Draft Pa Dantie Claudia
Draft Pa Dantie Claudia
OLEH :
DANTIE CLAUDIA BUTAR BUTAR
1604/BDG/JF/S1/GEO/36290
TAHUN 2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih
dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Project Assignment
dengan judul “Analisis Kestabilan Lereng pada STA 1+070 –
1+150 Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan” sebagai evaluasi akhir
dalam program On the Job Training (OJT) untuk Diklat Prajabatan S1/D3 PT.
PLN (Persero) Angkatan 54 di PLN (Persero) Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan
(PUSENLIS). Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
Penulis
iii
ABSTRAK
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
ABSTRAK....................................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL......................................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II DIAGNOSTIK
2.1. Identifikasi Masalah....................................................................................................8
2.2. Tools Analysis...............................................................................................................10
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..........................................................................................................................28
5.2. Saran......................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................30
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................31
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
25 24
22
20 20 21
15 15 16 1517
13 TARGET
10
10 77 REALIS
5 ASI
5 33 44 5
22
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt
Gambar 1.1. Grafik jumlah produk portofolio BEBT PLN PUSENLIS per
Oktober 2016
2
Jumlah Produk Portofolio
25 22 22 24 24
20 19 20
15 TARGET
10 REALIS
ASI
5
0
2014 2015 2016
Gambar 1.2. Grafik jumlah produk portofolio BEBT PLN PUSENLIS perbulan
Oktober dari tahun 2014 -2016
3
dimana pekerjaan ini dilakukan oleh seluruh bidang di PLN PUSENLIS, dimana
tanggung jawabnya mencakup perbaikan prosedur, penyiapan perangkat kerja
enjiniring, serta penyiapan standard. Pelaksanaan pemeriksaan desain dilakukan
oleh BPPM.
Ruang lingkup bisnis PLN PUSENLIS berupa layanan jasa enjiniring,
meliputi : pra studi kelayakan, studi kelayakan, desain dasar (basic design),
penyusunan dokumen lelang, membantu proses pengadaan, supervisi enjiniring
konstruksi, supervisi enjiniring saat tes dan komisioning, serta enjiniring
pekerjaan pengembangan (development), peningkatan (improvement) serta
perbaikan (rehabilitation).
Adapun pelaksanaan dan urutan proses enjiniring sesuai best practice
dapat dilihat pada Gambar 1.3. dimulai dengan pre-feasibility study, diikuti
dengan feasibility study, engineering design, procurement, construction, testing
dan commisioning, operation dan maintenance, dan tahapan terakhir adalah
design improvement. Pada tahapan konstruksi, dilakukan proses supervisi
enjiniring serta supervisi konstruksi secara paralel.
B C
4
PUSENLIS membantu PLN Pusat/unit lain dalam supervisi enjiniring, sedangkan
pada tahapan supervisi konstruksi PLN PUSENLIS tidak terlibat dalam proses.
Pada tahapan testing dan commisioning serta operation dan maintenance, PLN
PUSENLIS tidak terlibat di dalam proses.
5
Consultants, Ltd. yakni sebanyak 57 titik. Hingga Oktober 2016, ditemukan
adanya beberapa longsoran baru, baik pada lereng atas maupun lereng bawah di
sepanjang Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan. Sampai pertengahan
Oktober 2016, kondisi perkembangan pekerjaan Permanent Access Road hanya
sebesar 70% (dikerjakan kontraktor lama Brantas-Hasta), dan pekerjaan sisanya
sebesar 30% (diproyeksikan akan dikerjakan oleh Daelim-Astaldi-Wika) dari total
rencana pengerjaan yang seharusnya adalah 100%. Pekerjaan remaining work
merupakan sisa dari pekerjaan yang belum terselesaikan, yakni sebesar 30%
dimana dalam remaining work ini mencakup pengerjaan proteksi lereng di
sepanjang Permanent Access Road. Beberapa bentuk proteksi lereng yang telah
dikerjakan di sepanjang access road antara lain penanaman rumput vertiver,
penahan tanah dengan gabion dan stone masonry serta penyemprotan shotcrete.
Dari 57 titik longsoran yang telah diinventarisasi, terdapat 5 buah titik
lokasi yang telah diberi rekomendasi proteksi oleh konsultan, yaitu Sinotech
Engineering Consutants, Ltd. Kelima longsoran ini seluruhnya merupakan
longsoran tanah yang terbentuk pada lereng bawah jalan (down slope).
Berdasarkan kondisi geoteknik lereng dan batuan penyusun lereng yang
ditemukan di sepanjang Permanent Access Road, terdapat pula beberapa titik
stasiun dengan kondisi lereng yang tidak stabil akibat perkembangan struktur
geologi yang intens sehingga dapat berpotensi terjadi longsoran batuan, khususnya
pada daerah Lower Dam. Longsoran pada bagian lereng atas dan bawah
dikhawatirkan dapat menutup badan serta menimbulkan bahaya lain misalnya
berkurangnya lebar jalan sehingga jalan tidak dapat digunakan. Terjadinya
longsoran pada Permanent Access Road berdampak langsung pada efisiensi waktu
pengerjaan, yaitu pengerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan belum dapat
dimulai hingga saat ini dikarenakan jalan yang belum bisa dilewati.
Tujuan dari penelitian Project Assignment ini antara lain: (1) menganalisis
kondisi geologi dan geoteknik lereng pada lokasi longsoran tanah pada stasiun
STA 1+070 – 1+150 dimana lokasi ini merupakan titik prioritas yang termasuk
kedalam 57 lokasi longsoran yang telah teridentifikasi, (2) penentuan faktor
keamanan lereng, serta (3) pengajuan rekomendasi proteksi lereng pada lokasi
6
longsoran di titik STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road PLTA Upper
Cisokan.
Melalui penelitian Project Assignment ini, penulis berharap dapat
berkontribusi dalam mengidentifikasi permasalahan kestabilan lereng dan potensi
terjadinya longsoran, serta upaya pencegahan terjadinya longsoran pada lereng di
sepanjang Permanent Access Road melalui kajian geologi dan geoteknik serta
memberikan rekomendasi proteksi pada lereng yang berpotensi mengalami
longsoran.
7
BAB II
DIAGNOSTIK
8
Gambar 2.1. Lokasi longsoran pada STA 1+070 – 1+150
Dalam hal ini, lokasi unit OJT yaitu PLN PUSENLIS berperan dalam
melakukan kajian dan analisis geologi pada lokasi longsoran untuk membantu
Unit Induk Proyek (UBT) JBT 1 dalam menganalisis permasalahan Permanent
Access Road PLTA Upper Cisokan.
9
2.2. Tools Analysis
10
Identifikasi masalah dalam pengerjaan Project Assignment ini
menggunakan metode Root Cause Problem Solving (RCPS) untuk memperoleh
akar masalah yang akan dijadikan pembahasan. Metode Root Cause Problem
Solving (RCPS) merupakan proses menstrukturkan masalah dari umum ke khusus
sehingga akar permasalahan dapat disederhanakan. Pada tiap akar masalah
kemudian ditentukan solusi atau problem solving yang sesuai. Gambar 2.2.
menjelaskan skema rincian identifikasi akar masalah menggunakan metode RCPS.
Masalah yang diidentifikasi adalah pekerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan
yang belum dapat dimulai. Hal ini disebabkan karena pekerjaan Permanent Access
Road PLTA Upper Cisokan oleh kontraktor yang belum selesai, terdapat bahaya
berupa 57 titik longsoran pada stasiun di sepanjang Permanent Access Road oleh
konsultan Sinotech Engineering Consultants, Ltd, serta sumber material (agregat)
untuk konstruksi yang belum ada. Akan tetapi, permasalahan pekerjaan
Permanent Access Road yang belum selesai oleh kontraktor serta permasalahan
mengenai ketidaktersediaan sumber material untuk konstruksi tidak dibahas dalam
pengerjaan Project Assignment, karena kedua hal ini diluar domain serta
kompetensi penulis. Dari 57 titik longsoran yang diidentifikasi, didominasi oleh
longsoran tanah pada sisi lereng. Penyebabnya antara lain : drainase yang kurang
baik, tidak semua lereng pada lokasi longsoran telah diproteksi, serta penempatan
proteksi lereng di beberapa titik tidak sesuai. Penyebab tidak semua lereng pada
titik longsoran telah diproteksi adalah karena kajian geologi maupun geoteknik
pada lokasi longsoran belum dilakukan secara detail.
11
BAB III
DESIGN (OPPORTUNITY FOR IMPROVEMENT)
12
Tabel 3.1. Pemetaan Skala Prioritas
3
High 1
4
2
5
Medium
Low
13
- Melakukan analisis kestabilan lereng untuk memperoleh faktor
keamanan lereng.
- Melakukan simulasi jenis reinforcement lereng yang sesuai.
3.3. Workplan
Workplan merupakan rencana kerja yang dibuat sebagai acuan dalam
melaksanakan proses kerja sehingga waktu penyelesaian pekerjaan diharapkan
sesuai target yang telah ditentukan. Workplan juga digunakan untuk mengetahui
tahapan-tahapan penyelesaian target yang belum dikerjakan, durasi penyelesaian
pekerjaan, serta status pekerjaan yang sedang berjalan. Workplan untuk pengerjaan
Project Assigment digambarkan pada Tabel 3.2.
14
WORKPLAN SISWA OJT S1/D3 ANGKATAN 54
Activity PIC Output Okt-16 Nov-16
W2
W3
W4
W5
W1
W2
W3
W4
Orientasi awal dan Dantie, Bambang
Orientasi survei longsoran
Part 1 lapangan dan Desk study laporan Dantie , Nugraha Overlay peta geologi
(10 Hari) overview kontraktor regional dan PAR
Dantie
struktur geologi
Dokumentasi Dantie, Sofan
longsoran
Simulasi kestabilan Dantie
lereng Nilai faktor keamanan
Part 3 Pengolahan data Analisis kestabilan Dantie lereng, rincian biaya
(6 Hari) lereng dan jenis proteksi berupa gabion dan
Analisis estimasi biaya Dantie geotextile
proteksi lereng
Part 4 Penulisan BAB I-II Dantie, Hanung BAB I-II
Penulisan laporan
(11 Hari) Penulisan BAB III-V Dantie, Hanung BAB III-V
Part 5 Mentoring Koreksi laporan Project Dantie, Hanung Laporan Project Assignment
(3 Hari) Assignment yang telah direvisi
BAB IV
DELIVERY (ACTION FOR IMPROVEMENT)
16
Mulai
Selesai
17
PROJECT ASSIGNMENT TRACKING SISWA OJT S1/D3 ANGKATAN 54
Activity PIC Output Okt-16 Nov-16
Status
W3
W4
W2
W3
W4
W5
W1
W2
Orientasi awal dan survei longsoran Dantie, Bambang
Orientasi lapangan Actual
Part 1 Overlay peta geologi regional dan
dan overview Desk study laporan kontraktor Dantie , Nugraha
(10 Hari) PAR Actual
permasalahan
Pembuatan overlay peta geologi dan PAR Dantie, Nugraha
Actual
Plot koordinat lokasi Dantie, Nugraha
Actual
Dokumentasi longsoran Dantie, Sofan
Actual
Simulasi kestabilan lereng Dantie
Nilai faktor keamanan lereng, Actual
Part 3
Pengolahan data Analisis kestabilan lereng dan jenis reinforcement Dantie rincian biaya proteksi berupa
(6 Hari) Actual
gabion dan geotextile
Analisis estimasi biaya proteksi lereng Dantie
Actual
Part 4 Penulisan BAB I-II Dantie, Hanung BAB I-II
Penulisan laporan Actual
(11 Hari) Penulisan BAB III-V Dantie, Hanung BAB III-V
Actual
Part 5 Mentoring Koreksi laporan Project Assignment Dantie, Hanung Laporan Project Assignment yang
(3 Hari) telah direvisi Actual
Keterangan :
Aktivitas sesuai jadwal
Langkah di dalam aktivitas proyek
Deadline aktivitas proyek tidak tercapai
Aktivitas belum dimulai
Aktivitas proyek selesai
4.2. Pembahasan (Saving, Gain, dan Benefit)
Dalam pengerjaan Project Assignment ini, pengerjaan dilakukan dengan
tujuan menganalisis kestabilan lereng untuk memperoleh nilai faktor keamanan
lereng serta menentukan jenis perkuatan (reinforcement) lereng yang sesuai.
Longsoran yang terjadi pada titik STA 1+070 – 1+150 merupakan longsor
rotasional (Gambar 4.2.), dimana tipe material merupakan tanah lapuk (regolith)
dan tipe gerakan berupa nendatan tanah (earth slump). Bidang gelincir longsoran
diasumsikan sebagai bidang circular. Pada longsoran di lapangan, teridentifikasi
19
bidang gelincir yang merupakan batas antara massa yang bergerak dan yang diam
dengan kedalaman batas tersebut dari permukaan tanah dangkal (1,5 – 5 m).
Tujuan pengamatan kondisi lereng pada STA 1+070 – 1+150 selain untuk
mengetahui tipe longsoran yang terjadi pada stasiun longsor (Gambar 4.3.) juga
dilakukan untuk mengetahui geometri aktual lereng, geometri longsoran serta
jenis lapisan tanah penyusun lereng.
20
Gambar 4.4. Proteksi lereng berupa gabion pada lokasi longsoran
21
Longsoran terjadi secara alamiah, karena faktor eksternal dan internal
lereng. Faktor eksternal yaitu curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang,
sehingga retakan-retakan yang telah terbentuk akan terisi air, kemudian air masuk
ke pori-pori tanah sehingga akan menimbulkan pergeseran pada massa tanah. Air
yang masuk ke pori-pori tanah menurunkan kohesi (c) dan sudut geser dalam (ɸ)
lereng akibat peningkatan kadar air tanah, sehingga gaya tarik-menarik antar butir
tanah melemah dan material mengalami pergerakan. Selain itu, beban di atas
lereng meningkatkan gaya pendorong yang menyebabkan terjadinya gerakan
tanah.
22
pori. Sedangkan sifat mekanik yang mempengaruhi kestabilan suatu lereng adalah
kohesi (c), sudut geser dalam (ɸ), dan berat isi (γ). Dalam simulasi yang dilakukan,
kondisi lereng ditambahkan parameter road surcharge load berupa beban jalan
2
sebesar 20 kN/m (laporan Engineer’s Instruction Sinotech, 2016).
Pada prinsipnya, pada suatu lereng berlaku dua macam gaya, yaitu
gaya yang membuat massa tanah bergerak (driving force) dan gaya yang menahan
massa tanah (resisting force). Suatu lereng akan longsor apabila gaya penggeraknya
lebih besar dari gaya penahannya. Faktor keamanan (Factor of Safety) merupakan
rasio gaya penahannya (resisting force) dengan gaya yang bekerja di sepanjang
lereng (driving force), sehingga apabila nilai gaya penahan lebih besar dari nilai
tegangan yang bekerja pada lereng, maka lereng dapat dikatakan stabil. Sebaliknya,
jika nilai gaya penahan lebih kecil dari nilai tegangan yang bekerja pada lereng,
maka lereng dapat dikatakan tidak stabil atau terjadi longsor.
23
Sinotech (2016) dan dari referensi lainnya yang berkaitan dengan analisis
kestabilan lereng.
Nilai faktor keamanan yang digunakan penulis dalam pengerjaan
Project Assignment adalah faktor keamanan minimum kestabilan lereng untuk
risiko menengah dan parameter minimum, yaitu terdapat konsekuensi terhadap
manusia tetapi sedikit (bukan pemukiman), dan atau bangunan yang tidak begitu
penting dan kondisi beban dengan gempa yaitu sebesar 1,20 (Tabel 4.2.). Oleh
karena itu, digunakan nilai threshold faktor keamanan sebesar 1,20.
Maksimum Minimum
Teliti Kurang Teliti Teliti Kurang Teliti
Tinggi Dengan gempa 1.50 1.75 1.35 1.50
Tanpa gempa 1.80 2.00 1.60 1.80
Menengah Dengan gempa 1.30 1.60 1.20 1.40
Tanpa gempa 1.50 1.80 1.35 1.50
Rendah Dengan gempa 1.10 1.25 1.00 1.10
Tanpa gempa 1.25 1.40 1.10 1.20
24
dilihat pada Lampiran 2, sedangkan tabulasi perbandingan nilai Factor of Safety
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
25
maka lereng akan paling stabil (nilai faktor keamanan tertinggi) jika diberi
reinforcement (perkuatan) berturut-turut berupa geosynthetic dan pile.
Faktor lain dalam penentuan jenis proteksi lereng adalah kemudahan
pemasangan atau instalasi. Pemasangan pile mencakup proses yang cukup lama,
mencakup pengeboran, pembersihan lubang bor dari lumpur, pemasangan besi
beton dan pipa tremi untuk pengecoran, serta pengecoran bore pile ke dalam lubang
bor untuk pengerjaan satu bore pile saja. Dalam pengerjaan pemasangan bore pile
ini, diperlukan waktu tambahan untuk mobilisasi alat bore pile, selain itu
dipengaruhi oleh kelancaran droping material serta kesiapan pembuangan limbah
hasil pengeboran. Untuk tiap interval yang diinginkan, pengeboran dilakukan
berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan, sehingga cukup memakan
waktu. Selain itu, sebelum dilakukan pemasangan pile, harus dilakukan proses
penyondiran dulu untuk menganalisis daya dukung tanah. Sedangkan proteksi
lereng dengan geosynthetic memerlukan proses ekskavasi, pemadatan tanah, dan
pemasangan geosynthetic, dimana geosynthetic ini pemasangannya relatif tidak
rumit. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan efisiensi waktu pengerjaan,
pemasangan proteksi berupa geosynthetic diperkirakan akan lebih menghemat
waktu. Pertimbangan lainnya adalah biaya pemasangan proteksi berupa pile akan
lebih mahal dibandingkan dengan geosynthetic (Lampiran 3).
Berdasarkan pertimbangan diatas, penulis menyarankan sebaiknya
pada lereng longsoran diberi perkuatan berupa geosynthetic. Geosynthetic yang
digunakan sebaiknya geotextile polyester (PET), mengingat geotextile PET tahan
terhadap beban tarikan (tensile load) yang tinggi yaitu mencapai 1000 kN/m untuk
kuat uniaksial dan mencapai 300 kN/m x 300 kN/m untuk kuat biaksial.
26
4.2.4. Saving, Gain, dan Benefit
Salah satu tujuan pengerjaan dan analisis kestabilan lereng adalah
untuk merancang suatu lereng yang optimal dan memenuhi kriteria keamanan dan
kelayakan ekonomis. Melalui simulasi untuk penentuan faktor keamanan lereng
yang telah dilakukan, diharapkan penentuan jenis proteksi atau penanganan pada
lereng dapat memberikan nilai ekonomis untuk perusahaan berupa penghematan
atau efisiensi biaya penanganan lereng. Berdasarkan ajuan rekomendasi proteksi
dan penanganan lereng dengan menggunakan gabion oleh konsultan (Cost
Proposal Sinotech/Lampiran 3), maka diperlukan biaya yang sangat besar untuk
menggunakan proteksi lereng jika menggunakan gabion. Penyelesaian masalah
longsoran tanah pada Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan STA 1+070
– 1+150 apabila menggunakan perkuatan (reinforcement) berupa geosynthetic
akan menghemat pengeluaran atau memberikan saving sebesar Rp
388.316.401,76. Rincian mengenai perbandingan biaya yang dikeluarkan apabila
menggunakan perkuatan atau reinforcement lereng berupa gabion dan
geosynthetic dapat dilihat pada Lampiran 3. Dengan adanya pekerjaan proteksi
lereng, khususnya pada titik prioritas longsoran di sepanjang Permanent Access
Road, benefit yang diperoleh adalah berupa potensi segera dimulainya pekerjaan
konstruksi PLTA Upper Cisokan oleh kontraktor.
27
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengerjaan analisis kondisi geologi dan geoteknik lereng,
penentuan faktor keamanan lereng, serta penentuan jenis reinforcement yang
sesuai pada lereng longsoran di STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road
PLTA Upper Cisokan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Longsoran tanah terjadi akibat faktor eksternal dan internal, antara lain curah
hujan yang tinggi serta beban di atas lereng yang meningkatkan gaya
pendorong, serta jenis material tanah yang bersifat lepas dan tidak padat.
2. Berdasarkan simulasi kestabilan lereng, diperoleh faktor keamanan sebesar
0,9 (lereng tidak aman) tanpa menggunakan perkuatan (reinforcement).
Apabila dipasang perkuatan berupa pile, diperoleh faktor keamanan sebesar
1,226 (lereng aman), perkuatan berupa ground anchor pada lereng
menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,145 (lereng tidak aman). sedangkan
perkuatan berupa geosynthetic yang dipasang pada lereng menghasilkan
faktor keamanan sebesar 1,257 (lereng aman).
3. Berdasarkan hasil simulasi kestabilan lereng dan pertimbangan efisiensi
waktu pemasangan proteksi serta biaya, perkuatan (reinforcement) yang
paling sesuai adalah berupa geosynthetic, yaitu dengan faktor keamanan
sebesar 1,257.
4. Penggunaan perkuatan lereng berupa geosynthetic dapat menghemat
pengeluaran atau memberikan saving sebesar Rp 388.316.401,76. Selain itu,
dengan adanya pekerjaan proteksi lereng khususnya pada titik prioritas
longsoran di sepanjang Permanent Access Road, benefit yang diperoleh
adalah berupa potensi segera dimulainya pekerjaan konstruksi PLTA Upper
Cisokan oleh kontraktor.
5.2. Saran
Di dalam pengerjaan Project Assigment ini, penulis menyadari adanya
kekurangan baik dari sisi teknis pengerjaan dari pengolahan data, sintesa, dan
28
analisis. Beberapa saran atau perbaikan yang dapat dilakukan yang berkaitan
dengan penanganan lereng longsoran pada Permanent Access Road PLTA Upper
Cisokan, antara lain :
1. Melakukan investigasi tambahan dan uji laboratorium untuk mendapatkan
nilai parameter fisik maupun mekanik tanah di lokasi longsoran, sehingga
analisis lebih akurat.
2. Melakukan kajian dan analisis geologi dan geoteknik lereng yang lebih
terperinci, mengingat data parameter lapangan sangat diperlukan untuk
analisis sehingga proteksinya lebih optimal.
29
DAFTAR PUSTAKA
Sumber internet :
http://www.atcfa.net/SoilCompactionTrials2007, diakses tanggal 24 November
2016.
http://www.geoace.com/e/acetex-nt-1.htm, diakses tanggal 12 November 2016.
http://www.geoace.com/e/acetex-pet.htm, diakses tanggal 12 November 2016.
http://www.idahogeology.org/, diakses tanggal 15 November 2016.
LAMPIRAN 1
DIAGRAM ALIR PENGERJAAN SIMULASI KESTABILAN LERENG
Dimensi dan
sudut lereng Nilai surcharge
load
Pembuatan geometri
lereng Menggambar surcharge
load
Ketebalan soil,
c, ɸ, γ Nilai vertical
point load
Pembuatan piezometric
line
Menampilkan safety
map
dari hasil analisa
Data slip surface
Selesai
LAMPIRAN 2
Keterangan :
Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb.
2
Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m dan vertical point load
sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 3 buah pile, dengan pile spacing = 2 m.
C. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA GROUND ANCHORS
Keterangan :
Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb.
2
Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m dan vertical point load
sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 3 buah anchor dengan anchor spacing = 2, tensile
capacity = 2.000 kN.
D. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA GEOSYNTHETIC
Keterangan :
Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb.
2
Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m dan vertical point load
sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 5 buah geosynthetic, dengan tensile capacity = 450
kN.
LAMPIRAN 3
RINCIAN ANGGARAN PADA JENIS PROTEKSI BERUPA GABION (A), PET
WOVEN GEOTEXTILE (B), DAN PILE (C)
3
2 Rebar case m 63,00 1.326.774,70 83.586.805,90 83.586.805,90
3
3 Concrete m 63,00 535.455,07 33.733.669,12 33.733.669,12
pouring
4 Piling m 12,00 7.115.354,89 85.384.258,70 85.384.258,70
process
construction
5 Bore piles m 12 16.834.498,20 202.013.978,40 606.041.935,20