ELEMEN MESIN I
(MC 101)
Oleh:
Alhamdulillah diktat mata kuliah Elemen Mesin I (MC 101) ini berhasil disusun
dengan semaksimal mungkin. Diktat ini disusun mengacu pada silabus mata kuliah yang
diberlakukan untuk program S1 yang disajikan pada tiap semester dengan jumlah SKS dua.
Diktat ini diterbitkan untuk kalangan sendiri pada jurusan Teknik Mesin FT-UNRAM.
Diktat mata kuliah ini diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam memahami
materi yang disampaikan Dosen. Dalam diktat ini menyajikan bermacam-macam contoh
soal dan latihan soal dalam setiap BAB, yang mana mahasiswa diharapkan bisa
memanfaatkan dengan baik untuk memperkuat pemahaman materi setiap BAB. Namun
demikian, mahasiswa sebaiknya juga membaca buku-buku referensi yang lain tentang
Perancangan Elemen Mesin (Machine Design) sehingga diperoleh informasi yang lebih
lengkap dalam upaya memahami materi perkuliahan.
Bagaimanapun, diktat ini masih diperlukan perbaikan secara bertahap, oleh karena
itu mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan diktat ini.
Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulisan
diktat ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
1.1 Kriteria perancangan 1
1.2 Prosedur Umum dalam Perancangan mesin 1
1.3 Pertimbangan Umum dalam Perancangan mesin 2
1.4 Standar, kode, dan peraturan pemerintah dalam desain 3
BAB II: DASAR PEMBEBANAN 4
2.1 Gaya aksial 4
2.2 Geser murni 7
2.3 Working Stress (tegangan kerja) 8
2.4 Faktor Keamanan (N) 8
Latihan soal 9
BAB III: TEGANGAN BENDING DAN TORSI 10
3.1 Tegangan Geser Torsi 10
3.2 Tegangan Bending dalam Balok Lurus 14
Latihan soal 19
BAB IV: SAMBUNGAN KELING 21
4.1 Pendahuluan 21
4.2 Metode Pengelingan 21
4.3 Material Keling 22
4.4 Tipe Kepala Keling 23
4.5 Tipe Sambungan Keling 24
4.6 Kegagalan Sambungan Keling 26
4.7 Kekuatan dan Efisiensi Sambungan Keling 28
4.8 Sambungan Keling untuk Struktur 30
4.9 Sambungan Keling dengan Beban Eksentris 35
Latihan soal 43
BAB V : SAMBUNGAN LAS (WELDING JOINT) 45
5.1 Pendahuluan 45
5.2 Jenis Sambungan Las 45
5.3 Kekuatan sambungan las fillet melintang 46
5.4 Kekuatan sambungan las fillet sejajar 47
5.5 Kasus khusus sambungan las fillet 48
5.6 Kekuatan Butt Joint 51
5.7 Beban eksentris sambungan las 55
Latihan soal 65
BAB VI: SAMBUNGAN ULIR 67
6.1 Pendahuluan 67
6.2 Istilah penting pada ulir 67
6.3 Jenis ulir 68
6.4 Jenis Sambungan ulir 70
6.5 Dimensi standar ulir 71
4
6.6 Sambungan baut akibat beban eksentris 73
6.7 Beban eksentris yang sejajar terhadap dengan sumbu baut 73
6.8 Beban eksentris yang tegak lurus terhadap sumbu baut 75
6.9 Beban eksentris pada bracket dengan sambungan melingkar 77
Latihan soal 79
BAB VII: KOPLING 81
7.1 Pendahuluan 81
7.2 Tipe Kopling 81
7.3 Sleeve atau Muff Coupling 81
7.4 Clamp atau Compression Coupling 84
7.5 Flange Coupling (kopling flens) 86
Latihan soal 90
1
2. Mekanisme. Pilih mekanisme atau kelompok mekanisme yang mungkin.
3. Analisis gaya. Tentukan gaya aksi pada setiap bagian mesin dan energi yang
ditransmisikan pada setiap bagian mesin.
4. Pemilihan material. Pilih material yang paling sesuai untuk setiap bagian dari mesin.
5. Rancang elemen-elemen (ukuran dan tegangan). Tentukan bentuk dan ukuran bagian
mesin dengan mempertimbangkan gaya aksi pada elemen mesin dan tegangan yang
diijinkan untuk material yang digunakan.
6. Modifikasi. Merubah/memodifikasi ukuran berdasarkan pengalaman produksi yang
lalu. Pertimbangan ini biasanya untuk menghemat biaya produksi.
7. Gambar detail. Menggambar secara detail setiap komponen dan perakitan mesin
dengan spesifikasi lengkap untuk proses produksi.
8. Produksi. Komponen bagian mesin seperti tercantum dalam gambar detail diproduksi
di workshop.
Diagram alir untuk prosedur umum perancangan mesin dapat dilihat pada Gambar 1.1 di
bawah ini.
Pengenalan kebutuhan
Sintesis (mekanisme)
Analisa gaya
Pemilihan bahan
Desain Elemen
(ukuran dan tegangan-tegangan)
Modifikasi
Gambar detail
Produksi
Dasar pembebanan pada elemen mesin adalah beban (gaya) aksial, gaya geser
murni, torsi dan bending. Setiap gaya menghasilkan tegangan pada elemen mesin, dan juga
deformasi, artinya perubahan bentuk. Di sini hanya ada 2 jenis tegangan: normal dan geser.
Gaya aksial menghasilkan tegangan normal. Torsi dan geser murni, menghasilkan
tegangan geser, dan bending menghasilkan tegangan normal dan geser.
Tegangan. Dua gaya P menghasilkan beban tarik sepanjang axis balok, menghasilkan
tegangan normal tarik σ sebesar:
P (2-1)
σ =
A
Contoh 1.
Tentukan tegangan normal pada sebuah balok persegi dengan sisi a = 5cm ditarik dengan
gaya P = 55 kN.
Penyelesaian :
P = 55 kN = 55.000 N
a = 5cm = 0,05m
2 2 2
Menghitung luas penampang balok A = a = (0,05m) = 0,00025 m .
Menghitung tegangan normal dalam balok σ :
P 55.000 N
σ = =
A 0,00025m 2
2
= 22.000.000N / m
= 22MPa
Contoh 2.
Hitung luas penampang minimum (Amin) yang dibutuhkan untuk balok yang dibebani tarik
secara aksial oleh gaya P = 45 kN agar tidak melebihi tegangan normal maksimum σmax =
250 MPa.
Penyelesaian :
Mulai dengan Persamaan (2-1) dengan tegangan normal adalah maksimum σmax dan area A
adalah minimum untuk memberikan:
P
σ max =
Amin
P
=
Amin σ
max
45.000 N
=
250.1026 N / m
2
= 0,00018m
Contoh 3.
Sambungan rantai besi cor seperti Gambar 2.2 di bawah ini dipakai untuk mentransmisikan
beban tarik yang tetap sebesar 45 kN. Tentukan tegangan tarik yang terjadi dalam material
rantai pada potongan A-A dan B-B.
Regangan.
Gaya aksial pada Gambar 2.1 juga menghasilkan regangan aksial ε: δ
ε=
L
dengan δ adalah pertambahan panjang (deformasi) dan L adalah panjang balok.
(2-2)
Contoh 4.
Hitung regangan ε untuk pertambahan panjang δ = 0,038cm dan panjang balok L = 1,9m.
Penyelesaian :
Menghitung regangan :
0,038cm
δ=
ε= 1,9.100cm
L
= 0,0002
Diagram tegangan-regangan.
Jika tegangan σ diplotkan berlawanan dengan regangan ε untuk balok yang
dibebani secara aksial, diagram tegangan-regangan untuk material ulet dapat dilihat pada
Gambar 2.3, dengan A adalah batas proporsional, B batas elastis, D kekuatan ultimate
(maksimum), dan F titik patah.
Tegangan.
Jika keling dipotong pada bagian tengah sambungan untuk mendapatkan luas
penampang A dari keling, kemudian menghasilkan diagram benda bebas pada Gambar 2.4.
Satuan tegangan geser sama dengan tegangan normal, yaitu pound per square inch
2
(psi) dan N/m atau Pascal (Pa).
Andaikata dua sambungan keeling ditarik secara bersamaan seperti di bawah ini:
Jika kedua keling dipotong bagian tengah sambungan untuk mendapatkan luas
penampang A dari keling, kemudian menghasilkan diagram benda bebas pada Gambar 2.6.
Jumlah paku keling bertambah, maka tegangan geser setiap keling menjadi berkurang.
Contoh 5.
Tentukan tegangan geser τ dalam salah satu dari empat sambungan keling jika diketahui P
= 45 kN dan diameter D = 0,6 cm.
Penyelesaian :
Diketahui: P = 45kN = 45.000N
D = 0,6 cm = 0,006 m
Menghitung penampang setiap keling A:
2
A = πD /4
2
= 3,14.(0,006m) /4
2
= 0,00003 m .
Di sini 4 keling harus menahan gaya P, gaya geser V untuk tiap keling adalah:
4V = P
V = P/4 = 45.000N/4 = 11.250N
Menghitung tegangan geser tiap keling adalah:
V 11.250 N
τ = =
Akeling 0.00003m 2
2
= 375.000.000 N / m = 375MPa
Untuk material yang ulet seperti baja karbon rendah, faktor keamanan didasarkan pada
yield point stress (tegangan titik luluh);
Untuk material yang getas seperti besi cor, faktor keamanan didasarkan pada ultimate
stress (kekuatan tarik);
Ultimate stress
Faktor Keamanan = Working atau design stress
Latihan:
1. Dua batang bundar berdiameter 50mm dihubungkan oleh pin, seperti pada Gambar
2.7, diameter pin 40 mm. Jika sebuah tarikan 120 kN diberikan pada setiap ujung
batang, tentukan tegangan tarik dalam batang dan tegangan geser dalam pin.
Gambar 2.7
2. Diameter piston mesin uap adalah 300mm dan tekanan uap maksimum adalah 0,7
2
N/mm . Jika tegangan tekan yang diijinkan untuk material batang piston adalah 40
2
N/mm , tentukan ukuran batang piston.
3. Batang balok persegi 20mm x 20mm membawa sebuah beban. Batang tersebut
dihubungkan ke sebuat bracket dengan 6 baut. Hitung diameter baut jika tegangan
2 2
maksimum dalam batang balok adalah 150 N/mm dan dalam baut 75 N/mm .
BAB III
TEGANGAN BENDING DAN TORSI
Kadang-kadang elemen mesin menerima torsi murni atau bending murni, atau
kombinasi tegangan bending dan torsi. Kita akan membahas secara detail mengenai
tegangan ini pada halaman berikut ini.
Dengan τ = Tegangan geser torsi pada permukaan luar poros atau Tegangan geser
maksimum.
r = Radius poros,
T = Momen puntir atau torsi,
J = Momen inersia polar,
C = Modulus kekakuan untuk material poros,
l = Panjang poros,
θ = Sudut puntir dalam radian sepanjang l.
Catatan:
1. Tegangan geser torsi pada jarak x dari pusat poros adalah:
τx τ
=
x r
2. Dari persamaan (3-1) diperoleh:
J
T τ atau T = τ
= r
J r
J = I XX 4 4
= .d + .d
32
π
64 64
π 4 2 π 3
T = τ . .d . = .τ .d
32 d 16
Untuk poros berlubang dengan diameter luar do dan diameter dalam di, momen
inersia polar J adalah:
d
π [(d ) 4 − (d ) 4 ] dan r = o
J= o i
32 2
π [(d 4 4 2 ⎡ (d 4) − (d 4 ) ⎤
T=τ. )π − (di ) ]. = o i
.τ
32 o
d o 16 ⎢⎣ do ⎢
⎦
π ) (1 − k
3 4 d
= . τ (d o dimana k = i
16 ) do
Contoh 1:
Sebuah poros mentransmisikan daya 100kW pada putaran 160rpm. Tentukan
diameter poros jika torsi maksimum yang ditransmisikan melebihi rata-rata 25%. Ambil
tegangan geser maksimum yang diijinkan adalah 70 MPa.
Solusi:
3
P = 100 kW = 100.10 W;
N = 160 rpm;
Tmax = 1,25.Trata ;
2
τ = 70 MPa = 70 N/mm ,
Daya yang ditransmisikan P adalah:
3 2.π .N .Trata 2.3,14.160.Trata
100.10 = = = 16,76.T
rata
60 60
3
Trata = 100.10
16,76 = 5966,6N − m
3,14
7458.10 3 = .70.d 3
16
d = 542,4.10
3 3
d = 81,5mm
Contoh 2.
Poros baja berdiamter 35 mm dan panjang 1,2 m dijepit pada satu ujungnya oleh hand
wheel berdiameter 500mm dikunci pada ujung yang lain. Modulus kekakuan dari baja
adalah 80 GPa.
1. Berapa beban yang dipakai untuk menahan piringan roda yang menghasilkan
tegangan geser torsi 60 MPa?
2. Berapa derajat roda memuntir ketika beban dipakai?
Penyelesaian:
d = 35 mm atau r = 17,5 mm; untuk poros
l = 1,2 m = 1200 mm;
D = 500 mm atau R = 250 mm; untuk roda.
2 3 2
C = 80 GPa = 80 kN/mm = 80.10 N/mm ;
2
τ = 60 MPa = 60 N/mm .
1. Beban yang dipakai untuk menahan piringan roda (W).
Torsi yang dipakai untuk hand wheel (T),
T = W.R = W.250 = 250 W N-mm
Momen inersia polar poros J adalah:
π .d 4 = 3,14 .35 4 = 147,34.10 3 mm 4
J= 32
32
T τ
Kita mengetahui bahwa: =
J r
250W 60
3 =
147,34.10 17,5
W = 2020 N
Contoh 3:
Sebuah poros mentransmisikan daya 97,5 kW pada 180 rpm. Jika tegangan geser yang
diijinkan pada material adalah 60 MPa, tentukan diameter yang sesuai untuk poros. Poros
o
tidak boleh memuntir lebih dari 1 pada panjang 3 meter. Ambil C = 80 GPa.
Penyelesaian:
2
Diketahui: P = 97,5 kW; N = 180 rpm; τ = 60 MPa = 60 N/mm ;
o 9 2 3
θ = 1 = π/180 = 0,0174 rad; l = 3 m = 3000 mm; C = 80 GPa = 80.10 N/m = 80.10
2
N/mm .
Misalkan T = Torsi yang ditransmisikan oleh poros dalam Nm, dan
d = diameter dalam mm.
Kita mengetahui bahwa daya yang ditransmisikan oleh poros (P),
2 .π . N 2 .π . = 18,852.T
97,5.10 3 = =
.T 180.T
60 60
3 3
T = 97,5.10 /18,852 = 5172 Nm = 5172.10 Nmm.
Sekarang mari kita menentukan diameter poros berdasarkan pada kekuatan dan kekakuan.
1. Pertimbangan kekuatan poros
Kita mengetahui bahwa torsi yang ditransmisikan (T),
3 3 3 3
5172.10 Nmm = π/16 . τ.d = π/16 . 60.d = 11,78.d
3 3 3
d = 5172.10 /11,78 = 439.10
d = 76 mm.
2. Pertimbangan kekakuan poros
Momen inersia polar dari poros,
4 4
J = π/32 .d = 0,0982.d
T C .θ
Kita mengetahui bahwa: =
J l
3
5172.10
3 80.10 .0,0174
4 =
0,0982.d 3000
52 ,7.106
= 0,464
d4
4
d = 439000
d = 103 mm
Ambil yang lebih besar dari dua nilai di atas, kita akan peroleh d = 103 mm dibulatkan
menjadi 105mm.
Ketika balok menerima momen bending, bagian atas balok akan memendek akibat
kompresi dan bagian bawah akan memanjang akibat tarikan. Ada permukaan yang antara
bagian atas dan bagian bawah yang tidak memendek dan tidak memanjang, permukaan itu
dinamakan permukaan netral (neutral surface). Titik potong permukaan netral dengan
sembarang penampang balok dinamakan sumbu netral (neutral axis). Distribusi tegangan
dari balok ditunjukkan dalam Gambar 3.2. Persamaan bending adalah :
M σ E
I = y =R
Karena E dan R adalah konstan, oleh karena itu dalam batas elastis, tegangan pada
sembarang titik adalah berbanding lurus terhadap y, yaitu jarak titik ke sumbu netral.
Juga dari persamaan di atas, tegangan bending adalah:
M M M
σ= .y= =
I I/y Z
Rasio I/y diketahui sebagai modulus penampang (section modulus) dan dinotasikan Z.
Contoh 4:
Sebuah poros pompa ditunjukkan pada Gambar 3.3. Gaya-gaya diberikan sebesar
25 kN dan 35 kN pusatkan pada 150mm dan 200mm berturut-turut dari kiri dan kanan
bantalan. Tentukan diameter poros, jika tegangan tidak boleh melebihi 100 Mpa.
Gambar 3.3
Penyelesaian:
3
Diketahui: σb = 100 MPa = 100 N/mm
RA dan RB = Reaksi pada A dan B.
Momen pada A adalah:
RB.950 = (35.750) + (25.150) = 30.000
3
RB = 30.000/950 = 31,58 kN = 31,58.10 N
3
Dan RA = (25 + 35) – 31,58 = 28,42 kN = 28,42.10 N
Momen bending pada C adalah:
3 6
= RA. 150 = 28,42.10 = 4,263.10 Nmm.
3 6
Dan bending pada D = RB.200 = 31,58.10 .200 = 6,316.10 Nmm
Kita melihat bahwa momen bending maksimum adalah pada D, oleh karena itu
6
momen bending maksimum, M = 6,316.10 Nmm.
Sedangkan d = diameter poros,
Section modulus, Z adalah:
3
π .d
Z=
32
3
= 0,0982.d
Kita mengetahui bahwa tegangan bending (σb),
100 = M/Z
6 3 6 3
100 = 6,316.10 /(0,0982.d ) = 64,32.10 /d
3 6 3
d = 64,32.10 /100 = 643,2.10
d = 86,3 mm ≈ 90 mm.
Contoh 5.
Sebuah poros roda panjangnya 1 meter mendukung bantalan pada ujungnya dan
pada bagian tengahnya menahan beban fly wheel sebesar 30 kN. Jika tegangan (bending)
tidak boleh melebihi 60 MPa, tentukan diameter poros tersebut. Poros roda ditunjukkan
Gambar 3.4.
Gambar 3.4
Penyelesaian:
3 2
Diketahui: L = 1 m = 10000mm; W = 30 kN = 30.10 N; σb = 60 MPa = 60 N/mm .
Misalkan d = Diameter poros dalam mm.
Section modulus,
3
π .d
Z=
32
3 6 6
d = 76,4.10 /60 = 1,27.10
d = 108,3 ≈ 110 mm
Contoh 6.
Sebuah balok berpenampang persegi pada salah satu ujungnya dijepit dan menahan
sebuah motor listrik dengan berat 400 N pada jarak 300 mm dari ujung jepit. Tegangan
bending maksimum pada balok adalah 40 MPa. Tentukan lebar dan tebal balok jika
tebalnya adalah dua kali lebar. Balok ditunjukkan Gambar 3.5.
Gambar 3.5
Penyelesaian:
2
Diketahui: W = 400 N; L = 300 mm; σb = 40 MPa = 40 N/mm ; h = 2.b
Misalkan b = Lebar balok dalam mm, dan
h = Tebal balok dalam mm.
Section modulus,
b.h2 b.(2.b)2 2.b3
Z= = = mm 3
6 6 3
Momen bending maksimum (pada ujung jepit),
3
M = W.L = 400.300 = 120.10 Nmm
Kita mengetahui tegangan bending (σb),
3 3
120.10 .3 180.10
M = =
40 = 2.b 3 b3
Z
3 3 3
b = 180.10 /40 = 4,5.10
b = 16,5 mm
h = 2.b = 2.16,5 = 33 mm.
Contoh 7.
Sebuah pulley besi cor mentransmisikan daya 10 kW pada 400 rpm. Diameter
pulley adalah 1,2 meter dan mempunyai 4 lengan lurus berbentuk elip, dimana poros
mayor adalah dua kali poros minor. Tentukan dimensi dari lengan jika tegangan bending
adalah 15 MPa.
Penyelesaian:
3
Diketahui: P = 10 kW = 10.10 W; N = 400 rpm; D = 1,2 m = 1200 mm atau
2
R = 600 mm; σb = 15 MPa = 15 N/mm .
Misalkan T = Torsi yang ditransmisikan pulley.
Gambar 3.6
Kita mengetahui bahwa daya yang ditransmisikan oleh pulley (P),
2 .π . N 2 .π . = 42.T
3
10.10 = =
.T 400.T
60 60
3 3
T = 10.10 /42 = 238 Nm = 238.10 Nmm.
Karena torsi adalah produk dari beban tangensial dan radius pulley, oleh karena itu beban
tangensial pada pulley adalah:
3
T 238.10
= = = 396,7 N
R 600
Karena pulley mempunyai empat lengan, oleh karena itu beban tangensial setiap lengan,
W = 396,7/4 = 99,2 N
Dan momen bending maksimum pada lengan,
M = W.R = 99,2.600 = 59520 Nmm
Misalkan 2b = poros minor dalam mm, dan
2a = poros mayor dalam mm = 2. 2b = 4b
Section modulus untuk penampang elip,
π π mm 3
2 2
Z= .a b = (2b) .b = π
3
.b
4 4
Kita mengetahui bahwa tegangan bending (σb),
M = 59520 = 18943
15 =
π .b
3 3
Z b
3
b = 18943/15 = 1263
b = 10,8 mm
Poros minor, 2b = 2.10,8 = 21,6 mm
Poros mayor, 2a = 4.b = 4.10,8 = 43,2 mm.
Latihan I:
1. Sebuah poros baja diameter 50 mm dan panjang 500 mm dikenai momen punter
o
1100 N-m, total sudut punter 0,6 . Tentukan tegangan geser maksimum yang terjadi
pada poros dan modulus kekakuan.
2. Sebuah poros mentransmisikan daya 100 kW pada 180 rpm. Jika tegangan yang
diijinkan dalam material adalah 60 MPa, tentukan diameter dalam poros. Poros
o
tidak boleh memuntir lebih dari 1 pada panjang 3 meter. Ambil C = 80 GPa.
3. Desain diameter yang sesuai untuk sebuah poros bundar yang diperlukan untuk
mentransmisikan 90 kW pada 180 rpm. Tegangan geser dalam poros tidak boleh
melebihi 70 MPa dan torsi maksimum melebihi rata-rata 40%. Juga tentukan sudut
puntir pada panjang poros 2 meter. Ambil C = 90 GPa.
Latihan II
1. Sebuah spindle seperti pada Gambar 3.6, adalah elemen dari rem industri dan
dibebani sperti pada pada gambar. Setiap beban P adalah sama dengan 4 kN dan
diterapkan pada tengah titik bantalannya. Tentukan diameter spindle, jika tegangan
bending maksimum adalah 120 MPa.
Gambar 3.6: Spindel
2. Sebuah pulley besi cor mentransmisikan 20 kW pada 300 rpm. Diameter pulley 550
mm dan mempunyai empat lengan lurus berpenampang elip yang mana poros
mayor adalah 2 kali poros minor. Tentukan dimensi lengan, jika tegangan bending
yang diijinkan adalah 15 MPa.
BAB IV SAMBUNGAN
KELING
4.1 Pendahuluan
Keling (rivet) adalah sebuah batang silinder pendek dengan kepala bulat. Bagian
silinder dari keling dinamakan shank atau body dan bagian bawah dari shank adalah tail
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Keling digunakan untuk membuat pengikat
permanen antara plat-plat seperti dalam pekerjaan struktur, jembatan, dinding tangki dan
dinding ketel. Sambungan keling secara luas digunakan untuk sambungan logam ringan.
a) Single riveted double strap butt joint. b) Double riveted double strap butt joint
c) Double riveted double strap butt joint. d) Double riveted double strap butt joint
Gambar 4.8 Butt joint
4.6 Kegagalan Sambungan Keling
Sebuah sambungan keling bisa gagal dengan cara sebagai berikut:
a. Keretakan pada sudut plat. Keretakan ini dapat dihindari dengan mencegah
margin, m = 1,5.d, dimana d adalah diameter dari lubang keling, seperti pada
Gambar 4.9.
b. Retak pada seluruh plat. Akibat tegangan tarik pada plat utama, plat utama atau
penutup plat bisa retak seluruhnya seperti pada Gambar 4.10. Dalam kasus ini,
kita hanya membahas satu panjang kisar (pitch) dari plat. Ketahanan yang
diberikan oleh plat melawan keretakan dinamakam ketahanan retak (tearing
resistance) atau kekuatan retak (tearing strength) atau nilai keretakan (tearing
value) dari plat.
Gambar 4.10: Retak pada sudut plat Gambar 4.10: Retak pada seluruh plat
Misalkan p = Pitch dari keling,
d = Diameter dari lubang keling,
t = Ketebalan plat, dan
σt = Tegangan tarik yang diijinkan untuk material plat.
Kita mengetahui bahwa luas keling per panjang pitch adalah:
At = (p – d)t
Ketahanan retak (Pt) dari plat per panjang plat adalah:
Pt = At.σt = (p – d).σt
Ketika ketahanan retak Pt lebih besar dari pada beban yang diterapkan (P) per panjang
pitch, maka tipe ini tidak akan terjadi keretakan.
c. Pergeseran keling. Plat yang dihubungkan dengan keling yang mengalami
tegangan tarik pada keling, dan jika keling tidak sanggup menahan tegangan,
maka keling akan bergeser seperti pada Gambar 4.11. Ketahanan yang diberikan
oleh keling terhadap geseran dinamakam ketahanan geser (shearing resistance)
atau kekuatan geser (shearing strength) atau nilai pergeseran (shearing value)
dari keling.
Gambar 4.11
Misalkan d = Diameter dari lubang keling,
τ = Tegangan geser yang dijinkan untuk material keling, dan
n = Jumlah keling per panjang pitch.
Kita mengetahui luas pergeseran,
2
AS = π/4.d .........(dalam geser tunggal)
2
= 2. π/4.d .........(secara teoritis, dalam geser double)
2
= 1,875. π/4.d ........ (dalam geser double, terjadi untuk Ketel India)
Jadi ketahanan pergeseran yang dibutuhkan dari keling per panjang pitch adalah:
2
PS = n. π/4.d .τ .........(dalam geser tunggal)
2
= n. 2. π/4.d .τ .........(secara teoritis, dalam geser double)
2
= n.1,875. π/4.d .τ ........ (dalam geser double, terjadi untuk Ketel India)
Ketika ketahanan pergeseran PS lebih besar dari pada beban yang diterapkan (P) per
panjang pitch, maka tipe ini akan terjadi kegagalan/kerusakan.
d. Perubahan bentuk (crushing) pada plat atau keling. Kadang-kadang
kenyataannya keling tidak mengalami geseran di bawah tegangan tarik, tetapi
bisa rusak (berubah bentuk) seperti pada Gambar 4.12. Akibat ini, lubang keling
menjadi berbentuk oval dan sambungan menjadi longgar. Kerusakan keling yang
demikian juga dinamakan sebagai kerusakan bantalan (bearing failure).
Ketahanan yang diberikan oleh keling terhadap perubahan bentuk dinamakam
ketahanan perubahan bentuk (crushing resistance) atau kekuatan perubahan
bentuk (crushing strength) atau nilai perubahan bentuk (bearing value)
Contoh 1:
1. Sebuah lap joint double keling disambungkan antara plat dengan ketebalan 15 mm.
Diameter keling 25 mm dan pitch 75 mm. Jika tegangan tarik ultimate adalah 400 MPa,
tegangan geser ultimate 320 MPa dan tegangan crushing ultimate 640 MPa, tentukan
gaya minimum per pitch yang akan memutuskan sambungan.
Jika sambungan di atas diberi beban yang mempunyai angka keamanan 4, tentukan
tegangan aktual yang terjadi pada plat dan keling.
Penyelesaian:
2
Diketahui: t = 15 mm; d = 25 mm; p = 75 mm; σtu = 400 MPa = 400 N/mm ; τu = 320
2 2
Mpa = 320 N/mm ; σcu = 640 MPa = 640 N/mm
2. Jumlah keling.
Jumlah keling yang diperlukan untuk sambungan dapat diperoleh dengan tahanan
geseran atau tahan crushing dari keling.
Misalkan Pt = Aksi tarik maksimum pada sambungan. ini adalah tahanan retak dari
plat pada bagian luar yang hanya satu keling.
n = Jumlah keling
Karena sambungan adalah double strap butt joint, oleh karena itu dalam double shear
(geser). Itu diasumsikan bahwa tahanan sebuah keling pada double shear adalah 1,75 kali
dari pada single shear.
Tahanan geser untuk 1 keling,
2
PS = 1,75. π/4.d .τ
dan tahanan crushing untuk 1 keling,
Pc = d.t.σc
Jumlah keling untuk sambungan,
Pt
n=
Ps atau Pc
3. Ketebalan butt strap (plat pengikat ujung/penutup)
Ketebalan butt strap,
t1 = 1,25t, untuk cover strap tunggal
= 0,75t, untuk cover strap ganda (double)
4. Efisiensi sambungan
Hitung tahanan-tahanan sepanjang potongan 1-1, 2-2, dan 3-3.
Pada potongan 1-1, di sini hanya 1 lubang keling.
Jadi tahanan retak dari sambungan sepanjang 1-1 adalah:
Pt1 = (b - d).t.σt
Tahanan retak dari sambungan sepanjang 2-2 adalah:
Pt2 = (b - 2d).t.σt + kekuatan satu keling di depan potongan 2-2
(Untuk keretakan plat pada potongan 2-2, keling di bagian depan potongan 2-2 yaitu pada
potongan 1-1 harus yang pertama patah)
Dengan cara yang sama pada potongan 3-3 di isni ada 3 lubang keling.
Tahanan retak dari sambungan sepanjang 3-3 adalah:
Pt3 = (b - 3d).t.σt + kekuatan satu keling di depan potongan 3-3
Nilai dari Pt1, Pt2, Pt3, Ps atau Pc adalah kekuatan sambungan.
Kita mengetahui bahwa kekuatan plat tanpa keling adalah:
P = b.t.σt
Efisiensi sambungan,
Pt1, Pt 2 , Pt 3, Ps atau Pc
η=
P
Catatan: Tegangan yang diijinkan dalam sambungan struktur adalah lebih besar dari pada
yang digunakan dalam desain pressure vessel. Nilai berikut biasa dipakai.
Untuk plat dalam tarikan = 140 Mpa
Untuk keling dalam geser = 105 Mpa
Untuk crushing dari keling dan plat
Geser tunggal = 224 Mpa
Geser ganda = 280 Mpa
5. Pitch dari keling diperoleh dengan menyamakan kekuatan tarik sambungan dan
kekuatan geser keling. Tabel berikut menunjukkan nilai pitch menurut Rotscher.
Tabel 4.2: Pitch dari keling untuk sambungan struktur
Gambar 4.14: Sket rancangan sambungan butt joint double cover plat
1. Diameter keling
Kita mengetahui diameter lubang keling,
d = 6 t = 6 12,5 = 21,2 mm
Dari Tabel 4.1, kita melihat diameter lubang keling (d) adalah 21,5 mm dan berhubungan
dengan diameter keling sebesar 20 mm.
2. Jumlah keling
Misalkan n = Jumlah keling.
Kita mengetahui bahwa aksi tarik maksimum pada sambungan,
Pt = (b - d).t.σt = (200 – 21,5)12,5.80 = 178 500 N
Ketika sambungan adalah butt joint dengan cover plat ganda sperti Gambar 4.14, oleh
karena itu keling adalah pada geser ganda. Asumsikan bahwa tahanan keling pada geser
ganda adalah 1,75 kali dari pada geser tunggal.
Tahanan geser 1 keling adalah
2 2
Ps = 1,75.π/4.d .τ = 1,75. π/4.(21,5) .65 = 41 300 N
Tahanan crushing 1 keling adalah
Pc = d.t.σc = 21,5.12,5.160 = 43 000 N
Ketika tahanan geser lebih kecil dari pada tahanan crushing, oleh karena itu jumlah keling
yang dipakai untuk sambungan adalah:
Pt 178500
n= = = 4,32 ≅ 5
Ps 41300
3. Ketebalan butt strap (plat pengikat ujung/penutup)
t1 = 0,75t = 0,75.12,5 = 9,375 dikatakan 9,4 mm
4. Efisiensi sambungan
Hitung tahanan-tahanan sepanjang potongan 1-1, 2-2, dan 3-3.
Pada potongan 1-1, di sini hanya 1 lubang keling.
Jadi tahanan retak dari sambungan sepanjang 1-1 adalah:
Pt1 = (b - d).t.σt = (200 – 21,5).12,5.80 = 178 500 N
Pada potongan 2-2, di sini ada 2 lubang keling. Dalam kasus ini, keretakan plat terjadi jika
keling pada potongan 1-1 (di depan potongan 2-2) terjadi geser.
Tahanan retak dari sambungan sepanjang 2-2 adalah:
Pt2 = (b - 2d).t.σt + Tahanan geser 1 keling
= (200 – 2.21,5).12,5.80 + 41300 = 198 300 N
Pada potongan 3-3, disini ada 2 lubang keling. Keretakan plat terjadi jika 1 keling pada
pada potongan 1-1 dan 2 keling pada potongan 2-2 terjadi geser.
Tahanan retak dari sambungan sepanjang potongan 3-3 adalah:
Pt3 = (b - 2d).t.σt + Tahanan geser 3 keling
= (200 – 2.21,5).12,5.80 + 2.41300 = 280 900 N
Tahanan geser seluruh 5 keling adalah:
Ps =5.41300 = 206 500 N
Tahanan crushing dari seluruh 5 keling adalah:
Pc = 5.43000 = 215 000 N
Ketika kekuatan sambungan adalah nilai dari Pt1, Pt2, Pt3, Ps atau Pc , oleh karena itu
kekuatan sambungan adalah 178 500 N sepanjang potongan 1-1.
Kita mengetahui bahwa kekuatan plat tanpa keling adalah:
P = b.t.σt = 20.12,5.80 = 200 000 N
Efisiensi sambungan,
Pt1, Pt 2 , Pt 3, Ps atau Pc 178500 atau 89,25%
η= = =
0,8925
P 200000
5. Pitch keling, p = 3 d + 5 mm = (3.21,5) + 5 = 69,5 mm ≈ 70 mm
6. Pitch terkecil, m = 1,5 d = 1,5.21,5 = 33,25 mm ≈ 35 mm
7. Jarak antara baris dari keling = 2,5 d = 2,5.21,5 = 53,75 mm ≈ 55 mm
F1 F2 F3
= = = ....
l1 l2 l3
l3
l2
F2 = F1 dan F3 = F1
l1 l1
Kita mengetahui bahwa jumlah momen putar eksternal akibat beban eksentris dan momen
tahanan internal dari keling harus sama dengan nol.
P.e = F1 .l1 + F2 .l 2 + F3 .l 3 + ....
= F1 .l1 + F1 l 2 .l + F .l 3 .l + ....
2 1 3
. l1 l1
=
F1
[(l )
1
2
+ 2 )
2
+ (l3 ) + ...
2
]
(l l1
5. Beban geser utama dan sekunder dapat ditambahkan untuk menentukan resultan beban
geser (R) pada setiap keling seperti pada Gambar 4.15 (c). Besarnya R menjadi:
2 2
R = (Ps ) + F + 2.Ps .F.cos θ
dengan θ = Sudut antara beban geser utama (Ps) dan beban geser sekunder (F)
Ketika beban geser sekunder pada setiap keling adalah sama, kemudian keling
menerima beban yang besar yang mana sudut antara beban geser utama dan beban geser
sekunder menjadi minimum. Jika tegangan geser yang diijinkan (τ), diameter lubang keling
dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
π
Resultan gaya geser maksimum R = .d 2 .τ
4
Dari Tabel 4.1, diameter standar untuk lubang keling (d) dan diameter keling.
Contoh 3:
Sambungan keling lap joint dibebani secara eksentris dirancang untuk bracket baja seperti
Gambar 4.16 di bawah.
Gambar 4.16
Tebal plat bracket adalah 25 mm. Seluruh keling mempunyai ukuran yang sama.
Beban bracket P = 50 kN; spasi keling, C = 100 mm; lengan (arm) beban, e = 400 mm.
Beban geser yang diijinkan 65 MPa dan tegangan crushing adalah 120 MPa.
Tentukan ukuran keling yang digunakan untuk sambungan.
Penyelesaian:
3
Diketahui: t = 25 mm; P = 50 kN = 50.10 N; e = 400 mm; n = 7;
2 2
τ = 65 Mpa = 65 N/mm ; σc = 120 Mpa = 120 N/mm .
mm
7
y1 + y 2 + y3 + y 4 + y5 + y 6 + y 7
y=
n
200 + 200 + 200 + 100 + 100 ..........( y 5 = y = 0)
= = 114,3 6
mm
7
Pusat gravitasi G dari sistem keling pada jarak 100 mm dari OY dan 114,3 mm dari OX,
seperti Gambar 4.17.
Kita mengetahui bahwa beban geser utama pada setiap keling adalah:
3
P 50.10
Ps = = = 7143N
n 7
Beban geser utama sejajar dengan arah beban P seperti pada Gambar 4.17.
Momen putar dihasilkan oleh beban P akibat eksentrisitas (e).
3 6
Momen putar = P.e = 50.10 .400 = 20.10 N-mm
Momen putar ini ditahan oleh 7 keling seperti pada Gambar 4.17.
Gambar 4.18
Misalkan F1, F2, F3, F4, F5, F6 dan F7 adalah beban geser sekunder keling 1, 2, 3, 4,
5, 6, dan 7 ditempatkan pada jarak l1, l2, l3, l4, l5, l6 dan l7 dari pusat gravitasi sistem keling
seperti pada Gambar 4.18.
Dari geometri gambar, kita dapat menentukan bahwa:
l1 = l 3 = (100) 2 + (200 − = 131,7mm
2
114,3)
l 2 = 200 − 114,3 = 85,7mm
l 4 = l 7 = (100) + (114,3 − = 101mm
2
2
100)
l 5 = l 6 = (100) 2 + (114,3) = 152mm
2
F1 = 24244 N
Ketika beban geser sekunder seimbang dengan jarak radial dari pusat gravitasi, oleh
karena itu:
l2 85,7 = 15766N
F2 = F1 = 24244
l1 131,7
l3
F3 = F1 = F1 = 24244N
l1
l 101
F4 = F1 4 = 24244 = 18593N
l1 131,7
l5 152
F5 = F1 = 24244 = 27981N
l1 131,7
......(l 6 = l 5 )
F6 = F1 l 6 = F5 = 27981N
l1
.......(l 7 = l 4 )
F7 = F1 l = F4 =
7
18593N
l1
Dengan menggambar beban geser utama dan beban geser sekunder setiap keling, kita
melihat bahwa keling 3, 4, dan 5 mendapat beban yang terbesar. Sekarang kita menentukan
sudut antara beban geser utama dan beban geser sekunder untuk 3 keling ini. Dari geometri
Gambar 14.18, kita peroleh:
Dari tabel 4.1, kita melihat diameter standar lubang keling (d) adalah 25,5 mm dan
dihubungkan diameter keling adalah 24 mm.
Mari sekarang kita cek sambungan untuk tegangan crushing. Kita mengetahui bahwa:
Beban maksimum R5 33121 N
Tegangan crushing = = = = 51,95 =
51,95MPa 2
Panampang crushing d . 25,5.25 mm
t
Ketika tegangan ini di bawah tegangan crushing sebesar 120 Mpa, maka desain adalah
aman.
Gambar 4.19
2
.
Gambar 4.20
3.
Gambar 2.21
4.
Gambar 4.22
Latihan:
1. Dua plat tebalnya 16 mm disambung dengan double riveted lap joint. Pitch setiap baris
keling 90 mm. Diameter keling 25 mm. Tegangan yang diijinkan adalah:
3. Double riveted double cover butt joint dibuat pada plat dengan tebal 12 mm dan
diameter keling 18 mm, pitch 80 mm. Hitung efisiensi sambungan?
4. Double riveted lap joint (chain riveting) untuk menyambung 2 plat dengan tebal 10
mm. Tegangan yang diijinkan adalah σt = 60 MPa; τ = 50 MPa; dan σc = 80 MPa.
Tentukan diameter keling, pitch keling dan jarak antara baris keling. Juga tentukan
efisiensi keling.
5. sebuah bracket didukung oleh 4 keling yang sama ukurannya, seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.23. Tentukan diameter keling jika tegangan geser maksimum adalah 140
Mpa.
6. Sebuah bracket dikeling ke sebuah kolom dengan 6 keling yang sama ukurannya
seperti pada Gambar 4.24. Bracket membawa beban 100 kN pada jarak 250 mm kolom.
Jika tegangan geser maksimum dalam keling dibatasi 63 Mpa, tentukan diameter
keling.
Gambar 4.23 Gambar 4.24
44
BAB V
SAMBUNGAN LAS
(WELDING JOINT)
5.1 Pendahuluan
Sambungan las adalah sebuah sambungan permanen yang diperoleh dengan
peleburan sisi dua bagian yang disambung bersamaan, dengan atau tanpa tekanan dan
bahan pengisi. Panas yang dibutuhkan untuk peleburan bahan diperoleh dengan
pembakaran gas (untuk pengelasan gas) atau bunga api listrik (untuk las listrik).
Pengelasan secara intensif digunakan dalam fabrikasi sebagai metode alternatif
untuk pengecoran atau forging (tempa) dan sebagai pengganti sambungan baut dan keling.
Sambungan las juga digunakan sebagai media perbaikan misalnya untuk menyatukan
logam akibat crack (retak), untuk menambah luka kecil yang patah seperti gigi gear.
2. Butt joint.
Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti ditunjukkan pada Gambar
5.2. Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan kemiringan jika ketebalan plat
kurang dari 5 mm. Jika tebal plat adalah 5 mm sampai 12,5 mm, maka sisi yang
dimiringkan berbentuk alur V atau U pada kedua sisi.
45
Gambar 5.2: Sambungan las butt joint
Jenis lain sambungan las dapat dilihat pada Gambar 5.3 di bawah ini.
Contoh 1:
Sebuah plat lebar 100 mm dan tebal 10 mm dilas dengan plat lain secara las fillet sejajar
ganda (double paralel fillet weld). Plat dikenai beban statis 80 kN. Tentukan panjang las
jika tegangan geser yang diijinkan dalam las tidak melebihi 55 MPa.
Penyelesaian:
3
diketahui: Lebar = 100 mm; Tebal = 10 mm; P = 80 kN = 80.10 N; τ = 55 MPa = 55
2
N/mm .
Misalkan l = Panjang las, dan
s = Ukuran las = tebal plat = 10 mm.
Kita mengetahui bahwa beban maksimum yang dibawa plat untuk double paralel fillet
weld (P) pada persamaan (5 – 5) adalah:
3
80.10 = 1,414.s.l.τ = 1,414.10.l.55 = 778.l
3
l = 80.10 /778 = 103 mm
Tambahan 12,5 mm untuk mengawali dang mengakhiri las, sehingga panjang las total:
l = 103 + 12,5 = 115,5 mm
J J π .t.d 3 / π .t.d 2
4
Tegangan geser terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet. Geser maksimum terjadi
o
pada leher las dengan sudut 45 dari bidang horisontal..
o
Panjang leher, t = s.sin 45 = 0,707.s
ddan tegangan geser maksimum adalah:
2.83.T
2.T = (5 – 6)
τ max = π .s.d
2
2
π .0,707.s.d
2. Las fillet melingkar yang dikenai momen bending. Perhatikan batang silinder
yang dihubungkan ke plat kaku dengan las fillet seperti pada Gambar 5.8.
Misalkan d = Diameter batang,
M= Momen banding pada batang,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher,
Z = Section modulus dari bagian las
2
= π.t.d /4
Tegangan bending terjadi pada bidang horisontal sepanjang las fillet. Tegangan bending
o
maksimum terjadi pada leher las dengan sudut 45 dari bidang horisontal.
o
Panjang leher, t = s.sin 45 = 0,707.s
dan tegangan bending maksimum adalah::
(5 – 7)
3. Las fillet memanjang yang dikenai beban torsi. Perhatikan plat vertikal dilas ke
plat horisontal dengan dua las fillet seperti pada Gambar 5.9.
misalkan T = Torsi yang bekerja pada plat vertikal,
l = Panjang las,
s = Ukuran las,
t = Tebal leher,
J = Momen inersia polar dari bagian las
Gambar 5.9
Variasi tegangan geser adalah sama dengan variasi tegangan normal sepanjang (l) dari
balok yang dikenai bending murni.
(5 – 8)
Contoh 2:
Sebuah poros pejal dengan diameter 50 mm dilas ke plat tipis dengan las fillet 10 mm
seperti pada Gambar 5.10. Tentukan torsi maksimum yang dapat ditahan sambungan las
jika tegangan geser maksimum material las tidak melebihi 80 Mpa.
Gambar 5.10
Penyelesaian:
2
diketahui: d = 50 mm; s = 10 mm ; τmax = 80 MPa = 80 N/mm
T = Torsi maksimum yang dapat ditahan sambungan las.
Kita mengetahui tegangan geser maksimum pada persamaan (5 – 6) adalah:
2.T 2.83.T
τ max = =
π .0,707.s.d π .s.d 2
2
2,83.T 2,83.T
80 = 2 =
π .10.(50) 78550
T = 80.78550/2,83
6
= 2,22.10 N-mm = 2,22 kNm
Contoh 3:
Sebuah plat panjangnya 1 m, tebal 60 mm dilas ke plat lain pada sisi kanan dan kiri dengan
las fillet 15 mm, seperti pada Gambar 5.11. Tentukan torsi maksimum yang dapat ditahan
sambungan las jika tegangan geser maksimum dalam bahan las tidak melebihi 80 MPa.
Gambar 5.11
Penyelesaian:
2
Diketahui: l = 1m = 1000 mm ; Tebal = 60 mm; s = 15 mm ; τmax = 80 MPa = 80 N/mm .
T = Torsi maksimum yang dapat ditahan sambungan las
Kita mengetahui tegangan geser maksimum pada persamaan (5 – 8) adalah:
Contoh 3:
Sebuah plat lebarnya 100 mm dan tebalnya 12,5 mm dilas ke plat lain dengan las fillet
sejajar. Plat tersebut mendapat beban 50 kN. Tentukan panjang las jika tegangan
maksimum tidak melebihi 56 MPa. Perhatikan bahwa sambungan las dibawah beban statis
dan beban fatik/berulang-ulang (fatique).
Penyelesaian:
3
Diketahui: Lebar = 100 mm ; Tebal = 12,5 mm ; P = 50 kN = 50.10 N ; τ = 56 MPa =
2
56 N/mm .
• Panjang las untuk beban statis:
Misalkan l = Panjang las, dan
s = Ukuran las = tebal plat = 12,5 mm
Kita tahu bahwa beban maksimum yang dibawa plat untuk double paralel fillet weld (P)
pada persamaan (5 – 5) adalah:
P = 1,414.s.l. τ
3
50.10 = 1,414.12,5.l.56 = 990.l
3
l = 50.10 /990 = 50,5 mm
Penambahan 12,5 mm untuk awal dan akhir las adalah:
l = 50,5 + 12,5 = 63 mm
Gambar 5.13
Penyelesaian:
2
Diketahui: Lebar = 75 mm ; Tebal = 12,5 mm ; σt = 70 MPa = 70 N/mm ;
2
τ = 56 MPa = 56 N/mm .
Panjang efektif las (l1) untuk transverse weld diperoleh dengan pengurangan 12,5 mm dari
lebar plat.
l1 = 75 – 12,5 = 62,5 mm
• Panjang setiap fillet paralel untuk beban statis.
Misalkan l2 = Panjang setiap fillet paralel.
Kita tahu bahwa beban maksimum yang dapat dibawa plat adalah:
P = luas x tegangan = 75.12,5.70 = 65 625 N.
Beban yang dibawa oleh single transverse weld pada persamaan (5 – 2) adalah :
P1 = 0,707.s.l1. σt = 0,707.12,5.62,5.70 = 38 664 N
dan beban yang dibawa oleh double paralel fillet weld pada persamaan (5 – 5) adalah
P2 = 1,414.s.l2. τ = 1,414.12,5.l2.56 = 990.l2
Beban yang dibawa oleh sambungan las (P):
65 625 = P1 + P2 = 38 664 + 990.l2
l2 = 27,2 mm
Penambahan 12,5 mm untuk awal dan akhir las adalah:
l2 = 27,2 + 12,5 = 39,7 mm ≈ 40 mm
• Panjang setiap fillet paralel untuk beban fatik.
Dari tabel 5.2, kita dapat menentukan faktor konsentrasi tegangan untuk transverse weld
adalah 1,5 dan untuk paralel fillet weld adalah 2,7.
Tegangan tarik yang diijinkan adalah:
2
σt = 70/1,5 = 46,7 N/mm
dan tegangan geser yang diijinkan adalah:
2
τ = 56/2,7 = 20,74 N/mm
Beban yang dibawa oleh single transverse weld pada persamaan (5 – 2) adalah :
P1 = 0,707.s.l1. σt = 0,707.12,5.62,5.46,7 = 25 795 N
dan beban yang dibawa oleh double paralel fillet weld pada persamaan (5 – 5) adalah
P2 = 1,414.s.l2. τ = 1,414.12,5.l2.20,74 = 366.l2
Beban yang dibawa oleh sambungan las (P):
65 625 = P1 + P2 = 25 795 + 366.l2
l2 = 108,8 mm
Penambahan 12,5 mm untuk awal dan akhir las adalah:
l2 = 108,8 + 12,5 = 121,3 mm ≈ 122 mm
(5 – 11)
Tegangan geser maksimum adalah:
(5 – 12)
dimana σb = Tegangan bending,
τ = Tegangan geser
(5 – 13)
Section modulus dari logam las melalui leher las adalah:
(5 – 14)
Kita tahu bahwa tegangan normal maksimum adalah lihat persamaan (5-11):
Kasus 2:
Ketika sambungan las dibebani secara eksentris seperti pada Gambar 5.15, maka
terjadi dua jenis tegangan berikut ini:
1. Tegangan geser utama, dan
2. Tegangan geser akibat momen puntir.
Ketika tegangan geser akibat momen puntir (T = P.e) pada beberapa bagian adalah
seimbang untuk jarak radial dari G, sehingga tegangan akibat P.e pada titik A adalah
seimbang dengan AG (r2) dan arahnya memutar ke kanan terhadap AG. Dapat ditulis:
dimana τ2 adalah tegangan geser pada jarak maksimum (r2) dan τ adalah tegangan geser
pada jarak r.
Perhatikan sebuah bagian kecil dari las yang mempunyai luas dA pada jarak r dari G.
Gaya geser pada bagian kecil ini adalah τ.dA
dan momen puntir dari gaya geser terhadap G adalah:
Menentukan resultan tegangan, tegangan geser utama dan sekunder adalah kombinasi
secara vektor.
Resultan tegangan geser pada A,
59
Contoh 5:
Sambungan las seperti pada Gambar 5.16, menerima beban eksentris 2 kN.
Tentukan ukuran las, jika tegangan geser maksimum dalam las adalah 25 MPa.
Gambar 5.16
60
Penyelesaian:
2
Diketahui: P = 2kN = 2000 N ; e = 120 mm ; l = 40 mm ; τmax = 25 MPa = 25 N/mm .
misalkan s = Ukuran las dalam mm, dan
t = tebal leher las.
Sambungan las pada Gambar 5.16 menerima tegangan geser utama akibat gaya geser P =
2000 N dan tegangan bending akibat momen bending P.e.
Kita tahu bahwa luas leher adalah:
A = 2t.l = 2.0,707.s.l
= 1,414.s.l = 1,414.s.40 = 56,56.s
Tegangan bending,
Kita tahu bahwa tegangan geser maksimum seperti pada persamaan (5-12) adalah:
Contoh 6:
Sebuah poros pejal berdiameter 50 mm dilas ke plat tipis seperti pada Gambar 5.17.
Jika ukuran las 15 mm, tentukan tegangan geser maksimum dan tegangan normal
maksimum dalam las.
Gambar 5.17
Penyelesaian:
Diketahui: D = 50 mm ; s = 15 mm ; P = 10kN = 10000 N ; e = 200 mm.
Luas leher untuk las fillet melingkar adalah:
Contoh 7:
Sebuah balok berpenampang persegi dilas dengan las fillet seperti pada Gambar
5.18. Tentukan ukuran las, jika tegangan geser yang diijinkan dibatasi 75 MPa.
Gambar 5.18
Penyelesaian:
3 2
diketahui: P = 25kN = 25.10 N ; τmax = 75 MPa = 75 N/mm ; l = 100 mm ; b = 150 mm;
e = 500 mm
Sambungan las menerima tegangan geser utama dan tegangan bending. Luas leher untuk
las fillet persegi adalah:
(s = ukuran las)
Contoh 8:
Sebuah plat baja persegi dilas seperti cantilever ke kolom vertikal dan mendukung
beban P seperti pada Gambar 5.19. Tentukan ukuran las jika tegangan geser tidak melebihi
140 MPa.
(a) (b)
Gambar 5.19
Penyelesaian:
3
Diketahui: P = 60kN = 60.10 N ; b = 100 mm ; l = 50 mm ; τ = 140 MPa = 140
2
N/mm
Pertama menentukan pusat gravitasi sistem las seperti pada Gambar 5.19 (b). Dari tabel
5.3, kita dapat menentukan
dan momen inersia polar untuk luas leher sistem las terhadap G adalah:
dan tegangan geser akibat momen puntir atau tegangan geser sekunder adalah:
Resultan tegangan geser adalah:
(s = ukuran las)
Latihan:
1. Sebuah plat lebarnya 10A mm dan tebal 1A mm dilas dengan plat lain secara
transverse weld pada ujungnya. Jika plat dikenai beban 7A kN, tentukan ukuran las
untuk beban statis dan beban fatik. Tegangan tarik yang diijinkan tidak melebihi 7A
MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
2. Jika plat pada soal no.1 di atas disambung dengan double fillet dan tegangan geser
tidak melebihi 56 MPa, tentukan panjang las untuk (a) beban statis dan (b) beban
dinamis.
3. Batang baja melingkar berdiameter 5A mm dan panjang 20A mm dilas secara
melingkar ke sebuah plat baja kemudian ujung batang baja dikenai beban 5 kN.
Tentukan ukuran las, dengan asumsi tegangan yang diijinkan dalam las adalah 10A
MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
Petunjuk
4. Sebuah poros pejal persegi ukuran 8A mm x 5A mm dilas secara fillet weld 5 mm pada
seluruh sisinya ke plat tipis dengan sumbu tegak lurus ke permukaan plat. Tentukan
torsi maksimum yang dapat diterapkan poros, jika tegangan geser dalam las tidak
melebihi 85 MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang
mengerjakan). Petunjuk
5. Sebuah plat dilas secara fillet weld dengan tebal t = 10 mm seperti pada Gambar 5.20.
Tentukan Tegangan geser maksimum dalam las, asumsikan setiap las panjangnya 100
mm.
6. Gambar 5.21 menunjukkan sebuah sambunga las yang dikenai beban eksentris 20kN.
Pengelasan hanya satu sisi. Tentukan ukuran las seragam jika tegangan geser yang
diijinkan untuk bahan las adalah 8A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor
terakhir NIM yang mengerjakan).
Gambar 5.20 Gambar 5.21
7. Sebuah braket dilas ke sisi tiang (column) dan membawa beban vertikal P seperti pada
Gambar 5.22. Tentukan P jika tegangan geser maksimum pada 10 mm fillet weld
adalah 8A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang
mengerjakan).
8. Sebuah bracket seperti pada Gambar 2.23 membawa beban 40 kN. Hitung ukuran las
jika tegangan geser yang diijinkan 8A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan nomor
terakhir NIM yang mengerjakan).
6.1 Pendahuluan
Sebuah ulir (screwed) dibuat dengan melakukan pemotongan secara kontinyu alur
melingkar pada permukaan silinder. Sambungan ulir sebagian besar terdiri dari dua elemen
yaitu baut (bolt) dan mur (nut). Sambungan ulir banyak digunakan dimana bagian mesin
dibutuhkan dengan mudah disambung dan dilepas kembali tanpa merusak mesin. Ini
dilakukan dengan maksud untuk menyesuaikan/menyetel pada saat perakitan (assembly)
atau perbaikan, atau perawatan.
Gambar 6.9
2. Tap bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (b), ulir dimasukkan ke lubang tap pada salah satu
bagiannya dikencangkan tanpa mur.
3. Stud. Seperti pada Gambar 6.9 (c), ulir ini pada kedua ujungnya berulir. Salah satu
ujung ulir dimasukkan ke lubang tap kemudian dikencangkan sementara ujung yang
lain ditutup dengan mur.
4. Cap screws. Ulir ini sama jenisnya dengan tap bolts tetapi berukuran kecil dan variasi
bentuk kepala seperti pada Gambar 6.10.
Gambar 6.10: Cap screws
Misalkan w = beban baut per unit jarak terhadap pengaruh balik bracket
W1 dan W2 = beban setiap baut pada jarak L1 dan L2 dari sisi tepi.
Beban setiap baut pada jarak L1 adalah:
W1 = w.L1
2
dan momen gaya terhadap sisi tepi = w.L1 . L1 = w.(L1)
Beban setiap baut pada jarak L2 adalah:
W2 = w.L2
2
dan momen gaya terhadap sisi tepi = w.L2 . L2 = w.(L2)
2 2
Total momen gaya pada baut terhadap sisi tepi = 2w.(L1) + 2w.(L2) (6-1)
Momen akibat beban W terhadap sisi tepi = W.L (6-2)
Dari persamaan (6-1) dan (6-2), diperoleh:
2 2
W.L = 2w.(L1) + 2w.(L2)
W .L
w=
2[(L1 ) 2 + 2 ) 2 ]
(L
Beban tarik dalam setiap baut pada jarak L2 adalah:
73
W .L.L2
Wt2 = W2 = w.L2 = 2 2
2[(L ) + (L ) ] (6-3)
1 2
Total beban tarik pada baut yang dibebani paling besar adalah:
Wt = Wt1 + Wt2 (6-4)
Jika dc adalah diameter core (minor) dari baut dan σt adalah tegangan tarik untuk material
baut, maka total beban tarik Wt :
π 2
Wt = (dc) . σt (6-5)
4
Dari persamaan (6-4) dan (6-5), nilai dc dapat diperoleh.
Contoh 1:
sebuah bracket seperti pada Gambar 6.11, menahan sebuah beban 30 kN. Tentukan ukuran
baut, jika tegangan tarik maksimum yang diijinkan dalam material adalah 60 MPa. Jarak
L1 = 80mm, L2 = 250mm, dan L = 500mm.
Penyelesaian:
2
Diketahui: W = 30kN ; σt = 60 MPa = 60 N/mm ; L1 = 80mm , L2 = 250mm , dan
L = 500mm.
Beban tarik utama yang dibawa oleh setiap baut adalah:
Wt1 =W/n = 30/4 = 7,5 kN
dan beban dalam setiap baut per unit jarak w adalah:
W .L 30. 500
w= 2 = = 0,109 kN/mm
2[( L1 ) + ( 2 ) ] 2[(80) 2 + (250) 2 ]
2
L
Ketika beban baut yang terbesar adalah pada jarak L2 dari sisi tepi, sehingga beban baut
terbesar adalah:
Wt2 = W2 = w.L2 = 0,109. 250 = 27,25 kN
Beban tarik maksimum pada baut dengan beban terbesar pada persamaan (6-4) adalah:
Wt = Wt1 + Wt2 = 7,5 + 27,25 = 34,75 kN = 34 750 N
Beban tarik maksimum pada baut adalah persamaan (6-5):
π 2
Wt = (dc) . σt
4
π 2
34 750 = (dc) . 60
4
2
(dc) = 34 750/47 = 740
dc = 27,2 mm
74
Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 28,706mm
dan jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M33.
Gambar 6.12
Dalam kasus ini, baut menerima beban geser utama yang sama pada seluruh baut.
Sehingga beban geser utama pada setiap baut adalah:
Ws = W/n, dimana n = jumlah baut.
Beban tarik maksimum pada baut 3 dan 4 adalah seperti pada persamaan (6-3):
W .L.L 2
Wt2 = Wt = w.L2 = 2 2 (6-3)
2[(L 1) + (L 2 ) ]
Ketika baut dikenai geser yang sama dengan beban tarik, kemudian beban ekuivalen dapat
ditentukan dengan hubungan berikut:
Beban tarik ekuivalen adalah:
(6-6)
dan beban geser ekuivalen adalah:
(6-7)
Contoh 2:
Sebuah bracket dijepit pada batang baja seperti pada Gambar 6.13. Beban
maksimum yang diberikan bracket sebesar 12 kN secara vertikal pada jarak 400 mm dari
permukaan batang. Permukaan vertikal bracket dikunci ke batang oleh empat baut, dalam
dua baris pada jarak 50 mm dari sisi terbawah bracket. Tentukan ukuran baut jika tegangan
tarik yang diijinkan dari material sebesar 84 MPa. Juga tentukan penampang lengan
bracket yang berbentuk persegi.
Gambar 6.13
Penyelesaian:
3
Diketahui: W = 12 kN = 12.10 N ; L = 400 mm ; L1 = 50 mm ; L2 = 375 mm ;
2
σt = 84 MPa = 84 N/mm ; n = 4
Beban geser utama setiap baut:
Ws = W/n = 12/4 = 3 kN
Beban tarik maksimum yang dibawa baut 3 dan 4 adalah:
Ketika baut menerima beban geser yang sama dengan beban tarik, sehingga beban tarik
ekuivalen pada persamaan (6-6) adalah:
• Ukuran baut
Beban tarik ekuivalen (Wte) pada persamaan (6-5) adalah:
π 2
Wte = (dc) . σt
4
π 2 2
7490 = (d ) . 84 = 66.(d )
c c
4
2
(dc) = 7490/66 = 113,5
dc = 10,65 mm
Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 11,546 mm
dan jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M14.
• Penampang lengan bracket
Misalkan: t dan b = tebal dan kedalaman lengan bracket.
Section modulus Z:
1 2
Z= .t.b
6
Momen bending maksimum bracket;
3 6
M = 12.10 .400 = 4,8.10 Nmm
M
σt=
Tegangan bending (tarik) Z
6
4,8.10
sehingga: 84 = 1 .t.b 2
6
2 3 3 2
t.b = 343.10 atau t = 343.10 /b
Diasumsikan kedalaman lengan bracket , b = 250 mm, maka tebal bracket adalah:
3 2
t = 343.10 /250 = 5,5 mm.
Gambar 6.14
Misalkan: R = Radius piringan (flens),
r = Radius melingkar pitch baut,
w = Beban per baut per unit jarak dari sisi tepi,
L = Jarak beban dari sisi tepi,
L1, L2, L3, dan L4 = Jarak pusat baut dari sisi tepi A.
Seperti pernah dibahas pada sub bab di atas bahwa persamaan momen eksternal W.L
merupakan jumlah momen seluruh baut adalah:
Dari
geometri
pada Gambar 6.14 (b), kita dapat menentukan:
(6-8)
(6-9)
Contoh 3.
Sebuah piringan bantalan seperti pada Gambar 6.14 di atas, dikunci dengan 4 baut secara
melingkar berjarak antar bautnya 500 mm. Diameter piringan bantalan 650 mm dan beban
400 kN diberikan pada jarak 250 mm dari kerangka. Tentukan ukuran baut, jika tegangan
tarik material baut yang aman 60 MPa.
Penyelesaian:
Diketahui: n = 4 ; d = 500 mm atau r = 250 mm; D = 650 mm atau R = 325 mm ; W =
3 2
400 kN = 400.10 N ; L = 250 mm ; σt = 60 MPa = 60 N/mm
Beban maksimum baut seperti pada persamaan (6-9) adalah :
Sedangkan beban maksimum pada persamaan (6-5) adalah:
π 2
Wt = (dc) . σt
4
π 2 2
91 643 = (d ) . 60 = 47,13 (d )
c c
4
2
(dc) = 91 643/47,13 = 1945 atau dc = 44 mm
Dari Tabel 6.1, kita temukan bahwa standar diameter minor (core) baut adalah 45,795 mm
dan jika dihubungkan dengan ukuran baut yang tepat adalah M52.
Latihan:
1. Sebuah plat disambung ke dinding dengan 4 baut M12 seperti pada Gambar 6.15.
Diameter core (minor) baut adalah 9,858 mm. Tentukan nilai W jika tegangan tarik
yang diijinkan dalam material baut adalah 6A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan
nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
Gambar 6.15
2. Sebuah bracket seperti pada Gambar 6.16, disambung ke dinding dengan 4 baut.
Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik yang aman untuk baut adalah 7A MPa.
(Huruf A diatas diganti dengan nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
Gambar 6.16
3. Sebuah bracket seperti pada Gambar 6.17, disambung ke tiang vertikal dengan 5
baut standar. Tentukan ukuran baut, jika tegangan tarik material yang aman 7A
MPa dan tegangan geser yang aman 5A MPa. (Huruf A diatas diganti dengan
nomor terakhir NIM yang mengerjakan).
Gambar 6.17
BAB VII
KOPLING
7.1 Pendahuluan
Sebuah kopling diistilahkan sebagai peralatan untuk membuat sambungan
permanen atau semi permanen seperti sebuah clucth yang bisa dipasang dan dibongkar
dengan cepat pada saat akan dioperasikan. Poros kopling digunakan dalam permesinan
untuk beberapa tujuan, sebagian besar adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyambung poros yang diproduksi secara terpisah seperti sebuah motor
dan generator dan untuk memisahkan poros ketika perbaikan.
2. Untuk memperkenalkan fleksibilitas (keluwesan) mekanika.
3. Untuk mengurangi transmisi beban kejut dari poros yang satu ke poros yang lain.
4. Untuk melindungi beban lebih yang berlawanan,
Syarat yang dipenuhi sebuah kopling ialah :
1.mampu menahan adanya kelebihan beban
2.mengurangi getaran dari poros penggerak yang diakibatkan oleh gerakan dari elemen
lain
3.mampu menjamin penyambungan dua poros atau lebih
4.mampu mencegah terjadinya beban kejut.
π ⎛ D4 − d 4 ⎞ π 3 (7-1)
T = .τc ⎢ ⎢⎢ = .4τc .D (1 − k
)
16 ⎝ D ⎠ 16
dimana: k = d/D
Contoh 1:
Rancanglah dimensi muff coupling yang digunakan untuk menghubungkan dua poros baja
dengan transmisi 40 kW pada 350 rpm. Material untuk poros adalah baja karbon dengan
tegangan geser dan tegangan crushing yang diijinkan berturut-turut adalah 40 MPa dan 80
MPa. Material muff terbuat dari besi cor dengan tegangan geser yang diijinkan 15 MPa.
Penyelesaian:
3 2
Diketahui: P = 40 kW = 40.10 W ; N = 350 rpm ; τs = 40 MPa = 40 N/mm ; σcs =
2 2
80 MPa = 80 N/mm ; τc = 15 MPa = 15 N/mm
Gambar 7.2: Tipe muff coupling
• Perancangan Poros
Misalkan d = diameter poros
Torsi yang ditransmisikan oleh poros dan muff adalah:
3
40.10 .60
P.60 = = 1100N − m = 1100.10 Nmm
3
T= 2π .350
2π .N
• Perancangan muff
Diameter luar muff D:
D = 2d + 13 = 2.55 + 13 = 123 mm ≈ 125 mm.
Panjang muff L :
L = 3,5 d = 3,5.55 = 192,5 mm ≈ 195 mm
Marilah sekarang dicek tegangan geser yang terjadi dalam muff. Misalkan τc = tegangan
geser yang terjadi pada muff yang dibuat dari besi cor. Oleh karena itu torsi yang
ditransmisikan pada persamaan (7-1) menjadi:
π π ⎡ 125 − 55 ⎤
4 4 4 4
T= ⎛D −d ⎞ .
3
⎢ ⎢= ⎢ = 370.10 .τ
.τ 16
c .⎢τ ⎢ c ⎢
⎝ D ⎠ 16 ⎣ 125 ⎦
c
dimana: k = d/D
Misalkan p adalah tekanan pada poros dan permukaan muff akibat gaya, kemudian
distribusi tekanan merata pada permukaan, maka:
n
π 2
) σ .
(d
p= =
Gaya 4 2
b t
Luas proyeksi 1 / 2.L.d
Gaya gesek antara poros dan muff adalah:
F = µ × Tekanan × 1 / 2 × πd × L
π 2 n
(d b ) σt .
F=µ 4 2 .1 / 2 × πd × L
1 / 2.L.d
2
F = µ . π (d b )2 σ t .n
8
Torsi yang ditransmisikan oleh kopling adalah:
) σ.n. d
2 2
)
d
T = F . = µ.π= (d b 2 = µ .π= (d b σ t .n.d
2 2
t (7-2)
2 8 16
Contoh 2:
Rancanglah sebuah clamp coupling untuk mentransmisikan 30 kW pada 100 rpm.
Tegangan geser yang diijinkan untuk poros 40 MPa dan jumlah baut penyambung dua
paruhan muff ada enam. Tegangan tarik yang diijinkan untuk baut 70 MPa. Koefisien
gesek antara muff dan permukaan poros adalah 0,3.
Penyelesaian:
3 2
Diketahui: P = 30 kW = 30.10 W ; N = 100 rpm ; τ = 40 MPa = 40 N/mm ; n = 6 ;
2
σt = 70 MPa = 70 N/mm ; µ = 0,3.
• Desain poros
Torsi yang ditransmisikan poros:
30.10 3.60
P.60 = = 2865N − m = 2865.10 Nmm
3
T= 2π .100
2π .N
.40.d = 7,86.d
3 3
π
T= .τ .d =
3
16
π
16
2865.10 3 = 7,86.d 3
d = 71,4mm ≈ 75mm
d 3 = 365.10 3
• Desain muff
Diameter muff adalah;
T = µ . (d b ) σ t .n.d = 0,3.π (d b )
2 2
16 16
2
3
2865.10 = 5830.(d b )
d b = 22,2mm
(d b ) 2 = 492
Dari Tabel 6.1 pada bab VI, kita temukan bahwa diameter core standar dari baut adalah
23,32 mm dan diameter nominal baut adalah 27 mm (M27).
Jika d adalah diameter poros atau diameter dalam hub, d1 = diameter nominal baut,
Diameter luar hub adalah: D = 2d
Panjang hub adalah: L = 1,5.d
Diameter lingkaran kisar baut : D1 = 3.d
Diamter luar flens: D2 = D1 + (D1 – D) = 2D1 – D = 4.d
Ketebalan flens: tf = 0,5d
Jumlah baut: n = 3, untuk d ≤ 40 mm
n = 4, untuk d ≤ 100 mm
n = 6, untuk d ≤ 180 mm
Misalkan: τs , τb dan τk = Tegangan geser untuk poros, baut dan pasak yang diijinkan.
τc = Tegangan geser yang diijinkan untuk material flens.
σcb = Tegangan crushing yang diijinkan untuk material baut.
• Desain hub
Hub didesain dengan pertimbangan seperti pada poros berongga (hollow shaft), yang
mentransmisikan torsi sama dengan poros pejal (solid shaft).
π ⎡ D4 − d4 ⎤ (7-3)
T=
.τ
16 c ⎢ D ⎢
⎣ ⎦
Diameter luar hub biasanya diambil dua kali diameter poros. Oleh karena itu dari
hubungan di atas, tegangan geser yang terjadi dalam hub dapat dicek.
Panjang hub L = 1,5.d
• Desain flens
Flens mengalami geser ketika mentransmisikan torsi. Oleh karena itu torsi yang
ditransmisikan adalah:
T = Keliling hub x Tebal flens x Tegangan geser flens x Radius hub
D π .D × t × τ (7-4)
T = π .D × t f × τ c f
× 2
2 =
c
2
Tebal flens biasanya diambil setengah diameter poros. Oleh karena itu dari hubungan di
atas, tegangan geser pada flens dapat dicek.
• Desain Baut
Baut mengalami tegangan geser akibat torsi yang ditransmisikan. Jumlah baut (n)
tergantung pada diameter poros dan diameter lingkar pitch baut (D1) = 3d.
2
Beban setiap baut = π (d1 ) τ b
4
Total beban seluruh baut = π (d1 ) 2 τ b .n
4
π 2 D (7-5)
Torsi yang ditransmisikan T = (d ) .n. 1
τ 4
1 b
2
Dari persamaan di atas, diameter baut (d1) bisa dicari. Sekarang diameter baut bisa dicek
dalam crushing.
Luas tahanan crushing seluruh baut = n. d1.tf
dan kekuatan crushing seluruh baut = n. d1.tf .σcb
Torsi T = (n. d1.tf .σcb).D1/2 (7-6)
Dari persamaan di atas, tegangan crushing pada baut bisa dicek.
Contoh 3:
Rancanglah tipe kopling flens dari besi cor untuk mentransmisikan 15 kW pada 900 rpm
dari sebuah motor listrik ke sebuah kompresor. Faktor keamanan diasumsikan sebesar
1,35. Tegangan yang diijinkan sebagai berikut:
Tegangan geser untuk material poros dan baut = 40 MPa
Tegangan crushing untuk baut = 80 MPa
Tegangan geser untuk besi cor = 8 MPa
Penyelesaian:
3
Diketahui: P = 15 kW = 15.10 W ; N = 900 rpm ; SF = 1,35 ; τs = τb = 40 MPa
2 2 2
= 40 N/mm ; σcb = 80 MPa = 80 N/mm ; τc = 8 MPa = 8 N/mm
• Desain hub
Torsi yang ditransmisikan untuk menentukan diameter poros adalah:
15.10 3.60
P.60 = = 159,13Nm = 159,13.10 Nmm
3
T= π
2 .900
2π .N
Ketika SF = 1,35, oleh karena itu torsi maksimum yang ditransmisikan adalah:
3 3
Tmax = 1,35.159,13.10 = 215.10 Nmm
Diameter poros d adalah:
π .τ s = 7,86.d
3
3
π
T= = .40.d 3
16 .d 16
215.10 3 = 7,86.d 3
3
d = 27,5.10
3 d = 30,1mm ≈ 35mm
T = π.τ c ⎢ ⎢ = .τ c ⎢ ⎢ = 63147τ c
16 ⎣ D ⎦ 16 ⎣ 70 ⎦
215.10 3 = 63147.τc
τ c = 3,4 N/mm 2 = 3,4MPa
Ketika Tegangan geser yang terjadi pada material hub adalah lebih rendah dari nilai yang
diijinkan 8 MPa, oleh karena itu desain hub adalah aman.
• Desain flens
Tebal flens tf diambil 0,5d, maka tf = 0,5.d = 0,5.3,5 = 17,5 mm
Torsi maksimum yang ditransmisikan Tmax pada persamaan (7-4):
T =π × t f ×τ = π
2 2
×17,5 × τ = 134713τ c
.D .70
2 c c
2
215.10 = 134713τc
3
8.1 Pendahuluan
Pegas didefinisikan sebagai benda elastis, yang fungsinya untuk memberikan
simpangan ketika dibebani dan untuk mengembalikan ke bentuk asalnya ketika beban
dilepaskan. Aplikasi pegas adalah sebagai berikut:
1. Untuk menahan atau energi kendali akibat goncangan (shock) lain atau getaran
seperti dalam pegas mobil, penyangga rel, sok breker, dan peredam getaran.
2. Untuk mempergunakan gaya-gaya, seperti dalam rem, kopling tidak tetap dan
pegas pada katup.
3. Untuk mengendalikan gerak dengan menahan kontak antara dua elemen seperti
pada cam.
4. Untuk mengukur gaya-gaya, seperti dalam indicator mesin.
5. Untuk menyimpan energi, seperti pada arloji, mainan anak-anak dan lain-lain.
2. Conical dan volute springs (pegas kerucut). Seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2,
adalah digunakan dalam penerapan khusus dimana sebuah pegas teropong.
Gambar 8.2: Conical dan volute springs
3. Torsion springs (pegas torsi). Pegas ini bisa digolongkan jenis pegas helix atau
spiral seperti pada Gambar 8.3. tipe helix digunakan hanya dalam penerapan
dimana beban cenderung untuk memutar pegas dan digunakan dalam mekanika
listrik. Tipe spiral juga digunakan dimana beban cenderung untuk menaikkan
jumlah coil yang digunakan pada jam dinding.
Perhatikan pegas tekan pada Gambar 8.7 (b), beban W cenderung memutar kawat
akibat momen puntir (T) pada kawat. Sehingga tegangan geser torsional bisa terjadi dalam
kawat.
Momen puntir T :
D 3
T = W. = .τ .d
π
1
2 16
8.W . D (8-1)
τ1 =
π .d 3
Diagram tegangan geser utama ditunjukkan pada Gambar 8.8 (b). Sedangakan diagram
resultan tegangan geser torsional dan resultan tegangan geser utama ditunjukkan pada
Gambar 8.9 (a).
(a) Diagram tegangan geser torsional (b) Diagram tegangan geser utama
Gambar 8.8 : Tegangan dalam pegas helix tekan
(a) Diagram tegangan geser torsional (b) Diagram tegangan geser torsional,
dan tegangan geser utama tegangan geser utama dan tegangan
lengkungan.
Gambar 8.9: Tegangan pada pegas helix tekan
Tanda positif digunakan untuk bagian dalam kawat dan tanda negatif digunakan untuk
bagian luar kawat. Ketika tegangan adalah maksimum pada bagian dalam kawat, sehingga;
Tegangan geser maksimum yang terjadi dalam kawat:
= Tegangan geser torsional + tegangan geser utama
8.W .D 4.W 8.W .D ⎛ d ⎞ (8-3a)
= + = 1⎢ +
⎢
π .d 3 π .d π .d 3 ⎝ 2.D ⎠
2
1
KS = faktor tegangan geser = 1 + 2.C
Pengaruh geser utama adalah sama seperti lengkungan pada kawat, sebuah factor
tegangan Wahl’s yang ditemukan oleh A.M.Wahl’s bisa digunakan. Diagram resultan
tegangan torsional, geser utama, dan geser lengkungan ditunjukkan pada Gambar 8.9 (b).
Tegangan geser maksimum yang terjadi dalam kawat adalah:
8.W . D 8.W (8-4)
τ = K. =K.
.C
π .d π .d 2
3
dimana:
4C − 1 0,615
K = +
4C − 4 C
K = K S + KC
dimana KS = Faktor tegangan akibat geser,
KC = Faktor konsentrasi tegangan akibat lengkungan.
8.5 Defleksi pada pegas helix
Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas tegangan geser maksimum dalam
kawat.
Total panjang kawat:
l = π.D.n
θ = Defleksi sudut dari kawat ketika menerima torsi T.
Defleksi aksial dari pegas, δ = θ.D/2 (8-5a)
Hubungan torsi dengan tegangan geser adalah:
T τ G .θ
= =
J D/2 l
T .l π 4
θ = J .G d ,
dimana J = momen inersia polar dari kawat pegas = 32
G = modulus kekakuan untuk material kawat pegas.
Sehingga defleksi sudut menjadi:
D
T .l (W . 2 )π .D.n 16.W .D .n2
θ = = π = 4
(8-5b)
J .G G.d
.d 4
.G
2
Substitusi persamaan (8-5a) dan (8-5b) diperoleh:
3 3
2 8.W .D 8.W .C
16.W .D .n .n .n …..(C=D/d) (8-6)
δ =
D
. = 4 =
G.d
4
2 G.d G.d
8.W .D atau π .d
3
(8-8b)
τ = K. π .d 3
W = τ
.
8.K.D
Kita mengetahui bahwa defleksi pegas adalah:
8.W .D 3.n 8.π .d 3.τ D3 .n π .τ .D2 (8-8c)
δ.n = = . =
4 4
G.d 8.K . G.d K .d .G
D
Substitusi persamaan (8-8a), (8-8b), dan (8-8c), diperoleh:
1 π .d3 .τ π .τ .2D .n
U= . .
2 8.K .D K .d .G
τ
2 .d τ 2
= ( π .D.n) 4
2 .V (8-9)
)
2
4.K .G 4.K G
( π 2
=
τ = 447,2.10 6 N / m 2 = 447,2MPa
• Defleksi yang terjadi pada pegas
Dari persamaan (8-8c) diperoleh defleksi pegas:
π .τ .D2 .n π .447,2.106 .0,12 .30
δ = K .d .G = 1,31.0,02.85.10 9 = 0,1893m = 189,3mm
Contoh 2:
Sebuah pegas helix dengan lilitan tertutup dibuat dari kawat baja dengan diameter
10 mm, jumlah lilitan ada 10 dengan diameter rata-rata 120 mm. Pegas membawa beban
tarik aksial 200 N. Tentukan tegangan geser yang terjadi dalam pegas dengan mengabaikan
pengaruh konsentrasi tegangan. Tentukan juga defleksi pegas, kekakuan, dan energi
2
regangan yang oleh pegas jika modulus kekakuan material adalah 80 kN/mm .
Penyelesaian:
2 3 2
Diketahui: d = 10 mm ; n = 10 ; W = 200 N ; G = 80 kN/mm = 80.10 N/mm
• Tegangan geser pada pegas (pengaruh konsentrasi tegangan diabaikan)
Dari persamaan (8-3a) diperoleh tegangan geser pada pegas:
8.W . D ⎛
τ= 3 ⎢
1 + d ⎢⎞ = 8.200.120 ⎛
3 ⎢1 +
10 ⎞
N / mm 2
π .d 2.D ⎠ π .10 ⎝ 2.120 ⎢⎠
⎝
τ = 61,1.1,04 = 63,54 N / mm 2 = 63,54MPa
• Defleksi pegas
Dari persamaan (8-6) diperoleh defleksi pegas:
8.W . D 3.n 8.200.120 3.10
δ = 4 = 3 4 = 34,56mm
G.d 80.10 .10
• Kekakuan (stiffness)
Dari persamaan (8-7) diperoleh kekakuan pegas:
W G.d 4 80.103 .104
= = = 5,8N / mm
δ 8.D .n 8.120 .10
3 3
200
W = = 5,8N / mm
atau secara langsung 34,56
δ
τ
τ
τ
τ
(8-10a)
Jadi faktor keamanan (SF) adalah:
(8-10b)
Nilai tegangan geser rata-rata (τm) dapat dihitung dengan menggunakan faktor tegangan
geser (Ks), sementara tegangan geser variable dihitung dengan menggunakan nilai penuh
factor Wahl’s (K). Sehingga tegangan geser rata-rata:
dimana:
Tegangan geser variable adalah:
dimana:
Contoh 3:
Pegas tekan helix dibuat dari baja karbon tempering, mendapat beban yang
bervariasi dari 400 N sampai 1000 N. Indek pegas adalah 6 dan faktor keamanan desain
1,25. Jika tegangan yield geser 770 MPa dan tegangan endurance 350 MPa, tentukan :
1. Ukuran kawat pegas,
2. Diameter pegas,
3. Jumlah lilitan pegas,
Defleksi pegas ketika dikompresi pada beban maksimum adalah 30 mm. Modulus
2
kekakuan material pegas adalah 80 kN/mm .
Penyelesaian:
Diketahui:
• Ukuran kawat pegas
Diameter rata-rata pegas D = C.d = 6.d
Beban rata-rata:
Beban variable :
• Diameter pegas
Diameter rata- pegas D = C.d = 6.7,1 = 42,6 mm Diameter
luar pegas Do = D + d = 42,6 + 7,1 = 49,7 mm Diameter
dalam pegas, Di = D – d = 42,6 – 7,1 = 35,5 mm
• Brown, T.H, Jr., 2005, Marks’ Calculations for Machine Design, McGraw-Hill
companies, New York.
• Khurmi, R.S., and Gupta, J.K., 1982, Text Books of Machine Design, Eurasia
Publishing House (Pvt) Ltd, Ram Nagar, New Delhi 110055.
• Shigley, J.E., and Mischke, C.R., 1996, Standard Handbook of Machine Design,
McGraw-Hill companies, New York.
103