Akuntansi Pajak Atas Mata Uang Asing Nurrohman
Akuntansi Pajak Atas Mata Uang Asing Nurrohman
PENDAHULUAN
Saat ini banyak perusahaan baik besar maupun kecil bergantung pada pasar
internasional dalam kegiatan jual beli produk dan jasa. Dengan harapan dengan masuknya
sebuah perusahaan tersebut pada pasar internasional, para pengusaha akan dapat
meningkatkan dan mengembangkan usaha dan tentu saja going concern perusahaan. Hampir
setiap hari di media memuat berita tentang mengenai dampak kegiatan ekspor dan impor pada
yaitu seperti kurangnya permintaan atas produk mereka di pasar luar negeri, unjuk rasa
buruh, dan transportasi yang tertunda dalam pengiriman produk mereka kepada pelanggan
asing ketika melakukan transaksi dalam mata uang lain. Sebagai contoh, jika perusahaan
Indonesia memperoleh mesin secara kredit dari perusahaan Cina, perusahaan Cina
tersebut mungkin mengharuskan pembayaran dalam dollar US ($). Ini berarti perusahaan
Indonesia tersebut terkadang harus menggunakan pedagang mata uang asing atau bank untuk
tersebut perusahaan Indonesia dapat mengalami keuntungan atau kerugian kurs dari fluktuasi
Dari latar belakang di atas, di buat makalah dengan judul “Akuntansi Pajak atas Mata
Uang Asing”untuk lebih memahami tentang transaksi mata uang asing dan perlakuan
akuntansi pajaknya.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Laba Rugi Selisih Kurs Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi (dinyatakan) atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing. Keuntungan dan kerugian karena selisih
kurs bisa disebabkan oleh adanya fluktuasi nilai tukar atau kurs mata uang asing (terhadap
mata uang domestik sebagai mata uang pelaporan) atau adanya kebijakan pemerintah di
bidang moneter, seperti misalnya devaluasi atau revaluasi mata uang. Atas penghasilan
berupa keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata uang asing, pengenaan
pajaknya dikaitkan sistem pembukuan atau metode akuntansi yang dianut oleh Wajib Pajak,
dengan ketentuan sistem pembukuan tersebut ditetapkan secara taat asas atau konsisten.
Di dalam akuntansi, selisih kurs mata uang asing dapat dibedakan ke dalam tiga
kategori, (1) selisih kurs dari transaksi dalam mata uang asing, (2) selisih kurs karena adanya
kebijakan pemerintah seperti misalnya devaluasi dan depresiasi luar biasa mata uang
domestik, dan (3) selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan yang dinyatakan dalam
mata uang asing. Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan tidak termasuk dalam
laporan keuangan gabungan atau laporan keuangan konsolidasi antara perusahaan Wajib
Pajak dalam negeri dengan cabang atau anak perusahaan di luar negeri. Untuk tujuan
penetapan pajaknya, pajak penghasilan yang dibayar di luar negeri –dari kegiatan usaha,
cabang, atau anak perusahaan di luar negeri- diperlakukan sebagai kredit pajak luar negeri
(pasal 24 undang-undang pajak penghasilan). Sebaliknya atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari kegiatan usaha, perwakilan, cabang anak perusahaan asing yang menjalankan
usaha atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dipungut pajak penghasilan sebgaimana
3
halnya perusahaan Wajib Pajak dalam negeri dalam statusnya sebagai bentuk usaha tetap
(BUT).
Perlakuan akibat laba atau rugi selisih kurs terdapat beberapa teori yang umum
digunakan yaitu:
1. Pembebanan lansung dalam perhitungan laba atau rugi pada periode terjadinya
perubahan.
Perubahan lansung ini menganut teori perspektif dua transaksi (two transactions
perspective). Teori ini melekat bahwa transaksi yang menimbulkan selisish kurs. Sebagai
contoh pembelian mesin secara kredit akan menimbulkan dua pencatatan, mesin di debit
dan utang di kredit, antara utang dan mesin di anggap terpisah. Pembelian barang modal
melalui impor, utang yang timbul dari transaksi tersebut dianggap terpisah dengan barang
modalnya, bila dikemudian hari terjadi selisih kurs dari pembelian tersebut tidak boleh
kerugian, karena tidak mempunyai manfaat ekonomi di masa mendatang dan kejadian
Kelemahan dari perlakuan akuntansi dengan perspektif dua transaksi antara lain adalah:
pembayaran.
rugi.
Pada pendekatan ini kerugian akibat selisih kurs yang dimasukkan dalam akun selisih
keuntungan atau kerugian selisih kurs berkaitan erat dengan kebijakan perbelanjaan.
4
Keadaan kurs valuta asing menunjukan tren yang menarik dan dihadapkan risiko
devaluasi, manajemen dihadapkan alternatif memperoleh pinjaman dari mata uang lokal
(rupiah) dengan tingkat bunga yang tinggi atau dalam mata uang asing (dolar AS
misalnya). Apabila dikemudian hari terjadi devaluasi atau selisih kurs, maka selisih
tersebut harus dibebankan secara sebanding dengan sisa kemanfaatan pinjaman tersebut.
a. Bila terjadinya penurunan nilai kurs terus-menerus dan lebih cepat dari yang
diramalkan, ini berarti kerugian telah terealisasi dan kurang bermanfaat dalam
Teori ini mendasarkan pada perspektif satu transaksi (one transaction perspective) yaitu
dengan menganggap bahwa kerugian yaitu bagian dari aset yang menimbulkan kerugian
dari pembelian atau penjualan, selisih kurs tersebut yaitu bagian dari harga perolehan
asset yang bersangkutan. Oleh karena itu, terjadinya selisih kurs tersebut harus
a. Adanya kesulitan untuk menelusuri kembali kerugian dari valuta asing ke aset yang
bersangkutan.
b. Asset dinilai terlalu tinggi (overvalued) karena kkerugian yang dikapitalisasi belum
Akuntansi selisih kurs menurut PSAK hanya digunakan untuk transaksi pos-pos
moneter dan transaksi lindung nilai (hedge). Sedangkan untuk transaksi nonmoneter tidak
boleh digunakan dan harus dijabarkan dengan kurs historisnya. Dalam kondisi normal
5
pengakuan selisih kurs dibebankan saat tanggal neraca mengacu pada spot rate tanggal neraca
atau kurs tengah Bank Indonesia dan selisihnya diakui sebagai kerugian atau laba pada tahun
yang bersangkutan.
Dalam keadaan yang luar biasa, yaitu terjadi devaluasi atau depresi rupiah
diperbolehkan menggunakan alternatif pelaporan yang tercantum dalam PSAK No. 10, yaitu:
“Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresi luar biasa suatu mata
uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas lindung nilai dan menimbulkan kewajiban
yang tak terselesaikan akibat perolehan aset yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi
dalam mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan dengan nilai tercatat
(carrying amount) aset tersebut sepanjang nilai tercatat asset yang telah disesuaikan tidak
melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang
dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aset
tersebut.”
Dalam hal terjadi devaluasi atau depresi luar biasa kerugian selisih kurs tersebut
dikapitalisasi sepanjang tidak melebihi jumlah terendah nilai ganti dan jumlah yang bisa
diperoleh kembali. Risiko pembiayaan dalam mata uang asing biasanya dilindung nilai.
Karenanya, jika terjadi devaluasi atau depresi luar biasa dan fasilitas lindung nilai masih ada
dan perhitungan selisih hanya pada lindung nilai. Penggunaan alternatif ini telah dijelaskan
lebih lanjut dengan diterbitkan ISAK No. 4 bahwa depresiasi rupiah terhadap suatu mata uang
asing dianggap melampaui batas-batas wajar dan merupakan depresiasi rupiah yang
disetahunkan mencapai 133% dari rata-rata depresiasi rupiah tiga tahun takwim terakhir.
sesuai akuntansi pajak dengan mengacu pada Undang-Undang Pajak Penghasilan menyatakan
bahwa kerugian selisih kurs mata uang asing diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan
bruto usaha. Apabila mengacu pada surat edaran No. SE. 03/Pj 31/1997 tanggal 13 Agustus
6
1997 mengatur bahwa sistem pembukuan yang diperkenankan digunakan Wajib Pajak untuk
a. Kurs tetap
b. Kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun.
Pada hal ini pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun. Penghasilan tersebut
sebagai penghasilan rutin diselenggarkan secara taat asa, sehingga dipandang selisih
Aturan mengenai perlakuan selisih kurs ini mengalami banyak perubahan, demikian pula SE.
03/Pj 31/1997 mengalami perubahan. Terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
penghasilan terhadap selisih kurs valuta asing dalam tahun 1997 yaitu perubahan kerugian
akibat selisih kurs boleh dibebankan langsung atau ditangguhkan dengan pembebanan
Dalam hal pelaporan terdapat perbedaan antara PSAK dengan aturan perpajakan,
karena pelaporan PSAK dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs tanggal
neraca.
dan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs tanggal neraca. Kurs tetap dalam aturan pajak yaitu
kurs historis/kurs pada saat transaksi awal, sehingga pada akhir tahunlaporan pos yang
mengakibatkan selisih kurs dijabarkan dengan kurs historis, tidak dengan kurs berjalan.
Apabila Wajib Pajak menggunakan kurs tetap dalam pelaporan pajaknya, maka selisih
pos-pos moneter yang telah dijabarkan dalam kurs berjalan harus dikorekasi. Dengan
7
kurs tetap diartikan tidak adanya penyesuaian kurs berjalan tetapi tetap pada penjabaran
kurs historis. Keuntungan atau kerugian dari keseluruhan penjabaran ke mata uang rupiah
menurut aturan pajak dengan kurs tetap hanya terjadi saat realisasi, sebagai contoh
pelunasan utang. Penetapan realisasi dalam kondisi pelunasan utang akan lebih mudah
tetapi bagaimana menetapkan saat realisasi untuk tunai dalam valas, cek dalam valas, dan
setara kas lainnya dalam valas. Namun, sementara pihak berpendapat bahwa saat realisasi
yaitu saat penukaran valas menjadi rupiah. Tetapi pendapat tersebut juga dianggap tidak
kuat, karena pada saat pelunasan utang, perubahan tidak menerima atau mengeluarkan
valas dalam bentuk rupiah yang dianggapnya telah terjadi realisasi. Alasan lainnya yaitu
valas sebagai alat pembayaran dapat langsung digunakan untuk transaksi tanpa harus
dilakukan konversi ke dalam rupiah, sehingga validasi perubahan nilai valas untuk kas
dan yang setara kas yaitu pada saat terjadinya perubahan nilai kurs di pasar uang.
Selanjutnya apabila terjadi perubahan kurs pada setiap hari di pasar uang apakah hal
tersebut diartikan sebagai terjadinya realisasi dan apakah pencatatannya dilakukan setiap
hari? Jawabannya: tidak demikian, karena SPT tahunan hanya disampaikan untuk periode
satu tahun, maka pencatatan perubahan kurs terhadap setara kas yang dilakukan pada
akhir tahun. Dengan demikian walaupun dengan dasar kurs tetap, pada akhir tahun juga
diperlukan penjabaran untuk kas dan setara kas dalam valas rupiah. Perlu diperhatikan
kas dan setara kas terjadi realisasi saat perubahan kurs di pasar uang. Berdasarkan
pengertian tersebut, rekonsiliasi dilakukan dengan jumlah pos moneter dikurangi dengan
Apabila Wajib Pajak menggunakan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs sebenarnya
dalam pelaporan pajak. Untuk kepentingan laporan kepada para pemangku kepentingan,
maka pos-pos moneter akan disesuaikan dengan kurs berjalan sedangkan untuk
8
kepentingan pajak memang peraturan pelaksanaan perpajakan tidak mengatur pos-pos
manakah yang harus dijabarkan dalam kurs berjalan dengan kurs tengah Bank Indonesia
Bagi perusahaan sebagai Wajib Pajak dalam negeri yang menggunakan mata uang rupiah
sebagai mata uang pelaporan, yang melakukan transaksi dalam mata uang asing dihadapkan pada 4
pokok masalah akuntansi; karena nilai tukar dari mata uang domestik atau rupiah terhadap mata uang
asing pada umumnya selalu berubah-ubah atau berfluktuasi. Ke empat pokok masalah akuntansi
tersebut adalah:
4. Pengakuan efek penyelesaian utang atau piutang dalam mata uang asing pada tanggal jatuh
temponya
Ke empat pokok masalah akuntansi transaksi dalam mata uang asing tersebut jelas bersifat
interaktif. Pada dasarnya, terdapat dua alternatif sudut pandang yang dapat digunakan oleh perusahaan
dan/atau Wajib Pajak, yaitu: (1) sudut pandang satu transaksi –one transaction perspective dan (2)
sudut pandang dua transaksi –two transactions perspectives. Sudut pandang dua transaksi menawarkan
dua alternatif perlakuan akuntansi terhadap keuntungan atau kerugian selisih kurs sebagia berikut; (a)
pengakuan segera (immediate recognition), atau (b) ditangguhkan sampai dengan terjjadinya
pembayaran atau menyelesaikan transaksi. Untuk tujuan pelaporan keuangan, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) seperti dinyatakan dalam PSAK No. 10 dapat dikatakan memilih atau menganut sudut
pandang dua transaksi. Untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang efek dan perbedaan dari
masing-masing perspektif atau metode akuntansi selisih kurs mata uang asing tersebut secara ringkas
9
2.2 Metode Akuntansi Selisih Kurs Mata Uang Asing
Dengan sudut pandang satu transaksi, suatu transaksi dalam mata uang asing tidak dapat
dikatakan selesai sampai dengan terjadinya pembayaran (penerimaan atau pengeluaran kas) yang
diperlukan untuk menyelesaikan utang atau piutang dalam mata uang asing. Selisish kurs yang timbul
dari sejak terjadinya transaksi yang berakibat pada timblunya kewajiban atau piutang dalam mata uang
asing, sampai dengan terjadinya pembayaran (penerimaan atau pengeluaran kas) dalam mata uang
asing diperlakukan sebagai faktor penyesuaian (adjustment) terhadap: (1) biaya dan/atau aktiva, atau
(2) pendapatan dan/atau kewajiban terkait, tergantung efek transaksi yang dinyatakan dalam mata
Contoh:
PT. JMC adalah Wajib Pajak –badan dalam negeri yang menggunakan tahun kalender
sebagai tahun pajaknya. Pada tanggal 1 Desember 2002, mengimpor sebuah mesin produksinya dari
salah satu perusahaan di USA dengan harga US $10,000.00 pada saat kurs US dollar adalah
Rp.9.000,00/US. Sesuai dengan kontraknya, pembayaran harus dilakukan pada tanggal 28 Pebruari
2003. Selanjutnya diumpamakan bahwa kurs US dollar adalah Rp.8.500,00/US pada tanggal 31
Dengan metode atau pendekatan satu transaksi, ayat-ayat jurnal yang diperlukan dalam
tahun pajak 2002 berkaitan dengan transaksi pembelian mesin produksi impor, dengan harga yang
dinyatakan dalam satuan mata uang asing (US dollar) tersebut adalah sebagai berikut (dalam ribuan
rupiah):
10
terhadap nilai perolehan mesin produksi dan bukan sebagai keuntungan –karena selisih kurs mata
uang asing.
Utang pembelian impor-valas Rp.85.000,00
28/02/03
Mesin Produksi(*) Rp.2.500,00
Kas Rp.87.500,00
(*) Perubahan nilai tukar US dollar terhadap rupiah menjadi Rp. 8.750,00 membuat perusahaan
harus membayar Rp.87,50 juta untuk melunasi utangnya. Selisish antara saldo utang pembelian
impor menurut neraca per 31 Desember 2002 dengan kas yang dibayarkan untuk
menyelesaikannya diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap nilai perolehan mesin produksi
dan bukan sebagai kerugian karena selisih kurs mata uang asing
Seperti tampak pada ayat-ayat jurnal tersebut diatas, hasil akhir dari metode atau sudut
pamdang satu transaksi adalah efek dari perubahan nilai tukar mata uang asing tidak diakui sampai
dengan nilai perolehan mesin produksi dihapuskan, dan keuntungan atau kerugian yang timbul
Metode atau sudut pandang dua transaksi memperlakukan secara terpisah antara transaksi
pembelian dan penjualan dengan utang dan piutang yang timbul sebagai akibat dari transaksi terkait.
Sebagai konsekuensinya, selisih kurs mata uang asing yang timbul dari penjabaran utang dan piutang
berdasar kurs yang sekarang berlaku (current exchange rate) tidak diperlakukan sebagai penyesuaian
terhadap hasil penjualan ekspor dan kos barang yang diimpor, melainkan sebagai keuntungan atau
Persoalannya adalah kapan seharusnya keuntungan atau kerugian karena selisih kurs mata
uang asing harus diakui? Dengan sudut pandang dua transaksi, terdapat dua alternative pendekatan
yang dapat digunakan berkaitan dengan saat pengakuan keuntungan atau kerugian karena selisih kurs
11
2) Mengakui keuntungan atau kerugian segera dalam periode terjadinya transaksi, sebagaimana
Contoh:
Mengacu pada contoh soal sudut pandang satu transaksi tersebut diatas, maka ayat-ayat jurnal yang
diperlukan menurut masing-masing alternative metode pengakuan atau pencatatan terhadap adanya
keuntungan atau kerugian selisih kurs dalam transaksi mata uang asing sebagaimana dikemukakan
Kerugian sebenarnya terjadi pada tanggal 28 Pebruari 2003, karena kurs atau nilai tukar US
dollar mengalami kenaikan (apresiasi) dari semula Rp.8.500,00 menjadi Rp. 8.750,00 per US dollar.
Hal ini berarti utang pembelian-impor mengalami kenaikan dari semula Rp.85,00 juta menjadi Rp.
87,50juta atau rugi sebesar Rp.2,50 juta. Namun kerugian sebesar Rp.2,50 juta tersebut tidak dakui
atau dicatat secara terpisah melainkan dikompensasikan langsung dengan keuntungan yang
ditangguhkan dalam tahun 2002. Dengan demikian, keuntungan dalam suatu tahun pajak
dikompensasikan dengan kerugian dalam tahun atau tahun-tahun pajak berikutnya, dan jumlah
12
(2) Keuntungan atau kerugian selisih kurs diakui segera
Metode atau perlakuan akuntansi seperti dikehendaki dalam PSAK No. 10 ini dapat
dikatakan konsisten dengan sudut pandang dua transaksi, yang melihat atau memperlakukan transaksi
pembelian, transaksi penjualan, dan transaksi pinjaman berbeda dari transaksi pembayaran dan/atau
penerimaan kasnya. Pada setiap transaksi bisa berakibat timbulnya keuntungan dan/atau kerugian
karena selisih kurs mata uang asing, dan oleh karena itu harus diakui dalam periode atau tahun
terjadinya transaksi.
Tabel 2.1 berikut ini mengikhtisarkan perbedaan efek dari ketiga alternative pendekatan dan/atau
metode akuntansi atas keuntungan atau kerugian karena selisih kurs yang terjadi pada transaksi yang
Tabel 2.1 Efek Perbedaan Sudut Pandang Transaksi dan Metode Akuntansi
Dua Transaksi
Deskripsi Satu Transaksi
Diakui Segera Ditangguhkan
Nilai Perolehan Mesin Produksi Rp.87.500,00 Rp.90.000,00 Rp.90.000,00
Jumlah dibayar Rp.87.500,00 Rp.87.500,00 Rp.87.500,00
Keuntungan (Kerugian) Selisih Kurs 2002 - Rp.5.000,00 0,00
Keuntungan (Kerugian) Selisih Kurs 2003 - (Rp.2.500,00) Rp.2.500,00
Standar akuntansi keuangan (PSAK No. 10), seperti telah dikemukakan menganut sudut
pandang dua transaksi dan metode pengakuan segera (immediate recognition) atas keuntungan atau
kerugian karena selisih kurs dalam transaksi mata uang asing. Dengan sudut pandang dan metode
akuntansi demikian, terdapat tiga tanggal yang krusial di dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata
uang asing:
13
1) Tanggal Transaksi
Mencatat efek transaksi (pembelian, penjualan, pinjaman) ke dalam nilai rupiah ekuivalen,
Menyesuaikan nilai rupiah ekuivalen dari utang atau piutang yang disajikan di dalam
neraca,dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Mengakui efek perbedaan
kurs yang berlaku pada tanggal transaksi dengan kurs yang berlaku pada tanggal neraca sebagai
3) Tanggal penyelesaian
Pertama membuat penyesuaian utang-piutang dalam valuta asing atas perubahan kurs yang terjadi
antara tanggal neraca (atau tanggal transaksi-dalam hal transaksi terjadi sesudah tanggal neraca)
dan tanggal penyelesaian atau pembayarannya, dan mengakui perbedaan atau selisihnya sebagai
keuntungan atau kerugian karena selisih kurs mata uang asing. Kedua, mencatat
PT. JEC adalah wajib pajak badan dalam negeri yang menggunakan tahun kalender sebagai tahun
pajaknya. Pada tanggal 1 oktober 2002, perusahaan menjual produknya secara kredit kepada sebuah
perusahaan importer di Australia dengan harga Rp.500,00 juta atau AUS $100,000.00. Sesuai dengan
kntraknya, pembayaran akan dilakukan pada tanggal 1 april 2003. Nilai tukar atau kurs AUS $1,00
(mata uang asing) terhadap rupiah (mata uang domestik) yang relevan dalam transaksi penjualan
Tabel berikut ini menunjukkan ayat-ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat efek
transaksi penjualan ekspor dan penerimaan kasnya, masing-masing apabila transaksi dinyatakan dalam
14
rupiah-mata uang domestik dan dalam dollar Australia –mata uang asing- (jumlah dalam ribuan
rupiah).
Tabel 2.2 Jika transaksi dinyatakan dalam rupiah (mata uang domestik)
Tgl Rekening & Deskripsi Debit Kredit
01/10/02 Piutang Dagang Rp.500.000,00
Hasil Penjualan-Ekspor Rp.500.000,00
31/12/02 Tidak ada pencatatan
Perhatikan bahwa apabila transaksi dinyatakan dalam rupiah atau mata uang domestik, maka adanya
fluktuasi atau perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Australia atau mata uang asing tidak perlu
mengakibatkan timbulnya keuntungan dan/atau kerugian karena selisih kurs mata uang asing. Dalam
kondisi demikian, transaksi penjualan di pasar luar negeri atau ekspor sama halnya dengan transaksi
penjualan di pasar domestik; dalam arti tidak dihadapkan pada risiko perubahan nilai tukar mata uang
Tabel 2.3 Jika transaksi dinyatakan dalam dollar Australia (mata uang asing)
Tgl Rekening & Deskripsi Debit Kredit
01/10/02 Piutang Dagang Rp.500.000,00
Hasil Penjualan-Ekspor Rp.500.000,00
(A$100,000 X Rp.5.000,00)
31/12/02 Piutang dagang – valas Rp.37.500,00
Keuntungan karena selisih kurs MUA Rp.37.500,00
[A$100,000 X (Rp.5.375,00-Rp.5.000,00)]
01/04/03 Kerugian karena selisih Kurs MUA Rp.25.000,00
Piutang Dagang-Valas Rp.25.000,00
[A$100,000 X (Rp.5.375,00-Rp.5.125,00)]
Kas – Valas Rp.512.500,00
Piutang Dagang – Valas Rp.512.500,00
15
Contoh: Sudut Pandang Dua Transaksi – Pembelian Impor
PT. RTC adalah wajib pajak badan dalam negeri yang menggunakan tahun kalender sebagai
tahun tahun pajaknya. Pada tanggal 1 Nopember 2002, perusahaan membeli dengan cara mengimpor
langsung bahan baku secara kredit dari perusahaan ekspotir di Hongkong dengan harga HK
$100,000.00 atau Rp.100,00 juta. Sesuai dengan kontraknya, pembayaran harus dilakukan pada
tanggal 31 januari 2003. Kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar hongkong pada tanggal-tanggal
yang relevan dengan transaksi pembelian impor bahan baku tersebut adalah sebagai berikut: (a)
Rp.1.000,00 pada tanggal 1 Nopember 2002, (b) Rp.1.100,00 pada tanggal 31 desember 2002, dan (c)
Tabel berikut ini menunjukkan ayat-ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat efek
transaksi pembelian impor dan pembayaran atau penyelesaianya, masing-masing apabila transaksi
dinyatakan dalam rupiah atau mata uang domestic dan dalam dollar Hongkong atau mata uang asing.
Perhatikan bahwa transaksi yang dinyatakan dalam mata uang domestic atau rupiah, seperti
halnya pada transaksi penjualan ekspor tidak ada laba atau rugi (karena selisih kurs) yang harus
diakui. Sementara itu, apabila transaksi yang dinyatakan dalam mata uang asing, kemungkinan adanya
laba atau rugi (karena selisih kurs) harus dipertimbangkan masing-masing pada setiap akhir tahun
buku, dan pada tanggal diselesaikannya kewajiban yang timbul dalam transaksi pembelian impor. Ini
sama halnya dengan transaksi penjualan ekspor, kecuali pada transaksi pembelian impor risiko
perubahan nilai tukar mata uang menyangkut kewaiban atau utang yang dinyatakan dalam mata uang
asing. Impor risiko perubahan nilai tukar mata uang menyangkut kewajiban atau utang yang
Tabel 2.4 Jika transaksi dinyatakan dalam mata uang domestik (dalam ribuan rupiah)
Tgl Rekening & Deskripsi Debit Kredit
01/11/02 Persediaan Bahan Baku Rp.100.000,00
Utang Dagang-Impor Rp.100.000,00
31/12/02 Tidak ada pencatatan
16
Tabel 2.5 Jika transaksi dinyatakan dalam mata uang asing (dalam ribuan rupiah)
Tgl Rekening & Deskripsi Debit Kredit
01/11/02 Persediaan Bahan Baku Rp.100.000,00
Utang Dagang-Valas Rp.100.000,00
(HK$100,000 X Rp.1.000)
31/12/02 Kerugian Karena Selisih Kurs MUA Rp.10.000,00
Utang dagang-Valas Rp.10.000,00
[HK$100,000 X (Rp.1.100-Rp.1.000)]
31/01/03 Utang Dagang-Valas Rp.5.000,00
Keuntungan Karena Selisih Kurs MUA Rp.5.000,00
[HK$100,000 X (Rp.1.100-Rp.1.050)]
Kas-Valas Rp.105.000,00
Kas Rp.105.000,00
Utang Dagang-Valas Rp.105.000,00
Kas-Valas Rp.105.000,00
Berdasarkan contoh-contoh tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa metode akuntansi yang paling
tepat adalah metode yang didasarkan pada pendekatan atau sudut pandang dua transaksi dengan
pengakuan segera atas keuntungan atau kerugian karena selisih kurs (seperti diatur dalam PSAK
No. 10); terutama dalam kaitannya masalah pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan efek transaksi
dalam mata uang asing sebagaimana tampak diikhtisarkan pada tabel dibawab ini.
Tabel 2.6 Pengakuan, Pengukuran, dan Pelaporan Efek Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Pengakuan Awal
Transaksi dalam mata uang asing dicatat berdasar kurs yang berlaku pada tanggal terjadinya transaksi.
17
2.3 Transaksi Valuta Berjangka
Perusahaan atau Wajib Pajak yang beroperasi di pasar global seringkali harus melakukan
pembelian atau penjualan valuta asing untuk penyerahan dan pembayaran pada tanggal tertentu di
kemudian hari, berdasar kurs atau nilai tukar tertentu yang sudah ditetapkan atau seringkali disebut
kontrak pembelian atau penjualan berjangka. Menurut tujuannya kontrak pembelian atau penjualan
1) Memproteksi nilai bersih aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing,
2) Memproteksi diri terhadap komitmen dalam mata uang asing tertentu, dan
Oleh karena substansi ekonomi dari kontrak atau transaksi valuta berjangka bereda
tergantung pada tujuannya, maka standar akuntansi yang diberlakukan oleh organisasi profesi
akuntansi juga berbeda untuk tujuan yang ada dengan tujuan yang lain. Perusahaan atau wajib pajak
melakukan transaksi valuta berjangka dengan bank atau pedagang valuta asing. Kurs mata uang asing
dalam transaksi valuta berjangka (forward exchange rate) berbeda dari kurs yang berlaku sekarang
(spot rate), karena adanya perbedaan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi nilai tukar dari suatu
mata uang terhadap mata uang lain, pada saat sekarang (spot rate) dan di masa depan (future atau
forward exchange rate). Jika forward rate lebih tinggi dari spot rate, maka selisihnya disebut premi
atas transaksi valuta berjangka; artinya valuta asing dijual dengan premi di pasar valuta berjangka.
Sebaliknya, apabila forward rate lebih rendah dari spot rate, maka selisihnya disebut
diskonto atas transaksi valuta berjangka; yang berarti valuta asing dijual dengan diskonto di pasar
valuta berjangka. Pada umumnya, premi dan diskonto atas transaksi valuta berjangka diamortisasi
berdasar metode garis lurus dan diakui sebagai penghasilan atau beban bunga selama masa berlakunya
Perusahaan atau Wajib Pajak yang mempunyai piutang atau aktiva lain yang didenominasi
dalam mata uang asing lebih besar daripada kewajibannya yang juga didenominasi dalam mata uang
asing yang sama dihadapkan pada risiko perubahan kurs dari nilai aktiva bersihnya (exposed net asset
18
position). Sebaliknya, perusahaan atau wajib pajak yang mempunyai kewajiban yang didenominasi
dalam mata uang asing dalam jumlah lebih besar daripada piutangnya yang didenominasi dalam mata
uang asing yang sama dihadapkan pada risiko perubahan kurs dari kewajiban nettonya (exposed net
liability position).
Untuk melindungi atau menghindari kerugian terhadap nilai bersih aktiva atau kewajiban
dalam mata uang asing sebagai akibat dari perubahan kurs mata uang asing tersebut. Perusahaan atau
wajib pajak bias melakukan transaksi pembelian atau penjualan valuta asing dalam bentuk kontrak
Hedging adalah suatu transaksi yang didesain untuk menyeimbangkan utang atau kewajiban
dengan piutang dalam mata uang asing, sehingga diperoleh suatu keseimbangan risiko yang timbul
dari fluktuasi kurs mata uang asing. Misalnya, suatu perusahaan Wajib Pajak dalam negeri mengimpor
bahan baku dari sebuah perusahaan eksportir di USA dengan harga yang harus dibayar dalam US
dollar. Transaksi demikian membuat perusahaan dihadapkan pada risiko kerugian sebagai akibat
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Untuk melindungi dirinya dari risiko fluktuasi nilai US
dollar, perusahaan bisa membuat kontrak pembelian US dollar untuk penyerahan dikemudian hari
pada tanggal jatuh temponya utang dalam mata uang dollar AS tersebut. Demikian pula sebaliknya,
perusahaan Wajib Pajak dalam negeri yang mempunyai piutang dalam mata uang asing dapat
melindungi dirinya dari risiko kerugian karena fluktuasi atau perubahan nilai tukar mata uang asing
terkait dengan cara membuat kontrak penjualan atau pembelian valuta asing untuk penyerahan di
kemudian hari pada tanggal jatuh temponya piutang dan/atau kewajiban dalam mata uang asing.
Contoh: Hedging Nilai Bersih Aktiva atau Kewajiban dalam Mata Uang Asing
PT. SHS adalah wajib pajak-badan yang menggunakan tahun kalender sebagai tahun
bukunya. Perusahaan memproduksi da menjual suatu jenis barang yang bahan bakunya masih harus
diimpor. Berikut adalah ikhtisar transaksi impor dan pembelian valuta asing berjangka untuk menutup
risiko kerugian sebagai akibat dari adanya kewajiban dalam mata uang asing, yang timbul dari
19
(1) Tanggal 1 Oktober 2002, pembelian impor bahan baku secara kredit dengan jangka waktu 4
(2) Tanggal 1 Oktober 2002, membuat kontrak pembelian valuta berjangka dengan bank berupa
(3) Tanggal 01 Pebruari 2003, (a) diterima valuta asing sebesar US$100,000 dari bank; (b) dibayar
utang pembelian impor kepada perusahaan eksportir di USA sebesar US$100,000; dan (c)
dibayar harga beli valuta asing kepada bank sesuai dengan kurs yang ditetapkan di dalam
kontrak. Kurs rupiah terhadap US dollar yang terkait dengan hedging adalah sebagai berikut:
Berdasar informasi nilai tukar mata uang US dollar tersebut, maka ayat-ayat jurnal yang
diperlukan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan hedging nilai bersih aktiva dan/atau
Ayat jurnal nomor -1 untuk mencatat transaksi pembelian impor yang dinyatakan dalam
mata uang asing, sedang ayat jurnal nomor -2 untuk mencatta transaksi pembelian valuta berjangka
(hedging). Premi atas kontrak pembelian valuta berjangka merupakan selisih antara spot rate
(Rp.9.000,00) dengan forward rate (Rp.9.250,00), dan dicatat atau diakui sebagai pengurang atas
utang pembelian valuta berjangka. Piutang kepada bank (pedagang valuta asing) dinyatakan dalam US
20
dollar, sedang utang pembelian valuta berjangka atau kewajiban kepada bank dinyatakan dalam mata
Sebagaimana tampak pada perbandingan kurs rupiah terhadap US dollar pada tanggal 1
oktober dan 31 desember 2002, rupiah mengalami depresiasi terhadap US dollar. Sebagai akibatnya,
harus diakui adanya kerugian atas kewajiban atau utang yang dinyatakan dalam US dollar; namun
sebaliknya harus juga diakui adanya keuntungan atas piutang yang dinyatakan dalam US dollar.
Hedging yang dilakukan untuk melindungi nilai bersih kewajiban dalam mata uang asing, yang
membuat harus diakuinya kerugian sebagai akibat melemahnya rupiah relatif terhadap US dollar
(Rp.75,00 juta) seluruhnya dapat ditutup oleh keuntungan karena selisih kurs atas piutang dalam US
dollar (mata uang asing). Satu-satunya efek terhadap penghasilan dalam tahun pajak 2002 adalah
adanya beban atau biaya bunga (amortisasi premi atas kontrak pembelian valuta berjangka) sebesar
Rp.18,75 juta.
Ayat jurnal nomor -3 dan -4 berikut ini harus juga dibuat untuk menyesuaikan nilai utang
dan piutang dalam mata uang asing sebagai akibat dari terjadinya perubahan kurs, sedang ayat jurnal
nomor -5 diperlukan untuk mencatat amortisasi premi atas pemeblian valuta berjangka.
Mata uang domestik atau rupiah menguat relatif terhadap US dollar, dari semula
Rp.9.750,00 pada tanggal 31 desember 2002 menjadi Rp.9.500,00 pada tanggal 1 pebruari 2003.
Diperlukan lebih sedikit rupiah untuk mendapatkan US dollar yang sama pada tanggal 1 pebruari 2003
dibandingkan dengan rupiah yang diperlukan pada tanggal neraca (31 desember 2002). Dalam periode
21
ini, atas aktiva yang dinyatakan dalam US dollar harus diakui adanya kerugian dan atas kewajiban
atau utang yang dinyatakan dalam US dollar harus diakui adanya keuntungan. Pembelian valuta
berjangka dilakukan untuk melindungi nilai bersih kewaiban dalam mata uang asing tersebut. Untuk
tahun pajak 2003, efek netonya adalah berupa saling hapus antara kerugian (atas piutang) dengan
keuntungan karena selisih kurs (atas utang) dalam mata uang asing sebesar Rp.25,00 juta. Efek satu-
satunya terhadap penghasilan dalam tahun 2003 adalah adanya beban bunga (amortisasi premi atas
kontrak pembelian valuta berjangka sebesar Rp.6,25 juta (1/4 X Rp.25,00 juta). Pada akhirnya,
perusahaan melunasi harga beli valuta asing kepada bank berdasar kurs yang telah disepakati sebesar
Rp.925,00 juta; menerima valuta asing sebesar US$100,000; dan menggunakannya untuk melunasi
utang kepada eksportir di USA. Secara garis besar, ayat-ayat jurnal tersebut di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Ayat jurnal nomor-6 dan nomor-7 dibuat untuk menyesuaikan nilai aktiva dan
kewajiban atau utang yang dinyatakan dalam US$ tersebut (sesuai dengan nilai tukar rupiah-
mata uang domestik terhadap US$-mata uang asing). Ayat jurnal nomor-8 untuk mencatat
22
atau mengakui amortisasi premi atas pembelian valuta asing berjangka. Sedang ayat jurnal
nomor-9 dan 10 untuk mencatat atau mengetahui efek penyelesaian transaksi pembelian
valuta asing berjangka dengan pihak bank. Sementara itu, ayat jurnal nomor-11 diperlukan
untuk mencatat efek transaski penyelesaian atau pembayaran utang dagang yang dinyatakan
Pembukaan atau posting ayat-ayat jurnal transaksi dan penyesuaian tersebut diatas
transaksi pembelian impor (yang dinyatakan dalam mata uang asing) dan kontrak pembelian
valuta berjangka akan tampak seperti diikhtisarkan pada tabel-13 tersebut dibawah ini( angka
dalam kolom referensi menunjukkan nomor ayat jurnal terkait dalam ribuan rupiah).
Perlu dipahami bahwa mekanisme hedging untuk melindungi resiko yang meliputi
nilai bersih kewajiban atau utang (yang dinyatakan dalam mata uang asing) demikian itu,
dapat juga dilakukan oleh perusahaan atau Wajib Pajak untuk melindungi nilai bersih aktiva
atau piutangnya dinyatakan dalam mata uang asing. Dalam hal hedging dilakukan untuk
memproteksi atau melindungi nilai bersih aktiva atau piutang yang dinayatakan dalam mata
uang asing :maka tipe kontrak yang harus dibuat oleh perusaahaan atau Wajib Pajak adalah
Sementara resiko yang berhunbungan dengan nilai bersih kewajiban atau utang dalam
mata uang asing adalah kemungkingan terjadinya kenaikan nilai kewajiban (terjadi apabila
mata uang domestik melemah relatif terhadap mata uang asing), resiko terkait dengan nilai
bersih aktiva atau piutang (yang dinyatakan) dalam mata uang asing adalah berupa penurunan
nilai bersih aktiva (terjadi apabila mata uang domestik memuat relatif terhadap mata uang
asing). Dengan membuat kontrak penjualan valuta berjangka, maka kerugian yang
kemungkinan terjadi pada nilai bersih aktiva atau piutang (yang dinyatakan) dalam mata uang
asing sebagai akibat dari adanya perubahan nilai tukar mata uang asing terkait (menguatnya
23
mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing); akan ditutup atau dikompensasi
kurs mata uang asing, sebelum melakukan suatu transaksi pembelian atau penjualan yang
dinyatakan dalam mata uang asing. Sebagai contoh, perusahaan yang membuat kontrak
pembelian atau penjualan jangka panjang yang tidak bisa dibatalkan dengan eksportir atau
importir diluar negeri, dengan pembayaran yang akan dilakukan dalam bentuk mata uang
asing. Dengan membuat kesepakatan harga sekarang untuk pembelian yang akan dilakukan
dimasa depan, perusahaan atau Wajib Pajak dalam negeri mempunyai komitmen tertentu
dalam mata uang asing; meskipun transaksi pembelian belum terjadi. Perusahaan tidak perlu
membayar kepada eksportir di luar negeri sampai dengan diterimanya barang-barang terkait,
24
1/10/02 (2) - Rp.925.000,00 Rp.925.000,00
31/12/02 Saldo - - 925.000,00
1/2/03 (9) Rp. 925.000,00 - 0,00
Kas-Valas (US$)
Tgl Referensi (Jurnal) Debit Kredit Saldo
1/02/03 (10) Rp. 950.000,00 - Rp.950.000,00
(11) - Rp.950.000,00 0,00
Hutang tidak harus dilakukan dalam mata uang yang sama dengan risiko perubahan
kurs yang dihadapi. Misalnya, perusahaan atau Wajib Pajak dapat melindungi dirinya dari
resiko perubahan kurs atas komitmen dalam mata uang asing dengan suatu investasi dalam
bentuk mata uang asing yang lain; sepanjang pasar kedua mata uang asing tersebut saling
berhubungan satu sama yang lain dan mempunyai tendensi respon yang sama terhadap fakor-
faktor yang mempengaruhi perubahan kursnya. Jadi, perusahaan atau Wajib Pajak dalam
negeri dapat menginvestasi dananya dalam bentuk British Poundsterling, untuk melindungi
dirinya dari resiko perubahan kurs atas komitmen dalam bentuk mata uang asing berupa US
dollar.
Metode akuntansi hedging untuk komitmen dalam mata uang asing tertentu berbeda
dari hedging untuk transaksi dalam mata uang asing. Atas komitmen dalam mata uang asing
tertentu, kontrak pembelian valuta berjangka dibuat atau disepakati sebelum terjadinya
transaksi dalam mata uang asing. Pada hedging untuk komitmen dalam mata uang asing
tertentu, pengakuan atas keuntungan karena selisih kurs ditangguhkan sampai dengan
25
terjadinya tanggal atau saat transaksi dalam mata uang asing terkait. Pada tanggal terjadinya
transaksi dalam mata uang asing tersebut, keuntungan karena selisih kurs diperlakukan
karena selisih kurs dimaksudkan agar tidak terjadi pengakuan yang terlalu awal. Sebaliknya,
kerugian karena selisih kurs harus diakui segera atau tidak ditunda pengakuannya. Hedging
atas komitmen dalam mata uang asing harus dikonversikan kedalam mata uang pelaporan
PT SHS adalah Wajib Pajak – badan dalam negeri yang menggunakan tahun kalender sebagai
tahun pajaknya. Pada tanggal 1 Agustus 2002, perusahaan membuat kontrak pembelian suku
cadang dari produsen di USA. Penyerahan barang harus dilakukan pada tanggal 1 Oktober
2002. Sesuai dengan kontraknya, harga barang sebesar US$ 100.000 harus dibayar pada
Pada tanggal 1 Agustus 2002, perusahaan juga membuat kontrak pembelian US$
dengan bank devisa sebesar US$ 100.000 untuk penyerahan pada tanggal 1 Februari 2003 (4
bulan setelah penyerahan barang) forward rate untuk masa 6 bulan ( 2 bulan sejak tanggal
pengiriman barang plus 4 bulan jangka waktu kredit) adalah Rp. 890.000,00 per US dollar.
Sedang nilai tukar atau kurs dollar terhadap mata uang domestik atau rupiah pada tanggal-
tanggal lain yang relevan dengan transaksi pembelian impor dan hedging atas komitmen
Digambarkan dalam bentuk diagram waktu, efek transaski hedging atas komitmen
dalam mata uang asing (US dollar) dan sesuai dengan informasi yang menyangkut nilai tukar
26
atau kurs mata uang asing (US dolar) terhadap mata uang domsetik (Rupiah) yang berlaku
seperti diatas akan tampak sebagai berikut . perhatikan tanggal-tanggal relevan dan aktifitas
akuntansi terkait pada setiap tanggal yang relevan tersebut, dengan mencermati ayat-ayat
jurnal yang harus dibuat atau yang diperlukan sebagai mana tampak dibawah ini.
2003 Membeli US$ dan membayar utang dagang dari pembelian impor
1 Februari
Pada tanggal 1 Agustus 2002, di catat transaksi pembelian valuta berjangka (US
dollar) untuk hedging atas komitmen dalam mata uang asing (US dollar) yang timbul dari
kontrak pembelian suku cadang yang tidak bisa di batalkan. Premi atas Kontrak Pembelian
Valuta Berjangka merupakan selisih antara spot rate dengan forward rate diamortisasi
berdasar metode garis lurus selama berlakunya masa kontrak (6 bulan). Amortisasi sebesar
Rp .15,00 juta untuk masa 1 Agustus s/d 1 Oktober di perlakukan : (1) di tangguhkan untuk
kemudian di perlakukan sebagai penyesuaian atau koreksi nilai perolehan suku cadang, atau
(2) alternatifnya di akui sebagai beban bunga dalam masa pajak 1 Agustus s/d 1 Oktober.
Sedang amortisasi untuk masa pajak 1 Oktober 2002 s/d 1 Februari 2003 sebesar Rp.30,00
piutang dalam mata uang asing disesuaikan dengan nilai ekuivalennya pada tanggal tersebut,
persediaaan (suku cadang) kemudian disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian karena
selisih kurs-tangguhan, dan utang dagang valuta asing dicatat berdasar spot rate yang berlaku
pada tanggal 1 Oktober 2002 (Rp 9.000,00 per US dollar). Mulai tanggal 1 Oktober 2002,
perusahaan atau Wajib Pajak dihadapkan pada resiko perubahan kurs atas nilai bersih
kewajiban atau utang dalam mata uang asing yang sudah di lindungi dengan kontrak
pembelian valuta berjangka (hedging). Metode akuntansi selanjutnya sama dengan hedging
atas nilai bersih kewajiban dalam mata uang asing, seperti dikemukakan pada contoh
sebelumnya.
Sedang ayat-ayat jurnal yang di perlukan untuk mencatat transaksi yang terjadi,
masing-masing pada tanggal 1 Agustus dan 1 Oktober 2002 yang berhubungan dengan
hedging atas komitmen tertentu dalam mata uang asing (US dollar) tersebut adalah sebagai
28
2.3.3 Spekulasi di Pasar Valuta Asing
Perusahaan atau Wajib Pajak dapat melakukan spekulasi di pasar uang valuta asing,
seperti halnya komoditas yang lain. Sebagai contoh, perusahaan atau Wajib Pajak berharap
bahwa rupiah akan menguat relatif terhadap US dollar, yang berarti kurs (langsung) US dollar
akan menurun.. Dalam situasi demikian, pwerusahaan tau Wajib Pajak bisa berspekulasi
dengan menjual rupiah di pasar valuta asing berdasar kontrak berjangka, sehingga bisa di
Substansi ekonomi dari kegiatan spekulasi mata uang asing adalah menciptakan
risiko sebagai akibat dari perubahan kurs mata uang asing, sekaligus harapan untuk
pembukuan yang terkait dengan kegiatan spekulasi dalam bentuk kontrak pembelian atau
penjualan valuta berjangka adalah kurs masa depan (forward rate) untuk masa yang tersisa
dalam kontrak atau transaksi valuta berjangka. Keuntungan atau kerugian karena selisih kurs
dari kegiatan spekulasi dalam transaksi valuta berjangka merupakan selisih antara forward
rate pada tanggal penandatanganan kontrak (tanggal penilaian terdahulu) dengan forward
rate yang tersedia di pasar dalam sisa masa berlakunya kontrak. Pada umumnya, kontrak
spekulasi dalam mata uang asing di jual sebelum tanggal penyelesaian; sehingga premi atau
PT JFC adalah Wjib Pajak-badan dalam negeri yang menggunakan tahun kalender sebagai
tahun pajaknya. Perusahaan tidak mempunyai piutang, utang, atau komitmen dalam mata
uang asing, namun melakukan kegiatan spekulasi dengan menjual valuta asing (US dollar)
29
(1) Tanggal 1 Oktober 2000, perusahaan menandatangani kontrak penjualan valuta
Rp8.200,00 per US dollar pada saat spot rate adalah Rp7.700,00 per US dollar. Dengan
lain perkataan, kontrak kewajiban perusahaan untuk menyerahkan valuta asing berupa
US dollar sebesar US$100,000 dan memberikan hak kepada perusahaan untuk menerima
(2) Tanggal 31 Desember 2002, forward rate di pasar valuta berjangka 1 bulan adalah
Rp8.500,00/US dollar; sementara itu spot rate untuk US dollar adalah Rp8.000,00.
(3) Tanggal 1 Februari 2003, perusahaan membeli US dollar di pasar valuta asing sebesar
US$100,000 berdasar spot rate Rp8.400,00 dan menyerahkannya kepada bank, serta
Ayat-ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat atau mengakui efek transaksi atau
peristiwa yang berhubungan dengan kegiatan dan atau aktivitas spekulasi di pasar valuta
berjangka seperti tersebut di atas adalah sebagai berikut (rupiah dalam ribuan). Perhatikan
bahwa melalui kegiatan spekulasi dipasar valuta berjangka, perusahaan sebagai Wajib Pajak
bisa memperoleh keuntungan karena selisih kurs. Sudah barang tentu juga sebaliknya,
perusahaan sebagai Wajib Pajak bisa menderita kerugian karena selisih kurs, tergantung pada
fluktuasi nilai tukar atau kurs mata uang atau valuta asing yang terkait terhadap mata uang
30
Tgl Rekening & Deskripsi Debit Kredit
1/10/02 Piutang Bank Rp820.000,00
Utang Kontrak Penjualan Valas (US$) Rp820.000,00
*(US$100.000 X (Rp8.200,00)
31/12/02 Rugi Karena Selisih Kurs-MUA Rp30.000,00
Utang Kontrak Penjualan Valas (US$) Rp30.000,00
*[US$100,000 X (Rp8.500 – Rp8.200)]
1/02/03 Kas-Valas (US$) Rp840.000,00
Kas Rp840.000,00
(US$100,000 X Rp8.400,00)
1/02/03 Utang Kontrak Penjualan Valas (US$) Rp10.000,00
Keuntungan Karena Selisih Kurs-MUA Rp10.000,00
[US$100,000 X (Rp8.500 – Rp8.400)]
Utang Kontrak Penjualan Valas (US$) Rp840.000,00
Kas-Valas (US$) Rp840.000,00
(US$100,000 X Rp8.400,00)
Kas Rp820.000,00
Piutang Bank Rp820.000,00
Pada tanggal 1 Oktober 2002, diakui adanya utang atas kontrak penjualan atas valuta
asing sebesar US $100.000 kepada bank. Utang tersebut dinyatakan dalam mata uang asing,
tetapi harus dikonversikanke dalam rupiah sebagai mata uang pelaporan perusahaan Wajib
dalam transaksi valuta berjangka dijabarkan ke dalam rupiah berdasar forward rate yang
berlaku dalam sisa masa kontrak, dan premi atau diskonto yang timbul tidak dicatat secara
terpisah.
Pada tanggal 31 Desember 2002, nilai utang yang dinyatakan dalam mata uang asing
disesuaikan atau dinilai berdasar kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Oleh karena kurs US
dollar mengalami kenaikan, maka nilai utang dalam mata uang asing sebesar Rp 30,00 juta
tersebut merupakan kerugian karena selisih kurs mata uang asing yang harus diakui dalam
Pada tanggal 1 Februari 2002, perusahaan membeli US dollar di pasar valuta asing
berdasar kurs Rp 8.400,00,- untuk diserahkan kepada bank. Utang dalam mata uang asing
31
(Utang Kontrak Penjualan Valuta Asing) diturunkan nilainya sesuai dengan nilai setaranya
berdasar kurs yang berlaku sebesar Rp 8.400,00. Penurunan nilai utang dalam mata uang
asing ini tidak lain adalah keuntungan karena selisih kurs yang harus diakui sebagai
komponen penghasilan bruto dalam masa pajak 1 Januari s/d 1 Februari 2003. Dua ayat jurnal
terakhir diperlukan untuk mencatat pembayaran atau pelunasan utang dalam mata uang asing
Hasil akhir dari kegiatan spekulasi dalam mata uang asing yang dilakukan oleh
perusahaan, pada contoh ini adalah berupa kerugian neto sebesar Rp 20,00 juta yang diakui
sebagai kerugian dalam tahun pajak 2002 sebesar Rp 30,00 juta dan keuntungan sebesar Rp
10,00 juta dalam tahun pajak 2003. Kerugian neto sebesar Rp 20,00 juta tersebut dapat pula
diamati secara langsung pada transaksi tanggal 1 Februari 2003. Pada tanggal 1 Februari
tersebut, perusahaan harus mengeluarkan uang sebesar Rp 840,00 juta untuk membeli US
dollar, untuk memperoleh uang sebesar Rp 820,00 juta. Kerugian terjadi karena ternyata
Pada contoh diatas, kegiatan spekulasi dalam transaksi valuta berjangka dilakukan
dengan cara menjual yang berakibat timbulnya kewajiban untuk menyerahkan valuta uang
asing dikemudian hari. Sebaliknya, perusahaan dapat juga membuat kontrak berjangka untuk
membeli yang akan berakibat pada timbulnya piutang atau penerimaan berupa valuta asing di
kemudian hari. Apabila hal terakhir ini dilakukan oleh PT JFC, maka ayat jurnal yang
32
Ayat-ayat jurnal yang diperlukan selanjutnya sama seperti tersebut pada contoh 2.7 ,
kecuali pada tanggal 31 Desember 2002 harus diakui adanya keuntungan karena selisih kurs,
sebagai akibat dari adanya kenaikan nilai aktiva berupa piutang yang dinyatakan dalam mata
uang asing.
Tabel 2.8 tersebut dibawah ini mengikhtisarkan metode-metode akuntansi yang dapat
digunakan untuk mengakui efek dari ketiga tipe transaksi dalam mata uang asing atau lebih
spesifik lagi transaksi valuta berjangka. Perbedaan diantara kedua alternatif metode akuntansi
(a) Kurs mata uang dipakai sebagai dasar pengukuran atau penilaian atas elemen-
(b) Perlakuan akuntansi atas keuntungan atau kerugian karena sellisih kurs dalam
transaksi hedging atas komitmen tertentu dalam mata uang asing, dan
(c) Alternatif perlakuan akuntansi terhadap premi dan/atau diskonto yang timbul
Saling hubungan antara perubahan atau fluktuasi nilai tukar atau kurs mata uang
asing terhadap mata uang domestik dan efeknya terhadap keuntungan atau kerugian karena
selisih kurs seperti dikemukakan tersebut diatas, dapat dibuat suatu generalisasi, yang secara
bawah ini.
Sebagai contoh, suatu perusahaan yang memppunyai piutang dalam mata uang asing
akan memperoleh keuntungan karena selisih kurs apabila kurs atau nilai tukar mata uang
asing terhadap mata uang domestik mengalami kenaikan, sebaliknya akan menderita kerugian
apabila kurs mata uang asing dengan utang dalam mata uang asing yang sama, maka
perusahaan akan terhindar dari risiko perubahan atau fluktuasi kurs atau nilai tukar mata uang
asing, karena efek fluktuasi nilai tukar yang berakibat timbulnya sejumlah kerugian akan
senantiasa diimbangi atau dikompensasi oleh efeknya yang berakibat pada keuntungan dalam
34
2.4 Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
bahasa asing dan satuan mata uang selain Rupiah yaitu Bahasa Inggris dan satuan mata uang
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan
2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak
bumi;
3. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
4. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang
PPh atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
terkait;
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
35
istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b Undang-
8. Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai Standar Akuntansi
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program online wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan
Wajib Pajak badan. Perubahan Tahun Buku dan Metode Pembukuan Perubahan terhadap
metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal
Pajak.
36
PENUTUP
Keuntungan dan kerugian karena selisih kurs mata uang asing bisa disebabkan oleh
adanya fluktuasi kurs atau oleh adanya kebijakan penerintah di bidang moneter. Pengakuan
kerugian atau keuntungan selisih kurs mata uang asing yang disebabkan oleh fluktuasi kurs
harus didasarkan pada sistem pembukuan yang digunakan dan dilakukan secara taat azas.
Wajib Pajak yang ingin melakukan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang
selain rupiah, wajib mendapatkan izin dari menteri keuangan kecuali bagi Wajib Pajak dalam
rangka Kontrak Karya atau Wajib Pajak dalam rangka Kontraktor Kontrak Kerja Sama,
37
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ortax.org/ortax/
38