Makalah Bahasa Jepang
Makalah Bahasa Jepang
Kelompok 5
Anggota Kelompok:
Rehan Ramdani
Andika Rajawali
Mardalina
Shodou mulai deiperkenalkan pada anak sekolah dasr sebagai pelajaran wajib,sedangkan pada
jenjang selanjutnya Shodou menjadi salah satu mata pelajaran antara music dan juga
melukis,Beberapa universitas bahkan terdapat kelas untuk shodou,diantaranya University of
Tsukuba,Tokyo Gakugei University dan Fukuoka University of Education.
Hanshi : kertas tipis khusus untuk menuliskan kaligrafi. Kertas yang digunakan bukan
sembarang kertas, melainkan kertas yang tipis dan ringan, namun tahan lama dan dapat
menyerap tinta. Kertas khusus ini dikenal dengan hashi, berupa kertas dengan dua
permukaan berbeda, di mana sebelah permukaannya kasar, sedangakan permukaan
sebaliknya halus. Bagian inilah yang dipakai saat menulis kaligrafi. Ukuran hanshi umumnya
berkisar antara 24 x 32,5 hingga 26 x 35 cm.
Suzuri : tempat tinta yang keras (bisa terbuat dari batu atau bahan metal lainnya).
Sumi : tinta berbentuk batang hitang yang nantinya dicampur dengan air, setelah itu
digosokkan ke Suzuri untuk mendapatkan tintanya. Tinta yang dipakai untuk seni kaligrafi
bisa berupa tinta botolan, namun agar hasil tulisan lebih maksimal, biasanya digunakan
sumi, berupa tinta yang dipadatkan. Cara mencairkan sumi sangatlah mudah, cukup dengan
menambahkan air lalu menggosok-gosokannya dalam wadah besi yang disebut suzuri.
Fude : kuas, ada berbagai macam gunakan sesuai kebutuhan. Ada berbagai macam bentuk
fude, mulai dari kecil hingga besar. Fude ukuran besar biasanya digunakan untuk membuat
tulisan, sedangkan yang kecil digunakan untuk membubuhkan tanda tangan si pembuat
kaligrafi. Batang fude terbuat dari bambu atau kayu pohon, sedangkan bulunya terbuat dari
bulu hewan, seperti domba, musang, rakun, rusa, bahkan ekor kuda. Bulu itu kemudian
diikat dan ditempelkan pada batang fude. Rapi tidaknya ikatan bulu fude sangat
mempengaruhi tekstur tulisan. Tidak hanya fude saja tetapi juga tinta yang dipakai juga
mempengaruhi hasil tulisan.
(gambar peralatan dan bahan pembuatan shodou)
Sebelum menulis kaligrafi Shodou, keenam perlengkapan itu ditata sesuai aturan.
Hanshi diletakkan di atas shitajiki, kemudian di bagian atasnya beri pemberat bunchin agar
tidak bergeser ataupun tertiup angin.
suzuri yang sudah berisi tinta sumi diletakkan di sebelah kanan bersebelahan dengan fude.
Kadang-kadang fude juga diletakkan di atas fudeoki, yang mirip seperti balok kecil untuk
menyimpan sumpit.
Harus dikuasai tentunya tulisan Jepang, mengingat urutan penulisan huruf Jepang tidak
sama seperti menulis huruf alphabet. Hal ini sangat penting, karena kesalahan sekecil
apapun akan tampak jelas pada hanshi.
Menggunakan fude. Cara memakai fude yang benar adalah menggenggam bagian
tengahnya, dan saat mencoretkan tinta pada hanshi, fude diarahkan tegak lurus,
pergelangan tangan dan siku tidak boleh menyentuh meja.
Gyousho, berarti "traveling writting", huruf yang digunakan dalah Shodō dibuat
sedikit miring. Berbeda dengan Kaisho yang kesannya tegas, Gyousho terlihat lebih
santai. Penulisannya sama seperti tulisan tangan dengan bagian-bagian ujung yang
terlihat lebih tumpul.
"Yume" (Gyousho - Cetak)
Sousho, berarti "grass writting". Untuk model Sousho, tulisannya terasa lebih bebas
dengan huruf-hurufnya yang dibuat miring. Sousho lebih sulit dibaca diantara model
yang lainnya. Dalam pembuatannya, kebanyakan kaligrafer tidak
melepaskan/mengangkat Fudonya, jadi garis-garis yang ada akan terasa menyatu.
Sejarah kaligrafi Jepang dapat di lihat kembali ke asalnya yaitu kebudayaan Cina dan
penciptaan sistem tulisan cina itu sendiri kira-kira sekitar 4.500 tahun yang lalu. Kaligrafi
telah di kembangkan dalam waktu yang sangat lama pada saat dibawa nya ke Jepang yaitu
sekitar abad ke 6 bersamaan dengan awal mulanya sistem menulis cina (kanji) masuk ke
Jepang.
Di masa Heian, orang Jepang sudah memulai menunjukkan pencapaian yang cukup luar
biasa di dalam bentuk seni yang baru “Three Great Brushes” (atau sanpitsu) oleh pendeta
Buddha, Kuukai (774 - 835), Kaisar Saga (786 - 842) dan petugas kekaisaran Tachibana no
Hayanari (778 - 842) telah mencapai pendewaan gaya kaligrafi yang kemudian menjadi
popular dari master Cina T’an, Yan Zhenqing (709 - 785).
Ada 5 script dasar di dalam kaligrafi Cina: tensho (seal style), reisho (clerical style), kaisho
(block style), gyosho (semi-cursive style), sosho (cursive stye, atau di sebut “tulisan
rumput”). Ke lima-lima nya ini telah muncul sebelum akhir abad ke 4. Sebagai tambahan,
orang Jepang telah mengembangkan karakter kana sepanjang abad ke 8, karakter-karakter
yang melambangkan bunyi ini bertolak belakang dengan karakter yang di pakai sebagai
ideographic (kanji). Tiga jenis kana telah di kembangkan yaitu, kanji, hiragana dan
katakana.Di berbagai belahan dunia, kaligrafi Jepang juga dikenal, dipelajari, dan dijadikan
ajang pembelajaran, terutama di bidang seni.
Kaligrafi Jepang biasanya digunakan untuk hiasan dinding, awalnya hanya karena keindahan
tulisan. Lama-lama ada penulisan tentang filosofi Jepang atau China sehingga ada kata-kata
mutiara yang ditulis dengan kaligrafi. ”Tata cara penulisan kaligrafi Jepang dengan huruf
Jepang biasa itu jauh berbeda. Perbedaan itu terutama terletak di goresannya. Harus
menggunakan kuas dan di kertas khusus.