PEMRAKARSA:
KATA PENGANTAR
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL – UPL) rencana usaha dan/atau kegiatan
Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU oleh
PT. Pusaka Jaya Palu Power di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu disusun sebagai salah satu dokumen yang harus dipenuhi oleh
pemrakarsa sehubungan dengan rencana usaha/kegiatan tersebut di atas.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada tim penyusun atas
selesainya dokumen ini. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan dokumen ini.
Albert Wu
Direktur
DAFTAR ISI
Isi Halaman
LAMPIRAN
Lampiran 1. Bukti Formal Surat-surat Perusahaan
Lampiran 2. Rona Awal Lingkungan Hidup
Lampiran 3. Foto-foto
Lampiran 4. Peta-Peta
Lampiran 5. Bukti Hasil Analisis Laboratorium
Lampiran 6. Gambar Detail Perencanaan TPS fly ash dan bottom ash
Lampiran 7. Biodata Tim Penyusun
A. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama : Albert Wu
Jabatan : Direktur
Perusahaan : PT. Pusaka Jaya Palu Power
Alamat Kegiatan : Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Alamat Kantor : Jln. Yodo Panau
No. HP : 0451 – 492509
Tabel 1: Koordinat lokasi TPS dalam UTM 50S Zone dan decimal
Kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash oleh PT.
Pusaka Jaya Palu Power pada prinsipnya untuk menempatkan Limbah
B3 untuk meminimalisasi dampak terhadap media lingkungan, serta
berada jauh dan aman dari permukiman masyarakat sekitar.
Gambar 1: Site lokasi PLTU Palu yang menunjukkan letak Limbah B3 fly ash
dan bottom ash
Pembebasan/Pengadaan Lahan
Syarat utama pembuatan Fasilitas Penyimpanan/TPS Limbah
B3 yaitu perusahaan wajib menguasai suatu lahan yang
hendak dijadikan TPS. Selain itu kegiatan ini dilakukan dalam
rangka mengantisipasi adanya klaim dari masyarakat
mengenai kepemilikan lahan.
2) Tahap Konstruksi
Rekruitmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan selama kegiatan konstruksi
membutuhkan berbagai jenis pekerjaan/keterampilan seperti
mandor, tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang cat,
mekanik, listrik, operator alat berat dan genset, serta sopir, di
samping itu akan dipekerjakan juga tenaga untuk staf
(perencana dan pengawas) dan tenaga keamanan (security).
Mardan 0 54 9 486
Sirman 0 66 9 594
0 119,11 9 1071,99
Mahyudin 0 66 9 594
Najlir 0 32 9 288
Total 6860,02
Pembangunan Basecamp
Basecamp yang dibangun diperuntukkan bagi para pekerja
yang memiliki tempat tinggal relatif jauh dari lokasi proyek.
Pembangunan basecamp diharapkan mampu mengefisienkan
dan memperlancar kegiatan pembangunan TPS. Besecamp ini
juga difungsikan bagi para pekerja yang tidak langsung seperti
perencana dan pengawas serta gudang peralatan. Basecamp
berukuran 20 m x 15 m dengan bangunan semi permanen dan
dilengkapi dengan fasilitas MCK dan mushallah sedang.
Basecamp ini tidak berfungsi sebagai tempat tinggal tetap,
melainkan hanya berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para
pekerja.
Pematangan Lahan
Kegiatan ini meliputi land clearing, perataan/penimbunan, dan
kembali. Pematangan lahan dilakukan dalam kaitan meratakan
permukaan tanah terutama pada pembangunan fasilitas TPS.
Kegiatan utama adalah land clearing dan cut and fill pada
lahan seluas ± 2,1 Ha. Kegiatan land clearing dilakukan pada
lokasi TPS dan fasilitas pendukung karena didominasi oleh
semak belukar dan beberapa pepohonan. Volume cutting
diprakirakan mencapai 50.400 m3 (hasil perhitungan konsultan
perencana, 2017). Kegiatan filling dilakukan setelah dinding
penahan telah dibangun untuk kemudian tanah timbunan
dihampar pada lokasi tersebut untuk kemudian dipadatkan.
Tabel (4): Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang
Kantor
Pembangunan unit kantor di lokasi TPS bertujuan untuk
mengurus pekerjaan pengaturan administrasi, informasi,
dan manajamen, serta pengarsipan mengenai log book
Limbah B3 fly ash dan bottom ash. Kantor ini juga
dilengkapi dengan unit perlengkapan tanggap darurat
kebakaran dan K3, selain terdapat ruang tamu, ruang kerja
karyawan dan kamar mandi/WC.
Jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai filter agar
abu/debu dari kegiatan operasional tidak terbang secara
langsung/menghalangi keluar dan/atau berdampak kepada
lingkungan sekitar.
3) Tahap Operasi
Demobilisasi Peralatan dan Bahan Material
Dengan berakhirnya kegiatan pembangunan/konstruksiTPS fly
ash dan bottom ass beserta berbagai fasilitas pendukungnya,
maka sebagian peralatan yang tercantum dalam Tabel (7) di
atas dimobolisasi lagi keluar dari lokasi, mengikuti rute jalan
semula.
Kemudian, Dalam PP. 101 Tahun 2014 Pasal 28 huruf (b) ayat
4 waktu lama penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari sumber
spesifik khusus selama 365 hari sejak Limbah B3 dihasilkan.
C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Matriks UKL-UPL Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash
Pengawas:
Lurah
Lambara
Masyarakat
Dinas LH
Kota Palu
2 Pembebasa Keresahan Masyarak Memberikan informasi Di sekitar Selama Memantau keresahan Di sekitar Diakhir Pengelola:
n/Pengadaa masyarak at di yang jelas kepada lokasi kegiatan masyarakat tentang lokasi kegiatan Pemrakarsa
n Lahan at sekitar masyarakat, terutama proyek pembebasa harga dan batas/luasan proyek pembebasa
lokasi yang berbatasan Kelurahan n/pengadaa lahan yang terkait Kelurahan n/pengadaa
langsung dengan n lahan dengan kepemilikan dan n lahan
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
42
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
43
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
3 Survey dan Keresah Masyarak Memberikan informasi Di sekitar Selama Memantau Di sekitar Diakhir Pengelola:
pengukura an at di yang jelas kepada lokasi kegiatan banyaknya/jumlah lokasi kegiatan Pemrakarsa
n masyar sekitar penduduk setempat proyek survey dan penduduk yang proyek survey dan
akat lokasi tentang tujuan pengukuran mengeluh dan pengukuran
Pemantau:
Preseps pelaksanaan survey dan mengidentifikasi jenis
pengukuran. Pemberian keluhan yang timbul Pemrakarsa
i
masyar informasi dapat dengan adanya rencana Masyarakat
akat dilakukan di tempat pembangunan TPS fly Dinas LH
umum atau dengan ash dan bottom ash. Kota Palu
mendatangi satu persatu Memantau persepsi Dinas Tata
rumah penduduk, masyarakat terhadap
khususnya masyarakat Ruang dan
keberadaan kegiatan
yang berbatasan pembangunan TPS fly Pertanahan
langsung dengan ash dan bottom ash. Kota Palu
rencana lokasi
pembangunan/pengelola Pengawas:
an TPS fly ash dan Lurah
bottom ash
Lambara
Masyarakat
Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
Dinas LH
Kota Palu
4 Desain Keresahan Masyarak Melakukan konsolidasi Di sekitar Selama Memantau saran dan Di sekitar Diakhir Pengelola:
rencana masyarak at di dan negosiasi tentang lokasi kegiatan pendapat masyarakat lokasi kegiatan Pemrakarsa
pembangun at sekitar desain rencana proyek desain tentang desain TPS fly proyek desain
an TPS fly lokasi kegiatan yang tidak ash dan bottom ash. Pemantau:
ash dan menyalahi Peraturan
bottom ash Daerah Kota Palu. Pemrakarsa
Mengikuti aturan tata Lurah
ruang Kora Palu Lambara
sebagai dasar desain Masyarakat
rencana kegiatan. Dinas Tata
Mensosialisasikan Ruang dan
kepada masyarakat
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
44
Tahap Konstruksi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
6 Rekruitmen Keresahan Masyarak Rekrutmen tenaga kerja Kelurahan Selama Memantau jumlah Kelurahan Diakhir Pengelola:
tenaga masyarak at di harus dilakukan secara Lambara kegiatan penduduk setempat Lambara kegiatan Pemrakarsa
kerja at sekitar proporsional dengan rekruitmen yang diterima sebagai rekruitmen
lokasi prioritas utama tenaga kerja tenaga kerja tenaga kerja
Pemantau:
masyarakat di sekitar Memantau jumlah/jenis
lokasi. Pemrakarsa
usaha sektor informal
Memberi pengarahan yang muncul akibat Dinas
kepada tenaga kerja penerimaan tenaga Tenaga Kerja
pendatang hendaknya kerja Masyarakat
beradaptasi dan Memantau tingkat Dinas LH
berinteraksi dengan pendapatan penduduk Kota Palu
masyarakat setempat. setempat
Memantau
perkembangan Pengawas:
kamtibmas selama dan Dinas
setelah kegiatan Tenaga Kerja
pembangunan TPS fly Masyarakat
ash dan bottom ash Dinas LH
berlangsung
Kota Palu
7 Penyediaan Keresah Masyar Penentuan batas Rencana Selama Memantau jumlah dan Rencana Diakhir Pengelola:
sarana an akat di peruntukkan jalan rute jalur kegiataan jenis keluhan dari rute jalur kegiataan Pemrakarsa
jalan masyar sekitar dilakukan secara penyediaan/ masyarakat terkait penyediaan/
Kelurahan Kelurahan
menuju akat lokasi musyawarah dengan pembuatan kegiatan pembukaan pembuatan
Lambara Lambara Pemantau:
lokasi TPS Peruba Buanga masyarakat sekitar jalan jalan jalan
Pemrakarsa
han n gas, dan diberi patok Memantau jumlah/jenis
morfolo debu, permanen. usaha sektor informal Masyarakat
gi dan Melakukan sosialisasi yang muncul akibat Dinas Tata
sungai bising pengukuran dan adanya saran jalan Ruang dan
Berkura yang inteventarisasi pemilik yang dibuka Pertanahan
ngnya dihasilk tanah untuk Memantau kondisi fisik Kota Palu
vegetasi an dari peruntukan jalan, dan Sungai Tawaeli dengan
dan kendara mencapai cara pengukuran debit Dinas
ganggu an kesepakatan dan pengamatan perhubungan
an operasi pengadaan tanahnya morfologi sungai
fauna onal dengan Memantau jumlah dan Pengawas:
Penuru Sepanja memperhatikan harga jenis flora-fauna yang Lurah
nan ng jalan kompensasi tanah terganggu/hilang yang Lambara
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
46
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
47
mengganggu jam
istirahat dan aktivitas
masyarakat
Melakukan
pengecekan
kelayakan operasi
peralatan dan
kendaraan
pengangkut.
Tidak membunyikan
kelakson secara
berlebihan
Pelaksana konstruksi
diwajibkan
menggunakan alat-
alat berat atau
kendaraan
pengangkut material
dan peralatan
konstruksi yang telah
lulus uji emisi.
Pelaksana konstruksi
diharuskan
melakukan
penyiraman pada
bagian areal kerja
yang berdebu
(khususnya pada
jalan ekisting yang
melintasi
permukiman).
Melaksanakan dan
membuat papan
pengumuman
larangan menebang
pohon/tanaman yang
memiliki nilai penting
dan berburu hewan
spesies tertentu di
wilayah kerja proyek.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
48
Melaksanakan dan
membuat
penyuluhan/pengumu
man pada pekerja dan
masyarakat tentang
larangan
mengganggu satwa
liar. Penyuluhan
dilakukan terhadap
masyarakat yang
tinggal di sekitar
lokasi proyek. Materi
yang disampaikan
terutama adalah
informasi tentang
jenis-jenis satwa liar
yang dilindungi dan
harus tetap terjaga
kelestarian dan
keberadaannya.
Melakukan revegetasi
berupa tanaman
pelindung dan
beberapa tanaman
hias
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
8 Mobilisasi Penuru Buanga Menggunakan jalan di Di sekitar Selama Memantau kadar debu Di sekitar Diakhir Pengelola:
peralatan nan n gas, luar waktu-waktu lokasi kegiatan dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
dan bahan kualitas debu, kesibukan (pergi-pulang proyek mobilisasi karbon, oksida nitrogen proyek mobilisasi
material udara dan kantor, pasar dan Kelurahan peralatan dan oksida sulfur di peralatan
Pemantau:
Peningk bising sekolah). Lambara dan bahan udara. dan bahan
Pemrakarsa
atan yang Memasang rambu- material Memantau kondisi jalan material
kebising dihasilk rambu lalu lintas atau dan jumlah kecelakan Dinas
an an dari papan pemberitahuan yang terjadi akibat Perhubungan
Ganggu kendara yang ada hubungannya adanya kendaraan Polantas
an an dengan kegiatan pembangunan TPS fly Masyarakat
lalulinta operasi tersebut, seperti: hati- ash dan bottom ash.
Dinas LH
s onal hati kendaraan proyek Memantau tingkat
Sepanja Kota Palu
Kerusak keluar-masuk, kurangi kebisingan yang timbul
an ng jalan kecepatan (kecepatan diakibatkan oleh
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
49
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
50
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
10 Pematanga Penuru Masyar Membangun batas Di sekitar Selama Memantau kadar debu Di sekitar Diakhir Pengelola:
n Lahan nan akat di proyek dengan pagar lokasi kegiatan dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
kualitas sekitar seng setinggi 2,5 m, proyek pematangan karbon, oksida nitrogen proyek pematangan
udara lokasi untuk menghalangi lahan dan oksida sulfur di lahan
Pemantau:
Peningk Naiknya abu/tanah lepas di udara.
Pemrakarsa
atan besaran permukaan dari Memantau tingkat
kebising debu kegiatan cut and fill, kebisingan yang timbul Masyarakat
an dan menuju ke luar lokasi diakibatkan oleh Dinas
Hilangn konsent proyek kendaraan proyek. Tenaga Kerja
ya rasi Menyiapkan topi/helm, Memantau jumlah Dinas LH
vegetasi partikul sepatu, kaos tangan, keluhan masyarakat
dan at dan masker dan fasilitas tentang pelaksanaan
kebising PPPK (pertolongan Pengawas:
ganggu kegiatan pematangan
an an dari pertama pada lahan Lurah
fauna proses kecelakaan) bagi para Memantau jumlah dan Lambara
Kecelak pekerja pekerja jenis flora-fauna yang Masyarakat
aan an Menutup bak kendaraan terganggu/hilang yang Dinas LH
kerja konstru ketika mengangkut memiliki nilaipenting Kota Palu
Mening ksi bahan material Memantau perubahan
katnya Sejumla Melakukan penyiraman relief elevasi yang
aliran h rutin terjadap timbunan rentan mengalami erosi
permuk pekerja yang mengalami Memantau jumlah
aan di lokasi kekeringan pekerja dan
Peruba Jumlah Melakukan pengecekan masyarakat yang
han dan kelayakan operasi menderita
bentang jenis peralatan dan sakit/kecelakaan
alam flora- kendaraan pengangkut,
dan fauna Tidak membunyikan
erosi yang di kelakson secara
sekitar berlebihan
Peruba Pelaksana konstruksi
han diwajibkan
relief menggunakan alat-alat
topograf berat atau kendaraan
i pengangkut material
dan peralatan
konstruksi yang telah
lulus uji emisi.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
51
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
52
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
53
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
54
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
12 Pembangu Keresah Masyar Menyiapkan topi/helm, Di sekitar Selama Memantau tingkat Di sekitar Diakhir Pengelola:
nan/pengad an akat di sepatu, kaus tangan, lokasi tahap penurunan kualitas lokasi kegiatan Pemrakarsa
aan masyar sekitar sumbat telinga (ear proyek Pembangun udara terutama kadar proyek Pembangun
fasilitas akat lokasi plug), masker dan an/pengada debu dan partikulat lain. an/pengada
Pemantau:
penunjang: Kecelak Penuru fasilitas PPPK bagi an fasilitas Memantau intensitas an fasilitas
para pekerja. penunjang penunjang Pemrakarsa
aan nan tingkat kebisingan
kerja debit Melakukan selama kegiatan Dinas
Sumber
air Ganggu distribus pencampuran semen pembanunan Tenaga Kerja
Sumber
an i PDAM dengan hati-hati berlangsung Masyarakat
kuantita dan sedemikian debunya Memantau jumlah
dan
s air produks tidak terbang kemana- pekerja dan Pengawas:
jaringan
tanah i air mana. masyarakat menderita
listrik Dinas
Penuru tanah Secara berkala sakit/kecelakaan
Jalan Tenaga Kerja
nan Naiknya menyirami sekitar Memantau kualitas dan
khusus Masyarakat
kualitas besaran lokasi yang berpotensi debit air tanah (sifat
dan
drainase
udara debu menimbulkan debu fisik, kimia dan biologi) Dinas LH
Peningk dan (sedikitnya 2 x sehari). yang digunakan Kota Palu
Kantor
atan konsent Kekuatan bangunan Memantau kebersihan
Gudang/ rasi harus
kebising lingkungan sekitar
parkir
an partikul mempertimbangkan Memantau kondisi
alat berat
Ganggu at dan faktor kegempaan sumur waga sekitar
dan
pencucia
an kebising wilayah ini. Gempa Memantau jenis dan
kesehat an dari terbesar yg pernah kualitas komponen
n mobil proses terjadi di sekitar wilayah
an listrik yang digunakan
Parkir,
Ganggu pekerja ini 7,6 SR. Memantau keluhan dari
RTH, dan
an an Menanam pepohonan masyarakat sekitar
taman konstru (sebaiknya yang
estetika proyek
Bak ksi bernilai keindahan) di
sampah Sejumla sekililing lokasi yang
h dapat berfungsi
pekerja sebagai pohon
di lokasi pelindung serta
Timbula penyaring debu dan
n bau peredam kebisingan
dan (bibit disiapkan oleh
vektor pemrakarsa).
penyakit Menggunakan material
perpipaan yang standar
dan tidak mudah
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
55
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
56
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
57
Menyiapkan TPS
limbah B3/fasilitas
penyimpanan oli
bekasdi bengkel.
Limbah oli bekas
ditampung dalam drum
yang diletakkan pada
lantai rata, tidak
bergelombang dan
kedap terhadap
rembesan fluida agar
tidak ada ceceran oli
yang merembes ke
tanah. Oli bekas tsb
sama sekali tidak boleh
di buang ke laut atau
sungai atau di tempat-
tempat lain yg bisa
mencemari dan
merusak lingkungan
hidup. Sebaiknya tetap
ditampung sambil
menunggu atau
mencari orang yang
kemungkinan bisa
menggunakan oli bekas
tersebut untuk tujuan
lain.
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
Tahap Operasi
13 Demobilisa Penuru Buanga Menggunakan jalan di Di sekitar Selama Memantau kadar debu Di sekitar Diakhir Pengelola:
si peralatan nan n gas, luar waktu-waktu lokasi tahap dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
dan bahan kualitas debu, kesibukan (pergi-pulang proyek pascakonstr karbon, oksida nitrogen proyek demobilisasi
material udara dan kantor, pasar dan Kelurahan uksi dan oksida sulfur di Kelurahan peratan dan
Pemantau:
Peningk bising sekolah). Lambara udara. Lambara bahan
Pemrakarsa
atan yang Memasang rambu- Memantau kondisi jalan material
kebising dihasilk rambu lalu lintas atau dan jumlah kecelakan Dinas
an an dari papan pemberitahuan yang terjadi akibat Perhubungan
Ganggu kendara yang ada hubungannya adanya kendaraan Polantas
an an dengan kegiatan pembangunan TPS fly Masyarakat
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
58
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
59
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
60
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
61
fly ash dan Peningk yang kecelakaan) bagi para Memantau intesitas operasional Pemrakarsa
bottom ash atan dihasilk pekerja kebisingan Lurah
dari TPS keisinga an dari Menyiram jalan sekitar Memantau keluhan Lambara
n kendara (2 kali sehari) yang dari masyarakat
Masyarakat
Ganggu an dilalui oleh kendaraan sekitar
an operasi pengangkut. Dinas LH
kesehat onal Menggunakan Kota Palu
an Sejumla kendaraan operasional
pekerja h yang memenuhi standar Pengawas:
pekerja kualitas emisi. Masyarakat
di lokasi Mencuci dump truk dan
Lurah
alat berat yang telah
beroperasi Lambara
Dinas LH
Kota Palu
Tahap Psaca Operasi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
16 Penutupan Penuru Naiknya Melakukan reklamasi Di sekitar Selama Memantau kadar debu Di sekitar Diakhir Pengelola:
TPS fly ash nan besaran kembali ex-lahan lokasi kegiatan dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
dan bottom kualitas debu dan fasilitas penyimpanan proyek penutupan karbon, oksida proyek penutupan
ash air konsentrasi Melakukan penyiraman nitrogen dan oksida Pemantau:
tanah partikulat lahan 2x sehari sulfur di udara.
Pemrakarsa
Peningk dan Menanam pepohonan Memantau keluhan
atan kebisingan (sebaiknya yang bernilai saran, pendapat, dan Lurah
kebising dari proses keindahan) tanggapan dari Lambara
an pekerjaan Melakukan masyarakat Masyarakat
penutupan pemanfaatan ex-lahan Dinas LH
TPS dengan Kota Palu
sepengatuhan
masyarkat dan
lembaga/instansi terkait Pengawas:
Memanfatkan ex-lahan Lurah
TPS untuk Lambara
usaha/kegiatan yang Masyarakat
tidak meresehakan Dinas LH
masyarakat sekitar dan
Kota Palu
mencemari lingkungan
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
62
E. SURAT PERNYATAAN
Albert Wu
F. DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Ilmiah
Alley, E.R., (2007): Water Quality Control Handbook, 2nd Eds, McGraw-Hill
Bowles, E.J., alih bahasa Halnim, J.K., (1984): Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Penerbit Erlangga
Craig, F.R., (1987): Mekanika Tanah (Terjemahan dari Soil Mecahanicd 4th
edition), Erlangga
Hamer, W.I., (1982): Soil Conservation. Consultant Final Report. Tech. Note
No. 26 Centre For Soil Research
Srikandi, F., (1992): Polusi Air dan Udara. Edisi I. Cetakan I. Yayasan
Kanisius
Tjasyono, B. HK. (1986): Iklim dan Lingkungan. Penerbit PT. Cendekia Jaya
Utama
Peraturan Daerah Kota Palu No. 16 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
a) Suhu Udara
Hasil pencatatan suhu di Stasion Meteorologi Mutiara Palu pada 2007–
2016, menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulanan tertinggi
(29,5oC) terjadi pada Oktober 2015 dan suhu udara rata-rata bulanan
terendah (20,5oC) terjadi pada Maret 2014. Keadaan suhu di wilayah
penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-1).
b) Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama untuk 10 tahun
terakhir berkisar antara 69 – 84%. Dalam kurun waktu tersebut,
kelembaban udara tertinggi terjadi pada Januari 2014 yakni 84%,
sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada September 2009,
yaitu 69%. Secara lengkap, keadaan kelembaban udara di wilayah
penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-2).
c) Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu parameter pening yang harus dianalisis
dan dipertimbangkan, hal ini berhubungan dengan prakiraan laju aliran
permukaan untuk menghitung debit maksimum dan dasar dalam
perencanaan drainase di lokasi TPS.
Tabel L-3: Curah dan hari hujan di Kecamatan Tawaeli menurut bulan (2014-2016)
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-6
Tabel L-4: Curah dan hari hujan di Kota Palu menurut bulan (2007-2016)
Bulan
Tahun Total Max Min
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2007 111 89 49 55 79 104 143 108 48 27 76 61 949 143 27
2008 37 13 135 59 30 55 187 199 61 103 50 21 949 199 13
2009 12 56 73 162 28 40 44 16 10 13 54 55 563 162 10
2010 59 32 12 80 82 123 112 100 114 67 44 39 864 123 12
2011 65 88 45 24 34 76 33 52 101 51 54 48 669 101 24
2012 110 24 46 99 16 53 166 83 15 32 28 79 751 166 15
2013 51 28 35 58,5 49,8 97 130 79,8 98,4 57,2 152 69 906 152 28
2014 137 34,8 33,4 42,2 68,8 25,60 41,90 119,00 31 30 37 105 705 137 26
2015 56 58 64,6 70 32,4 113 21 5 20 12 42,5 493 113 5
2016 27 8,8 261,7 87,1 56,7 66,4 61,9 47,5 64 187 21,1 34 923 262 9
Rata2 66 43 76 74 48 75 94 81 56 58 56 57 777 156 17
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-8
1
ܲ(ܳ ≥ ்ܳ ) =
ܶ
Misalnya debit dengan periode ulang T =20 tahun adalah ܳଶ = 100 ݉ ଷ/
݀, maka probabilitas kejadian dari debit tersebut setiap tahun adalah:
1
ܲ(ܳ ≥ ܳଶ) = = 0,05 = 5%
20
Syarat jumlah data yang harus digunakan dalam analisis harus lebih dari
8. Dalam laporan ini, data yang tersedia untuk pos curah hujan Tawaeli
hanya tersedia 3 tahun, sedangkan Stasion Meteorologi Mutiara tersedia
10 tahun. Sehingga dalam analisis diambil asumsi bahwa titik pengamatan
di stasion mutiara dianggap mewakili wilayah Tawaeli.
1
ݔҧ= ݔ = 155,61
݊
ୀଵ
1
=ݏඩ ( ݔ− ݔҧ
)ଶ = 46,85
݊− 1
ୀଵ
Kemudian nilai ݕ = 0,4952 dan ߪ = 0,9676 adalah nilai rerata dan
deviasi standar dari variat Gumbel, yang nilainya tergantung dari jumlah
data ݊ = 10
ܶ
ln ቀln ቀܶ − 1ቁቁ+ ݕ
ݔ = ݔҧ
− ݏ
ߪ
ଶ
ܴଶସ 24 ଷ
ܫ௧ = ൬ ൰
24 ݐ
Tabel L-5: Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-15
2. KUALITAS UDARA
Pengumpulan data kualitas udara dilakukan dengan cara pengamatan/
pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan “air pump
sampling”. Kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium.
Keterangan:
* = Baku mutu udara berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.
Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan umum
dijumpai. Sebagian CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan
karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara tidak sempurna. Sumber
terbesar senyawa ini adalah aktivitas transportasi. Kandungan CO di daerah
studi adalah 51,96 μg/Nm3di dalam lokasi kegiatan. Nilai tersebut masih
berada di bawah ambang batas sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu 30.000 μg/Nm3.
Sumber artifisial debu adalah pembakaran minyak bumi, batu bara dan lain-
lain yang dapat menghasilkan gejala yaitu partikulat yang terdiri atas karbon
dan zat-zat lain yang melekat padanya. Akibat lingkungan yang berdebu akan
berdampak pada penimbunan debu dalam paru-paru manusia yang bekerja
dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tersebut. Gangguan kesehatan akibat
debu tergantung pada lamanya kontak, kandungan debu dalam udara, jenis
debu, dan lain-lain. Kandungan debu di lokasi kegiatan masih tergolong
rendah, yaitu 16,67 μg/Nm3, dimana ambang batas debu di udara sesuai
dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
adalah 230 μg/Nm3.
3. KEBISINGAN
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha dan/atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan
merupakan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam desibel (dB). Baku
tingkat kebisingan merupakan batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.
Dari hasil pengukuran diperoleh kisaran nilai kebisingan 53,0 – 60,5 dB,
Berdasarkan data tersebut, nilai kebisingan rona awal tidak melewati BML.
4. BAHAYA ALAM
a) Kegempaan
Salah satu penyebab terjadinya “gempabumi tektonik” adalah aktivitas
sesar. Sesar Palu–Koro merupakan salah satu sesar aktif yang terdapat di
Pulau Sulawesi. Sesar ini merupakan salah satu pemicu terjadinya gempa
bumi di Kota Palu. Sesar ini bergeser secara tersendat-sendat, sehingga
pengumpulan energi yang cukup untuk menimbulkan pergeseran yang
tiba-tiba kemungkinannya kecil. Namun pergeseran yang tiba-tiba
biasanya menimbulkan gempa dengan magnitudo yang besar, yang dapat
menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa manusia.
Kerusakan akan lebih besar bila pusat gempa terletak di Teluk Palu
karena dapat menimbulkan “tsunami”, yang terutama akan menghantam
permukiman sekitar pantai yang mengelilingi teluk tersebut. Gempabumi
tahun 1927 merupakan salah satu gempa besar yang pernah terjadi di
wilayah ini. Gempa ini menimbulkan tsunami dengan amplitudo paling
besar di sekitar pantai antara Talise – Mamboro.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian informasi kegempaan di atas, diketahui rencana lokasi
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu
Power, merupakan area yang berada di wilayah rentan terjadi gempa
karena dilalui oleh Sesar Palu-Koro.
b) Banjir
Dalam PP. RI. No. 101 Tahun 2014 Pasal 14 menerangkan bahwa lokasi
Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana
alam.
Pada uraian kali ini bencana yang dibahas yaitu banjir, dimana lokasi TPS
mestinya bebas/tidak bahaya banjir. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi.
Peta tingkat bahaya banjir ini di peroleh berdasarkan hasil analisis overlay
atau tumpang sususn dan hasil penentuan bobot dengan metode Analisis
Hirarki Proses (AHP) dari setiap parameter penyebab terjadinya banjir.
Analisa daerah rawan banjir pada penelitian ini menggunakan bantuan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan input data atau parameter curah
hujan, kelerangan, topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, hidrologi
sungai, dan hasil survey lapangan.
Analisa ini dilakukan untuk menentukan nilai kerawanan dan risiko lokasi
sekitar TPS terhadap bencana banjir. Nilai kerawanan banjir ditentukan
dari total penjumlahan skors seluruh parameter yang dipakai dalam
analisis (yang berpengaruh terhadap banjir):
= ܭ (ܹ × ܺ)
ୀଵ
Keterangan:
K = Nilai Kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i
ܴ
=ܫ
݊
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-34
Keterangan
I = Lebar interval
R = Selisih skor maksimum dan skor minimum
n = Jumlah kelas kerawanan banjir
Gambar L-16: Hasil analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi
TPS
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-35
2) Erosi
Kegiatan utama tahap ini ialah membuka dan/atau membersihkan
lahan dengan sistem cut and fill. Terutama pada kegiatan pemotongan
dan penimbunan lahan mengakibatkan hilangnya vegetasi penutup
tanah, perubahan topografi, sehingga kemungkinan dampak yang
terjadi pada tanah ialah peningkatan laju erosi. Ini diakibatkan oleh
hilangnya jenis vegetasi penutup dan terbongkarnya lapisan tanah.
Untuk memprakirakan besaran laju erosi yang terjadi sebelum dan
sesudah adanya proyek, dihitung menggunakan persamaan:
ܲܥ ܵ ܮ ܭ ܴ = ܧ
E = Rata-rata erosi tanah tahunan
R = Indeks erosivitas hujan
K = Faktor erodibiltas tanah
L = Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor pengelolaan tanah dibandingkan dengan tanah yang terus
terbuka
P = Faktor pengawetan tanah dibandingkan dengan tanah tanpa
pengawetan
ܮ
=ܮඨ
22
80
=ܮඨ = 1,90
22
Sehingga besarnya selisih laju erosi yang diprakirakan sebelum ܧௗ dan
sesudah adanya proyek ܧ௧
Selanjutnya luas lahan yang akan ditempati calon TPS hanya sekitar
2,1 Ha yang akan dikonversi menjadi tapak lokasi TPS dan sarana
penunjangnya, maka dengan dikonversikannya kondisi lahan yang
semula hutan, semak, dan kebun menjadi lokasi TPS, dapat
diprakirakan dampak erosi yang akan terjadi yaitu 4,62 ton/Ha/tahun x
2,1 Ha = 9,7 ton/tahun.
Berdasarkan nilai soil loss hasil prediksi laju erosi di lokasi penelitian
sebelum ada proyek sebesar 0,24 ton/Ha/tahun, sesudah ada proyek
4,86 ton/Ha/tahun, selisih 4,62 ton/Ha/tahun, dan lahan yang akan
ditempati calon TPS hanya sekitar 2,1 Ha yaitu 9,7 ton/tahun. Nilai-nilai
tersebut masih termasuk dalam kategori erosi kelas I; sangat ringan <
15 ton/Ha/tahun.
5. GEOLOGI
Secara regional stratigrafi dan litologi batuan yang menyusun wilayah di
sekitar lokasi TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power
adalah satuan Molasa Celebes (QTms). Formasi ini berumur Miosen–Pliosen.
Litologinya adalah konglomerat, batupasir, batulempung dan batulanau.
Penyebarannya meliputi bagian barat dan timur wilayah Kota Palu. Formasi ini
merupakan penyusun utama bagian timur Teluk Palu, memanjang dari utara
Tawaili ke arah selatan melewati Biromaru. Di bagian barat penyebarannya
relatif sempit. Kemudian di bagian barat terdapat satuan Aluvium dan dan
Endapan Pantai (Qal). Formasi ini berumur Holosen. Litologinya terdiri atas
kerikil, pasir, lanau dan lempung. Sifat fisiknya lepas-lepas dan
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang. Formasi ini merupakan
endapan batuan di permukaan, terbentuk sebagai hasil rombakan dari
perbukitan-perbukitan yang mengelilinginya. Selain wilayah pantai, pusat Kota
Palu secara keseluruhan juga tersusun oleh formasi ini.
Struktur geologi utama yang terdapat di wilayah ini adalah struktur graben
yang dikenal sebagai “sesar Palu–Koro”. Sesar (patahan lapisan litosfer) ini
merupakan “sesar geser aktif” dengan kecepatan pergeseran sekitar 14–17
mm/tahun. Struktur geologi lainnya, selain struktur utama di atas, adalah
sesar geser dan sesar normal, dengan dimensi yang lebih kecil, yang
mematahkan batuan-batuan intrusi granit dan granodiorit, Molasa Celebes
dan Komplek Batuan Malihan. Struktur-struktur kecil ini mempunyai arah yang
relatif tidak seragam dan banyak gejala tersebut dijumpai di sepanjang jalur
sesar Palu–Koro. Sesar normal yang dijumpai dengan dimensi yang relatif
besar adalah Sesar Janedo. Sesar ini terletak di bagian timur Kota Palu dan
sejajar dengan jalur Sesar Palu–Koro.
Gambar L-17: Peta geologi regional di sekitar lokasi TPS Fly ash dan bottom
ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power
Pada Gambar (L-18) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada
bagian selatan Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan
antara batuan konglomerat, dan batupasir. Tinggi singkapan tersebut ±2,5
meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan pertama
(konglomerat) ± 1,5 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir) ± 0,5 meter dan
tebal lapisan ke tiga (konglomerat) ± 0,6 meter.
Pada Gambar (L-19) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada
bagian Utara Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan
antara batuan konglomerat, batupasir lanauan dan lanau. Tinggi singkapan
tersebut ± 1,5 meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan
pertama (konglomerat) ± 0,6 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir
lanaunan) ± 0,5 meter dan tebal lapisan ke tiga (lanau) ± 0,4 meter.
Gambar L-21: Penampang struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS hasil
penyelidikan metode geolistrik ERT dan hand bor
Dari hasil penyelidikan geolistrik ERT dan hand bor, diperoleh struktur lapisan
batuan bawah memiliki litologi batuan sebagai berikut:
Kemudian untuk mengetahui kualitas air tanah setempat, sampel air tanah
diambil pada salah satu sumur warga terdekat dengan lokasi. Cara
pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I.
Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan
adalah 26,730C. Temperatur tersebut merupakan temperatur alami air di
daerah pengamatan. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menurunkan nilai
oksigen terlarut dalam air yang juga berpengaruh terhadap BOD air.
Keterangan:
* = Baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Th. 2001 Kelas I.
# = Air tanah/ air bersih di Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli Kota Palu
Komponen alami lain yang ada di air adalah logam berat, namun
konsentrasinya sangat rendah sehingga unsur ini termasuk ke dalam
unsur “trace”. Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik,
diantaranya berbagai jenis logam berat berbahaya, yang beberapa
diantaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga
diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. Logam-logam berat
tersebut diketahui dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dan
tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun.
Logam seng (Zn) juga termasuk salah satu unsur logam lain yang
terdapat dalam jumlah melimpah di alam. Seng yang berikatan dengan
klorida dan sulfat mudah larut, sehingga konsentrasi seng dalam air
seringkali meningkat. Batas maksimum Zn dalam air bersih adalah 0,05
mg/L.
Gambar L-24: Pengukuran lebar dan kedalaman Sungai Tawaili (saat hujan
sedang)
Kemudian, dari hasil pengukuran debit diperoleh nilai sebesar 0,3 m3/det.
Berbeda dengan kondisi sungai saat tidak terjadi hujan. Lebar tetap sama,
hampir-hampir air hanya kelihatan seperti tergenang. Baik kondisi saat hujan
maupun tidak kendaraan seperti mobil, motor, dan gerobak sapi dapat
melalui/memotong sungai tersebut.
Kemudian untuk mengetahui kualitas air Sungai Tawaeli, sampel air sungai
diambil pada rencana ruje jalur yang digunakan untuk pengangkutan fly ash
dan bottom ash. Cara pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
Kelas II.
Tabel L-8: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air sungai Tawaeli
Keterangan:
* = Baku mutu air sungai berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 Kelas II.
# = Air sungai Tawaeli, Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan
adalah 28,94OC. Temperatur tersebut masih dalam kondisi alami sesuai
dengan lokasi kegiatan. Parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis
dan interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran. Sementara untuk
residu terlarut, diperoleh kandungan padatan terlarut di lokasi kegiatan
yaitu 290 mg/L atau masih berada pada nilai ambang batas yang
dipersyaratkan dalam aturan PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II.
Oksigen terlarut (DO) pada air sungai sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup di dalamnya untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Peranan oksigen terlarut dalam air sungai sangat penting
untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara
alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk
memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi,
yaitu 8,54 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi dari batas minimum nilai DO
yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II,
yaitu 4 mg/L.
Logam berat yang melebihi nilai ambang batas menjadi salah satu
pencemar dalamair sungai. Konsentrasi maksimum logam timbal dalam air
sungai adalah 0,03 mg/L, logam seng 0,05 mg/L, logam besi 0,3 mg/L.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tidak ditemukan
keberadaan logam berat baik Pb, Zn maupun Fe dalam air sungai. Data
tersebut menunjukkan bahwa air sungai di sekitar wilayah kegiatan dalam
keadaan alami.
Struktur Tanah
Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli didapatkan
komposisi yaitu 37,63% pasir; 42,35% debu dan 20,02% liat. Pada lokasi
pengambilan sampel menunjukkan bahwa tanah pada Kecamatan Tawaeli
memiliki struktur. Hal ini disebabkan karena menurut Arsyad (2005) bahwa
struktur adalah kumpulan butir-butir tanah yang disebabkan terikatnya butir-
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-66
butir pasir, liat atau debu oleh bahan organik, oksidasi besi dan lain-lain.
Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi inflitrasi adalah ukuran
pori dan kemantapan pori. Teori ini diperkuat oleh Hardjowigeno (2003)
menyatakan bahwa struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil
alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain.
Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah
memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu lempeng (plety), prismatik
(prismatic), tiang (columnar), gumpal bersudut (angular blocky), gumpal
membulat (subangular blocky), granular (granular), remah
(crumb)(Hardjowigeno, 2003).
bulakdensity (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah
(termasuk pori-pori tanah).
Berat isi tanah pada lokasi kegiatan menunjukkan berat isi tanah sebesar 1,64
g/cm3.Bila dibandingkan berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel
dengan kerapatan zarah (particle density) tanah yang selama ini dijadikan
dasar untuk menghitung ruang pori total (total porosity) menunjukkan hasil
berat isi tanah yang masih sangat rendah. Hal ini karena standar nilai
kerapatan zarah tanah sebesar 2,65 g/cm3(Hillel, 1980).
Dari data berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel juga menunjukkan
bahwa pada tanah tersebut akar tanaman lebih mudah berkembang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno(2007) bahwa tanah dengan bobot
yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman,
sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah menyebabkan akar tanaman lebih
mudah berkembang (Hardjowigeno, 2007).
Porositas Tanah
Pori-pori adalah bagian tanah yang berisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan
pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang
mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan
udara(Hardjowigeno, 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang
ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan
diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat
tanah (Soepardi, 1983).
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah ditempati oleh air dan udara (Hanafiah, 2007).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-68
Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang diameternya
kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air pada pori
ukuran kurang dari 0,2 mikron, sehingga tanaman menjadi layu. Untuk
mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara
15 atmosfir (Hardjowigeno, 2003).
Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno(2003), permeabilitas adalah kecepatan laju alir dalam
medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan
tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai
permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Permeabilitas
tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan
pergerakan air dalam tanah.
Dari data derajat kemasaman tanah (pH) pada lokasi pengambilan sampel
tanah di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil berupa pH KCl (1:2,5) sebesar
4,82 sedangkan pH H2O (1:2,5) 5,75. Data tersebut menunjukkan bahwa
derajat kemasaman tanah pada lokasi pengambilan sampel baik berupa pH
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-70
H2O (1:2,5) maupun pH KCl (1:2,5) tidak memberikan perbedaan nilai derajat
kemasaman tanah yang sangat besar.Derajat kemasaman tanah pada lokasi
pengambilan sampel berdasarkan pH H2O (1:2,5) dan pH KCl (1:2,5)
memberikan hasil berupa kondisi masam karena derajat kemasamannya
berada dibawah 7.
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir(Hardjowigeno, 2007).
Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah atau pH, tekstur atau
jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukan.
Dari data pengamatan nilai kapasitas tukar kation pada tanah hasil
pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli didapatkan hasil KTK sebesar
25,61 cmol (+) per kg. Data ini menunjukkan nilai KTK pada tanah sekitar
lokasi pengambilan sampel tergolong tinggi. Hasil ini diperkuat dengan data
pengambilan sampel kapasitas tukar kation pada lokasi sampel memberikan
hasil baik dari P2O5 HCl 25% sebesar 28,57 mg per 100 g sedangkan dari K2O
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-71
HCl 25% sebesar 30,46 mg per 100 g.Sehingga secara umum kapasitas tukar
kation pada sekitar pengambilan sampel dari sisi P2O5 HCl 25% maupun K2O
HCl 25% cenderung sama dan tergolong pada nilai yang sedang.
C-Organik
Bahan organik merupakanbahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal
daritanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam
tanahdengan tingkat pelapukan yang berbeda(Hasibuan, 2006). Bahan
organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar
setengah dariKapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik(Hakim,
et al., 1986).
Dari data kandungan C-organik pada tanah hasil pengambilan sampel tanah di
lokasi Kecamatan Tawaeli memberikan hasil kandungan C-organik sebesar
2,13%. Dari data kandungan C-organik tanah pada lokasi pengambilan
sampelmenunjukkan kandungan yang masih normal dan tergolong sedang.
N-Total
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanamandalam
jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+)
dannitrat (NO3+). Menurut Hardjowigeno(2003) nitrogen di dalam tanah
terdapat dalamberbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-
senyawa amino,amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Bentuk N yang diabsorpsi
oleh tanamanberbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi
NH4+ ada pulatanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada pula tanaman
yang tidak terpengaruholeh bentuk-bentuk N ini(Leiwakabessy, et al.,
2003).Sumber nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui
penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam
tanah sebagai sumber sekunder(Hasibuan, 2006).
P-Bray (Fosfor)
Menurut Hardjo Wigeno(2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari
bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP
dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman dapat juga
mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin.
Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapatlangsung
dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana
aktifitas mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi
tanaman di lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy, et al., 2003).
Dari data uji Laboratorium kandungan P2O5 Bray I pada lokasi pengambilan
sampel di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 9,92 ppm dan nilai
tersebut tergolong sedang.Dari data ini juga menunjukkan bahwa kandungan
P2O5 Bray I pada tanah di lokasi kegiatan masih sangat baik. Hal ini diperkuat
oleh Sanchez(1992)yang menyatakan bahwa kadar fosfor tersedia di dalam
tanah akan meningkat setelah pembukaan karena adanya kandungan fospor
di dalam abu.
Kalsium (Ca)
Kandungan kalsium (Ca) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil yaitu kandungan Ca sebesar 6,08 cmol (+) per kg. Dari
data ini menunjukkan kandungan Ca pada lokasi tanah masih dalam keadaan
baik.
tanaman. Apabila salah satu unsur berada pada jumlah yang lebih rendah dari
pada yang lain, maka unsur yang kadarnya lebih rendah sukar diserap
(Leiwakabessy, et al., 2003).
Di dalam tanah kalsium berada dalam bentuk anorganik, namun dalam jumlah
yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam
humus(Sutcliffe & Baker, 1975).
Magnesium (Mg)
Kandungan magnesium (Mg) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil yaitu kandungan Mg sebesar 0,53 cmol (+) per kg. Dari
data ini menunjukkan kandungan Mg pada lokasi tanah masih dalam keadaan
baik.
Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan
pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang
berdekatan dengan pantai. Natrium (Na) juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebihan.
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan
batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses
dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik sehingga kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang
melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang
terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar
dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung
sedikit Kalium.
KB (Kejenuhan Basa)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen.
Kejenuhan basa rendah berarti tanah dengan kemasaman tinggi dan
kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. kejenuhan basa
dipengaruhi oleh pH. Kejenuhan basa dapat digunakan sebagai indikator
mengenai kesuburan tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat
untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-76
bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara
50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada
sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa
dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%.
Kejenuhan Al
Aluminum (Al) merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan
sangat menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara
berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat
hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+. Aluminium merupakan
sumber keasaman yang sangat penting.
Jika kejenuhan Aluminium >60% maka tanah tersebut tidak layak untuk
tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu.
Kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur
tanah. Keracunan aluminium dapat menghambat perpanjangan dan
pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan
bulu akar tanaman. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan
pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran
yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur
hara.
Perencanaan TPS ini nantinya akan dilewati truk dengan kapasitas angkut
sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans Palu-Parigi kemudian melewati
Sungai Tawaeli tanpa perkerasan dengan sedikit timbunan. Selain itu,
alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans Palu-Lorong Anja berupa
jalan timbunan kerikil sehingga dapat berdampak polusi berupa debu dan
kebisingan di daerah pemukiman masyarakat. Sehingga alternatif kedua ini
kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan adanya
presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus lalulintas menuju TPS.
Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survey faktual. Untuk keperluan
desain, volume lalu lintas dapat diperoleh dari :
Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada
jam sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Survey arus lalu lintas harian rata-rata (LHR) bertujuan untuk mengamati pola
pergerakan arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang melintas pada suatu
ruas jalan. Kendaraan yang terdata dalam pengamatan ini adalah kendaraan
yang melintas untuk kedua jalan.
Hasil pengamatan dan analisis perhitungan lalu lintas yang dilakukan dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini, dengan penjelasan sebagai berikut:
Berdasarkan data lapangan dan hasil olahan sesuai tahapan diatas, maka
hasil rangkuman perhitungan data lalulintas dan prediksi pergerakan lalulintas
dimasa datang untuk kedua ruas yang diamati dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.
Tabel L-11: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Lorong Anja
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-81
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-82
Tabel L-12: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja menuju TPS
Jl. Trans Sulawesi Arah ke Kota Palu 235 235 14 18 803 321 574 618
Jl. Trans Sulawesi dari Kota Palu 245 245 18 23 769 308 576 620
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.360 masuk dalam tingkat pelayanan B. Artinya bahwa
arus lalu lintas masih stabil tetapi kecepatannya dibatasi. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas
perhubungan dimana untuk tingkat pelayanan B mempunyai nilai 0,2 – 0,44.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-83
Tabel L-13: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Parigi
Rata-rata
Sepeda motor, Opelet, pick-up
Sedan, jeep dan Pick-up, micro truk Truk Ringan 2 Truk sedang 2 LHR=Lalulintas
sekuter sepeda opelet, suburban, Bus Kecil Bus Besar Truk 3 Sumbu Truk gandeng Truk Semi trailer Jumlah Kendaraan
station wagon dan Mobil hantaran Sumbu Sumbu Harian x Angka
Periode kumbang & roda 3 combi, & minibus
koef. x 93%
Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah smp
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Total 2
1 2 Rata-rata
EMP 0.4 1 1 1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 arah
06.00-07.00 33 38 18 16 2 7 5 15 - - - - - - - 7 - - - - - - 58 82 65 140
07.00-08.00 27 32 23 31 4 9 7 21 - - 1 1 7 - 3 12 3 1 - - - - 74 107 84 181
08.00-09.00 58 52 35 35 5 15 17 36 1 - 1 - - 1 7 16 1 - - - - - 125 155 131 281
09.00-10.00 52 57 20 45 2 24 12 31 - - 3 - 17 3 12 9 - 3 - - - - 117 171 134 288
10.00-11.00 63 65 29 60 6 8 14 16 - - - 3 - 3 12 12 1 8 - - - - 125 174 139 299
11.00-12.00 60 62 46 77 5 12 27 16 - - 1 9 - - 14 21 3 3 - - - - 156 200 165 355
12.00-13.00 68 56 54 40 10 13 14 24 - - - 3 - - 16 17 - - - - - - 161 152 146 313
13.00-14.00 58 73 35 47 4 9 19 20 - - 1 - - - 10 18 1 4 - - - - 129 171 140 300
14.00-15.00 59 55 46 49 4 3 35 26 - - - - 1 12 8 10 3 4 - - - - 156 159 146 314
15.00-16.00 59 60 29 42 2 4 23 26 - - 1 - 3 - 12 13 1 1 - - - - 130 147 129 277
16.00-17.00 53 76 38 50 1 7 17 16 - - - 1 3 - 8 13 - 4 - - - 1 120 168 134 288
17.00-18.00 90 80 57 56 6 4 21 24 - - 1 - - - 16 17 3 7 - - - - 193 188 177 381
18.00-19.00 74 68 45 35 6 5 25 18 - - - - - - 11 12 - 3 - - - - 161 140 140 301
19.00-20.00 62 56 34 14 5 3 20 15 - - 1 1 - - 8 7 1 4 - - - - 131 99 107 230
20.00-21.00 21 15 24 9 4 5 12 12 - - - - 1 - 9 3 - 3 - - - - 72 46 55 118
21.00-22.00 14 7 17 6 1 4 8 9 - - - - - - 3 5 - - - - - - 42 31 34 74
LHR (kend/jam) 850 850 549.8 612.3 67 131.64 276 325 1 0 12 18 31 18 146 190 17 43 0 0 0 1 1950 2190 1925 4140
LHR Total 2 arah
1700.4 1162.1 198.64 601 1 30 49 336 60 0 1 4140 6065
(smp/jam)
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-84
LL Harian Rata-rata
No Waktu Pengamatan
(LHR), smp/jam
1 06.00-07.00
140
2 07.00-08.00
181
3 08.00-09.00
281
4 09.00-10.00
288
5 10.00-11.00
299
6 11.00-12.00
355
7 12.00-13.00
313
8 13.00-14.00
300
9 14.00-15.00
314
10 15.00-16.00
277
11 16.00-17.00
288
12 17.00-18.00
381
13 18.00-19.00
301
14 19.00-20.00
230
15 20.00-21.00
118
16 21.00-22.00
74
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-85
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.131 masuk dalam tingkat pelayanan A. Artinya bahwa
arus lalu lintas stabil tanpa hambatan. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas perhubungan dimana
untuk tingkat pelayanan A mempunyai nilai 0,0 – 0,20. Sehingga arus lalu lintas berupa truk bermuatan limbah menuju lintasan
sungai berdampak kecil terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan tersebut
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-86
B. KOMPONEN BIOLOGI
Sesuai hasil survey yang telah dilakukan dengan melihat komponen biologi
disekitar lokasi penelitian, diperoleh jenis–jenis tumbuhan (flora) dan hewan
(fauna) yang cukup beragam. Untuk jenis tumbuhan (flora) yang diamati adalah
berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh, baik tumbuhan liar maupun dibudidaya
yang tumbuh di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash dan disekitar halaman rumah masyarakat. Sedangkan untuk jenis hewan
(fauna) yang diamati adalah berbagai jenis hewan seperti mamalia, aves, reptilia,
pisces dan insekta yang hidup liar maupun yang dipelihara di sekitar wilayah
rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah
masyarakat. Survey yang dilakukan saat ke lokasi meliputi 2 tahap, yaitu: tahap
pertama dengan mengamati langsung ke lapangan dan tahap yang kedua adalah
dengan melakukan wawancara langsung kepada beberapa pegawai perusahaan
dan masyarakat disekitar. Di bawah ini adalah uraian tentang jenis-jenis
tumbuhan dan hewan yang berada disekitar perusahaan tersebut.
1. TUMBUHAN (FLORA)
Beberapa jenis tumbuhan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana
Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah
masyarakat diuraikan pada tabel-tabel berikut:
Pemilihan jenis tanaman di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash
dan bottom ash dapat disesuaikan dengan kemampuan tumbuhan untuk
beradaptasi sesuai dengan lingkungan. Disarankan untuk memperbanyak
tanaman Trambesi dan beberapa tanaman berbuah lain dengan habitus pohon
agar dapat meminimalisir polutan yang berupa debu dan karbon.
2. HEWAN (FAUNA)
Beberapa jenis hewan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana Pembangunan
TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat diuraikan
pada tabel-tabel berikut:
1. Kependudukan
Wilayah studi pada mulanya adalah sebuah wilayah yang dihuni penduduk
etnik lokal Kaili. Seiring dengan perkembangan, kelancaran transportasi dan
tumbuhnya sumber-sumber ekonomi baru di wilayah studi maka suku-suku
lain berdatangan seperti suku Bugis, Mandar, Jawa, dan lainnya kemudian
berinteraksi dengan warga setempat. Masuknya sebagian penduduk dari luar,
sebagian di antaranya telah berbaur satu sama lain melalui hubungan
perkawinan. Suku asli yang mendiami wilayah studi memiliki akar budaya dan
adat istiadat yang cukup tinggi sebagai wujud kearifan masyarakatnya baik
dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam
sekitarnya. Namun, dalam proses perkembangannya tidak lagi diberlakukan
secara ketat sehingga pemberlakuan adat yang berhubungan dengan alam
lingkungan dapat dilakukan hampir tidak dikenali lagi oleh anggota
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendidikan
4. Ekonomi
5. Kesehatan Masyarakat
sarana kesehatan terdekat ataupun jika dalam keadaan darurat dan perlu
penanganan medis lanjut dapat langsung ke RS. yang ada di Kota Palu.
Masyarakat juga apabila ingin berobat bisa langsung ke apotek/toko
obat/warung yang berada di sekitar Kelurahan Lambara. Penyakit yang sering
menyerang masyarakat adalah penyakit umum seperti demam, diare, maag,
gejala asma/ISPA dan beberapa penyakit lain yang penanganannya dapat
langsung ditangani di Poskesdes/Puskesmas.
6. Presepsi Masyarakat
1) Nama : Titin
Umur : 67 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Titin warga Kelurahan Lambara berumur 67 tahun yang
berkerja sebagai IRT mengatakan bahwa Ia tidak setuju
dengan adanya TPS fly ash sebab adanya tempat wisata
pertanian dan juga polusi dari cerobong abu itu dapat
mempengaruhi kesehatan warga, salah satu diantaranya adalah
batuk-batuk.
2) Nama : Rosni
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Saya setuju jika memiliki dampak positif bagi warga dan untuk
saaat ini, kondisi air belum tercemar, ujar Rosni (48 Tahun)
salah satu PNS Kelurahan Lambara.
3) Nama : Ulfia
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Ibu Ulfia warga Kelurahan Lambara yang berusia 46
Tahun, ia tidak setuju dengan adanya pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash di Kelurahan tersebut. alasan utamanya
adalah jika terdapat Limbah dari Perusahan tersebut akan
merusak lahan pertanian nantinya.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-96
4) Nama : Hamsina
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut ibu Hamsina, tidak setuju karena adanya wisata
pertanian yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan wisata
5) Nama : Samsir
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Bapak samsir bekerja sebagai petani, alasannya setuju jika
limbah yang ditimbulkan tidak meresahkan warga.
6) Nama : Sabran
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Samran seorang Petani, beliau beralasan
tidak setuju dengan pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash karena akan mengganggu lingkungan sekitar warga.
7) Nama : Suarman
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Suarman yang berusia 43 tahun warga
kelurahan Lambara, dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sementara setuju akan diadakan akan tetapi
limbah perlu diolah kembali. Jika ada yang menggangu atau
meresahkan warga akan diberhentikan.
8) Nama : Rahmat
Umur : 17 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Rahmat yang bekerja sebagai petani berusia 17 tahun
ia setuju, karena jarak tempat pemukiman warga jauh dengan
TPS fly ash dan bottom ash yang akan di buat
9) Nama : Sardia
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut ibu Sadria seorang Petani yang berusia 40 tahun saat
ini kondisi kesehatan warga masih aman, beliau sangat setuju
jika di adakan TPS fly ash dan bottom ash
10) Nama : Wartin
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut ibu Wartin yang berusia 37 tahun berpendapat dengan
adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dapat
membantu perekonomian warga sekitar
11) Nama : Fuad
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Fuad seorang Petani yang berusia 43 tahun setuju
jika ada pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, alasannya
selama baik untuk masyarakat terutama dalam segi
perekonomian
12) Nama : Edwar
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Edward seorang Petani yang berusia 46 tahun
setuju dengan adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash, karena telah dibentuk Tim kecil di daerah tersebut dalam
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dari
aktivitas penampungan limbah tersebut
13) Nama : Ramli
Umur : 73 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Bapak Ramli seorang Petani yang berusia 73 tahun,
setuju dengan dibangunnya TPS fly ash dan bottom ash
karena dapat membantu kebutuhan warga seperti menjadi
buruh
14) Nama : April
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut April yang berusia 29 tahun, dengan adanya tempat
penyimpanan sementara (TPS) setuju dengan alasan limbah
yang ditimbulkan tidak mengganggu kondisi pertanian warga
15) Nama : Nur Aida
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Melihat dari presepsi masyarakat, beberapa terlihat seperti tidak mengerti mengenai
rencana kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash yang terpatron dari
aktivitas PLTU selama ini, dominan pencemaran udara dari cerobong. Walaupun
begitu, beberapa harapan masyarakat yang menyatakan setuju bertujuan agar
masyarakat di sekitar PLTU tidak terdampak dari abu terbang dengan segera
membangun TPS tersebut. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju, masyarakat
memiliki kekhawatiran dengan kehadiran TPS dapat mencemari lingkungan mereka.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
PETA
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
TIM PENYUSUN