Pada abad ke 15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam
ke Maluku. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha
(Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500),
Kesultanan Tidore yang dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh
Sultan Sarajati, dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa
kesultanan tersebut berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar hingga ke Banda,
Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera.
Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara)
merupakan dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-
kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua
kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku.
Sultan Zainal Abidin : “sungguh luas pulau Maluku ini, bukan kah akan lebih baik lagi jika
kita menguasai seluruh Maluku ?”
Penasihat Raja : “memanglah sangat luas pulau Maluku ini, tetapi kita tidak bisa
menguasainya hanya untuk kerajaan Ternate saja Yang Mulia”
Sultan Zainal Abidin : “mengapa tidak bisa? Apa kau sedang meragukan kekuatan ku?”
Penasihat Raja : “tidak seperti itu Raja,di pulau ini terdapat dua kerajaan. Yakni kerajaan
Ternate dan Tidore, kedua kerajaan ini sangat berperan penting unuk Kepulauan Maluku ini”
Sultan Zainal Abidin : “Yaa Aku tau bahwa ada kerjaan Tidore di tanah Maluku ini, lantas
mengapa tak ku taklukan saja kerajaan itu? Agar Ternate ku ini menjadi luas.”
Penasihat Raja : “JIka itu yang anda inginkan maka saya tak dapat berkata apapun “
Di saat yang lain usai menaklukkan Malaka pada 1511, rombongan besar Portugis
bersiap melanjutkan misi. Sasarannya kali ini adalah Maluku, kepulauan nun di timur sana yang
konon menjadi surga rempah-rempah. Puluhan kapal yang mengangkut ratusan orang pun
disiapkan untuk menjelajahi samudera yang mengelilingi kawasan Nusantara.
Raja Portugis : “ ini adalah persinggahan kita selanjutnya, banyak sekali rempah di
daerah ini. Sungguh kita akan mendapatkan untung yang sangat besar jika dapat menguasai
daerah ini”
Prajurit Portugis : Betul itu tuan, kita akan untung besar jika dapat menguasai daerah
ini”
Raja Portugis : “Aku tak pernah salah dalam memilih sasaran, kita akan secepatnya
menguasai daerah ini”
Prajurit Portugis : “Apakah anda yakin tuan? Daerah ini bukanlah daerah yang tak
berpemimpin tuan”
Prajurit Portugis : “ada dua kerajaan besar yang menguasai daerah ini tuan, Tidore dan
Ternate. Keduany sama-sama kerajaan yang kuat dan sangat penting di daerah ini”
Raja Portugis : “bukan kah akan sangat sulit jika di suatu daerah memiliki dua kubu
kerajaan yang berbeda? Apakah tidak akan pernah ada persainganantara keduanya?”
Prajurit Portugis : “benar yang anda katakan tuan, tidak akan mudah bagi daerah ini
untuk hidup dalam keadaan damai dan tentram. Cepta atau lambat akan adapersaingan yang
terjadi antara kedua kerajaan ini tuan.”
Prajurit Portugis : “Anda benar tuan kita harus mengambil alih keadaan itu, untuk
menaklukan daerah ini secepatnya”
Portugis bukanlah satu-satunya bangsa Eropa yang terpikat oleh kekayaan Maluku.
Tanggal 8 di bulan dan tahun yang sama, Spanyol juga berlabuh di kepulauan itu. Maka,
persaingan sekaligus pertempuran sesama penghuni kawasan Andalusia itu tinggal menunggu
waktu. Sebagian wilayah Spanyol dan Portugis masuk dalam area Andalusia yang pernah
dikuasai Bani Umayyah cukup lama. Dan, pada abad ke-16 M, dua bangsa bersaudara tersebut
bertemu di Maluku untuk saling menanamkan pengaruh demi memperebutkan rempah-
rempah yang sangat laku di Eropa.
Raja Spanyol : “jadi raja Portugis telah lebih dulu menginjakkan kaki di tanah ini?”
Prajurit spanyol : “iyaa tuan, mereka telah berhasil sampai lebih dulu di tanah ini. Entah
bagaimana caranya”
Prajurit Spanyol : “belum tuan, mereka belum dapat menaklukan tanah ini. Misi mereka
terhalang oleh dua kerajaan yang menguasai tanah ini tuan “
Raja Spanyol : “lamban sekali usaha mereka itu, bagamana bisa misi mereka terhalangi
oleh dua kerajaan itu?”
Prajurit Spanyol : “apakah tuan tidak mengetahui bahwa dua kerajaan itu adalah
kerajaan Ternate dan Tidore yang memiliki kekuatan yang cukup besar?”
Raja Spanyol : “Aku mengetahuinya, bahkan aku mengetahui bahwa dua kerajaan itu
sedang bersaing untuk memimpin tanah ini”
Prajurit Spanyol : “mohon maaf tuan, saya kira tuan belum mengetahui hal itu “
Raja spanyol : “aku sudah mengetahuinya sebelum aku sampai pada tanah ini hal itu
seharusnya Portugis ketahui juga, ehingga mereka dapat dengan mudah menaklukan tanah ini”
Sultan Mansur : “Apa yang data ku lakukan untuk mengalahkan kerajaan Ternate wahai
penasihat ku”
Penasihat Kerjaan : ”ada cara tuan. Tapi aku tidak terlalu yakin untuk hal ini”
Penasihat Kerajaan : “kita harus mengajak portugis untuk bekerja sama dalam hal ini”
Sultan Mansur : “apa yang kau pikirkan? Sungguh kau menyuruh ku untuk menyerahkan
kerajaan ku sendiri pada bangsa asing itu?”
Penasihat Kerajaan : “bukan begitu sultan, bukan itu yang hamba maksud”
Sultan Mansur : “LAntas apakah maksud dari perkataan mu itu?”
Penasihat Kerajaan : “ yang saya maksud adalah mengajak portugis bekerja sama untuk
mengalahkan Ternate Tuan. Bukan kah jika kita inginmememnagkan pertempuran ini, kita harus
berseutu dengan musuhnya musuh kita sendiri tuan?”
Sultan Mansur : “Apa yang kau katakana ada benarnya juga, baiklah mari kita bujk
portugis agar mau bersekutu dengn kita “
Akhirnya, Portugis memilih bersekutu dengan Ternate. Dengan sendirinya, pilihan itu
membawa mereka ke dalam pertentangan dengan saudara sesama penghuni kawasan
Andalusia: Spanyol. Ya, Spanyol yang datang belakangan memilih berdiri di sisi Tidore untuk
menghadapi Ternate dan Portugis.
Pilihan Portugis kepada Ternate didasari iming-iming. Kala itu, penguasa Ternate Sultan
Bayanullah menjanjikan monopoli perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh. Sang raja
juga mengizinkan Portugis membangun pos atau kantor di wilayah Ternate.
Sultan Zainal Abidin : “ Terimakasih karna kau telah bersekutu kepada kami”
Raja Portugis : “tentu saja Sultan. Aku sangat beruntung karena memilih anda dan
Ternate sebagai sekutu kami”
Sultan zainal Abidin : “Kau benar-benar memilih pada pilihanyang tepat, akan ku berikan
rempah rempah yang kau inginkan Raja. Sebagai bentu ucapan terimakash kami”
Setelah sekian lama terlibat perang, Ternate dengan bantuan Portugis ternyata lebih
unggul ketimbang koalisi Tidore dan Spanyol. Perseteruan antara dua bangsa Eropa itu baru
benar-benar usai setelah Perjanjian Zaragoza ditandatangani pada 22 April 1529.
Sultan Bayanullah wafat pada 1521 dan meninggalkan dua pewaris takhta yang masih
berusia sangat belia. Untuk sementara, kendali pemerintahan dipegang dua orang: Permaisuri
Nukila dan Pangeran Taruwese (adik kandung sultan).
Permaisuri Nukila berasal dari Kesultanan Tidore. Karena itu, setelah konflik antara
kedua kesultanan usai, sang permaisuri ingin menyatukan kembali Tidore dan Ternate.
Harapannya: gabungan kerajaan itu akan dipimpin salah satu dari dua putranya, yakni Pangeran
Hidayat dan Pangeran Abu Hayat.
Permaisuri Nukila : “aku ingin menyatukan kedua kerajaan ini, bagaimana menurut
mu?”
Dayang dayang : “yaa tuan putri, aku sendiri pun sudah lelah terhadap pertemupuran
yang terjadi ini”
Permaisuri Nukila : “ aku ingin salah satu dari anak ku dapat memimpin kedua kerajaan
ini jika sudah dipersatukan kembali “
Permaisuri Nukila : “biarlah nanti waktu yang menentukannya, aku tak ingin membuat
anak anak ku bersaing untuk memperebutkan tahta nantinya “
Namun, upaya itu ternyata mendapatkan tentangan dari Pangeran Taruwese. Adik lelaki
Sultan Bayanullah ini berniat menguasai takhta Ternate, dan juga Tidore, untuk dirinya sendiri.
Perang saudara pun sudah di depan mata.
Permaisuri Nukila : “aku ingin salah satu dari anak ku yang akan memipin kedua erajaan
ini,apakah aku salah? “
Pangeran Taruwesa : “kau pikir kau siapa Nukila? Aku adalah Taruwesa adik kandung
dari Sultan Bayanullah, jelas aku lah yang berhak untuk memipinnantinya “
Permaisuri Nukila : “tidak bisa begitu, anak anak ku jauh lbih berhakatas tahta itu
nantinya”
PAngeran TAruwesa : “begitu kah yang kau pikirkan Nukila? Jangan mengadaada kau
Nukila, jika tidak ingin terjadinya perang antar saudara seharusnya kau leih baik buang pikiran
mu itu”
Permaisuri Nukila : “tidak aku tak akan mundur meskipun harus ada peranga antara
saudara yang kau katakan”
WRga Ternate : “selamat atas kenaikan tahta mu tuan, kami sangat empercayai mu”
Sultan Hidayat : “terimakasih, aku akan menjaga amanat yang telah kalian semua
ampaikan padaku, aku akan menyatukan kedua kerajaan ini”
WArga Ternate : “kami akan selalu mendukung mu sultan, kami akan menjadi rakyatmu
yang setia “
Ternyata, sultan baru ini sangat membenci Portugis karena dianggap terlalu jauh
mencampuri urusan internal kesultanan. Karena itu, Portugis harus mencari cara untuk
melengserkan Sultan Abu Hayat II. Pada 1531, sultan dituding sebagai otak pembunuhan
Gubernur Portugis Gonzalo Pereira, sehingga ditangkap dan diasingkan ke Malaka sampai
wafatnya.
Petinggi Portugis : “kami tak menyangka atas apa yang telah kau lakukan sultan, ini kah
balasan mu atas apa yang telah kami laukan untu kerajaan mu”
Warg Ternate : “Sultan kami sangat mempercayaimu,tapi apa yang teah kau lakukan itu
bukan ah hal yang baik sultan”
Sultan Hayat : “apa yang telah kalian katakana, itu semua tidakbenar”
Petinggi Portugis : “janganlah kau berbohong sutan, kami sudah mengetahui yang
sesungguhnya”
Warga Ternate : “ jangan berbohong begitu Sultan, kami yakin kau adalah orang
yangsangat jujur”
Sultan Hayat : “Demi Allah, apa yang telah merea tuduhkan itu tidaklah benar “
Sultan Hayat : “kau tak bisa begini, jangan begini HEIIII ku katakana lepaskan, aku adalah
Sultan dsini. Kalian tidak bia memaksaku begini.”
Di India, Sultan Tabariji dipaksa mengakui Ternate sebagai bagian dari Kerajaan Portugis.
Ia juga dipaksa masuk Kristen. Selain itu, Portugis juga meminta Ambon, Buru, dan Seram untuk
diserahkan. Dengan terpaksa, Sultan Tabariji akhirnya setuju dengan imbalan ia akan
dipulangkan ke Ternate.
. Kabar tersebut membuat Kesultanan Ternate gempar. Segenap rakyat Ternate menolak
kembalinya Sultan Tabariji lantaran dianggap telah berkhianat sekaligus murtad. Penentang
utamanya adalah Sultan Khairun yang naik takhta setelah Sultan Tabariji diasingkan ke India.
Khairun adalah saudara tiri Tabariji. Sultan Tabariji, sementara itu, tidak pernah pulang ke
Ternate karena meninggal dunia dalam perjalanan.
Warga 1 : “Aku tak menyangka bahwa Sultan Tabariji akan melakukan hal demikian”
Warga 2 : “iyaa aku juga, dia sama saja dengan saudaraya itu”
Prajurit Portugis : “memang tidak terlalu besar tuan, tapi jika kau pikirkan kembali, ia
sudah mampu bertahan sejauh ini”
Pemimpin Portugis : “yaa memamng, tapi sebentar lagi dia akan kugulingkan dari
tahtanyaa”
Prajurit Portugis : “kau harus berhati hati tuan, dia sangat kuat”
Pembunuhan Sultan Khairun tak pelak memantik murka rakyat Ternate dan Maluku
terhadap Portugis. Dipimpin Sultan Baabullah – putra Sultan Khairun – yang masih muda,
peperangan melawan Portugis berkobar secara besar-besaran.
Sultan Baabullah bersumpah akan membalaskan dendam sang ayah. Ia tidak akan
berhenti berperang sebelum orang Portugis terakhir pergi dari wilayah Ternate dan seluruh
Kepulauan Maluku (Djokosurjo, Agama dan Perubahan Sosial, 2001:126). Kekuatan gabungan
itu berjumlah 2.000 kapal tempur dengan lebih dari 120.000 prajurit.
Ternate merangkul berbagai kekuatan dari seluruh Kepulauan Maluku, Makassar, Jawa,
bahkan Melayu (Sumatera), yang membuat Portugis kewalahan. Pertempuran besar pun
berlangsung. Dengan taktik jitunya, yakni mengepung dan menutup seluruh akses benteng milik
Portugis, Sultan Baabullah akhirnya meraih kemenangan gemilang pada 1575.
Penasihat Raja : “tak perlu terburu buru tun, kau dapat melakukannya dengan teencana
tuana “
Sultan Babullah : “ kau benar, aku harus menyiappkan rencana yang matang “