Disusun Oleh :
Makhfud Prayoga
NIM B1316051
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Teknologi Industri Pertanian
i
PERNYATAAN KEASLIAN
LAPORAN PKL
Makhfud Prayoga
B1315051
ii
KATA PENGANTAR
iii
13. Bapak Ujang Rachmat Usaenin dan Brata Saputra, selaku Kepala Mandor
WWTP (Waste Water Treatment Plan),
14. Seluruh Karyawan dan karyawati beserta staff PT. Wilson Lautan Karet
yang telah memberikan semangat dan cerita baru selama kegiatan PKL
berlangsung,
15. Seluruh teman-teman SMKN 5 Banjarmasin selaku rekan Praktek Kerja
Lapangan di PT. Wilson Lautan Karet.
16. Para Dosen dan teman-teman yang ada di Polietknik Negeri Tanah Laut
yang telah membantu dan memberi dukungan untuk kami.
Kami berharap, Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya untuk memahami cara Pengolahan Bokar
menjadi SIR 10 & SIR 20 (Standard Indonesia Rubber).
Kami menyadari Laporan ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan penulis, oleh karena itu saran dan kritik akan menjadi masukan yang
membangun dan menyempurnakan untuk kebaikan saat ini dan di masa yang
akan datang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
2.3.1.Visi ...................................................................................................................... 5
2.3.2.Misi...................................................................................................................... 6
3.5.2. Kadar Abu (Ash Content) [ ISO 247 — 1990 (E) ] .................................. 20
3.5.3. PRI (Plasticity Retention Index) [ ISO 2930 — 1991 (E) J] ................... 21
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Wilson Lautan Karet secara umum ............... 7
ix
Gambar 25. Alat pengecekan suhu bandela ........................................................ 40
Gambar 40. Plastisitas awal (Pa) dan Plastisitas setelah pengusangan (Po) ........ 51
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Alur Proses Produksi .......... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2. Gambar Kegiatan selama PKL..........................................................55
xii
DAFTAR ISTILAH
xiii
timbangan manual dan digital. Timbangan ini
menggunakan display digital tetapi bagian paltform
menggunakan plat mekanik
Gudang stok : Penyimpanan produksi yang sudah siap di kirim.
Oksidasi : Interaksi antara molekul oksigen dan semua zat
yang berbeda.
Metil Bromida : Fumigan yang beracun, tidak berwarna dan tidak
berbau serta tidak terbakar pada suhu normal.
Cureo Ts atau RPA : Produk pelarut dalam proses pengolahan karet,
pemberian cureo Ts dapat menstabilkan viskositas
karet alam sehingga tidak mengalami perubahan
pada saat penyimpanan maupun pengiriman.
Dirt : Kadar kotoran di dalam karet yang relafif tinggi
dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul dari
vulkanisat karet alam dan ketahanan retak
lenturnya. Kotoran juga dapat kesulitan pada
pembuatan vulkanisat tipis.
Viskositas mooney : Pengukur daya tahan karet pada suhu tertentu.
Viskositas mooney pada karet (rubber) menunjukan
panjangnya nilai ratai molekul pada karet dapat
pula dikatakan berat molekul serta derajat
pengikatan silang rantai molekulnya.
PRI : Plasticity Retention Index (PRI) adalah cara
pengujian yang sederhana dan cepat untuk
mengukur ketahanan karet terhadap degradasi oleh
oksidasi pada suhu tinggi.
Ash : Kadar abu mengandung silikat yang berasal dari
karet atau benda asing yang jumlah kandungannya
tergantung pada pengolahan bahan mentah karet.
Abu dari karet dapat menentukan jumlah bahan
mineral di dalam karet.
Bal-balan : karet remah yang sudah dimasak atau sudah melalui
xiv
proses pengovenan.
Bandela : Cetakan bal-balan yang sudah di press
Kadar Karet Kering : Kandungan padatan karet per satuan berat yang
dihitung dalam satuan persen (%).
Vulkanisasi karet : Menentukan kekuatan tarik dan perpanjangan putus
yang tinggi pada karet
WWTP : (Wastewater treatment plant, WWTP) adalah
sebuah struktur yang dirancang untuk membuang
limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga
memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain.
Fumigasi : Perlakukan karantina bertujuan untuk
membebaskan media pembawa dari serangga hama,
tungau, nematoda, atau moluska.
PVC : Polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal
jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan
polipropilena. PVC bisa dibuat lebih elastis dan
fleksibel dengan menambahkan plasticizer. PVC
yang fleksibel umumnya dipakai sebagai bahan
perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik.
Aerasi : Suatu proses penambahan udara/oksigen dalam air
dengan membawa air dan udara ke dalam kontak
yang dekat, dengan cara memberikan gelembung-
gelembung halus udara dan membiarkannya naik
melalui air (udara ke dalam air).
NHз : Amonia (NH3) adalah gas tidak berwarna berbau
tajam dan sangat larut dalam air terdiri dari nitrogen
dan hidrogen.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyusunan bandela layout perusahaan PT.Wilson Lautan Karet mengikuti
permintaan pembeli (buyer).perusahaan melakukan analisa terhadap perusahaan
pembeli (buyer) agar penyusunan bandela layout sesuai dengan mesin mekanis di
perusahaan pembeli (buyer).analisa yang didapatkan logo perusahaan PT.Wilson
Lautan Karet harus menghadap kebawah atau keatas, tutup bibir pelastik yang di
lipat menghadap kearah mana.penyusunan setiap perusahaan seperti apa.sehingga
perusaahan PT.Wilson Lautan Karet dapat mengetahui penyusunan bandela layout
setiap perusahaan berbeda-beda dengan permintaan yang diinginkan pembeli
(buyer).
Studi kasus yang diangkat tentang kesalahan penyususan bandela layout.
Penyusunan bandela layout perusahaan PT.Wilson Lautan Karet mengikuti
permintaan pembeli (buyer).perusahaan melakukan analisa terhadap perusahaan
pembeli (buyer) agar penyusunan bandela layout sesuai dengan mesin mekanis di
perusahaan pembeli (buyer).analisa yang didapatkan logo perusahaan PT.Wilson
Lautan Karet harus menghadap kebawah atau keatas,tutup/bibir pelastik yang di
lipat menghadap kearah mana.penyusunan setiap perusahaan. Sehingga
perusaahan PT.Wilson Lautan Karet dapat mengetahui penyusunan bandela
layout setiap perusahaan berbeda-beda dengan permintaan yang diinginkan
pembeli (buyer).
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam laporan praktek kerja lapangan ini
adalah :
1. Bagaimana cara pengolahan bokar menjadi SIR 10 dan SIR 20?
2. Bagaimana proses analisis mutu produk SIR 10 dan SIR 20?
3. Bagaimana cara penanganan kesalahan penyusunan bandela layout?
1.3 Batasan Masalah
Pada laporan praktek kerja lapangan ini kami membatasi masalah
tentang kegiatan industri pengolahan karet di PT. Wilson Lautan Karet dan
membahas secara umum tentang proses pengolahan bokar menjadi SIR
(Standard Indonesia Rubber) serta mutu dan kualitas produk yang
dihasilkan sehingga dapat memenuhi SNI.
2
1.4 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :
1. Menguraikan proses pengolahan bokar menjadi SIR 10 dan SIR 20 di PT.
Wilson Lautan Karet.
2. Menguraikan standar mutu produk SIR 10 dan SIR 20 di PT.Wilson
Lautan Karet.
3. Menguraikan penyusunan bandela layout secara benar sesuai permintaan
buyer perusahaan ban.
1.5 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa dapat melatih pola pikir kritis dan praktis serta
memberikan pengalaman kerja, keterampilan kerja dan memperluas
pengetahuan pemahaman tentang kegiatan di perusahaan bidang
pertanian.
2. Untuk dunia kerja memberikan informasi kapada karyawan/trainee yang
siap kerja sebagai sumber rekrutasi dan network industrial.
3. Bagi Politeknik menjadi literatur yang akan memperkaya penerapan ilmu
industri dilapangan kerja serta menjadi sarana untuk menjalin hubungan
kerja sama dengan pihak industri, mengevaluasi sejauh mana kurikulum
yang ada dengan kebutuhan di masyarakat dan mencetak tenaga terampil.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pabrik karet PT. HOK TONG mulai berdiri dan beroperasi sejak jaman
penjajahan Belanda pada tahun 1940. PT. HOK TONG adalah pabrik karet milik
orang Tionghoa yang bernama Neper. Pabrik karet ini menampung karet-karet
mentah yang didatangkan dari tanaman karet rakyat di daerah Hulu Sungai dan
Kalteng.
Pada tahun 21 Mei 2012 PT. HOK TONG berubah kepemilikan saham dan
berubah nama menjadi PT. Wilson Lautan Karet. PT. Wilson Lautan Karet
Banjarmasin yang berlokasi di Jalan Barito Hulu No. 43 dengan luas tanah 32.960
M2 dan luas bangunan 5.676 M2 .
4
PT. Wilson Lautan Karet terkenal dengan standar operasionalnya yang baik.
Hal ini terbukti dengan diterapkannya ISO 9001. PT. Wilson Lautan Karet
memiliki peranan cukup signifikan dalam menyumbang devisa negara.
Perusahaan ini didirikan
pada tanggal 21 Mei 2012 dengan mengambil alih aset perusahaan PT. Hok
Tong yang menjadi area HGU (Hak Guna Usaha) yang telah memiliki Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP) Menengah.
2.2 Lokasi perusahaan
PT. Wilson Lautan Karet termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Banjarmasin Barat, Kabupaten Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, terletak
di Jl. Barito Hulu No. 43 RT 5 RW 3, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Kuin Cerucuk
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Teluk Dalam Kec.
Banjarmasin Tengah
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sungai Barito
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Telaga Biru
2.3 Visi dan Misi Perusahaan
2.3.1. Visi
Visi PT. Wilson Lautan Karet adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan karet dan pemasok/supplier eksportir, bekerja untuk mencapai
tingkat tertinggi dari kepercayaan masyarakat dan kebanggaan karyawan.
Memberikan kepuasan kepada pelanggan melalui mutu yang baik, harga yang
kompetitif dan waktu pengiriman yang tepat. PT. Wilson Lautan Karet
mengaturr masalah lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja sebagai
bagian yang paling penting dari semua kegiatan sewaktu bekerja menuju
masyarakat yang berkesinambungan.
5
2.3.2. Misi
Misi PT. Wilson Lautan Karet adalah sebagai berikut :
1. PT. Wilson Lautan Karet memberikan mutu yang terbaik, biaya yang
kompetitif dan waktu pengiriman yang tepat.
2. PT. Wilson Lautan Karet menentukan etika dan standar lingkungan yang
memenuhi ketentuan hukum yang sesuai.
3. PT. Wilson Lautan Karet memperbaiki sistem dan pelaksanaan
manajemen mutu dan lingkungan.
4. PT. Wilson Lautan Karet mendidik karyawan untuk menjaga kebijakan
mutu dan lingkungan.
2.4 Jam Kerja Karyawan
Sistem jam kerja yang berlaku di PT Wilson Lautan Karet berbeda di
setiap bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan dengan total jam kerja
selama 8 jam kerja termasuk 1 jam istirahat. Sedangkan lembur akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau jika kapasitas produksi
meningkat. PT, Wilson Lautan Karet melakukan 2 shif yaitu shif pagi dan
malam.Secara umum jam kerja shif pagi dimulai pada pukul 08.00 WITA-
17.00 WITA, sedangkan untuk shif malam dimulai pada pukul 19.00 WITA-
05.00 WITA untuk karyawan yang bekerja di bagian kantor dan untuk
karyawan yang bekerja di bagian lapangan di mulai pada pukul 07.00 WITA-
15.00 WITA.
2.5 Organisasi Unit/Bagian (Khusus Bagian yang Spesifikasi)
PT. Wilson Lautan Karet dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang
dibantu oleh MFO (Manager Field Operation) dipegang oleh general manager.
MFO dibantu oleh MFF (Manager Field Finance), HRD (Human Resouces
Development), SHIPPING (Ekspor/pengiriman), RAW MATERIAL (Bahan
Baku), PRODUCTION (Wet&Dry), WORKSHOP (Bengkel/Mekanik) dan
juga LABORATORY (laboratorium) yang merupakan manager pada bidang
masing-masing. Serta bagian WWTF (Waste Water Treatment Plan).
6
Struktur organisasi secara umum di PT. Wilson Lautan Karet dapat dilihat
pada Gambar 1.
Novi The
First Director
Widya Drahma
Director
Ook Saputra
Finance Manager
Wahyu
Accountant
ST.Qamariah
Assistant
Herlina
Assistant
Umi Hanie
Assistant
Rabiatul
Assistant
7
Struktur organisasi pada bagian operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
Halim Hidayat
Operation Manager
N.Danung
Yantie Brata. S Ahmad.A Ninik. S
Diana.S.R Head.Prod
HRD Sup DRC Raw.Mat Head.Lab
Export
Samsuri Herman
P.Budi Arif Ardan Assistant Sup.Dry
Nurul Assistant Assistant Assistant
Assistant
Asdi.F
Assistant Yandi
Sup.Dry
Agus. S
Head Mechanic
Sukirman
Ass. Head Mechanic
Hefnie Herly
Building. Sup Assistant
8
PT. Wilson Lautan Karet dalam ruang lingkup intern perusahaan sendiri
setiap bidang memiliki fungsi dan tugas kerja masing-masing sebagai berikut:
1. MANAGER
a. Menyetujui Pedoman Mutu.
b. Menerapkan Kebijakan Mutu.
c. Menunjuk Wakil Manajemen.
d. Mengadakan Tinjauan Kontrak.
e. Mengadakan Pembelian.
f. Mengecek Bahan Olah Karet.
g. Menentukan Harga Bahan Olah Karet.
h. Memutuskan segala permasalahan.
2. KEPALA BAGIAN PERSONALIA
a. Menerima dan mengevaluasi karyawan /i baru.
b. Mendaftarkan semua karyawan /i Jamsostek.
c. Memberi SP I, II dan III kepada karyawan /i yang bermasalah.
d. Memberi surat mutasi kepada karyawan /i ke bagian lain.
e. Menerima laporan dari ka.bagian/ supervisi setiap bagian tentang pekerjanya.
3. WAKIL MANAGEMEN
a. Menjamin bahwa kegiatan sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan dan
dipelihara.
b. Melaporkan kinerja sistem manajemen mutu dan kebutuhan untuk
pengembangannya kepada Manager.
c. Menjamin kesadaran karyawan PT. Wilson Lautan Karet dalam hal pemenuhan
persyaratan pelanggan.
4. KEPALA BAGIAN PRODUKSI
a. Mengatur dan merencanakan proses produksi.
b. Menentukan cara produksi untuk meningkatkan mutu.
c. Menggunakan peralatan produksi yang sesuai dengan lingkungan kerja
d. Mengatur pencampuran dalam proses produksi.
e. Mengawasi bahan baku (Bokar) di lapangan sampai ke dalam pabrik.
5. KEPALA BAGIAN EKSPOR / PENGIRIMAN
a. Mempersiapkan Shipping Instruksi.
b. Membaca Tinjauan Kontrak.
9
c. Mengatur Pengiriman Barang.
d. Mempersiapkan Dokumen Eksport.
e. Mengendalikan Dokumen dan Data.
f. Mengadakan hubungan dengan pelayaran (perkapalan).
6. KEPALA BAGIAN PEMBELIAN
a. Menetapkan dan memilih Subkontraktor.
b. Menilai Kadar Karet Kering (K3) dan memeriksa hasil pengujian.
c. Membuat nota pembelian.
d. Menerima barang yang dipasok pelanggan (Pemasok).
e. Mengawasi penimbangan bahan olah karet.
7. KEPALA BAGIAN LABORATORIUM
a. Mengawasi pengujian.
b. Memeriksa laporan hasil analisa.
c. Menandatangani setiap laporan hasil analisa.
d. Membuat dan menandatangani Sertifikat (SM).
e. Mengawasi pelaksanaan Kalibrasi Internal.
f. Memberi bimbingan kepada tenaga Analis Laboratorium.
8. BAGIAN PACKING / GUDANG
a. Menjaga mutu produk setelah inspeksi dan pengujian akhir.
b. Menetapkan prosedur untuk pengemasan dan penyimpanan pada pengarahan
hasil produk.
c. Menyiapkan metode untuk penanganan produk yang dapat mencegah
kerusakan.
d. Memberikan label pada produk akhir.
e. Mengendalikan Dokumen dan Data.
9. BAGIAN MEKANIK DAN LISTRIK
a. Perawatan dan memperbaiki peralatan yang berhubungan dengan produksi.
b. Menghidupkan mesin-mesin untuk produksi.
c. Membuat peralatan yang diperlukan untuk produksi.
d. Menjaga kestabilan voltage arus listrik.
e. Mengontrol pemakaian listrik perbulan.
10. BAGIAN LABORATORIUM
a. Melaksanakan Pengujian.
10
b. Menandatangani setiap Hasil Pengujian.
c. Menetapkan & menyimpan Laporan Hasil Analisa.
d. Menyimpan Sample (SIR 20) pengujian minimal 3 bulan.
e. Melaksanakan Kalibrasi Internal.
11. SUPERVISI PEMBELIAN
a. Menimbang bahan olah karet.
b. Mencatat hasil yang ditimbang kedalam buku timbang.
c. Mengeluarkan Bon Penimbangan.
d. Menyampaikan hasil penimbangan.
12. SUPERVISI PRODUKSI I/ BAHAN BASAH (Wet)
a. Mempersiapkan bahan olah karet yang akan diproses.
b. Mencampur jenis bahan olah karet yang diproduksi.
c. Menimbang dan mencatat hasil produksi basah.
d. Memeriksa kamar gantung / sadai.
13. SUPERVISI PRODUKSI II/ CRUMB RUBBER (Dry)
a. Mencatat jumlah produksi Crumb Rubber.
b. Menyimpan hasil pengujian produksi Crumb Rubber
c. Memberi penomoran pada pallet yang hendak diterima.
d. Mempersiapkan pengiriman karet SIR yang sudah dianalisa.
11
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
12
3.2 Produksi Karet
Produksi Karet Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang
tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran,
karet memiliki sejarah yang cukup panjang. Apalagi setelah ditemukan beberapa
cara pengelohan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut
berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi bahan yang berguna
untuk kehidupan manusia.10 Sejarah karet di Indonesia mencapai puncaknya pada
periode sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956. Pada masa itu Indonesia
menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Komoditas ini pernah
begitu diandalkan sebagai penopang perekonomian negara. Waktu itu sampai
terkenal ucapan ‘rubber is de durk waarop wij dirjven’, yang berarti karet adalah
gabus di mana kita mengapung. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak
zaman penjajahan Belanda. Awalnya karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai
dikoleksi.( Asrina,2017)
karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan tersebar
dibeberapa daerah. Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di
Indonesia, dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut di daerah Pemanukan dan
Ciasem, Jawa Barat. Pemerintah Belanda tertarik untuk meluaskan tanaman karet
karena tembakau dan kopi yang menjadi andalan waktu itu tengah mengalami
kelesuan. Pada waktu itu perkebunan tembakau diubah menjadi perkebunan kopi.
Padahal, pasaran kopi pun tengah menurun, sampai-sampai negara produsen kopi
terbesar masa itu, produksi hingga 50 %. Kelesuan perdagangan kedua komoditas
ini menimbulkan minat penguasa Belanda untuk mengusahakan perkebunan karet.
Pembukaan perkebunan karet secara besar-besaran membutuhkan biaya yang
tidak sedikit demi kepentingan menambah dana. Perusahaan Siciente Financiere
des Caoutchoues dari Belgia pada tahun 1909 dan diikuti perusahaan Amerika
yang bernama Hollands Amerikaanse Plantage Maatschappij (HAPM) pada tahun
1910- 1911 ikut menanamkan modal dalam membuka perkebunan karet di
Sumatera. Harga karet pada tahun 1910-1911 menambah semangat para
pengusaha perkebunan untuk mengembangkan usahanya. Perkebunan karet rakyat
di Indonesia juga berkembang seiring naiknya permintaan karet dunia dan
kenaikan harga. Hal-hal lain yang ikut menunjang dibukanya perkebunan karet
rakyat di beberapa daerah antara lain karena pemeliharaan tanaman karet relatif
13
mudah dan rakyat mempunyai kepercayaan terhadap cerahnya masa depan
perkebunan karet.( Asrina,2017)
Indonesia sebagian besar perkebunan yang ada merupakan perkebunan
rakyat. Namun, petani rakyat sebagian besar tidak bisa menentukan besarnya
pengeluaran, padahal karet memerlukan penanganan sebaik-baiknya agar
menguntungkan. Penanganan yang baik bisa menaikkan produksi yang sekaligus
bisa menaikkan pendapatan petani. Peningkatan produksi bisa dilakukan kapan
saja, proses produksi meliputi beberapa istilah teknis yang perlu diperhatikan
untuk mencapai produksi maksimal.( Asrina,2017)
3.2 Bokar (Bahan Olah Karet)
Produksi bokar oleh petani karet rakyat untuk diolah menjadi karet remah
jenis SIR 20 hingga saat ini memiliki mutu yang rendah dan bau busuk menyengat
sejak dari kebun. Mutu bokar yang rendah disebabkan karena petani
menggunakan bahan pembeku lateks yang tidak dianjurkan dan merendam bokar
di dalam kolam atau sungai selama 7 – 14 hari. Perendaman tersebut akan memicu
perkembangbiakan bakteri perusak antioksidan alami di dalam bokar, sehingga
nilai plastisitas awal (Po) dan plastisitas setelah dipanaskan atau PRI selama 30
menit pada suhu 140 ˚C menjadi rendah. Bau busuk menyengat juga terjadi
karena pertumbuhan bakteri pembusuk yang melakukan biodegradasi protein di
dalam bokar menjadi amonia dan sulfida. Kedua hal tersebut terjadi karena bahan
pembeku lateks yang digunakan tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri
(soleh,2017)
Bahan olah karet adalah lateks kebun dan gumpalan lateks kebun yang
didapat dari penyadapan phon karet havea brasiliensis. Bahan olah karet
umumnya merupakan produksi perkebunan karet rakyat, sehingga disebut dengan
bokar (bahan olah karet rakyat). Bokar terdiri dari empat jenis yaitu:
a. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan. Lateks kebun mutu 1 baik
jika mempunyai kadar karet kering 28%.
b. Shit angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet shit yang sudah digiling
tetapi belum jadi. Shit angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan
14
shit angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%. Tingkat ketebalan
pertama 3 mm dan tingkat ketebalan kedua 5 mm.
c. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar karet
kering 70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering 60%. Tingkat
ketebalan pertama 30mm dan tingkat ketebalan kedua 40 mm.
d. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara ilmiah dalam mangkuk penampungan. Lump segar
mutu 1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2 mempunyai
kadar karet kering 50%. Tingkat ketebalan pertama 40mm dan tingkat
ketebalan kedua 60mm
Menurut Kebijakan Pengolahan Bahan Olah Karet (Permentan Nomor 38
Tahun 2008) permasalahan yang dihadapi dalam pengolahan bokar yaitu :
1. Kadar air dalam bokar dibiarkan tinggi bahkan sengaja direndam didalam air.
2. Penggunaan bahan pembeku lateks yang tidak di rekomendasikan dikalangan
petani seperti pupuk TSP, tawas, dan cuka.
3. Terkontaminasinya bokar dengan tanah, lumpur, pasir, serat.
Mutu bokar sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar
International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar
jangkan panjang. Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet
(KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus
dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.
Kadar Karet kering adalah persentase kandungan karet yang terdapat
didalam bokar. KKK merupakan faktor terpenting penentuan harga bokar. KKK
adalah kandungan padatan karet per satuan berat (%). KKK lateks atau bekuan
sangat penting untuk diketahui karena selain dapat digunakan sebagai pedoman
penentuan harga juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk
pengolahan Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan lateks pekat. Kadar karet kering pada
lateks tergantung dari beberapa faktor antara lain jenis klon, umur pohon, waktu
penyadapan, musim, suhu udara serta letak tinggi dari permukaan laut. KKK
bokar ditentukan oleh KKK lateks, sistem pengolahan dan penyimpanan bokar di
tingkat petani (Chessa, dkk. 2011). Secara sederhana Penentuan KKK dapat
dihitung sebagai berikut :
15
Sb
KKK = x 100
Bk
Sb : Sleb basah(mula2)
Bk : Blanket kering(sleb setelah digiling)
Namun pada PT.Wilson Lautan Karet penentuan KKK dihitung sebagai berikut:
Bk
KKK = x 60%
Sb
17
olahan seperti lump, shit angin yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan asal
bahan baku yang sama dengan koagulum. Perbedaan SIR 10 dan SIR 20 adalah
pada standar spesifikasi mutu kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap
yang sesuai dengan SIR (Arga, dkk, 2014). prinsip tahapan proses pengolahan
karet alam SIR yaitu :
1. Sortasi bahan baku
Bahan olah karet yang sudah datang keperusahaan PT.Wilson Lautan Karet
akan disortir dengan melihat kualitas dari bahan baku seperti kontaminasi
didalam karet
2. Pembersihan
Pembersihan karet yang tercampur dengan kayu,plastik dan tali harus di
bersihkan dari kontaminasi tersebut
3. Peremahan
Karet yang sudah menjadi lembaran (blanket) digiling sehingga blanket
tersebut menjadi remah
4. Pengeringan
Pengeringan dilakukan oleh oven dengan suhu 101˚C-129˚C sehingga karet
remah menjadi kering dan masak
5. Pengempaan bandela
Pengempaan bandela dilakukan dengan cara dipress dan dibentuk segi empat
6. Pengemasan
Pengemasan dikemas dengan plastik dan dimasukan dalam metalbox
Untuk menjaga kualitas suatu produk harus mendapatkan pengawasan dari
laboratorium standar, laboratorium control dan laboratorium pabrik. Semua sarana
itu dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet yang berasal dari
negara lainnya sehingga Indonesia mempunyai standar seperti Tabel 1.
18
Tabel 1 Sandard Indonesian Rubber (SIR).
19
dibuat dari produk karet. Kadar kotoran (dirt content) ditentukan dari jumlah
kotoran yang tertampung di atas saringan 325 mesh yang berasal dari sejumlah
tertentu sampel karet yang dilarutkan dalam terpentin mineral. Kotoran yang
terdapat didalam karet akan merusak sifat baik dari barang jadi karet terutama
mengenai ketahanan retak lentur (flex cracking) dan keausannya. Tindakan
pengerjaan sesudah lateks keluar dari pohon menyebabkan adanya kotoran dalam
produk karetnya. Kadar kotoran dipengaruhi oleh jenis bokar, dan penjagaan serta
pemeliharaan kebersihan pabrik.( Pasaribu,2008)
Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriteria terpenting dalam
spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan
retak dan kelenturan karet. Kadar kotoran ditentukan dari jumlah kotoran yang
tertampung diatas saringan 325 mesh (ukuran celah 44 mikron) dan berasal dari
sejumlah tertentu sampel karet yang dilarutkan dalam terpentin mineral. Kotoran
yang terdapat di dalam karet akan merusak sifat baik dari karet (vulkanisasi)
terutama mengenai ketahanan retak lentur dan keausannya. Pada dasarnya lateks
yang keluar dari pohon adalah 100% bersih dari kotoran 325 mesh. Tindakan
pengerjaan selanjutnya sesudah lateks keluar dari pohon menyebabkan adanya
kotoran dalam produk karetnya. Kadar kotoran dipengaruhi oleh faktor-faktor
jenis bokar, dan penjagaan serta pemeliharaan kebersihan pabrik.
3.6.2 Kadar Abu (Ash Content) [ ISO 247 — 1990 (E) ]
Kadar abu (ash content) ditentukan dengan hasil pengabuan suau sampel
karet setelah dipijarkan selama 2 jam pada suhu 550 0C. siarat uji kadar abu
dimaksudkan untuk memjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak
mengan dung bahan bahan kimia seperti: natrium bisulfit, natrium karbonat, dan
tawas yang biasa digunakan dalam proses pengolahan. Kadar abu dipengaruhi
oleh faktor–faktor kontaminsi bahan asing dan jenis bahan pembeku yang
digunakan. Kadar abu yng tinggi terjadi apabila kedalam lateks dengan sengaja
ditambahkan bahan asing seperti Lumpur, pasir halus, untuk memanipulasi
penentuaan kadar karet kering, atau jika koagulum kebun telah dikotori oleh
Lumpur, endapan lateks, tanah liat, pasir, dan talk. Kotoran yang halus ini
biasanya lolos dari saringan 325 mesh sehingga tidak bias diamati diamati sebagai
kadar kotoran tetapi muncul sebagai kadar abu yang tinggi, kotoran yang halus
berupa pasir atau tanah liat memrusak sifat vulkanisat karetnya. Semua yang
20
menjadi dasar spesifikasi teknis dilakukan dengan pengujian di laboratorium
quality control. Hasil analisa keragaman memunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap kadar kotan yang terdapat dalam karet SIR 20
yang dihasilkan, karena perbandingan persentase komposisi yang digunakan
dalam perlakuan sangat tipis perbedaannya. Proses pembersihan yang intensif
melalui hammer mill yang ditunjang dengan semprotan air yang cukup dan deras
serta pencampuran mikro yang dilakukan dengan gilingan krep juga efektif untuk
pembersihan lanjutan.(Pasaribu, 2008)
3.6.3 PRI (Plasticity Retention Index) [ ISO 2930 — 1991 (E) J]
Nilai PRI dari karet mentah dapat menunjukkan tingkat ketahanan karet
terhadap oksidasi. Karet yang mempunyai nilai PRI tinggi berarti lebih tahan
terhadap oksidasi dibandingkan dengan karet yang mempunyai PRI rendah. Nilai
PRI sangat dipengaruhi oleh cara penanganan bahan olah dan pengolahan di
pabrik. Karet yang dihasilkan dari bahan olah lateks kebun akan mempunyai nilai
PRI lebih tinggi dibandingkan dengan karet yang dihasilkan dari bahan olah
koagulum lapangan (lump dan slab).
Nilai PRI yang merupakan gambaran mengenai ketahanan oksidasi dari
karet yang bersangkutan dalam proses pengerjaan selanjutnya. Untuk SIR 20 yang
umumnya diolah dari koagulum kebun maka tingginya nilai PRI ditentukan oleh
bahan penggumpal yang digunakan, tingkat perendaman dan kondisi
pengeringannya. Rendahnya nilai PRI karet yang berasal dari bahan koagulum
akibat sebagian besar bahan bukan karet terutama protein dan fosfolida yang dapat
bertindak sebagai antioksidan telah hilang. Bahan bukan karet yang masih
tertinggal adalah berupa logam-logam, sehingga kadar abu karet tersebut tinggi
dan karet mudah teroksidasi. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penanganan
bahan olah koagulum yang tidak baik, terutama yang berasal dari rakyat berupa
bokar. Perendaman bokar yang terlalu lama dalam air atau penjemuran langsung
dibawah sinar matahari juga akan menurunkan nilai PRI. Turunnya nilai PRI
dapat pula disebabkan oleh proses pengolahan di pabrik seperti penggilingan yang
berlebihan atau pengeringan yang terlalu tinggi temperaturnya. Nilai PRI yang
berasal dari bahan olah lateks dari setiap klon dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok yaitu rendah ( ≤85 ), sedang ( 86-94 ), dan tinggi (≥95 ) (Azwar dkk.,
1998 ).
21
Nilai PRI yang rendah akan mengakibatkan rendahnya mutu suatu karet.
Untuk itu maka perlu dilakukan usaha pencegahan. Adapun cara penanganan nilai
PRI yang rendah sebagai berikut :
1. Periksa kondisi dryer dan normalkan temperature pengeringan.
2. Koagulum atau remahan harus segera diproses. Dalam keadaan yang ekstrim
dapat dipertimbangkan perlakuan dengan asam fosfat.
3. Cek pH koagulasi yang terbaik biasanya ±4,7.
Nilai plastisitas awal (Po) adalah ukuran plastisitas karet yang secara tidak
langsung memperkirakan panjangnya rantai polimer molekul (BM) karet. Syarat
uji minimum Po = 30 untuk semua jenis SIR. Po kurang dari 30 biasanya
disebabkan karet telah mengalami degradasi atau pemotongan rantai molekulnya
yang berakibat sifat fisik merosot. Penanganan nilai Po Seperti halnya dengan
PRI, Po juga dapat bernilai rendah. Jika nilai Po rendah maka akan
mengakibatkan nilai PRI yang diperoleh juga rendah. Untuk itu perlu dilakukan
cara penanganan agar nilai Po yang diperoleh tidak rendah. (Osbal, 2008).
Adapun cara penanganan nilai Po yang rendah sebagai berikut:
1. Usahakan menormalkan pengeringan dengan memberbaiki creping, crumb
size, dan pengoperasian dryer.
2. Turunkan temperature pengeringan atau persingkat waktu pengeringan
3. Usahakan penyimpanan lump ditempat kering dan hindari penyimpanan pada
rumah asap atau pada sinar matahari.
4. Up grade mutu bahan mentah
3.6.4 Viskositas Mooney [ ISO 289 — 1985 (E ) I]
Viskositas Mooney karet menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau
berat molekul serta derajat pengikatan silang rantai molekulnya Derajat pengikat
silang rantai molekul yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang
(cross linking reaction) yang terjadi, sehingga akan meningkatkan nilai viskositas
mooney karet. Hal ini disebabkan semakin tinggi suhu bandela dan lama waktu
penyimpanan. karet remah yang keluar dari alat pengering segera didinginkan
dengan kipas sampai suhu udara luar untuk menghindari terjadinya uap air di
dalam plastik yang digunakan untuk membungkus bandela.
Pengukuran viskositas mooney dilakukan dengan Mooney viscometer yaitu
berdasarkan pengukuran gesekan (shearing) rotor pada karet padat yang berfungsi
22
sebagai tahanan dengan meletakkan sampel karet di atas dan di bawah rotor yang
dapat berputar.
Viskositas karet mentah dinyatakan sebagai viskositas mooney, yang
menunjukkan panjangnya rantai molekul, berat molekul, dan derajat pengikatan
silang rantai molekulnya. Jika nilai viskositas tinggi berarti karet keras sehingga
mutu karet yang dihasilkan tinggi sebaliknya jika nilai viskositas rendah berarti
karet lunak sehingga mutu karet yang dihasilkan turun (Subramaniam, 2009)
23
BAB lV
METODE PELAKSAANAAN
24
3. Tempat drayer mempelajari tentang bintik putih (whatspot) pada bandela.
Metode yang digunakan yaitu interview dan melihat setiap alur proses
4. Tempat laboratorium melajari tentang kadar kotoran (Dirt Content) ,kadar abu
(Ash Content) dan PRI (Plasticity Retention Index). Metode yang digunakan
yaitu interview dan praktek langsung.
25
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
dipotong (cutter)
pengisian troly
dioven (dryer)
Quality control
packing
5.2 Proses Penerimaan Bahan Baku di PT Wilson Lautan Karet
5.2.1 Transportasi Darat
Pada penerimaan bokar melalui jalur transportasi darat dikirim
menggunakan mobil truck dan mobil pick up yang langsung dikirim menuju PT.
Wilson Lautan Karet. Selanjutnya bokar ditimbang untuk mengetahui berat
keseluruhannya, sebelum ditimbang bokar terlebih dahulu dicek (sortir) dahulu
dengan cara dibelah menjadi beberapa bagian menggunakan mesin circle untuk
memudahkan proses penimbangan dan untuk mengetahui apakah terdapat benda
26
asing (kayu, batu, batang pisang dan benda-benda lain yang dapat menambah
bobot/berat bokar) pada bokar tersebut. Untuk waktu dan hari pengiriman melalui
jalur transportasi darat dimulai jam (07.00 WITA atau 08.00 WITA) sampai jam
kerja shift siang berakhir. Apabila ada antrian mobil truck atau mobil pick up yang
belum sempat membongkar muatan atau belum selesai pada hari tersebut maka
akan dipindahkan kehari berikutnya dan proses penerimaannya dimulai dari hari
Senin – Sabtu.
28
5.3.2 Kolam pencucian (Bak Blending)
Dari mesin breaker tersebut remahan karet kasar yang telah dihancurkan
masuk ke dalam kolam pencucian pertama yang menggunakan bantuan kincir air
seperti pada Gambar 6 untuk membersihkan dari kotoran dan memindahkan
remahan karet kasar menuju conveyor basket.
29
Gambar 8. Conveyor Basket
30
penggilingan selanjutnya dengan 3 kali proses penggilingan (C4, C5 dan C6) dan
proses penggilingan terakhir dengan menggunakan mesin creeper (C7 dan C8).
Jalur 2 setelah kolam ke-3 dilakukan 6 kali penggilingan (C1,C2,C3,C4,C5 dan C6)
dan proses penggilingan terakhir dengan menggunakan mesin creeper
(C7,C8,C9,C10) untuk penyeragaman lembaran karet sehingga menjadi blanket.
Blanket mempunyai ketebalan sekitar 0,6cm - 1cm, dengan KKK sekitar 65% –
75%.
5.3.4 Mesin Press Lump Karet (Creeper)/Mangel
Mesin Creeper/Mangel seperti yang terlihat pada Gambar 10 berfungsi
untuk membuat karet remah menjadi bentuk lembaran karet dengan tujuan
memaksimalkan pembersihan karet dari kotoran yang ada di dalam gumpalan
karet agar hasil produksi akhir pembuatan SIR 10 dan SIR 20 lebih maksimal.
Biasanya pada proses ini dilakukan penambahan asam cuka pada creeper/mangel
agar lembaran karet yang dihasilkan tidak putus-putus dan tidak terlalu tipis.
Panjang tiap-tiap lembaran blanket ± 7 meter. Dan berat lembaran karet per
lembarnya yaitu ± 13 kg. Setelah itu lembaran karet ditimbang berat total
keseluruhan dan dicatat hasil perhitungannya, kemudian bisa dibawa atau
diangkut dengan keranjang blanket atau dengan menggunakan mesin ancak dan
juga sebagian menggunakan gerobak yang dimasukan kedalam lift menuju kamar
pengeringan atau tempai sadai.
32
5.3.8 Pencucian Lembaran Karet (Blanket)
Setelah proses penggilingan lembaran karet (Blanket) langsung masuk ke
kolam pencucian pertama yang terlihat pada Gambar 13 tujuannya untuk
mengurangi kontaminasi yang ada pada blanket, untuk lebar kolam pencucian
adalah 1 m dengan kedalaman kolam 1.5 m, menggunakan air biasa yang di ambil
dari sungai.
5.3.9 Cutter
Mesin Cutter yang terlihat pada Gambar 14 berfungsi untuk proses
pecacahan blanket menjadi karet remah dengan, pengukuran karet remah
menggunakan alat berupa (Stigmat), pengukuran karet remah dilakukan 2 jam
sekali oleh operator mesin untuk menyeragamkan ukuran karet remah setebal ±
1mm.
33
5.3.10 Bak Pencucian Remahan
Setelah dilakukan pencacahan kemudian karet remah masuk ke kolam
penampung ke 2 yang terlihat pada Gambar 15 untuk dibersihkan apabila masih
ada kotoran pada keret remah, dengan kedalaman kolam penampung 1,5 m lebar
1 m dan juga pada dasar kolam terdapat magnet yang di gunakan apabila terdapat
logam pada karet remah, kemudian di alirkan ke pipa penghubung antara pompa
hisap (Vortex Pump) dan mesin ayak karet remah yang menggunakan sistem
kerja (sirkulasi) air yang digunakan pada kolam menggunakan air biasa.
Kemudian karet remah tersebut di alirkan kepipa yang terhubung ke mesin
pengayak dengan menggunakan mesin Pompa Hisap (Vortex Pump).
35
Gambar 18. Proses Dryer (pengovenan)
36
Gambar 20. Proses Press Bandela
37
Gambar 22. Proses penyortiran dan alat pencabut kontaminasi
5 cm B
5cm
BANDELA
39
Gambar 25. Alat pengecekan suhu bandela
40
Gambar 27. Conveyor Belt + Metal Detector
41
a. Penyusunan di dalam peti
Untuk SW atau palet kayu setelah di bungkus menggunakan plastik
SIR 20 kemudian disusun di dalam peti cetakan yang di alasi plastik
bening sebagai alas dasar, dan setiap lapisan dilapisi dengan plastik
selendang warna merah dengan ukuran L 110 cm, T 0,14 cm, P 135cm.
SW terbuat dari kayu galam adalah palet kayu biasa dengan alas atau
penyangga bal-balan susunan sw ada 2 macam tergantung dengan
permintaan pemesan. Contoh Layout untuk susunan (BRIDGESTONE)
terlihat pada Gambar 29.
A. B. C. D.
E. F.
42
Tabel 1. penyusunan bandela/ball layout permintaan pengiriman
Negara Tujuan Kode Permintaan
Penyusunan
bandela layout
EUROPE
A
SOUTH AFRICA
BRAZIL
MEXICO
JAPAN
B
AUSTRALIA
USA A
43
Gambar. Tutup mulut kantong SIR 10 dan SIR 20
KETERANGAN
c. Gudang stok
44
Proses produksi selesai masuk ke gudang stok seperti pada Gambar
31 melalui proses sortir sambil menunggu hasil dari laboratorium, bila
dinyatakan bagus oleh laboratorium maka dikemas dan siap untuk
dikirim, apabila ada barang yang kurang bagus atau tidak layak untuk di
ekspor maka barang tersebut harus didaur ulang kembali keproses awal
dengan cara dipotong kecil-kecil kemudian dimasukan kemesin
(Hammermill).
45
c. Efektif membunuh berbagai jenis hama.
d. Relatif mudah diaplikasikan.
e. Dapat digunakan untuk berbagai jenis komoditas.
Metil bromida adalah fumigan yang sangat beracun, tidak berwarna dan
tidak berbau merupakan pestisida terbatas karena sangat berbahaya baik bagi
manusia maupun lingkungan, sehingga penggunaan metil bromida harus
dilakukan oleh fumigator yang terlatih agar dapat dijamin efektifitas dan
keamanannya.
Cara menerapkan fumigasi pada pallet kayu yang akan dilakukan
pengeksporan yaitu :
1. Palet kayu di cap oleh jasa fumigasi Karantina Pertanian Packing Material
Indonesia terlihat pada Gambar 32.
2. Penyiapan Alat dan Bahan Fumigasi Metil bromida yang terlihat pada
Gambar 33.
47
Gambar 36. Proses Pelepasan Dosis Fumigasi
5.3.22 Pengiriman Barang (Ekspor)
Pada saat pengiriman barang menggunakan kontainer yang di bantu forklift
untuk menaikan kekontainer, proses pengiriman ada dua pekerja untuk melihat
dan memastikan keadaan kontainer bersih atau tidak dan juga mengontrol barang
yang keluar apabila ada kerusakan pada kemasan seperti yang terlihat pada
Gambar 36.
48
Gambar 38. Alat Penyeragaman Sampel
2. Prosedur
a. Sampel A, B, C dan D digiling sebanyak 6 kali dengan ketebalan 1,65 mm
b. Kemudian dipotong untuk sampel Dirt, Ash, PRI, Mooney
c. Dilakukan pengujian.
5.4.2 Penetapan Kadar Kotoran
1. Definisi
Sampel kadar kotoran dipijarkan diruang inframerah seperti pada gambar
38. Kotoran adalah benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui
saringan 325 mesh. Adanya kotoran didalam karet yang relatif tinggi dapat
mengurangi sifat dinamika yang unggul dari vulkanisasi karet alam antara
lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya.
49
2. Prosedur
a. Digiling 2 kali sampel dengan ketebalan 0,33 mm
b. Ditimbang 10 gram sampel
c. Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
d. Dimasukkan 250 ml terpentin
e. Dicampur RPA (Rubber Peptizing Agent) atau Cureo Ts sebanyak 2 ml
f. Dipijarkan diruang inframerah dengan suhu 1200C ± 2-3 jam sambil
dikocok sesekali agar cepat larut
g. Disaring menggunakan saringan 325 mesh, dibuat ke dalam oven 100 ±
1 jam
h. Dikeluarkan dan didinginkan ke dalam desikator
i. Ditimbang untuk mengetahui hasilnya
5.4.3 Penetapan Kadar Abu
1. Definisi
Kadar abu adalah pengabuan suatu sampel karet setelah dipanaskan
dengan alat electrick bunsen sampai kering dan dioven selama 2 jam pada
suhu 550oC yang terlihat pada Gambar 39. Penetapan syarat uji kadar abu
dimaksudkan untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu
banyak mengandung bahan kimia seperti natrium bisulfat, natrium karbonat,
tawas dan yang lain yang biasa digunakan dalam proses pengolahan.
2. Prosedur
a. Ditimbang 5 gram sampel yang sudah ada, dimasukkan kedalam cawan
b. Dipanaskan dengan electrick bunsen sampai kering
c. Di oven dengan suhu 550oC selama 2-3 jam
50
d. Setelah menjadi abu dikeluarkan dan didinginkan di desikator
e. Lalu ditimbang untuk mengetahui hasilnya
5.4.4 Penetapan PRI
1. Definisi
Penentuan Plasticity Retention Index (PRI) adalah cara pengujian yang
sederhana dan cepat untuk mengukur ketahanan karet terhadap degradasi oleh
oksidasi pada suhu tinggi. Pengujian ini meliputi pengujian plastisitas awal
dari potongan uji sebelum dan sesudah pengusangan didalam oven dengan
suhu 140oC yang terlihat pada Gambar 40. Nilai PRI yang tinggi menunjukan
ketahanan yang tinggi terhadap degradasi dan oksidasi. Pengujian nilai PRI
ini dilakukan dengan menggunakan alat MK 2 dan MK 5 yang terlihat pada
gambar 41.
Gambar 41. Plastisitas awal (Pa) dan Plastisitas setelah pengusangan (Po)
1 2 1
2 1 2
52
5.5 Kesalahan Penyususunan Bandela Layout (Ball Layout)
Penyusunan bandela layout perusahaan PT.Wilson Lautan Karet mengikuti
permintaan pembeli (buyer).perusahaan melakukan analisa terhadap perusahaan
pembeli (buyer) agar penyusunan bandela layout sesuai dengan mesin mekanis di
perusahaan pembeli (buyer). Analisa yang didapatkan logo perusahaan PT.Wilson
Lautan Karet harus menghadap kebawah atau keatas, tutup bibir pelastik yang di
lipat menghadap kearah mana. Penyusunan setiap perusahaan seperti apa.sehingga
perusaahan PT.Wilson Lautan Karet dapat mengetahui penyusunan bandela layout
setiap perusahaan berbeda-beda dengan permintaan yang diinginkan pembeli
(buyer)
53
5.5.1 diagram fishbone
54
5.5.3 Dampak Terjadi Kesalahan Penyusunan bandela/ball layout
Perusahaan karet akan mengirim hasil SIR 20 dalam bentuk bandela/ball
layout dengan berat 35 kg.kemudian di masukan dalam peti kemas yang sudah
disiapkan.Perusahaan akan menyusun bandela/ball layout ke dalam peti kemas
akan di sesuaikan dengan permintaan penyusunan yang diminta buyer perusahaan
ban.
Dampak yang akan ditimbulkan perusahaan ketika terjadi kesalahan dalam
penyusunan bandela yaitu:
1. perusahan buyer/perusahaan ban masih menggunakan mesin mekanis
sehingga akan terjadi kerusakan mesin penyusun ball
2. perusahaan karet akan dikenakan denda ketika perusahan ban terjadi
kerusakan mesin penyusun. Perusahaan akan membutuhkan waktu
perbaikan,biaya perbaikan, dan akan menstop proses produksi ban sehingga
perusaahan ban akan merasa dirugikan apabila sampai terjadi kesalahan
penyusunan.
5.5.4 Solusi pemecahan permasalahan kesalahan penyusunan bandela layout
Solusi pemecahan permasalahan kesalahan penyusunan bandela layout
dapat dilihat:
Tabel 1.Penanganan penyusunan bandela layout
No Penyebab terjadi kesalahan Alternatif solusi
penyusunan bandela layout
1 Pergantian shift kerja Saat pergantian shift kerja seharusnya
karyawan yang selesai bekerja
memberikan informasi kepada karyawan
selanjutnya
2 Kurangnya informasi Karyawan yang berganti shift seharusnya
mencari informasi berupa data atau
informasi arahan dari karyawan
sebelumnya
3 Kurangnya komunikasi Komunikasi antara karyawan yang
kurang saat pergantian penyusunan
bandela
4 Kurangnya pelatihan sosialisasi Perusahaan seharusnya setiap tahun ada
dan kurangnya pengawasan pelatihan kerja terhadap karyawan baru
55
dan mengevaluasi terhadap karyawan
tetap, memahami SOP dan bisa
menjalankan
5 Tidak mengikuti prosedur Memberikan informasi SOP jelas dan
tertulis diarea produksi sehingga
karyawan dan pengawasan memiliki
panduan dalam bekerja.
6 Sumber daya manusia yang Karyawan harus mengikuti arahan dan
cermat dan teliti harus fokus terhadap kerjaannya
7 Tidak ada pengecekan secara Perusahaan seharusnya melakukan
continyu pengecekan/pengawasan penyusunan
bandela layout secara kontinyu/turus
menerus
8 Pengiriman yang mendesak Pengiriman mendadak tergesa-gesa
dan tergesa-gesa membuat pekerja tidak fokus dalam
pekerjaannya
56
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil di PT. wilson Lautan Karet adalah sebagai
berikut :
1. Proses penerimaan bahan baku di PT. Wilson Lautan Karet melalui dua
jalur transportasi yaitu transportasi darat dan transportasi laut, yang
selanjutnya bahan baku akan ditimbang oleh karyawan dengan
menghitung K3 setelah itu baru dimasukkan ke dalam gudang.
2. Proses pengolahan bokar menjadi SIR 10 dan SIR 20 (Standard Indonesia
Rubber) di PT. Wilson Lautan Karet. Proses pengolahannya ada dua tahap
yaitu produksi basah dan produksi kering. Proses produksi basah yaitu
bokar digiling, masuk ke dalam bak pencucian, disortir, masuk ke dalam
bak pencucian kedua, disortir , digiling dan disadai (jemur). Sedangkan
proses produksi kering yaitu dari kamar sadai digiling (untuk
menyatukan), masuk ke kolam pencucian, dipotong (cutter), masuk ke
kolam pencucian ke dua melalui pipa, pengisian troly, dioven (dryer),
ditimbang, di press, disortir, ditimbang, kemudian dikemas.
3. Penyusunan bandela layout perusahaan PT.Wilson Lautan Karet mengikuti
permintaan pembeli (buyer).perusahaan melakukan analisa terhadap
perusahaan pembeli (buyer) agar penyusunan bandela layout sesuai
dengan mesin mekanis di perusahaan pembeli (buyer). Analisa yang
didapatkan logo perusahaan PT.Wilson Lautan Karet harus menghadap
kebawah atau keatas, tutup/bibir pelastik yang di lipat menghadap kearah
mana.penyusunan setiap perusahaan seperti apa.sehingga perusaahan
PT.Wilson Lautan Karet dapat mengetahui penyusunan bandela layout
setiap perusahaan berbeda-beda dengan permintaan yang diinginkan
pembeli (buyer).
57
6.2 Saran
1. Sebaiknya perusahaan PT.wilson Lautan karet lebih menerapkan K3
kepada karyawannya agar lebih melindungi diri terhadap kecelakaan kerja
yang mungkin nanti terjadi.
2. Sebaiknya jalur forklip tidak boleh dilalui oleh karyawan agar tidak terjadi
kecelakaan kerja karena operator forklip tidak melihat orang disekitarnya.
3. Sebaiknya lebih teliti dalam menaruh no sampel agar tidak ada no sempel
yang sama atau meloncat ke no berikutnya.
4. Sebaiknya bokar yang berceceran di area jalan di PT.wilson Lautan Karet
langsung dibersihkan agar tidak mengganggu aktivitas karyawan pada saat
mengemudi
58
DAFTAR PUSTAKA
Ali, F., D. Suwardin, M. Purbaya, E.S. Hartati dan S. Rahutami. 2009. Koagulasi
Lateks Dengan Ekstrak Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia). Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Jurnal Teknik Kimia 16 (2)
Asni, N. F dan Endrizal. 2009. Identifikasi dan Analisa Mutu Lateks Asalan
(Slab) di Provinsi Jambi. Disertasi Badan Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Jambi.
Purbaya, M., Sari, T. I., Chessa, A. S., & Mutia, T. F. (2011). Pengaruh beberapa
jenis bahan penggumpal lateks dan hubungannya dengan susut bobot, kadar
karet kering dan plastisitas. Prosiding Seminar Nasional ke-3 Palembang,
Indonesia: jurnal Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.(7) 351-357.
59
Skripsi. Program Studi Teknologi Industry Pertanian, Fakultas Petanian,
Uni-versitas Bengkulu.
Pusari, D., dan S. Haryanti. 2014. Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis
Mull. Arg) Dan Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Variasi
Temperatur Pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan Kabupaten Bungo
Jambi. Jurusan Biologi, jurnal Fakultas Sains Dan Matematika, Universitas
Diponegoro. Bulletin Anatomi Dn Fisiologi. XXII (2).
Soleh, M. 2017. Pengaruh Konsentrasi Asap Cair Serbuk Gergaji Terhadap Mutu
Fisik Bahan Olah Karet (Bokar) Selama Penyimpanan. Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Suhono, B. dan Tim Penulis LIPI. 2010 Ensiklopedia Flora 5. PT Kharisma Ilmu.
Bogor
60
61