Anda di halaman 1dari 178

DOKUMEN

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN


UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL-UPL)

PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN TEMPAT PENYIMPANAN


SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 FLY ASH DAN BOTTOM ASH KEGIATAN
OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU)

DI KELURAHAN LAMBARA KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU

PEMRAKARSA:

PALU, MARET 2017


i

KATA PENGANTAR
Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL – UPL) rencana usaha dan/atau kegiatan
Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU oleh
PT. Pusaka Jaya Palu Power di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu disusun sebagai salah satu dokumen yang harus dipenuhi oleh
pemrakarsa sehubungan dengan rencana usaha/kegiatan tersebut di atas.

Dokumen ini merupakan pedoman bagi pemrakarsa dalam melakukan


upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap kegiatan
pembangunan TPS tersebut. Dengan dokumen ini, diharapkan pemrakarsa
dapat melaksanakan tahapan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup di lokasi kegiatan dan sekitarnya untuk menekan dampak negatif
sekecil mungkin dan memperbesar dampak positif sebesar mungkin,
sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kerangka penyusunan dokumen ini mengacu dari Peraturan Menteri


Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, dan proses administrasi dan
perizinan di bidang lingkungan hidup mengikuti Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada tim penyusun atas
selesainya dokumen ini. Ucapan yang sama juga disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan dokumen ini.

Palu, Maret 2017


PT. Pusaka Jaya Palu Power

Albert Wu
Direktur

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly


Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
ii

DAFTAR ISI
Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
A. IDENTITAS PEMRAKARSA ............................................................ 1
B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN ..................................... 1
1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan.................................. 1
2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan................................. 1
3. Skala/Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ................... 3
4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan ....... 8
C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP ............................................. 41
D. JUMLAH DAN JENIS IZIN PPLH YANG DIBUTUHKAN................... 62
E. SURAT PERNYATAAN .................................................................... 63
F. DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 64

LAMPIRAN
Lampiran 1. Bukti Formal Surat-surat Perusahaan
Lampiran 2. Rona Awal Lingkungan Hidup
Lampiran 3. Foto-foto
Lampiran 4. Peta-Peta
Lampiran 5. Bukti Hasil Analisis Laboratorium
Lampiran 6. Gambar Detail Perencanaan TPS fly ash dan bottom ash
Lampiran 7. Biodata Tim Penyusun

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly


Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
1

DOKUMEN UKL - UPL:

PEMBANGUNAN/PENGELOLAAN TEMPAT PENYIMPANAN


SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 FLY ASH DAN BOTTOM ASH
KEGIATAN OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
UAP (PLTU) PALU

DI KELURAHAN LAMBARA KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU

PEMRAKARSA: PT. PUSAKA JAYA PALU POWER

A. IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama : Albert Wu
Jabatan : Direktur
Perusahaan : PT. Pusaka Jaya Palu Power
Alamat Kegiatan : Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Alamat Kantor : Jln. Yodo Panau
No. HP : 0451 – 492509

B. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


1. Nama Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly
Ash Dan Bottom Ash Kegiatan Operasional PLTU Palu.

2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Secara adaministratif, lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan berada di
Kelurahan Lambara Kecmatan Tawaeli Kota Palu. Luasan rencana lokasi
sekitar 2,1 Ha, berada relatif jauh dari pemukiman sekitar 1-2 km.
Lingkungan di sekitar lokasi banyak tanaman yang tumbuh didominasi
oleh semak belukar. Kendaraan yang dapat mengakses berupa roda dua
maupun roda ampat, dengan kondisi jalan tidak beraspal. Peta lokasi
ditunjukkan pada Lampiran (4).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
2

Tabel 1: Koordinat lokasi TPS dalam UTM 50S Zone dan decimal

Kode UTM Decimal


Patok X Y X Y
P1 820520,2652 9917878,859 119,87945 -0,74203
P2 820514,7651 9917821,535 119,87941 -0,74255
P3 820473,1994 9917804,076 119,87903 -0,74271
P4 820457,1388 9917776,759 119,87889 -0,74295
P5 820492,4549 9917776,068 119,87921 -0,74296
P6 820529,2109 9917764,087 119,87954 -0,74307
P7 820564,5283 9917765,400 119,87985 -0,74306
P8 820584,1389 9917766,491 119,88003 -0,74305
P9 820602,6306 9917770,022 119,88019 -0,74301
P10 820632,9310 9917767,563 119,88047 -0,74304
P11 820667,1223 9917746,075 119,88077 -0,74323
P12 820687,1694 9917743,511 119,88095 -0,74325
P13 820674,8622 9917829,956 119,88084 -0,74247
P14 820673,1156 9917886,617 119,88083 -0,74196
P15 820643,9254 9917887,526 119,88056 -0,74195
P16 820549,2236 9917880,612 119,87971 -0,74202
P17 820539,0939 9917883,717 119,87962 -0,74199
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017

Tabel 2: Koordinat lokasi TPS dalam derajat menit sekon (DMS)

Kode Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)


Patok D M S D M S
P1 119 52 46,03 0 44 31,31
P2 119 52 45,86 0 44 33,18
P3 119 52 44,52 0 44 33,75
P4 119 52 44,00 0 44 34,63
P5 119 52 45,14 0 44 34,66
P6 119 52 46,33 0 44 35,04
P7 119 52 47,47 0 44 35,00
P8 119 52 48,10 0 44 34,97
P9 119 52 48,70 0 44 34,85
P10 119 52 49,68 0 44 34,93
P11 119 52 50,78 0 44 35,63
P12 119 52 51,43 0 44 35,71
P13 119 52 51,03 0 44 32,90
P14 119 52 50,97 0 44 31,06
P15 119 52 50,03 0 44 31,03
P16 119 52 46,97 0 44 31,25
P17 119 52 46,64 0 44 31,15
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
3

3. Skala Besaran Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Menurut PP. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), kegiatan Penyimpanan Limbah B3 adalah
kegiatan menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil
Limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang
dihasilkannya.

Kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom ash oleh PT.
Pusaka Jaya Palu Power pada prinsipnya untuk menempatkan Limbah
B3 untuk meminimalisasi dampak terhadap media lingkungan, serta
berada jauh dan aman dari permukiman masyarakat sekitar.

Gambar 1: Site lokasi PLTU Palu yang menunjukkan letak Limbah B3 fly ash
dan bottom ash

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
4

Gambar 2: Garis besar rencana kegiatan penyimpanan Limbah B3 fly ash


dan bottom ash pada Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 model waste
impoundment semi landfill dengan lapisan geomembran

Rencana luasan lokasi yang digunakan untuk pembangunan TPS fly


ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power seluas 2,1 Ha.
Fasilitas utama dalam luasan ini yaitu Fasilitas Penyimpanan, yang
terdiri dari 3 unit, yang dilengkapi dengan komponen fasilitas penunjang
lainya, seperti kantor, jalan khusus, drainase, lahan parkir,
gudang/garasi alat berat, tempat pencucian mobil, bak penampungan
sampah, dan ruang terbuka hijau serta taman. Untuk lebih rincinya
mengenai luasan setiap komponen ditunjukkan pada Tabel (3),
kemudian gambar layout rencana lokasi TPS fly ash dan bottom ash
ditunjukkan pada Gambar (1).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
5

Tabel 3: Komponen fasilitas TPS beserta ukuran luasan

No Komponen Fasilitas TPS Luas (m2) Persentase (%)


1 TPS unit 3 2.000 9,33
2 TPS unit 2 3.200 14,93
3 TPS unit 1 3.200 14,93
4 Kantor 220 1,02
5 Pos jaga 1 20 0,09
6 Pos jaga 2 20 0,09
7 Lahan parkir 360 1,68
8 RTH dan taman 8.108,258 37,82
9 Gudang dan parkir alat berat 240 1,12
10 Tempat pencucian mobil 120 0,56
11 Bak penampungan sampah 300 1,40
12 Jalan khusus 2.516,809 11,74
13 Drainase 1.132,051 5,28
Total Luas Lahan 21.437,145 100

Fungsi Komponen Fasilitas TPS

1. Posa Jaga – Tempat mencegah dan mendeteksi penyusup, kegiatan


atau orang masuk secara tidak sah, vandalisme atau penerobosan di
wilayah tempat bertugasnya, melakukan upaya kepatuhan, penegakan
tata tertib, menerapkan kebijakan, peraturan kerja, dan taktik dalam
rangka pencegahan tidak kejahatan, melakukan kontrol atau
pengendalian pengaturan lalulintas (orang, kendaraan dan barangnya)
untuk menjamin perlindungan, serta menangani hal pelanggaran.
2. Jalan khusus - Prasarana transportasi yang meliputi segala bagian
komponen TPS yang digunakan perusahaan untuk kepentingan
sendiri.
3. TPS - Fasilitas tempat penyimpanan sementara (TPS) yang
dikhususkan untuk menampung fly ash dan bottom ash sebelum
dilakukannnya kegiatan pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
6

4. Drainase - Sebagai pengendali air permukaan, mengendalikan erosi


tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada, mengendalikan air
hujan yang berlebihan sehinga tidak terjadi bencana banjir. Drainase
yang dirancang model saluran terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok
untuk drainase air hujan untuk mengatur/mengendalikan aliran dari
alas tutupan fly ash, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan/mengganggu lingkungan.
5. Kantor – Tempat mengurus pekerjaan terkait TPS, pengaturan
administrasi, sumber informasi, memiliki unit perlatan tanggap
darurat untuk TPS misal fire portable.
6. Lahan Parkir – Sarana untuk mengfasilitasi kendaraan karyawan yang
masuk ke dalam lokasi TPS.
7. Tempat pencucian mobil - Sebagai tempat pencucian/pembersihan
kendaraan alat berat, operasional seperti dump truk yang mengangkut
Limbah B3 fly ash dan bottom ash agar tetap terjaga bersih dari abu
terbang yang melengket pada kendaraan, yang telah membawa dan
menyimpan Limbah B3 fly ash dan bottom ash, sekaligus merawat
bagian luar kendaraan.
8. Gudang dan parkir alat berat – Sebagai tempat penyimpanan/parkir,
dan perawatan alat berat yang beroperasi di lokasi TPS
9. Bak penampungan sampah – Sebagai tempat penampungan sampah
domestik (limbah padat non Limbah B3) baik organik maupun non
organik. Setiap berkala dilakukan pembakaran langsung terhadap
sampah yang telah tertumpuk dalam bak.
10. RTH dan taman - Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun
yang sengaja ditanam. jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai
filter agar abu/debu agar tidak terbang secara langsung/menghalangi
keluar dan/atau berdampak kepada lingkungan sekitar.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
7

Fasilitas penyimpanan dibuat dengan model waste impoundment semi


landfill dengan lapisan geomembran, sesuai dengan PP. 101 tahun 2014
pasal 15 ayat 1 dan 3. Model ini dipilih untuk mengamankan letak fly
ash dan bottom ash agar tidak berinteraksi dengan angin dan hujan,
yang dapat menerbangkan abu tersebut serta menghasilkan lindi pada
saat penyimpanan.

Berdasarkan hasil pengukuran, letak eksisting Limbah B3 tersebut


berada pada area seluas 12.395 m2 dengan rata-rata ketinggian 5 m.
Sehingga dapat disimpulkan total volume yang hendak dipindahkan ke
TPS sebesar ± 61.975 m3 = 62.000 m3. Kemudian, berdasarkan informasi
dari pemrakarsa laju produksi fly ash dan bottom ash mencapai 70
ton/hari. Sebelum dilakukaan pemanfaatan dan penimbunan fly ash
dan bottom ash dari kegiatan penyimpanan, maka perlu diperhitungkan
berapa lama daya tampung TPS yang digunakan (selain untuk limbah
yang telah tertumpuk/ada), jika dibutuhkan selama waktu 1 tahun =
365 hari untuk menunggu fasilitas tersebut, maka fly ash dan bottom
ash akan terproduksi sebesar 25.550 m3.

Jadi, perlu dirancang TPS yang mampu menampung jumlah volume


sebesar 63.000 m3 + 25.550 m3 = 87.550 m3 dengan waktu tunggu 1
tahun. Sehingga, fasilitas penyimpanan dirancang dengan 3 unit. Unit 1
dan 2 dapat menampung fly ash dan bottom ash dengan volume 35.024
m3 + 35.024 m3 = 70.048 m3, sedangkan unit 3 memiliki kapasitas
20.840 m3. Jadi, total tampungan fasilitas penyimpanan tersebut
sebesar 90.888 m3. Desain detail fasilitas penyimpanan dapat dilihat
pada Lampiran (6).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
8

4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


a) Kesesuaian Lokasi Rencana Kegiatan dengan Tata Ruang
Berdasarkan surat Keterangan Rencana Kota (KRK) dari Dinas
Penataan Ruang dan Perumahan Kota Palu Nomor: 650/131/X/TR-
04/DPRP/2016 dan Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Palu
2030 (Lampiran 1) oleh Pemerintah Kota Palu melalui Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
(BAPPEDA dan PM) disampaikan bahwa lokasi yang dimaksud
sebagai tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
merupakan Kawasan Peruntukkan Lainnya.

b) Penjelasan Mengenai Persetujuan Prinsip Rencana Kegiatan


Dukungan secara prinsip untuk melaksanakan kegiatan
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, hanya terdapat dalam
berita acara KRK di atas Nomor: 650/134/XI/TR/DPRP/2016, dari
berabagai pihak yaitu:

No Nama Jabatan/Institusi Tanggapan


1 Ir. Hi. Kadis. Dinas a) Sebaiknya proses pembebasan
Rahmat H.S. Penataan Ruang sebagaian lahan dipercepat sehingga
Kawaroe, dan Perumahan proses adminstrasi dapat
M.Si., M.M. (DPRP) Kota Palu berlangsung cepat pula
b) Mempertimbangkan dampak
pembuangan limbah terhadap
lingkungan sekitar yang akan
berpengaruh dimasa ayang akan
datang

2 Ir. Uhud P. Kabid. Penataan a) Segera membuat kajian


Mangkona, Ruang DPRP Kota lingkungannya agar mempercepat
M.T. Palu proses penyelesaian izin lingkungan
b) Segera memproses penyelesaian izin
lokasi/surat keputusan penetapan
lokasi oleh Walikota Palu

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
9

c) Membuat laporan ambang batas


terhadap pencemaran lingkungan
sekitar secara berkala
d) Memanfaatkan hasil limbah untuk
pembuatan konsentrate semen,
paving blok, batako, dll

3 Zulkifli, Camat Tawaeli a) Segera menyelesaikan proses


S.Sos., pembebasan lokasi agar tidak
M.Sos. menimbulkan keributan masyarakat
b) Membuat pagar batas untuk
keseluruhan lokasi
c) menanm pohon di sekeliling
lokasi/melakukan penghijauan
untuk pemenuhan RTH
d) membuat akses jalan menuju lokasi
pembuangan limbah

4 A. Arwien, Kabid. Ekbang a) Memastikan bahwa lokasi lahan


S.T., M.T. Bappeda Kota yang akan digunakan masuk dalam
Palu wilayah Kota Palu dikarenakan
berbatasan dengan Kabupaten
Donggala
b) Memproses izin lingungan (Amdal)
untuk keseluruhan lokasi, hal ini
untuk memudahkan izin untuk
keseluruhan lokasi

5 Hasniwati Kabid. a) Lokasi merupakan kawasan


Peternakan, Dinas peternakan dapat dialihkan ke arah
Pertanian, utara yang merupakan alternatif
Kehutanan, lokasi peternakan lainnya
Perkebunan, dan b) Lokasi merupakan lahan milik
Kelautan Kota masyarakat bukan lahan milik
Palu negara, sehingga kawasan
peternakan tersebut dapat dialihkan
ke lokasi lainnya

6 Irfan, S.T., Kasi. Perencanaan a) Membuat surat pernyataan


M.Si. Ruang DPRP mengenai batas-batas wilayah
dengan pihak setempat

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
10

c) Uraian Mengenai Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat


Menimbulkan Dampak Lingkungan
1) Tahap Prakonstruksi
Sosialisasi Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS
Sosialisasi rencana pembangunan/pengelolaan TPS fly ash dan
bottom ash dilakukan melalui beberapa cara sosialisasi, secara
formal dan wawancara terarah dengan masyarakat sekitar dan
pejabat di Kelurahan Lambara. Sosialisasi dilakukan selama 4
kali, 2 kali dilakukan oleh pemerintah kelurahan dengan
masyarakat dan 2 kali dilakukan oleh tim survey dari
perusahaan. Adapun hasil dari sosialisasi tersebut dirangkum
dalam sub bab rona lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat.

Selain melalui sosialisasi tersebut, pengumuman mengenai


pelaksanaan proyek dilakukan dengan pemasangan papan
pengumuman di sekitar lokasi rencana pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash.

Walaupun sosialisasi rencana rencana pembangunan TPS fly


ash dan bottom ash secara formal, namun PT. Pusaka Jaya
Palu Power secara rutin melakukan komunikasi dengan
pemangku kepentingan untuk memperoleh masukan dan
tanggapan masyarakat.

Kemungkinan dampak yang timbul yaitu keresahan


masyarakat jika sekiranya keberadaan TPS fly ash dan bottom
ash tersebut akan mengganggu aktivitas dan mencemari
lingkungan mereka.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
11

Pembebasan/Pengadaan Lahan
Syarat utama pembuatan Fasilitas Penyimpanan/TPS Limbah
B3 yaitu perusahaan wajib menguasai suatu lahan yang
hendak dijadikan TPS. Selain itu kegiatan ini dilakukan dalam
rangka mengantisipasi adanya klaim dari masyarakat
mengenai kepemilikan lahan.

Lahan rencana lokasi kegiatan pembangunan TPS fly ash dan


bottom ash adalah lahan milik masyarakat yang telah
dibebaskan. Rencana pembangunan TPS tersebut beserta
fasilitas penunjangnya berada dalam luasan ± 2,1 Ha ex-lahan
milik Pak Lisman. Peta lokasi bidang lahan ditunjukkan pada
Lampiran (4).

Prosedur pengadaan lahan dilakukan berdasarkan antara


kesepakatan masyarakat dengan PT. Pusaka Jaya Palu Power
yang disaksikan oleh Pemerintah Kelurahan Lambara dan
Kecamatan Tawaeli. Bukti kepemilikan lahan dapat dilihat
pada Lampiran (1).

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan


dari pemilik lahan jika ganti rugi/pembelian lahan yang
diberikan kepadanya tidak sesuai dengan yang diinginkannya
atau tidka sesuai dengan harga yang berlaku.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
12

Survei dan Pengukuran


Survei lapangan terdiri dari kegiatan pengukuran dan
pemetaan lokasi pembangunan TPS. Tujuan dan lingkup
survey ini ialah mengumpulkan data-data teknis dan
lingkungan yang akan digunakan dalam analisis tahap
perencanaan proyek. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah alat
ukur dan tenaga kerja (tenaga ahli dan tenaga kerja
kasar/lapangan).

Kemungkinan dampak yang akan timbul dari kegiatan


survey dan pengukuran di lokasi adalah keresahan dan
persepsi warga sekitar yang tidak memahami tentang tujuan
kegiatan tim survei.

Desain Rencana Pembangunan TPS


Kegiatan ini meliputi penyusunan desain teknis pembangunan
TPS yang disesuaikan dengan kondisi fisik wilayah. Pekerjaan
ini merupakan pekerjaan lapangan dan studio. Luas lahan
yang akan digunakan sebagai lokasi TPS secara keseluruhan
adalah seluas ± 2,1 Ha. Dalam hal ini akan disunan desain
teknis, site plan, pemilihan lokasi fasilitas penyimpanan dan
jalur jalan yang digunakan.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan


masyarakat jika sekiranya hasil desain lokasi TPS tersebut
mengganggu aktivitas mereka dan keresahan pengguna jalan
sehubungan dengan letak lokasi TPS yang relatif dekat dengan
jalan raya dan permukiman.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
13

Pemasangan Batas/Pondasi/Pagar dan Papan Proyek


Setelah kegiatan tersebut di atas selesai dilakukan, maka
kegiatan selanjutnya adalah pemasangan batas kawasan
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash. Batas-batas
tersebut berupa pemagaran dengan tembok/pondasi beton di
sekeliling lokasi. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan
lainnya mengetahui jenis kegiatan dan batas kempilikan lahan,
juga dipasang papan proyek sebagai identitas kegiatan.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan


dari pemilik lahan lainnya yang ada di sekitarnya jika
pemasangan batas lahan tidak sesuai dengan batas
kepemilikan lahan lokasi TPS fly ash dan bottom ash.

2) Tahap Konstruksi
Rekruitmen Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan selama kegiatan konstruksi
membutuhkan berbagai jenis pekerjaan/keterampilan seperti
mandor, tukang batu, tukang kayu, tukang besi, tukang cat,
mekanik, listrik, operator alat berat dan genset, serta sopir, di
samping itu akan dipekerjakan juga tenaga untuk staf
(perencana dan pengawas) dan tenaga keamanan (security).

Jumlah kebutuhan tenaga kerja pada tahap konstruksi


mencapai 125 orang dengan pendidikan minimum seperti yang
disajikan pada Tabel (4). Pada tabel tersebut, selain pendidikan
minimum juga dibutuhkan keterampilan akan pekerjaan itu
kecuali buruh kasar/helper. Distribusi tenaga kerja yang
digunakan disesuaikan dengan jenis kegiatan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
14

Tabel 4: Rencana jumlah kebutuhan tenaga kerja konstruksi yang


dibutuhkan

No Pekerja Jumlah Pend. Minimum


1 Site Manager 2 D3
2 Mandor 5 D3
3 Pengawas 3 D3
4 Juru Ukur 3 D3
5 Kepala Tukang Batu 1 SMK/SMU
6 Kepala Tukang Kayu 1 SMK/SMU
7 Kepala Tukang Besi 1 SMK/SMU
8 Kepala Tukang Pipa 1 SMK/SMU
9 Tukang Batu 10 SMP
10 Tukang Kayu 5 SMP
11 Tukang Besi 5 SMP
12 Tukang Pipa 3 SMP
13 Juru Las 4 SMK/SMU
14 Operator Alat Berat 10 SMK
15 Mekanik 10 D3
16 Elektrik 10 D3
17 Buruk Kasar/Helper 40 SD
18 Sopir 5 SD
19 Keamanan 3 SD
20 Staf Perencana 3 S1
Total 125

Tenaga kerja yang diperkerjakan akan diprioritaskan kepada


penduduk sekitar lokasi rencana pembangunan TPS dengan
persyaratan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan
keterampilan yang dimiliki. Rekruitmen tenaga kerja dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan
pekerjaan.

Asal tenaga kerja diutamakan sekitar lokasi kegiatan dan


tenaga kerja yang karena spesialisasi dan keahliannya akan di
datangkan dari luar lokasi kegiatan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
15

Jumlah pekerja yang terlibat ini hanya berdasarkan estimasi


dari sudut pandang Konsultan Perencana. Pada tataran
pelaksanaan, jumlah pekerja yang dilibatkan kemungkinan
akan berubah. Waktu bekerja adalah 8 jam/hari, 6
hari/minggu.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan


masyarakat jika sekiranya rekrutmen tenaga kerja tidak atau
kurang memperhatikan masyarakat setempat. Namun
demikian, hal ini akan memberikan kesempatan kerja dan
berusaha bagi warga di sekitar dalam kurun waktu yang relatif
lama di sekitar lokasi.

Penyediaan Sarana Jalan Menuju Lokasi TPS


Berdasarkan survey lapangan dimana akses jalan menuju TPS
akan melewati 2 alternatif jalan, yaitu melewati sungai melalui
Jln. Trans Palu-Parigi dan Jln. Trans Palu-Lorong Anja. Pada
Jln. Trans Palu-Parigi meupakan jalan nasional yang
menghubungkan antar kota maupun provinsi, sedangkan Jln.
Trans Palu-Lorong Anja merupakan jalan nasional kemudian
masuk kedalam jalan desa/lorong di Kelurahan Lambara
menuju TPS. Pada umumnya arus lalulintas untuk kedua
jalan nasional tersebut didomonasi oleh mobil penumpang,
kendaraan berat dan motor. Sedangkan untuk jalan menuju
TPS melalui jalan kolektor didominasi oleh motor, hal ini bisa
dilihat pada hasil survey lalu lintas beikut ini.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
16

Tabel 5: Data eksisting jalan

Lebar Lebar bahu


Lokasi Keterangan
perkerasan jalan
Jln. Trans Palu-Parigi 6,10 m 1,8 m Jalan Nasional
Jln. Trans Palu-Lorong
5.25 m 1.5 m Jalan Nasional
Anja
Sumber: Hasil survey lapangan, 2017

Berdasarkan hasil survey bahwa kedua jalan tersebut


menggunakan perkerasan beraspal dan berdasarkan fungsi
jalan keduanya merupakan jalan arteri utama yang
menghubungkan wilayah Barat dan Timur Provinsi Sulteng.

Perencanaan TPS ini nantinya akan dilewati truk dengan


kapasitas angkut sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans
Palu-Parigi kemudian melewati Sungai Tawaeli tanpa
perkerasan dengan sedikit timbunan (Lampiran 4). Selain itu,
alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans Palu-
Lorong Anja berupa jalan timbunan kerikil sehingga dapat
berdampak polusi berupa debu dan kebisingan di daerah
pemukiman masyarakat. Sehingga alternatif kedua ini
kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan
adanya presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus
lalulintas menuju TPS. Sehingga keputusan rute jalur yang
digunakan menuju lokasi TPS fly ash dan bottom ash melalui
Jalan Trans Sulawesi (Kebun Kopi) Jalur Palu-Parigi sepanjang
± 2370 m, kemudian memotong Sungai Tawaeli sepanjang ±
214 m, kemudian memasuki rencana rute jalan yang akan
dibuka/digunakan sepanjang ± 1120 m.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
17

Tabel 6: Keterangan panjang, lebar, luas lahan untuk rencana jalan

Pemilik L P Penambahan Luas (m²)

Arifudin 0 14,8 9 133,2

Mardan 0 54 9 486

Sirman 0 66 9 594

Maswa 0 41,2 9 370,8

Tamsir 3,4 38 5,6 212,8

Suandi 0 64,21 9 577,89

Miral 4,1 173,8 4,9 851,62

4,9 292,3 4,1 1198,43


Gasli

0 119,11 9 1071,99

Mahyudin 0 66 9 594

Tasran 2,9 78,9 6,1 481,29

Najlir 0 32 9 288
Total 6860,02

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
18

Selain itu, persoalan lahan juga ditemui pada saat penyusunan


rencana rute jalur mobilisasi kegiatan, dimana rencana
tersebut melewati lahan-lahan milik masyarakat lainnya yang
harus dibebaskan. Lahan yang hendak dibebaskan untuk
rencana jalan dimulai dari Sungai Tawaeli hingga lokasi TPS
dengan panjang ±1120 m (Lampiran 4).

Rencana pelebaran jalan yang dilakukan selebar 9 m, akan


tetapi ada beberapa yang hanya dilebarkan sekitar 5 m. Lahan-
lahan tersebut milik Pak Arifudin, Pak Mardan, Pak Sirman,
Pak Maswa, Pak Tamsir, Pak Suandi, Pak Miral, Pak Gasli, Pak
Mahyudin, Pak Tasran, dan Pak Najlir. Peta rute jalan yang
melewati lahan milik masyarakat ditunjukkan pada Lampiran
(4).

Berdasarkan hasil survey pemetaan dan perhitungan (Tabel 6)


mengenai rekomendasi penambahan jalan maka luas total
lahan yang mesti dibebaskan yaitu ± 6860 m2.

Prosedur pengadaan lahan dilakukan berdasarkan antara


kesepakatan masyarakat dengan PT. Pusaka Jaya Palu Power
yang disaksikan oleh Pemerintah Kelurahan Lambara dan
Kecamatan Tawaeli. Bukti kepemilikan lahan dapat dilihat
pada Lampiran (1).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
19

Gambar 3: Salah satu gambar rencana pelebaran jalan setelah melewati


Sungai Tawaeli menuju lokasi TPS

Kemungkinan dampak yang timbul dari kegiatan penyediaan


saran/pembukaan jalan yaitu keresahan masyarakat yang
lahannya masuk dalam rencana rute jalan jika ganti
rugi/pembelian lahan yang diberikan kepada pemilik lahan
tidak sesuai dengan yang diinginkannya atau tidak sesuai
dengan harga yang berlaku.

Selain itu, karena rencana rute melewati badan Sungai Taweli


sehingga dampak yang mungkin akan timbul yaitu perubahan
morfologi (bentang alam) sungai tersebut.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
20

Selanjutnya, kegiatan pembukaan jalan ini akan dilakukan


secara bertahap dimulai dengan konstruksi hingga
pemeliharaan yang akan mengoperasikan alat berat dan
sejumlah tenaga kerja. Sehingga, kemungkinan dampak yang
juga akan timbul yaitu berkurangnya vegetasi dan/atau
gangguan fauna setempat, penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan.

Mobilisasi Peralatan dan Bahan Material


Kegiatan pengangkutan peralatan/bahan dan material untuk
pembangunan TPS dan fasilitas fasilitas penunjangnya, akan
menggunakan jasa angkutan darat. Jalur yang digunakan Jln.
Trans Palu-Parigi, memotong badan Sungai Tawaeli, dan jalan
khusus yang dibuka (Rute jalur dapat dilihat pada Lampiran
4). Kendaraan yang melewati jalur tersebut tujuan Palu-Parigi,
dan ke lokasi kebun masyarakat sekitar. Pada jalur tersebut
akan dimobilisasi sejumlah peratalan yang akan digunakan
untuk pekerjaan konstruksi, seperti yang tertera dalam Tabel
(7).

Jenis-jenis peralatan yang akan digunakan didatangkan secara


khusus baik oleh pemrakrsa maupun oleh kontraktor seperti
yang tertera pada Tabel (7). Kemudian, bahan material yang
dibutuhkan untuk pembangunan TPS fly ash dan bottom ash
seperti: besi, plat baja, pipa, batu kali, batu bata, tripleks,
semen, pasir, kayu, beton mix, sirtu, tanah timbun dan
sebagainya. Adapun jenis jumlah material yang akan
dimobilisasi disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
rencana kegiatan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
21

Tabel 7: Jenis, jumlah, dan kegunaan peralatan untuk tahap persiapan

No Jenis Peralatan Jumlah Kegunaan


1. Buldozer 2 Penggalian dan penimbunan
2. Excavator 3 Penggalian dan penimbunan
3. Stoom walls 2 Pemadatan tanah
4. Stamper 3 Pemadatan tanah
5. Dump truck 5 Pengangkutan material
Pengangkutan bahan dan
6. Truk biasa 5
material
Pengangkutan air dan
7. Truk tangki air 2
penyiraman
8. Truk tangki solar 2 Pengangkutan BBM solar
9. Truk tronton 1 Pengangkutan alat berat
10. Peralatan tukang kayu 10 set Pembuatan direksi keet
11 Alat ukur khusus 4 set Pengukuran
Pekerjaan pondasi, pasangan
12 Peralatan tukang batu 50 set
batu dan saluran
Pekerjaan kayu kuzen dan
13 Peralatan tukang kayu 50 set
rangka
14 Peralatan tukang besi 5 set Pekerjaan pengelasan
15 Peralatan tukang listrik 5 set Pemasangan instalasi listrik
Pemasangan instalasi
16 Peralatan tukang pipa 5 set
air/pelambing
Pengangkutan bahan dan
17 Mobil pick up 5
material
18 Alat ukur khusus 4 set Pengukuran
19 Service crane 3 Pengangkat barang berat
Sesuai
20 Stager/perancah kebutuha Pengecoran lantai 2
n
21 Mesin molen beton 5 Pengaduk campuran beton
22 Vibrator 5 Pemadatan tanah
23 Alat ukur khusus 2 set Pengukuran
24 Genset listrik 2 Penerangan dan pengelasan

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
22

Semua bahan/material di datangkan baik dari dalam maupun


di luar Kota Palu, kecuali tanah timbunan. Tanah timbunan
diperoleh di sekitar lokasi dengan sistem cut and fill. Pasir dan
batu kali diperoleh dari beberapa perusahaan di sekitar lokasi
yang sudah memiliki izin usaha tambang.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan


kualitas udara berupa meningkatnya polutan debu dan gas-gas
buangan serta peningkatan kebisingan dari kendaraan alat
berat. Dampak lainnya adalah kemungkinan terjadinya
gangguan lalulintas dan kerusakan segmen jalan yang dilalui
oleh kendaraan alat berat.

Pembangunan Basecamp
Basecamp yang dibangun diperuntukkan bagi para pekerja
yang memiliki tempat tinggal relatif jauh dari lokasi proyek.
Pembangunan basecamp diharapkan mampu mengefisienkan
dan memperlancar kegiatan pembangunan TPS. Besecamp ini
juga difungsikan bagi para pekerja yang tidak langsung seperti
perencana dan pengawas serta gudang peralatan. Basecamp
berukuran 20 m x 15 m dengan bangunan semi permanen dan
dilengkapi dengan fasilitas MCK dan mushallah sedang.
Basecamp ini tidak berfungsi sebagai tempat tinggal tetap,
melainkan hanya berfungsi sebagai tempat istirahat bagi para
pekerja.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
23

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah keresahan


dari warga sekitarnya jika sekiranya para tenaga kerja yang
menempati basecamp, terutama bagi yang berasal dari luar
Kelurahan Lambara/di sekitar lokasi, membawa kebiasaannya
yang tidak sesuai dengan norma-norma masyarakat yang
berlaku di kelurahan/di sekitar lokasi tersebut. Dampak
negatif lainnya adalah meningkatnya limbah domestik di
sekitar lokasi tersebut. Namun kemungkinan munculnya
dampak positif juga akan terjadi. Paling tidak, keberadaan
mereka yang membutuhkan kebutuhan hidup sehari-hari akan
menguntungkan kios-kios/warung yang ada di Kelurahan
Lambara/di sekitar lokasi tersebut dan hal ini bisa
menumbuhkan perekonomian lokal.

Pematangan Lahan
Kegiatan ini meliputi land clearing, perataan/penimbunan, dan
kembali. Pematangan lahan dilakukan dalam kaitan meratakan
permukaan tanah terutama pada pembangunan fasilitas TPS.
Kegiatan utama adalah land clearing dan cut and fill pada
lahan seluas ± 2,1 Ha. Kegiatan land clearing dilakukan pada
lokasi TPS dan fasilitas pendukung karena didominasi oleh
semak belukar dan beberapa pepohonan. Volume cutting
diprakirakan mencapai 50.400 m3 (hasil perhitungan konsultan
perencana, 2017). Kegiatan filling dilakukan setelah dinding
penahan telah dibangun untuk kemudian tanah timbunan
dihampar pada lokasi tersebut untuk kemudian dipadatkan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
24

Prinsip pemadatan adalah tanah yang tidak padat menjadi


padat. Alat yang digunakan untuk pemadatan antara lain roller
whell atau drum whell. Alat tersebut dijalankan pada tanah
dalam beberapa lintasan. Peralatan tersebut melintas beberapa
kali hingga tanah dinyatakan padat sehingga mampu menahan
beban diatasnya.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi


kecelakaan kerja, hilangnya vegetasi setempat dan gangguan
terhadap fauna, meningkatnya aliran permukaan, perubahan
bentang alam lokasi, serta rentan terhadp erosi.

Pembangunan Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 fly ash


dan bottom ash
Model Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 fly ash dan bottom
ash dibuat berdasarkan PP. 101 Tahun 2014 konsep waste
impoundment (pengurung limbah). Model ini dirancang dengan
konsep semi landfill mengggunakan lapisan alas dan penutup
geomembran. Dalam pembangunan ini digunakan sejumlah
alat berat seperti yang tertera pada Tabel (7).

Model dibuat seperti bak terbuka dengan dinding dibuat


berteras-teras. Dimensi rancangan fasilitas penyimpanan dapat
dilihat pada Lampiran (6). Fasilitas Penyimpanan tersebut
terdiri atas tiga uni, unit 1 menampung fly ash dan bottom ash
35.024 m3, unit 2 menampung fly ash dan bottom ash 35.024
m3, dan unit 3 menampung fly ash dan bottom ash 20.840 m3.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
25

Kemudian, geomembran yang digunakan diperuntukkan


sebagai bahan tahan air, tekanan alat berat, tahan terhadap
korosi, minyak, asam dan panas tinggi. Sehingga alas dari
geomembran akan dapat menahan infiltrasi jika terdapat
kebocoran dari lapisan penutup (akan dibuat pada tahap
operasi).

Geomembran yang akan digunakan tipe HDPE (high density


polyethlene) dengan ukuran ketebalan 1,5-2 mm. Lebar
standar geomembran adalah 7 m. Sedangkan panjangnya
menyesuaikan dengan ketebalan geomembran itu sendiri.
Sebagai contoh misalnya geomembran tebal 1.5 mm, maka
ukuran dalam rollnya adalah 7m x 184m.

Ukuran tersebut tidak memenuhi dimensi fasilitas


penyimpanan (Lampiran 6), sehingga untuk memenuhi ukuran
luasan fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom ash, segmen-
segmen geomembran tersebut kemudian disambung.

Prinsip dasar penyambungan geomembran HDPE adalah


pemanasan dan cooling time (by melting or softening) dari 2
bagian yang disambung dengan diberikan tekanan agar kedua
bagian tersebut menyatu/bersenyawa. Kadangkala
peyambungan geomembran diperlukan penambahan HDPE rod
agar benar-benar menyatu.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
26

Kemudian, drainase ditempatkan pada sisi-sisi fasilitas


penyimpanan dengan lebar 1-1,5 m dan panjang saluran 80 m.
Drainase yang dirancang model saluran terbuka, yaitu saluran
yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang akan
mengatur/mengendalikan aliran dari alas tutupan fly ash.

Gambar 4: Tahapan pembuatan fasilitas penyimpanan fly ash dan bottom


ash waste impoundment (urutan dari atas ke bawah)

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi


terjadinya kecelakaan kerja, penurunan kualitas udara dan
peningkatan kebisingan dari kegiatan oeprasional alat berat,
serta rentan terjadi longsor lokal dan kecil jika tebing waste
impoundment tidak segara menempatkan fly ash dan bottom
ash sebagai penyangga tebing.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
27

Pembangunan/Pengadaan Fasilitas Penunjang


 Pengadaan Sumber Air
Pengadaan air bersih untuk mendukung proses
pembangunan/pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash
bersumber dari PDAM Palu melalui jaringan pipa dan air
tanah (sumur bor) yang ditarik dengan mesin. Peruntukkan
penggunaan air untuk kegiatan operasional di lokasi TPS
digunakan untuk air minum, MCK, penyiraman tanaman,
dan pencucian mobil pengangkut Limbah B3 fly ash dan
bottom ash.

Hirarki kebutuhan minimal air; diasumsikan anggota


karyawan berjumlah yaitu 30 orang. Kemudian, kebutuhan
paling utama ialah jangka pendek air minum diperkirakan
4 liter/org/hari, untuk wudhu 30 liter/org/hari, MCK 70
liter/org/hari.

Untuk menghitung total kebutuhan air yang dibutuhkan


menggunakan persamaan: “Jumlah air yang dibutuhkan =
jumlah pemakai x kebutuhan air”. Hasil perhitungan
estimasi/perkiraan jumlah kebutuhan air bersih dapat
dilihat pada Tabel (3).

Tabel 3: Estimasi kebutuhan air bersih perorangan

Jumlah Pemakaian Air Bersih


Jumlah
Air minum Wudhu MCK Total
Pemakai
(4 ltr/org/hr) (30 ltr/org/hr) (70 ltr/org/hr) (ltr/hr)
30 orang 120 900 2.100 3.120

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
28

Kemudian, wadah yang digunakan untuk penyiraman


tanaman yaitu ember dengan ukuran tinggi 50 cm dan jari-
jari 10 cm, memiliki kapasitas tampungan 15 liter. Rata-
rata penggunaan air untuk penyiraman tanaman
digunakan 10 ember, jadi total air yang dibutuhkan 150
liter/hari. Kemudian, rata-rata penggunaan air yang
digunakan untuk pencucian 1 mobil dapat mencapai 300
liter, dengan rencana mobil drump truk 4 mobil, maka
total air yang dibutuhkan untuk cuci mobil 1.200
liter/hari.

Jadi, berdasarkan hasil estimasi total keseluruhan


kebutuhan air 3.120 + 150 + 1.200 = 4.470 liter/hari.
Semua asumsi dari hasil pemakaian air bersih terkecuali
untuk air minum akan menjadi limbah domestik/cair. Jadi
, untuk menghitung banyak jumlah limbah domestik/cair
yang dihasilkan = kebutuhan air total – kebutuhan air
minum, dalam hal ini menggunakan data pada Tabel 3.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah


keresahan masyarakat karena merasa beban sumber air
semakin besar yang dapat menyebabkan penurunan debit
air PDAM yang diperuntukan bagi masyarakat, serta
kemungkinan terganggunya sumur bor lainnya yang ada di
sekitar lokasi.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
29

 Pengadaan Sumber dan Jaringan Listrik


Pengadaan jaringan energi listrik bersumber dari PLN.
Untuk mengantisipasi energi listrik dari PLN yang terbatas
dan sering terganggu maka pihak pengelola juga berusaha
sendiri dengan mengadakan mesin genset sebagai sumber
listrik alternatif dan/atau langsung memasang instalasi
langsung dari PLTU selama kegiatan pembangunan dan
operasional TPS fly ash dan bottom ash.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi


kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan keresahan
masyarakat sekitar. Keresahan ini terutama timbul karena
adanya tambahan beban bagi PLN yang bisa mengganggu
kesinambungan suplai energi listrik dari PLN, yang akan
merugikan masyarakat sekitar.

 Jalan Khusus dan Drainase


Sarana jalan khusus yang dibangun dalam lokasi TPS
digunakan sebagai penghubung kendaraan yang
berkepentingan, terkait dengan kegiatan
pengelolaan/pengoperasian TPS.

Rancangan jalan ini ditunjukkan pada Lampiran (6), yang


didesain agar mengakses selurah area yang ada di dalam
lokasi TPS. Rancangan desain jalan memiliki panjang 6
meter yang dilewati oleh truk dan alat berat, serta drainase
jalan dengan lebar 1 m untuk mengsalurkan aliran
permukaan. Detail drainase dapat dilihat pada Lampiran
(6).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
30

Kegunaan dari pembuatan jariangan drainase di dalam


lokasi TPS sebagai pengendali air permukaan,
mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan
yang ada, mengendalikan air hujan yang berlebihan
sehinga tidak terjadi bencana banjir. Desain saluran
drainase akan dibuat dengan cermat sehingga mampu
menampung debit puncak dengan kala ulang 25 tahunan.

Tabel (4): Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang

Durasi Periode ulang (tahun)


(menit) 2 5 10 25
5 271,42 371,15 437,18 520,61
10 170,99 233,81 275,41 327,96
15 130,49 178,43 210,17 250,28
20 107,71 147,29 173,50 206,60
45 62,73 85,78 101,04 120,32
60 51,78 70,81 83,41 99,32
120 32,62 44,61 52,54 62,57
180 24,90 34,04 40,10 47,75
240 20,55 28,10 33,10 39,42
300 17,71 24,22 28,53 33,97
Sumber: Laporan studi kelayakan, 2017

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi


kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan debu
semasa konstruksi, namun kegiatan transportasi dan aliran
air permukaan akan lancar dan teratur.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
31

 Kantor
Pembangunan unit kantor di lokasi TPS bertujuan untuk
mengurus pekerjaan pengaturan administrasi, informasi,
dan manajamen, serta pengarsipan mengenai log book
Limbah B3 fly ash dan bottom ash. Kantor ini juga
dilengkapi dengan unit perlengkapan tanggap darurat
kebakaran dan K3, selain terdapat ruang tamu, ruang kerja
karyawan dan kamar mandi/WC.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi


kecalakaan kerja, peningkatan kebisingan dan debu
semasa konstruksi, dan timbulnya limbah padat/cair dari
aktivitas di kantor, namun dengan adanya kantor maka
urusan yang terkait dengan administrasi dan manajemen
dapat dilaksanakan.

 Gudang/Parkir Alat Berat dan Tempat Pencucian Mobil


Pembangunan gudang/parkir alat berat berfungsi untuk
tempat penyimpanan perlengkapan dan perawatan atau
parkir alat berat, agar alat berat yang telah beroperasi
memiliki tempat parkir yang tidak mengganggu transportasi
dalam lingkungan TPS. Selain alat berat yang parkir,
kendaraan truk juga dapat menempati tempat tersebut.
Dimensi gudang/parkir alat berat tersebut yaitu 20 m x 12
m, desainnya dapat dilihat pada Lampiran (6).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
32

Kemudian tempat pencucian mobil kendaraan operasional


TPS, berfungsi untuk mencuci/membersihkan abu terbang
(fly ash) yang masih terdapat di kendaraan pengangkut
sebelum keluar area TPS agar tidak mencemari udara dan
kesehatan masyarakat. Konsep tempat pencucian yang
digunakan dengan menyambungkan selang-selang air
hingga sampai ke tempat mobil yang hendak dicuci.
Selanjutnya air yang merupakan sisa hasil pencucian
langsung disalurkan melalui drainase.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah


peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, serta
terganggunya kuantitas sumber air. namun dapat
meminimalkan potensi pencemaran udara dan kesehatan
masyarakat secara tidak langsung.

 Lahan Parkir, RTH, dan Taman


Lahan parkir didesain dengan dimensi 30 m x 12 m untuk
kendaraan karyawan dan tamu seperti sepeda motor dan
mobil. Tujuan penyediaan lahan parkir yaitu untuk menata
kendaraan yang ditempatkan pada satu titik.

Sedangkan RTH dan taman dibuat memanjang/jalur


dan/atau mengelompok mengelilingi lahan TPS, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
33

Jalur hijau (green belt) ini juga berfungsi sebagai filter agar
abu/debu dari kegiatan operasional tidak terbang secara
langsung/menghalangi keluar dan/atau berdampak kepada
lingkungan sekitar.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah


peningkatan kebisingan dan debu semasa konstruksi, serta
terganggunya kuantitas sumber air. namun dapat
meminimalkan potensi pencemaran udara dan kesehatan
masyarakat secara tidak langsung.

 Bak Sampah (Limbah Padat)


Sebagai tempat penampungan sampah domestik (limbah
padat non Limbah B3) baik organik maupun non organik.
Setiap berkala dilakukan pembakaran langsung terhadap
sampah yang telah tertumpuk dalam bak.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah


timbulnya gangguan penyakit yang dibawa oleh lalat-lalat
yang hinggap di bak sampah jika sampah tertumpuk, dan
tidak langsung dibakar. Dampak turunannya adalah
gangguan kesehatan dan keresahan dari masyarakat
sekitar.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
34

3) Tahap Operasi
Demobilisasi Peralatan dan Bahan Material
Dengan berakhirnya kegiatan pembangunan/konstruksiTPS fly
ash dan bottom ass beserta berbagai fasilitas pendukungnya,
maka sebagian peralatan yang tercantum dalam Tabel (7) di
atas dimobolisasi lagi keluar dari lokasi, mengikuti rute jalan
semula.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan


kualitas udara berupa meningkatnya polutan debu dan gas-gas
buangan serta peningkatan kebisingan dari kendaraan alat
berat. Dampak lainnya adalah kemungkinan terjadinya
gangguan lalulintas dan kerusakan segmen jalan yang dilalui
oleh kendaraan alat berat.

Pengoperasian dan Pemeliharaan TPS Fly Ash dan Bottom


Ash
Seperti yang telah dijelaskan pada Gambar (2), setelah fly ash
dan bottom ash diangkut dari PLTU, Limbah B3 tersebut
kemudian di disimpan pada fasilitas penyimpanan model waste
impoundment. Mula-mula dibuat suatu cekungan/bak terbuka
yang tanahnya dilapisi oleh geomembran, kemudian
menuangkan/menyimpan fly ash dan botom ash ke dalamnya,
hingga tertumpuk (tinggi maskisum 6 m). Untuk mengatasi
dampak dari angin dan air hujan, Limbah B3 tersebut
kemudian dilapisi kembali dengan geombran yang disambung
hingga ke tepi drainase, sehingga air akan mengalir pada
saluran tersebut sehingga tidak terjadi proses pelindian dan
abu tersebut tidak terbang tertiup angin.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
35

Jadi, konsep ini seakan-akan mengurung Limbah B3 (waste


impoundment) yang menggunakan sistem proteksi berlapis
terhadap pencemaran lingkungan akibat interaksi angin dan
hujan. Lapisan 1 yaitu lapisan penutup geomembran berfungsi
menahan hujan dan tiupan angin, lapisan 2 yaitu lapisan
geomembran untuk menahan air jika sewaktur-waktu terjadi
rembesan, lapisan 3 yaitu tanah setempat yang telah
dipadatkan yang memenuhi nilai kriteria kepadatan tertentu.

Dalam proses pengoperasian digunakan sejumlah alat berat,


tenaga lapangan, dan kendaraan pengangkut. Kendaraan
pengangkut berupa drump truk yang memiliki kapasitas 4 ton
yang akan membawa Limbah B3 dari PLTU menuju lokasi TPS.
Berdasarkan rata-rata laju produksi fly ash dan bottom ash
yaitu ukuran 20 truk yang akan masuk ke TPS dalam sehari.
Setelah limbah yang telah ditempatkan di TPS, kemudian
diatur/dipadatkan pada lapisan atas geomembran agar padat
dan mengisi ruang (space) yang kosong dalam waste
impoundment hingga dapat menyangga tebing dan tertumpuk
untuk menghindari longsor lokal/kecil akibat getaran yang
ditimbulkan oleh kendaraan operasional.

Sementara itu, kegiatan pemeliharaan TPS bertujuan untuk


memantau dan menjaga agar fasilitas penyimpanan tetap
berada pada kondisi sistem yang direncanakan. Hal ini
dilakukan secara rutin dan berkala untuk mengcek kondisi
lapisan geomembran, kondisi tebing, kondisi drainase agar
limbah tetap sediakala terkurung.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
36

Gambar 5: Tahapan penempatan/penyimpanan fly ash dan bottom ash


padd waste impoundment (urutan dari atas ke bawah)

Kemungkinan dampak yang akan timbul dari kegiatan ini


yaitu potensi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan
pekerja dari kegiatan pengelolaan abu terbang, kerusakan
segmen jalan dan gangguan lalu lintas, penurunan kualitas
udara dan peningkatan kebisingan selama kegiatan
operasional. Selain itu, jika terdapat kesalahan teknis yang
tidak teliti untuk merekatkan geomembaran sesuai rancangan,
maka akan terdapat lapisan yang bocor. Sebagai contoh jika
lapisan penutup bocor maka, air hujan merembes dan akan
berakumulasi dengan fly ash dan bottom ash hal ini akan
merentankan lapisan alas di bawahnya, serta angin pun akan
mudah menerbangkan Limbah B3 tersebut.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
37

Pemanfaatan dan Penimbunan Akhir Limbah B3 Fly Ash


dan Bottom Ash dari TPS
Menurut PP. 101 Tahun 2014, Pemanfaatan Limbah B3
adalah kegiatan penggunaan kembali, daur ulang, dan/atau
perolehan kembali yang bertujuan untuk mengubah Limbah
B3 menjadi produk yang dapat digunakan sebagai substitusi
bahan baku, bahan penolong, dan/atau bahan bakar yang
aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Kemudian, Penimbunan Limbah B3 adalah kegiatan
menempatkan Limbah B3 pada fasilitas penimbunan dengan
maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.

Berdasarkan PP. 101 Tahun 2014 Pasal 26 huruf (d) Kewajiban


pemegang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan
Penyimpanan Limbah B3 wajib melakukan Pemanfaatan
Limbah B3, Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan
Limbah B3 yang dilakukan sendiri atau menyerahkan kepada
Pengumpul Limbah B3, Pemanfaat Limbah B3, Pengolah
Limbah B3, dan/atau Penimbun Limbah B3.

Kemudian, Dalam PP. 101 Tahun 2014 Pasal 28 huruf (b) ayat
4 waktu lama penyimpanan Limbah B3 kategori 2 dari sumber
spesifik khusus selama 365 hari sejak Limbah B3 dihasilkan.

Berdasarkan peraturan tersebut dengan kegiatan yang terkait


penyimpanan fly ash dan bottom ash, maka PT. Pusaka Jaya
Palu Power akan melakukan kegiatan pemanfaatan dan
penimbunan terhadap Limbah B3 tersebut.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
38

Kegiatan pemanfaatan dilakukan di areal PLTU, dimana fly


ash/bottom ash diangkut dari TPS menuju ke lokasi
pemanfaatan melalui rute semula. Fly ash/bottom ash yang
layak digunakan melalui suatu pengujian tertentu, dikonversi
menjadi suatu bahan yang bernilai ekonomis dan ramah
lingkungan. Selain itu, fly ash/bottom ash yang tidak layak
untuk dimanfaatkan, akan dibawa ke lokasi penimbusan akhir
(sistem landfill) dimana Limbah B3 tersebut akan diisolasi
selamanya di dalam tanah melalui proses penimbunan dan
rekayasa teknologi perlindungan terhadap media lingkungan
hidup. Kedua kegiatan ini melalui pengurusan izin secara
tersendiri.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah potensi


kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan pekerja dari
pekerjaan pengelolaan abu terbang, penurunan kualitas udara
dan peningkatan kebisingan dari kendaraan pengangkut yang
membawa fly ash dan bottom ash ke lokasi pemanfaatan
dan/atau penimbusan akhir.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
39

4) Tahap Pasca Operasi


Penutupan TPS Fly Ash dan Bottom Ash
Berdasrkan PP. 101 Tahun 2014 Pasal 21 ayat 1 Izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan hanya
berlaku untuk 5 tahun.

Setelah waktu tunggu/kegiatan lain yang dilakukan oleh PT.


Pusaka Jaya Palu Power yaitu pembangunan fasilitas
pemanfaatan dan/atau penimbusan akhir telah selesai dan
dapat dioperasionalkan, maka fasilitas TPS fly ash dan bottom
ash dalam kurun waktu 5 tahun ini akan segera ditutup.
Namun jika terdapat kendala, maka izin tersebut akan
diperpanjang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Lahan TPS yang hendak ditutup merupakan aset milik PT.


Pusaka Jaya Palu Power. Konsep penutupan mengikuti PP. 101
Tahun 2014 Pasal 30 ayat 1 dan 2, yaitu pemrakarsa wajib
melakukan pemulihan fungsi lingkungan. Tentunya setelah fly
ash dan bottom ash dipindahkan untuk dimanfaatkan atau
ditimbun, maka lokasi tersebut akan menyisakan bentang
alam dengan model bak terbuka. Sehingga bentang alam
tersebut harus direklamasi dan direhabilitasi kembali dengan
tutupan urugan (timbunan) hingga TPS tertutup dan ditanami
oleh pepohonan atau tanaman hias lainnya untuk menahan
laju aliran.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
40

Setelah pemulihan fungsi lingkungan selesai dikerjakan,


kedepan lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan lainnya sesuai dengan rencana jangka panjang
dari PT. Pusaka Jaya Palu Power untuk pemanfaatan lahan ex-
TPS fly ash dan bottom ash.

Kemungkinan dampak yang akan timbul adalah penurunan


kualitas udara dan peningkatan kebisingan, akibat kendaraan
alat berat yang diopreasionalkan selama kegiatan pemulihan
fungsi lingkungan untuk penutupan TPS.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
41

C. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA
UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Matriks UKL-UPL Rencana Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi


Sumber Jenis Besaran
No Pengelola/ Ket.
Dampak Dampak Dampak Bentuk UKL Lokasi UKL Periode UKL Bentuk UPL Lokasi UPL Periode UPL
Pemantau
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
Tahap Prakonstruksi
1 Sosialisasi Keresahan Masyarak Melakukan sosialisasi  Di sekitar Selama Memantau  Di sekitar Diakhir Pengelola:
rencana masyarak at di kepada masyarakat lokasi kegiatan banyaknya/jumlah lokasi kegiatan Pemrakarsa
pembangun at sekitar sebelum rencana proyek sosialisasi penduduk yang proyek sosialisasi
an/pengelol lokasi kegiatan dilakukan.  Kelurahan mengeluh dan  Kelurahan Pemantau:
aan TPS fy Lambara mengidentifikasi jenis Lambara
ash dan keluhan yang timbul  Pemrakarsa
bottom ash dengan adanya rencana  Lurah
pembangunan TPS fly Lambara
ash dan bottom ash.  Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu

Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas LH
Kota Palu
2 Pembebasa Keresahan Masyarak  Memberikan informasi  Di sekitar Selama Memantau keresahan  Di sekitar Diakhir Pengelola:
n/Pengadaa masyarak at di yang jelas kepada lokasi kegiatan masyarakat tentang lokasi kegiatan Pemrakarsa
n Lahan at sekitar masyarakat, terutama proyek pembebasa harga dan batas/luasan proyek pembebasa
lokasi yang berbatasan  Kelurahan n/pengadaa lahan yang terkait  Kelurahan n/pengadaa
langsung dengan n lahan dengan kepemilikan dan n lahan

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
42

lokasi rencana Lambara pembebasan lahan, Lambara Pemantau:


kegiatan, serta  Pemrakarsa
manfaat yang dapat  Masyarakat
diperoleh masyarakat
sekitar proyek, melalui  Dinas LH
pendekatan yang Kota Palu
intensif.  Dinas Tata
 Penentuan batas Ruang dan
dilakukan secara Pertanahan
musyawarah dengan Kota Palu
masyarakat sekitar
dan diberi patok
permanen, berkaitan Pengawas:
dengan penentuan  Lurah
posisi tapak proyek. Lambara
 Melakukan sosialisasi  Masyarakat
pengukuran dan  Dinas Tata
inteventarisasi pemilik
Ruang dan
tanah lokasi TPS fly
ash dan bottom ash, Pertanahan
dan mencapai Kota Palu
kesepakatan  Dinas LH
pengadaan tanahnya Kota Palu
dengan
memperhatikan harga
kompensasi tanah
yang disepakati
antara kedua belah
pihak PT. PJPP dan
masyarkat.
 Hasil kesepakatan
dituangkan dalam
bentuk berita acara
yang ditandatangani
oleh yang
berkepentingan.
 Melakukan koordinasi
dengan instansi
terkait.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
43

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
3 Survey dan  Keresah Masyarak Memberikan informasi  Di sekitar Selama  Memantau  Di sekitar Diakhir Pengelola:
pengukura an at di yang jelas kepada lokasi kegiatan banyaknya/jumlah lokasi kegiatan Pemrakarsa
n masyar sekitar penduduk setempat proyek survey dan penduduk yang proyek survey dan
akat lokasi tentang tujuan pengukuran mengeluh dan pengukuran
Pemantau:
 Preseps pelaksanaan survey dan mengidentifikasi jenis
pengukuran. Pemberian keluhan yang timbul  Pemrakarsa
i
masyar informasi dapat dengan adanya rencana  Masyarakat
akat dilakukan di tempat pembangunan TPS fly  Dinas LH
umum atau dengan ash dan bottom ash. Kota Palu
mendatangi satu persatu  Memantau persepsi  Dinas Tata
rumah penduduk, masyarakat terhadap
khususnya masyarakat Ruang dan
keberadaan kegiatan
yang berbatasan pembangunan TPS fly Pertanahan
langsung dengan ash dan bottom ash. Kota Palu
rencana lokasi
pembangunan/pengelola Pengawas:
an TPS fly ash dan  Lurah
bottom ash
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
4 Desain Keresahan Masyarak  Melakukan konsolidasi  Di sekitar Selama  Memantau saran dan  Di sekitar Diakhir Pengelola:
rencana masyarak at di dan negosiasi tentang lokasi kegiatan pendapat masyarakat lokasi kegiatan Pemrakarsa
pembangun at sekitar desain rencana proyek desain tentang desain TPS fly proyek desain
an TPS fly lokasi kegiatan yang tidak ash dan bottom ash. Pemantau:
ash dan menyalahi Peraturan
bottom ash Daerah Kota Palu.  Pemrakarsa
 Mengikuti aturan tata  Lurah
ruang Kora Palu Lambara
sebagai dasar desain  Masyarakat
rencana kegiatan.  Dinas Tata
 Mensosialisasikan Ruang dan
kepada masyarakat

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
44

tentang desain rencana Pertanahan


tersebut dan Kota Palu
menginformasikan
kepada masyarakat
Pengawas:
mengenai rencana
bentuk pengelolaan  Lurah
TPS fly ash dan bottom Lambara
ash.  Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
5 Pemasanga Keresahan Masyarak  Menentukan dengan  Di sekitar Selama  Memantau  Di sekitar Diakhir Pengelola:
n masyakar at di jelas batas-batas lahan lokasi kegiatan banyaknya/jumlah lokasi kegiatan Pemrakarsa
batas/pond at sekitar milik masyarakat. proyek pemagaran/ penduduk yang proyek pemagaran/
asi/pagar lokasi  Melibatkan masyarakat batas mengeluh dan  Kelurahan batas
Pemantau:
dan secara bersama- mengidentifikasi jenis Lambara
keluhan yang timbul  Pemrakarsa
sama dengan mereka
dalam memasang  Memantau persepsi  Masyarakat
patok-patok batas lokasi masyarakat terhadap  Dinas Tata
proyek. pemasangan batas Ruang dan
lokasi pembangunan Pertanahan
TPS fly ash dan bottom Kota Palu
ash.
Pengawas:
 Lurah
Lambara
 Masyarakat
 Dinas Tata
Ruang dan
Pertanahan
Kota Palu
 Dinas LH
Kota Palu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
45

Tahap Konstruksi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
6 Rekruitmen Keresahan Masyarak  Rekrutmen tenaga kerja  Kelurahan Selama  Memantau jumlah  Kelurahan Diakhir Pengelola:
tenaga masyarak at di harus dilakukan secara Lambara kegiatan penduduk setempat Lambara kegiatan Pemrakarsa
kerja at sekitar proporsional dengan rekruitmen yang diterima sebagai rekruitmen
lokasi prioritas utama tenaga kerja tenaga kerja tenaga kerja
Pemantau:
masyarakat di sekitar  Memantau jumlah/jenis
lokasi.  Pemrakarsa
usaha sektor informal
 Memberi pengarahan yang muncul akibat  Dinas
kepada tenaga kerja penerimaan tenaga Tenaga Kerja
pendatang hendaknya kerja  Masyarakat
beradaptasi dan  Memantau tingkat  Dinas LH
berinteraksi dengan pendapatan penduduk Kota Palu
masyarakat setempat. setempat
 Memantau
perkembangan Pengawas:
kamtibmas selama dan  Dinas
setelah kegiatan Tenaga Kerja
pembangunan TPS fly  Masyarakat
ash dan bottom ash  Dinas LH
berlangsung
Kota Palu
7 Penyediaan  Keresah  Masyar  Penentuan batas  Rencana Selama  Memantau jumlah dan  Rencana Diakhir Pengelola:
sarana an akat di peruntukkan jalan rute jalur kegiataan jenis keluhan dari rute jalur kegiataan Pemrakarsa
jalan masyar sekitar dilakukan secara penyediaan/ masyarakat terkait penyediaan/
 Kelurahan  Kelurahan
menuju akat lokasi musyawarah dengan pembuatan kegiatan pembukaan pembuatan
Lambara Lambara Pemantau:
lokasi TPS  Peruba  Buanga masyarakat sekitar jalan jalan jalan
 Pemrakarsa
han n gas, dan diberi patok  Memantau jumlah/jenis
morfolo debu, permanen. usaha sektor informal  Masyarakat
gi dan  Melakukan sosialisasi yang muncul akibat  Dinas Tata
sungai bising pengukuran dan adanya saran jalan Ruang dan
 Berkura yang inteventarisasi pemilik yang dibuka Pertanahan
ngnya dihasilk tanah untuk  Memantau kondisi fisik Kota Palu
vegetasi an dari peruntukan jalan, dan Sungai Tawaeli dengan
dan kendara mencapai cara pengukuran debit  Dinas
ganggu an kesepakatan dan pengamatan perhubungan
an operasi pengadaan tanahnya morfologi sungai
fauna onal dengan  Memantau jumlah dan Pengawas:
 Penuru  Sepanja memperhatikan harga jenis flora-fauna yang  Lurah
nan ng jalan kompensasi tanah terganggu/hilang yang Lambara
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
46

kualitas yang yang disepakati memiliki nilaipenting  Masyarakat


udara dilalui, antara kedua belah  Memantau kadar debu  Dinas
 Peningk di pihak PT. PJPP dan dan gas-gas oksida perhubungan
atan sekitar masyarkat. karbon, oksida nitrogen
kebising lokasi  Melakukan koordinasi dan oksida sulfur di  Dinas Tata
an  Jumlah dengan instansi udara. Ruang dan
dan terkait dan lembaga  Memantau kondisi jalan Pertanahan
jenis yang ada di dan jumlah kecelakan Kota Palu
flora- Kelurahan Lambara. yang terjadi akibat  Dinas LH
fauna  Memasang rambu- adanya kendaraan Kota Palu
yang di rambu lalu lintas atau pembangunan TPS fly
sekitar papan pemberitahuan ash dan bottom ash.
yang ada  Memantau tingkat
hubungannya dengan kebisingan yang timbul
kegiatan tersebut, diakibatkan oleh
seperti: hati-hati kendaraan proyek.
kendaraan proyek
keluar-masuk,
kurangi kecepatan
(kecepatan max. 40
km/jam).
 Melakukan rekayasa
timbunan di Sungai
Tawaeli hingga pola
arus dan debit sungai
tetap sediakala
 Menutup material
angkutan di mobil truk
dengan terpal
 Menyiram tapak
pembukaan jalan
secara berkala
 Memasang prasarana
jalan dan menanam
pohon kembali di
sekitar pinggir jalan
 Melakukan pekerjaan
diluar jam sibuk dan
padat lalu lintas,
sehingga tidak

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
47

mengganggu jam
istirahat dan aktivitas
masyarakat
 Melakukan
pengecekan
kelayakan operasi
peralatan dan
kendaraan
pengangkut.
 Tidak membunyikan
kelakson secara
berlebihan
 Pelaksana konstruksi
diwajibkan
menggunakan alat-
alat berat atau
kendaraan
pengangkut material
dan peralatan
konstruksi yang telah
lulus uji emisi.
 Pelaksana konstruksi
diharuskan
melakukan
penyiraman pada
bagian areal kerja
yang berdebu
(khususnya pada
jalan ekisting yang
melintasi
permukiman).
 Melaksanakan dan
membuat papan
pengumuman
larangan menebang
pohon/tanaman yang
memiliki nilai penting
dan berburu hewan
spesies tertentu di
wilayah kerja proyek.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
48

 Melaksanakan dan
membuat
penyuluhan/pengumu
man pada pekerja dan
masyarakat tentang
larangan
mengganggu satwa
liar. Penyuluhan
dilakukan terhadap
masyarakat yang
tinggal di sekitar
lokasi proyek. Materi
yang disampaikan
terutama adalah
informasi tentang
jenis-jenis satwa liar
yang dilindungi dan
harus tetap terjaga
kelestarian dan
keberadaannya.
 Melakukan revegetasi
berupa tanaman
pelindung dan
beberapa tanaman
hias
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
8 Mobilisasi  Penuru  Buanga  Menggunakan jalan di  Di sekitar Selama  Memantau kadar debu  Di sekitar Diakhir Pengelola:
peralatan nan n gas, luar waktu-waktu lokasi kegiatan dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
dan bahan kualitas debu, kesibukan (pergi-pulang proyek mobilisasi karbon, oksida nitrogen proyek mobilisasi
material udara dan kantor, pasar dan  Kelurahan peralatan dan oksida sulfur di peralatan
Pemantau:
 Peningk bising sekolah). Lambara dan bahan udara. dan bahan
 Pemrakarsa
atan yang  Memasang rambu- material  Memantau kondisi jalan material
kebising dihasilk rambu lalu lintas atau dan jumlah kecelakan  Dinas
an an dari papan pemberitahuan yang terjadi akibat Perhubungan
 Ganggu kendara yang ada hubungannya adanya kendaraan  Polantas
an an dengan kegiatan pembangunan TPS fly  Masyarakat
lalulinta operasi tersebut, seperti: hati- ash dan bottom ash.
 Dinas LH
s onal hati kendaraan proyek  Memantau tingkat
 Sepanja Kota Palu
 Kerusak keluar-masuk, kurangi kebisingan yang timbul
an ng jalan kecepatan (kecepatan diakibatkan oleh

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
49

segmen yang max. 40 km/jam). kendaraan proyek. Pengawas:


jalan dilalui,  Menutup material  Dinas
di angkutan di mobil truk Perhubungan
sekitar dengan terpal
 Polantas
lokasi  Menyiram jalan lokasl (2
kali sehari) yang dilalui  Dinas LH
oleh kendaraan Kota Palu
pengangkut.
 Menggunakan
kendaraan operasional
yang memenuhi standar
kualitas emisi.
 Melakukan
pemeliharaan jalan
secara berkala
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
9 Pembangu  Keresah  Masyar  Membangun basecamp Di sekitar Selama Memantau saran dan Di sekitar Diakhir Pengelola:
nan an akat di dalam kawasan, . lokasi kegaitan keinginan masyarakat lokasi kegiatan Pemrakarsa
basecamp masyar sekitar kalaupun dekat dengan proyek pembangun tentang kegiatan dalam proyek pemabngun
akat lokasi permukiman, harus an basecamp. an
Pemantau:
 Ganggu  Sejumla sepengetahuan basecamp basecamp
masyarakat setempat  Pemrakarsa
an h
estetika limbah  Pembuatan  Masyarakat
padat prasarana/sarana
dan cair pengolahan limbah Pengawas:
dan padat dan cair  Lurah
kegiata sementara Lambara
n
pekerja  Masyarakat
di  Dinas LH
baseca Kota Palu
mp

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
50

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
10 Pematanga  Penuru  Masyar  Membangun batas Di sekitar Selama  Memantau kadar debu Di sekitar Diakhir Pengelola:
n Lahan nan akat di proyek dengan pagar lokasi kegiatan dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
kualitas sekitar seng setinggi 2,5 m, proyek pematangan karbon, oksida nitrogen proyek pematangan
udara lokasi untuk menghalangi lahan dan oksida sulfur di lahan
Pemantau:
 Peningk  Naiknya abu/tanah lepas di udara.
 Pemrakarsa
atan besaran permukaan dari  Memantau tingkat
kebising debu kegiatan cut and fill, kebisingan yang timbul  Masyarakat
an dan menuju ke luar lokasi diakibatkan oleh  Dinas
 Hilangn konsent proyek kendaraan proyek. Tenaga Kerja
ya rasi  Menyiapkan topi/helm,  Memantau jumlah  Dinas LH
vegetasi partikul sepatu, kaos tangan, keluhan masyarakat
dan at dan masker dan fasilitas tentang pelaksanaan
kebising PPPK (pertolongan Pengawas:
ganggu kegiatan pematangan
an an dari pertama pada lahan  Lurah
fauna proses kecelakaan) bagi para  Memantau jumlah dan Lambara
 Kecelak pekerja pekerja jenis flora-fauna yang  Masyarakat
aan an  Menutup bak kendaraan terganggu/hilang yang  Dinas LH
kerja konstru ketika mengangkut memiliki nilaipenting Kota Palu
 Mening ksi bahan material  Memantau perubahan
katnya  Sejumla  Melakukan penyiraman relief elevasi yang
aliran h rutin terjadap timbunan rentan mengalami erosi
permuk pekerja yang mengalami  Memantau jumlah
aan di lokasi kekeringan pekerja dan
 Peruba  Jumlah  Melakukan pengecekan masyarakat yang
han dan kelayakan operasi menderita
bentang jenis peralatan dan sakit/kecelakaan
alam flora- kendaraan pengangkut,
dan fauna  Tidak membunyikan
erosi yang di kelakson secara
sekitar berlebihan
 Peruba  Pelaksana konstruksi
han diwajibkan
relief menggunakan alat-alat
topograf berat atau kendaraan
i pengangkut material
dan peralatan
konstruksi yang telah
lulus uji emisi.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
51

 Membuka lahan sesuai


dengan tata
batas/rencana yang
ditetapkan.
 Melaksanakan dan
membuat papan
pengumuman larangan
menebang
pohon/tanaman yang
memiliki nilai penting
dan berburu hewan
spesies tertentu di
lokasi pematangan
lahan wilayah kerja
proyek.
 Melaksanakan dan
membuat
penyuluhan/pengumum
an pada pekerja dan
masyarakat tentang
larangan mengganggu
satwa liar. Penyuluhan
dilakukan terhadap
masyarakat yang tinggal
di sekitar lokasi proyek.
Materi yang
disampaikan terutama
adalah informasi
tentang jenis-jenis
satwa liar yang
dilindungi dan harus
tetap terjaga kelestarian
dan keberadaannya.
 Melakukan revegetasi
berupa tanaman
pelindung dan
beberapa tanaman hias
 Selain dari revegetasi
juga akan dibangun
parit calon drainase

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
52

untuk mengatur aliran


permukaan dan
menekan laju erosi, jika
terjadi hujan lebat
 Mempertahankan
habitat satwa liar
diantaranya dengan
meminimalkan
pembukaan lahan,
terbatas pada lokasi
yang digunakan untuk
pembangunan pabrik
dan fasilitas
penunjangnya.
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
11 Pembangu  Penuru  Naiknya  Menyiapkan topi/helm,  Di sekitar Selama  Memantau tingkat  Di sekitar Diakhir Pengelola:
nan nan besaran sepatu, kaus tangan, lokasi tahap penurunan kualitas lokasi kegiatan Pemrakarsa
fasilitas kualitas debu sumbat telinga (ear proyek pembangun udara terutama kadar proyek pembangun
peyimpana udara dan plug), masker dan an fasilitas debu dan partikulat lain. an fasilitas
Pemantau:
n Limbah  Peningk konsent fasilitas PPPK bagi peyimpanan  Memantau intensitas peyimpanan
B3 fly ash rasi para pekerja. Limbah B3 Limbah B3  Pemrakarsa
atan tingkat kebisingan
dan bottom kebising partikul  Secara berkala fly ash dan selama kegiatan fly ash dan  Dinas
ash an at dan menyirami sekitar bottom ash pembanunan fasilitas bottom ash Tenaga Kerja
 Kecelak kebising lokasi yang berpotensi penyimpanan  Masyarakat
aan an dari menimbulkan debu berlangsung
kerja proses (sedikitnya 2 x sehari).  Memantau keluhan Pengawas:
 Rentan pekerja  Menanam pepohonan masyarakat sekitar
 Dinas
longsor an (sebaiknya yang  Memantau kestabilan
lokal/ke konstru bernilai keindahan) di tanah/dinding fasilitas Tenaga Kerja
cil ksi sekililing lokasi yang penyimpanan fly ash  Masyarakat
 Sejumla dapat berfungsi dan bottom ash  Dinas LH
h sebagai pohon  Memantau jumlah Kota Palu
pekerja pelindung serta pekerja dan
di lokasi penyaring debu dan masyarakat yang
 Dinding peredam kebisingan. menderita
fasilitas  Membangun pagar sakit/kecelakaan
penyim beton/batako setinggi ±  Memantau kondisi
panan 3,5 m di sekililing lokasi fasilitas penyimpanan
fly ash yang dapat berfungsi yang harus sesaui
dan untuk menahan debu dengan PP. 101 Tahun

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
53

bottom permukaan untuk tidak 2014 dan perencanaan


ash keluar lokasi dan selama pembangunan
sebagai barrier
kebisingan.
 Kekuatan bangunan
harus
mempertimbangkan
faktor kegempaan
wilayah ini. Gempa
terbesar yg pernah
terjadi di sekitar wilayah
ini 7,6 SR.
 Dilarang parkir
kendaraan alat berat
dan dump truk di
sekitar fasilitas
penyimpanan waste
impoundment, agar
tidak ada beban di
atasnya
 Selain kegiatan
operasional
penyimpanan,
kendaraan alat berat
dilarang untuk
beraktivitas agar tidak
menimbulkan getaran
yang berlebihan dan
kontinu
 Melakukan galian
dengan sistem tanah
lapisan dibuat berteras,
dan segeran
menempatkan fly ash
dan bottom ash
sebagai penyangga
untuk menghindari
longsor lokal/kecil.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
54

(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
12 Pembangu  Keresah  Masyar  Menyiapkan topi/helm,  Di sekitar Selama  Memantau tingkat  Di sekitar Diakhir Pengelola:
nan/pengad an akat di sepatu, kaus tangan, lokasi tahap penurunan kualitas lokasi kegiatan Pemrakarsa
aan masyar sekitar sumbat telinga (ear proyek Pembangun udara terutama kadar proyek Pembangun
fasilitas akat lokasi plug), masker dan an/pengada debu dan partikulat lain. an/pengada
Pemantau:
penunjang:  Kecelak  Penuru fasilitas PPPK bagi an fasilitas  Memantau intensitas an fasilitas
para pekerja. penunjang penunjang  Pemrakarsa
aan nan tingkat kebisingan
kerja debit  Melakukan selama kegiatan  Dinas
 Sumber
air  Ganggu distribus pencampuran semen pembanunan Tenaga Kerja
 Sumber
an i PDAM dengan hati-hati berlangsung  Masyarakat
kuantita dan sedemikian debunya  Memantau jumlah
dan
s air produks tidak terbang kemana- pekerja dan Pengawas:
jaringan
tanah i air mana. masyarakat menderita
listrik  Dinas
 Penuru tanah  Secara berkala sakit/kecelakaan
 Jalan Tenaga Kerja
nan  Naiknya menyirami sekitar  Memantau kualitas dan
khusus  Masyarakat
kualitas besaran lokasi yang berpotensi debit air tanah (sifat
dan
drainase
udara debu menimbulkan debu fisik, kimia dan biologi)  Dinas LH
 Peningk dan (sedikitnya 2 x sehari). yang digunakan Kota Palu
 Kantor
atan konsent  Kekuatan bangunan  Memantau kebersihan
 Gudang/ rasi harus
kebising lingkungan sekitar
parkir
an partikul mempertimbangkan  Memantau kondisi
alat berat
 Ganggu at dan faktor kegempaan sumur waga sekitar
dan
pencucia
an kebising wilayah ini. Gempa  Memantau jenis dan
kesehat an dari terbesar yg pernah kualitas komponen
n mobil proses terjadi di sekitar wilayah
an listrik yang digunakan
 Parkir,
 Ganggu pekerja ini 7,6 SR.  Memantau keluhan dari
RTH, dan
an an  Menanam pepohonan masyarakat sekitar
taman konstru (sebaiknya yang
estetika proyek
 Bak ksi bernilai keindahan) di
sampah  Sejumla sekililing lokasi yang
h dapat berfungsi
pekerja sebagai pohon
di lokasi pelindung serta
 Timbula penyaring debu dan
n bau peredam kebisingan
dan (bibit disiapkan oleh
vektor pemrakarsa).
penyakit  Menggunakan material
perpipaan yang standar
dan tidak mudah

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
55

terkena karat dan


patah. Dengan sistem
distribusi tertutup, yaitu
menggunakan pipa
yang memunuhi
standar yang telah
ditentukan. Usahakan
sambungan antara pipa
tidak ada yang bocor.
 Menempatkan kran di
setiap terminal pipa
untuk menghindari air
tidak terbuang
percuma.
 Penggunaan air harus
terkontrol dan tetap
memperhatikan
kebutuhan masyarakat
di sekitar lokasi
pembangunan/
pengelolaan TPS fly
ash dan bottom ash.
 Menggunakan
komponen listrik yang
berkualitas tinggi untuk
menghindari terjadinya
hubungan pendek.
 Mengurangi
penggunaan alat yang
dapat menambah
kebisingan.
 Jika dalam keadaan
darurat, digunakan
genset yang paling
rendah mengeluarkan
getaran dan bising.
 Menempatkan genset
pada ruang terisolasi
tetapi tempat tersebut
mempunyai ventilasi

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
56

 Lantai lapangan parkir


menggunakan papin
atau pasir dan kerikil
yang diratakan, bukan
cor beton yang
menutupi lahan secara
keseluruhan
 Mengisi taman dengan
tumbuhan berdaun
rindang.
 Penguraian tinja oleh
bakteri anaerob (tanpa
oksigen) membutuhkan
lingkungan yang
kedap, sehingga septic
tank harus tertutup dan
diberi lapisan semen di
semua sisi, sebab jika
tidak dilapisi tidak
hanya akan mencemari
air tanah tetapi juga
membuat proses
penguraian tinja secara
anaerob terhambat.
Jika septic tank penuh
maka akan dihisap
oleh mobil penghisap
tinja
 Menempatkan septic
tank berjarak jaruh dari
sumber air bawah
permukaan
 Membuang sampah
pada tempatnya, jika
full langsung dibawa ke
tempat penampungan
sampah dan langsung
dibakar untuk
menghindari lalat, bau,
dan gangguan estetika

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
57

 Menyiapkan TPS
limbah B3/fasilitas
penyimpanan oli
bekasdi bengkel.
Limbah oli bekas
ditampung dalam drum
yang diletakkan pada
lantai rata, tidak
bergelombang dan
kedap terhadap
rembesan fluida agar
tidak ada ceceran oli
yang merembes ke
tanah. Oli bekas tsb
sama sekali tidak boleh
di buang ke laut atau
sungai atau di tempat-
tempat lain yg bisa
mencemari dan
merusak lingkungan
hidup. Sebaiknya tetap
ditampung sambil
menunggu atau
mencari orang yang
kemungkinan bisa
menggunakan oli bekas
tersebut untuk tujuan
lain.
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
Tahap Operasi
13 Demobilisa  Penuru  Buanga  Menggunakan jalan di  Di sekitar Selama  Memantau kadar debu  Di sekitar Diakhir Pengelola:
si peralatan nan n gas, luar waktu-waktu lokasi tahap dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
dan bahan kualitas debu, kesibukan (pergi-pulang proyek pascakonstr karbon, oksida nitrogen proyek demobilisasi
material udara dan kantor, pasar dan  Kelurahan uksi dan oksida sulfur di  Kelurahan peratan dan
Pemantau:
 Peningk bising sekolah). Lambara udara. Lambara bahan
 Pemrakarsa
atan yang  Memasang rambu-  Memantau kondisi jalan material
kebising dihasilk rambu lalu lintas atau dan jumlah kecelakan  Dinas
an an dari papan pemberitahuan yang terjadi akibat Perhubungan
 Ganggu kendara yang ada hubungannya adanya kendaraan  Polantas
an an dengan kegiatan pembangunan TPS fly  Masyarakat

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
58

lalulinta operasi tersebut, seperti: hati- ash dan bottom ash.


s onal hati kendaraan proyek  Memantau tingkat Pengawas:
 Kerusak  Sepanja keluar-masuk, kurangi kebisingan yang timbul  Dinas
an ng jalan kecepatan (kecepatan diakibatkan oleh
Perhubungan
segmen yang max. 40 km/jam). kendaraan proyek.
jalan dilalui,  Menutup material  Polantas
di angkutan di mobil truk  Dinas LH
sekitar dengan terpal Kota Palu
lokasi  Menyiram jalan lokal (2
kali sehari) yang dilalui
oleh kendaraan
pengangkut.
 Menggunakan
kendaraan operasional
yang memenuhi standar
kualitas emisi.
 Melakukan
pemeliharaan jalan
secara berkala
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
14 Pengopera  Penuru  Buanga  Menyiapkan topi/helm,  Di sekitar Selama  Memantau penurunan  Di sekitar 2x setahun Pengelola:
sian dan nan n gas, sepatu, kaos tangan, lokasi kegiatan kualitas air tanah lokasi atau Pemrakarsa
Pemelihara kualitas debu, masker dan fasilitas proyek operasional warga proyek persemester
an TPS fly udara dan PPPK (pertolongan  Kelurahan  Memantau kadar debu  Kelurahan selama
Pemantau:
ash dan  Peningk bising pertama pada Lambara dan gas-gas oksida Lambara kegiatan
bottom ash yang kecelakaan) bagi para operasional  Pemrakarsa
atan karbon, oksida
kebising dihasilk pekerja nitrogen dan oksida  Dinas
an an dari  Menggunakan jalan sulfur di udara. Perhubungan
 Ganggu kendara dilakukan di luar waktu-  Memantau jumlah  Polantas
an an waktu kesibukan (pergi- pekerja dan  Dinas
lalulinta operasi pulang kantor dan masyarakat menderita Tenaga Kerja
s onal sekolah). sakit/kecelakaan
 Sepanja  Memasang rambu-  Masyarakat
 Kerusak  Memantau jumlah
an ng jalan rambu lalu lintas atau kecelakan yang terjadi  Dinas LH
segmen yang papan pemberitahuan akibat aktivitas Kota Palu
jalan dilalui, yang ada hubungannya kendaraan
 Kecelak di dengan kegiatan pengangkut Pengawas:
aan sekitar tersebut, seperti: hati-  Memantau keluhan  Lurah
kerja lokasi hati kendaraan proyek dari masyarakat di
 Penuru keluar-masuk, kurangi Lambara
dan sekitar TPS fly ash

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
59

ganggu nan kecepatan (kecepatan dan bottom ash  Masyarakat


an paramet max. 40 km/jam).  Memantau segmen  Dinas LH
ksehata er  Menyiram jalan sekitar jalan yang rusak. Kota Palu
n kualitas (2 kali sehari) yang  Memantau intensitas
 Ganggu air dilalui oleh kendaraan tingkat kebisingan
an tanah pengangkut. selama kegiatan ini
kualitas  Sejumla  Memlihara jalan secara berlangsung.
air h berkala  Memantau komponen
tanah pekerja  Menggunakan fasilitas penyimpanan
 Potensi di lokasi kendaraan operasional fly ash dan bottom ash
abu yang memenuhi standar
terbang kualitas emisi.
dan  Memasang
perlindi pengumuman dilarang
an merokok
 Melatih karyawan untuk
menanggulangi bahaya
kebakaran, landslide,
dan gempa.
 Melakukan
penyimpanan fly ash
dan bottom ash terlebih
dahulu pada ruang yang
berdekatan dengan
dinding fasilitas
penyimpanan waste
impoundment hingga
padat, merata, dan
penuh untuk
menyangga dinding
tersbut
 Lapisan tanah setempat
harus dipadatkan
hingga memenuhi
kriteria padat sebagai
filter/penghalang 3,
kemudian dialasi
dengan geomembran
sebagai
filter/penghalang tahap

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
60

2 jika terdapat air yang


lolos dari filter tahap 1
(jika terjadi kebocoran).
Hal ini dilaukan untuk
menghindari lindi.
 Menutupi fly ash dan
bottom ash dengan
geomembran. Agar
tidak mengalami
kebocoran,
geomembran
disambung hingga rekat
seperti menyatu,
kemudian dibentangkan
di atas tumpukan fly ash
dan bottom ash yang
memanjang hingga ke
tepi drainase.
Geomembran tersebut
kemudian ditindis oleh
ban/karung pasir
sebagai pemberat. Hal
ini dilakukan agar air
hujan tidak
tertampung/tergenang
dan merembes.
 Melakukan penanaman
pohon pelindung
sebagai jalur green belt
untuk meredam bising
dan debu
 Mencuci dump truk dan
alat berat yang telah
beroperasi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
15 Pemanfaata  Penuru  Buanga  Menyiapkan topi/helm,  Di sekitar Selama  Memantau bentuk,  Di sekitar 2x setahun Pengelola:
n dan nan n gas, sepatu, kaos tangan, lokasi kegiatan penempatan dan lokasi atau Pemrakarsa
penimbuna kualitas debu, masker dan fasilitas proyek operasional pengelolaan TPS proyek persemester
n akhir air dan PPPK (pertolongan  Memantau kualitas selama
Pemantau:
Limbah B3 udara bising pertama pada udara kegiatan

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
61

fly ash dan  Peningk yang kecelakaan) bagi para  Memantau intesitas operasional  Pemrakarsa
bottom ash atan dihasilk pekerja kebisingan  Lurah
dari TPS keisinga an dari  Menyiram jalan sekitar  Memantau keluhan Lambara
n kendara (2 kali sehari) yang dari masyarakat
 Masyarakat
 Ganggu an dilalui oleh kendaraan sekitar
an operasi pengangkut.  Dinas LH
kesehat onal  Menggunakan Kota Palu
an  Sejumla kendaraan operasional
pekerja h yang memenuhi standar Pengawas:
pekerja kualitas emisi.  Masyarakat
di lokasi  Mencuci dump truk dan
 Lurah
alat berat yang telah
beroperasi Lambara
 Dinas LH
Kota Palu
Tahap Psaca Operasi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii)
16 Penutupan  Penuru Naiknya  Melakukan reklamasi Di sekitar Selama  Memantau kadar debu Di sekitar Diakhir Pengelola:
TPS fly ash nan besaran kembali ex-lahan lokasi kegiatan dan gas-gas oksida lokasi kegiatan Pemrakarsa
dan bottom kualitas debu dan fasilitas penyimpanan proyek penutupan karbon, oksida proyek penutupan
ash air konsentrasi  Melakukan penyiraman nitrogen dan oksida Pemantau:
tanah partikulat lahan 2x sehari sulfur di udara.
 Pemrakarsa
 Peningk dan  Menanam pepohonan  Memantau keluhan
atan kebisingan (sebaiknya yang bernilai saran, pendapat, dan  Lurah
kebising dari proses keindahan) tanggapan dari Lambara
an pekerjaan  Melakukan masyarakat  Masyarakat
penutupan pemanfaatan ex-lahan  Dinas LH
TPS dengan Kota Palu
sepengatuhan
masyarkat dan
lembaga/instansi terkait Pengawas:
 Memanfatkan ex-lahan  Lurah
TPS untuk Lambara
usaha/kegiatan yang  Masyarakat
tidak meresehakan  Dinas LH
masyarakat sekitar dan
Kota Palu
mencemari lingkungan

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
62

D. JUMLAH DAN JENIS PPLH YANG DIBUTUHKAN


Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan yaitu Rencana
Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
Limbah B3 Fly Ash dan Bottom Ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power di
Kelurahan Lamabara Kecamatan Tawaeli Kota Palu, memerlukan
beberapa jenis izin atau aturan untuk tujuan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu Izin penyimpanan sementara
limbah bahan berbahaya dan beracun (Limbah B3).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
63

E. SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Albert Wu
Jabatan : Direktur
Perusahaan : PT. Pusaka Jaya Palu Power
Alamat : Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu
Alamat Kantor : Jln. Yodo Panau
No. HP : 0451 – 492509

Adalah penanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan termasuk pengelolaan dan


pemantauan lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan
Nama : Pembangunan/Pengelolaan TPS fly ash dan bottom ash
Lokasi : Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu

Dengan ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa:


1. Dalam menyusun dokumen/formulir isian UKL-UPL atas usaha dan/atau
kegiatan tersebut di atas, kami senantiasa mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Bersedia melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan, serta bersedia
secara berkala melaporkan hasilnya kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota
Palu dan instansi terkait minimal 2 kali dalam setahun, yaitu pada Bulan
Juni dan Desember tahun berjalan
3. Bersedia dipantau terhadap dampak dari usaha dan/atau kegiatan kami
oleh pihak yang memiliki surat tugas dari pejabat yang berwewenang
menurut ketentuan dan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
4. Apabila kami lalai melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, maka kami bersedia mengehentikan usaha dan/atau kegiatan
kami serta bersedia menanggung risiko yang ditimbulkannya serta ditindak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
5. Bersedia menyusun kembali formulir UKL-UPL apabila terjadi setiap
perubahan, perluasan lokasi dan/atau pengembangan dan kegiatan
laninnya yang belum dimasukkan dalam dokumen ini

Palu, Maret 2017

PT. PUSAKA JAYA PALU POWER


Direktur,

Albert Wu

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
64

F. DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Ilmiah

Alley, E.R., (2007): Water Quality Control Handbook, 2nd Eds, McGraw-Hill

Arsyad, S (1989): Konservasi Tanah dan Air, Penebit IPB

Bowles, E.J., alih bahasa Halnim, J.K., (1984): Sifat-sifat Fisis dan
Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Penerbit Erlangga

Canter, Larry W., (1977): Environmental Impact Assessment, McGraw-Hill


Book Company

Craig, F.R., (1987): Mekanika Tanah (Terjemahan dari Soil Mecahanicd 4th
edition), Erlangga

Daud, A., (2010): Analisis Kualitas Lingkungan, Penerbit Ombak

Dunne,T., (1977): Evaluation of Erosion Condition and Trend. In Guidelines


for Watershed Management. FAO Conservation Guide No.1. p.53-83

Godish,Th., (2003): Air Quality, 4th Eds, Lewis Publisher

Hadi, A., (2007): Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan, PT


Gramedia Pustaka Utama

Hamer, W.I., (1982): Soil Conservation. Consultant Final Report. Tech. Note
No. 26 Centre For Soil Research

Hardjasoemantri, K., (1993): Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi


Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Edisi Kedua. Cetakan
Pertama. Gadjah Mada Unversity Press

Harto, S., (1993): Analisis Hidrologi. Cetakan Pertama. PT. Gramedia


Pustaka Utama

Kementerian Lingkungan Hidup. (2007): Memprakirakan Dampak


Lingkungan: Kualitas Udara, Deputi Bidang Tata Lingkungan -
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Mueller-Dombois, D. and Ellenberg, H., (1974): Aims and Methods of


Vegetation Ecology. Canada: John Wiley and Sons, Inc.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
65

Notoatmodjo, (2003): Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta

Odum, E.P., (1971): Fundamental of Ecology. Third Edition. W.B. Sounders


Co. Philadelphia and London, 546 pp.

Primack, R.B.I., Suproanto, M., dan Kramadibrata, P., (1998): Biologi


Konservasi, Yayasan Obor Indonesia

Purba, Jonny., (2002): Pengelolaan Lingkungan Sosial. Kantor Menteri


Negara Lingkungan Hidup. Penerbit Obo

Rump. H. and H. Kirst. (1992): Laboratory Manual For The Examination of


Water. Waste and Soil. 2nd ed. VCH.

Reynolds, J.M., (1997): An Introduction to Applied and Environmental


Geophysics, John Wiley & Sons Inc.

Samingan, T., (1992): Prosedur Pendugaan dan Penilaian Dampak Terhadap


Vegetasi. Prosiding Seminar I: Metodologi Prakiraan Dampak Dalam
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Nopember 1992

Soerianegara, I dan Indrawan, A., (2002): Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:


Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.

Soemarwoto, O., (2001): Atur Diri Sendiri; Paradigma Baru Pengelolaan


Lingkungan Hidup Gadjah Mada University Press

Sukamto, R., Sumadirdja, H., Suptandar, S., Hardjoprawiro, S., dan


Sudana, D., (1973): Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi

Sompotan, A.F., (2012): Struktur Geologi Sulawesi, Perpustakaan Sains


Kebumian, ITB.

Srikandi, F., (1992): Polusi Air dan Udara. Edisi I. Cetakan I. Yayasan
Kanisius

Sukandarrumidi, (2011): Pemetaan Geologi, Gadjah Mada University Press

Taib, T.M.I., (1999): Eksplorasi Geolistrik, Program Studi Teknik Geofisika,


ITB

Tamin, OZ, (2000): Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
66

Tjasyono, B. HK. (1986): Iklim dan Lingkungan. Penerbit PT. Cendekia Jaya
Utama

Triatmodjo, (2008): Hidrologi Terapan, Bet Offset

USEPA, (2003): Compilation of Air Pollutan Emission Factors (Paved


Roads),AP 42, 5th Eds, Vol I

Pustaka Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air


Dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah


Bahan Berbahaya Dan Beracun

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2008 tentang


Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 Tentang


Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahya dan
Beracun

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009 tentang


Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan
Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Oleh
Pemerintah Daerah

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
67

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2012 tentang


Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak
Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2013 tentang


Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2014 tentang


Baku Mutu Air Limbah

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang


Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2011 tentang


Pedoman Penyelanggaraan Jalan Khusus

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 19/PRT/M/2011 tentang


Persyaratan Teknis Jalan Dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996


tentang Baku Tingkat Kebisingan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda


Analisis Kualitas Air Permukaan Dan Pengambilan Contoh Air
Permukaan

Kepmen Kes No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis


Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas Dengan Cara Manual, 2004,


Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

Peraturan Daerah Kota Palu No. 16 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palu Tahun 2010-2030

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-1

LAMPIRAN

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-2

Lampiran 1.

BUKTI FORMAL SURAT-SURAT PERUSAHAAN

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-3

Lampiran 2.

RONA AWAL LINGKUNGAN HIDUP

A. KOMPONEN GEOFISIKA – KIMIA


1. IKLIM
Data iklim untuk wilayah studi diambil dari Stasion Meteorologi di Bandara
Mutiara Palu. Stasion Meteorologi ini terletak pada koordinat 54’ 56,94’’ LS
dan 1190 54’ 19,86’ BT, pada ketinggian 84 meter dpl. Data ini meliputi suhu,
kelembaban udara, dan angin, sedangkan data curah hujan diambil dari pos
pengamatan curah hujan di Kecamatan Tawaeli yang terletak pada koordinat
119o 52’ 08,4” BT - 00o 43’ 58,1” LS.

a) Suhu Udara
Hasil pencatatan suhu di Stasion Meteorologi Mutiara Palu pada 2007–
2016, menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulanan tertinggi
(29,5oC) terjadi pada Oktober 2015 dan suhu udara rata-rata bulanan
terendah (20,5oC) terjadi pada Maret 2014. Keadaan suhu di wilayah
penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-1).

b) Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang dicatat pada stasiun yang sama untuk 10 tahun
terakhir berkisar antara 69 – 84%. Dalam kurun waktu tersebut,
kelembaban udara tertinggi terjadi pada Januari 2014 yakni 84%,
sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada September 2009,
yaitu 69%. Secara lengkap, keadaan kelembaban udara di wilayah
penelitian untuk 10 tahun terakhir disajikan dalam Tabel (L-2).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-4

Tabel L-1: Nilai suhu udara dalam oC menurut bulan (2007-2016)


Tahun
No. Bulan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Januari 27,2 26,9 27,1 27,4 27,3 27,1 27,7 26,1 27,7 29,0
2 Februari 24,1 27,1 26,8 28,1 26,5 27,5 27,7 26,7 27,7 28,8
3 Maret 27,2 26,5 26,9 28,7 26,9 27,6 28,5 20,5 28,5 29,2
4 April 27,9 26,4 27,0 28,7 27,8 27,8 28,2 24,4 27,3 28,9
5 Mei 28,1 26,8 27,5 28,2 28,0 28,2 28,0 28,5 28,0 28,8
6 Juni 27,5 26,6 27,4 27,1 27,9 27,7 28,0 28,0 28,0 27,9
7 Juli 27,0 25,9 26,7 27,1 27,2 26,4 26,6 28,2 26,6 27,7
8 Agustus 27,0 25,7 28,1 26,7 28,0 27,3 26,8 27,2 26,8 28,4
9 September 26,3 26,5 28,7 27,0 27,1 27,9 27,6 27,6 27,6 27,7
10 Oktober 28,2 26,8 28,2 27,7 28,1 28,8 27,9 27,59 29,5 27,4
11 November 27,3 26,9 28,5 28,2 28,2 28,3 28,0 27,59 28,0 28,1
12 Desember 27,9 26,9 27,9 27,6 27,6 27,9 27,9 27,59 27,9 27,6
Rata-rata 27,1 26,6 27,6 27,7 27,6 27,7 27,7 26,7 27,8 28,3
Sumber:Stasion Meteorologi Palu, 2016

Tabel L-2: Kelembaban udara relatif dalam % menurut bulan (2007-2016)


Tahun
No. Bulan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Januari 79 78 76 76 76 80 77 84 77 71
2 Februari 81 75 77 72 79 76 76 78 76 72
3 Maret 77 79 78 70 78 75 73 74 73 73
4 April 76 81 80 73 73 76 77 76 83 74
5 Mei 78 77 77 79 76 73 77 76 77 77
6 Juni 78 79 75 82 76 74 74 79 74 78
7 Juli 82 82 76 80 76 82 81 76 81 78
8 Agustus 79 83 73 82 73 78 78 77 78 74
9 September 77,8 80 69 81 80 74 77 78 77 76
10 Oktober 71,3 80 71 76 73 72 75 78 75 79
11 November 77,3 80 73 74 75 75 77 78 77 75
12 Desember 75,0 79 74 75 78 77 76 78 77 76
Rata-rata 78 79 75 77 76 76 77 78 77 75
Sumber:Stasion Meteorologi Palu, 2016

c) Curah Hujan
Curah hujan merupakan salah satu parameter pening yang harus dianalisis
dan dipertimbangkan, hal ini berhubungan dengan prakiraan laju aliran
permukaan untuk menghitung debit maksimum dan dasar dalam
perencanaan drainase di lokasi TPS.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-5

Tabel L-3: Curah dan hari hujan di Kecamatan Tawaeli menurut bulan (2014-2016)

2014 (mm) 2015 (mm) 2016 (mm)


Bulan Total Total Total
HH Max Min Rata2 HH Max Min Rata2 HH Max Min Rata2
CH CH CH
Januari 16 365 55 2 22,81 12 115 21 1 9,58 5 11,3 3,5 1 2,26
Februari 2 21 12 9 10,50 8 131 29 5 16,38 5 14,5 5,3 1 2,90
Maret 3 5,2 5,2 5,2 5,20 6 54 19 2 9,00 3 11,4 6,2 2,2 3,80
April 2 17,3 15,8 1,5 8,65 5 58,5 20 1 9,75 3 6,1 2,7 1 2,03
Mei 14 282 25 15 20,14 4 19 11 1 4,75 4 20 10 1 5,00
Juni 5 66,2 19,5 5 13,24 9 122,7 26 5 13,63 4 8,2 4,5 1,3 2,73
Juli 5 58,1 29 2,6 11,62 3 27,5 10,5 7 9,17 5 30,3 10,4 1,1 6,06
Agustus 5 33,5 11 3 6,70 2 21,5 12,5 9 10,75 2 11,8 6,3 5,5 5,90
September 2 12,5 9 3,5 6,25 2 23,3 22 1,3 11,65 4 41,6 18,6 2 10,40
Oktober 1 13 13 13 13,00 3 26,7 21 2 8,90 10 312,1 124 1 31,21
November 3 14 7 3 4,67 5 10 3 1 2,00 4 44 21 2 11,00
Desember 7 73,5 31 1 10,50 2 7,7 4 3,7 3,85 8 127,5 42 2 15,94
Jumlah 65,00 961,30 232,5 133,28 61,00 616,90 199 109,41 57,00 638,80 254,5 99,23

Sumber: Stasion Meteorologi Mutiara Palu (pos hujan Tawaeli), 2017]

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-6

Tabel L-4: Curah dan hari hujan di Kota Palu menurut bulan (2007-2016)

Bulan
Tahun Total Max Min
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
2007 111 89 49 55 79 104 143 108 48 27 76 61 949 143 27
2008 37 13 135 59 30 55 187 199 61 103 50 21 949 199 13
2009 12 56 73 162 28 40 44 16 10 13 54 55 563 162 10
2010 59 32 12 80 82 123 112 100 114 67 44 39 864 123 12
2011 65 88 45 24 34 76 33 52 101 51 54 48 669 101 24
2012 110 24 46 99 16 53 166 83 15 32 28 79 751 166 15
2013 51 28 35 58,5 49,8 97 130 79,8 98,4 57,2 152 69 906 152 28
2014 137 34,8 33,4 42,2 68,8 25,60 41,90 119,00 31 30 37 105 705 137 26
2015 56 58 64,6 70 32,4 113 21 5 20 12 42,5 493 113 5
2016 27 8,8 261,7 87,1 56,7 66,4 61,9 47,5 64 187 21,1 34 923 262 9
Rata2 66 43 76 74 48 75 94 81 56 58 56 57 777 156 17

Sumber: Stasion Meteorologi Mutiara Palu, 2017

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-8

Analisis curah hujan mula-mula dilakukan untuk memperoleh periode


ulang yang diperkirakan dari analisis frekuensi, untuk menunjukkan
interval waktu antara kejadian-kejadian. Probabilitas bahwa suatu
kejadian akan menyamai atau lebih besar dari suatu nilai tertentu (debit
atau hujan dengan periode ulang T), atau dengan kata lain probabilitas
bahwa suatu kejadian atau peristiwa akan terjadi dalam satu tahun
mempunyai bentuk berikut:

1
ܲ(ܳ ≥ ்ܳ ) =
ܶ

Misalnya debit dengan periode ulang T =20 tahun adalah ܳଶ଴ = 100 ݉ ଷ/
݀, maka probabilitas kejadian dari debit tersebut setiap tahun adalah:

1
ܲ(ܳ ≥ ܳଶ଴) = = 0,05 = 5%
20

Artinya pada tahun tersebut sebesar 5% terjadi kemungkinan debit


ܳଶ଴ = 100 ݉ ଷ/݀.

Metodologi analisis menggunakan bentuk fungsi distribusi kontinyu


(teooritis), yang sering digunakan dalam analisis frekuensi untuk hidrologi
yaitu distribusi Gumbel. Model distribusi ini banyak digunakan untuk
analisa data maksimum, seperti analisis frekuensi banjir.

Distribusi Gumber mempunyai sifat bahwa koefisien skewness ‫ܥ‬௩ = 1,14


dan koefisien kurtosisi ‫ܥ‬௞ = 5,40.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-9

Syarat jumlah data yang harus digunakan dalam analisis harus lebih dari
8. Dalam laporan ini, data yang tersedia untuk pos curah hujan Tawaeli
hanya tersedia 3 tahun, sedangkan Stasion Meteorologi Mutiara tersedia
10 tahun. Sehingga dalam analisis diambil asumsi bahwa titik pengamatan
di stasion mutiara dianggap mewakili wilayah Tawaeli.

Gambar L-1: Posisi Pos hujan Tawaeli

Diketahui data hujan harian maksimum di Stasion Meteorologi Palu untuk


10 tahun terakhir (2007-2016) dan bentuk probabilitas untuk distribusi
Gumbel ditunjukkan pada tabel berikut

No Tahun p (mm) Urutan p ࢓ ૚


ࡼ= (%) ࢀ= (࢚ࢇࢎ࢛࢔)
(m) (mm) ࢔+૚ ࡼ
1 2007 142,8 (2011) 100,6 9 11
2 2008 199 (2015) 112,5 18 5,50
3 2009 161,5 (2010) 123 27 3,67
4 2010 123 (2014) 137 36 2,75
5 2011 100,6 (2007) 142,8 45 2,20
6 2012 166 (2013) 152 55 1,83
7 2013 152 (2009) 161,5 64 1,57
8 2014 137 (2012) 166 73 1,38
9 2015 112,5 (2008) 199 82 1,22
10 2016 261,7 (2016) 261,7 91 1,10

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-10

Yang memiliki nilai rata-rata ࢞


ഥ = dan deviasi standar ࢙


1
‫ݔ‬ҧ= ෍ ‫ݔ‬௜ = 155,61
݊
௜ୀଵ


1
‫ =ݏ‬ඩ ෍ (‫ ݔ‬− ‫ݔ‬ҧ
)ଶ = 46,85
݊− 1
௜ୀଵ

Kemudian nilai ‫ݕ‬௡ = 0,4952 dan ߪ௡ = 0,9676 adalah nilai rerata dan
deviasi standar dari variat Gumbel, yang nilainya tergantung dari jumlah
data ݊ = 10

ܶ
ln ቀln ቀܶ − 1ቁቁ+ ‫ݕ‬௡
‫ݔ = ݔ‬ҧ
− ‫ݏ‬
ߪ௡

Dengan menggunakan persamaan diatas, maka diperoleh perhitungan


curah hujan untuk periode ulang (tahun) sebagai berikut:

Periode ulang T (tahun) 2 5 10 25


Hujan (mm) 149,37 204,25 240,59 286,50

Selanjutnya melakukan analisis intensitas durasi frekuensi (IDF) untuk


memperkirakan debit aliran puncak berdasarkan data hujan titik (satu
stasion pencatat hujan). Jenis data tersedia dalam bentuk hujan harian,
oleh karena itu pembuatan kurva IDF menggunakan Metode Monobe.
Dengan menggunakan persamaan berikut:


ܴଶସ 24 ଷ
‫ܫ‬௧ = ൬ ൰
24 ‫ݐ‬

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-11

Tabel L-5: Hasil perhitungan curah hujan durasi untuk setiap periode ulang

Durasi Periode ulang (tahun)


(menit) 2 5 10 25
5 271,42 371,15 437,18 520,61
10 170,99 233,81 275,41 327,96
15 130,49 178,43 210,17 250,28
20 107,71 147,29 173,50 206,60
45 62,73 85,78 101,04 120,32
60 51,78 70,81 83,41 99,32
120 32,62 44,61 52,54 62,57
180 24,90 34,04 40,10 47,75
240 20,55 28,10 33,10 39,42
300 17,71 24,22 28,53 33,97

Gambar L-2: Analisis durasi frekuensi hujan di Kota Palu

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-12

d) Arah dan Kecepatan Angin


Untuk data angin, jenis data yang dikumpulkan yaitu arah angin dan
kecepatan angin (knot) dalam kurun waktu sepanjang 2016 menurut
bulan. Data ini diambil di Stasion Meteorologi Mutiara Palu. Arah dan
kecepatan angin yang disajikan dalam bentuk diagram frekuensi dan
distribusi mawar angin.

Berdasarkan hasil analisis dan pemodelan mawar angin, diperoleh nilai


kisaran kecepatan angin 10 – 19 knot atau setara dengan 5 – 9,5 m/s.
Dimana, arah angin yang bertiup dominan dari barat laut – utara pagi
hingga menjelang sore hari, dan arah tenggara – selatan pada sore
menjelang malam atau pagi.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-13

Gambar L-3: Diagram mawar angin bulan Januari 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-14

Gambar L-4: Diagram mawar angin bulan februari 2016

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-15

Gambar L-5: Diagram mawar angin bulan Maret 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-16

Gambar L-6: Diagram mawar angin bulan April 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-17

Gambar L-7: Diagram mawar angin bulan Mei 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-18

Gambar L-8: Diagram mawar angin bulan Juni 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-19

Gambar L-9: Diagram mawar angin bulan Juli 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-20

Gambar L-10: Diagram mawar angin bulan Agustus 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-21

Gambar L-11: Diagram mawar angin bulan September 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-22

Gambar L-12: Diagram mawar angin bulan Oktober 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-23

Gambar L-13: Diagram mawar angin bulan November 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-24

Gambar L-14: Diagram mawar kecepatan angin bulan Desember 2016


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-26

2. KUALITAS UDARA
Pengumpulan data kualitas udara dilakukan dengan cara pengamatan/
pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan “air pump
sampling”. Kemudian sampel tersebut dianalisis di laboratorium.

Pengambilan sampel udara bertujuan untuk mengetahui kondisi udara di


sekitar lokasi kegiatan. Ada beberapa parameter kualitas udara yang diukur,
antara lain SO2, NO2, CO, Pb, dan debu. Dimana parameter tersebut sangat
berpengaruh terhadap kondisi kualitas udara ambien yang ada di lokasi.
Demikian juga akan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, antara lain
gangguan pernafasan yang bermukim di sekitar lokasi kegiatan.

Tabel L-6: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas udara


Parameter Udara Hasil
Unit Baku Mutu*
Ambien Analisis
KabonMonooksida (CO) μg/Nm3 51,96 30.000

Nitrogen Dioksida (NO2) μg/Nm3 40,00 400

Sulfur Dioksida (SO2) μg/Nm3 66,74 900

Timah Hitan (Pb) μg/Nm3 0,00 2

Debu μg/Nm3 16,67 230


Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Fakultas Pertanian UNTAD, 2017.

Keterangan:
* = Baku mutu udara berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-27

Untuk mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi kegiatan, maka diperlukan


analisis tentang kandungan SO2, NO2, CO, Pb, dan debu agar dapat diketahui
kemungkinan terjadinya dampak akibat kegiatan tersebut. Parameter yang
diteliti, cara pengambilan sampel, dan metode analisis dilakukan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Hasil analisis laboratorium untuk kualitas udara disajikan
pada Tabel (L-6).

Karbon monoksida merupakan pencemar udara yang paling besar dan umum
dijumpai. Sebagian CO terbentuk akibat proses pembakaran bahan-bahan
karbon yang digunakan sebagai bahan bakar, secara tidak sempurna. Sumber
terbesar senyawa ini adalah aktivitas transportasi. Kandungan CO di daerah
studi adalah 51,96 μg/Nm3di dalam lokasi kegiatan. Nilai tersebut masih
berada di bawah ambang batas sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, yaitu 30.000 μg/Nm3.

Nitrogen dioksida (NO2) merupakan senyawa nitrogen sebagai polutan kimia


yang memiliki sifat toksik yang cukup berbahaya. Dapat bersumber dari
pembakaran dan asap kendaraan bermotor. Kadar NO2 dalam udara di lokasi
kegiatan yaitu 40 μg/Nm3yang berarti masih di bawah ambang batas yang
dipersyaratkan, yaitu 400 μg/Nm3.

Sulfur dioksida (SO2) merupakan pencemar yang paling umum, terutama


ditimbulkan akibat pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung sulfur
tinggi dalam bentuk sulfur organik dan anorganik. Kandungan SO2
berdasarkan hasil uji laboratorium yaitu 66,74 μg/Nm3. Nilai tersebut masih
berada jauh dari ambang batas yang dipersyaratkan Baku Mutu PP No.41
Tahun 1999 yaitu 900 μg/Nm3.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-28

Sumber pencemaran timbal (Pb) terbesar berasal dari pembakaran bensin,


dimana dihasilkan berbagai komponen timbal (Pb). Timbal (Pb) dicampurkan
ke dalam bensin sebagai anti letup atau anti knock aditif dengan kadar sekitar
2,4 gram/gallon. Timbal (Pb) yang digunakan untuk anti knock adalah
tetraetil timbal (C2H5)4Pb. Logam ini dapat meracuni lingkungan dan
mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Timbal dapat masuk
ke tubuh melalui inhalasi, makanan dan minuman serta absorbsi melalui kulit.
Timbal (Pb) juga merupakan salah satu unsur logam berat yang berbahaya
jika konsentrasi melibihi ambang batas. Pada lokasi kegiatan tidak ditemukan
adanya kandungan polutan Pb (0 μg/Nm3).

Sumber artifisial debu adalah pembakaran minyak bumi, batu bara dan lain-
lain yang dapat menghasilkan gejala yaitu partikulat yang terdiri atas karbon
dan zat-zat lain yang melekat padanya. Akibat lingkungan yang berdebu akan
berdampak pada penimbunan debu dalam paru-paru manusia yang bekerja
dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tersebut. Gangguan kesehatan akibat
debu tergantung pada lamanya kontak, kandungan debu dalam udara, jenis
debu, dan lain-lain. Kandungan debu di lokasi kegiatan masih tergolong
rendah, yaitu 16,67 μg/Nm3, dimana ambang batas debu di udara sesuai
dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
adalah 230 μg/Nm3.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tidak ada


parameter-parameteryang melebihi nilaiambang batas yang dipersyaratkan
dalam PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Dengan kata lain, kondisi udara di sekitar lokasi kegiatan masih dalam
keadaan yang sangat alami.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-29

3. KEBISINGAN
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha dan/atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan
merupakan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam desibel (dB). Baku
tingkat kebisingan merupakan batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha dan/atau kegiatan sehingga
tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan.

Metode pengukuran yang digunakan di lapangan dengan cara pengukuran


sederhana. Alat yang digunakan yaitu soundlevel meter untuk mengukur
tingkat tekanan bunyi (dB) selama 3 menit untuk tiap pengukuran. Kemudian
pembacaan dilakukan setiap 30 detik dan dituliskan nilai maksimum-
minimumnya. Waktu pengukuran dilakukan selama 2 jam pada pukul 11.00
WITA (pengambilan sampel sesaat).

Kemudian, evaluasi dilakukan dengan membandingkan data kebisingan


dengan baku tingkat kebisingan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan).
Peruntukan kawasan dan/atau lingkungan kegiatan perindustrian memiliki
baku tingkat kebisingan sebesar 70 dB.

Dari hasil pengukuran diperoleh kisaran nilai kebisingan 53,0 – 60,5 dB,
Berdasarkan data tersebut, nilai kebisingan rona awal tidak melewati BML.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-30

4. BAHAYA ALAM
a) Kegempaan
Salah satu penyebab terjadinya “gempabumi tektonik” adalah aktivitas
sesar. Sesar Palu–Koro merupakan salah satu sesar aktif yang terdapat di
Pulau Sulawesi. Sesar ini merupakan salah satu pemicu terjadinya gempa
bumi di Kota Palu. Sesar ini bergeser secara tersendat-sendat, sehingga
pengumpulan energi yang cukup untuk menimbulkan pergeseran yang
tiba-tiba kemungkinannya kecil. Namun pergeseran yang tiba-tiba
biasanya menimbulkan gempa dengan magnitudo yang besar, yang dapat
menimbulkan kerusakan besar dan korban jiwa manusia.

Gambar L-15: Penampakkan Sesar Palu-Koro dari model SRTM

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-31

Kerusakan akan lebih besar bila pusat gempa terletak di Teluk Palu
karena dapat menimbulkan “tsunami”, yang terutama akan menghantam
permukiman sekitar pantai yang mengelilingi teluk tersebut. Gempabumi
tahun 1927 merupakan salah satu gempa besar yang pernah terjadi di
wilayah ini. Gempa ini menimbulkan tsunami dengan amplitudo paling
besar di sekitar pantai antara Talise – Mamboro.

Kemungkinan dampak bencana gempabumi hampir terjadi di seluruh


wilayah Kota Palu karena Kota Palu dilalui oleh sesar aktif Palu-Koro.
Kemungkinan kerusakan akan terjadi pada bangunan-bangunan atau
rumah-rumah tua ataupun bangunan-bangunan atau rumah-rumah baru
yang konstruksinya tidak tahan gempa. Jika gempa tersebut disertai
tsunami, maka dampak bencana yang terjadi akan lebih besar lagi,
khususnya di sekitar wilayah pantai. Beberapa kelurahan yang rawan
diterjang tsunami, sekaligus rawan gelombang pasang akibat iklim, adalah
Watusampu, Buluri, Tipo, Silae, Lere, Besusu Barat, Talise, Layana Indah,
Mamboro, Taipa, Kayumalue, Mpanau, Baiya dan Pantoloan. Kejadian
gempa dan tsunami, disamping bisa merusak atau menghancurkan
sarana/prasarana umum dan rumah-rumah penduduk juga bisa
menimbulkan korban jiwa.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian informasi kegempaan di atas, diketahui rencana lokasi
pembangunan TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu
Power, merupakan area yang berada di wilayah rentan terjadi gempa
karena dilalui oleh Sesar Palu-Koro.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-32

Pencegahan kerusakan struktur sebagai akibat langsung dari gaya


inersia akibat gerakan tanah dapat dilakukan melalui proses
perencanaan Fasilitas TPS, yang tidak membuat kontruksi/bangunan
untuk penempatan fly ash dan bottom ash namun tetap berada pada
benang merah peraturan pengelolaan Limbah B3 yang berlaku. Mengingat
tingkat risiko getaran baik dari kendaraan operasional maupun getaran
alami (gempa bumi) dapat membahayakan dan/atau merobohkan
bangunan pengurung fly ash dan bottom ash. Oleh karena itu, hal ini
menjadi salah satu pertimbangan memilih site dan bentuk TPS dengan
konsep waste impoundment dengan model semi landfill.

b) Banjir
Dalam PP. RI. No. 101 Tahun 2014 Pasal 14 menerangkan bahwa lokasi
Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan bencana
alam.

Pada uraian kali ini bencana yang dibahas yaitu banjir, dimana lokasi TPS
mestinya bebas/tidak bahaya banjir. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi.

Peta tingkat bahaya banjir ini di peroleh berdasarkan hasil analisis overlay
atau tumpang sususn dan hasil penentuan bobot dengan metode Analisis
Hirarki Proses (AHP) dari setiap parameter penyebab terjadinya banjir.
Analisa daerah rawan banjir pada penelitian ini menggunakan bantuan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan input data atau parameter curah
hujan, kelerangan, topografi, jenis tanah, penggunaan lahan, hidrologi
sungai, dan hasil survey lapangan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-33

AHP adalah suatu model pendukung keputusan yang menguraikan


masalah multi-faktor atau multi-kriteria yang kompleks menjadi suatu
hierarki, yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1993). AHP
sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibandingkan
dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:
- Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang
dipilih, sampai pada sub kriteria yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi
inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh
pengambil keputusan.
- Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

Analisa ini dilakukan untuk menentukan nilai kerawanan dan risiko lokasi
sekitar TPS terhadap bencana banjir. Nilai kerawanan banjir ditentukan
dari total penjumlahan skors seluruh parameter yang dipakai dalam
analisis (yang berpengaruh terhadap banjir):

‫ = ܭ‬෍ (ܹ ௜ × ܺ௜)
௜ୀଵ

Keterangan:
K = Nilai Kerawanan
Wi = Bobot untuk parameter ke-i
Xi = Skor kelas pada parameter ke-i

Menurut Kingma (1991), penentuan tingkat kerawanan dilakukan


dengan membagi sama banyak nilai-nilai kerawanan dengan jumlah
interval kelas, yang ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

ܴ
‫=ܫ‬
݊
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-34

Keterangan
I = Lebar interval
R = Selisih skor maksimum dan skor minimum
n = Jumlah kelas kerawanan banjir

Daerah yang sangat rawan terhadap banjir akan mempunyai total


nilai yang tinggi, dan sebaliknya daerah yang tidak rawan terhadap
banjir akan mempunyai total nilai yang rendah. Berdasarkan hasil analisis
dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi TPS, diperoleh
luasan daerah tingkat Tidak berbahaya banjir (42 %),, Agak berbahaya
banjir (54 %),, dan Berbahaya banjir (4 %).. Dimana lokasi TPS masuk
dalam kriteria wilayah tidak berbahaya akan banjir dan jarak dari Sungai
Tawaili pun > 200 m. Hasil pemetaan tingkat bahaya banjir ditunjukkan
pada
da gambar berikut:

Gambar L-16: Hasil analisis dan pemetaan tingkat bahaya banjir di sekitar lokasi
TPS
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-35

c) Longsor dan Erosi


1) Longsor
Berdasarkan konsep perencanaan pembangunan Fasilitas Penyimpanan
Limbah B3 untuk fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu
Power, rancangan yang digunakan yaitu konsep waste impoundment
(model pengurung limbah) semi landfill. Hal ini tentunya akan
membuat kegiatan untuk mengrekayasa lahan cutt dan fill sehingga
menghasilkan tebing-tebing lokal (site lokasi dan gambar detail akan
diuraikan di dokumen rencana detail). Berdsarkan hal tersebut maka
berabagai variabel prediktor pemicu longsor yang bisa dinilai yaitu:

1. Tingginya curah hujan – Curah hujan yang tinggi adalah salah


satu penyebab terjadinya bencana longsor. Ketika musim kemarau
panjang, tanah akan kering dan membentuk pori-pori tanah
(rongga tanah) dan selanjutnya terjadi keretakan pada tanah
tersebut. Apabila hujan datang, otomatis air hujan akan masuk ke
dalam rongga tanah atau pori-pori tanah yang terbuka tadi. Air
hujan yang telah memenuhi rongga, menyebabkan terjadinya
pergeseran tanah. Yang akhirnya mengakibatkan longsor dan erosi
tanah.
2. Hancurnya bebatuan – Batu yang rentan longsor adalah
bebatuan yang berada di lereng, dengan jenis batu yaitu sedimen
kecil. Biasanya batu di lereng itu sifatnya lapuk atau tidak memiliki
kekuatan dan mudah hancur menjadi tanah, inilah pemicu
terjadinya tanah longsor.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-36

3. Tumpukan sampah – Sampah yang menumpuk tidak hanya


menjadi penyebab banjir, akan tetapi juga tanah longsor. Ya,
sampah sebagai pemicu longsor bila sampah tersebut telah
menggunung ditambah dengan tekanan dari air hujan
berintensitas tinggi.
4. Getaran – Getaran kecil yang disebabkan oleh lalu lintas
kendaraan di sekitar lereng perbukitan, tidak secara langsung
mengakibatkan tanah jadi longsor. Tetapi berproses, pertama
jalanan di lereng bukit yang sering dilewati kendaraan perlahan
akan mengalami keretakan yang jika dibiarkan, lama-lama akan
longsor. Sementara getaran besar yang langsung menyebabkan
tanah longsor antara lain diakibatkan oleh bahan peledak atau
gempa bumi.
5. Erosi – Erosi merupakan pengikisan tanah. Penyebabnya
bermacam-macam, salah satunya adalah aliran sungai yang terus
mengikis tebing di sekelilingnya. Terlebih jika tebing itu tidak
memiliki penahan berupa pepohonan, maka kemungkinan besar
tanah pada tebing bisa longsor.
6. Lereng dan tebing yang terjal – Proses pembentukan lereng
atau tebing terjal adalah lewatnya angin dan air di sekitar lereng
yang berdampak pada pengikisan lereng tersebut.
7. Kelebihan beban – Adanya beban yang terlampau berat akan
memberi tekanan pada tanah, sehingga tanah mudah longsor.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-37

2) Erosi
Kegiatan utama tahap ini ialah membuka dan/atau membersihkan
lahan dengan sistem cut and fill. Terutama pada kegiatan pemotongan
dan penimbunan lahan mengakibatkan hilangnya vegetasi penutup
tanah, perubahan topografi, sehingga kemungkinan dampak yang
terjadi pada tanah ialah peningkatan laju erosi. Ini diakibatkan oleh
hilangnya jenis vegetasi penutup dan terbongkarnya lapisan tanah.
Untuk memprakirakan besaran laju erosi yang terjadi sebelum dan
sesudah adanya proyek, dihitung menggunakan persamaan:
‫ܲܥ ܵ ܮ ܭ ܴ = ܧ‬
E = Rata-rata erosi tanah tahunan
R = Indeks erosivitas hujan
K = Faktor erodibiltas tanah
L = Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor pengelolaan tanah dibandingkan dengan tanah yang terus
terbuka
P = Faktor pengawetan tanah dibandingkan dengan tanah tanpa
pengawetan

Nilai indeks erosivitas hujan dihitung menggunakan persamaan:


ܴ = 0,41‫ ܪ‬ଵ,଴ଽ

Diketahui curah hujan rata-rata tiga tahun terakhir di stasion


meteorologi mutiara Palu sebesar 113,97 mm/tahun. Maka,
ܴ = 0,41(113,97)ଵ,଴ଽ = 71,562

Kemudian faktor panjang lereng dihitung menggunakan persamaan:

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-38

‫ܮ‬଴
‫ =ܮ‬ඨ
22

Berdasarkan pengamatan lapangan, panjang lereng rata-rata 80 m,


sehingga diperoleh,

80
‫ =ܮ‬ඨ = 1,90
22

Selanjutnya, faktor kemiringan lereng dihitung menggunakan


persamaan:
‫ ݏ‬ଵ,ସ
ܵ= ቀ ቁ
9
Dimana kemiringan lereng berkisar 8-15 %, jika diambil nilai 12%
maka; diperoleh,
12 ଵ,ସ
ܵ = ൬ ൰ = 1,49
9

Nilai K dan CP diambil dari sumber Ambar dan Sjafrudin (1979),


dimana K = 0,12 untuk jenis tanah latosol, serta nilai CP yang
menyatakan untuk hutan, semak, dan kebun nilai CP berkisar 0,01.
Kondisi ini sesuai dengan keadaan awal sebelum dilakukan
pematangan lahan untuk kepentingan pembangunan TPS, maka
diperoleh nilai laju erosi kondisi awal sebesar;

‫ܧ‬ௗ௣ = ܴ‫ܲܥܵܮܭ‬ௗ௣ = 71,562 × 0,12 × 1,90 × 1,49 × 0,01 = 0,24


ton/Ha/tahun

Kemudian, nilai erosi yang diprakirakan ketika pembangunan TPS telah


berjalan/beroperasi dengan nilai CP untuk jenis kebun pekarangan
yaitu 0,20, maka diperoleh

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-39

‫ܧ‬௧௣ = ܴ‫ܲܥܵܮܭ‬௧௣ = 71,562 × 0,12 × 1,90 × 1,49 × 0,20 = 4,86


ton/Ha/tahun

Sehingga besarnya selisih laju erosi yang diprakirakan sebelum ‫ܧ‬ௗ௣ dan
sesudah adanya proyek ‫ܧ‬௧௣

∆‫ܧ = ܧ‬ௗ௣ − ‫ܧ‬௧௣ = 4,86 − 0,24 = 4,62 ton/Ha/tahun

Selanjutnya luas lahan yang akan ditempati calon TPS hanya sekitar
2,1 Ha yang akan dikonversi menjadi tapak lokasi TPS dan sarana
penunjangnya, maka dengan dikonversikannya kondisi lahan yang
semula hutan, semak, dan kebun menjadi lokasi TPS, dapat
diprakirakan dampak erosi yang akan terjadi yaitu 4,62 ton/Ha/tahun x
2,1 Ha = 9,7 ton/tahun.

Berdasarkan nilai soil loss hasil prediksi laju erosi di lokasi penelitian
sebelum ada proyek sebesar 0,24 ton/Ha/tahun, sesudah ada proyek
4,86 ton/Ha/tahun, selisih 4,62 ton/Ha/tahun, dan lahan yang akan
ditempati calon TPS hanya sekitar 2,1 Ha yaitu 9,7 ton/tahun. Nilai-nilai
tersebut masih termasuk dalam kategori erosi kelas I; sangat ringan <
15 ton/Ha/tahun.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-40

5. GEOLOGI
Secara regional stratigrafi dan litologi batuan yang menyusun wilayah di
sekitar lokasi TPS fly ash dan bottom ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power
adalah satuan Molasa Celebes (QTms). Formasi ini berumur Miosen–Pliosen.
Litologinya adalah konglomerat, batupasir, batulempung dan batulanau.
Penyebarannya meliputi bagian barat dan timur wilayah Kota Palu. Formasi ini
merupakan penyusun utama bagian timur Teluk Palu, memanjang dari utara
Tawaili ke arah selatan melewati Biromaru. Di bagian barat penyebarannya
relatif sempit. Kemudian di bagian barat terdapat satuan Aluvium dan dan
Endapan Pantai (Qal). Formasi ini berumur Holosen. Litologinya terdiri atas
kerikil, pasir, lanau dan lempung. Sifat fisiknya lepas-lepas dan
pengendapannya masih berlangsung hingga sekarang. Formasi ini merupakan
endapan batuan di permukaan, terbentuk sebagai hasil rombakan dari
perbukitan-perbukitan yang mengelilinginya. Selain wilayah pantai, pusat Kota
Palu secara keseluruhan juga tersusun oleh formasi ini.

Struktur geologi utama yang terdapat di wilayah ini adalah struktur graben
yang dikenal sebagai “sesar Palu–Koro”. Sesar (patahan lapisan litosfer) ini
merupakan “sesar geser aktif” dengan kecepatan pergeseran sekitar 14–17
mm/tahun. Struktur geologi lainnya, selain struktur utama di atas, adalah
sesar geser dan sesar normal, dengan dimensi yang lebih kecil, yang
mematahkan batuan-batuan intrusi granit dan granodiorit, Molasa Celebes
dan Komplek Batuan Malihan. Struktur-struktur kecil ini mempunyai arah yang
relatif tidak seragam dan banyak gejala tersebut dijumpai di sepanjang jalur
sesar Palu–Koro. Sesar normal yang dijumpai dengan dimensi yang relatif
besar adalah Sesar Janedo. Sesar ini terletak di bagian timur Kota Palu dan
sejajar dengan jalur Sesar Palu–Koro.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-41

Gambar L-17: Peta geologi regional di sekitar lokasi TPS Fly ash dan bottom
ash oleh PT. Pusaka Jaya Palu Power

Berdasarkan penelitian langsung di lapangan, daerah penelitian ini berada di


sekitar Sungai Tawaeli yang berada di Kelurahan Lambara dan sekitarnya,
Kecamatan Tawaeli. Pada lokasi pertama yaitu pada koordinat 0o44’07,9” LS
dan 119o52’36,3” BT dan lokasi ke dua yaitu pada koordinat 0o44’04,1” LS
dan 119o52’35,6” BT, lokasi tersebut memiliki ketinggian 18-100 m.dpl dan
termasuk dalam daerah pedataran (Van Zuidam, 1985).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-42

Pada Gambar (L-18) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada
bagian selatan Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan
antara batuan konglomerat, dan batupasir. Tinggi singkapan tersebut ±2,5
meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan pertama
(konglomerat) ± 1,5 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir) ± 0,5 meter dan
tebal lapisan ke tiga (konglomerat) ± 0,6 meter.

Gambar L-18: Singkapan dan sketsa lapisan batuan titik pertama

Pada Gambar (L-19) dapat dilihat bagaimana susunan batuan sedimen pada
bagian Utara Sungai Tawaeli. Singkapan tersebut tersusun atas persilangan
antara batuan konglomerat, batupasir lanauan dan lanau. Tinggi singkapan
tersebut ± 1,5 meter dengan tebal top soilnya yaitu ±10 cm, tebal lapisan
pertama (konglomerat) ± 0,6 meter, tebal lapisan ke dua (batupasir
lanaunan) ± 0,5 meter dan tebal lapisan ke tiga (lanau) ± 0,4 meter.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-43

Gambar L-19: Singkapan dan sketsa lapisan batuan titik kedua

6. GEOTEKNIK DAN DAYA DUKUNG TANAH


Pada Pekerjaan Pembangunan TPS Limbah B3 fly ash dan bottom ash yang
berlokasi di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah dilaksanakan pengujian daya dukung tanah. Pelaksanaan
peyelidikan tanah ini bertujuan untuk mendapatkan data-data mengenai
kondisi tanah pada lokasi pekerjaan tersebut utamanya yang menyangkut
daya dukung tanah serta sifat-sifat fisik (indeks properties) dan sifat-sifat
teknik tanah (engineering properties). Penyelidikan meliputi penyelidikan
lapangan yaitu Uji Sondir dan Hand Bor. Dalam observasi lapangan dilakukan
juga pengambilan sampel baik sampel asli maupun sampel tanggung yang
nantinya akan dilakukan analisis pengujian tanah di laboratorium sesuai
dengan permintaan. Data-data yang diperoleh dapat menjadi bahan acuan
dalam perencanaan dan kelayakan pekerjaan tersebut.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-44

Dari hasil analisis dan pengujian di lapangan dan di Laboratorium dapat


disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Daya dukung tanah untuk pada kedalaman 0 m – 1,6 m daya dukung


jelek, 1,8 m – 2,6 m daya dukung sedang, 2,8 m – 3,2 m daya dukung
baik, sedangkan daya dukung sangat baik berada pada kedalaman 3,4
m – 3,8 m dengan pembacaan manometer >200 kg/cm2.
2. Analisis daya dukung fondasi dalam (fondasi tiang pancang dan fondasi
bor pile) tidak dapat dilakukan karena data sondir hanya sampai 3,8 m.
Maka untuk bangunan berlantai 3 keatas perlu dilakukan bor log
dengan menguji SPT sampai kedalaman minimum 20m.
3. Dari data hand bor dilapangan dari pengamatan visual menunjukan
bahwa material di lokasi termasuk material jenis tanah yang berbutir
halus (lanau mengandung lempung) pada kedalaman sekitar 0 – 3 m,
dan pada kedalaman 3,0 m – 4,0 m lapisan tanah adalah kerikil dengan
campuran lanau dan batu.
4. Dari data permeabilitas tanah yang diambil dari hand bor pada
kedalaman sekitar 2,6 m – 2,8 m yang diuji di Laboratorium diperoleh
rata-rata kecapatan rembes air adalah sebesar 0,00017626 cm/detik.
5. Dari pengujian Geser Langsung diperoleh sudut geser 9,9 derajat dan
kohesi 0,119 km/cm2.

7. GEOLISTRIK BAWAH PERMUKAAN


Penyelidikan struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS, menggunakan
metode geolistrik (Electrical Resisitivity Method). Metode ini mengukur beda
potensial ∆ܸ sebagai respon injeksi arus listrik ‫ ܫ‬ke dalam bumi. Dari hasil
pengukuran tersebut kemudian dihitung nilai hambatan jenis batuan bawah
permukaan yang akan ditransformasi kedomain geologi.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-45

Konfigurasi pengukuran menggunakan konfigurasi dipol-dipol dimana jumlah


ekspansi 8, jumlah elektroda 26, jarak elektroda 2 m, nilai n=1, dan
kedalaman target 5 m.

Gambar L-20: Sinyal data hasil pengukuran geolistrik ERT

Gambar L-21: Penampang struktur lapisan bawah permukaan di lokasi TPS hasil
penyelidikan metode geolistrik ERT dan hand bor

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-46

Dari hasil penyelidikan geolistrik ERT dan hand bor, diperoleh struktur lapisan
batuan bawah memiliki litologi batuan sebagai berikut:

Pada kedalaman target dari permukaan hingga 5 m.bmt tidak diperoleh


adanya indikasi air tanah dekat permukaan (akuitar/semi bebas), dimana
penyusun batuan yang mendominasi yaitu lanau berlempung, kemudian
disisipi oleh kerikil, konglomerat, dan batupasir. Lanau dan lempung ini
merupakan lapisan yang bersifat kedap air. Hal ini tentunya menguntungkan
dari aspek kelayakan fisik untuk pembangunan TPS konsep waste
impoundment, dimana lapisan lanau berlempung tersebut dapat membantu
lapisan
apisan geomembran dan tanah yang telah dikompakkan, untuk menahan
infiltrasi air vertikal (interaksi hujan dan fly ash) “jika terjadi
tampungan/bocor” agar tidak menerus masuk ke dalam lapisan pembawa air
tanah/akuifer.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-47

8. HIDROGEOLOGI DAN KUALITAS AIR TANAH


Penyelidikan kondisi hidrogeologi air tanah bertujuan untuk melihat
kedalaman muka air tanah (MAT). Hal ini penting untuk dilakukan, agar data
tersebut menjadi bahan pertimbangan mengenai rencana pembuatan fasilitas
TPS fly ash dan bottom ash agar pada saat melakukan rekayasa lahan, tidak
terpengaruh oleh air bawah pemukaan maupun pada saat
pemanfaatan/pengoperasi TPS. Metode pengukuran yang digunakan untuk
menyelidiki kedalaamn muka air tanah (MAT) adalah Geolistrik Vertical
Electrical Sounding (VES). Titik pengukuran sebanyak 2 titik ukur. Titik ukur
PLTU1 berada pada koordinat 00 44' 32.8" LS dan E 1190 52' 48.3" BT dengan
ketinggian ± 78 m dari permukaan laut (m dpl). Untuk titik sounding PLTU2
terletak di sebelah Barat dayanya, pada koordinat 0044'34.8"LS dan 1190 52'
47.1" BT dengan ketinggian ± 72m.dpl. Untuk memperoleh distribusi harga
hambatan jenis setiap lapisan bawah permukaan, data hasil pengukuran
diolah dengan menggunakan Program Progress Ver 3.0.

Gambar L-22: Penampang geolistrik VES Titik Ukur PLTU01

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-48

 Lapisan I terdeteksi dekat permukaan dengan ketebalan ±0.87m yang


merupakan lapisan penutup, dengan kondisi kering. Lapisan yang sama
terdeteksi pada kedalaman ±2.09 m bawah muka tanah setempat (m bmt)
dengan ketebalan ±2.13m. Pada kedalaman ±6.24 m bmt lapisan ini
terdeteksi kembali dengan ketebalan yang cukup besar, yakni sebesar
±13.52m. Dari harga hambatan jenisnya, lapisan ini diduga merupakan
lapisan yang cukup kering.
 Lapisan II terdeteksi berselang seling dengan Lapisan I, pada kedalaman
±0.87m bmt, dan ±4.22m bmt. Ketebalan lapisan ini terdeteksi cukup
besar pada kedalaman ±19.76m bmt hingga ±59.13m bmt, dengan
ketebalan ±39.37m. Lapisan ini cukup konduktif yang diduga merupakan
lapisan yang cukup basah dan kedap air.
 Lapisan III terdeteksi pada kedalaman ±59.13m bmt. Ketebalan dan
kedalaman batas bawahnya lapisan ini tidak terdeteksi. Berdasarkan
pendugaan litologinya dan nilai hambatan jenis, lapisan ini diduga dapat
meloloskan air yang merupakan lapisan akuifer air tanah.

Gambar L-23: Penampang geolistrik VES Titik Ukur PLTU02


UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-49

 Lapisan I terdeteksi dekat permukaan dengan ketebalan ±0.78m yang


merupakan lapisan penutup, dengan kondisi kering. Lapisan yang sama
terdeteksi pada kedalaman ±1.75 m bmt sampai dengan kedalaman
±19.27 m bmt. dengan ketebalan ±2.13m. Ketebalan lapisan ini yang
cukup besar, mencapai sebesar ±17.52m. Dari harga hambatan jenisnya,
lapisan ini diduga merupakan lapisan yang cukup kering.
 Lapisan II terdeteksi berselang seling dengan Lapisan I, pada kedalaman
±0.78m bmt dengan ketebalan yg cukup tipis, yakni sebesar ±0.97m.
Lapisan yang sama terdeteksi pada kedalaman ±19.27m bmt hingga
±78.43m bmt, dengan ketebalan mencapai ±59.16m. Lapisan ini cukup
konduktif yang diduga merupakan lapisan yang cukup basah dan kedap air.
 Lapisan III terdeteksi pada kedalaman ±78.43m bmt. Ketebalan dan
kedalaman batas bawah lapisan ini tidak terdeteksi. Berdasarkan
pendugaan litologinya dan nilai hambatan jenis, lapisan ini diduga
merupakan lapisan akuifer air tanah yang dapat meloloskan air.

Kemudian untuk mengetahui kualitas air tanah setempat, sampel air tanah
diambil pada salah satu sumur warga terdekat dengan lokasi. Cara
pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I.

Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan
adalah 26,730C. Temperatur tersebut merupakan temperatur alami air di
daerah pengamatan. Temperatur yang terlalu tinggi dapat menurunkan nilai
oksigen terlarut dalam air yang juga berpengaruh terhadap BOD air.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-50

Tabel L-7: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air tanah


No. Parameter Satuan Hasil Analisis# Baku Mutu *
O
1 Temperatur C 26,73
2 Residu terlarut mg/L 397 1000
3 Residu tersuspensi mg/L 1,08 50
4 Konduktivitas mS/cm 0,62
5 Turbiditas NTU 4,06
6 Salinitas % 0,03
7 pH 6,83 6-9
8 BOD mg/L 1,23 2
9 COD mg/L 6,04 10
10 DO mg/L 10,96 6
11 Total fosfat sebagai P mg/L 0,02 0,2
12 NO3 sebagai N mg/L 1,33 10
13 NH3-N mg/L 0,00 0,5
14 NO2-N mg/L 0,02 0,06
15 Timbal (Pb) mg/L 0,00 0,03
16 Seng (Zn) mg/L 0,00 0,05
17 Sulfat (SO4) mg/L 2,44 400

Sumber: Hasil analisis Laboratorium AnalisisSumberdaya Alam dan Lingkungan


Fakultas Pertanian UNTAD, 2017.

Keterangan:
* = Baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Th. 2001 Kelas I.
# = Air tanah/ air bersih di Kelurahan Lambara, Kecamatan Tawaeli Kota Palu

Pengukuran suhu menjadi sangat penting dalam pengelolaan dan


pemantauan lingkungan karena suhu air sangat berpengaruh terhadap
nilai dan besaran parameter kimia yang menjadi target pengamatan. Oleh
karena itu, parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis dan
interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran.

Kandungan residu terlarut dalam air disebabkan oleh senyawa organik


dan anorganik dalam bentuk terlarut. Hasil analisis menunjukkan
kandungan padatan terlarut adalah 397 mg/L. Hasil tersebut masih
berada pada nilai ambang batas yang dipersyaratkan dalam PP RI No. 8

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-51

Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian


Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I.

Residu tersuspensi di dalam air akan mengurangi penetrasi sinar matahari


ke dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen. Hasil
analisis menunjukkan residu tersuspensi yang sangat rendah, yaitu 1,08
mg/L. Nilai tersebut masihjauhdi bawah nilai ambang batas yang
dipersyaratkan, yaitu 50 mg/L.

Kekeruhan atau turbiditasmerupakan suatu parameter pengukuran


banyaknya padatan tersuspensi dalam larutan dengan menggunakan efek
cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala
NTU (nephelometric turbidity unit). Kekeruhan disebabkan oleh adanya
bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti
lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik dan anorganik yang
berupa plankton dan mikroorganisme. Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi tingginya
padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Dan
semakin tinggi nilai turbiditas maka kualitas sampel air semakin buruk. Air
tanah memiliki nilai turbiditas rendah karena air tanah telah mengalami
proses filtrasi alamiah oleh lapisan batuan di bawah permukaan tanah.

Berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat


dan Pengawasan Kualitas Air, nilai turbiditas maksimal untuk air bersih
(yaitu air yang dapat diminum setelah dimasak) adalah 25 NTU. Sejalan
dengan kadar padatan tersuspensi yang sangat kecil, maka hasil analisis
laboratorium menunjukkan turbiditas air tanah bernilai 4,06 NTU atau
dengan kata lain air tanah di lokasi pengamatan cukup jernih. Dengan
demikian, air tanah juga memenuhi Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (yaitu
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-52

air yang dapat langsung diminum)dengan nilai turbiditas maksimal


sebesar 5 NTU.

Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit


di dalam air. Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan
garam-garam yang terlarut dalam air, berkaitan dengan kemampuan air
di dalam menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai daya hantar
listrik berarti semakin besar kemampuan kation dan anion yang terdapat
dalam contoh air untuk menghantarkan arus listrik. Hal ini
mengindikasikan bahwa semakin banyak mineral atau garam terlarut yang
terkandung dalam air.Selain dipengaruhi oleh jumlah garam-garam
terlarut, konduktivitas juga dipengaruh oleh nilai temperatur. Kandungan
elektrolit yang terlalu tinggi tidak diperkenankan pada air untuk keperluan
konsumsi. Hasil analisis laboratorium menunjukkan konduktivitas air tanah
di wilayah kegiatan sangat rendah, yaitu 0,62 mS/cm.

Salinitas menunjukkan banyak garam yang terlarut di dalam air. Salinitas


pada air tanah sangatlah kecil karena kadar garam yang sangat rendah.
Sangat berbeda dengan salinitas pada air laut. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan keadaan air tanah di wilayah kegiatan memiliki salinitas
yang rendah, yaitu 0,03 %. Hasil ini sejalan dengan nilai konduktivitas di
atas.

Pengaruh pH terhadap kualitas air, mempengaruhi baku mutu air untuk


layak dikonsumsi. Sesuai dengan Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kisaran
pH normal adalah pH netral, yaitu 6,5 sampai 8,5. Begitu pula untuk PP
RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk mutu air Kelas I, pH normal adalah pH 6 sampai 9.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-53

pH air tanah hasil pengamatan berada pada kisaran pH yang


dipersyaratkan kedua peraturan tersebut, yaitu pH 6,83.

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) didefenisikan sebagai banyaknya


oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat penguraian bahan
organik, pada kondisi aerobik. Penguraian bahan organik diartikan bahwa
bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai makanan dan
energinya diperoleh dari proses oksidasi. BOD yang tinggi masuk ke
dalam suatu badan air akan mengakibatkan terjadinya deplesi oksigen di
dalam air. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan BOD air
tanah masih di bawah ambang batas (2 mg/L), yaitu 1,23 mg/L.

Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) menggambarkan jumlah total oksigen


yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik
yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang
sukar didegradasi secara biologis (non-biodegradable) menjadi CO2 dan
H2O. Nilai COD dianggap palling baik dalam menggambarkan keberadaan
bahan organik. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kandungan COD
air tanah adalah 6,04 mg/L, atau masih di bawah nilai
ambangbatasbakumutu air berdasarkan PP RI No. 82 Th. 2001 Kelas I
yaitu 10 mg/L.

Kandungan oksigen terlarut (DO) sangat penting diperairan karena sangat


menetukan proses biokimia air yang akan mempertahankan tingkat
kualitas air. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkan energy untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen
memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena
oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan
organik dan anorganik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-54

untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya


adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan
perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan
mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam
bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah, maka
peranan oksigen terlarut sangat penting untuk mengurangi pencemaran
pada perairan. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa
kandungan oksigen terlarut sebesar 10,96 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi
dari batas minimum nilai DO yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th.
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
untuk mutu air Kelas I, yaitu 6 mg/L.

Keberadaanfosfat yang tinggi pada perairan akan menyebabkan


pertumbuhan tumbuhan air yang sangat pesat sehingga mengurangi
jumlah oksigen terlarut. Hasil analisis laboratorium menunjukkan kadar
fosfat di lokasi pengamatan, yaitu 0,02 mg/L atau di bawah nilai ambang
batas 0,2 mg/L.

Nitrogen di perairan dapat berupa nitrogen anorganik dan organik.


Nitrogen anorganik terdiri atas amoniak (NH3), ammonium (NH4), nitrit
(NO2), nitrat (NO3), dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas.
Nitrogen anorganik berupa protein, asam amino dan urea.

Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan


merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga,
sedangkan keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya poses
biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut
rendah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kandungan nitrat (N-
NO3) adalah 1,33 mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) adalah 0,02
mg/L. Kandungan nitrit dan nitrat tersebut masih berada di bawah
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-55

ambang batas sesuai dengan prasyarat PP RI No. 82 Th. 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
Kelas I. Khusus untuk nitrit, kadar tersebut juga di bawah ambang batas
untuk air minum sebagaimana Permenkes RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, yaitu 3
mg/L. Kandungan amoniak (N-NH3) dari air tanah yang diperoleh senilai 0
mg/L menegaskan bahwa air tanah yang dipakai oleh warga di sekitar
wilayah masih dalam kondisi alami atau dengan kata lain pasokan oksigen
di air tersebut masih memadai.

Komponen alami lain yang ada di air adalah logam berat, namun
konsentrasinya sangat rendah sehingga unsur ini termasuk ke dalam
unsur “trace”. Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik,
diantaranya berbagai jenis logam berat berbahaya, yang beberapa
diantaranya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga
diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. Logam-logam berat
tersebut diketahui dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dan
tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun.

Logam seng (Zn) juga termasuk salah satu unsur logam lain yang
terdapat dalam jumlah melimpah di alam. Seng yang berikatan dengan
klorida dan sulfat mudah larut, sehingga konsentrasi seng dalam air
seringkali meningkat. Batas maksimum Zn dalam air bersih adalah 0,05
mg/L.

Sementara logam Timbal (Pb) terdapat dalam air dengan bilangan


oksidasi Pb2+. Timbal yang berasal dari batuan kapur merupakan sumber
timbal dari perairan alami. Logam Pb dapat masuk dalam ke perairan
melalui pengkristalan di udara yang merupakan pembakaran hasil
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dengan bantuan hujan.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-56

Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan mineral akibat


hempasan dan angin. Konsentrasi maksimum timbal dalam air tanah atau
air bersih adalah 0,03 mg/L. Hasil analisis laboratorium menunjukkan
bahwa air tanah yang digunakan sebagai sumber air bersih di sekitar
lokasi kegiatan bebas dari cemaran logam berat Timbal (Pb) dan Seng
(Zn).

Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang


merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah.Sulfat dalam
jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi
secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesis. Ion
sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan
selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida.Dalam suasana aerob
hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Hasil
analisis laboratorium menunjukkan kadar sulfat dalam air tanah di wilayah
kegiatan adalah 2,44mg/L atau masih sangat jauh dari nilai ambang batas
400 mg/L.

9. HIDROLOGI FISIK DAN KUALITAS AIR SUNGAI


Badan Sungai Tawaeli merupakan salah satu sarana jalan alami yang akan
dilalui mobil pengangkut fly ash dan bottom ash, karena akses lebih cepat ke
tujuan, jauh dari gesekan sosial, dampak abu, dan lainnya. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengamatan kondisi fisik Sungai Tawaili. Data histori
hidorologi Sungai Tawaili sendiri tidak tersedia di instansi pemerintah.
Sehingga, pengamatan yang dilakukan bersifat sesaat (bukan time series).
Parameter yang diamati meliputi lebar sungai, debit, dan kondisi fisik.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-57

Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh lebar total 72,7 m, kemudian lebar


kering 70,2 m, dan sisanya yaitu lebar basah 2,5 m kurang lebih 3,44% dari
total keseluruhan. Kemudian, pengamatan mengenai penampang dasar
sungai dilakukan dengan cara mengukur kedalaman tiap segmen, dimana
masing-masing nilai kedalaman yang diperoleh 10 cm, 18 cm, 15 cm, 17 cm.

Gambar L-24: Pengukuran lebar dan kedalaman Sungai Tawaili (saat hujan
sedang)

Gambar L-25: Profil penampang lebar basah Sungai Tawaili

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-58

Kemudian, dari hasil pengukuran debit diperoleh nilai sebesar 0,3 m3/det.
Berbeda dengan kondisi sungai saat tidak terjadi hujan. Lebar tetap sama,
hampir-hampir air hanya kelihatan seperti tergenang. Baik kondisi saat hujan
maupun tidak kendaraan seperti mobil, motor, dan gerobak sapi dapat
melalui/memotong sungai tersebut.

Gambar L-26: Kondisi fisik Sungai Tawaeli (saat tidak hujan)

Kemudian untuk mengetahui kualitas air Sungai Tawaeli, sampel air sungai
diambil pada rencana ruje jalur yang digunakan untuk pengangkutan fly ash
dan bottom ash. Cara pengukuran dan evaluasi kualitas air tanah
berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
Kelas II.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-59

Tabel L-8: Hasil analisis laboratorium tentang kualitas air sungai Tawaeli

No. Parameter Satuan Hasil Analisis# Baku Mutu *


O
1. Temperatur C 28,94 Alami
2. Residu terlarut mg/L 290 1000
3. Residu tersuspensi mg/L 20,24 50
4. Konduktivitas mS/cm 0,48
5. Turbiditas NTU 45,3
6. Salinitas % 0,02
7. pH 7,62 6-9
8. BOD mg/L 1,55 3
9. COD mg/L 6,22 25
10. DO mg/L 8,54 4
11. Total fosfat sebagai P mg/L 0,04 0,2
12. NO3 sebagai N mg/L 1,23 10
13. NH3-N mg/L 0,00 -
14. NO2-N mg/L 0,05 0,06
15. Timbal (Pb) mg/L 0,00 0,03
16. Seng (Zn) mg/L 0,00 0,05
17. Besi (Fe) mg/L 0,00 0,3
18. Sulfat (SO4) mg/L 5,19 -
Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Fakultas Pertanian UNTAD, 2017.

Keterangan:
* = Baku mutu air sungai berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 Kelas II.
# = Air sungai Tawaeli, Kel. Lambara Kec. Tawaeli Kota Palu

Hasil analisis sifat fisik air seperti temperatur air pada lokasi pengamatan
adalah 28,94OC. Temperatur tersebut masih dalam kondisi alami sesuai
dengan lokasi kegiatan. Parameter suhu menjadi tolak ukur dalam analisis
dan interpretasi hasil pengamatan atau pengukuran. Sementara untuk
residu terlarut, diperoleh kandungan padatan terlarut di lokasi kegiatan
yaitu 290 mg/L atau masih berada pada nilai ambang batas yang
dipersyaratkan dalam aturan PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-60

Residu terlarut dan Residu Tersuspensi juga menunjukkan tingkat


kekeruhan pada air sungai. Residu terlarut merupakan ukuran zat terlarut
baik organik maupun anorganik. Residu terlarut dan Tersuspensi yang
tinggi pada air sungai akan mempengaruhi tingkat kejernihan air yang
akan memberikan pengaruh pada proses fotosintesis pada biota air
sungai. Hasil analisis Laboratorium pada air sungai untuk residu terlarut
290 mg/L dan residu tersuspensi 20,24 mg/L. Nilai tersebut masih berada
pada ambang batas yang dipersyaratkan.

Kekeruhan atau turbiditas adalah pengukuran jumlah padatan tersuspensi


dalam larutan. Secara sederhana kekeruhan adalah pengukuran tingkat
kejernihan air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan
anorganik yang tersuspensi dan terlarut (seperti lumpur dan pasir halus),
maupun bahan organik dan anorganik.Semakin tinggi nilai padatan
tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Nilai turbiditas
(kekeruhan) pada lokasi pengamatan yaitu 45,3 NTU. Nilai turbiditas yang
tinggi ini didukung oleh data residu tersuspensi dan residu terlarut yang
juga tinggi. Tingginya nilai turbiditas pada air sungai tersebut dapat
disebakan oleh limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga dekat
air sungai.

Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk


menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). Kandungan
elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang terlarut
dalam air, berkaitan dengan kemampuan air di dalam menghantarkan
arus listrik. Semakin besar nilai daya hantar listrik berarti semakin besar
kemampuan kation dan anion yang terdapat dalam contoh air untuk
menghantarkan arus listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
banyak mineral atau garam terlarut yang terkandung dalam air. Hasil

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-61

analisis laboratorium menunjukkan konduktivitas air sungai di lokasi


kegiatan tergolong rendah yaitu 0,48 mS/cm. Sementara itu, parameter
salinitas menunjukkan banyaknyagaram yang terlarut di dalam air.
Salinitas pada air sungai sangatlah kecil bahkan kadangtidak terdeteksi
karena kadar garam yang sangat rendah. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan keadaan air sungai di lokasi pengamatan yaitu 0,02 %.

Parameter pH merupakan salah satu bagian terpenting lainnya dalam


penentuan baku mutu air sungai. pH air sungai juga sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup di dalam air sungai.
Kisaran pH yang dipersyaratkan dalam PP RI No. 8 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II adalah pH 6-9. Hasil analisis menunjukkan pH air sungai di
daerah pengamatan yaitu pH 7,62.

Penentuan BOD air sungai sangat penting untuk menelusuri aliran


pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Penentuan BOD merupakan
suatu prosedur bioassay yang menyangkut pengukuran banyaknya
oksigen yang digunakan oleh organisme selama organisme tersebut
menguraikan bahan organik yang ada dalam suatu perairan, pada kondisi
yang hampir sama dengan kondisi yang ada di alam. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan kandungan BOD air sungai, yaitu 1,55 mg/L.
Nilai tersebut berada di bawah nilai ambang batas sesuai dengan PP RI
No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air untuk mutu air kelas II, yaitu 3 mg/L. Sementara itu,
COD juga sangat penting pada penentuan baku mutu air sungai.
Keberadaan bahan organik pada badan perairan dapat berasal dari alam,
aktvitas rumah tangga, dan aktivitas lainnya. Hasil analisis laboratorium

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-62

menunjukkan kandungan COD air sungai masih berada di bawah ambang


batas, yaitu 6,22 mg/L.

Oksigen terlarut (DO) pada air sungai sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk hidup di dalamnya untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Peranan oksigen terlarut dalam air sungai sangat penting
untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara
alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk
memurnikan air buangan industri dan rumah tangga. Hasil analisis
laboratorium menunjukkan kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi,
yaitu 8,54 mg/L. Nilai tersebut lebih tinggi dari batas minimum nilai DO
yang persyaratkan dalam PP RI No. 82 Th. 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air kelas II,
yaitu 4 mg/L.

Keberadaan fosfat yang terkandung dalam air sungai disebabkan karena


kegiatan penduduk dalam penggunaan detergen, pestisida, dan
kandungan pupuk. Namun, fosfat juga tidak hanya dihasilkan dari
kegiatan penduduk tetapi juga dapat dihasilkan oleh alam. Fosfat yang
tinggi pada perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang
sangat pesat sehingga mengurangi jumlah oksigen terlarut yang
selanjutnya mempengaruhi kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Hasil
analisis laboratorium menunjukkan kadar fosfat adalah 0,04 mg/L atau di
bawah nilai ambang batas 0,2 mg/L. Sementara itu, sumber nitrogen
dalam air sungai dapat berupa nitrat, nitrit, dan amoniak. Hasil analisis di
laboratorium menunjukkan kandungan nitrat (N-NO3) air sungai yaitu 1,23
mg/L, sedangkan kandungan nitrit (N-NO2) air sungai adalah 0,05 mg/L.
Kandungan nitrit dan nitrat tersebut masih berada di bawah ambang

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-63

batas sesuai dengan prasyarat PP RI No. 82 Th. 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk mutu air
kelas II. Selain itu, air sungai di lokasi kegiatan tidak memiliki kandungan
amoniak (N-NH3).

Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang


merupakan bentuk sulfur utama di perairan. Sulfat dalam jumlah besar
akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat terjadi secara alamiah.
Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesis. Ion sulfat oleh bakteri direduksi
menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida
teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan kadar sulfat dalam air sungai di wilayah lokasi kegiatan 5,19
mg/L. Berdasarkan peraturan Pemerintah RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
bahwa nilai ambang batas kandungan sulfat dalam air yaitu 400 mg/L
sehingga parameter sulfat untuk sampel air sungai yang di uji masih
berada jauh dari ambang batas.

Logam berat yang melebihi nilai ambang batas menjadi salah satu
pencemar dalamair sungai. Konsentrasi maksimum logam timbal dalam air
sungai adalah 0,03 mg/L, logam seng 0,05 mg/L, logam besi 0,3 mg/L.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tidak ditemukan
keberadaan logam berat baik Pb, Zn maupun Fe dalam air sungai. Data
tersebut menunjukkan bahwa air sungai di sekitar wilayah kegiatan dalam
keadaan alami.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-64

10. KUALITAS TANAH


Pengambilan contoh tanah berada di lokasi TPS menggunakan 2 buah ring
tanah, yang disusun untuk memperoleh sampel tanah yang tidak terganggu.
Sampel tanah yang diperoleh kemudian diperiksa/diuji sifat fisik dan kimia
tanah di Lab. Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan FAPERTA UNTAD.
Hasil pengujian sampel tanah ditunjukkan pada Tabel L-9.

Tabel L-9: Hasil pengujian contoh tanah

No Parameter Satuan Hasil Uji


1 Pasir % 37,63
2 Debu % 42,35
3 Liat % 20,02
4 Permeabilitas Cm/jam 0,56
5 Berat Isi Tanah g/cm3 1,64
6 Ruang Pori Total % 38,11
7 C-organik % 2,13
8 N-total % 0,24
9 C/N - 11,83
10 pH H2O (1:2,5) - 5,75
11 pH KCl (1:2,5) - 4,82
12 P2O5 Bray I Ppm 9,92
13 P2O5 HCl 25% Mg 100-1 28,57
14 K2O HCl 25% Mg 100-1 30,46
15 Ca Cmol (+) kg-1 6,08
16 Mg Cmol (+) kg-1 0,53
17 Na Cmol (+) kg-1 0,36
18 K Cmol (+) kg-1 0,46
19 KTK Cmol (+) kg-1 25,61
20 KB % 29,01
21 Kejenuhan Al % 8,64
Sumber: Hasil analisis Laboratorium Analisis Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian
UNTAD, 2017.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-65

1. Sifat Fisik Tanah


Tekstur Tanah
Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli KotaPalu
didapatkan komposisi tanah pada lokasi pengamatan yaitu 37,63% pasir;
42,35% debu dan 20,02% liat. Dari komposisi tanah pada lokasi pengambilan
sampel Kecamatan Tawaeli menunjukkan bahwa berdasarkan kelas
teksturnya termasuk tanah bertekstur sedang (mengandung maksimum 70%
pasir dan maksimum 37,5% liat). Hal ini disebabkan karena menurut Hanafiah
(2007) berdasarkan kelas teksturnya tanah digolongkan menjadi tiga yaitu
tanah bertekstur kasar (mengandung minimal 70% pasir), tanah bertekstur
halus (mangandung minimal 37,5% liat) dan tanah bertekstur sedang
(mengandung maksimum 70% pasir dan maksimum 37,5% liat).

Pada komposisi tanah di lokasi pengambilan sampel Kecamatan Tawaeli


menunjukkan bahwa tanah didominasi oleh debu sehingga tanah tersebut
banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau agak porous. Hal ini
disebabkan karena menurut Hanafiah (2007), tanah yang didominasi pasir
akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) atau lebih porous; tanah
yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) atau
agak porous dan tanah yang didominasi liat akan mempunyai pori-pori mikro
(kecil) atau tidak porous. Menurut Hardjowigeno (2003) tanah dengan tekstur
pasir banyak mempunyai pori-pori mikro sehingga sulit menahan air.

Struktur Tanah
Pada lokasi pengambilan sampel tanah di Kecamatan Tawaeli didapatkan
komposisi yaitu 37,63% pasir; 42,35% debu dan 20,02% liat. Pada lokasi
pengambilan sampel menunjukkan bahwa tanah pada Kecamatan Tawaeli
memiliki struktur. Hal ini disebabkan karena menurut Arsyad (2005) bahwa
struktur adalah kumpulan butir-butir tanah yang disebabkan terikatnya butir-
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-66

butir pasir, liat atau debu oleh bahan organik, oksidasi besi dan lain-lain.
Struktur tanah yang penting dalam mempengaruhi inflitrasi adalah ukuran
pori dan kemantapan pori. Teori ini diperkuat oleh Hardjowigeno (2003)
menyatakan bahwa struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil
alami dari tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain.
Satu unit struktur disebut ped (terbentuk karena proses alami). Struktur tanah
memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu lempeng (plety), prismatik
(prismatic), tiang (columnar), gumpal bersudut (angular blocky), gumpal
membulat (subangular blocky), granular (granular), remah
(crumb)(Hardjowigeno, 2003).

Dari tekstur atau komposisi kimiatanah di lokasi pengambilan sampel


Kecamatan Tawaelimenunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki derajat
agregasi atau perkembangan struktur berupa gradasi struktur sedang. Ini
diperkuat dengan adanya pembagian gradasi struktur tanah menurut Foth
(1994) yaitu tidak mempunyai struktur berupa agregasi tidak dapat dilihat
atau tidak tertentu batasnya dan susunan garis-garis alam semakin kabur,
pejal jika menggumpal, berbutir tunggal jika menggumpal; gradasi struktur
lemah berupa ped yang sulit dibentuk dan dapat dilihat dengan mata
telanjang; gradasi struktur sedang berupa ped yang dibentuk dengan baik,
tahan lama dan jelas, tetapi tidak jelas pada tanah yang tidak terganggu; dan
gradasi struktur kuat berupa ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak
terganggu satu dengan yang lain terikat secara lemah, tahan terhadap
perpindahan dan menjadi terpisah apabila tanah tersebut terganggu.

Kerapatan Limbak (Bulk Density)


Kerapatan limbak merupakan rasio bobot kering mutlak (suhu 105oC) suatu
unit tanah terhadap volume total, yang sering dinyatakan dalam gr/cm3(Hillel,
1980). Menurut Hardjowigeno (2007) bahwa kerapatan limbak atau
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-67

bulakdensity (BD) adalah berat tanah kering per satuan volume tanah
(termasuk pori-pori tanah).

Berat isi tanah pada lokasi kegiatan menunjukkan berat isi tanah sebesar 1,64
g/cm3.Bila dibandingkan berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel
dengan kerapatan zarah (particle density) tanah yang selama ini dijadikan
dasar untuk menghitung ruang pori total (total porosity) menunjukkan hasil
berat isi tanah yang masih sangat rendah. Hal ini karena standar nilai
kerapatan zarah tanah sebesar 2,65 g/cm3(Hillel, 1980).

Dari data berat isi tanah pada lokasi pengambilan sampel juga menunjukkan
bahwa pada tanah tersebut akar tanaman lebih mudah berkembang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno(2007) bahwa tanah dengan bobot
yang besar akan sulit meneruskan air atau sulit ditembus akar tanaman,
sebaliknya tanah dengan bobot isi rendah menyebabkan akar tanaman lebih
mudah berkembang (Hardjowigeno, 2007).

Porositas Tanah
Pori-pori adalah bagian tanah yang berisi bahan padat tanah (terisi oleh udara
dan air). Pori tanah dapat dibedakan menjadi pori kasar (macro pore) dan
pori halus (micro pore). Pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang
mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori halus berisi air kapiler dan
udara(Hardjowigeno, 2007). Ruang pori tanah yaitu bagian dari tanah yang
ditempati oleh air dan udara, sedangkan ruang pori total terdiri atas ruangan
diantara partikel pasir, debu dan liat serta ruang diantara agregat-agregat
tanah (Soepardi, 1983).

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah ditempati oleh air dan udara (Hanafiah, 2007).
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-68

Menurut Hardjowigeno(2007), porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan


bahan organik, struktur dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi jika bahan
organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur remah atau granular mempunyai
porositas yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang berstruktur pejal.

Dari data komposisi tanah pada lokasi pengambilan sampel menunjukkan


bahwa tanah tersebut memiliki ruang pori total tanah sebesar 38,11%. Dari
data tersebutjugamenunjukkan bahwa pori partikel tanah tersebut termasuk
pori berguna bagi tanaman yaitu pori yang berdaimeter diatas 0,2 mikron
yang terdiri dari pori pemegang air berukuran diameter diatas 0,2-0,86
mikron. Hal ini diperkuat oleh pendapat Hardjowigeno(2003) yang
menyatakan bahwa agar tanaman dapat tumbuh baik diperlukan
perimbangan antara pori-pori yang dibedakan menjadi pori berguna dan pori
tidak berguna untuk ketersediaan air bagi tanaman. Pori berguna bagi
tanaman yaitu pori yang berdiameter diatas 0,2 mikron, yang terdiri dari pori
pemegang air berukuran diameter 0,2-0,86 mikron, pori drainase lambat
berdiameter 8,6-28,6 mikron dan pori drainase cepat berdiameter diatas 28,8
mikron. Air terdapat dalam pori pemegang air disebut air tersedia, umumnya
antara titik layu dan kapasitas lapang.

Sedangkan pori tidak berguna bagi tanaman adalah pori yang diameternya
kurang dari 0,2 mikron. Akar tanaman tidak mampu menghisap air pada pori
ukuran kurang dari 0,2 mikron, sehingga tanaman menjadi layu. Untuk
mengeluarkan air dari pori ini diperlukan tenaga tekanan atau isapan setara
15 atmosfir (Hardjowigeno, 2003).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-69

Permeabilitas Tanah
Menurut Hardjowigeno(2003), permeabilitas adalah kecepatan laju alir dalam
medium massa tanah. Sifat ini penting artinya dalam keperluan drainase dan
tata air tanah. Bagi tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya mempunyai
permeabilitas lebih lambat dibanding tanah bertekstur kasar. Permeabilitas
tanah merupakan parameter sifat fisika tanah yang menentukan kecepatan
pergerakan air dalam tanah.

Nilai permeabilitas tanah pada lokasi pengambilan sampel di Kecamatan


Tawaeli yaitu 0,56 cm/jam. Data ini jika dibandingkan dengan deskripsi
permeabilitas tanah yaitu sangat cepat (>25,0 cm/jam); cepat (12,5-25,0
cm/jam); agak cepat (6,5-12,5 cm/jam); sedang (2,0-6,5 cm/jam); agak
lambat (0,5-2,0 cm/jam); lambat (0,1-0,5 cm/jam) dan sangat lambat (<0,1
cm/jam)(Hardjowigeno, 2003). Dari deskripsi permeabilitas tanah
menunjukkan percepatan air dalam tanah berupa agak lambat karena berada
pada interval permeabilitas 0,5-2,0 cm/jam.

2. Sifat Kimia Tanah


Derajat Kemasaman Tanah (pH)
pH tanah umumnya berkisar antara 3,0-9,0. Di Indonesia pada umumnya
tanah bereaksi masam dengan pH berkisar antara 4,0-5,5 sehingga tanah
dengan pH 6,0-6,5 dikatakan cukup netral. Di daerah rawa-rawa sering
ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang
disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat.

Dari data derajat kemasaman tanah (pH) pada lokasi pengambilan sampel
tanah di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil berupa pH KCl (1:2,5) sebesar
4,82 sedangkan pH H2O (1:2,5) 5,75. Data tersebut menunjukkan bahwa
derajat kemasaman tanah pada lokasi pengambilan sampel baik berupa pH
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-70

H2O (1:2,5) maupun pH KCl (1:2,5) tidak memberikan perbedaan nilai derajat
kemasaman tanah yang sangat besar.Derajat kemasaman tanah pada lokasi
pengambilan sampel berdasarkan pH H2O (1:2,5) dan pH KCl (1:2,5)
memberikan hasil berupa kondisi masam karena derajat kemasamannya
berada dibawah 7.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas tukar kation (KTK) suatu tanah dapat didefinisikan sebagai suatu
kemampuan koloid tanah menjerap dan mempertukarkan kation (Hakim, et
al., 1986). Sedangkan menurut Hasibuan (2006), kapasitas tukar kation
merupakan banyaknya kation-kation yang dijerap atau dilepaskan dari
permukaan koloid liat atau humus dalam mili gram ekuivalen per 100 g
contoh tanah atau humus.

Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir(Hardjowigeno, 2007).

Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah atau pH, tekstur atau
jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukan.

Dari data pengamatan nilai kapasitas tukar kation pada tanah hasil
pengambilan sampel di Kecamatan Tawaeli didapatkan hasil KTK sebesar
25,61 cmol (+) per kg. Data ini menunjukkan nilai KTK pada tanah sekitar
lokasi pengambilan sampel tergolong tinggi. Hasil ini diperkuat dengan data
pengambilan sampel kapasitas tukar kation pada lokasi sampel memberikan
hasil baik dari P2O5 HCl 25% sebesar 28,57 mg per 100 g sedangkan dari K2O
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-71

HCl 25% sebesar 30,46 mg per 100 g.Sehingga secara umum kapasitas tukar
kation pada sekitar pengambilan sampel dari sisi P2O5 HCl 25% maupun K2O
HCl 25% cenderung sama dan tergolong pada nilai yang sedang.

Data kapasitas tukar kation pada lokasi pengambilan sampel jika


dibandingkan dengan pengaruh tekstur tanah. Karena tekstur tanah juga
berpengaruh terhadap KTK tanah. Semakin halus tekstur tanah semakin tinggi
pula KTK nya. Pengaruh tekstur tanah terhadap kapasitas tukar kation yaitu
tekstur pasir (0-5 mg per 100 g), lempung berpasir (5-10 mg per 100 g),
lempung dan lempung berdebu (10-15 mg per 100 g), lempung berliat (15-20
mg per 100 g) dan liat (15-40 mg per 100 g). Maka akan didapatkan hasil
bahwa tekstur tanah pada lokasi pengambilan tanah termasuk liat yaitu
memiliki kapasitas tukar kation berada pada interval 15-40 mg per 100 g.

C-Organik
Bahan organik merupakanbahan-bahan atau sisa-sisa yang berasal
daritanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam
tanahdengan tingkat pelapukan yang berbeda(Hasibuan, 2006). Bahan
organik merupakan bahan pemantap agregat tanah yang baik. Sekitar
setengah dariKapasitas Tukar Kation (KTK) berasal dari bahan organik(Hakim,
et al., 1986).

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor


yangberperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya tanaman. Hal
ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika
maupunbiologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan
berdasarkan jumlahC-Organik(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1991).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-72

Dari data kandungan C-organik pada tanah hasil pengambilan sampel tanah di
lokasi Kecamatan Tawaeli memberikan hasil kandungan C-organik sebesar
2,13%. Dari data kandungan C-organik tanah pada lokasi pengambilan
sampelmenunjukkan kandungan yang masih normal dan tergolong sedang.

N-Total
Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanamandalam
jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH4+)
dannitrat (NO3+). Menurut Hardjowigeno(2003) nitrogen di dalam tanah
terdapat dalamberbagai bentuk yaitu protein (bahan organik), senyawa-
senyawa amino,amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Bentuk N yang diabsorpsi
oleh tanamanberbeda-beda. Ada tanaman yg lebih baik tumbuh bila diberi
NH4+ ada pulatanaman yang lebih baik diberi NO3- dan ada pula tanaman
yang tidak terpengaruholeh bentuk-bentuk N ini(Leiwakabessy, et al.,
2003).Sumber nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui
penambahan pupuk buatan seperti urea atau ZA. Sumber N yang berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer dan lainnya berasal dari aktifitas di dalam
tanah sebagai sumber sekunder(Hasibuan, 2006).

Kandungan N-total pada tanah dari lokasi tempat pengambilan sampel di


Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 0,24%. Kandungan N-total
hasil analisis tergolong sedang. Hal ini disebabkan karena biomassa tanaman
rata-rata mengandung N sebesar 1 sampai2% dan mungkin sebesar 4 sampai
6%.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-73

P-Bray (Fosfor)
Menurut Hardjo Wigeno(2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari
bahan organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP
dan DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Tanaman dapat juga
mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin.
Bentuk-bentuk ini berasal dari dekomposisi bahan organik dan dapatlangsung
dipakai oleh tanaman. Tetapi karena tidak stabil dalam suasana dimana
aktifitas mikroba tinggi, maka peranan mereka sebagai sumber fosfat bagi
tanaman di lapangan menjadi kecil (Leiwakabessy, et al., 2003).

Dari data uji Laboratorium kandungan P2O5 Bray I pada lokasi pengambilan
sampel di Kecamatan Tawaeli memberikan hasil sebesar 9,92 ppm dan nilai
tersebut tergolong sedang.Dari data ini juga menunjukkan bahwa kandungan
P2O5 Bray I pada tanah di lokasi kegiatan masih sangat baik. Hal ini diperkuat
oleh Sanchez(1992)yang menyatakan bahwa kadar fosfor tersedia di dalam
tanah akan meningkat setelah pembukaan karena adanya kandungan fospor
di dalam abu.

Kalsium (Ca)
Kandungan kalsium (Ca) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil yaitu kandungan Ca sebesar 6,08 cmol (+) per kg. Dari
data ini menunjukkan kandungan Ca pada lokasi tanah masih dalam keadaan
baik.

Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral esensial sekunder seperti


magnesium dan belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap
tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah,
mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci
(Leiwakabessy, 1998). Mineral Ca, Mg dan K bersaing untuk memasuki
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-74

tanaman. Apabila salah satu unsur berada pada jumlah yang lebih rendah dari
pada yang lain, maka unsur yang kadarnya lebih rendah sukar diserap
(Leiwakabessy, et al., 2003).

Di dalam tanah kalsium berada dalam bentuk anorganik, namun dalam jumlah
yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi organik dalam
humus(Sutcliffe & Baker, 1975).

Magnesium (Mg)
Kandungan magnesium (Mg) pada tanah di lokasi pengambilan sampel
memberikan hasil yaitu kandungan Mg sebesar 0,53 cmol (+) per kg. Dari
data ini menunjukkan kandungan Mg pada lokasi tanah masih dalam keadaan
baik.

Di dalam tanah magnesium berada dalam bentuk anorganik (unsur makro),


namun dalam jumlah yang cukup signifikan juga berasosiasi dengan materi
organik dalam humus(Sutcliffe & Baker, 1975). Pemakaian N, P, K dalam
pupuk dan varietas unggul, mengakibatkan jumlah Ca dan Mg yang terangkut
ke tanaman juga meningkat. Unsur Ca dan Mg biasa dihubungkan dengan
masalah kemasaman tanah dan pengapuran.

Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan
pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang
berdekatan dengan pantai. Natrium (Na) juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang berlebihan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-75

Kandungan natrium (Na) pada tanah di lokasi pengambilan sampel


memberikan hasil sebesar 0,36 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan
kandungan Na pada lokasi masih dalam keadaan baik dengan nilai sedang.

Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan
batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses
dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik sehingga kalium akan larut dan
kembali ke tanah. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang
melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang
terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar
dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung
sedikit Kalium.

Kandungan kalium (K) pada tanah di lokasi pengambilan sampel memberikan


hasil sebesar 0,46 cmol (+) per kg. Dari data ini menunjukkan kandungan K
pada lokasi tanah masih dalam keadaan baik.

KB (Kejenuhan Basa)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen.
Kejenuhan basa rendah berarti tanah dengan kemasaman tinggi dan
kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. kejenuhan basa
dipengaruhi oleh pH. Kejenuhan basa dapat digunakan sebagai indikator
mengenai kesuburan tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat
untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-76

bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara
50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal ini didasarkan pada
sifat tanah dengan kejenuhan basa 80% akan membebaskan kation basa
dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan basa 50%.

Data kejenuhan basa (KB) di lokasi pengambilan sampel menunjukkan hasil


sebesar 29,01 %. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa tanah tersebut
tergolong tidak subur dengan nilai KBK yang sedang.

Kejenuhan Al
Aluminum (Al) merupakan unsur yang sering dijumpai dalam tanah dan
sangat menentukan kualitas tanah, karena ketersediaan unsur ini
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman dengan cara
berinteraksi meracuni perakaran, khususnya tanah masam yang erat
hubungannya dengan persentase ion H+ dan Al3+. Aluminium merupakan
sumber keasaman yang sangat penting.

Jika kejenuhan Aluminium >60% maka tanah tersebut tidak layak untuk
tanah pertanian sebelum direklamasi atau ameliorasi terlebih dahulu.
Kejenuhan aluminium dipengaruhi oleh KTK dan juga dipengaruhi oleh tekstur
tanah. Keracunan aluminium dapat menghambat perpanjangan dan
pertumbuhan akar primer, serta menghalangi pembentukan akar lateral dan
bulu akar tanaman. Apabila pertumbuhan akar terganggu, serapan hara dan
pembentukan senyawa organik tersebut akan terganggu. Sistem perakaran
yang terganggu akan mengakibatkan tidak efisiennya akar menyerap unsur
hara.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-77

Data kejenuhan aluminium (Al) tanah pada lokasi pengambilan sampel


menunjukkan hasil yaitu nilai kejenuhan Al sebesar 8,64%. Data ini juga
memberikan informasi bahwa nilai kejenuhan Al disekitar lokasi pengambilan
sampel tergolong sangat rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut
masih dalam kondisi baik.

11. LALU LINTAS DAN EKSISTING JALAN


Kegiatan ekonomi masyarakat akan bekembang apabila mempunyai sarana
dan prasarana tranportasi yang baik. Selain itu hal yang penting terkait
dengan tata guna lahan yaitu mobilitas dan aksesibilitas. Berdasarkan survey
lapangan dimana akses jalan menuju TPS akan melewati 2 alternatif jalan,
yaitu melewati sungai melalui Jln. Trans Palu-Parigi dan Jln. Trans Palu-
Lorong Anja. Pada Jln. Trans Palu-Parigi merupakan jalan nasional yang
menghubungkan antar kota maupun provinsi, sedangkan Jln. Trans Palu-
Lorong Anja merupakan jalan nasional kemudian masuk kedalam jalan
desa/lorong di Kelurahan Lambara menuju TPS.

Tabel L-10: Eksisting rencana jalan yang akan digunakan

Lebar Lebar bahu


Lokasi Keterangan
perkerasan jalan
Jln. Trans Palu-Parigi 6,10 m 1,8 m Jalan Nasional
Jln. Trans Palu-Lorong
5.25 m 1.5 m Jalan Nasional
Anja

Sumber: Hasil survey lapangan, 2017

Berdasarkan hasil survey bahwa kedua jalan tersebut menggunakan


perkerasan beraspal dan berdasarkan fungsi jalan keduanya merupakan jalan
arteri utama yang mrnghubungkan wilayah Barat dan Timur Provinsi Sulteng.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-78

Perencanaan TPS ini nantinya akan dilewati truk dengan kapasitas angkut
sekitar 4 ton dan akan melewati Jln. Trans Palu-Parigi kemudian melewati
Sungai Tawaeli tanpa perkerasan dengan sedikit timbunan. Selain itu,
alternatif lain melewati jalan kolektor dari Jln. Trans Palu-Lorong Anja berupa
jalan timbunan kerikil sehingga dapat berdampak polusi berupa debu dan
kebisingan di daerah pemukiman masyarakat. Sehingga alternatif kedua ini
kemungkinan besar tidak akan digunakan sehubungan dengan adanya
presepsi dan keresahan masyarakat yang menolak arus lalulintas menuju TPS.

Pada umumnya arus lalulintas untuk kedua jalan nasional tersebut


didomonasi oleh mobil penumpang, kendaraan berat dan motor. Sedangkan
untuk jalan menuju TPS melalui jalan kolektor didominasi oleh motor, hal ini
bisa dilihat pada hasil survey lalu lintas beikut ini.

Analisis Lalu Lintas Harian (LHR)

Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survey faktual. Untuk keperluan
desain, volume lalu lintas dapat diperoleh dari :

o Survey lalu lintas aktual, dengan durasi minimal 7 x 24 jam. Pelaksanaan


survey agar mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas
dengan Cara Manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan
dengan pendekatan yang sama.
o Hasil – hasil survey lalu lintas sebelumnya.

Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada
jam sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-79

Survey arus lalu lintas harian rata-rata (LHR) bertujuan untuk mengamati pola
pergerakan arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang melintas pada suatu
ruas jalan. Kendaraan yang terdata dalam pengamatan ini adalah kendaraan
yang melintas untuk kedua jalan.

Hasil pengamatan dan analisis perhitungan lalu lintas yang dilakukan dapat
dilihat pada tabel-tabel dibawah ini, dengan penjelasan sebagai berikut:

o Asumsi pengamatan arus lalulintas dilakukan pada kondisi normal yaitu


hari Selasa. Hari Senin s/d Kamis dianggap kondisi hari kerja, sehingga
pemilihan hari Selasa sebagai hari survey karena dapat mewakili hari
kerja.
o Data hasil pengamatan 16 jam (kendaraan/jam) kemudian dikonversi
menjadi data 24 jam dengan mengalikan 93% dan memperhitungkan emp
(ekivalensi mobil penumpang) masing-masing jenis kendaraan sehingga
menjadi lalulintas harian rata-rata (smp/jam)
o Arus lalulintas maksimum terjadi pada jam 07.00-08.00 dan 16.00-17.00,
sehingga data ini menjadi volume lalulintas harian terbesar (smp/jam).
o Hasil perhitungan kapasitas jalan (C) diperoleh dengan memperhitungkan
variable-variabel berpengaruh seperti: kapasitas dasar, lebar lajur,
pemisah arah, hambatan samping dan ukuran kota.

Berdasarkan data lapangan dan hasil olahan sesuai tahapan diatas, maka
hasil rangkuman perhitungan data lalulintas dan prediksi pergerakan lalulintas
dimasa datang untuk kedua ruas yang diamati dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-80

Tabel L-11: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Lorong Anja

LALU LINTAS JL TRANS SULAWESI


Rata-rata
Sepeda motor, Opelet, pick-up
Sedan, jeep dan Pick-up, micro truk Truk Ringan 2 Truk sedang 2 LHR=Lalulintas
sekuter sepeda opelet, suburban, Bus Kecil Bus Besar Truk 3 Sumbu Truk gandeng Truk Semi trailer Jumlah Kendaraan
station wagon dan Mobil hantaran Sumbu Sumbu Harian x Angka
Periode kumbang & roda 3 combi, & minibus
koef. x 93%
Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah smp
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Total 2
1 2 Rata-rata
EMP 0.4 1 1 1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 arah

06.00-07.00 185 105 71 90 16 27 13 19 - - - - 4 - - 7 - - - - - - 289 247 249 536


07.00-08.00 179 99 56 75 25 36 22 28 - 3 1 1 3 - 5 16 3 - - 1 - - 294 259 257 552
08.00-09.00 234 154 194 135 34 45 31 31 1 1 - - 7 - 3 17 1 - 1 - - - 506 383 413 889
09.00-10.00 204 124 119 60 29 40 26 26 - - 1 1 9 - 9 21 4 3 - - - 1 401 276 315 677
10.00-11.00 138 99 127 125 16 31 15 42 1 - - - 4 - 7 18 1 - - 3 - - 309 318 291 627
11.00-12.00 269 136 149 173 31 32 36 42 3 1 1 3 7 1 12 26 3 - - - - - 510 415 430 925
12.00-13.00 197 124 120 126 28 23 12 44 - 1 - - 3 - 10 20 4 4 1 - - - 375 341 333 717
13.00-14.00 179 251 173 169 13 22 36 42 - - - - 1 3 9 17 - 5 - 3 - - 412 512 429 923
14.00-15.00 220 232 178 188 18 33 38 35 3 7 1 - - 5 23 14 3 1 - - - - 484 515 465 999
15.00-16.00 233 288 156 191 31 34 27 28 3 - - 4 8 9 8 10 3 7 - - - - 468 571 483 1038
16.00-17.00 321 308 169 178 22 26 44 41 1 - - 1 14 - 3 20 - 3 - - - - 574 576 535 1150
17.00-18.00 271 294 86 188 21 20 24 35 - 1 1 3 8 - 4 20 - 3 - 1 - - 415 564 455 979
18.00-19.00 283 306 116 218 51 50 54 65 - - - 2 3 - 1 14 3 2 - - - - 511 656 542 1167
19.00-20.00 271 293 85 187 20 19 23 34 - - 1 1 7 - 3 10 - 1 1 1 - - 411 547 445 957
20.00-21.00 230 253 75 177 32 30 37 54 - - - - 4 - 3 7 1 - - - - - 382 521 420 903
21.00-22.00 204 227 53 124 26 24 29 44 - - - - 1 - - 5 - - - - - - 313 423 342 736
LHR (kend/jam) 3619 3291 1926.5 2403.9 412.6 492.72 467.24 609.92 12 14 8 16 81 18 99 239 25 28 4 9 0 1 6653 7123 6406 13776
LHR Total 2 arah
6910 4330.4 905.32 1077.16 26 24 99 337 52 13 1 13776 20182
(smp/jam)

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-81

Waktu LL Harian Rata-rata


No
Pengamatan (LHR), smp/jam
1 06.00-07.00 536
2 07.00-08.00 552
3 08.00-09.00 889
4 09.00-10.00 677
5 10.00-11.00 627
6 11.00-12.00 925
7 12.00-13.00 717
8 13.00-14.00 923
9 14.00-15.00 999
10 15.00-16.00 1038
11 16.00-17.00 1150
12 17.00-18.00 979
13 18.00-19.00 1167
14 19.00-20.00 957
15 20.00-21.00 903
16 21.00-22.00 736

Gambar L-27: Fluktuasi LHR ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-82

Tabel L-12: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Lorong Anja menuju TPS

Lebar Perkerasan Jalan = 6,1 m Kondisi Medan : Datar


Lebar Bahu Jalan = 1.8 m
Data Arus Kendaraan Volume Rata-rata
Jam puncak kedua arah terjadi pada: 16.00 - LV HV MC (smp/jam)
17.00
kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam 16 jam 24 jam

Jl. Trans Sulawesi Arah ke Kota Palu 235 235 14 18 803 321 574 618

Jl. Trans Sulawesi dari Kota Palu 245 245 18 23 769 308 576 620

Jumlah 1150.40 1238.00

Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan, C (smp/jam)


Pemisah Hambatan DS = Q/C = 0.360
Kapasitas Dasar (Co) Lebar lajur Ukuran Kota C (smp/jam)
Arah Samping
2900 1.25 1 1.02 0.93 3438.675

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.360 masuk dalam tingkat pelayanan B. Artinya bahwa
arus lalu lintas masih stabil tetapi kecepatannya dibatasi. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas
perhubungan dimana untuk tingkat pelayanan B mempunyai nilai 0,2 – 0,44.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-83

Tabel L-13: Data dan Hasil Perhitungan Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) Jln. Trans Palu-Parigi

Rata-rata
Sepeda motor, Opelet, pick-up
Sedan, jeep dan Pick-up, micro truk Truk Ringan 2 Truk sedang 2 LHR=Lalulintas
sekuter sepeda opelet, suburban, Bus Kecil Bus Besar Truk 3 Sumbu Truk gandeng Truk Semi trailer Jumlah Kendaraan
station wagon dan Mobil hantaran Sumbu Sumbu Harian x Angka
Periode kumbang & roda 3 combi, & minibus
koef. x 93%
Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah Arah smp
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 Total 2
1 2 Rata-rata
EMP 0.4 1 1 1 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 arah

06.00-07.00 33 38 18 16 2 7 5 15 - - - - - - - 7 - - - - - - 58 82 65 140
07.00-08.00 27 32 23 31 4 9 7 21 - - 1 1 7 - 3 12 3 1 - - - - 74 107 84 181
08.00-09.00 58 52 35 35 5 15 17 36 1 - 1 - - 1 7 16 1 - - - - - 125 155 131 281
09.00-10.00 52 57 20 45 2 24 12 31 - - 3 - 17 3 12 9 - 3 - - - - 117 171 134 288
10.00-11.00 63 65 29 60 6 8 14 16 - - - 3 - 3 12 12 1 8 - - - - 125 174 139 299
11.00-12.00 60 62 46 77 5 12 27 16 - - 1 9 - - 14 21 3 3 - - - - 156 200 165 355
12.00-13.00 68 56 54 40 10 13 14 24 - - - 3 - - 16 17 - - - - - - 161 152 146 313
13.00-14.00 58 73 35 47 4 9 19 20 - - 1 - - - 10 18 1 4 - - - - 129 171 140 300
14.00-15.00 59 55 46 49 4 3 35 26 - - - - 1 12 8 10 3 4 - - - - 156 159 146 314
15.00-16.00 59 60 29 42 2 4 23 26 - - 1 - 3 - 12 13 1 1 - - - - 130 147 129 277
16.00-17.00 53 76 38 50 1 7 17 16 - - - 1 3 - 8 13 - 4 - - - 1 120 168 134 288
17.00-18.00 90 80 57 56 6 4 21 24 - - 1 - - - 16 17 3 7 - - - - 193 188 177 381
18.00-19.00 74 68 45 35 6 5 25 18 - - - - - - 11 12 - 3 - - - - 161 140 140 301
19.00-20.00 62 56 34 14 5 3 20 15 - - 1 1 - - 8 7 1 4 - - - - 131 99 107 230
20.00-21.00 21 15 24 9 4 5 12 12 - - - - 1 - 9 3 - 3 - - - - 72 46 55 118
21.00-22.00 14 7 17 6 1 4 8 9 - - - - - - 3 5 - - - - - - 42 31 34 74
LHR (kend/jam) 850 850 549.8 612.3 67 131.64 276 325 1 0 12 18 31 18 146 190 17 43 0 0 0 1 1950 2190 1925 4140
LHR Total 2 arah
1700.4 1162.1 198.64 601 1 30 49 336 60 0 1 4140 6065
(smp/jam)

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-84

LL Harian Rata-rata
No Waktu Pengamatan
(LHR), smp/jam

1 06.00-07.00
140
2 07.00-08.00
181
3 08.00-09.00
281
4 09.00-10.00
288
5 10.00-11.00
299
6 11.00-12.00
355
7 12.00-13.00
313
8 13.00-14.00
300
9 14.00-15.00
314
10 15.00-16.00
277
11 16.00-17.00
288
12 17.00-18.00
381
13 18.00-19.00
301
14 19.00-20.00
230
15 20.00-21.00
118
16 21.00-22.00
74

Gambar L-28: Fluktuasi LHR ruas Jln. Trans Palu-Parigi

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-85

Tabel L-14: Perhitungan Kapasitas Ruas Jln. Trans Palu-Parigi

Lebar Perkerasan Jalan = 5.2 m Kondisi Medan : Datar


Lebar Bahu Jalan = 1.5 m
Data Arus Kendaraan Volume Rata-rata
Jam puncak kedua arah terjadi pada: 17.00 - LV HV MC (smp/jam)
18.00
kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam kend/jam smp/jam 16 jam 24 jam

Jl. Tawaeli Nupa Bomba dari Parigi 84 84 15 20 224 90 193 208

Jl. Tawaeli Nupa Bomba Ke Arah Parigi 84 84 18 23 201 80 188 202

Jumlah 380.90 410.00

Hasil Perhitungan Kapasitas Jalan, C (smp/jam)


Pemisah Hambatan DS = Q/C = 0.131
Kapasitas Dasar (Co) Lebar lajur Ukuran Kota C (smp/jam)
Arah Samping
2900 1.14 1 1.02 0.93 3136.0716

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tingkat pelayanan jalan sebesar 0.131 masuk dalam tingkat pelayanan A. Artinya bahwa
arus lalu lintas stabil tanpa hambatan. Penentuan tingkat pelayanan jalan ini sesuai dengan ketentuan dinas perhubungan dimana
untuk tingkat pelayanan A mempunyai nilai 0,0 – 0,20. Sehingga arus lalu lintas berupa truk bermuatan limbah menuju lintasan
sungai berdampak kecil terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan tersebut

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan
Lambara Kecamatan Tawaeli Kota Palu
L-86

B. KOMPONEN BIOLOGI
Sesuai hasil survey yang telah dilakukan dengan melihat komponen biologi
disekitar lokasi penelitian, diperoleh jenis–jenis tumbuhan (flora) dan hewan
(fauna) yang cukup beragam. Untuk jenis tumbuhan (flora) yang diamati adalah
berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh, baik tumbuhan liar maupun dibudidaya
yang tumbuh di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash dan disekitar halaman rumah masyarakat. Sedangkan untuk jenis hewan
(fauna) yang diamati adalah berbagai jenis hewan seperti mamalia, aves, reptilia,
pisces dan insekta yang hidup liar maupun yang dipelihara di sekitar wilayah
rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah
masyarakat. Survey yang dilakukan saat ke lokasi meliputi 2 tahap, yaitu: tahap
pertama dengan mengamati langsung ke lapangan dan tahap yang kedua adalah
dengan melakukan wawancara langsung kepada beberapa pegawai perusahaan
dan masyarakat disekitar. Di bawah ini adalah uraian tentang jenis-jenis
tumbuhan dan hewan yang berada disekitar perusahaan tersebut.

1. TUMBUHAN (FLORA)
Beberapa jenis tumbuhan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana
Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah
masyarakat diuraikan pada tabel-tabel berikut:

Tabel L-15: Tanaman Pelindung

No. Nama Nama Latin Famili Habitus


Lokal
1. Gamal Gliricidia sepium (Jacq.) Walp. Fabaceae Pohon
2. Ketapang Terminalia catappa L. Combretaceae Pohon
3. Lamtoro Leucaena leucocephala (Lam.) de Fabaceae Pohon
Wit.
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-87

Tabel L-16: Tanaman hias

No. Nama Nama Latin Famili Habitus


Lokal
1. Adenium/ Adenium obesum (Forssk.) Roem. Apocynaceae Perdu
Kamboja & Schult.
Jepang
2. Bunga Bougainvillea spectabilis Willd. Nyctaginaceae Liana
Kertas
3. Serut Streblus asper Lour. Moraceae Pohon
4. Bonsai Duranta erecta L. Verbenaceae Pohon
5. Oleander Nerium oleander L. Apocynaceae Perdu
6. Cordyline fruticosa (L.) A.Chev. Asparagaceae Perdu
7. Rhapis excelsa (Thunb.) Henry. Arecaceae Pohon
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017

Tabel L-17: Tanaman budidaya/pekarangan

No. Nama Nama Latin Famili Habitus


Lokal
1. Mangga Mangifera indica L. Anacardiaceae Pohon
2. Ubi Kayu Manihot esculenta Crantz. Euphorbiaceae Pohon
3. Pisang Musa paradisiaca L. Musaceae Herba
4. Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae Pohon
5. Jeruk Citrus aurantiifolia (Christm.) Rutaceae Pohon
Swingle
6. Nanas Ananas comosus (L.) Merr. Bromeliaceae Herba
7. Belimbing Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Pohon
Wuluh
8. Kunyit Curcuma mangga Valeton & Zingiberaceae Herba
Zijp
9. Ubi Jalar Ipomoea batatas (L.) Lam. Convolvulacea Herba/Lia
e na
10. Kakao Theobroma cacao L. Malvaceae Pohon
11 Pandan Pandanus tectorius Parkinson Pandanaceae Pohon
ex Du Roi.
12. Kelor Moringa oleifera Lam. Moringaceae Pohon
13. Kedondong Spondias dulcis Parkinson. Sapindaceae Pohon
14. Pinang Areca catechu L. Arecaceae Pohon
15 Nangka Artocarpus heterophyllus L Moraceae Pohon
am.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-88

16. Asam Jawa Tamarindus indica L. Fabaceae Pohon


17. Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Pohon
18. Jati Tectona grandis L.f. Lamiaceae Pohon
19. Kelor Moringa olivera Lamp. Pohon
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017

Tabel L-18: Tanaman liar

No. Nama Nama Latin Famili Habitus


Lokal
1. Jarak Jatropha gossypiifolia L. Euphorbiaceae Semak
Belanda
2. Kayu Lana Tabernaemontana pandaca Apocynaceae Semak
qui Lam.
3. Coccinia grandis (L.) Voigt Cucurbitaceae Herba/Lia
na
4. Kaktus Oputina sp. Semak
5. Sidaguri Sida rhombifolia L. Malvaceae Semak
6. Patikan Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae Herba
Kebo
7. Kayu Jawa Lannea coromandelica (Houtt.) Anacardiaceae Pohon
Merr.
8. Semak Putih Chromolaena odorata (L.) Asteraceae Semak
R.M.King & H.Rob.
9. Harrisonia perforata (Blanco) Rutaceae Perdu
Merr.
10. Biduri Calotropis gigantea (L.) Apocynaceae Semak
Dryand.
11. Croton bonplandianus Baill. Euphorbiaceae Herba
12. Putri Malu Mimosa pudica L. Fabaceae Herba
13. Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Perdu
14. Jambu Biji Psidium guajava L. Myrtaceae Perdu
15. Jarak Pagar Jatropha curcas L. Euphorbiaceae Pohon
16. Akasia Duri Acacia nilotica (L.) Delile. Fabaceae Pohon
17 Jarak Ricinus communis L. Euphorbiaceae Perdu
18. Anggrung Trema orientalis (L.) Blume. Cannabaceae Pohon
19. Buah Passiflora foetida L. Passifloraceae Herba/Lia
Keranjang na
20. Siwalan Borassus flabellifer L. Arecaceae Pohon
21. Waru Hibiscus tiliaceus L. Malvaceae Pohon
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-89

Pemilihan jenis tanaman di sekitar wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash
dan bottom ash dapat disesuaikan dengan kemampuan tumbuhan untuk
beradaptasi sesuai dengan lingkungan. Disarankan untuk memperbanyak
tanaman Trambesi dan beberapa tanaman berbuah lain dengan habitus pohon
agar dapat meminimalisir polutan yang berupa debu dan karbon.

Karakteristik tanaman yang disarankan seperti : pohon-pohon dengan perakaran


kuat, ranting tidak mudah patah, daun tidak mudah gugur serta pohon-pohon
penghasil bunga/buah/biji yang bernilai ekonomis. Akar yang menghujam ke
dalam tanah akan tahan terhadap terpaan angin yang besar, memiliki kerapatan
daun yang cukup hingga 50 - 60 %, tinggi dan lebar, sehingga dapat melindungi
wilayah rencana Pembangunan TPS fly ash dan bottom ash.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-90

2. HEWAN (FAUNA)
Beberapa jenis hewan yang ditemukan di sekitar wilayah rencana Pembangunan
TPS fly ash dan bottom ash dan disekitar halaman rumah masyarakat diuraikan
pada tabel-tabel berikut:

Tabel L-19: Jenis hewan/satwa di sekitar lokasi pabrik

No. Nama Indonesia Nama Latin Keterangan


I. Mamalia (Menyusui) :
1. Anjing Canis sp Liar dan Budidaya
2. Kucing Felis sp Liar dan Budidaya
3. Kambing Capra canis Budidaya
4. Sapi Bos sp. Budidaya
5. Kucing Felis silvestris Liar dan Budidaya
II. Insekta (Serangga) :
1. Kupu-kupu Bidens sp. Liar
2. Semut hitam Camponotus sp Liar
3. Capung Neurothemis sp. Liar
4. Belalang Dissosteira sp. Liar
5. Lebah madu Apis cerana. Liar
6. Kumbang Daun Leptinotarsa decemlineata Liar
7. Walang Sangit Ibis cinereus sp. Liar
8. Tawon Apis sp. Liar
9. Jangkrik Gryllus assimilis Liar
III. Reptilia (Melata) :
1. Biawak Varanus salvator Liar
2. Kaki Seribu - Liar
3. Katak Bufo melanostictus Liar
IV. Aves (Burung) :
1. Ayam Cantligaster sp Budidaya
2. Ayam Hutan Gallus sp. Liar
3. Tekukur Streptopelia sp. Liar dan Budidaya
4. Burung Pipit Passer domesticus Liar
5. Burung Gereja Passer montanus Liar
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan, 2017

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-91

C. KOMPONEN SOSEKBUD DAN KESMAS

1. Kependudukan

Berdasarkan data Kecamatan Tawaeli dalam Angka 2016, Kelurahan Lambara


memiliki banyaknya rukun warga (RW) 4 dan rukun tetangga (RT) 12, jumlah
penduduk 3.196 Jiwa dengan kepadatan 469 Jiwa/km2, dimana laki-laki 1.649
jiwa dan perempuan 1.547 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah penduduk
yang paling sedikit/terkecil diantara kelurahan lainnya di Kecamatan Tawaeli.

Pola permukiman penduduk di wilayah studi terkonsentrasi dalam bentuk


satuan-satuan pemukiman yang sebagian besar mengikuti bentangan jalan
dan sebagian terletak pada jalan-jalan lorong yang menghubungkan pusat
permukiman dengan lokasi-lokasi kegiatan penduduk.

2. Suku, Agama, dan Proses Sosial

Wilayah studi pada mulanya adalah sebuah wilayah yang dihuni penduduk
etnik lokal Kaili. Seiring dengan perkembangan, kelancaran transportasi dan
tumbuhnya sumber-sumber ekonomi baru di wilayah studi maka suku-suku
lain berdatangan seperti suku Bugis, Mandar, Jawa, dan lainnya kemudian
berinteraksi dengan warga setempat. Masuknya sebagian penduduk dari luar,
sebagian di antaranya telah berbaur satu sama lain melalui hubungan
perkawinan. Suku asli yang mendiami wilayah studi memiliki akar budaya dan
adat istiadat yang cukup tinggi sebagai wujud kearifan masyarakatnya baik
dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan alam
sekitarnya. Namun, dalam proses perkembangannya tidak lagi diberlakukan
secara ketat sehingga pemberlakuan adat yang berhubungan dengan alam
lingkungan dapat dilakukan hampir tidak dikenali lagi oleh anggota
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-92

Perwujudan adat istiadat sudah terlebur dengan nilai-nilai agama


sebagaimanan terlihat pada upacara perkawinan, kematian, dan upacara
lainnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

Hasil pengamatan dan wawancara dengan penduduk menunjukkan bahwa


wilayah studi relatif aman, dengan tingkat persaudaraan antara warga sangat
baik, sebagaimana tercermin dalam kerukunan antara warga. Namun,
kehidupan sosial tidak luput pula dari berbagai masalah sosial, seperti
pengangguran dan kenakalan remaja.

Agama yang mayoritas dianut oleh penduduk Kelurahan Lambara adalah


agama Islam. Fasilitas ibadah yang ada yaitu 5 masjid dan 3 mushola.
Sedangkan tempat ibadah lainnya tidak ada.

3. Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kelurahan Lambara memiliki 3 SD, 3 SMP, dan 1 SMK.


Secara umum, masalah pendidikan di kelurahan ini termasuk dalam kondisi
yang yang baik dari aspek fasilitas dan jumlah guru. Bagi siswa yang ingin
melanjutkan ke sekolah favorit dapat langsung mendaftar ke sekolah-sekolah
yang ada di pusat Kota Palu, sedangkan yang ingin melanjutkan ke perguruan
tinggi sebagian besar mendaftar di Universitas Tadulako dan lainnya di
beberapa perguruan tinggi swasta terdekat.

4. Ekonomi

Mata pencaharian utama penduduk di wilayah studi sebagian besar bekerja di


bidang pertanian, peternakan, nelayan, sektor jasa angkutan, serta PNS dan
lain-lain. Usaha sampingan penduduk di wilayah studi adalah buruh, sopir
tukang serta berdagang (kios/warung) dan usaha jasa lainnya.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-93

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, masyarakat Kelurahan Lambara


dapat berbelanja ke pasar dan maupun pertokoan yang ada di Kota Palu.
Selain berbelanja di pasar, umumnya masyarakat Kelurahan Lambara
membeli di kios dan warung. Jumlah kios dan warung yang di Kelurahan
Lambara cukup banyak dan hampir terdapat di setiap kompleks permukiman

Kecamatan Tawaeli merupakan salah satu wilayah yang memiliki sektor


pertanian terbesar. Masih banyak penduduk yang bekerja disektor ini,
utamanya pertanian tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan
penangkapan ikan. Luas tanam di wilayah ini untuk padi 143 Ha, jagung 149
Ha, kacang tanah 4 Ha, dan ubi kayu 3 Ha. Sedangkan untuk produksi
tanaman hortikultura (kuintal) untuk bawang merah 1250 (23 Ha), kacang
panjang 600 (4 Ha), cabai besar 1.316 (6 Ha), cabai rawit 3.108 (13 Ha),
tomat 790 (9 Ha), terung 665 (6 Ha), ketimun 530 (5 Ha), kangkung 450 (5
Ha), dan bayam 480 (9 Ha)

5. Kesehatan Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan memiliki rumah yang


dilengkapi dengan tempat buang air besar (BAB/WC), sanitasi yang bagus
dan terdapat tempat pembuangan sampah di rumah masing-masing yang
dibuat dengan cara digali untuk menampung sampah lalu bakar tetapi jika
penuh ditimbun kembali lalu buat galian sampah baru di pekarangan rumah
masing-masing.

Fasilitas kesehatan dan tenaga medis cukup memadai yaitu, 1 PUSKESMAS, 1


POSKESDES, dan 3 POSYANDU, dengan jumlah tenaga medis yang ada di
seluruh Kecamatan Tawaeli 5 dokter umum, 23 perawat, 23 bidan, 2 apoteker
(farmasi), 1 ahli gizi, 1 ahli sanitasi, 4 sarjana kesehatan masyarakat. Jika
masyarakat ingin berobat atau dalam keadaan sakit, disarankan langsung ke

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-94

sarana kesehatan terdekat ataupun jika dalam keadaan darurat dan perlu
penanganan medis lanjut dapat langsung ke RS. yang ada di Kota Palu.
Masyarakat juga apabila ingin berobat bisa langsung ke apotek/toko
obat/warung yang berada di sekitar Kelurahan Lambara. Penyakit yang sering
menyerang masyarakat adalah penyakit umum seperti demam, diare, maag,
gejala asma/ISPA dan beberapa penyakit lain yang penanganannya dapat
langsung ditangani di Poskesdes/Puskesmas.

6. Presepsi Masyarakat

Presepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan pembangunan/ pengelolaan


TPS fly ash dan bottom ash sangat penting artinya bagi kelangsungan
kegiatan/usaha tersebut. Karena, ada atau tidaknya dukungan dari
masyarakat akan sangat berpengaruh.

Umumnya penduduk sudah tahu tentang adanya rencana kegiatan ini.


Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat menunjukkan
bahwa mereka telah mengetahui kegiatan tersebut.

Wawancara dilakukan terhadap masyarakat yang diperkirakan akan terkena


dampak, untuk mengetahui saran, pendapat, maupun tanggapan masyarakat
dari rencana kegiatan yaitu masyarakat yang berada di sekitar lorong Jalan
Anja dan masyarakat di sekitar Jalan trans Palu-Parigi (kebun kopi).
Masyarakat sekitar umumnya menanggapi kegiatan tersebut dengan dengan
setuju maupun tidak setuju dengan alasan tertentu.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-95

Berikut ringkasan tanggapan masyarakat Kelurahan Lambara yang menjadi


responden, masing-masing adalah:

1) Nama : Titin
Umur : 67 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Titin warga Kelurahan Lambara berumur 67 tahun yang
berkerja sebagai IRT mengatakan bahwa Ia tidak setuju
dengan adanya TPS fly ash sebab adanya tempat wisata
pertanian dan juga polusi dari cerobong abu itu dapat
mempengaruhi kesehatan warga, salah satu diantaranya adalah
batuk-batuk.
2) Nama : Rosni
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Saya setuju jika memiliki dampak positif bagi warga dan untuk
saaat ini, kondisi air belum tercemar, ujar Rosni (48 Tahun)
salah satu PNS Kelurahan Lambara.
3) Nama : Ulfia
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Ibu Ulfia warga Kelurahan Lambara yang berusia 46
Tahun, ia tidak setuju dengan adanya pembangunan TPS fly
ash dan bottom ash di Kelurahan tersebut. alasan utamanya
adalah jika terdapat Limbah dari Perusahan tersebut akan
merusak lahan pertanian nantinya.
UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara
(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-96

4) Nama : Hamsina
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut ibu Hamsina, tidak setuju karena adanya wisata
pertanian yang dikhawatirkan akan merusak lingkungan wisata
5) Nama : Samsir
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Bapak samsir bekerja sebagai petani, alasannya setuju jika
limbah yang ditimbulkan tidak meresahkan warga.
6) Nama : Sabran
Umur : 70 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Samran seorang Petani, beliau beralasan
tidak setuju dengan pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash karena akan mengganggu lingkungan sekitar warga.
7) Nama : Suarman
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Suarman yang berusia 43 tahun warga
kelurahan Lambara, dengan adanya pembangunan tempat
pembuangan sementara setuju akan diadakan akan tetapi
limbah perlu diolah kembali. Jika ada yang menggangu atau
meresahkan warga akan diberhentikan.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-97

8) Nama : Rahmat
Umur : 17 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Rahmat yang bekerja sebagai petani berusia 17 tahun
ia setuju, karena jarak tempat pemukiman warga jauh dengan
TPS fly ash dan bottom ash yang akan di buat
9) Nama : Sardia
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut ibu Sadria seorang Petani yang berusia 40 tahun saat
ini kondisi kesehatan warga masih aman, beliau sangat setuju
jika di adakan TPS fly ash dan bottom ash
10) Nama : Wartin
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut ibu Wartin yang berusia 37 tahun berpendapat dengan
adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom ash dapat
membantu perekonomian warga sekitar
11) Nama : Fuad
Umur : 43 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Fuad seorang Petani yang berusia 43 tahun setuju
jika ada pembangunan TPS fly ash dan bottom ash, alasannya
selama baik untuk masyarakat terutama dalam segi

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-98

perekonomian
12) Nama : Edwar
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Edward seorang Petani yang berusia 46 tahun
setuju dengan adanya pembangunan TPS fly ash dan bottom
ash, karena telah dibentuk Tim kecil di daerah tersebut dalam
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dari
aktivitas penampungan limbah tersebut
13) Nama : Ramli
Umur : 73 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut Bapak Ramli seorang Petani yang berusia 73 tahun,
setuju dengan dibangunnya TPS fly ash dan bottom ash
karena dapat membantu kebutuhan warga seperti menjadi
buruh
14) Nama : April
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut April yang berusia 29 tahun, dengan adanya tempat
penyimpanan sementara (TPS) setuju dengan alasan limbah
yang ditimbulkan tidak mengganggu kondisi pertanian warga
15) Nama : Nur Aida
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-99

Alamat : Kelurahan Lambara


Uraian : Menurut ibu Nur Aida yang berusia 40 tahun, tidak setuju
dengan adanya TPS yang akan menggangu kehidupan satwa
16) Nama : Mukran
Umur : 57 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Mukran yang berusia 57 tahun, ia tidak setuju
jika dibuatnya rute jalan baru menuju tempat pembuangan
limbah tersebut yang dapat mengganggu aktivitas anak-anak
ditempat tersebut
17) Nama : Sigman
Umur : 42
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Sigman yang berusia 42 tahun dengan di
adakannya TPS, akan dapat membantu kebutuhan warga
seperti akan di buatkan tiang listrik
18) Nama : Farid
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Menurut bapak Farid seorang Petani yang berusia 29 tahun, ia
setuju karena warga di lingkungan itu sendiri yang menjadi
karyawan di TPS fly ash dan bottom ash tersebut
19) Nama : Ibu Marwani
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-100

Alamat : Desa Nupabomba


Uraian : Pendapat Ibu Marwani rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu dari
PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi polusi
udara yang sering terjadi di sekitar desa mereka.
20) Nama : Rian Ifana
Umur : 26 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Nupabomba
Uraian : Ibu Rian Ifana berpendapat tentang tempat penyimpanan
sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini sangat setuju,
karena dengan adanya penyimpanan abu dari PLTU bisa
membantu masyarakat untuk mengurangi penyakit yang sering
di derita dalam keluarga ini yang mungkin berdampak dari
PLTU.
21) Nama : Gasli
Umur : 65 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Pak Gasli tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, karna dengan adanya penyimpanan abu dari
PLTU bisa membantu masyarakat untuk mengurangi polusi.
22) Nama : Dewi Rahayu
Umur : 40 Tahun
Pekerjaan : Petani
Alamat : Kelurahan Lambara

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-101

Uraian : Pendapat Ibu Dewi Rahayu tentang adanya rencana


pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash
dan bottom ash ini sangat setuju, karena dengan adanya
penyimpanan abu dari PLTU bisa membantu masyarakat untuk
mengurangi tingkat penggangguran dan juga mengurangi
adanya polusi udara yang ada pada Kelurahan Lambara.
23) Nama : Tarmin
Umur : 46 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Ibu Tarmin tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, karna dengan adanya penyimpanan abu dari
PLTU bisa mencegah adanya penyakit ISPA pada masyarakat.
24) Nama : Sulaeman
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Wirasuasta
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Pak Sulaeman tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, karena dengan adanya penyimpanan abu
dari PLTU bisa mencegah adanya polusi udara dan dapat pula
mengurangi pengangguran yang ada pada Kelurahan Lambara.
25) Nama : Asrun
Umur : 56 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Pak Asrun tentang adanya rencana pembangunan

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-102

tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash


ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini, toh ini
demi masyarakat juga.
26) Nama : Usman
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Pak Usman tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini, dan juga
bisa mengurangi adanya polusi udara.
27) Nama : Misnawati
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Ibu Misnawati tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju. Ia juga berharap dengan adanya
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash
dan bottom ash ini dapat mengurangi polusi udara yang diduga
sebagai salah satu penyebab atas penyakit yang sering
dideritanya. Adapun saran dari beliau yaitu agar mobil
angkutan material yang akan melintasi rute jalan di wilayah
Kelurahan Lambara agar kiranya ditutup supaya abunya tidak
menyebar dan mengganggu masyarakat setempat.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-103

28) Nama : Makmur Murad


Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pak Makmun Murad berpendapat dengan adanya rencana
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash
dan bottom ash ini sangat bagus untuk masyarakat,
alasannya selama baik untuk masyarakat setempat mengapa
tidak di adakan pembangunan ini.
29) Nama : Andi Muda
Umur : 76 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Ibu Andi Muda adanya rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini.
30) Nama : Limran
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Tukang
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat beliau tentang adanya rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, karena dapat mengurangi polusi udara.
31) Nama : Erwin
Umur : 42 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kelurahan Lambara

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-104

Uraian : Pendapat Pak Erwin tentang adanya rencana pembangunan


tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini kurang setuju, alasannya karena kekhawatiran adanya
dampak negatif berupa limbah dari TPS ini akan terkontaminasi
dengan aliran air yang nantinya akan membahayakan
kesehatan masyarakat setempat.
32) Nama : Syahludin
Umur : 53 Tahun
Pekerjaan : Tukang
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat Pak Syahludin tentang adanya rencana pembangunan
tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash
ini sangat setuju, alasannya karena akan mengurangi polusi
udara.
33) Nama : Wania
Umur : 95 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kelurahan Lambara
Uraian : Pendapat beliau tentang adanya rencana pembangunan tempat
penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan bottom ash ini
sangat setuju, alasannya selama baik untuk masyarakat
setempat mengapa tidak di adakan pembangunan ini. Yang
penting tidak mengganggu masyarakat setempat, serta dapat
mengurangi polusi udara.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-105

Berdasarkan hasil sosialisasi dengan metode wawancara kepada 33 warga, diperoleh


7 orang atau 21,21% warga yang memberikan tanggapan tidak/kurang setuju dan
26 orang atau 78,79% warga yang memberikan tanggapan setuju terhadap rencana
pembangunan tempat penyimpanan sementara (TPS) fly ash dan botton ash.

Melihat dari presepsi masyarakat, beberapa terlihat seperti tidak mengerti mengenai
rencana kegiatan pembangunan TPS fly ash dan bottom ash yang terpatron dari
aktivitas PLTU selama ini, dominan pencemaran udara dari cerobong. Walaupun
begitu, beberapa harapan masyarakat yang menyatakan setuju bertujuan agar
masyarakat di sekitar PLTU tidak terdampak dari abu terbang dengan segera
membangun TPS tersebut. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju, masyarakat
memiliki kekhawatiran dengan kehadiran TPS dapat mencemari lingkungan mereka.

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-106

Lampiran 3.

FOTO-FOTO KEGIATAN DI SEKITAR LOKASI

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-107

Lampiran 4.

PETA

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-108

Lampiran 5.

BUKTI HASIL ANALISIS LABORATORIUM

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-109

Lampiran 6.

GAMBAR DETAIL PERENCANAAN

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu
L-110

Lampiran 7.

TIM PENYUSUN

1. Ahmad Imam A, S.Si., M.T. (Ketua Tim/Teknik Geofisika)


2. Moh. Zeylo Auriza, S.E., M.M. (Anggota/Sosial Ekonomi)
3. Sari Pudji Lestasi, S.T., M.T. (Anggota/Teknik Sipil)
4. Nina Safitri, S.Si., M.T. (Anggota/Kimia)
5. Sadli Syam, S.KM., M.Kes. (Anggota/KESMAS)

UKL-UPL Pembangunan/Pengelolaan Tempat Penyimpanan Sementara


(TPS) Fly Ash dan Bottom Ash di Kelurahan Lambara Kecamatan Tawaeli
Kota Palu

Anda mungkin juga menyukai