Skripsi Full Text PDF
Skripsi Full Text PDF
SKRIPSI
Oleh :
EGA ARI ANDARA
14011053
SKRIPSI
Oleh :
EGA ARI ANDARA
14011053
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi Pestisida Nabati Terhadap
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Suriyanto dan ibu Rubini kedua orang tua yang sangat luar biasa,
terima kasih atas do’a mu, kasih sayangmu, nasehatmu, dukungan moral
2. Mita Yulanda adik perempuan tercinta, yang selama ini telah memberikan
Mecubuana Yogyakarta.
sampai selesai
vi
7. Seluruh dosen program setudi Agroteknologi. Falkultas Agroindustri
menjadi skripsi.
8. Abdul Malik Yusuf, Syafaat Abi Bukhori, Krisna Prananta Putra, Rahmat
Ariza Putra, Susanto, Edo Piki Saputra, Sindu Nugroho, Andi Lala,
Dennys Yusdian Putra dan Feri Andika terima kasih atas dukungan dan
maupun yang masih berjuang terima kasih atas semangat kalian selama
belajar bersama.
10. Keluarga besar IPMKA jogja yang telah menemani penulis selama
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun penulis berharap semoga tulisan ini banyak memberikan mamfaat bagi
penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
INTISARI.............................................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Kubis..................................................................................................... 5
D. Hipotesis .............................................................................................. 17
viii
C. Metode Penelitian ................................................................................... 18
E. Pemeliharaan ........................................................................................... 20
F. Panen ....................................................................................................... 21
A. Hasil ....................................................................................................... 25
B. Pembahasan ............................................................................................ 30
V. KESIMPULAN ............................................................................................ 35
A. Kesimpulan .......................................................................................... 35
LAMPIRAN .......................................................................................................... 39
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
............................................................................................................ 30
x
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
minggu 8 ......................................................................................................... 25
minggu 8 ......................................................................................................... 28
minggu ke 8 ..................................................................................................... 29
6. Variabel hasil Bobot krop, Bobot krop layak jual, Diameter krop pada tanaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xii
PENGARUH JENIS DAN KOSENTRASI PESTISIDA NABATI TERHADAP
Kata kunci : perasan daun kenikir, daun wedusan, kubis, Plutella xylostella L.
xiii
THE EFFECT OF THE KIND AND CONCENTRATION OF BOTANICAL
ABSTRACT
The goals of the study were to determine which organic pesticide (of Cosmos
caudatus and Ageratum conyzolydes) way capable of effectively control Plutella
xylostella infestation on and to find thai roptimum concentration. The study was done
from May to August 2018 at Sumber Rahayu, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. The
study was a single-factor experiment with seven treatment levels and a positive
control repeated four times and set in a randomized complete block design. The
treatment levels consisted of K0 (positive control), K1 (15% of extracted Cosmos
caudatus leaves) K2 (20% of extracted Cosmos caudatus leaves), K3 (25% of
extracted Cosmos caudatus leaves), K4 (15% of extracted Ageratum conyzolydes), K5
(20% of extracted Ageratum conyzolydes) K6, (30% of extracted Ageratum
conyzolydes). The observed data were analyzed using ANOVA followed by Duncans
Multiple Range Tes (DMRT). The results showed that the extract of Cosmos caudatus
leaves way more effective in controlling Plutella xylostella infestation on cabbage
than the other despite the fact that its efficacy is still lower than Klorotaloniprol. The
most effective organic pesticide in managing Plutella xylostella population way 25%
of extracted Cosmos caudatus, even though its yield way not significantly different
with control.
xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Plutella xylostella L merupakan hama utama pada tanaman kubis. Pada saat
angka populasi tinggi, larva memakan semua daun dan hanya meninggalkan tulang-
tulang daun, sehingga terjadi kerusakan berat. Serangga hama ini menyebabkan
kerusakan 20-30% pada tanaman kubis, bahkan sangat merusak sampai produk
tanaman ini tidak bisa lagi dijual (Daryanto et al., 1998 cit. Mawuntu, 2015). Jenis
hama ini menempati kedudukan sebagai hama utama (Williams et al., 1996 cit.
Sukorini, 2006).
bersifat sintesis berkembang luas karena dianggap paling cepat dan ampuh mengatasi
resistensi hama, resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami dan masalah pencemaran
spesiesnya dari kepunahan akibat serangan hama. Spesies tanaman yang tidak pernah
tanaman lain bisa jadi mengandung bahan metabolit sekunder yang dapat dipakai
sebagai pestisida (Novizan, 2002 cit. Sukorini, 2006). Pemakaian pestisida organik
1
2
dan penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) adalah dua hal yang saling
kemampuan alam untuk mengendalikan OPT . Hal ini sangat sejalan dengan tujuan
keseluruhan, mudah dan terjangkau petani, serta efektif dalam menjamin tingkat
produksi yang tinggi. Salah satu alternatif tersebut adalah usaha pemanfaatan
tumbuhan yang digunakan sebagai biopestisida atau biasa disebut dengan pestisida
nabati
nabati, diantaranya adalah daun kenikir dan daun wedusan. Ekstrak daun kenikir
Sedangkan ekstrak daun wedusan memiliki kandungan yang hampir sama dengan
daun kenikir. Di dalam daun wedusan terkandung senyawa penting atau senyawa
metabolit yang bersifat seperti, saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri
(Kinasih, 2013).
3
Beberapa bahan dari alam seperti daun kenikir dan daun wedusan mempunyai
beberapa kandungan yang tidak disukai oleh hama pengganggu pada tanaman
budidaya, selain itu bahan tersebut sangat mudah didapatkan dari lingkungan sekitar
dan salah satu daun tersebut juga kurang termamfaatkan dan untuk mendapatkanya
B. Rumusan Masalah
diambil untuk penelitian kali ini adalah berapakah konsentrasi yang tepat untuk
mengendalikan hama ulat daun (P xylostella) dan apakah perasan daun kenikir dan
C. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui jenis pestisida nabati daun kenikir atau daun wedusan yang
D. Manfaat penelitian
pestisida nabati dengan konsentrasi yang paling tepat untuk diaplikasikan pada
tanaman kubis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kubis
Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman semusim atau dua musim.
Bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Sistem perakaran
kubis agak dangkal, akar tunggangnya segera bercabang dan memiliki banyak akar
serabut. kubis merupakan sayuran ekonomis dan serbaguna yang mudah ditemukan
dan memberikan nilai gizi yang sangat besar. Kubis kaya akan fitonutrien dan
berbagai vitamin seperti vitamin A, B, dan C. Ini semua adalah antioksidan alami,
yang membantu mencegah kanker dan penyakit jantung, mencegah radikal bebas dan
1. Klasifikasi kubis
Berikut adalah klasifikasi dari tanaman kubis (B oleraceae):
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea L. (Simpson,2006).
2. Morfologi kubis
Kepala kubis paling tepat digambarkan sebagai tunas akhir tunggal yang
besar, yang terdiri atas daun yang saling tumpang tindih secara ketat, yang
5
6
umumnya berkisar 40-60 cm. Pertumbuhan daun memanjang dan tiarap. Daun
berikutnya secara progresif lebih pendek, lebih lebar, lebih tegak, dan mulai
menindih daun yang lebih muda. Bersamaan dengan pertumbuhan daun, batang
juga lambat lahun juga akan memanjang dan membesar pertumbuhan kepala
bagian dalam yang terus berlangsung hinnga melewati fase matang (keras) dapat
berkisar elips meruncing hingga gepeng, dengan bentuk yang paling disukai
adalah bundar atau hampir bundar, warna daun beragam mulai dari hijau muda
hinga hijau-biru tua dan juag ungu kemerahan tekstur daun licin atau kusut
(Rubatzky et al.,1998)
bekas tempat duduk daun. Tanaman ini berakar tungang dengan akar sampingnya
sedikit ketepi dangkal. Daunya lebar berbentuk bulat telur. Bunga tersusun dalam
tandan dengan mahkota bungga berwarna kuning spesifik, buahnya bulat panjang
kecoklatan dan mudah pecah bijinya berbentuk bulat kecil dan berwarna
kecoklatan. Biji yang banyak tersebut menempel pada diding bilik tengah
polong.
7
ketinggian tempat lebih dari 750 mdpl (meter di atas permukaan laut). Namun
demikian sekarang sudah banyak kubis yang ditanam di dataran yang lebih
rendah. Kubis toleran terhadap beberapa jenis tanah dengan PH netral, tetapi
pada tanah yang masam, kubis mampu tumbuh dengan baik. Kubis termasuk
(Ashari, 1995).
Menurut Sarjono (2011), syarat yang paling penting untuk dipenuhi supaya
kubis tumbuh dengan baik, yaitu tanahnya gembur mengandung bahan organik,
suhu udara yang lembab dan rendah. Pada umumnya pada dataran rendah dan
bersuhu tinggi tanaman kubis sulit untuk membentuk krop (telur) atau bunga
syarat lainya adalah pH antara 6-7 karena ada salah satu jenis kubis, yaitu kubis
bunga yang sangat peka terhadap pH rendah. Waktu tanam kubis yang paling
baik ialah pada awal musim hujan atau awal musim kemarau.
4. Teknik Budidaya
a. Pengolahan tanah
Menurut Suwandi et al., (1993) Selanjutnya kemasaman tanah (pH)
Dolomit sebanyak kira-kira 2 t/ha. Kapur diaduk rata dengan tanah dan
sesuai dengan jarak tanam antar baris (biasanya 70 cm). Selanjutnya dibuat
cm).
b. Persemaian
Tempat persemaian berbentuk persegi panjang dan menghadap kearah
digunakan campuran tanah dan pupuk kandang (kompos) yang halus serta
matang dengan perbandingan 1:1 yang telah dibersikan terlebih dahulu dari
sisa-sisa gulma atau kotoran yang ada pada tanah. Benih yang telah disebar
ditutup tipis dengan media persemaian, kemudian ditutup dengan daun pisang
atau karung plastik yang bersih. Setelah tiga sampai empat hari benih
berumur tujuh hari hingga terbentuk lembaga. Selain itu bibit dipindahkan
satu per satu pada bumbungan daun pisang dengan media yang sama dan
pengendalian OPT (Suwandi et al., 1993). Hal ini dilakukan karena bibit
kubis di lapangan.
9
c. Penanaman
Bibit kubis yang telah berumur tiga sampai empat minggu memiliki empat
sampai lima daun dan siap untuk ditanam di lapangan. Penanaman bibit kubis
yang tua (umurnya lebih dari enam minggu) akan mengakibatkan penurunan
hasil panen kubis, karena ukuran krop kecil dan ringan bobotnya. Ukuran
krop kubis yang dihasilkan juga tergantung pada varietas kubis yang ditanam
dan jarak tanam yang digunakan dalam barisan. Jarak tanam tergantung pada
krop ± 2 kg/tanaman.
d. Pemeliharaan
(1) Penyiraman
Setelah bibit kubis ditanam di lapangan perlu dilakukan penyiraman.
perlu dijaga dengan baik. Drainase yang jelek atau pertanaman kubis
(2) Penyulaman
Dilakukan pada tanaman rusak ( tidak sehat ) atau yang sudah mati,
(3) Pendangiran
Pendangiran harus dilakukan dengan hati-hati, dan tak perlu terlalu
dalam karna bisa merusak akar. Pada saat pendangiran bisa langung
2006).
(4) Pemupukan
akan digunakan harus yang sudah matang, Jenis dan dosis penggunaan
pupuk organik untuk tanaman kubis adalah pupuk kandang sapi sebanyak
30 t/ha yang setara dengan pupuk kandang domba sebanyak 19 t/ha atau
kompos jerami padi 18 t/ha (Suwandi et al., 1993). Pupuk kandang sapi
tanam).
11
terhadap serangan OPT. Potensi hasil panen kubis selain dipengaruhi oleh
dosis pemupukan fosfat (P), juga sangat dipengaruhi oleh macam sumber
Pada setiap budidaya tanaman pastinya ada permasalahan yang dialami, salah
satunya yaitu hama. Hama merupakan organisme penggaguu tanamna budidaya yang
sangat meresahkan petani apalagi bila intensitas serangan hama tersebut tinggi,
pastinya petani mengalami kerugian yaitu penurunan hasil panen, maka dari itu
Pada budidaya tanaman kubis, memilki jenis hama pengganggu yang tentunya
A. Klasifikasi
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : P xylostella L.
coklat kelabu, dan aktif pada malam hari. Ngengat P. xylostella tidak kuat
terbang jauh dan mudah terbawa oleh angin. Menurut Harcourt (1954), pada saat
tidak ada angin, ngengat jarang terbang lebih tinggi dari 1,5 m di atas
hidup) ngengat betina rata-rata 20,3 hari (Vos, 1953). Ngengat betina kawin
berkilau dan lembek. Ngengat betina meletakkan telur secara tunggal atau dalam
13
kelompok kecil (tiga atau empat butir), atau dalam gugusan (10-20 butir) di
sekitar tulang daun pada permukaan daun kubis sebelah bawah (Vos 1953).
Ngengat betina bertelur selama 19 hari dan jumlah telur rata-rata sebanyak 244
Larva berbentuk silindris, berwarna hijau muda, relatif tidak berbulu,, dan
mempunyai lima pasang proleg Harcourt (1954) Panjang larva dewasa (instar ke-
3 dan 4) kira-kira 1 cm. Larva lincah dan jika tersentuh akan menjatuhkan diri
serta menggantungkan diri dengan benang halus. Larva jantan dapat dibedakan
dari larva betina karena memiliki sepasang calon testis yang berwarna kuning
Sastrosiswojo. (1987). Rata-rata lamanya stadium larva instar kesatu 3,7 hari,
larva instar kedua 2,1 hari, larva instar ketiga 2,7 hari, dan larva instar keempat
Antara larva instar ke-4 dengan prapupa tidak terjadi pergantian kulit
(Harcourt 1954). Pupa P xylostella dibungkus kokon (jala sutera) dan diletakkan
pada permukaan bagian bawah daun kubis. Menurut Vos (1953), lamanya
karena akhir-akhir ini kubis juga ditanam di dataran rendah, P. xylostella juga
dapat ditemukan pada pertanaman kubis di dataran rendah. Faktor iklim (curah
14
curah hujan lebih banyak terjadi pada larva muda, yakni larva instar ke-1 dan
larva instar ke-2 daripada larva instar ke-3 dan larva instar ke-4. Oleh karena itu,
sampai dengan Oktober) atau apabila keadaan cuaca kering selama beberapa
minggu. Populasi larva yang tinggi terjadi setelah kubis berumur enam sampai
delapan minggu. Hama P. xylostella juga dapat menyerang tanaman kubis yang
P. xylostella merupakan hama utama tanaman kubis putih dan jenis kubis
lainnya seperti kubis merah, kubis bunga, selada air, dan lain-lain. Selain itu,
yang sedang membentuk krop jika tidak terdapat hama pesaingnya, yaitu C.
binotalis. Larva P. xylostella instar ketiga dan keempat makan permukaan bawah
daun kubis dan meninggalkan lapisan epidermis bagian atas. Setelah jaringan
daun. Jika tingkat populasi larva tinggi, akan terjadi kerusakan berat pada
tanaman kubis, sehingga yang tinggal hanya tulang-tulang daun kubis Serangan
15
(Sastrosiswojo 1987).
C. Pestisida Nabati
kenikir dan pada musim tertentu ada banyak tumbuhan yang ada dilahan tidur
Cosmos berasal dari Amerika tropis yang tersebar luas di daerah tropis dengan
nama binomial C caudatus. Nama ini disampaikan oleh Karl Sigismund Kunth di
tahun 1820 dan dianggap sebagai nama yang sah telah dipublikasikan. Tinggi
kenikir bisa mencapai 2.5 m, merupakan tanaman setahun dengan daun-daun yang
oval atau bulat telur dan anak-anak daun tidak terpisah secara nyata pada tulang
dari bulan Juni sampai dengan Oktober, sedangkan di daerah tropis, bisa sepanjang
tahun. Kenikir menyukai tempat tumbuh yang langsung terkena sinar matahari
dengan tanah berpasir atau berbatu, berlempung, liat berpasir atau berlempung
(Lamprosem indica). Cairan perasan daun kenikir dengan konsentrasi 20 mL/L. air
kenikir dalam berbagai konsentrasi (ekstrak daun kenikir 20 g/100 g beras, ekstrak
daun kenikir 40 g/100 g beras, ekstrak daun kenikir 60 g/100 g beras, dan ekstrak
daun kenikir 80 g/100 g beras) berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas kutu
Ageratum, adalah tumbuhan herba setahun yang dapat mencapai tinggi 30-90 cm
dan tumbuh tegak. Batang bulat bercabang dan memiliki bulu atau rambut halus,
daun tungal berwarna hijau, bertangkai, berbentuk bulat telur dan memiliki tepian
bergerigi, bagian ujungnya meruncing, Panjang 3-4 cm, lebar 1-2,5 cm, bunga
majemuk terletak pada ketiak daun berwarna putih dan unggu dan tiap tangkai
berkumpul 3 atau lebih kuntum bungga, memiliki akar tungang, wedusan mampu
Daun wedusan digunakan untuk insektisida nabati, selain itu juga dapat
digunakan untuk obat seperti luka baru, wasir, sakit dada, mata dan perut,
kosentrasi ekstra wedusan yang diberikan maka semakin tinggi tingkat mortalitas
larva Spodoptera litura F sebesar 60%, sedangkan pada uji lanjutan 20% ekstak
wedusan mengakibatkan kematian larva uji sebesar 100% dengan waktu kurang
dari 1 jam.
mengendalikan larva Plutela xylostela yaitu pada 60% namun tidak berbeda nyata
E. Hipotesis
20% mampu mengendalikan ulat daun (Plutella xylostella L) pada tanaman kubis.
Dan memberikan pengaruh terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman kubis.
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2018 – Agustus
Sleman, Yogyakarta.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu polybag ukuran 30x30,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit tanaman kubis
HIBRIDA K-K CROSS varietas dataran rendah, Klorantraniliprol, daun kenikir dan
daun wedusan.
C. Metode Penelitian
18
19
Total ada 7 perlakuan dan masing-masing diulang 4 kali, jadi ada 28 unit
percobaan. Masing-masing unit terdiri atas 10 polybag, total ada 7x4x10= 280
polybag.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
Pembuatan ekstrak
kemudian diblender hingga halus dan direndam di dalam 1 L air yang telah
air sesuai konsentrasi yang digunakan (Novizan, 2002 cit. Henik 2003).
2. Persiapan bibit
dengan media tanah dan pupuk kandang sapi dengan volume perbandingan 1:1
pada saat persemaian perlu dilakukan perawatan yang rutin seperti penyiraman
Media yang digunakan adalah campuran dari tanah dan pupuk kandang
sapi dengan volum 2 : 1 (v/v). Media sebelum digunakan diayak terlebih dahulu
4. Penanaman
Penanaman dilakukan ketika bibit sudah memiliki daun 4-5 helai, dan
setelah itu menekan tanah yang sudah ditanam kubis supaya kubis tidak rebah.
E. Pemeliharaan
1. Penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin 1-2 kali sehari yaitu pada fase
pertumbuhan, tanman kubis tanman kubis memerlukan air yang cukup, sehingga
2. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada kubis yang tidak tumbuh, dengan cara mengganti
dengan bibit kubis yang baru dan dilakukan selama tanaman berumur maksimal 7
hari.
3. Penyiangan
4. Pemupukan.
dosis pupuk Urea 0,8 g, ZA, 2 g, SP-36 4 g, dan KCL 3,2 g. Sisa pupuk (Urea 0,8
5. Aplikasi perlakuan
kontrol disemprot dengan pestisida nabati perasan daun kenikir dan perasan daun
pada 7 HST dengan rentang waktu sepekan sekali sampai menjelang pemanenan
konsentrasi yang sesuai dengan taraf perlakuan yang diuji dalam penelitian.
F. Panen
Panen dilakukan setelah tanaman berumur 65-70 hari setelah pindah tanam,
dengan cara memotong bagian krop dengan bagian yang lain. Selain itu kriteria
kubis krop dapat dipanen dapat diketahui ketika krop sudah mengeras dan
G. Variabel penelitian
1. Hama
a. Populasi hama
I = ∑ (n . v) x 100%
ZxN
Keterangan:
I = Intensitas / beratnya kerusakan/ serangan (%)
n = jumlah daun rusak tiap kategori serangan
v = nilai skor untuk tiap kategori kerusakan.
N = jumlah total sampel yang diamati
Z = nilai skor kategori kerusakan yang tertinggi
Penentuan tingkat kerusakan tanaman kubis menurut Departemen
2. Tanaman kubis
a. Pertumbuhan tanaman
b. Hasil
Pada pengamatan hasil akhir dilakukan satu kali pada saat setelah panen
bobotnya.
H. Analisis Data
parameter dianalisis mengunakan analisis varian dengan taraf 5%. Apabila pada
parlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncans
perlakuan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Populasi Hama
penyemprotan, menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata terhadap jumlah hama
sebelum penyemprotan.
25
26
perasan daun wedusan 15%), dan pada pengamatan minggu ke 8 intensitas serangan
4. Tinggi tanaman
terhadap variabel tinggi tanaman, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata,
seperti yang disajikan pada Tabel 4, dimana pada pengamatan minggu ke 3 dan 7
(konsentrasi perasan daun wedusan 25%) pada minggu ke 3 mencapai hasil 19.36 dan
pada minggu ke 7 pertumbuhan terbaik mencapai hasil 27.56, serta pada minggu ke 4
wedusan 15%) pada minggu ke 4 mencapai pertumbuhan terbaik sebesar 23.72 dan
5. Jumlah daun
terhadap variabel jumlah daun, menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nyata pada
jumlah daun yang ditunjukkan pada Tabel 5. pada minggu 1 pertumbuhan jumlah
daun yang terbaik pada konsentrasi K1 (konsentrasi perasan daun kenikir 15%) yaitu
pada minggu ke 6 pertumbuhan jumlah daun terbaik mencapai angka sebesar 15.75.
29
6. Hasil Panen
Hasil analisis pengaruh pestisida nabati terhadap variabel hasil bobot krop
dan konsentrasi daun kenikir K3 (konsentrasi daun kenikir 25%) hampir mendekati
hasil yang terbaik pada perlakuan. Pada variabel bobot krop layak jual hasil terbaik
diameter krop yang menunjukan hasil terbaik didapat pada K0 dan K3 keduanya
Tabel 6. Variabel hasil bobot krop (g) , bobot krop layak jual (g), diameter krop
(mm), pada tanaman kubis dengan pengaruh pestisida nabati
Perlakuan Bobot Krop (g) Bobot Krop Layak Jual (g) Diameter (cm)
Klorantraniliprol 209.70 a 195.19 a 9.35 a
Kenikir 15% 67.61 cd 62.39 b 5.15 bc
Kenikir 20% 102.69 bc 52.50 b 6.50 b
Kenikir 25% 149.26 ab 147.47 a 7.80 a
Wedusan 15% 64.52 cd 57.37 b 5.61 bc
Wedusan 20% 57.59 cd 41.21 b 4.99 bc
Wedusan 25% 34.46 d 29.08 b 4.13 c
Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf kecil yang
sama menunjukan nilai yang berbeda tidak nyata dalam uji DMRT 5%
B. Pembahasan
tidak ada perbedaaan nyata antara perlakuan, baik kontrol, perasan daun kenikir dan
31
perasan daun wedusan. Hal ini dikarenakan belum ada penggaplikasian pestisida
ditunjukkan pada pengamatan kedua dengan jumlah populasi hama mencapai 0,10.
Hal ini dikarenakan pada perasan daun kenikir megandung senyawa alkaloid dan
minyak atsiri yang bersifat toksin, Sejalan dengan itu, Martosupono, (2009)
bahwa pada minggu 1 dan 2 dengan konsentrasi K5 (perasan daun wedusan 20% )
25%). Dalam hal ini pada pengamatan jumlah hama setelah penyemprotan pada
yang paling banyak terserang hama P xylostella L tapi dalam hal ini jumlah hama
yang tinggi tidak begitu banyak menyebabkan kerusakan hal bisa disebabkan ulat
yang ada pada kubis berpindah tempat dari tanaman satu ketanaman yang lain dan
menyebabkan tanaman yang awalnya tidak terserang hama menjadi terserang dan
intesitas serangan hama menjadi tinggi sejalan dengan penelitian ini. Kinasih
(2013). Menyatakan jika jumlah populasi hama dapat ditekan nilai kerusakan pada
membentuk krop jika tidak ada hama pesaing Crocidolomia binotalis. Jika populasi
larva P xylostella L tinggi, akan terjadi kerusakan yang berat pada tanaman kubis,
sehingga yang tinggal hanya tulang-tulang daun kubis (Gambar 2). Serangan hama P
xylostella L yang berat pada tanaman kubis dapat mengagalkan panen (Sastrosiswojo
1987)
sampai ujung tertinggi pada daun kubis pada tabel 4 pada pengamatan minggu 3 dan
(perasan daun wedusan 15%). Hal ini menunjukkan untuk pertumbuhan tinggi
33
tanaman pada perlakuan perasan daun wedusan memberikan perbedaan yang nyata
pada tinggi tanaman hal ini disebabkan karna pada tanaman daun wedusan terdapat
dibanding perlakuan yang lainya hal ini dikarenakan pada pertambahan jumlah daun
pada K0 semua daun hanya sedikit yang terkena serangan hama P xylostella L karna
pada tanaman kontrol mengunkan pestisida sintentik dan sudah sering diterapkan
oleh petani.
Pada variabel hasil yaitu bobot krop segar, bobot krop layak jual dan diameter
sedangkan pestisida nabati yang telah digunkan pada penelitian ini pestisida yang
25%) dalam hal ini perasan daun kenikir dengan konsentrasi yang tinngi mampu
mengendalikan hama ulat daun P xilostella L. Dalam hal ini nilai kerusakan yang
baik bobot krop, bobot krop layal jual dan diameter krop ketiganya menunjukan
perbedaan yang nyata antara intesitas serangan tertinggi dan terendah, seperti
kerugian bagi petani akibat serangan hama P xylostella L dan petani akan
34
mengalami gagal panen setelah terserang P xylostella L jika penanganan hama tidak
tepat, sejalan dengan peneilitian ini Rahayu (2012) menyatakan bahwasanya perasan
xylostella L. dan mampu meberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi K0 (Klorantraniliprol).
2. Bedasarkan hasil penelitan diketahui bahwa perasan daun kenikir lebih efektif
sintentis klorantraniprol.
35
DAFTAR PUSTAKA
Saleh H, Sulistriana, Sri Wardhani 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos
Caudatus Kunth.) Terhadap Mortalitas Kutu Beras (Sitophilus Oryzae
L.). Universitas Muhammadiyah Palembang.
37
37
Martosupono, Abas, F., Fuzzati, N., Pathak, V.N., Ren, W., dan Taraphdar, 2009.
Ekstrak tumbuhan Asteraceae, Pusat Penelitian Kimia LIPI, Jakarta.
Mawuntu, M. S. . 2015. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak dan Daun Pepaya Dalam
Pengendalian Plutella xylostella L . ( Lepidoptera ; Yponomeutidae )
pada Tanaman Kubis di Kota Tomohon. Ilmiah Sains, 16(1), 1–6.
Rahayu, M., Pakki, T., dan Saputri, R. 2012. Uji Konsentrasi Cairan Perasan Daun
Kenikir ( Tagetes Patula Juss ) Terhadap Mortalitas Ulat Penggulung
Daun ( Lamprosema Indica ) Pada Tanaman Ubi Jalar Test on Extract
Concentration of Leaf Kenikir ( Tagetes Patula Juss ) to Mortality Leaf
Winder Cater. Jurnal Agtoteknos, 2(1), 36–40.
Riyati R, Poerwanto M.E., Utomo N.B, 2010, Berbagai kosentrasi ektak rimpang
alang-alang (tempera cilindrica) dan daun bandotan (Ageritum
conyzolides) dalam penelitian plutella xylostella pada sawi (Brassica
juncea). UPN Veteran : Yogyakarta.
Rubatzky,V.E dan Mas Y 1998., sayuran dunia 2 : prinsip, produksi dan gizi edisi
keduan, Penerbit ITB, Bandung.
Sastrosiswojo, S., Uhan, T. S., & Sutarya, R. 2005. Penerapan Teknolog PHT pada
Tanaman Kubis, 1–75
Suwandi, Y. Hilman & N. Nurtika. 1993. Budidaya tanaman kubis, Dalam : A.H.
Permadi & S. Sastrosiswojo (Penyunting). Kubis. Edisi Pertama. Balithort
Lembang-BAPPENAS.h.23-38.
38
LAMPIRAN
Lampiran I
Layout Percobaan
U
K5U1 K2U1 K6U6 K0U4
Keterangan :
K0 : pestisida kimia (Klorantraniliprol 50 g/liter)
K1 : Ekstrak daun kenikir konsentrasi 15%
K2 : Ekstrak daun kenikir konsentrasi 20%
K3 : Ekstrak daun kenikir konsentrasi 25%
K4 : Ekstrak daun wedusan konsentrasi 15%
K5 : Ekstrak daun wedusan konsentrasi 20%
K6 : Ekstrak daun wedusan konsentrasi 25%
40
Lampiran II
Layout petak unit
60 cm
40 cm 60 cm
60 cm
60 cm
60 cm
60 cm
= Tanaman sampel 1
= Tanaman sampel 2
= Tanaman sempel 3
= Tanaman sempel 4
= Tanaman sempel 5
Jarak antara sempel 40 cm
Jarak antara perlakuan 60 cm
41
Lampiran III
Metode Pembuatan Larutan Dan Kalibrasi
setelah semai (HSS) memerlukan dosis 10 ml sehingga untuk 40 tanaman dalam satu
Lampiran IV.