Anda di halaman 1dari 4

Script

TERBENTUKNYA KERAJAAN SRIWIJAYA


Pada tahun 682 Masehi, merupakan tahun dimana Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa
mendirikan Kerajaan Sriwijaya, dan merupakan Raja pertama di Kerajaan tersebut.

Raja Dapunta Hyang: “Aku Sri Jayanasa, dengan ini memproklamasikan Kerajaan Sriwijaya,
dan aku mendeklarasikan diri sebagai Raja yang akan memimbing kalian semua”

Nama Kerajaan ini diambil dari Bahasa Sansekerta, dari kata ‘sri’ yang berarti cahaya
dan ‘wijaya’ yang artinya kemenangan.

Raja: “Panglima perang, bersiaplah!”


Panglima 1: “Bersiap untuk apa Baginda?”
Raja: “Dalam waktu dekat kita akan melakukan ekspedisi militer ke kerajaan Wilayah Bumi
Jawa“
Panglima 1: “Untuk apa penyerangan ini Baginda Raja?”
Raja: “Aku ingin memperluas wilayah kekuasaan Sriwijaya”
Panglima 2: “Baik Baginda Raja”
Raja: “Rebutlah kekuasaan yang ada di tulang bawang serta tanah jawa, Kerajaan Jambi, dan
Kerajaan Kalingga”
Panglima 3: “Baik Baginda, Kami akan mengumpulkan prajurit dan menyusun strategi
penyerangan darat dan laut secepatnya”

Sriwijaya berakhir dengan sebuah keberhasilan menancapkan kekuasaan di tulang


bawang, serta menguasai Kerajaan Jambi, dan Kerajaan Kalingga.

Raja: “Akhirnya, terwujudlah cita-citaku untuk menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai


Kerajaan maritim. Terimakasih para panglima, kalian telah banyak membantuku”
Panglima 1,2,3: “Sudah tugas kami untuk membantu Baginda Raja.”

KEHIDUPAN SOSIAL
Setelah selesai masa kepimpinan Raja Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Raja Dapunta
Hyang digantikan oleh Raja Balaputra Dewa.
Raja: “Aku akan membangun kembali Kerajaan ini, dan membuat Sriwijaya menjadi Kerajaan
terhebat di bumi Nusantara”
Panglima: “Kami akan setia mengabdi pada Sri Maharaja Bala putra dewa”
Raja: “Jika memang begitu panglima, siapkan prajurit dan strategi perang. Kita akan
menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan
Selat Karimata”
Panglima : “Baik baginda raja, akan kami laksanakan”

Raja Balaputra Dewa berhasil menguasai jalur-jalur perdagangan, dan berakhir membawa
Kerajaan Sriwijaya di masa keemasan. Yang dimana terjadi kemajuan pesat di Kerajaan
Sriwijaya. Karena letaknya yang berada di jalur perdagangan antara India dan Tiongkok,
membuat para penduduk berdagang hasil bumi seperti emas, perak, dan rempah-rempah,
kepada pedagang luar.

(Pedagang dan Pembeli pura-pura berinteraksi)

Satu hal lagi yang perlu diketahui adalah penduduk Kerajaan Sriwijaya menggunakan
bahasa Melayu kuno untuk berkomunikasi dengan para pedagang luar.

Karena kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Sriwijaya bercampur dengan para


saudagar luar, budaya asing mulai berkembang di wilayah Sriwijaya, terutama dari India.
Penggunaan nama-nama khas India dan pengaruh agama Hindu-Buddha semakin meluas,
baik di masyarakat maupun di lingkungan kesultanan.
(Pendeta datang ke Kerajaan Sriwijaya maybe?)
I Tsing Tionghoa yang berkunjung ke Kerajaan Sriwijaya juga, menjelaskan bahwa
banyak pendeta datang dari luar untuk mempelajari kitab suci Sanskerta dan Buddha.

KEHIDUPAN EKONOMI
Kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya melibatkan kegiatan pertanian yang hasilnya
kemudian dijual kepada pedagang asing yang menyerah. Hal ini terbantu dengan letaknya
yang sangat strategis sebagai jalur perdagangan internasional. Produk pertanian
meningkatkan perdagangan, dan akibatnya banyak pedagang dari China dan India
berbondong-bondong ke Sriwijaya.
(Pedagang dan Pembeli saling berinteraksi)
Faktor pendukung kegiatan ekonomi lainnya adalah keberhasilan Sriwijaya
menguasai kawasan-kawasan strategis di sekitarnya seperti Selat Sunda, Selat Malaka,
Natuna, dan Laut Jawa. Penguasaan wilayah-wilayah tersebut tidak terlepas dari kekuatan
angkatan laut kerajaan Sriwijaya dan kapal-kapalnya yang banyak.
KEHIDUPAN POLITIK DAN SISTEM PEMERINTAHAN
Kerajaan Sriwijaya memiliki Angkatan Laut yang dikenal kuat dan bertugas untuk menjaga
jalur utama perdagangan dan pelayaran.
Selain itu Kerajaan Sriwjaya juga menganut sistem Kedautan yang Berarti tempat
Berkumpulnya datu – datu. Datu adalah seseorang yang dituakan dan dihormati. Dipilih dari
keturunan penguasa atau keturunan bangsawan. Setiap datu membawahi tiap mandala
(provinsi) dan bertugas mengurus tiap daerahnya. Parvvanda adalah pemimpin semua
hulubalang dan bertanggung-jawab dalam urusan ketentaraan. Golongan selain Datu, yaitu
Senapati (panglima), Nayaka (bendahara), Pratiaya, hajipratiaya (tumenggung),
Dandanayaka (hakim), Golongan besar, yang terdiri dari pegawai kadatuan, jaksa, penghulu,
pedagang, pande besi, juru tulis, tukang cuci dan lain-lain. Kerajaan Sriwijaya juga menjalin
hubungan dengan luar negeri. Kerajaan Sriwijaya Melakukan perluasan wilayah atau
ekspansi wilayah, Raja – Raja Sriwijaya juga menjalin kerja sama dengan bangsa China, Arab,
Persia, India, Siam, Burma, Kamboja, Filipina.

KERUNTUHAN KERAJAAN SRIWIJAYA


Runtuhnya kerajaan Sriwijaya terjadi karena, pertama setelah masa
pemerintahannya Raja Balaputradewa, tidak ada raja lain yang mampu memimpin Sriwijaya
dengan baik. Setelah wafatnya Raja Balaputradewa, Kerajaan Sriwijaya tidak menemukan
lagi sosok raja yang mampu memimpin kerajaan tersebut dengan adil dan juga bijaksana.
Karena ini secara perlahan-lahan menyebabkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap
suatu kepemimpinan atau raja yang saat itu berkuasa, ditambah lagi adanya faktor lain
seperti serangan dari kerajaan lain serta terjadinya suatu pemberontakan yang
menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin terpuruk. Kerajaan Cholamandala menyerang
kerajaan Sriwijaya dan disusul oleh kerajaan Majapahit yang menyebabkan runtuhnya
kerajaan Sriwijaya.

Dimasa kepemimpinan raja Sangrama Wijaya Tunggawarman, kerajaan sriwijaya


mengalamikemunduran karena beberapa faktor. Banyak pedagang internasional
meninggalkan sriwijayakarena tidak lagi dekat dengan pantai akibat pengendapan sungai
musi. Sriwijaya kesulitanmengontrol daerah kekuasaan karena semakin lemahnya
perekonomian. Banyak wilayah yangmelepaskan diri dari pengaruh kerajaan sriwijaya. Hal
ini dibarengi dengan serangan kerajaanCholamandala dari india yang dipimpin Rajendra
Chola 1.
Raja Rajendra: “pengawal, panggilkan perdana menteri”
Pengawal: “baik yang mulia”
Raja Rajendra: “perdana menteri, siapkan pasukan. Kita akan pergi ke nusantara dan
menyerang kerajaan sriwijaya”
Ratu india: “apakah kamu yakin kakanda?”
Raja rajendra: “tentu saja ratuku, aku ingin merebut wilayah perdagangan yang dikuasai
sriwijaya”
Ratu india: “baiklah kakanda, jika tekatmu sudah bulat”
Perdana menteri: “kalau begitu saya undur diri yang mulia untuk mempersiapkanperang”

Pada tahun 1025 Masehi, kerajaan Cholamandala melancarkan serangan ke


kerajaansriwijaya. raja sangrama wijaya tunggawarman ditahan pihak cholamandala.

Prajurit: “salam tuanku, hamba datang membawa kabar buruk”


Raja: “kabar buruk apa lagi yang kau bawa! Bukankah dengan kacaunya daerahkekuasaan
kerajaan kita itu telah menjadi kabar yang sangat buruk?”
Prajurit: “Rajendra datang membawa prajuritnya untuk menyerang kerajaan kitatuanku”
Raja: “Apa! Kenapa mereka bisa melewati daerah kekuasaan kita! Sekarang kaukerahkan
seluruh prajurit untuk melawan!”
Prajurit: “baik tuanku”
(tak lama, para prajurit cholandala masuk ke kerajaan dan menahan raja)
Permaisuri: “baginda, tolong!!”
Prajurit india 1: “ayo ikut kami.. ayo ikut”
Raja: “lepaskan aku!! Permaisuri!!”

Kerajaan cholamandala hanya menginginkan kekuasaan atas wilayah


perdagangan.Terjadi perjanjian antara raja rajendra dan raja sangrama wijaya untuk
menyerahkan wilayah perdagangan dan membebaskan para tawanan. Dan yang terakhir,
serangan dari kerajaanmajapahit menyebabkan runtuhnya kerajaan sriwijaya hingga tinggal
nama dan peninggalannya.
(perang)
- The End-

Anda mungkin juga menyukai