Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN KOKAIN

Disusun oleh :

Krismawati Dewi

Meylinda Anggita Putry

Monica Marcela

Niki Amalia

Nurmaulidinia

Pupu Muliawati

Sa’adatul Rismayanti

Vera Fitriana

Yola Nurpratiwi

KEPERAWATAN 6A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

S1 KEPERAWATAN

TANGERANG
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................


1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................
1.3. Tujuan Masalah ..........................................................................................

BAB II KONSEP TEORI

2.1. Definisi Kokain ..............................................................................................


2.2. Manfaat Kokain .............................................................................................
2.3. Dosis Penggunaan Kokain .............................................................................
2.4. Ciri-ciri pengguna Kokain .............................................................................
2.5. Gejala pengguna Kokain ...............................................................................
2.6. Pengaruh Kokain terhadap Otak dan Jantung ................................................
2.7. Kokain menyebabkan Serangan Jantung .......................................................
2.8. Kokain menyebabkan Stroke ........................................................................
2.9. Pengobatan bagi Pecandu ..............................................................................
2.10. Fakta lain tentang Kokain .........................................................................

BAB III KASUS

3.1. Kasus Keperawatan Jiwa ...............................................................................


3.2. Asuhan Keperawatan......................................................................................
3.3. Role Play

BAB IV TINDAKAN

4.1. Tindakan keperawatan penyalahgunaan zat......................................................

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

6.1. Latar Belakang


Kokain yang kita kenal sebagai salah satu dari jenis NAPZA memiliki kesan negatif
dari sudut pandang masyarakat. Banyak yang menganggap keberadaan kokain hanya
merugikan saja. Penyalahgunaan terhadap senyawa ini banyak ditemukan bukan hanya
dinegara kita, namun juga di banyak negara di dunia. Namun, kokainpun bisa bermanfaat
baik bila digunakan oleh pihak yang kompeten dan tepat. Kenyataannya, disalahgunakan
oleh pihak-pihak tak bertanggung jawa yang hanya mementingkan keuntungan pribadi
tanpa menghiraukan masa depan pihak yang dirugikan.
Kokain adalah senyawa sintesis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.
Senyawa dengan adiktif stimulan tinggi ini mengandung alkaloid yang didapatkan dari
tumbuhan Coca Erythroxylon , yang berasal dari Amerika Selatan. Daunnya biasa
dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek stimulan.”
Saat ini kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung, dan tenggorokan, karena efek vasokondtriksif-nya juga
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan
heroina karena efek adiktif.
6.1. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kokain ?
2. Apa manfaat dari kokain ?
3. Berapa dosis maksimum penggunaan kokain ?
4. Bagaimana ciri-ciri pengguna kokain ?
5. Bagaimana efek dan bahaya dari penyalahgunaan kokain ?
6. Apa saja gejala pecandu kokain ?
7. Bagaimana pengobatan bagi penyalahgunaan kokain ?
6.1. Tujuan
1. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui pengertian kokain.
2. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui manfaat dari kokain.
3. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui dosis maksimum penggunaan
kokain.
4. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui ciri-ciri penggunaan kokain.
5. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui efek dan bahaya dari penggunaan
kokain.
6. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui gejala pecandu kokain.
7. Agar pembaca dapat memahami dan mengetahui pengobatan bagi penyalahgunaan
kokain.
BAB II

KONSEP TEORI

4.1. Definisi Kokain


Kokain adalah senyawa sintesis yang memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.
Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari dari tanaman Erythroxylon coca, yang
berasal dari Amerika Selatan, tepatnya di daerah Andes. Daerah lain yang bisa ditumbuhi
tanaman ini adalah Chili, Kolombia, India, dan bahkan Indonesia. Dimana daun dari
tanaman ini biasanya dikunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan “efek
stimulan”.
Kokain merupakan salah satu jenis golongan narkotika. Kokain berasal dari ekstraksi
daun erythroxylum coca atau daun tanaman koka. Zat ini dapat digunakan untuk pembius
(anaestetik) dan mempunyai efek yang dapat merangsang jaringan otak sentral. Senyawa
ini memiliki dua bentuk yaitu bentuk asam (kalsium hidroklorida) dan bentuk basa.
Kokain asam berupa kristal putih dengan rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut jika
dibandingkan dengan bentuk yang cenderung tidak berbau dan berasa pahit. Bagaimana
kokain bisa punya bentuk yang berbeda-beda ? hal ini ternyata berkaitan dengan proses
manufacturingnya.
Pada kasus penyalahgunaan, kokain biasanya digunakan dengan cara :
a. Injeksi IV, pada kasus ini kokain yang biasa digunakan adalah kokain hidroklorid.
Jalur pemakaian secara IV bisa menjadi perantara penyebaran HIV AIDS jika terjadi
sharing jarum suntik.
b. Menghirup melalui lubang hidung (snorting) kokain yaitu membagi setumpuk
kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda
yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan
penyedot atau gulungan kertas.
c. Dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff
d. Diabsorbsi melalui mukosa
4.1. Manfaat Kokain
Di dunia medis, kokain masih digunakan sebagai anestetik (penghilang rasa
nyeri/menghilangkan kesadaran secara keseluruhan) lokal khususnya pada kasus
pembedahan mata, hidung, dan tenggorokan. Hal ini dikarenakan kokain memiliki efek
vasokostriksi yang dapat membantu proses pembedahan. Kokain juga dapat digunakan
sebagai antidot (penawar racun) pada kasus ketergantungan morfin.
4.1. Dosis Penggunaan
Dosis kokain yang dapat menimbulkan efek psikostimulatori 0,3 sampai 0,6 mg/kg.
4.1. Ciri-ciri Pengguna Kokain
1. Penggunaan kokain bisa terlihat pada seseorang yang hiperaktif dengan pupil yang
melebar dan denyut jantung yang meningkat.
2. Pada pengguna kelas berat, timbul kecemasan dan rasa tidak menentu, merasa sangat
berkuasa dan perilaku hiperseksual.
3. Pecandu seringkali menunjukkan paranoid. Penggunaan kokain bisa terlihat pada
pemeriksaan air kemih dan darah.
4.1. Gejala Pengguna Kokain
Kokain meningkatkan tekanan darah dan detak jantung dan dapat menyebabkan serangan
jantung yang fatal, bahkan pada atlit muda yang sehat.
Efek lainnya adalah :
a. Sembelit
b. Gangguan pencernaan
c. Kegugupan yang berlebihan
d. Perasaan bahwa sesuatu bergerak di bawah kulit (cocain bugs), yang kemungkinan
merupakan merupakan pertanda adanya kerusakan saraf
e. Kejang
f. Halusinasi
g. Paranoia
h. Perilaku kasar
4.1. Pengaruh Kokain terhadap Otak dan Jantung
Kokain dapat menyempitkan pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan stroke.
Hal ini juga bisa terjadi pada orang usia muda tanpa risiko stroke. Kokain juga bisa
menyebabkan seizure dan memicu pengguna berperilaku aneh dan melakukan tindakan
kekerasan.
Pertama kali kokain digunakan sebagai anastesi local pada pengobatan mata dan gigi.
Berlainan dengan opium, morfin, dan heroin yang memiliki sifat menenangkan terhadap
jasmani dan rohani, kokain merupakan suatu obat perangsang sama seperti
psikostimulansia golongan amfetamin tetapi lebih kuat. Zat-zat ini memicu jantung,
meningkatkan tekanan darah dan suhu badan, juga menghambat perasaan lapar serta
menurunkan perasaan letih dan kebutuhan tidur.
Dalam larutan kadar rendah, kokain menghambat penyaluran impuls di otak sehingga
digunakan untuk anastesi local, sedangkan dalam konsentrasi tinggi kokain merangsang
penyaluran impuls-impuls listrik. Sifat yang didambakan oleh pecandu adalah
kemampuannya untuk meningkatkan suasana jiwa (eophoria) dan kewaspadaan yang
tinggi serta perasaan percaya diri akan kapasitas mental fisik. Dalam dosis kecil kokain
yang dihisap melalui hidung menimbulkan euphoria tetapi disusul segera oleh depresi
berat yang menimbulkan keinginan untuk menggunakannya lagi dalam dosis yang
semakin besar dan menyebabkan ketergantungan psikis yang kuat dan toleransi untuk
efek sentral. Pada keadaan kelebihan dosis timbul eksistasi, kesadaran yang berkabut,
pernafasan yang tidak teratur, tremor, pupil melebar, nadi bertambah cepat, suhu badan
naik, rasa cemas, dan ketakutan serta kematian biasanya disebabkan pernafasan berhenti.
Dalam kebanyakan kasus kokain dianggap lebih merusakkan otak.
Dari segi psikologi, penggunaan berterusan kokain meningkatkan paranoia yang
merupakan keadaan perasaan dalam pikiran yang disebabkan oleh otak yang mungkin
tidak menjadi kenyataan. Satu keadaan paranoia ialah yang menyebabkan seseorang
untuk menjadi curiga dan takut orang lain.
4.1. Kokain menyebabkan Serangan Jantung
Serangan jantung merupakan kondisi dimana otot-otot jantung kekurangan suplai
darah yang mengandung oksigen. Apabila hal ini berlangsung dalam waktu 20 hingga 40
menit, maka dapat menyebabkan kematian sel-sel pada jantung hingga memicu
terjadinya sudden death atau kematian mendadak.
Pengonsumsian kokain dapat mengakibatkan kerusakan fungsi jantung, mulai dari
ketidakteraturan irama jantung, penyempitan pembuluhdarah koroner, menghambat
pasokan darah, hingga serangan jantung. Selain itu, penyuntikan kokain juga
menyebabkan koplasnya saluran vena serta risiko masuknya bakteri lewat pembuluh
darah dan klep jantung. Di dalam kokain terkandung senyawa karbinmonoksida yang
dapat menurunkan kadar oksigen di dalam darah. Apabila hal ini terjadi, maka tubuh
akan kekurangan oksigen sehingga jantung harus memompa darah lebih cepat dari
biasanya, hal inilah yang dapat memicu serangan jantung, bahkan pada orang sehat. Pada
umumnya, serangan jantung yang terjadi akibat pengonsumsian kokain menjadi
penyebab utama kematian seseorang di usia muda.
4.1. Kokain menyebabkan Stroke
Pengonsumsian kokain dapat menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat dari
keadaan normal, sehingga tekanan darah pun meningkat. Jika terdapat pembuluh darah
yang menipis di otak, maka tidak menutup kemungkinan pembuluh darah tersebut
menjadi pecah hingga menyebabkan stroke hemoragik. Apabila otak mengalami
kerusakan, maka akan memicu kelumpuhan segala aspek kehidupan. Di samping itu,
pengonsumsian kokain juga menyebabkan penyempitan pembuluh darah di otak
(vasokontriksi).
Apabila kokain dikonsumsi secara intravena (disuntikan pada pembuluh darah vena)
pada kondisi non aseptis, maka dapat menyebabkan stroke iskemik. Selain itu,
penyuntikan pada vena juga memungkinkan masuknya bakteri melalui pembuluh darah
menuju klep jantung (endocarditis). Apabila hal ini terjadi, maka bakteri-bakteri tersebut
akan membentuk gumpalan kecil yang akan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh.
Jika gumpalan bakteri tersebut sampai di pembuluh darah otak, maka menyebabkan
penyumbatan hingga memicu stroke iskemik.
4.1. Pengobatan bagi Pecandu Kokain
Bagi para pecandu, yang putus atau berhenti menggunakan kokain akan merasakan gejala
depresi yang sangat tinggi. Kokain sebagai jenis obat yang mengakibatkan efek yang
sangat berlebihan, dalam penyembuhannya tidak dengan menggunakan obat layaknya
orang sakit kepala sesudah mengkonsumsi obat, bisa sembuh. Pemakai kokain bisa diberi
obat untuk mengatasi gejala kejang-kejang atau untuk menurunkan tekanan darah dan
jantung yang berdetak terlalu kencang. Dalam pengobatannya, para pecandu kokain harus
dalam pengawasan yang ketat karena kecenderungannya yang bisa membahayakan diri,
bisa sampai mencoba bunuh diri dan dijauhkan diri orang-orang karena butuh ketenangan.
Biasanya tempat penyembuhan pecandu disebut rumah rehabilitas sosial. Pengobatan
yang pas untuk para pecandu kokain adalah dengan psikoterapi ataupun penyuluhan yang
tidak dengan pola menggurui, tapi dengan pendekatan yang akhirnya mereka mau
mendengarkan dan mengikuti apa yang disarankan.
4.1.Fakta lain tentang Kokain
1. Harga kokain relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan narkotika jenis
lainnya, namun untuk menarik minat pembeli biasanya kokain dijual dengan
harga yang relative murah, seiring dengan korban yang ketagihan maka harganya
semakin meningkat.
2. Kokain merupakan salah satu narkoba paling berbahay yang diketahui manusia,
seseorang yang mulai menggunakan narkoba ini akan sulit lepas dari
ketergantungan fisik maupun mental.
3. Anak-anak adalah korban tidak bersalah dari kokain. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang menggunakan kokain saat hamil biasanya akan menderita beragam
masalah fisik seperti kelahiran premature, berat badan kurang, pertumbuhan
terhambat, cacat lahir, kerusakan otak dan sistem saraf. Bayi yang dilahirkan
dengan berat badan kurang tersebut memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar
meninggal di bulan-bulan pertama daripada bayi normal dan cenderung menderita
cacat seumur hidup seperti cacat mental dan kerusakan otak.
BAB III

KASUS

3.1.Kasus Keperawatan Jiwa


An. X datang ke puskesmas bersama ibunya pada tanggal 25 Februari 2019 dengan
keluhan, insomnia, pola tidur berubah,hiperaktif dan meloncat loncat tanpa sebab. Pasien
sering mengaku sebagai anak sultan seorang turunan bangsawan kaya raya dan berbicara
yang bukan adanya, bicara berlebihan, komunikasi terkadang sulit dipahami dan sulit
mempertahankan komunikasi. Pasien mengaku sering dibully dengan teman-temannya
karna berpenampilan culun yang membuat dirinya minder dan menolak berinteraksi
dengan orang lain. Pasien tampak lesu dan tidak bergairah, bicara pelan dan lirih, pasif
wajah tegang. Pasien mengaku diberi kokain dan mengonsumsi nya dari temannya, pasien
mengonsumsi kokain sudah 4 minggu. Status sosial ekonomi dari keluarga pasien
menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya sebagai seorang buruh. Pasien
mengonsumsi kokain dihisap dan memakai nya 3 kali sehari 15- 30 menit, tidak ada obat-
obatan lain yang dikonsusmsinya. Pasien sempat menyangkal megonsumsi kokain dan
terus menerus berbicara kacau, tetapi ibunya mengatakan menemukan banyak lilitan
kertas dalam kamarnya yang didalamnya berisi serbuk kokain, ibu pasien mengatakan
pasien menarik diri dari lingkungannya. Pasien terdeteksi mengonsumsi kokain setelah
dilakukan pemeriksaan darah di puskesmas. Berdasarkan riwayat dan pengkaian fisik,
ditegakkan diagnosis gangguan isi pikir:waham. Rencana asuhan keperawatan awal
dibuat pada saat itu. Setelah terdeteksi di puskesmas pasien di berikan resep obat
klordiazepoksida (Libirium). Pasien menjalani pegobatan terapi kelompok dan
rehabilitasi dipuskesmas setempat. Rencana asuhan keperawatan lain dibuat untuk
mempertimbangkan sasaran dan hasil yang telah di revisi.

3.2.Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Faktor predisposisi
1. Faktor Psikologis
a) Harga diri rendah
2. Faktor Sosialkultural
a) Lingkungan tempat tinggal & sekolah
Lingkungan sekolah pasien dimana banyaknya remaja
menyalahugunaka zat kokain untuk di konsumsi berlebihan.
B. Faktor presipitasi
Pasien diasingkan oleh lingkungan sekolah nya dan dikucilkan oleh teman
temannya karna berpenampilan culun.
C. Tingkah laku
Beberapa perilaku atau tingkah laku yang pada umumnya timbul pada
pengguna kokain diantaranya:
a. Hiperaktif
b. Euporia,elasi-agitasi
c. iritabilitas
d. Waham dan halusinasi
e. Waspada yang berlebihan
f. Tegang
g. Gelisah,insomnia
h. Tampak membesar-besarkan sesuatu.
i. Overdosis, kejang, delirium,paranoid.

Tingkah laku yang ada pada dalam kasus ialah:

a. Hiperaktif
b. Waham
c. Tegang
d. Gelisah,insomnia.
e. Tampak membesarkan sesuatu.
D. Mekanisme koping
Pasien mengatakan jika ada masalah hanya memendam sendiri, dan tidak mau
menceritakan masalah tersebut kepada orang lain karena berpikir masalah
tersebut adalah masalah pribadinya dan memilih untuk berdiam diri.
E. Data khusus
Pasien mengonsumsi kokain dihisap dan memakai nya 3 kali sehari 15- 30
menit, tidak ada obat-obatan lain yang dikonsusmsinya. Pasien
mengonsumsinya terakhir tadi pagi. Pasien memporoleh kokain dari teman
sekolah nya. Stressor dalam hidupnya ialah dari teman yang mengucilkan
dirinya. Dukungan yang diterima slama ini adalah dari ibunya yang selalu
memotivasi dirinya untuk semangat bersekolah.
2. Analisa data

No. Data Diagnosa


Keperawatan
1. DS : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan bahwa dia adalah sensori : Halusinasi
seorang keturunan sultan dengan dengar
kekayaan berlimpah.
DO :
- Berbicara berlebihan
- Pasien tampak wajah tegang
- Menarik diri
- Pola tidur berubah
- Isi pikir tidak sesuai realitas
- Menarik diri
2. DS : Gangguan konsep diri:
- Pasien mengatakan tidak mau bergaul HDR
dengan temannya, dia sering dibully oleh
teman temannya karna berpenampilan
culun
DO :
- Kontak mata kurang
- Lesu dan tidak bergairah
- Berbicara pelan dan lirih
- Pasif
3. DS : Kerusakan komunikasi
- Klien mengatakan lebih suka diam verbal
dari pada mengobrol
DO :
- Tidak ada kontak mata
- Sulit memahami komunikasi
- Sulit mepertahankan komunikasi
3. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan isi pikir: waham
2. Gangguan konsep diri: HDR
3. Kerusakan komunikasi verbal

4. Pohon masalah
Kerusakan Komunikasi Verbal Distress Spiritual

Gangguan Proses Pikir: Waham

Penyalahgunaan Zat

Harga Diri Rendah

Gangguan Konsep Diri

Koping Individu Tidak Efektif


5. Intervensi

Diagnosa Rencana Keperawatan


Tgl.
Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Intervensi
25/02/2019 Gangguan Isi Pikir: Setelah dillakukan interaksi  Klien dapat membina SP Ip
waham selama 1x24jam, hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
- Klien mengenal  Klien dapat 2. Bantu orientasi realita
waham nya mengidentifikasi 3. Diskusikan kebutuhan yang tidak
- Klien dapat kemampuan yang dimiliki terpenuhi
mengontrol waham  Klien dapat memanfaatkan 4. Bantu pasien memenuhi
nya sehingga obat dengan benar kebutuhannya
komunikasi verbal 5. Anjurkan pasien memasukkan
dapat berjalan dalam jadwal kegiatan harian
dengan baik. 6. Anjurkan klien u/ mengganti
cara alternatif pemecahan
masalah pd stress & situasi yg
menyulitkan.
7. Tolong klien u/ mengidentifikasi
mas, rencana pemecahan,
pelaksanaan & evaluasi proses.
8. Ikut sertakan klien dlm
kelompok teman sebaya.
9. Ikut sertakan klien dlm
rehabilitasi, vokasional, Yan Sos
& sumber lain sesuai kebutuhan
individual.
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Berdiskusi tentang kemampuan
yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki
4. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
3.3 Role Play

Role Play

Penyalahgunaan NAPZA (Kokain)

Dipagi hari di puskesmas rawa buntu, datang seorang ibu dengan anak nya yang waham
karena mengonsumsi kokain selama satu bulan.

Fase Orientasi

Perawat : “ Silahkan masuk An. X.”

Keluarga: “ iya baik sus”

Dokter: “ selamat pagi ibu...”

Keluarga: ”iya pagi dok”

Dokter:”hai ade...apa kabar?”

Paasien: (menganggguk)

Dokter:”tadi pagi sarapan apa?”

Pasien :”nasi, telur dan sayur wotel.”

Fase Kerja

Dokter:”ada keluhan apa bu ?”

Keluarga: “ini anak saya suka berbicara ngawur dan kalau di ajak berbicara suka kadang gak
jelas gitu. Udah gitu dia susah tidur, gak bisa diem juga kadang jjingkrak2 an gitu dok.”

Dokter:”sudah sejak kapan bu?”

Keluarga: “sudah semenjak 4 minggu yang lalu anak saya mengonsumsi obat obatan sejenis
serbuk begitu dok, saya menemukannya di dalam kamar anak saya. Semenjak itu anak saya
jadi begini dok, perilaku nya aneh, dan muka nya lesu pucat kayak ga ada semangat.”.

Dokter :”memang serbuknya seperti apa bu?”


Keluarga : “ini dok saya bawa.” (menunjukkan serbuk yang dibawa kepada dokter)

Dokter :” oohh ini zat kokain bu masuk kegolongan napza bu,kalau begitu kita periksa darah
agar bisa mendiagnosa lebih akurat.”

Setelah beberapa menit hasil pemeriksaan keluar.

Dokter:” ibu anak ibu benar mengonsumsi kokain.”

Keluarga:”apa dok?jadi bagaimana dengan anak saya?”

Dokter:” iya bu anak ibu mengonsumsi kokain itu sejenis narkoba bu dan anak ibu bisa
diobati dengan melakukan rehabilitasi bu.”

Keluarga:” oh begitu ya dok. Baik kalau begitu anak saya di rehabilitasi saja biar anak saya
bisa sembuh.”

Dokter: “yasudah saya resepkan obat terlebih dahulu ya bu.”’

Keluarga: “iya baik dok.”

Dokter :”sus tolong resepkan obat klordiazepoksida (Libirium) ya”

Perawat:”iya dok.”

Perawat: “ dek pekenakan saya dengan suster x, boleh tau adek namanya siapa?

Pasien: “ nama saya An.X”

Perawat :“Bisa kita berbincang – bincang tentang apa yang ade rasakan sekarang?”

Pasien: “Boleh, kenapa dengan saya, saya ini sultan hasanudin yag kaya lho ya jangan main
main.”

Perawat: “Berapa lama ade mau kita berbincang – bincang, bagaimana kalau 15 menit?”

Pasien: “Ya, tapi jangan lewat dari 15 menit.”

Perawat: “Dimana enaknya kita berbincang – bincang de?”

Pasien :”Disini aja.”


Perawat :”Saya mengerti ade merasa bahwa ade adalah Sultan Hasanudin tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya karena setahu saya Sultan Hasanudin sudah tidak ada lagi.”

Pasien:”Siapa bilang buktinya saya masih ada”.

Perawat:” ohh An.X , ade terlihat sangat gelisah dek ada masalah apa?”

Pasien :” tidak ada masalah apa apa sus”

Perawat:”oh begitu, ade sekolah kelas berapa?

Pasien: “saya sekolah di SMA sus.”

Perawat: “apa ade punya teman dekat di sekolah?

Pasien: “ tidak juga”

Perawat:” kenapa ade tidak dekat dengan teman disekolah?”

Pasien:” karna saya selalu dikucilkan, saya hanya seorang anak buruh dan culun.”

Perawat:” kenapa berfikir seperti itu?kamu disekolah renking berapa?

Pasien:” ranking 1 sus.”

Perawat:” walaupun kamu seperti teman mu bilang, tapi kamu pinter lho...kamu rangkin satu,
jadi masalah kamu itu?”

Pasien: (Mengangguk)

Perawat:” kalau kamu punya masalah kamu cerita gak sama ibu atau ayah?”

Pasien:”engga sus, saya simpan sendiri aja karna itu kan masalah saya.”

Perawat:”oh begitu ya..apa teman ade itu mengonsumsi obat kokain?”

Pasien :” iya mereka mengonsumsi obat.”

Perawat:”apa yang seperti ini yang mereka konsumsi?” (menunjukkan kokain)

Pasien:”iya sus....”

Perawat:”terus kamu juga menghisap ini?”


Pasien:”nggakkk...”

Perawat:”terus kenapa ini ada di kamar kamu?”

Pasien:” iya sus saya hisep itu karna itu enak dan bikin saya tenang dan lupain masalah
disekolah.”

Perawat:” oh gitu de, de obat ini adalah obat terlarang yang tidak seharusnya ade konsumsi.
Dan kalau kamu konsumsi ini efeknya bisa seperti yang ade rasakan sekarang dan menjadi
ketergantungan.”

Pasien:”terus saya harus bagaimana sekarang?”

Perawat: “ ade harus menjalani rehabilitasi,minum obat yang teratur dan satu lagi apa ade
punya hobi yang ade suka?”

Pasien:”ya saya suka menulis dan membaca”

Perawat:”nah iya bagus adek bisa lakukan itu dan dijadwalkan kegiatan yang ade bisa
lakukan”

Pasien: (Mengangguk)

Fase Terminasi

Perawat:”Bagaimana perasaan ade setelah berbincang – bincang dengan saya.”

Peawat:”Saya merasa lebih tenang karena semua keinginan saya sudah saya bilang semuanya
sama suster.”

Perawat:”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ?.

Pasien:”Tentang teman teman saya yang mengucilkan saya dan dan juga hobi saya.”

Perawat:”Bagus, bagaimana kalau jadwal hobi ini ade coba lakukan, setuju de ?.”

Pasien:”Baiklah, saya akan tunggu suster, tapi apa yang mau suster bicarakan?”

Perawat:”Kita bercakap – cakap tentang kemampuan yang pernah ade miliki dan besok kita
akan terapi kelompok jam 10 bersama dengan teman sebaya ade, dan tempatnya bagaimana
kalau disini lagi.”
Pasien:” iya sus.”

Perawat:”baik dek kita lanjutkan lagi besok.”

Keluarga:”baik trimakasih dok,sus.”

Perawat dan dokter: “iya sama sama bu.”


BAB IV
TINDAKAN

4.1. Tindaka keperawatan penyalahgunaan zat


1. Menggali cara alternative pemecahan masalah pada stress & situasi yg menyulitkan.
Menggali cara alternative pemecahan masalah pada klien tentunya dengan
menggunakan komunikasi terapeutik. Sebagaimana kita ketahui bahwa komunikasi
terapeutik berupaya untuk membangun hubungan yang konstruktif antara perawat
dengan klien yang berkenaan dalam upaya keperawwatan dan penyembuhan penyakit.
Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan pasien (klien)
merupakan kunci dalam komunikasi terapeutik.
2. Tolong klien u/ mengidentifikasi mas, rencana pemecahan, pelaksanaan & evaluasi
proses.
Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk
menyelesaikan persoalan. Hal ini disebabkan karena pengaruh narkoba dapat
menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada permasalahan yang ada.
Masalah – masalah tersebut dapat diidentifikasi menggunakan data pengkajian
sebagai dasar formulasi untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Rencana asuhan
keperawatan mencantumkan diagnosis keperawatan, mengomunikasikan pernyataan
kriteria hasil yang diharapkan dan dapat diukur, dan intervensi keperawatan yang
disusun untuk klien. Pengkajian, formulasi, diagnosis, dan rencana asuhan
keperawatan yang tertulis memberikan perawatan yang berorientasi pada tujuan dan
perawatan yang konsisten. Perana dokumentasi membutuhkan perawat untuk
menyiapkan catatan klinis yang merefleksikan pengkajian yang akurat, diagnosis
keperawatan yang spesifik, dan rencana asuhan keperawatan individual. Standar
dokumentasi untuk bagian ini adalah catatan yang menggabungkan hasil pengkajian
sistematis dari diagnosis keperawatan yang diformulasikan dan rencana asuhan
keperawatan yang dikembangkan.
3. Ikut sertakan klien dlm kelompok teman sebaya.
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara
teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku
seperti kelompok itu. Peer group terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan
obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor sosial tersebut memiliki dampak yang
berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan obat-obatan, yang kemudian
mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis.
Peer group adalah kelompok teman anak sebaya yang sukses di mana ia dapat
berinteraksi (Santoso,1999:85). Dalam kelompok teman sebaya (peer group), individu
merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainya seperti di bidang usia, kebutuhan
dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Di dalam peer group tidak
dipentingkan adanya struktur organisasi, namun di antara anggota kelompok merasakan
adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Dalam peer
group ini, individu menemukan dirinya (pribadi) serta dapat mengembangkan rasa
sosialnya sejalan dengan perkembangan kepribadiannya. Menurut pakar psikologi remaja
Santrock, Cartwright dan Zander (kompas.com) “peer group adalah sekumpulan remaja
sebaya yang punya hubungan erat dan saling tergantung. Maka di sekolah, atau di
lingkungan tempat tinggal kita, biasanya ada kelompok pertemanan”. Mereka terdiri atas
beberapa orang yang merasa punya ikatan kuat. Mereka kelihatan selalu bersama-sama
dalam melakukan berbagai aktivitas. Pendapat lain dikemukakan oleh St.Vembriarto
(1993:54) “kelompok teman sebaya berarti individu-individu anggota kelompok sebaya
itu mempunyai persamaan-persamaan dalam berbagai aspeknya”.
4. Ikut sertakan klien dlm rehabilitasi, vokasional, Yan Sos & sumber lain sesuai kebutuhan
individual.
Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu
melalui pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang
menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal
mungkin. Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual. Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai
dengan kebutuhan (Depkes, 2001).
Jenis program rehabilitasi:
a) Rehabilitasi psikososial
Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke
masyarakat (reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi dengan
pengetahuan dan keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai latihan kerja
di pusat-pusat rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila klien selesai menjalani
program rehabilitasi dapat melanjutkan kembali sekolah/kuliah atau bekerja.
b) Rehabilitasi kejiwaan
Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang semua
berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan tindakan
antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan sesama
rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya. Meskipun klien telah
menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum hilang,
keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering muncul,juga
keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur (insomnia) merupakan
keluhan yang sering disampaikan ketika melakukan konsultasi dengan psikiater. Oleh
karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan, dengan catatan jenis obat
psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif (menimbulkan ketagihan) dan tidak
menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi kejiwaan ini yang penting adalah
psikoterapi baik secara individual maupun secara kelompok. Untuk mencapai tujuan
psikoterapi, waktu 2 minggu (program pascadetoksifikasi) memang tidak cukup; oleh
karena itu, perlu dilanjutkan dalam rentang waktu 3 – 6 bulan (program rehabilitasi).
Dengan demikian dapat dilaksanakan bentuk psikoterapi yang tepat bagi masing-masing
klien rehabilitasi. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi
keluarga yang dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga broken
home. Gerber (1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan bahwa konsultasi keluarga
perlu dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang
mengalami penyalahgunaan NAPZA.
c) Rehabilitasi komunitas
Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu
tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai
koselor, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan. Tenaga profesional hanya sebagai
konsultan saja. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya
secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan
mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah relaps. Dalam program ini
semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka bebas menyatakan perasaan dan
perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap anggota bertanggung jawab
terhadap perbuatannya, penghargaan bagi yang berperilaku positif dan hukuman bagi
yang berperilaku negatif diatur oleh mereka sendiri.
d) Rehabilitasi keagamaan
Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu detoksifikasi
tidaklah cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya masing-masing. Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan
keagamaan atau keimanan ini dapat menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada
diri seseorang
sehingga mampu menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam
penyalahgunaan NAPZA apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, risiko kekambuha
hanya 6,83%; bila kadang-kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila
tidak sama sekali menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.
BAB V
PENATALAKSANAAN

5.1. Detoksifikasi
Detoksifikasi mencakup menstabilkan tanda-tanda vital dan mengelola perilaku mereka.
Deyoksifikasi dilakukan dengan kombinasi terapi suportif dan obat dengan
klordiazepoksida (librium) atau haloperidol (Haldol). Antihipertensi intravena mungkin
perlu diberikan, dan diazepam (valium) dapat digunakan untuk mengendalikan kejang.
Klien yang menggunakan kombinasi kokain dan heroin intravena, biasanya dikenal
sebagai “speedball”, didetoksifikasi menggunakan metadon.

5.2. Meningkatkan pengembangan alternatif metode pemecahan masalah pada


stress/konflik
Prinsip Rasional Tindakan perawatan
 Alternatif pemecahan  Klien akan  Anjurkan klien untuk
masalah yang mampu menggurangi/zat untuk menggali cara alternatif
dilakukan klien dan cara mengatasi stres dalam pemevahan masalah pada
yang sehat untuk hidupnya. stress dan situasi yang
mengatasi stress/ konflik  Menyediakan. menyulitkan.
yang dialami. pengetahuan dan praktek  Tolong klirn untuk
 Kegiatan yang disiapkan proses penyelesaian mengidentifikasi
untuk bekal melanjutkan masalah yang tidak masalah, rencana
kehidupan merupakan mengacau lingkungan. pemecahan, pelaksanaan
dukungan bagi klien agar  Klien akan dan evaluasi proses.
tidak menyalahgunakan membutuhkan berbagai  Bantu klien mengenal dan
zat. macam pengalaman mengekspresikan
tergantung kebutuhan dengancara yang dapat
secara individual. diterima.
 Ikut sertakan klien dalam
kelompok teman sebaya.
 Ikut sertakan klien dalam
rehabilitas, vokasional,
yayasan sosial dan
sumber lain sesuai
kebutuhan individual.
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Dari hasil yang penulis lihat dalam pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal yang sangta penting sebagai berikut :

1. Narkotika dapat menyebabkan badan menjadi meriang dan pemalas, lenyap


kegigihannya, tertutup akalnya dan menjadikannya sebagai pecandu dan tak dapat
melepaskan diri darinya.
2. Narkotika dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa
nyeri, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan
3. Narkotika menyebabkan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
yang dikelompokkan dalam berbagai keadaan klinis, seperi intoksikasi akut,
sindroma ketergantungan, sindroma putus obat, dan gangguan mental serta perilaku
lainnya.
4. Sekarang ini narkotika dinilai jauh lebih berbahaya dari ancaman terorisme
internasional. Indonesia masuk sindikat narkotika dunia.

Narkotika juga merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau
pelayanan kesehatan serta pengembangan ilmu pengetahuan. Namun dalam hal yang
lain, narkotika dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila
dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama.

6.2. Saran
Beberapa hal yang dapat disarankan sesuai dengan topik dari makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Jika ingin mengonsumsi narkotika, maka harus mengetahui dampak positif dan
negatifnya
2. Jauhilah narkotika dari sekarang, karena narkotika dapat gangguan mental,
menurunnya kesadaran dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Joewana, Satya. 1989. Gangguan mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat. Jakarta :
penerbit buku Kedokteran.

Pasaribu, Jessica. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa Struart. Jakarta : ELSEVIER

O’Brien, Patricia G. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai