Asuhan Keperawatan Sistem Penglihatan
Asuhan Keperawatan Sistem Penglihatan
YUSNITA
PERCETAKAN
DETUDE
PERCETAKAN DAN SETTING
2
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PENGLIHATAN
Oleh : Yusnita
Diterbitkan Oleh
Percetakan DETUDE
Jl. Dr. Sam Ratulangi-Satria 1 No.44
Penengahan Bandar Lampung
Phone : 0721-7425128
e-mail : detude.lampung@gmail.com
ISBN : 978-602-1661-09-3
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
Rahmat dan Barokah-Nya.Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurah pada Baginda Rasullah SAW yang kita nantikan syafaatnya
pada hari pembalasan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
berbagai pihak yang ikut membantudalam pembuatan buku ini baik
langsung maupun tidak langsung.
Buku sederhana ini disusun untuk memberikan kemudahan pada
tenaga kesehatan untuk memehami asuhan keperawatan pada sistem
penglihatan dan sebagai literatur tambahan keperawatan yang
sekarang ini masih kurang. Buku ini berisi tentang anatomi fisiologi
sistem penglihatan, pengkajian umum sistem penglihatan, berbagai
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien gangguan
sistem penglihatan,proses asuhan keperawatan pada pasien gangguan
sistem penglihatan serta penatakasanaan keperawatan pada pasien
gangguan sistem perkemihan yang di kemas secara sistematis
sehingga diharapkan mudah dalam memahaminya
Penulis menyadari dalam pembuatan buku ini masih terdapat
kekuranagan baik materi maupun penyajian, karena itu kritik dan
saran kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, Oktober 2013
Penulis
4
DAFTAR ISI
Cover depan…………………………………………………… i
Kata Pengantar………………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………….. iii
Anatomi dan Fisiologi Sistem Penglihatan
I. Bola Mata……………………………………………….
II. Alat Penunjang (Adnexa)………………………………
Pengkajian Klien Gangguan Sistem Penglihatan……………
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Glaukoma………………
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Katarak…………………
Masalah-masalah yang Berhubungan dengan Sistem Penglihatan
Karena Peradangan
A. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hordeolum……….
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Konjungtivitis…….
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Miopia dan Hipermetropia..
Gangguan Sistem Pengetahuan Akibat Trauma……………….
5
ANATOMI & FISIOLOGI SISTEM PENGLIHATAN
(MATA)
Mata sebagai organ penglihatan sangat kecil dan amat halus. Organ
penglihatan ini terdiri atas:
1. Bola mata (bulbus oculi)
2. Alat penunjang (adnexa)
3. Rongga-orbita (cavum orbitae)
6
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5
cm, yang terletak pada bagian anterior orbita. Bola mata terdiri dari
beberapa lapisan diantaranya: lapisan mata luar, lapisan mata tengah
dan lapisan mata dalam.
A. Lapisan Luar
Lapisan luar merupakan lapisan fibrosis terdiri dari sclera & kornea
1. Sklera (selaput putih)
Sklera merupakan jaringan ikat fibrosis yang kuat, berwarna
putih buram dan tidak tembus cahaya. Bagian terdepan sclera
disebut kornea. Sklera menempati 5/6 bagian posterior dinding
bola mata. Permukaan luar sclera ditutup oleh jaringan vaskuler.
2. Kornea
Kornea merupakan lapisan padat, avaskuler dan transparan
sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.Kornea
7
menempati 1/6 bagian anterior dinding bola mata dengan
diameter kira-kira 11 mm.Kornea merupakan lanjutan dari
sclera , tetapi lebih tebal dari sclera. Pertemuan kornea dengan
sclera disebut limbus. Kornea tersusun atas lima lapisan jaringan
yaitu epithelium, membrane bowman, stroma, membrane
decement dan endothelium. Pemberian nutrisi kornea diperoleh
dari akueos humor pada permukaan dalam,air mata pada
permukaan luar kornea dan pembuluh-pembuluh darah limbus.
Transparansi koenea disebabkan oleh strukturnya yang
seragam,avaskularitasnya dan deturgensinya.
B. Lapisan Tengah
Lapisan tengah atau uvea adalah lapisan kedua dari bola mata yang
merupakan lapisan bervaskuler dan berpigmen. Lapisan lapisan
tengah mata terdiri dari: koroid, badan silier dan iris.
8
membentuk badan (korpus) siliaris yang berlanjut membentuk
iris.
3. Iris
Iris adalah perpanjangan korpus siliare ke anterior dan
merupakan bagian mata yang berwarna serta menampakkan
karakteristik biru, hijau, hazel, abu-abu atau coklat. Iris terletak
di depan lensa, di belakang kornea, dan membentuk lingkaran
terbuka yang disebut pupil. Iris tidak tembus cahaya &
berpigmen.Fungsi iris adalah mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
9
Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan
antara konstriksi (akibat aktivitas parasimpatisk yang
dihantarkan melalui N.III) dan dilatasi (yang ditimbulkan oleh
aktivitas simpatik). Pupil merupakan struktur yang tembus
cahaya/ media refraktif.Tepi pupil terletak pada bagian depan
kapsul lensa. Iris membagi secara parsial ruang yang berisi
akueos humor antara kornea dan lensa menjadi 2 bagian yaitu
kamera anterior dan kamera posterior.
Iris mengandung dua kelompok otot polos, satu sirkuler (otot
melingkar) dan yang lain radial (otot seperti jari-jari roda
sepeda). Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi,
pupil mengecil apabila otot sirkuler (atau konstriktor)
berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil. Refleks
konstriksi pupil ini terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialiss (atau
dilator) memendek, ukuran pupil meningkat.Dilatasi pupil
tersebut terjadi pada cahaya temaram (suram) untuk
meningkatkan jumlah cahaya yang masuk.
C. Lapisan Dalam
Lapisan dalam bola mata terdiri dari retina dan fundus optic.
1. Retina
Retina merupakan struktur tipis, halus dan bening tempat serat-
serat saraf optic didistribusikan, serta melapisi bagian dalam 2/3
posterior dinding bola mata. Tebalnya berangsur mengecil dari
10
0,4 mm dekat masuknya N.optikus sampai 0,1 mm pada ora
serata yang merupakan batas depan. Retina berisi pembuluh
darah yang menyuplai nutrisi ke jaringan retina dan dua klas
fotoreseptor terdiri dari sel batang (rhod) dan sel kerucut (cones)
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf.
Fungsi sel batang mengurangi derajat iluminasi (terang) dan
bertanggung jawab terhadap pandangan perifer.Sel batang
digunakan apabila intensitas cahaya rendah dan memberikan
gambaran abu-abu. Sel batang sangat banyak dibagian depan
retina. Fungsi sel kerucut adalah meningkatkan derajat iluminasi
dan bertanggung jawab terhadap penglihatan sentral dan
penglihatan warna. Terdapat kurang lebih 110 – 125 juta sel
batang dan kurang lebih 6,5 juta sel kerucut pada satu retina.
2. Fundus Optik
Fundus optic terletak pada bagian posterior mata. Di dalamnya
terdapat discus optikus yang merupakan daerah berwarna putih
merah muda-krem pada retina. Saraf optikus masuk dan keluar
bola mata pada titik tersebut.Discus optikus kadang-kadang
disebut sebagai titik buta (blind spot) karena hanya mengandung
serabut saraf tanpa sel-sel fotoreseptor dan tidak sensitive
terhadap sinar. Pada bagian lateral dan temporal discus optic
terdapat area kecil,oval, merah muda kekuningan yang disebut
macula lutea (bintik kuning) yang berdiameter 1mm dan
merupakan daerah yang paling jelas untuk melihat. Bagian
11
sentral macula agak ke dalam disebut fovea sentral tempat
terjadinya pandangan akut terbesar. Jika bagian Fovea sentral
rusak, tajam penglihatan (acuity) berkurang dan dapat terjadi
kebutaan sentral.
MEDIA REFRAKTIF.
Media refraktif merupakan media / struktur yang tembus cahaya atau
meneruskan cahaya. Struktur mata yang meruakan media refraktif
adalah Konjungtiva, kornea, kamera okuli anterior, pupil, kamera
okuli posterior, lensa dan badan vitreus.
A. Kornea
Kornea merupakan lapisan padat dan transparan yang bersambung
dengan sclera dan menempati 1/6 bagian anterior mata.Di atas
kornea ada selaput mata (konjungtiva). Konjungtiva ada tiga
bagian yaitu konjungtiva bulbi (selaput pada bola mata),
konjungtiva palpebra atas dan konjungtiva palpebra bawah.
12
glukosa yang lebih rendah. HA memberikan nutrisi esensial ke
jaringan avaskuler : kornea, lensa dan jaringan-jaringan trabekula.
C. Pupil
Rongga yang terjadi di tengah cincin internal iris. Bentuk bulat,
regular dan respon terhadap cahaya.
D. Lensa
Lensa adalah struktur sirkuler, lunak dan bikonveks, avaskular,
tidak berwarna dan hamper transparan sempurna. Tebalnyasekitar
4 mm dan diameter 9 mm,terletak di belakang iris, di depan badan
vitreus. Lensa tetap berada ditempatnya karena dari depan ditekan
oleh akueos humor,di belakang ditekan oleh badan vitreus dan
digantung oleh serabut/ tali zonula. Permukaan posterior lensa
lebih cembung dibandingkan permukaan anterior. Lensa terdiri atas
tiga lapisan yaitu kapsul pada bagian luar, korteks dan nucleus
pada bagian dalam.
Fungsi lensa adalah mengubah bentuk lensa (mencembung dan
memipih ), ini disebut daya akomodasi lensa, Proses ini
memungkinkan agar sinar dapat difokuskan jatuh ke retina.
Pada mata normal, untuk penglihatan dekat, otot siliaris
berkontraksi, lensa jadi lebih cembung. Untuk penglihatan jauh,
otot silairis melemas dan lensa mendatar.
E. Badan Vitreus/ badan seperti kaca
Terletak dibelakang lensa merupakan bagian yang besar dari bola
mata. Berisi badan seperti jeli yang memberikan bentuk bundar
13
pada bola mata.Badan vitreus berisi 99% dan 1% komponen
kolagen dan asam hialuronat. Badan vitreus tidak mengandung
pembuluh darah, tetapi mendapatkan nutrisi dari jaringan di
sekitarnya. Badan vitreus menjadi lebih cair dengan bertambahnya
umur dan juga dapat terjadi pengerutan.
Keterangan:
1. Kelopak mata
Kelopak mata adalah susunan kulit yang halus, tipis dan mudah
digerakkan yang pada saat menutup melindungi mata dari
masuknya benda asing, melindungi dari cahaya selama tidur dan
membantu pergerakan air mata untuk menjaga kelembaban kornea.
Di tepi kelopak mata bagian belakang terdapat glandula meibom,
suatu kelenjar sebasea/ minyak yang terisi oleh sekresi lemak yang
melumasi tepi palpebra dan mencegah tumpahnya aliran air mata
yang normal dari sakus konjungtiva.Folikel rambut bulu mata
terletak di dalam jaringan ikat longgar dan lapisan otot. Glandula
zeis merupakan kelenjar sebasea kecil yang bermuara ke dalam
14
folikel rambut pada dasar bulu mata dan glandula moll adalah
glandula sudorifera (kelenjar keringat) yang duktus/ salurannya
bermuara kedalam satu baris dekat folikel rambut.
16
4. Syaraf bola mata
a. Syaraf Optikus (Nervus II) - membawa pesan visual dari
retina ke otak.
b. Syaraf Okulomotorius (Nervus III) bertanggung jawab
terhadap pergerakan bola mata,membuka kelopak mata dan
kontraksi pupil mata.
c. Syaraf lakrimasi - merangsang pembentukan air mata oleh
kelenjar air mata.
17
PENGKAJIAN KLIEN
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN
I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Anamnesis
Yang dianamnesa adalah:
1. Data Demografi
a. Umur
glaukoma,katarak,miopia dan presbiopia.
b. Latar belakang etnis
Tay-Sachs banyak pada etnis Yahudi
c. Jenis kelamin
Ablasio retinasering terjadi pada pria
d. Alamat
2. Riwayat Personal dan Keluarga
a. Riwayat keluarga
ada keluarga yang punya masalah mata?
b. Riwayat personal
Kecelakaan, cedera, pembdhn yang lalu
Kondisi medis sistemik
Medikasi (ada efek terhadap okulerdekongestan
&antihistamin.
c. Riwayat diet
defisiensi macam-macam vitamin.
18
d. Status sosial dan ekonomi
Pekerjaan mempengaruhi
19
5. Perubahan posisi palpebra,c/ptosis
6. Penonjolan/tergesernya bola mata:eksoftalmus
20
4. Kelenjar lakrimasi
ada pembengkakan?
5. Sklera
Normalnya berwarna putih. Jika jaundis/ikterik indikasi
penyakit sistemik:penyakit hati.
6. Kornea
Normalnya transparan, halus,bersinar dan jernih.
Memberikan sinar secara serong dari beberapa sudut
7. Pupil
Normal berbentuk bulat,letak sentral dan ukuran sama
antara kiri dan kanan (isokor), diameter pupil n 2-6 mm.
Perbedaan ukuran pupil antara kiri & kanan (anisokor).
Kaji pupil terhadap respon
cahaya.miosis/mengecil/konstriksi jika ada
cahaya.Midriasis/membesarnya/dilatasi jika cahaya
dijauhkan.
B. Palpasi
Digunakan untuk menentukan adanya tumor, nyeri tekan dan
keadaan TIO.
Palpasi ringan pada kelopak mata ada
pembengkakan/kelemahan.
Memeriksa TIOklien duduk,klien diminta melihat kebawah
tapi tdk menutup mata, kedua jari telunjuk menekan kelopak
mata atas.
21
Palpasi sakus lakrimalismenekan jari telunjuk pada kantus
medial.ada hambatan duktus nasolakrimalis?
Pemeriksaan penglihatan
a. Uji penglihatan jauh (snellen chart,hitungan jari, gerakan
tangan,proyeksi/persepsi cahaya).
b. Uji penglihatan dekat
c. Pengkajian lapang pandanguji konfrontasi.
d. Uji penglihatan warnaishihara chart
e. Pengkajian fungsi otot ekstraokuler
f. Oftalmoskopi
22
Contoh. Jika hasil pemeriksaan ketajaman penglihatan adalah sebagai
berikut,
VOD= 20/80
VOS = 6/5
23
Artinya
Visus Okuli Dekstra (VOD)
Visus Okuli Sinistra (VOS)
20/80: (Pasien dapat membaca jarak 20m sedangkan orang normal
bisa membaca jarak 80m)
6/5: (pasien dapat membaca jarak 6m sedangkan orang normal bisa
membaca jarak 5 m).
Pemeriksaan diagnostik
a. Uji laboratorium
b. Radiografi (Fluorescein angiografi,computed
tomografi,pemeriksaan dengan slitlamp,pewarnaan kornea)
c. Tonometri
d. USG
e. Elektroretinografi
24
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
GLAUKOMA
Pengertian:
Klasifikasi glaukoma:
1. Glaukoma primer, terdiri atas glaukoma sudut terbuka &
glaukoma sudut tertutup
2. Glaukoma sekunder
3. Glaukoma kongenital
25
Patofisiologi:
Kecepatan produksi HA & aliran keluar HA tdk
seimbangpeningkatan TIO/ glaucomaaliran darah ke saraf optik
& retina menuruniskemia kerusakan saraf optik & retinavisus
menurutkebutaan.
Ket;
Glaukoma Primer
Glaukoma yang sering terjadi, strultur yang terlibat dalam sirkulasi &/
reabsorpsi HA (Humor Aqueyes) mengalami perubahan patologi
langsung.
a. Glaukoma sudut terbuka/G. simpleks/open angele glaukoma
paling sering terjadi (90% dari klien glaukoma).
26
Sudut antara iris & kornea terbuka normal tetapi ada hambatan
pada aliran keluar HA.
1. Terjadi pada klien usia lanjut (> 40 th).
2. HA tdk dapat meninggalkan mata pada kecepatan yang sama
dengan produksinya sehingga TIO meningkat secara
bertahap.
3. Tanda & gejala:Gejalanya relatif ringan & banyak klien tidak
menyadarinya hingga terjadi kerusakan visus yang serius.TIO
meningkat, lapangan pandang mengecil, sudut COA terbuka.
27
Tindakan pada situasi ini harus cepat & tepat atau kerusakan
saraf optik akan menyebabkan kebutaan pada mata yang
terserang.
Tanda & gejala:
1. Nyeri hebat di dalam & sekitar mata
2. Timbulnya “halo” disekitar cahaya
3. Pandangan kabur
Keluhan umum: sakit kepala, mual, muntah, kedinginan,
demam, perasaan takut
28
Glaukoma Sekunder
a. Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut/ peningkatan TIO.
b. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur
yang terlibat dalam sirkulasi & / reabsopsi HA.
c. Tanda & Gejala :Peningkatan nyeri,simtom spesifik tergantung
pada penyebab penyakit okuler.
d. Gangguan ini terjadi akibat:
1. Perubahan lensa, dislokasi lensa
2. Perubahan uvea, Uveitis anterior.
3. Trauma
4. Operasi
Glaukoma Kongenital
a. Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular saat dalam kandungan ibu.
b. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif & biasanya
bilateral
29
c. Tanda & gejala:Fotofobia,blefarospasme,epiforia, mata besar,
kornea keruh.
Pengertian:
Katarak adalah kekeruhan lensa mata/ kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina.
Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh
lokasi dan densitas keburaman.
Klasifikasi katarak:
1. Menurut perkembangan (katarak kongenital)
2. Menurut proses degeneratif:
a. Katarak primer
b. Katarak komplikata.
30
Ket:
Katarak Kongenital
Adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan
lensa.
Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Sering ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita:
1. Rubela
2. Diabetes Militus
3. Toksoplasmosis
4. Hipoparatiroid
5. Galaktosemia
Kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan
lensa.
Katarak Primer
Katarak primer merupakan umur ada 3 golongan:
a. Katarak juvenilis (umur < 20 th)
b. Katarak presinilis ( umur sampai 50 th)
c. Katarak senilis ( umur > 50 th)
Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium:
1. Stadium insipien
Stadium yang paling dini, kekeruhan terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda
2. Stadium imatur
31
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Lensa
menjadi cembung.
3. Stadium matur
Ada pengeluaran air mata, lensa telah keruh seluruhnya. Dipupil
tampak lensa putih seperti mutiara
4. Stadium hipermatur
Kortek lensa yang seperti bubur telah mencair. Kerusakan
kapsul lensa yang menjadi lebih permeabel.
Katarak komplikata.
Katarak jenis ini terjadi sekunder/ sebagai komplikasi dari penyakit
lain.
Penyebab katarak jenis ini adalah:
a. Gangguan okuler
Contoh: retinitis, glaukoma,miopia,ablasio retina
b. Penyakit Sistematik
DM, hipoparatiroid.
c. Trauma
Patofisiologi
1. Lensa bersisi: 65% air, 35% protein dan mineral
2. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan O2, penurunan air,
peningkatan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut
menjadi tdk dapat larut.
32
Patofisiologi katarak krn proses penuaan
Proses penuaan --Lensa secara bertahap kehilangaan air &
mengalami peningkatan dalam ukuran & densitasnya ---Hilangnya
transparansi lensa yang tidak terasa nyeri ---
Kekeruhan lensa
Katarak
Etiologi katarak secara keseluruhan:
a. Gangguan intra uterin
b. Proses penuaan
c. Trauma
d. Penyakit sistemik
e. Gangguan okuler
Komplikasi:
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk
jaringan uvea, sehingga, menimbulkan reaksi radang/ alaergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik
mata sehingga menggangu aliran cairan bilik mata depan.
Indikasi operasi katarak:
Pada bayi (< 1 th), jika fundus tidak terlihat
Pada umur lanjut,
Indikasi klinis : timbul komplikasi
33
Indikasi visual : visus 1/300 atau 1/~
Indikasi sosial : pekerjaan
34
Posisi semi fowler
6 jam pasca operasi kepala boleh bergerak & tidak miring
kearah mata yg tdk dioperasi.
Jika ada drainase pada balutan segera lapor dokter
Lakukan kompres dingin jika gatal
Kurangi batuk, mengedan, membungkuk, mengangkat benda
berat,dll.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.
Perubahan sensori perseptual (visual) b.d kekeruhan pada lensa.
Ansietas b.d kehilangan pandangan, jadwal pembedahan.
Resiko cidera b.d komplikasi pasca operasi
Resiko cidera b.d penurunan visus, umur/ berada pada
lingkungan tidak dikenal.
Defisit perawatan diri b.d kelemahan visual, ketidak mampuan
akibat pasca operasi
Defisit pengetahuan b.d terbatasnya informasi/ kesalahan
interpretasi informasi yang di dapat.
35
MASALAH MASALAH YANG BERHUBUNGAN
DENGAN SISTEM
PENGLIHATAN KARENA PERADANGAN
Gejala utama :
1. Iritasi (kemerahan , edema)
2. Perasaan seperti terbakar
3. Gatal pada tepian palpebra
4. Terbentuk skuamo & krusta
36
6. Modarosis (kehilangan bola mata)
7. Hipertrapi marga palpebra
Proses keperawatan
Anamnesis: klien mengeluh mata lengket pada pagi hari , panas, gatal
,berisik, fotopobia.
37
b. Beri informasi yang akurat
c. Dorong klien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaanya
Pengertian:
Infeksi akut palpebra di kelenjar palpebra(moll,zels&meibom)
Hordeolum berisi materi purulen yang menyebabkan nyeri.
Jenis hardeolum:
1. Hordeolum eksternum: Infeksi terdapat dekat kelenjar zeis
&moll
2. Hordeolum internum: infeksi pada kelenjar meibom sebasca
38
Penatalaksanaan:
1. Medis : bedah
2. Keperawatan : prainsisi paska insisi
Tindakan prainsisi:
a. Buat klien nyaman
b. Jika gelisah berikan penkes dan perawat tetap berada
disamping klien
Tindakan pascainsisi:
a. Tutup mata dengan bebat tekan
b. Opserpasi kurang lebih ½ jam sebelum pulang
c. Beri tahu keluarga cara membuka bebat
d. Tutup mata dan bebat di biarkan kira-kira 4 jam, dibuka hati-hati
dan dikompres air hangat secara hati-hati
e. Menggunakan kaca mata
39
Kolaborasi:
a. Antibiotik salep 3 jam sekali
b. Antibiotik sistemik dan insisi
40
kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air
mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti
edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau
granuloma.
2. Konjunctivitis
Pengertian.
merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan
lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi
bahan-bahan kimia.
41
Gejala :
a. Mata terasa kasar menggatalkan, merah dan mungkin
berair. Kelopak mata mungkin menempel sewaktu bangun
tidur. Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak
merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena
bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna
putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi
mengeluarkan kotoran yang jernih.
b. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal,
terutama pada konjungtivitis karena alergi.
c. Gejala lainnya adalah: - mata berair - mata terasa nyeri -
mata terasa gatal - pandangan kabur - peka terhadap
cahaya - terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika
bangun pada pagi hari
42
Manifestasi klinis
1. Konjungtivitis Bakteri
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
3. Konjungtivitis Alergi
4. Konjungtivitis Viral
5. Konjungtivitis blenore
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah
bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram
atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada
konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan
giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik
didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan
edema konjungtiva. Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau
getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan
pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada
pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret
atau getah mata dan edema konjungtiva.
43
Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan
menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yangtidak
tertangani ,diantaranya:
1. Glaukoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan
segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa
ulkus kornea
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranaseaadalah bila sembuh akan meninggalkan
jaringan perut yang tebal di korneayang dapat mengganggu
penglihatan, lama- kelamaanorang bisa menjadi buta
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan
sikratik dapat mengganggu penglihatan.
Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan tinja, kemungkinan kuman dan
adanyatuberkulosa paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva.
Pemeriksaan denganpewarnaan gram pada sekret untuk
44
mengidentifikasi organisme penyebabmaupun adanya infeksi
sekunder (Alamsyah, 2007).
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan
sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus
mencuci tangannya bersih-bersih.
b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah
menangani mata yang sakit
c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan
penghuni rumah lain
d. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan
pabrik pembuatnya.
e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih
setiap hari.
f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang
lain.
g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk
keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata
45
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
MIOPIA & HIPERMETROPIA
A. MIOPIA
46
Orang kota cenderung berkutat dengan televisi, komputer, game dan
sebagainya yang tidak menuntut daya akomodasi mata yang besar
Penyebab Miopia:
Ada berbagai faktor yang mungkin berkontribusi terhadap
pemanjangan bola mata, berikut ini beberapa faktor yang
menyebabkanya.
47
Faktor Genetik. Beberapa orang secara genetik mudah mengalami
miopia. Pada kasus seperti ini, biasanya miopia telah didiagnosis pada
usia dini. Kacamata dan operasi laser pada mata mungkin dapat
memperbaiki penglihatan.
48
keratomileusis (LASIK). Dapat juga dilakukan orthokeratologi
atau terapi penglihatan (vision therapy).
B. HIPERMETROPIA
1. Hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata
dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di
belakangretina.
2. Hal ini dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek
atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita kelainan mata
ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan
harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca
secara jelas.
Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang
membutuhkan ketelitian tinggi. Perbaikan penglihatan dapat
dilakukan dengan memakai kacamata dengan lensa sferis positif
(cembung)
Etiologi
Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal
yaitu:
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial.
Hipermetropi Axial ini dapat disebabkan oleh Mikropthalmia,
Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina (lapisan retina lepas
lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
49
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi.
Dimana dapat terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea,
aqueus humor, lensa, dan vitreus humor
3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura.
Dimana kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga
bayangan difokuskan di belakang retina.
4. Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih
posterior.tidak ada lagi (afakia).
Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola
mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak
adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk
dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi
terganggu.
Manifestasi klinis
Sakit kepala frontal, memburuk pada waktu mulai timbul gejala
hipermetropi dan makin memburuk sepanjang penggunaan mata
dekat. Penglihatan tidak nyaman (asthenopia) ketika pasien harus
focus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama, misalnya
50
menonton pertandingan bola. Akomodasi akan lebih cepat lelah ketika
terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
Diagnosa keperawatan
a. Perubahan sensori- persepsi (visual) b.d perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina
b. Gangguan rasa nyaman (pusing) b.d usaha memfokuskan mata
c. Risiko cidera b.d keterbatasan penglihatan.
51
GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN AKIBAT TRAUMA
52
DAFTAR PUSTAKA
53