Anda di halaman 1dari 5

Teori Offer Curve

Teori Offer Curve ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan
Edgeworth yang menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu Negara
untuk menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai
kemungkinan harga. Kelebihan dari offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh
manfaat dari perdagangan internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi
tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya
semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan
(trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor
yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan
yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
Alat analisa offer curve dikemukakan oleh James Meade seorang ahli ekonomi dari
Inggris untuk menjelaskan terjadinya keseimbangan harga internasional. Proses penurunan
offer curve ini akan lebih mudah dipahami apabila terlebih dahulu dijelaskan apa yang
dimaksud dengan trade indifference curve.
Untuk menjelaskan konsep trade indifference curve digunakan anggapan : ada dua
Negara (yang relative besarnya), serta mempunyai faktor produksi tenaga dan modal yang
digunakan untuk menghasilkan kedua macam barang tersebut (digambarkan dengan
production possibilities curve). Kepuasan (welfare) dari masyarakat diwujudkan dengan
indifference curve (community indifference cost curves). Analisanya, pertama dimulai dengan
penurunan trade dan offer curve untuk Negara B, kemudian dengan proses yang sama
dilakukan untuk Negara A. Akhirnya, kedua offer curve digabungkan guna menentukan harga
serta volume perdagangan dalam keadaan seimbang.
a. Trade indifference curve
Gambar berikut menjelaskan cara penurunan trade indifference curve.
Keseimbangan perdagangan
Berbagai kombinasi barang X dan Y yang dihasilkab oleh negara B ditunjukkan
oleh production possibility curve OML yang digambarkan tidak seperti biasanya (yakni
menghadap ke kiri atas). Demikian juga indifference curve (II’) digambarkan pada
bidang (quadrant) yang sama. Titit C merupakan posisi keseimbangan Negara B
sebelum terjadinyaperdagangan internasional.
Kemudian production possibility curve (PPC) digeser-geser ke atas dank e
bawah dengan sumbu horizontal sejajar dengan sumbu OX dan sumbu vertical sejajar
sumbu OY. Hasilnya titik pangkal O melacak garis TITI’. Yang kemudian disebut trade
indifference vurve, sebab garis ini menunjukkan tingkat kepuasan yang sama bagi
Negara B sebelum dan sesudah mengadakan perdagangan internasional. Untuk
menjelaskan hal ini baiklah kita bandingkan titik C dan C1 yang terletak pada
indifference curve II’ titi I merupakan titik keseimbangan yang berpangkal pada O,
sedangkan titik C1 berpangkal pada O1. Pada titik C1 ini, Negara B menghasilkan
barang X sebanyak C1a dan hanya mengkonsumsi X sebanyak C1b, sehingga dapat
mengekspor sebanyak ba. Untuk baran Y, Negara B menghasilkan sebanyak C1d,
konsumsi C1e sehingga impornya sebanyak ed. Dengan demikian Negara B
menukarkan (berdagang) barang-barang X sebanyak ba dengan Y sebanyak ed. Dengan
demikian Negara B tetap pada posisi indifference curve yang sama dengan sebelum
berdagang. Titik 0, 01 dan 0, terletak pada trade indifference curve TITI.
Dengan demikian menggeser-geser PPC ke kri atau ke kanan bawah dapat
diperoleh sekumpulan trade indifference curves, seperti tertera pada gambar berikut :

Sekumpulan trade indifference curves


b. Offer Curve
Offer curve dapat diperoleh dengan menggunakan trade indifference curve di
atas dilengkapi dengan garis harga. Gambar berikut menjelaskan cara memperoleh
offer curve :
Garis OW1, OW2 dan seterusnya menggambarkan harga relative dari barang X dan Y,
atau sering disebut dengan terms of trade. Makin tegak garis ini berarti harga barang X
(dinyatakan dengan barang Y) semakin tinggi. Titik O, D, E, Dan F merupakan tiitk
singgung antara garis harga dengan trade indifference curves. Garis OB yang
menghubungkan titik-titik tersebut disebut offer curve, menunjukkan kesediaan Negara
B untuk menukar barang X dan Y pada berbagai kemungkinan harga . Misalnya pada
harga OW4 negara B bersedia menukarkan X sebanyak OX4 dengan Y sebanyak OX4.

Offer Curve

Kesejahteraan Negara B makin bertambah apabila letaknya makin jauh dari O


pada offer curve tersebut. Pada harga X yang rendah (garis OW makin datar) Negara B
hanya memperoleh barang Y dengan jumlah kecil, sehingga volume perdagangan
mengecil. Konsekuensinya keuntungan dari perdagangan juga makin kecil. Bahkan
kalau harganya dibawah OW1 negara B tidak mendapatkan keuntungan. Offer
curvenya tidak ada pada harga di bawah OW1. Bentuk offer curve yang lengkung balik
(backward bending) disebabkan oleh karena adanya hokum diminishing marginal rate
of transformation (tercermin pada lereng PPC) dan diminishing marginal rate of
substitution (tercermin pada lereng indifference curve). Secara logika hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut : sampai sejumlah tertentu ekspor barang X, barang tersebut
menjadi sangat sedikit (jarang) di dalam negeri dan impor barang Y menjadi semakin
besar, sehingga impor Y selanjutnya hanya akan diterima dengan penurunan ekspor
barang X.
Offer curve seperti halnya kurva permintaan menunjukkan berapa jumlah
sesuatu barang yang ingin ditukarkan dengan barang lain pada harga tertentu. Harga
kesimbangan ditentukan oleh perpotongan antara permintaan dan penawaran. Dalam
hal ini penawarannya adalah offer curve dari Negara lain (Negara A).
Offer curve Negara A dapat diperoleh dengan menggunakan cara/proses yang
sama dengan Negara B. Agar supaya offer curve Negara A dapat disatukan (dalam satu
diagram dengan Negara B), maka PPC Negara A diletakkan dengan arah berbalikan
dengan Negara B, sehingga diperoleh offer curve yang berkaitan juga.

c. Keseimbangan dalam perdagangan


Dengan menggunakan kedua offer curve tersebut di atas, dapatlah ditentukan volume
perdagangan serta harga dalam keadaan keadaan keseimbangan, yakni pada titik potong
kedua kurva tersebut. Gambar berikut menjelaskan hal ini :

Keseimbangan perdagangan

Titik E merupakan titik keseimbangan. Terlihat dengan gambar bahwa ekspor


Y sebesar Ye sama dengan impor barang Y oleh Negara A sebesar Ye dan impor barang
X oleh Negara B, sebesar Xe sama dengan ekspor barang X oleh Negara B, yakni
sebesar Xe. Keseimbangan dalam perdagangan ditunjukkan oleh garis harga OT melalui
titik E di mana barang X sebanyak Xe ditukarkan dengan Y sebanyak Ye.
Secara lebih terinci keseimbangan perdagangan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Keseimbangan Perdagangan Internasional

Pada harga P1 negara A bersedia menukarkan X sebanyak X nB2 untuk ditukarkan Y


sebanyak OtA1. Sedangkan Negara B bersedia menukarkan Y sebanyak YtB1, untuk X sebanyak
OnB1. Dalam hal ini (pada harga P1) kesediaan menukarkan barang X oleh Negara A lebih kecil
daripada kesediaan menerima oleh Negara B hingga di sini adalah kelebihan permintaan barang
X, maka tendensi harga X naik. Sebaliknya untuk barang Y, kesediaan menukarkan oleh B
lebih besar darpada kesediaan menerima oleh Negara A hingga ada kelebihan penawaran
barang Y maka tendensi barangay turun. Naiknya harga X dan turunnya harga Y menyebabkan
garis harga P1 bergeser ke atas. Harga akan merupakan harga equilibrium apabila garis harga
tersebut melalui titik potong kedua offer curve tersebut. Disini berarti bahwa ekspor suatu
Negara sama dengan impor Negara lain atau kesediaan menawarkan/menukarkan sesuatu
barang oleh satu Negara sama dengan kesediaan menerima barang tersebut oleh Negara lain.

Anda mungkin juga menyukai