Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISKUSI REFLEKSI KASUS

MAKALAH

oleh

Kelompok I

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
DISKUSI REFLEKSI KASUS

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan


dengan dosen Ns. Alfid S.Kep., M.Kep.

Oleh :
Kelompok I
Ulfi Bini’matillah NIM 142310101002
Lathifah Nur Lailiyah NIM 142310101012
Ivatul Laili Khoirunnisa NIM 142310101051
Handita Diani Ratri NIM 142310101073

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diskusi refleksi kasus merupakan salah satu komponen Pengembangan
Manajemen Kinerja (PMK). Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK)
merupakan pendekatan perbaikan proses pada sistem mikro yang mendukung dan
meningkatkan kompetensi klinis perawat dan bidan untuk bekerja secara
profesional dengan memperhatikan etika, tata nilai, dan aspek legal dalam
pelayanan kesehatan. Diskusi Refleksi Kasus (DRK) digunakan sebagai metode
pembelajaran yang dapat menuntun perawat dan bidan dalam suatu kelompok
diskusi baik di rumah sakit maupun puskesmas untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman klinik yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan.
Dalam DRK ini akan dibahas masalah–masalah keperawatan/kebidanan yang
aktual, menarik baik yang lalu maupun yang sedang berlangsung. Selain itu juga
dibahas tentang pengalaman keberhasilan dalam melaksanakan tugas pelayanan
dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia. Melalui DRK ini
profesionalisme perawat dan bidan ditingkatkan sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah definisi diskusi refleksi kasus?
1.2.2 Apa sajakah tujuan dari diskusi refleksi kasus?
1.2.3 Bagaimanakah posisi diskusi refleksi kasus dalam standar akreditasi 2012?
1.2.4 Bagaimanakah proses diskusi refleksi kasus?
1.2.5 Bagaimanakah format laporan pada diskusi refleksi kasus?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 mengetahui definisi diskusi refleksi kasus
1.3.2 mengetahui tujuan diskusi refleksi kasus
1.3.3 mengetahui posisi diskusi refleksi kasus dalam standar akreditasi 2012
1.3.4 mengetahui proses diskusi refleksi kasus
1.3.5 mengetahui format laporan pada diskusi refleksi kasus
BAB 2. PEMBAHSASAN

2.1 Definisi Diskusi Refleksi Kasus (DRK)


Diskusi refleksi kasus merupakan salah satu komponen Pengembangan
Manajemen Kinerja (PMK). Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK)
merupakan pendekatan perbaikan proses pada sistem mikro yang mendukung dan
meningkatkan kompetensi klinis perawat dan bidan untuk bekerja secara
profesional dengan memperhatikan etika, tata nilai, dan aspek legal dalam
pelayanan kesehatan. Sedangkan Diskusis Refleksi Kasus didefinisikan sebagai
suatu metode dalam merefleksikan pengalaman klinis perawat dalam menerapkan
standar dan uraian tugas. Pengalaman klinis yang direfleksikan merupakan
pengalaman aktual dan meraik baik hal-hal yang merupakan keberhasilan maupun
kegagalan dalam memberikan pelayanan keperawatan termasuk untuk
menemukan masalah dan menetapkan upaya penyelesaiannya misalnya dengan
membuat rencana untu menyusun SOP baru. DRK dilakukan minimal satu bulan
sekali selama 60 menit (Kementerian Kesehatan RI, 2005).

2.2 Tujuan Diskusi Refleksi Kasus


Tujuan dari dilakukannya Diskusi Refleksi Kasus (DRK) bagi perawat
menurut Ratnasari (2010) meliputi:
1. Meningkatkan profesionalisme perawat
2. Meningkatkan aktualisasi diri perawat, membangkitkan motivasi belajar
perawat
3. Belajar untuk menghargai rekan yang berbeda profesi
4. Meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
5. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa
merasa tertekan
6. Memberikan masukan kepada pimpinan sarana kesehatan untuk
penambahan dan peningkatan SDM (pelatihan, pendidikan berkelanjutan,
magang, kalakarya)
7. Penyempurnaan SOP
8. Bila memungkinkan dapat dilakukan pengadaan alat.

2.3 Posisi Diskusi Refleksi Kasus dalam Standar Akreditasi 2012


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) termasuk pada elemen ke-lima dari
Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) dalam standar akreditasi 2012 .
Standar MKI 5 menjelaskan bahwa pimpinan menjamin adanya komunikasi dan
koordinasi yang efektif antar individu dan departemen yang bertanggung jawab
untuk memberikan pelayanan klinik. Maksud dan tujuan dari MKI 5 adalah
(Komisi Akreditasi Rumah Sakit, 2012):
1. Mengkoordinasikan dan mengintergrasikan asuhan pasien.
2. Mengembangkan suatu budaya yang menekankan kerjasama dan
komunikasi.
3. Mengembangkan metode secara formal, (misalnya : komite tetap, tim
terpadu) dan metode informal (misalnya : poster dan buletin) untuk
meningkatkan komunikasi diantara pelayanan dan antar pribadi anggota
staf.
4. Koordinasi pelayanan klinis berasal dari suatu pemahamam misi dan
pelayanan masing-masing departemen dan kolaborasi dalam
mengembangkan kebijakan umum dan prosedur.
5. Saluran komunikasi yang umum baik yang bersifat klinis maupun
nonklinis ditetapkan diantara badan pemilik dan manajemen.

2.4 Proses Diskusi Refleksi Kasus (DRK)


Sebelum melaksanakan DRK seorang perawat perlu untuk
memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan. Topik–topik bahasan yang
ditetapkan untuk didiskusikan dalam DRK antara lain Ratnasari (2010):
1. Pengalaman pribadi perawat yang aktual dan menarik dalam menangani
kasus pasien di lapangan baik di rumah sakit atau di puskesmas.
2. Pengalaman dalam mengelola pelayanan keperawatan dan isu-isu strategis.
3. Pengalaman yang masih relevan untuk dibahas dan akan memberikan
informasi berharga untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Setelah menetapkan kasus yang akan didiskusikan langkah selanjutnya adalah
menyusun jadwal kegiatan. Kegiatan DRK dilakukan minimal satu kali dalam
satu bulan dan sebaiknya jadwal disusun untuk kegiatan satu tahun, dengan
demikian para peserta yang telah ditetapkan akan mempunyai waktu yang cukup
untuk mempersiapkan. Setiap bulan ditetapkan dua orang yang bertugas sebagai
penyaji dan moderator selebihnya sebagai peserta. Contoh jadwal kegiatan adalah
seperti berikut:

Topik Bahasan Waktu Penyaji Moderator Ket


Oral hygine pasien ICU 06 November Ns. Handita Ns. Latifah
Perawatan luka bakar 07 Desember Ns. Ivatul Ns. Ulfi
Askep Tipoid 08 Januari Ns. Latifah Ns. Ivatul
Manajemen terapi cairan 09 Februari Ns. Ulfi Ns. Handita

DRK dapat dilaksanakan setelah selesai membuat jadwal kegiatan. Persyaratan


untuk melaksanakan DRK menurut WHO (2003) adalah:
1. Suatu kelompok perawat yang terdiri dari 5 sampai 8 orang;
2. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator, satu orang lagi
sebagai penyaji dan lainnya sebagai peserta;
3. Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi adalah setara;
4. Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman klinis
keperawatan atau kebidanan yang menarik;
5. Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja atau benda
lainnya, agar setiap peserta dapat saling bertatapan dan berkomunikasi
secara bebas;
6. Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang berbicara dalam
satu saat, peserta lainnya memperhatikan proses diskusi;
7. Tidak diperkenankan ada dominasi, kritik yang dapat memojokkan peserta
lainnya;
8. Membawa catatan diperbolehkan, namun perhatian tidak boleh terkikis atau
tertumpu hanya pada cataan, sehingga dapat mengurangi perhatian dalam
berdiskusi.
DRK dilaksanakan dalam empat sesi yaitu pembukaan, penyajian, tanya jawab,
dan yang terakhir adalah penutup atau rangkuman. Waktu yang diperlukan untuk
DRK minimal 60 menit. Durasi waktu untuk setiap sesi adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan : 5 menit
b. Penyajian : 15 menit
c. Tanya jawab : 30 menit
d. Penutup : 10 menit
Terdapat tiga peran dalam pelaksanaan DRK yaitu: penyaji, peserta, dan
fasilitator/moderator WHO (2003).
1. Peran penyaji memiliki tugas untuk:
a. Menyiapkan kasus klinis keperawatan yang pernah dialami atau pernah
terlibat didalamnya yang merupakan kasus menarik baik kasus yang
lalu maupun kasus-kasus saat ini. Selain kasus klinis dapat pula dipilih
kasus manajemen dan pengalaman keberhasilan dalam pelayanan;
b. Menjelaskan kasus yang sudah disiapkan dengan alokasi waktu 10
sampai 20 menit;
c. Menyimak pertanyaan yang disampaikan;
d. Memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
nyata yang telah dilakukan dan merujuk pada standar yang relevan atau
SOP yang berlaku.
e. Mencatat hal-hal penting selama proses DRK.
2. Peran peserta memiliki tugas untuk:
a. Mengikuti kegiatan sampai selesai diakhiri dengan mengisi daftar hadir;
b. Memberikan perhatian penuh selama kegiatan;
c. Mempunyai hak untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan, minimal
satu pertanyaan dengan alokasi waktu keseluruhan 20 sampai 30 menit.
Dalam mengajukan pertanyaan agar merujuk pada standar, tidak
dibenarkan untuk mengajukan pertanyaan/pernyataan yang sifatnya
menyalahkan atau memojokkan, tidak dibenarkan untuk mendominasi
pertanyaan, pertanyaaan berupa klarifikasi dan tidak bersifat menggurui
diperbolehkan.
3. Peran fasilitator/moderator memiliki tugas untuk:
a. Mempersiapkan ruangan diskusi dengan mengatur posisi tempat duduk
dalam bentuk lingkaran sehingga peserta dapat saling bertatap muka
dengan leluasa;
b. Membuka pertemuan dengan mengucapkan selamat datang,
menyampaikan tujuan pertemuan, membuat komitmen bersama dengan
seluruh anggota diskusi tentang lamanya waktu diskusi (kontrak
waktu), dan menyampaikan tata tertib diskusi;
c. Mempersilahkan penyaji untuk menyampaikan kasusnya selama 10
sampai 20 menit;
d. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
secara bergilir selama 30 menit;
e. Mengatur alur pertanyaan yang diajukan oleh peserta dan klarifkasi bila
ada yang tidak jelas;
f. Merangkum hasil diskusi;
g. Melakukan refleksi terhadap proses diskusi dengan meminta peserta
untuk menyampaikan pendapat dan komentarnya tentang diskusi
tersebut;
h. Membuat kesimpulan hasil refleksi dan menyampaikan isu-isu yang
muncul;
i. Meminta kesepakatan untuk rencana pertemuan berikutnya;
j. Menutup pertemuan dengan memberikan penghargaan kepada seluruh
peserta dan berjabat tangan;
k. Membuat laporan hasil diskusi sesuai format dan menyimpan laporan
DRK pada arsip yang telah ditentukan bersama.

Setelah melakukan kegiatan, langkah berikutnya adalah menyusun laporan


DRK. Agar kegiatan DRK dapat diketahui dan dibaca oleh pimpinan, anggota
kelompok maupun teman sejawat lainnya maka kegiatan tersebut harus
dicatat/didokumentasikan sebagai laporan. Bentuk laporan dikemas dengan
menggunakan suatu format yang antara lain berisikan:
1. Nama peserta yang hadir;
2. Tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan;
3. Isu-isu atau masalah yang muncul selama diskusi;
4. Rencana tindak lanjut berdasarkan masalah;
5. Lampiran laporan menyertakan daftar hadir yang ditandatangani oleh
semua peserta.

2.5 Contoh format:

Laporan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

Nama Ruangan :

Penyaji :

Tanggal Pelaksanaan :

Topik Diskusi Kasus :

Masalah/isu yang muncul :

1.

2.

3.

Rencana Tindak Lanjut :

No. Kegiatan No. Indikator


1. 1.
2. 2.
3. 3.
Nama peserta yang hadir :

No. Nama Peserta Tanda Tangan


1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 836/MENES/SK/VI/2005. Jakarta: Kementerian
Kesehatan.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. 2012. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Standar
Akreditasi Versi 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
Ratnasari, M. 2010. Penerapan Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK) Klinik
Bagi Perawat dan Bidan Pada Sistem Remunerasi. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
WHO SEA-NURS-429. 2003. Pelatihan Manajerial SPMK. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai