Anda di halaman 1dari 8

5.

1 Analisis Pengendalian Internal

5.1.1 Definisi Pengendalian Internal


Menurut Tuanakotta (2015) pengertian pengendalian internal adalah sebagai
berikut :

“Pengendalain internal merupakan bagian dari TCWG (TCWG adalah suatu


petinggi perusahaan yang mempunyai otoritas dalam bidang pengawasan tertinggi),
manajemen dan karyawan lain untuk menangani risiko bisnis dan risiko kecurangan
yang mengancam pencapaian tujuan entitas, seperti pelaporan keuangan yang
andal.” Sedangkan ISA dalam Tuanakotta (2015) menjelaskan pengendalian internal
adalah: “ Proses yang dirancang, diimplementasi, dan dipelihara oleh TCWG,
manajemen dan karyawan lain untuk memberikan asurans yang memadai tentang
tercapainya tujuan entitas mengenai kendala pelaporan keuangan, efektif, dan
efesiennya operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang–
undangan.”

IAPI dalam Agoes (2012:100) mendefinisikan pengendalian internal sebagai


suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain
entitas-yang di desain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut : (a) kendala pelaporan keuangan, (b)
efektifitas dan efesiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku.

Berdasarkan definisi di atas dapat di simpulkan bahwa pengendalian internal


merupakan kebijakan dan prosedur yang dijalankan oleh TCWG, mamanjemen dan
karyawana dalam suatu perusahaan untuk memberikan kepastian yang layak tentang
tercapainya tujuan entitas mengenai kendala pelaporan keuangan, efektif, dan
efesiennya operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang–
undangan.

5.1.2 Tujuan Pengendalian Internal


Pengendalian internal merupakan jawaban manajemen untuk menangkal
risiko yang diketahui, atau dengan kata lain, untuk mencapai suatu tujuan
pengendalian (control objective) (Tuanakotta, 2015).
Menurut Arens et al., (2008) tujuan manajemen dalam merancang sistem
pengendalian internal yang efektif :

a. Reliabilitas pelaporan keuangan. Tujuan pengendalian internal yang efektif


atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan
keuangan tersebut.
b. Efisiensi dan efektifitas operasi. Tujuan yang penting dari pengendalian ini
adalah memperoleh infromasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat
tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan
c. Ketaatan pada hukum dan peraturan. Section 404 mengharuskan semua
perusahaan publik mengeluarkan laporan tentang keefetifan pelaksanaan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Organisasi-organisasi
publik, nonpublik, dan nirlaba wajib mentaati berbagai hukum dan peraturan.
Sedangkan menurut Tuanakotta (2015) tujuan pengendalian internal sendiri
secara garis besarnya dapat dibagi dalam empat kelompok sebagi berikut :

1. Tujuan stategis, dengan sasaran-sasaran utama yang mendukung misi entitas.


2. Tujuan pelaporan keuangan, agar laporan keuangan bebas dari salah saji
material tepat waktu dan tepat guna.
3. Tujuan operasional, dimana pengendalian mengamankan operasi enitas,
yang dikenal sebagai operasional controls.
4. Tujuan kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan.

5.1.3 Komponen Pengendalian Internal


Menurut Agoes (2012:100) pengendalian intern terdiri atas lima komponen
yang saling terkait yakini :

1. Lingkungan pengendalian
Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian
orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua
komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan stuktur. Lingkungan
pengendalian mencakup hal-hal berikut :
a. Integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. Pastisipasi dewan komisaris atau komite audit
d. Sturuktur organisasi
e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
2. Penaksiran risiko
Indentifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai
tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus
dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi
b. Personel baru
c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d. Teknologi baru
e. Lini produk, produk, atau aktivitas baru
f. Restrukturisasi korporasi
g. Operasi luar negeri
h. Standar akuntansi baru.
3. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen
dilaksanakan. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan
audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan
hal-hal berikut :
a. Review terhadap kinerja
b. Pengolahan infromasi
c. Pengendalian phisik
d. Pemisahan tugas

4. Informasi dan komunikasi


Pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran infromasi dalam suatu bentuk
dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
a. Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan
keuangan
b. Bagaimana transaksi tersebut dimulai.
c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam pelaporan
keuangan yang tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.
d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai
dengan dimasukan ke dalam laporan keuangan, termaksut alat elektronik
yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara, mengakses
informasi.
5. Pemantauan
Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu.

Sedangkan menurut Tuanakotta (2015:95) pengendalian internal memiliki


lima komponen seperti pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 5.1 lima komponen pengendalian internal

Sumber : Tuanakotta (2015)

1. Control Environment (Lingkungan Pengendalian)


Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi pengendalian internal yang
efektif. Karna memberikan disiplin, struktur dan arahan bagi entintas serta
membuat karyawan sadar akan pengendalian (control consciousness) dalam
organisasi itu. Lingkungan pengendalian berurusan dengan fungsi
pengelolaa dan pengawasan di tingkat tertinggi dalam suatu entitas dan
mengatur sikap, perilaku, kesadaran berpengendalian, serta tindakan
manajemen dan TCWG mengenai pengendalian internal entitas tersebut.
Proses lingkungan pengendalian pada entitas yang bersangkutan pada
umumnya berurusan dengan hal-hal berikut :
a. Gaya Kepemimpinan
b. Struktur Organisasi
c. Pembagian tugas dan tanggung jawab
d. Kebijakan dan praktik HRD

2. Risk Assessment (Penilaian Risiko)


Entitas menilai risiko dari sudut pandang ancaman terhadap pencapaian
tujuan entitas; diantaranya, ialah menghasilkan laporan keuangan yang bebas
dari salah saji yang material. Untuk itulah entitas wajib merancang,
mengimplementasikan, memelihara pengendalian internal. Proses penilaian
risiko pada entitas yang bersangkutan pada umumnya berurusan dengan hal-
hal berikut :
a. Perubahan dalam lingkungan operasi entitas.
b. Penjabat atau karyawan senior yang bergabung dengan entitas.
c. Sistem (misalnya sistem informasi) yang baru atau yang mengalami
perubahan besar-besaran.
d. Pertumbuhan yang cepat.
e. Teknologi baru.
f. Model bisnis, produk, atau kegiatan baru.
g. Restrukrisasi korporasi.
h. Perluasan kegiatan di luar negeri.
i. Terbitnya pertanyaan akuntansi (accounting pronouncements) yang
baru.
3. Information System (Sistem Informasi)
Sistem informasi adalah komponen ketiga dari pengendalian internal.
Manajemen dan TCWG memerlukan informasi yang andal untuk :
a. Mengelola entitas, seperti perencanaan (planning), penganggaran
(budgeting), pemantauan kinerja (monitoring performance),
pengalokasian sumber daya (allocating resources), penetapan harga
(pricing), dan pembuatan laporan keuangan.
b. Mencapai tujuan entitas; dan
c. Mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi faktor risiko.
Maka dari itu diperlukan informasi yang tepat. Informasi seperti itu harus
diidentifikasi, direkam, dan dikomunikasikan atau disebarkan secara tepat
waktu kepada karyawan di segala tingkat, yang memerlukanya untuk
membuat keputusan. Suatu sistem informasi meliputi infrastruktur
(komponen fisik dan perangkat keras), perangkat lunak, manusia, prosedur,
dan data. Sistem informasi mengidentifikasi, merekam, dan menyebarkan
informasi untuk mendukung tercapainya tujuan pelaporan keuangan dan
tujuan pengendalian internal.

4. Control Activities (Kegiatan Pengendalian)


Kegiatan-kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
memastikan bahwa petunjuk dan arahan mananjemen (management’s
directives) dilaksanakan. Kegiatan pengendalian ini dirancang untuk
menanggulangi risiko yang bisa terjadi dalam kegiatan sehari-hari seperti
pengolahan transaksi (penjualan, pembelian, pembayaran, dan transaksi
lainya), dan pengamanan aset (safeguarding of assets). Umumnya aktivitas
pengendalian yang relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal-hal berikut :
a. Pemisahan Tugas
b. Otorisasi
c. Rekonsiliasi
d. Aplikasi IT

5. Monitoring (Pemantauan)
Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai kegiatan utama yang
digunakan entitas untuk memantau pengendalian internal atas pelaporan
keuangan, termasuk kegiatan pengendalian yang relevan dengan audit, dan
bagaimana entitas mengambil tindakan perbaikan terhadap kekurangan atau
kelemahan pengendalian.
Komponen pemantauan, menilai efektifnya kinerja pengendalian internal
dengan berjalanya waktu. Tujuannya ialah untuk memastikan bahwa
pengendalian berjalan sebagaimana harusnya, dan jika tidak, maka tindakan
perbaikan (corrective actions) diambil. Pemantauan memberikan umpan
balik kepada manajemen mengenai apakah sistem pengendalian internal
yang dirancang untuk mengatasi risiko :
a. Efektifitas dalam mencapai tujuan pengedalian yang ditetapkan
b. Dilaksanakan dan dipahami dengan baik oleh karyawan
c. Digunakan dan ditaati setiap hari
d. Dimodifikasi atau disempurnakan sesuai dengan perubahan kondisi

5.1.4 Keterbatasan Pengendalian Internal


Menurut Agoes (2012) tentang keterbatasan pengendalian internal, yaitu sebagai :
“Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian intern
hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris
berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan
pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam
pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia
dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian intern dapat
rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau
kesalahan yang sifatnya sederhana. Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif
karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen
mengesampingkan pengendalian intern.”

Faktor lain yang membatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian


intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian
tersebut. Meskipun hubungan manfaat biaya merupakan kriteria utama yang harus
dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian intern, pengukuran secara tepat
biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. oleh karena itu, manajemen
melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai
biaya manfaat tersebut.
Sumber :

e-jurnal repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/9086 (di


akses pada 17 maret 2019)

Anda mungkin juga menyukai