Anda di halaman 1dari 5

4.

2 Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium Setelah Perdagangan Berlangsung : Analisis


Keseimbangan Parsial

Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang
timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi (fiskal) antar negara. Tanpa adanya perdagangan
internasional, harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara mencerminkn
keunggulan komparatif yang dimilikinya, yang merupakan dasar bagi berlangsungnya
perdagangan yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Perbedaan harga komoditi di
masing-masing negara disebabkan oleh adanya perbedaan pada faktor-faktor pembentuk harga di
dalam negeri seperti tingkat biaya produksi, jumlah produksi dan konsumsi. Harga relative
komoditi dalam kondisi ekuilibrium pada saat perdagangan internasional sudah berlangsung,
tercapai dalam kurun waktu tertentu yang merupakan hasil dari proses pertemuan kekuatan-
kekuatan penawaran dan permintaan. Kelebihan penawaran (exess supply) dari suatu komoditi
atas dasar equilibrium sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong negara tersebut
untuk mengekspor kelebihan komoditinya. Sebaliknya. Kelebihan permintaan (exess
demand) dari suatu komoditi yang harganya lebih rendah dari pada harga equilibrium
sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong Negara tersebut mengimpor komoditi
tersebut dari Negara lain. Kurva harga komoditi relative equilibrium setelah perdagangan:
Px/Py Panel A Px/Py Panel B Px/Py Sx Panel C
P3 B Sx A*S A’
P2 E B *E*D B’E ‘
P1 A A* Dx
Dx X X X
Pada kurva,jarak antara B ke E merupakan ekspor komoditi, sedangkan jarak antara
B’ ke E’ merupakan impor komoditinya. Pada panel A, Px/Py lebih besar dari P1, maka pada
Negara 1 terjadi kelebihan penawaran komoditi X, sehingga kurva penawarannya pada panel
B mengalami peningkatan. Kemudian pada panel C, karena Px/Py lebih kecil dari pada P3
maka Negara 2 mengalami kelebihan permintaan komoditi X. Pada panel B juga
menunjukkan bahwa hanya pada tingkat P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta
oleh negara 2 akan persis sama dengan yang ditawarkan oleh negara 1. Dengan demikian P2
merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di
kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan
penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya Px/Py sehingga
akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py
lebih kecil dari pada P2 maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang
selanjutnya akan menaikan Px/Py sehingga lambat laun akan sama dengan P2.

\\
Gambar diatas menunjukkan Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium Setelah
Perdagangan Ditinjau dari Analisis Keseimbangan Parsial Sumber : Salvatore (1997) Karena
Px/Py lebih besar dari Py, maka negara mengalami kelebihan penawaran X (panel A)
sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh Panel B mengalami
peningkatan, di lain pihak karena Px/Py lebih rendah dari P3 maka Negara 2 mengalami
kelebihan permintaan untuk komoditi X (lihat Panel C) dan ini juga menunjukkan bahwa
hanya pada tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh Negara 2
akan relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di antara kedua negara tersebut.
Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi
X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu
akan bergerak mendekati atau sama dengan P2, sebaliknya jika Px/Py sehingga lambat laun
akan sama dengan P.
4.3 Kurva Tawar-Menawar

a. Asal Mula dan Defenisi Kurva Tawar – Menawar

Pada dasarnya kurva tawar – menawar suatu negara memperlihatkan seberapa banyak
suatu negara bersedia menyediakan komoditi ekspornya untuk memperoleh komoditi impor
dalam jumlah tertentu. itu berarti kurva tawar – menawar merangkum elemen – elemen
permintaan dan juga unsur – unsur penawaran sekaligus. Dalam kalimat lain, kita dapat
mengatakan bahwa kurva tawar – menawar dari suatu negara memperlihatkan sejauh mana
kesediaan negara itu mengimpor dan mengekspor pada berbagai tingkat harga relatif yang
tengah berlaku. Kurva tawar – menawar dari suatu negara dapat diturunkan atau
diderivasikan secara lebih mudah dan bahkan agak informal apabila dibandingkan dengan
derivasi kurva batas kemungkinan produksi dari negara bersangkutan, atau perumusan peta –
peta indeferennya. Kita dapat menggunakan berbagai tingkat harga relatif hipotesis yang
menjadi landasan berlangsungnya perdagangan yang sekaligus menjadi dasar perumusan
kurva tawar – menawar. Perpotongan antara kurva tawar menawar kedua Negara dalam
perdagangan akan menentukan posisi harga relative komoditi equilibrium yang akan menjadi
landasan berlangsungnyaperdagangan di antara 2 negara. Perdagangan tersebut seimbang
terjadi pada harga relative equilibrium.

b. Derivasi dan Bentuk Kurva Tawar – Menawar Untuk Negara 1

Penjelasan :

1. Keseimbangan mula-mula negara 1 pada titik A


2. Pada saat perdagangan internasional berlangsung pada harga = 1, maka
keseimbangan negara 1 akan bergeser menjadi titik B. disitu Negara 1 akan
menukarkan 60 barang X demi mendapatkan 60 barang Y, sehingga ia akan mencapai
titik E, titik E ini sama dengan E yang berada pada kurva 2
3. Saat yang sama maka negara 2 menukarkan 40 barang Y demi mndapatkan 20 barang
X , titiknya berbah dari A’ menjadi F’, sehingga ia mencapau titik konsumsi pada H’
pada kurva 2.
4. Penjelasan mengenai terjadinya garis dari titik B’ ke C’ dan dari C’ ke E’ adalah
karena titik keseimbangan berubah dari garis A’ menjadi B’ dan sama dengan 1 yang
membut titik E menjadi 100.
5. Penjelasan mengenai terjadinya perubahan nilai dari titik F’-G’ dan G’- H’karena
keseimbangan berubah mla-mula A’ menjadi F’ , sehingga titik r’ sebanyak 85 harus
menurun kan barang sebanyak 40 sehinga titik G’ berada pada nilai 45, kalau titik G’-
H’ karena G’ pada barang Y berada pada nilai 465 dan ditambah dengan 20 sehingga
titik h nya berada pada nilai 85.

c. Derivasi dan Bentuk Kurva Tawar – Menawar Untuk Negara 2


Penjelasan :

1. Keseimbangan mula-mula negara 1 pada titik A


2. Pada saat perdagangan internasional berlangsung pada harga = 1, maka keseimbangan
negara 1 akan bergeser menjadi titik B’. Disitu Negara 1 akan menukarkan 60 barang
X demi mendapatkan 60 barang Y, sehingga ia akan mencapai titik E, titik E ini sama
dengan E yang berada pada kurva 2
3. Saat yang sama maka negara 2 menukarkan 40 barang Y demi mndapatkan 20 barang
X , titiknya berbah dari A’ menjadi F’, sehingga ia mencapau titik konsumsi pada H’
pada kurva 2.
4. Penjelasan mengenai terjadinya garis dari titik B’ ke C’ dan dari C’ ke E’ adalah
karena titik keseimbangan berubah dari A menjadi B dan = 1 membuat titik yang
nilaiya 130 yang selurusan dengan 20 dikurang 1 dengan 60 sehingga menjadi 70 itu
garis dari C, kalau garis dari C ke E karena Cnya adalah 20 dan ditambah 60 sehingga
membuat garis dari titik E menjadi 80.
5. Penjelasan mengenai terjadinya perubahan nilai dari titik F’-G’ dan G’- H’karena
keseimbangan berubah mla-mula A’ menjadi F’ , sehingga titik r’ sebanyak 95 harus
menurun kan barang sebanyak 40 sehinga titik G’ berada pada nilai 55, kalau titik G’-
H’ karena G’ pada barang Y berada pada nilai 45 dan ditambah dengan 20 sehingga
titik h nya berada pada nilai 65.

Anda mungkin juga menyukai