Makalah Perpindahan Panas Konduksi
Makalah Perpindahan Panas Konduksi
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah berjudul “PERPINDAHAN PANAS SECARA KONDUKSI” ini. Salawat
dan salam juga penyusun persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat serta pengikutnya sampai akhir zaman. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah di masa datang. Akhir kata
penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna baik bagi penyusun
maupun bagi pembaca,
Amin.
Penyusun
1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Hampir tidak mungkin menguraikan gejala fisik secara tepat, dan untuk
merumuskan suatu soal dalam bentuk persamaan yang dapat diselesaikan kita perlu
mengadakan beberapa pengira-iraan (approximation).
Dalam perhitungan rangkaian listrik, biasanya diasumsikan bahwa nilai tahanan,
kapasitansi, dan induktansi tidak tergantung pada arus yang mengalir melaluinya. Asumsi
ini menyederhanakan analisanya, tetapi dalam hal-hal tertentu dapat sangat membatasi
ketelitian hasilnya.
Saat menafsirkan hasil ahir suatu analisa, kita perlu mengingat asumsi, idealisasi
dan pengira-iraan yang telah kita buat selama mengadakan analisa tersebut. Kadang-
kadang kita perlu mengadakan pengira-iraan keteknikan dalam penyelesaian suatu soal,
karena tidak memadainya keterangan tentang sifat-sifat fisik. Sebagai contoh, dalam
merancang bagian-bagian mesin untuk pengoperasian pada suhu tinggi mungkin kita
perlu memakai batas proporsional (propoyional limit) atau kuat-lelah (fatigue strength)
bahannya dari data suhu rendah. Guna menjamin pengoperasian yang memuaskan dari
bagian mesin ini, perancang harus menerapkan faktor keamanan (safety factor) pada hasil
yang diperoleh dari analisanya. Pengira-iraan semacam itu perlu pula dalam soal-soal
perpindahan panas. Sifat-sifat fisik seperti konduktivitas termal atau viskositas berubah
dengan suhu, tetapi jika dipilih suatu harga rata-rata yang tepat , maka penyelesaian soal
dapat sangat disederhanakan tanpa memasukan kesalahan yang cukup besar dalam hasil
ahirnya.
Jika panas berpindah dari suatu fluida ke dinding , seperti misalnya didalam ketel,
maka kerak terbentuk pada pengoperasian yang terus menerus dan akan mengurangi laju
aliran panas. Untuk menjamin pengoprasian yang memuaskan dalam jangka waktu yang
lama, maka harus ditrapkan faktor keamanan untuk mengatasi kemungkinan ini. Dalam
perpindahan panas ada tiga jenis perpindahan panas yaitu perpindahan panas dengan cara
konduksi, konveksi, dan radiasi.
1.2 Tujuan
Memahami jenis-jenis perpindahan panas dan aplikasi perpindahan panas dibidang teknik
kimia.
4
1.3 Manfaat
5
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
6
tersebut melepaskan kalor sensibel maka akan mengalami penurunan temperatur. Yang
kedua adalah terjadi perubahan fase zat. Kalor jenis ini disebut dengan kalor laten (latent
heat). Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya akan terjadi
perubahan temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan
jenuh dan menyebabkan perubahan fase. Kalor yang demikian itu disebut sebagai kalor
laten. Pada suatu zat terdapat dua macam kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau
kalor laten penguapan (pengembunan). Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari
kalor sensibelnya, hal ini karena diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu
zat (MC Cabe, 1985).
Suhu adalah ukuran rata - rata energi kinetik partikel dalam suatu benda. Kalor
yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara, yaitu untuk merubah
wujud benda dan untuk menaikkan suhu benda itu. Besar kalor yang diberikan pada
sebuah benda yang digunakan untuk menaikkan suhu tergantung pada :
1. kalor jenis benda
2. perbedaan suhu kedua benda
3. massa benda
(Rudiwarman, 2011).
7
2.2 Konduktivitas thermal
Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas termal.Pada umumnya konduktivitas termal itu sangat tergantung pada
suhu.Konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat bahan itu dapat menghantarkan
panas konduksi. Pada umumnya nilai (k) dianggap tetap, namun sebenarnya nilai k
dipengaruhi oleh suhu (T) (Anonim 1, 2014).
Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada 0 oC.
Konduktivitas Termal Bahan W/m.°C Btu/h . ft . ºF
(K)
Perak ( murni ) 410 237
Tembaga ( murni ) 385 223
Aluminium ( murni ) 202 117
Nikel ( murni ) 93 54
Besi ( murni ) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal (murni) 35 20,3
Baja karbon-nikel 16,3 9,4
Kuarsa ( sejajar sumbu ) 41,6 24
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08-2,94 1,2-1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu maple atau ek 0,17 0,096
Serbuk gergaji 0,059 0,034
Wol kaca 0,038 0,022
Air-raksa 8,21 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,085
Freon 12, 22FCCI 0,073 0,042
8
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,0119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
Konduktivitas termal merupakan suatubesaran intensifbahan yang menunjukkan
kemampuan untuk menghantarkan panas (Anonim 2, 2014).Konduktivitas termal adalah
suatu fenomena transport dimanaperbedaan temperatur menyebabkan transfer energi
termal dari satudaerah benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang
lebihrendah.Konduktivitas termal dari material adalah laju perpindahan panas dengan
konduksi per satuan panjang per derajat Celcius.Hal ini dinyatakan dalam satuan
W/m°C.Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:
Keterangan:
H : Panas
k : Konduktivitas termal
T : Perbedaan suhu
x : Perbedaan panjang/ jarak
A : Luas permukaan
2.4 Perpindahan panas konduksi dan difusi energy akibat aktivitas molekul
Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan sempurna
(logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya
bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis logam dan salah satu ujungnya
diulurkan ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari
ujung yang panas ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima
energi kalor dari api, energi ini akan memindahkan sebahagian energi kepada molekul
dan elektron yang membangun bahan tersebut. Moleku1 dan elektron merupakan alat
pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses perpindahan kalor konduksi. Dengan
demikian dalam proses pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan
memainkan peranan penting .
10
Persoalan yang patut diajukan pada pengamatan ini ialah mengapa kadar alir
energi kalor adalah berbeda. Hal ini disebabkan karena susunan molekul dan juga atom di
dalam setiap bahan adalah berbeda.
Untuk satu bahan berfasa padat molekulnya tersusun rapat, berbeda dengan satu
bahan berfasa gas seperti udara. Molekul udara adalalah renggang seka1i. Tetapi
dibandingkan dengan bahan padat seperti kayu, dan besi , maka molekul besi adalah lebih
rapat susunannya daripada molekul kayu. Bahan kayu terdiri dari gabungan bahan kimia
seperti karbon, uap air, dan udara yang terperangkat. Besi adalah besi. Kalaupun ada
bahan asing, bahan kimia unsur besi adalah lebih banyak.
11
k = konstanta proporsionalitas (tetapan kesebandingan)(W/m.°C)
(Tim Penyusun,2014).
Konduksi pada kondisi distribusi suhu konstan disebut konduksi keadaan stedi
(steady-state conduction). Pada keadaan stedi, T hanya merupakan fungsi posisi saja
dan laju aliran kalor pada setiap titik pada dinding itu konstan. Untuk aliran stedi satu
dimensi, persamaan (1) dapat dituliskan :
q 𝑑T
= −k (2)
A 𝑑n
Konstanta proporsionalitas k di atas adalah suatu sifat fisika bahan yang disebut
konduktivitas termal (Tim Penyusun,2014).
X1 X2
T2
12
Oleh karena hanya x dan T yang merupakan variabel dalam Pers. (3), integrasi
langsung akan menghasilkan :
q T1−T2 ∆T
=k = (4)
A x2−x1 ∆x
Dimana ∆T = beda suhu melintas lempeng
∆x = tebal lempeng
(Tim Penyusun,2014).
Bila konduktivitas termal k berubah secara linier dengan suhu, maka k diganti
dengan nilai rata-rata k̅. Nilai k̅ dapat dihitung dengan mencari rata-rata aritmetik dari k
pada kedua suhu permukaan, T1 dan T2, atau dengan menghitung rata-rata aritmetik suhu
dan menggunakan nilai k pada suhu itu.
Persamaan (4) dapat dituliskan dalam bentuk :
∆T
q= (5)
R
dimana R adalah tahanan termal zat padat antara titik 1 dan titik 2 .
TI
TO
xa xb xc
13
Karena dalam aliran kalor stedi semua kalor yang melalui tahanan pertama harus
seluruhnya melalui tahanan kedua pula, dan lalu tahanan ketiga, maka qa, qb dan qc
tentulah sama, dan ketiganya dapat ditandai dengan q.
q ka ∆Ta kb ∆Tb kc ∆Tc
= = = (6)
A ∆xa ∆xb ∆xc
Selanjutnya,
q x x x
(T1 − T8 ) = (∆Ta + ∆Tb + ∆Tc ) = ( a + b + c ) (7)
A k k k a b c
atau
q
= U(TI − TO ) (8)
A
dimana
1 xa xb x
=( + + c) = R (9)
U ka kb k c
14
mana bagian dalam dan bagian luarnya dibuat mengkilap. Bagian dalam kaca dibuat
mengkilap agar kalor dari air panas tidak terserap pada dinding. Sementara bagian luar
dinding kaca dibuat mengkilap berlapis perak agar tidak terjadi perpindahan kalor secara
radiasi. Ruang hampa di antara bagian dalam dan luar berfungsi untuk mencegah
perpindahan kalor secara konveksi. Tutup thermos terbuat dari bahan isolator, seperti
gabus, untuk mencegah terjadinya perpindahan kalor secara konduksi. Dengan demikian
air di dalam thermos tetap panas.
15
Distribusi temperatur yang telah diperoleh selanjutnya dapat digunakan untuk
menghitung distribusi bilangan Nusselt sepanjang arah aliran udara. Sebagai hasilnya,
diperoleh distribusi bilangan Nusselt yang berubah secara asimtotik menuju harga yang
bervariasi di sekitar 7,534 - 7,542. Hasil ini cukup dekat dengan data yang terdapat di
dalam referensi (Ozisik, Iieul Iiwi /erj) di mana bilangan Nusselt berubah secara
asimtotik menuju harga 7,541.
Aplikasi CFD Dalam Kehidupan Computational Fluid Dynamics atau CFD adalah
analisis sistem yang melibatkan aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena-
fenomena terkait seperti reaksi kimia dengan cara simulasi berbasis komputer.
APLIKASI CFD
16
Di bidang proses industry : design dan analisa pipa pada industry oil &
gas, analisa blade pompa, proses terjadinya kavitasi pada pompa maupun pipa,
Heat Exchanger., water mixer, milk heater, etc
Powerplant : simulasi keadaan yang terjadi selama proses generasi -Di bidang
listrik berlangsung, yang umumnya terjadi pada boiler(PLTU), sehingga dapat
mengetahui erosi partikel, korosi, perpindahan panas terutama didalam tube
(pipa), particle drying (pengeringan partikel), ignition (pengapian), dan burnout
dynamics (pergerakan api pembakaran). mengetahui karakteristik api,
karakteristik turbin, keadaan didalam boiler, pipa, efisiensi optimal cooling tower,
optimasi waste (PLTG)
Di bidang kesehatan : simulasi aliran darah dalam pembuluh darah arteri dan vena
, menjelaskan efek pernapasan dari partikael-partikel berukuran berbeda dalam
tubuh manusia , kontaminasi udara, air, atau fluida lainnya.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat.
Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses
pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami sadar bahwa kami masih membutuhkan
masukan atupun koreksi dikarenakan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sebab
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata.
18
DAFTAR PUSTAKA
Incropera, F.P., dan Dewitt, D.P., Fundamental of Heat and Mass Transfer, John Wiley & Sons,
2002.
Kern, D.Q., Process Heat Transfer, Mc Graw Hill, New York, 1950.
MC. Cabe, W.L, Smith, JC, Harriot, P. 1985. Unit Operation of Chemical Enginering 4th ed.
New York : Mc.Graw-Hill.
Sumber internet :
19
CONTOH SOAL
1. Sebatang tembaga murni dengan panjang 100 cm dipanaskan hingga mencapai temperatur
300OC. Bila lebar tembaga 100 cm dan tebalnya 1 cm, tentukan panas yang berpindah bila
temperatur sekelilingnya 50Oc dengan koefisien perpan tembaga, k = 369 W/mK !
Diketahui : temperatur tembaga, T1 = 300OC = 573 K; temperatur sekeliling, T2 = 50OC = 323 K;
panjang, L = 100 cm = 1 m; tebal, x = 1 cm = 10-2 m; koefisien perpan tembaga, k = 369 W/mK
Diminta : panas yang berpindah
Jawab :
Panas yang berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya benda padat, terjadi dengan cara konduksi,
menurut J.B.J Fourier, untuk perpindahan panas dengan cara konduksi, berlaku persamaan :
qk = k * (A/x) * (Tpanas-Tdingin) ...............(2.2)
qk = 369 (W/mK) * (1 * 1 (m2) /10-2 (m)) * (573 -323) (K)
qk = 9225 kW
2. Dinding sebuah tanur terdiri dari 3 lapisan, yaitu : bata tahan api, kbta = 0,8 Btu/hr ftOF;
isolasi, ki = 0,1 Btu/hr ftOF; dan bata merah, kbm = 0,58 Btu/hr ftOF dimana temperaturnya
dipertahankan 3000OF pada bagian dalam dan 80OF pada bagian luar dan memiliki luas, A = 60
ft2, tentukan laju aliran panas yang melewati dinding tanur tersebut dengan memperhatikan
gambar dibawah !
Diketahui : temperatur dinding, Tp = 3000OF, Tc = 80OF; tebal, xbta = ¾ ft, xi = 1/3 ft, xbm = 1/2
ft ; koefisien perpan dinding, kbta = 0,8 Btu/hr ftOF, ki = 0,1 Btu/hr ftOF, kbm = 0,58 Btu/hr ftOF ;
luas, A = 60 ft2
Diminta : laju aliran panas yang melewati dinding tersebut
20
Jawab :
Laju aliran panas yang melewati dinding tersebut, dihitung dengan persamaan :
qtot = ΔT / Rtot
qtot = (Tp-Tc) / /(Rsp + Rbta + Ri + Rbm + Rsc )
Dengan :
Rsp = 1 / (hp * A)
Rsp = 1 / (12 (Btu/hrft2oF) * 60 (ft2))
Rsp = 0,00139 hroF/ Btu
Rbta = xbta / (kbta * A)
Rbta = ¾ (ft) / (0,8 (Btu/hrftoF) * 60 (ft2))
Rbta = 0,0156 hroF/ Btu
Ri = xi / (ki * A)
Ri = 1/3 (ft) / (0,1 (Btu/hrftoF) * 60 (ft2))
Ri = 0,0556 hroF/ Btu
Rbm = xbm / (kbm * A)
Rbm = 1/2 (ft) / (0,58 (Btu/hrftoF) * 60 (ft2))
Rbm = 0,0144 hroF/ Btu
Rsc = 1 / (hc * A)
Rsc = 1 / (2 (Btu/hrft2oF) * 60 (ft2))
Rsc = 0,00833 hroF/ Btu
21