Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian Muatan berbahaya


Muatan berbahaya adalah barang yang oleh karena sifatnya,

apabila di dalam penanganan, pekerjaan,

penimbun/penyimpangan tidak mengikuti petunjuk-

petunjuk,peraturan-peraturan serta persyaratan yang ada

maka dapat menimbulkan bencana/kerugian terhadap manusia,

benda dan lingkungan.

(Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan

Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 26)


Muatan berbahaya adalah barang yang oleh karena sifatnya,

apabila di dalam penanganan, pekerjaan,

penimbun/penyimpangan tidak mengikuti petunjuk-

petunjuk,peraturan-peraturan serta persyaratan yang ada

maka dapat menimbulkan bencana/kerugian terhadap manusia,

benda dan lingkungan.


(Ridwan, Diktat Keselamatan Kerja Dan Pencegahan

Kecelakaan (Jakarta, 1995) hal. 26)

. Ketentuan tentang muatan berbahaya


1. SOLAS 1974 Bab VII, Bagian A, Edition 2009
Aturan pengangkutan barang berbahaya dalam bentuk

kemasan atau dalam bentuk padat yang tercantum

dalam SOLAS 1974 bab 1 bagian A sebagai berikut:


Untuk barang berbahaya diklasifikasikan menurut ketentuan

yang ada dan dilakukan dalam bentuk kemasan atau dalam


bentuk padat dalam jumlah besar (selanjutnya disebut sebagai

“barang berbahaya”), di semua kapal peraturan yang berlaku

saat ini dan di kapal kargo yang kurang dari 500 gross ton.

Aturan ini tidak berlaku untuk kapal penyapelai barang dan

peralatan. Pengangkutan barang berbahaya dilarang kecuali

sesuai dengan ketentuan bagian ini. Dan untuk melengkapi

ketentuan-ketentuan bagian ini, masing-masing pihak

perusahaan menerbitkan, atau mengeluarkan petunjuk rinci

tentang pengemasan dan penyimpangan barang berbahaya

yang mencakup tindakan pencegahan yang diperlukan dalam

kaitannya dengan kargo lainnya.


Bahwa barang-barang berbahaya yang memiliki sifat fisika dan

kimia saling berlawanan satu sama lain pemadatannya harus

dipisahkan, pengaturan pemisahan ini berlaku untuk

pemadatan di dalam ruang muat (palka) maupun di atas

geladak kapal, bagi setiap jenis kapal maupun unit-unit

pengangkutan barang yang lain.


Dua zat atau barang berbahaya yang sifatnya saling

berlawanan dan dipadatkan dalam satu ruangan akan

berbahaya jika salah satu mengalami kebocoran, tumpah atau

kecelakaan lainnya. Resiko yang ditimbulkan apabila mereka


bercampur bias bermacam-macam sehingga perlu diatur cara

pemisahannya.
2. Sesuai IMDG CODE, klasifikasi muatan berbahaya akan

dibagi ke dalam kelas-kelas berikut:


a) Kelas 1 bahan peledak
b) Kelas 2 gas yang ditekan, dicairkan atau dilarutkan di

bawah tekanan.
c) Kelas 3 Cairan yang mudah terbakar
d) Kelas 3.1 Low flash point group (-18oc)
e) Kelas 3.2 Intermediate Flash Point Group (-18oC s/d 23oC)
f) Kelas 3.3 High Flash Point Group (23oC s/d 61oC)
g) Kelas 4 Flammaeble solid ( zat pada mudah menyala)
h) Kelas 4.1 Bahan padat yang mudah terbakar
i) Kelas 4.2 Bahan padat yang dapat terbakar sendiri, baik

padat, kering maupun cair


j) Kelas 4.3 Bahan padat/kering jika kena air (basah)

mengeluarkan gas mudah menyala dan beberapa jenis dapat

terbakar sendiri
k) Kelas 5.1 Zat Pengoksidasi
l) Kelas 5.2 Organik Peroksida
m) Kelas 6.1 Zat Beracun
n) Kelas 6.2 Infectious Zat
o) Kelas 7 Zat Radioaktif
p) Kelas 8 Zat Perusak (Karat)
q) Kelas 9 zat berbahaya lainnya atau substansi lain yang

mungkin menunjukkan dan memiliki karakter seperti barang

berbahaya yang ditetapkan pada ketentuan bagian ini.


3. Marpol 73/78 Annex Iii
Pencemaran laut merupakan semua hal yang dimasukkan oleh

manusia, langsung atau tidak langsung, suatu bahan atau

energy ke dalam lingkungan laut yang menghasilkan efek


berbahaya terhadap lingkungan laut. Seperti membahayakan

kesehatan manusia, mengganggu aktivitas laut.


Bicara tentang pencemaran di laut, maka pastinya akan

terpikirkan mengenai MARPOL. Yaitu aturan yang mengatur

mengenai pencemaran terhadap lingkungan laut yang berasal

dari angkutan laut dan muatannya.akibat dari adanya

kesalahan dalam pengangkutan laut tumpahnya muatan-

muatan berbahaya lainnya tidak dapat dihindari hingga

dampaknya sangat luar biasa sekali. Bukan hanya lingkungan

biota laut yang terancam bahkan kelangsungan hidup manusia

pun juga akan terganggu, dan yang bertanggung jawab adalah

semua kru di kapal. Maka dari itu diperlukan management yang

baik di atas kapal.


Peraturan dalam MARPOL 73/78 sangat kompleks, memuat

banyak criteria dan spesifikasi akan pencemaran dari kapal.

Karena itu memerlukan kesabaran dan ketelitian untuk

mempelajari dan melaksanakannya. Penting untuk diketahui

waktu atau tangggal berlakunya suatu peraturan karena

berbeda satu dengan yang lainnya, dan kaitannya dengan

kapal bangunan baru (New Ships) dan kapal yang sudah ada

(Existing Ships).
MARPOL 73/78 mengatur kewajiban dan tanggung jawab

Negara-negara anggota yang sudah meratifikasi konvensi


tersebut guna mencegah pencemaran dan buangan barang-

barang atau campuran cairan beracun dan berbahaya dari

kapal. Termasuk di Negara kita, Indonesia.


Peraturan mengenai pencegahan berbagai jenis sumber bahan

pencemaran lingkungan maritime yang datangnya dari

kapal dan bangunan lepas pantai diatur dalam MARPOL

Convection 73/78 Consolidated Edition 2010yang memuat

peraturan. Annex II pencemaran oleh barang

berbahaya (Harmful Sub-Stances) dalam bentuk terbungkus.


Sesuai dengan aturan dalam Annex III, mengenai kewajiban

semua pihak untuk melaporkan kecelakaan kapal yang

melibatkan barang-barang beracun dan berbahaya. Pemerintah

Negara anggota diminta untuk membuat petunjuk untuk

membuat laporan, yang diperlukan sedapat mungkin sesuai

dengan petunjuk yang dimuat dalamAnnex Protocol I.


Nahkoda atau perorangan yang bertanggung jawab terhadap

insiden yang terjadi pada kapal wajib untuk segera melaporkan

tumpahan atau buangan barang campuran cairan beracun dan

berbahaya dari kapal karena kecelakaan atau untuk

kepentingan menyelamatkan jiwa manusia sesuai petunjuk

dalam protocol dimaksud.


Sesuai Article II MARPOL 73/78 Article III “Contents of

report” laporan tersebut harus memuat keterangan.


1. Identifikasi kapal yang terlibat melakukan pencemaran
2. Waktu, tempat dan jenis kejadian]
3. Jumlah dan jenis bahan pencemar yang tumpah
4. Bantuan dan jenis penyelamatan yang dibutuhkan

C. Pemuatan Muatan Berbahaya dalam Peti Kemas

Berdasarkan IMDG CODE


Menurut Amir (1997:113) pengertian peti kemas adalah peti

yang terbuat dari logam dim,ana barang yang lazim disebut

muatan umum ( general cargo) dimasukkan sejak pemuatan

sampai pembongkaran barang-barang yang dikirim dengan peti

kemas tidak dijamah orang, karena denmgan peti itu barang.


Menurut Karmadibrata (2001:128) pengertian peti kemas

adalah suatu kotak besar dari bahan campuran baja dan

tembaga dengan pintu yang dapat terkunci dan pada tiap

sisinya dipasang suatu pitting sudut dan kunci putar sehingga

antara satu peti kemas dengan peti kemas lainnya dapat

dengan mudah disatukan atau dilepaskan.


Pada pelaksanaan pemuatan dikapal dibutuhkan seorang

perwira jaga dan seorang ABK untuk mengawasi kegiatan

tersebut. Selain mengawasi kegiatan pemuatan perwira jaga

dituntut dalam hal mengetahui klasifikasi muatan berbahaya

sesuai dengan IMDG CODE, mengetahui sifat-sifat dan

karakteristik, bentuk fisik bahan substansi yang berbeda dari 9

kelas IMDG CODE, mampu mengidentifikasi atau mengenali

tanda-tanda plabelan dan placarding muatan berbahaya seperti


yang diisyaratkan oleh IMDG CODE, tahu tindakan-tindakan

yang harus diambil bila terjadi insiden atau kecelakaan dan

peralatan yang digunakan harus bias dioperasikan

sebagaimana fungsinya. Selanjutnya cara pelaporannya kepada

pihak bertanggung jawab untuk operasi tersebut.


Hal utama yang perlu diperhatikan pada saat pemuatan di

kapal yaitu bagaimana menempatkan muatan pada tempatnya

sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh IMDG CODE seperti:


a) Muatan berbahaya yang khusus ditempatkan di deck.
b) Muatan yang ditempatkan di dalam palka
c) Pisahkan muatan dari muatan yang lain
d) Pemisahan muatan antara palka satu dengan yang lain
e) Pemisahan muatan secara melintang

D. Tindakan Keselamatan Terhadap Kesalahan

Penanganan Muatan Berbahaya


1. Panduan P3K (MFAG)
Hal pertama yang harus dilakukan dikapal bila terjadi insiden

yaitu pertolongan pertama terhadap korban sebelum ditangani

langsung oleh pihak medis di darat. Dimana pada umumnya di

kapal yang berhak menanganinya adalah mualim dua.


2. Panduan Prosedur Marabahaya (EMS Guide)
a. General Guiden Lines For Fire
1) Selalu berpikir tentang keselamatan
2) Jangan bersentuhan dengan substansi berbahaya
3) Jauhkan dari api, asap dan uap
4) Bunyikan alarm kebakaran dan mulai dengan prosedur

pemadaman kebakaran
5) Posisikan anjungan kapal melawan arah angin bila kondisi

memungkinkan
6) Lokasi muatan yang terbakar
7) Kenali muatan yang terbakar
8) Siapkan peralatan P3K (MFAG)
b. Introduction To The Emergency Schedules For Spillage
1) Persiapan harus sesuai dengan Safety management

System di kapal
2) PPE ( Personal Protection Equipment)
3) Tugas masing-masing anggota
4) Mengenali setiap muatan berbahaya
5) Pertolongan
6) Reaksi atau tindakan
7) Pemisahan terhadap muatan yang lain
8) Laporkan pada pihak authorities baik pihak perusahaan

maupun pihak pelabuhan


9) Peralatan yang digunakan
10) Tindakan yang dilakukan setelah kejadian
c. Prosedur Pelaporan
Pelaporan insiden yang melibatkan barang berbahaya di kapal

yaitu: Bila terjadi insiden dan melibatkan kerugian atau

kehilangan, yang berlebihan atau rusaknya barang berbahaya

yang ada di atas kapal maka kapten, atau seseorang yang

bertanggung jawab atas kapal, wajib melaporkan secara khusus

mengenai insiden tersebut. Tanpa harus menunda dan

semaksimal mungkin melapor ke station pantai terdekat.

Laporan tersebut harus didasarkan pada pedoman dan prinsip-

prinsip umum yang sesuai dengan aturan yang berlaku dan

kejadian yang sebenarnya tanpa ada rekayasa.


Dalam hal kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat paragrap

di atas bila diabaikan, atau dalam hal laporan dari seperti kapal
yang tidak lengkap atau yang tidak dapat diperoleh,

pemilik,penyewa, manajer atau operator kapal, atau agen

mereka wajib, semaksimal mungkin, memikul kewajiban yang

mewajibkan pada kapten sesuai dengan aturan yang sudah

ditetapkan dalam SOLAS 1974.

Gambar muatan berbahaya :

Anda mungkin juga menyukai