Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang
timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi (fiskal) antar negara. Tanpa adanya perdagangan
internasional, harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara mencerminkn
keunggulan komparatif yang dimilikinya, yang merupakan dasar bagi berlangsungnya
perdagangan yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Perbedaan harga komoditi di
masing-masing negara disebabkan oleh adanya perbedaan pada faktor-faktor pembentuk harga di
dalam negeri seperti tingkat biaya produksi, jumlah produksi dan konsumsi. Harga relative
komoditi dalam kondisi ekuilibrium pada saat perdagangan internasional sudah berlangsung,
tercapai dalam kurun waktu tertentu yang merupakan hasil dari proses pertemuan kekuatan-
kekuatan penawaran dan permintaan. Kelebihan penawaran (exess supply) dari suatu komoditi
atas dasar equilibrium sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong negara tersebut
untuk mengekspor kelebihan komoditinya. Sebaliknya. Kelebihan permintaan (exess
demand) dari suatu komoditi yang harganya lebih rendah dari pada harga equilibrium
sebelum perdagangan berlangsung akan mendorong Negara tersebut mengimpor komoditi
tersebut dari Negara lain. Kurva harga komoditi relative equilibrium setelah perdagangan:
Px/Py Panel A Px/Py Panel B Px/Py Sx Panel C
P3 B Sx A*S A’
P2 E B *E*D B’E ‘
P1 A A* Dx
Dx X X X
Pada kurva,jarak antara B ke E merupakan ekspor komoditi, sedangkan jarak antara
B’ ke E’ merupakan impor komoditinya. Pada panel A, Px/Py lebih besar dari P1, maka pada
Negara 1 terjadi kelebihan penawaran komoditi X, sehingga kurva penawarannya pada panel
B mengalami peningkatan. Kemudian pada panel C, karena Px/Py lebih kecil dari pada P3
maka Negara 2 mengalami kelebihan permintaan komoditi X. Pada panel B juga
menunjukkan bahwa hanya pada tingkat P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta
oleh negara 2 akan persis sama dengan yang ditawarkan oleh negara 1. Dengan demikian P2
merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di
kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan
penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya Px/Py sehingga
akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P2. Sebaliknya jika Px/Py
lebih kecil dari pada P2 maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang
selanjutnya akan menaikan Px/Py sehingga lambat laun akan sama dengan P2.
\\
Gambar diatas menunjukkan Harga Komoditi Relatif Ekuilibrium Setelah
Perdagangan Ditinjau dari Analisis Keseimbangan Parsial Sumber : Salvatore (1997) Karena
Px/Py lebih besar dari Py, maka negara mengalami kelebihan penawaran X (panel A)
sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh Panel B mengalami
peningkatan, di lain pihak karena Px/Py lebih rendah dari P3 maka Negara 2 mengalami
kelebihan permintaan untuk komoditi X (lihat Panel C) dan ini juga menunjukkan bahwa
hanya pada tingkat harga P2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh Negara 2
akan relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan di antara kedua negara tersebut.
Tapi jika Px/Py lebih besar dari P2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi
X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu
akan bergerak mendekati atau sama dengan P2, sebaliknya jika Px/Py sehingga lambat laun
akan sama dengan P.
4.3 Kurva Tawar-Menawar
Pada dasarnya kurva tawar – menawar suatu negara memperlihatkan seberapa banyak
suatu negara bersedia menyediakan komoditi ekspornya untuk memperoleh komoditi impor
dalam jumlah tertentu. itu berarti kurva tawar – menawar merangkum elemen – elemen
permintaan dan juga unsur – unsur penawaran sekaligus. Dalam kalimat lain, kita dapat
mengatakan bahwa kurva tawar – menawar dari suatu negara memperlihatkan sejauh mana
kesediaan negara itu mengimpor dan mengekspor pada berbagai tingkat harga relatif yang
tengah berlaku. Kurva tawar – menawar dari suatu negara dapat diturunkan atau
diderivasikan secara lebih mudah dan bahkan agak informal apabila dibandingkan dengan
derivasi kurva batas kemungkinan produksi dari negara bersangkutan, atau perumusan peta –
peta indeferennya. Kita dapat menggunakan berbagai tingkat harga relatif hipotesis yang
menjadi landasan berlangsungnya perdagangan yang sekaligus menjadi dasar perumusan
kurva tawar – menawar. Perpotongan antara kurva tawar menawar kedua Negara dalam
perdagangan akan menentukan posisi harga relative komoditi equilibrium yang akan menjadi
landasan berlangsungnyaperdagangan di antara 2 negara. Perdagangan tersebut seimbang
terjadi pada harga relative equilibrium.
Penjelasan :