3.1.1 Hasil
Gambar Keterangan
Identitas Sampel
Jenis sampel : Kerokan kulit
tangan
Identitas Sampel
Jenis sampel : Kerokan kuku
tangan
Fungi (jamur) merupakan organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak
dengan tidak memiliki klorofil. Fungi dapat menyebabkan macam-macam
penyakit. Penyakit-penyakit tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan
pemeriksaan laboratorium. Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan
yaitu pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10%.
Pada pratikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung dari kerokan kulit
tangan. Tujuan dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini adalah untuk
mengetahui apakah kulit terinfeksi oleh jamur atau tidak. Pada pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan hasil negatif. Hasil negatif disebabkan karena sampel yang
digunakan merupakan kulit yang tidak terinfeksi atau kulit yang normal. Oleh sebab
itu sampel tidak terlihat tanda-tanda yang menunjukkan adanya infeksi jamur.
Adapun tanda-tanda jika terinfeksi jamur adalah bila ditemukan adanya hifa dan
atau spora.
Adapun hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh (Menaldi, S.L., et al. 2017):
Faktor pasien:
Salah memilih lesi
Pasien dalam pengobatan anti jamur
Faktor laboratorium:
Spesimen yang dikumpulkan tidak cukup
Larutan KOH tidak memenuhi syarat
Pemeriksaan dengan mikroskop tidak fokus atau pencahayaan kurang baik
Faktor pemeriksa:
Kompetensi kurang
Dalam pemeriksaan langsung dengan KOH 10% terdapat beberapa klasifikasi
penyakit berdasarkan hifa dan spora yang terlihat secara mikroskopik (Menaldi,
S.L., et al. 2017):
Dermatofitosis: elemen jamur kulit berupa hifa panjang dan/ atau artospora.
Pada rambut berupa spora endotrik/ ektotrik dan kadang terdapat hifa di
dalam atau di luar rambut.
Kandidiosis: elemen jamur berupa spora, blastospora, dan pseudohifa
Ptiriasis versikolor: elemen jamur berupa sekelompok spora oval/ bulat
blastospora dan hifa pendek
Tinea nigra palmaris: tampak hifa bercabang, bersekat, berwarna coklat
muda sampai dengan hijau tua
Piedra: tampak benjolan yang terdiri atas hifa bersekat, teranyam padat dan
di antaranya terdapat askus yang berisi 4-8 askospora
Terjadinya penularan infeksi jamur adalah melalui 3 cara yaitu (Kurniati dan Cita
Rosita SP. 2008) :
1. Antropofilik: Tertular dari orang lain yang terinfeksi jamur, atau dari
manusia ke manusia. Ditularkan baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui lantai kolam renang dan udara sekitar rumah sakit/ klinik,
dengan atau tanpa reaksi peradangan (silent “carier”).
2. Zoofilik: transmisi dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak
langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang terinfeksi dan
melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah/ tempat tidur
hewan, tempat makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama
adalah anjing, kuncing, sapi, kuda dan mencit.
3. Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi
manusia dan menimbulkan reaksi radang.
Infeksi jamur dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya
yang meliputi kebersihan kulit, tangan, kuku, dan kebersihan genitalia (Tarwoto,
Wartonah. 2010).
PHBS adalah semua perilaku sehat yang dilakukan atas dasar kesadaran untuk
menolong diri sendiri dan anggota keluarga dibidang kesehatan serta dapat berperan
aktif dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat (Depkes RI,
2010)
5. Bersihkan badan dari sabun dengan air lalu keringkan dengan handuk yang
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan
menggunakan sabun. Mencuci dengan menggunkaan sabun harus meliputi
area antara jari tangan, kuku, dan punggung tangan.
2. Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan
diganti setiap hari.
3. Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek
karena bias mengenai kulit.
Anandita F.P. 2010. Menjaga Kebersihan Kuku dan Kulit. Bandung: Quandra
Departemen Kesehatan RI. 2010. Pedoman Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Kurniati dan Cita Rosita SP. 2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis. Vol. 20 No. 3
hal: 243-250
Menaldi, S.L., et al. 2017. Pemeriksaan Penunjang Infeksi Kulit Dan Genitalia
Eksterna: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia