Anda di halaman 1dari 11

BackStory: Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar dan

berpengaruh di nusantara maupun asia tenggara. Dengan kekuatan armada


lautnya yang besar, kerajaan Sriwijaya menaklukan nusantara serta
membentangkan pengaruhnya sampai ke Thailand, Kamboja, semenanjung
Malaya bahkan menjalin hubungan hingga ke India.
Bukti-bukti tentang kerajaan Sriwijaya yang berkembang sampai sekitar abad
ke-14 ini berasal dari beberapa prasasti yang ditemukan di Bangka, Ligor
(Malaysia) dan Nalanda ( India).
Kerajaan sriwijaya merupakan salah satu kerajaan Nusantara yang sangat maju
dalam perekonomian. dikarenakan letaknya yang strategis di tepi selat malaka
membuat kerajaan sriwijaya maju dalam pelayaran dan perdagangan laut

suatu hari Sang Raja memanggil para saudagar dengan tujuan Untuk
membangun kekuasaan baru atas nama Kerajaan Sriwijaya melalui
perdagangan

Raja: "para saudagar sekalian, marilah kita membangun kekuasaan didaerah


ini"
Pedagang 1: "jika kami bersedia, keuntungan apa yang kami dapatkan
baginda?”
Raja: "saya akan menjanjikan kemakmuran atas nama kerajaan sriwijaya"
Pedagang 2: "sebagai awal dari perjanjian, kami akan berdagang selama 6
bulan"
Pedagang 3: "dan apabila kami tidak mendapatkan apa yang dijanjikan, maka
kami
tidak akan datang ke wilayah ini lagi"
Baginda: "tentu saja itu tidak akan terjadi"

para pedagang pun berunding sebelum memutuskan keputusan yang dapat


merugikan mereka apabila keputusan yang mereka akan ambil salah.
pedagang 1: “baiklah kalau begitu, kami bersedia"

Para pedagang internasional yang datang ke sriwijaya menyebabkan


perdagangan yang ramai sehingga membuat pendapatan kerajaan meningkat
dan menjadikan sriwijaya sebagai kerajaan maritim.
Selain para pedagang, ada seorang biksu yang datang. Ia adalah I-Tsing.

adegan : (para pedagang sedang berdagang di tengah kota, rakyat seliweran,


biksu lewat diantara mereka)

Disuatu tempat, penduduk berkumpul dan mulai diajarkan agama buddha oleh
I-Tsing. (penduduk duduk besimpuh dan mulai mempelajari agama buddha).
I-Tsing tinggal selama 6 bulan, ia menyebarkan agama buddha sampai ke
kerajaan. Semenjak saat itu. Sriwijaya menganut agama Buddha.
Berita tentang I-Tsing yang mengajarkan penduduk wilayah sriwijaya agama
buddha pun terdengar oleh sang raja. khawatir jikalau agama tersebut
menyesatkan penduduknya, ia pun memanggil I-Tsing untuk datang ke istana

Pengawal: "Baginda raja, I-Tsing sudah sampai dikerajaan dan ingin menghadap
baginda"
Raja: "persilahkan 1-Tsing masuk"
(I-Tsing masuk ke dalam salah satu ruangan yang ada di dalam kerajaan,
melihat sang raja didepan matanya, ia pun duduk dengan sopan)
Raja: “perkenalkan dirimu, tuan”
I-Tsing: "baginda raja, saya bernama I-Tsing berasal dari Tiongkok, Saya ingin
mengajarkan agama buddha diwilayah ini"
Raja: "mengapa engkau ingin mengajarkan agama buddha diwilayah ini?"
I-Tsing: "saya ingin mengajak para penduduk untuk berbuat kebajikan dan
mendekatkan diri kepada tuhan"
Raja: "aku ingin tahu terlebih dahulu, Apa yang diajarkan dalam agama
buddha?”
1-Tsing: "Dalam agama buddha diajarkan untuk melepaskan nafsu dan
penderitaan dalam hidup manusia untuk mencapai nirvana”
Raja: "baiklah jika itu maumu, aku izinkan kamu mengajarkan agama buddha di
wilayah ini.
I-Tsing: "terima kasih baginda raja"

Part 2
Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa berusaha memperluas wilayah kekuasaannya
dengan ekspedisi militer menaklukkan wilayah untuk menghukum Bhumi Jawa
yang tidak berbakti kepada Kerajaan Sriwijaya.
Raja: "panglima perang, bersiaplah!"
Panglima 1: "bersiap untuk apa baginda?"
Raja: "dalam waktu dekat kita akan melakukan ekspedisi militer ke kerajaan
Wilayah Bumi Jawa."
Panglima 1: "Untuk apa penyerangan ini baginda raja?"
Raja: "Aku ingin memperluas wilayah kekuasaan sriwijaya"
Panglima 2: "baik baginda raja"
Raja: "rebutlah kekuasaan yang ada di tulang bawang serta tanah jawa,
Kerajaan Jambi, dan Kerajaan Kalingga."
Paglima 3: "Baik baginda. Kami akan mengumpulkan prajurit dan menyusun
strategi penyerangan darat dan laut secepatnya."
Sriwijaya telah berhasil menancapkan kekuasaan di tulang bawang serta
menguasai. Kerajaan Jambi, dan Kerajaan Kalingga.
Raja: "Akhirnya, terwujudlah cita-citaku untuk menjadikan Kerajaan Sriwijaya
sebagai kerajaan maritim. Terimakasih para panglima dan penasihat kerajaan,
kalian telah
membantuku."
Panglima 1: "Sudah tugas kami untuk membantu baginda raja.
Penasihat: "Baginda Raja sudah berhasil menaklukan kerajaan Jambi dan
Kalingga."
Raja: "Benar sekali, tapi aku masih ingin memperluas pengaruh wilayah
kerajaanku."
Panglima 2: "Apakah kita akan melakukan penyerangan ke kerajaan lainnya
baginda raja?"
Raja: "Tidak. Aku ingin menikahi putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara,
Linggawarman"

Dapunta Hyang yang berkuasa sejak 664 M. melakukan pernikahan dengan


Sobakancana, putri kedua raja Kerajaan Tarumanegara, Linggawarman.
Dapunta Hyang pun mendatangi kerajaan Tarumanegara dan meminta izin
kepada Raja kerajaan Tarumanegara untuk menikahi putri keduanya.

Raja S: "Aku ingin meminang putri keduamu, raja linggawarwan."


Raja T: "Atas dasar apa kau ingin menikahi Sobakancana?"
Raja S: "Aku menyukai sosok wanita sepertinya. Lemah lembut, penyayang,
serta baik hati. Aku berjanji akan membahagiakan putrimu dan akan
memberikanmu keturunan gagah.
Raja T: "Aku akan mengijinkan jikalau putriku bersedia. Bagaimana putriku?
Apakah kau menerima pinangan dari raja Sriwijaya ini?"
Sobakancana: "Iya, Ayah. Aku menerimanya. Aku rasa Dapunta Hyang adalah
laki-laki yang bertanggung jawab."
Raja T: "Baiklah jika itu keputusanmu, pernikahan kalian akan dilaksanakan
secepatnya."
Sobakancana: "Terimakasih. Ayah."
Perkawinan ini melahirkan seorang putra yang menjadi raja Sriwijaya
berikutnya yaitu Dharanindra. Dharanindra berbesan dengan pegawai
bawahannya yaitu Sri Dharma Setu. Dharma Setu kemudian memiliki putri yang
bernama Dewi Tara. Putri ini kemudian ia nikahkan dengan Samaragrawira, raja
Kerajaan Mataram Kuno dari Dinasti Syailendra. Dari pernikahan Dewi tara
dengan Samaragrawira, kemudian lahir Bala Putra Dewa. Sedangkan
Samaratungga sebagai putra sulung samaragrawira

Part 3

Candi Borobudur dibangun pada pemerintahan Raja Samaratungga pada abad


ke-8.
Candi Borobudur dibangun oleh seorang arsitek bernama Gunadharma. Pada
suatu hari, Raja
Samaratungga mempunyai niat untuk membangun suatu bangunan yang
berguna untuk memuliakan orang yang sudah meninggal dan mempunyai arti
sejarah bagi masyarakatnya. Raja pun mendiskusikan hal tersebut dengan para
abdi-abdinya yang merupakan para penasihatnya.
Raja Samaratungga: "Bagaimana menurutmu ini wangsa?"
Wangsa: "Kehendak yang mulia merupakan perintah bagi kami."
Raja Samaratungga: “Bukan begitu maksudku,aku meminta pendapat kalian"

Wangsa 1: "Pendapat apa baginda raja?"

Raja Samaratungga: "Begini, aku memiliki niat untuk membangun suatu


bangunan untuk memuliakan orang yang sudah meninggal dan bisa
mempunyai arti sejarah bagi masyarakat kita"
Wangsa 2: "Memangnya baginda ingin bangunan seperti apa?"
Raja Samaratungga: "Bagaimana jika kita membanggun sebuah candi? Maka
bisa digunakan sebagai tempat ibadah juga.
Wangsa 3: "Dimana baginda ingin membangun candi tersebut?"
Raja Samaratungga: "Saya juga masih memikirkan tentang ini, apakah kalian
ada pendapat?"
Wangsa 2: "Saya punya pendapat baginda, bagaimana kalau candi itu dibangun
diatas bukit?"
Wangsa 4: "Saya sependapat baginda, agar candi itu terlihat gagah dan
megah."
Raja Samaratungga: "baiklah, cari arsitek untuk membangun candi itu!"
Wangsa 2: "Baik baginda"
Wangsa 3: "Saya mempunyai kenalan arsitek Baginda, la bernama Gunadharma
berasal
dari negri seberang, ia sangat terkenal di negrinya, mungkin dia bisa merancang
sesuai
kehendak Baginda"
Raja Samaratungga: "cari dan bawa dia kesini"
Wangsa 1: "Laksanakan Baginda, saya yang akan mencari dan membawanya
kemari"

Wangsapun mencari sang arsitek itu, setelah menemukanya dibawalah arsitek


yang bernama Gunadharma itu menghadap sang raja. Pada siang itu
Gunadharma menghadap sang raja.

Raja Samaratungga: "Kamu tahu apa alasan sehingga aku memanggilmu


kemari?"
Gunadharma: "Hatur sembah saya Baginda, saya telah mengetahuinya dari
para wangsa."
Raja Samaratungga: "Bagus jika kamu sudah mengetahuinya, bagaimana, apa
sudah ada hasilnya sekarang? Walaupun Cuma gambar rancangan kasar?"
Gunadharma: "Saya sudah menyelesaikanya Baginda, ini rancangan yang sudah
saya buat. Bagaimana menurut Baginda?"
Raja Samaratungga: "Rancanganmu ini sudah sesuai, tolong tambahkan relief
untuk setiap undakan, relief berupa kehidupan masyarakatku serta ajaran
Budha."
Gunadharma: “Baik Baginda, saya akan menambahkan itu semua dalam
rancangan ini" Raja Samaratungga: "Kerjakan dengan baik."
Gunadharma: "Saya akan mengerjakan dengan sebaik mungkin baginda."
Candi Borobudur dibangun dengan beberapa tahap. Pembangunan candi
memakan waktu hamper setengah abad lamanya. Sehingga pembangunan
baru dapat diselesaikan pada masa pemerintahan putri raja samaratungga
yaitu Ratu Pramudawardhani yang memerintah.

Part 4

Setelah mendiang Raja Samaratungga meninggal, tahta kerajaan jatuh pada


menantunya Jatiningrat atau Rakai pikatan, suami dari Pramodhawardani. Hal
ini membuat Balaputradewa adik dari sang Raja Samaratungga yang juga
merasa berhak atas tahta kerajaan. Balaputradewa menemui
Pramodhawardani dan suaminya di kediaman mereka.

Rakai Pikatan : Ada apa kiranya paman mengunjungi kami kesini ?


Balaputradewa : Aku mendengar keputusan para tetua kerajaan bahwa
suamimu yang
akan menggantikan mendiang raja. Aku merasa itu bukan keputusan yang
tepat.
Pramodhawardhani: Kenapa paman berpikir begitu?
Balaputradewa : Aku adalah adik dari mendiang Raja. Bukankah aku juga
berhak menerima tahta kerajaan ini.
Pramodhawardhani : Jangan lupakan hal ini paman, aku adalah putri dari sang
Raja. Aku juga memiliki hak atas tahta ini. Lagipula dia adalah suamiku. Tidak
ada yang salah dari keputusan para tetua.
Bala putra dewa; "baiklah jika ini adalah keputusan yang tepat, izinkan aku
meninggalkan tanah jawa dan kembali ke kediaman ibuku di sumatra."

Sesuai ketetapan, maka diangkatlah Rakai pikatan, suami dari


Pramodhawardani menjadi raja. Balaputradewa pun akhirnya meninggalkan
tanah jawa menuju sumatra. Ke tanah kelahiran ibunya. Bala putra dewa
ditunjuk sebagai raja sriwijaya karena pulau sumatra telah menjadi daerah
kekuasaan Sri Maharaja Wisnu dari wangsa sailendra. Bala putra dewa sebagai
cucu dari sri maharaja wiisnu mempunyai hak waris atas tahta sriwijaya.
Balaputradewa pun menjada raja dengan gelar Sri Maharaja Balaputradewa.
Balaputra dewa: Aku akan membangun kembali kerajaan ini dan membuat
sriwijaya menjadi kerajaan terhebat di bumi nusantara.
Wangsa: kami akan setia mengabdi pada Sri Maharaja Bala putra dewa.
Balaputradewa: "panglima, siapkan prajurit dan strategi perang. Kita akan
menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan,
Laut Jawa, dan Selat Karimata."
Panglima: "baik baginda raja, akan kami laksanakan"

Dibawah kekuasaanya Sriwijaya mengalami kemajuan yang pesat dan wilayah


pelayaran sriwijaya semakin luas. Luas wilayah pelayaran dimasa pemerintahan
Balaputradewa mencapai wilayah India bahkan mampu menguasai pelayaran
dikawasan asia tenggara sehingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan di asia
tenggara apalagi didukung armada laut Sriwijaya memberi kekuatan ekonomi
bagi Sriwijaya. Kekuatan ekonomi Sriwijaya kemudian dikembangkan oleh
Balaputradewa setelah menguasai wilayah jajahan kemudian dijadikan pusat
perdagangan serta membangun perdagangan internasional dengan pelayaran
india dan cina. Di masa kepemimpinan Sri Maharaja Bala Putra Dewa, sriwijaya
dikenal sebagai kerajaan maritim, pusat pendidikan agama buddha dan pusat
perdagangan di asia tenggara.

Balaputradewa : Aku adalah adik dari mendiang Raja. Bukankah aku juga
berhak menerima tahta kerajaan ini.
Pramodhawardhani : Jangan lupakan hal ini paman, aku adalah putri dari sang
Raja. Aku juga memiliki hak atas tahta ini. Lagipula dia adalah suamiku. Tidak
ada yang salah dari keputusan para tetua.
Bala putra dewa; "baiklah jika ini adalah keputusan yang tepat, izinkan aku
meninggalkan tanah jawa dan kembali ke kediaman ibuku di sumatra."
Sesuai ketetapan, maka diangkatlah Rakai pikatan, suami dari
Pramodhawardani menjadi raja. Balaputradewa pun akhirnya meninggalkan
tanah jawa menuju sumatra. Ke tanah kelahiran ibunya. Bala putra dewa
ditunjuk sebagai raja sriwijaya karena pulau sumatra telah menjadi daerah
kekuasaan Sri Maharaja Wisnu dari wangsa sailendra. Bala putra dewa sebagai
cucu dari sri maharaja wiisnu mempunyai hak waris atas tahta sriwijaya.
Balaputradewa pun menjada raja dengan gelar Sri Maharaja Balaputradewa.

Balaputra dewa: Aku akan membangun kembali kerajaan ini dan membuat
sriwijaya menjadi kerajaan terhebat di bumi nusantara.
Wangsa: kami akan setia mengabdi pada Sri Maharaja Bala putra dewa.
Balaputradewa: "panglima, siapkan prajurit dan strategi perang. Kita akan
menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan,
Laut Jawa, dan Selat Karimata."
Panglima: "baik baginda raja, akan kami laksanakan"

Dibawah kekuasaanya Sriwijaya mengalami kemajuan yang pesat dan wilayah


pelayaran sriwijaya semakin luas. Luas wilayah pelayaran dimasa pemerintahan
Balaputradewa mencapai wilayah India bahkan mampu menguasai pelayaran
dikawasan asia tenggara sehingga Sriwijaya menjadi pusat perdagangan di asia
tenggara apalagi didukung armada laut Sriwijaya memberi kekuatan ekonomi
bagi Sriwijaya. Kekuatan ekonomi Sriwijaya kemudian dikembangkan oleh
Balaputradewa setelah menguasai wilayah jajahan kemudian dijadikan pusat
perdagangan serta membangun perdagangan internasional dengan pelayaran
india dan cina. Di masa kepemimpinan Sri Maharaja Bala Putra Dewa, sriwijaya
dikenal sebagai kerajaan maritim, pusat pendidikan agama buddha dan pusat
perdagangan di asia tenggara.

Part 5

Dimasa kepemimpinan raja Sangrama Wijaya Tunggawarman, kerajaan


sriwijaya mengalami kemunduran karena beberapa faktor. Banyak pedagang
internasional meninggalkan sriwijaya karena tidak lagi dekat dengan pantai
akibat pengendapan sungai musi. Sriwijaya kesulitan mengontrol daerah
kekuasaan karena semakin lemahnya perekonomian. Banyak wilayah yang
melepaskan diri dari pengaruh kerajaan sriwijaya. Hal ini dibarengi dengan
serangan kerajaan Cholamandala dari india yang dipimpin Rajendra Chola 1.

Raja Rajendra: "pengawal, panggilkan perdana menteri"


Pengawal: "baik yang mulia"
Raja Rajendra: "perdana menteri, siapkan pasukan. Kita akan pergi ke
nusantara dan menyerang kerajaan sriwijaya,"
Ratu india: "apakah kamu yakin kakanda?"
Raja rajendra: "tentu saja ratuku, aku ingin merebut wilayah perdagangan yang
dikuasai sriwijaya"
Ratu india: "baiklah kakanda, jika tekatmu sudah bulat"

Perdana menteri: "kalau begitu saya undur diri yang mulia untuk
mempersiapkan perang"
Pada tahun 1025 Masehi, kerajaan Cholamandala melancarkan serangan ke
kerajaan
sriwijaya, raja sangrama wijaya tunggawarman ditahan pihak cholamandala

Prajurit: "salam tuanku, hamba datang membawa kabar buruk"


Raja: "kabar buruk apa lagi yang kau bawa! Bukankah dengan kacaunya daerah
kekuasaan kerajaan kita itu telah menjadi kabar yang sangat buruk?"
Prajurit: "Rajendra datang membawa prajuritnya untuk menyerang kerajaan
kita tuanku"
Raja: "Apa! Kenapa mereka bisa melewati daerah kekuasaan kita! Sekarang kau
kerahkan seluruh prajurit untuk melawan!"
Prajurit: "baik tuanku"
(tak lama, para prajurit cholandala masuk ke kerajaan dan menahan raja)
Permaisuri: "baginda, tolong!!"
Prajurit india 1: "ayo ikut kami.. ayo ikut"
Raja: "lepaskan aku!! Permaisuri!!"

Kerajaan cholamandala hanya menginginkan kekuasaan atas wilayah


perdagangan,
Terjadi perjanjian antara raja rajendra dan raja sangrama wijaya untuk
menyerahkan wilayah
perdagangan dan membebaskan para tawanan. Dan yang terakhir, serangan
dari kerajaan
majapahit menyebabkan runtuhnya kerajaan sriwijaya hingga tinggal nama dan
peninggalannya. (perang) -the end-

Anda mungkin juga menyukai