dan beramal sholeh. (ii)
Saling menasehati tentang kebenaran. Dan (iii) Saling menasehati
tentang kesabaran.
2. Nilai-nilai pendidikan kedisiplinan pada dasarnya adalah suatu keimanan
yang menjadi dorongan untuk membuat planing jembatan masa depan
yang ditempuh, supaya memiliki arah tujuan yang jelas dan terarah dan
adanya perinsip disiplin dalam diri dengan pemanfaatan waktu seefektif

Volume 2, No. 1, 2017 21


SOFIA RATNA AWALIYAH FITRI & TANTO ALJAUHARIE TANTOWIE

dan seefisien mungkin akan meminimalisir penggunaan waktu yang tidak


berguna. Dan adanya upaya menanamkan kedisiplinan itu kepada orang
lain dengan jalan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
3. Implikasi nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-’Ashr Ayat 1-3
adalah timbulnya suatu keikhlasan dalam melaksanakan sesuatu, akan
adanya rasa nyaman dalam beraktifitas, manusia tidak akan terbebani,
tapi timbul ketenangan, harus memiliki program yang dituju sehingga
akan jelas aktivitas yang akan dilaksanakn dalam menjalani hidup, hasil
akan terarah pada hasil proses perjalanan hidup, akan adanya persiapan
untuk hari yang akan dijalani.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Syamsul. (2008). Tanggung Jawab,Disiplin, Jujur itu Keren (Pendidikan Anti Korupsi
Kelas 1 SMP/MTS). Jakarta: KPK Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat.
Dewan Redaksi IAIN Syarif Hidayatullah. (199). Ensiklopedi islam indonesia.
Djambatan. Jakarta.
Edien. (1970). Modul 1-6 Materi Pokok Agama Islam. Hima. Ciamis
Efferin Sujoko, Soeherman Bonie. (2010). Seni Perang Sun Zi dan Sistem
Pengendalian Manajemen. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Fauzan. (2008). Islam dan Kemoderenan Politik Berbasis Pemuda. Binamuda.
Depok.
LPP IAID, (2001). Panduan penyusunan Skripsi di Lingkungan Institut Agama Islam
Darussalam (IAID), Ciamis, Jawa Barat
Mudyahardja Redja. (2002). Pengantar Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.
Bandung.
Mulyana, Rohmat. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. CV Alfabeta.
Bandung
Mustofa Al Maraghi, Ahmad. (1985). Terjemahan Tafsir Al-Maraghi. CV Toha
Putra, Semsarang.
Nurjanah. (2010). Pisikologi Umum.Institut Agma Islam Darussalm. Ciamis
Quraish Shihab, Muhammad. (1996). Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i Atas
Pelbagai Persoalan Umat. PT Mizan Pustaka, Bandung.
Soetopo Hendayat. (2005). Pendidikan dan Pembelajaran. UMM Pres, Malang
Suryabrata, Sumadi. (2004). Metodologi Penelitian. PT Raja Grapindo Prsada,
Jakarta.
Tirtaraharja Umar, L. La Sulo S. (2005). Pengantar Pendidikan. PT Rineka
Cipta, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai