Anda di halaman 1dari 101

TEORI RADIOLOGI DASAR

Teori Dasar :
 Pesawat radiology adalah alat/pesawat medik yang
bekerja dengan menggunakan dan atau menghasilkan
radiasi pengion baik itu radioaktif maupun sinar X.
 Pesawat rontgen adalah alat/pesawat medik yang
bekerjanya dapat menghasilkan radiasi sinar X, baik untuk
keperluan fluoroskopi maupun radiografi.

Sejarah singkat ditemukannya sinar rontgen/sinar X


Sinar X pertama kali ditemukan oleh Willhem Conrad
Rontgen pada tahun 1895. Dalam percobaannya beliau
menggunakan tabung Geslier yaitu tabung yang terbuat dari
Glass Envelope. Didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon.
Jika ada perbedaan potensial yang tinggi antara anoda dan
katoda maka gas-gas ini akan terionisasi dan elektron-
elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya.
Elektron yang terdekat dengan anoda akan langsung ditarik ke
anoda sehingga terjadi hole. Hole ini akan diisi oleh elektron
berikutnya. Tempat yang ditinggalkan elektron, akan menjadi
hole lagi dan terjadi pengisian lagi oleh elektron berikutnya.
Begitu seterusnya sehingga akan terjadi estafet elektron dan
terjadilah rangkaian tertutup dan terjadilah arus elektron yang

1
berkebalikan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus
tabung . Pada saat yang bersamaan, elektron-elektron yang
ditarik ke anoda tersebut akan menabrak anoda dan ditahan.
Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut
peristiwa Breamstrahlung dan apabila menabraknya di
elektron dikulit K, disebut K Karakteristik. Akibat tabrakan ini
maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron yang ditabrak
tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-
elektron lain. Perpindahan elektron ini akan menghasilkan
gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya
berbeda-beda.

Gambar Cold Cathode Tube

Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,01


– 1 Amstrong inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar
Rontgen. Tabung X ray jenis pertama ini disebut Cold Chatoda
Tube

2
Namun pada perkembangan selanjutnya, pada tahun
1913, Collige menyempurnakan penemuan Rontgen dengan
memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan
tersebut adalah tabung vakum yang didalamnya terdapat 2
elektroda yaitu anoda dan katoda. Tabung jenis ini kemudian
disebut Hot Chatoda Tube dan merupakan tabung yang
dipergunakan untuk pesawat Rontgen sampai saat ini.

Hot katoda Tube :

Katoda / filamen tabung rontgen dihubungkan ke


transformator filamen. Transformator filamen terdiri dari

3
transformator stepdown. Bagian primer diberi tegangan 110
volt. Bagian skunder bertegangan 12 sampai dengan 24 volt.
Transformator filamen akan memberi supply sehingga
mengakibatkan terjadinya pemanasan pada filamen tabung
rontgen. Hal ini mengakibatkan terjadinya Thermionic
Emission, dimana elektron-elektron akan membebaskan diri
dari ikatan atomnya, sehingga akan terjadi elektron bebas dan
terbentuklah awan elektron.

110 volt

12-24 volt
Gambar Transformator Filamen

Anoda dan katoda kemudian di hubungkan dengan


transformator tegangan tinggi. Primer HTT diberi tegangan AC
(bolak-balik) sehinggga akan terjadi garis-garis gaya magnet
( GGM ) yang berubah–ubah bergantung dari besarnya arus
yang mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet
ini akan menyebabkan timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada
kumparan sekunder, yang besarnya tergantung dari besarnya
perubahan fluks pada setiap perubahan waktu (E = - d Φ / dt).

4
Gambar High Tencion Transformator

Dari proses ini didapatkan tegangan tinggi yang akan


memberikan beda potensial antaraa anoda dan katoda
tabung rontgen.
Pada saat anoda mendapatkan polaritas Positif ( + ) dan
katoda mendapat polaritas Negatif ( - ) elektron-elektron
bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda,
akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka
akan terjadi arus elektron yang berlawanan dengan arus listrik
yang kemudian disebut arus tabung. Pada saat yang
bersamaan, elektron-elektron yang ditarik ke anoda menabrak
anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron tersebut tepat diinti
atom disebut peristiwa Breamstrahlung dan apabila
menabraknya di elektron kulit K, disebut K Karakteristik.
Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-
elektron yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan
diisi oleh elektron-elektron lain. Perpindahan elektron yang
5
mengisi hal-hal tersebut akan menghasilkan seatu gelombang
elektromagnetik yang panjang gelombangnya berbeda-beda.
Gelombang elektromagnetik yang panjang gelombangnya
antara 0,01 – 1 Amstrong inilah yang kemudian disebut sinar
X atau sinar Rontgen.

6
Sinar Rontgen Memiliki Sifat-Sifat :
Sinar X dapat digunakan untuk terapi maupun
diagnostik karena sinar X mempunyai sifat – sifat sebagai
berikut :
 Penetrating Effect
Bila sinar X mengenai bahan maka sinar tersebut akan
diserap oleh bahan tersebut. Banyaknya sinar yang
terserap tergantung dari tebal tipisnya bahan dan
kerapatannya.

 Biological effect
Apabila sinar X mengenai tubuh maka akan merusak /
mematikan sel-sel yang hidup dengan dosis radiasi
tertentu. Akibat radiasi tersebut maka akan
menyebabkan kemandulan / metabolisme tidak lancar.
Contoh : - Reproduksi : kemandulan
- Mata : kebutaan → sekecil apapun radiasi
sinar X jangan diabaikan.

 Ionisation effect
Apabila sinar X dikenakan pada bahan, maka pada
bahan tersebut akan terjadi ionisasi yaitu peristiwa
dimana ion-ion negatif akan terlepas dari ikatan
atomnya.

7
 Flourecent effect
Bila sinar X mangenai layar yang dilapisi dengan bahan
flourecent misalnya : NHI maka pada layar tersebut akan
terjadi kilatan cahaya / cahaya tampak.

 Fotography effect
Bila sinar X mengenai fllm, maka pada film akan terjadi
bayangan laten. Apabila kemudian film tersebut diproses
di kamar gelap maka akan terjadi bayangan yang bisa
dilihat (bayangan nyata).

Syarat – Syarat Terjadinya Sinar X :


 Adanya sumber elektron yang diperoleh dari transformator
filament sehingga terjadi termionic emission. Kemudian
terjadi elektron-elektron bebas dan menyebabkan
terjadinya awan elektron dikatoda.
 Adanya tegangan tinggi (kV) yang diperoleh dari HTT,
sehingga diperoleh beda potensial antara anoda dan
katoda .
 Adanya alat yang berfungsi menyetop jalannya electron
dari anoda ke katoda yang berupa target .
 Adanya tabung fakum yang berfungsi memberikan
keleluasaan electron dari anoda ke katoda sehingga tidak
ada hambatan.

8
 Adanya focusing cup yang berfungsi untuk memfokuskan
electron agar tertuju ke anoda.

Bahan – Bahan Tabung Rontgen :


1. Glass envelope / tube insert
Merupakan wadah dari elektrode-elektrode. Bahan terbuat
dari bahan phyrex yang tahan panas. Tempat yang akan
dilalui sinar Rontgen dibuat lebih tipis dibanding yang lain
dan disebut window.

2. Filamen
Terdiri dari bahan Tungsten mempunyai titik lebur yang
tinggi yaitu 3600 oC dengan nomor atom 74.
Filamen merupakan sumber elektron dan berfungsi
sebagai katoda.

9
Terdiri dari dua jenis katoda yaitu :
a) Single focus

ANODA
KATODA

b) Double focus

Small Focus ANODA

Large Focus

ANODA

Small focus
Large Focus

Katoda merupakan elektroda negatif yang memiliki 2


sistem pemanasan yaitu:
1) Pemanasan Langsung
Pemanasan langsung adalah peristiwa pemanasan
dimana katoda dan filament merupakan satu bahan
yang terbuat dari thungsten. Dengan kata lain bahwa
10
bahan yang digunakan sebagai tempat terjadinya
proses thermionic emission juga berfungsi sebagai
katoda.
2) Pemanasan Tidak Langsung
Katoda terbuat dari bahan nikel sedangkan filament
sebagai alat terjadinya thermionic emission terbuat
dari thungsten.
3) Anoda sebagai target terdiri dari :
a. Stationary Anode X Ray Tube
b. Rotating Anode X Ray Tube

a. Stationary Anoda X Ray Tube

11
Keterangan :
1. Katoda 6. Glass envelope
2. Filamen 7. Anoda
3. Focal Spot 8. Primary diaphragm
4. Thungsten Disc 9. Usefull beam
5. Vacum Space

12
Kedua bahan anoda ini mempunyai syarat :
 Hubungan mekanik harus baik: agar bahan tetap
lengket dan
tidak lepas.
 Hubungan elektrik harus baik : agar tidak terjadi
voltage drop yang besar. Hal ini disebabkan
karena hubungan elektrik antara keduanya akan
menciptakan terjadinya R (tahanan).

b. Rotating anoda

6 54 1 2 3
Keterangan :
1. Thungsten anode beam
2. Rotor
3. Ball-bearing motor
4. Cathode with filament
5. Focusing cup

13
6. Glass envelope

Sebelum terjadi exsposure yaitu saat preparation


anoda berputar terlebih dulu. Tegangannya lebih
besar daripada saat putaran normal. Keuntungan
menggunakan rotating anoda adalah:
1 Sasaran mendaratnya/membenturnya elektron
pada target tidak satu tempat yaitu pada semua
permukaan anode secara bergantian sehingga
target tidak mudah erosi/berlubang.
2. Karena berputar maka rotating anode juga
berfungsi sebagai pendingin.
3. Anode akan lebih awet.

Anoda dibuat miring dengan kemiringan 15-45 o


supaya mendapat fokus x ray yang dapat memantul
ke window. Terbuat dari tembaga (cu) dan dilapisi
Tungsten yang mempunyai titik lebur 3600 o.
Tegangan saat awal putaran harus lebih besar
dibanding saat putaran normal. Berputarnya anode
digerakkan oleh motor, kemiringan anoda disebut
gotze line focus (kemiringan sudut anoda),
fungsinya mendapat effective vocal spot
size/ukuran fokus yang sekecil-kecilnya.

14
Selain itu disekitar katode juga dilengkapi alat
focusing cup yaitu peralatan pada x Ray tube yang
berfungsi untuk memfokuskan jalannya elektron
dari filamen menuju target / anoda. Alat ini
bentuknya seperti mangkuk gambar focusing cup.

Proses lain yang terjadi saat produksi sinar


Rontgen:
1. Hill effect : Suatu akibat yang terjadi karena
elektron yang membentur target tidak mengenai
sasaran tetapi pada bagian anode lainnya yang
kemudian juga menyebabkan terjadinya radiasi
sinar X dengan arah yang tidak menentu.
2. Heat Dissipation X Ray tube :
Daya pembuangan panas pada anoda x Ray
tube.
3. Heat storage capacity :
Daya tampung panas pada x Ray tube.
4. X Ray tube rating :
Batas kemampuan kerja pada x Ray tube.
5. Gassy :
Saat anoda mendapatkan benturan elektron
akan terjadi panas yang luar biasa (99,9 %),
panas tersebut akan menyebabkan terjadinya

15
penguapan atau gossy didalam tabung Rontgen.
Saat tabung kembali dingin akan terjadi uap air
didalam tabung sehingga tabung tidak vakum
lagi.

16
II. PESAWAT RONTGEN KONVENSIONAL
Blok Diagram Pesawat Rontgen Konvensional
5

1 4

Gambar 1
Keterangan :
1. Rangkaian Power Supply
2. Rangkaian Pemanas Filamen
3. Rangkaian Tabung Rontgen/X Ray Tube
4. Rangkaian Transformator Tegangan Tinggi (HTT)
5. Rangkaian Timer.

17
1. Rangkaian Power Supply

R. Line 110 v

220 v

Gambar 2

Rangkaian power supply berfungsi untuk mendistribusikan


tegangan pada seluruh rangkaian pesawat sesuai yang
dibutuhkan rangkaian. Rangkaian power supply terdiri dari:

18
1. Saklar.
Berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN
dengan pesawat roentgen.
2. Fuse / Sekring / MCB (Main Circuit Breakers)
Berfungsi sebagai pengaman jika terjadi
bebanberlebih.
3. Voltage Compensator
Alat yang berfungsi untuk mengkompensasi nilai
tegangan yang diperlukan pesawat jika terjadi
penurunan atau kenaikan tegangan pada supply PLN.
Terdapat 2 jenis voltage compensator yaitu :
a) Manual Voltage Compensator
b) Automatic Voltage Compensator

19
a) Manual Voltage Compensator
Manual voltage compensator KVP Mayor

Fuse

m Voltage indikator
A

Voltage Regulator KVP Minor

110V
saklar
Fuse
220V
Gambar 3

Saat main switch on, kita harus melihat voltage


indikator yaitu harus menunjuk sarida hitam/merah
jika skala menjenjang misalnya jika tegangan PLN naik
kita harus menambah jumlah lilitan primer dengan
memutar selector pada voltage compensator dan jika
tegangan PLN turun kita harus mengurangi jumlah
lilitan primer dengan memutar selector voltage

20
compensator pada arah yang berlawanan, sehingga
diperoleh perbandingan transformasi antara nilai
tegangan dan jumlah lilitan primer dengan nilai
tegangan dan jumlah lilitan sekunder menjadi tetap,
yang mengakibatkan nilai tegangan pada setiap lilitan
tetap dan jelas nilai nominalnya.
Perbandingan transformasi dapat dirumuskan :

E 1 : N1 = E 2 : N2

Dimana E1 = Tegangan di primer


N1 = Jumlah lilitan di primer
E2 = Tegangan di sekunder
N2 = Jumlah lilitan di sekunder
Contoh : E 1 : N1 = E2 : N2
220 : 220 = 1 : 1

Jika tegangan dari PLN tetap yaitu tidak naik dan tidak
turun atau sebesar 220 V maka pada lilitan primer
yang jumlah lilitannya dimisalkan 220 lilitan maka
perbandingan tegangan dan jumlah lilitan antara
primer dan sekunder = 1 : 1 maksudnya, pada setiap 1
lilitan mengandung 1 volt tegangan.

21
Jika tegangan dari PLN naik menjadi 230 V sedangkan
jumlah lilitan primer selalu tetap 220, maka
perbandingan transformasi tidak sama yaitu 1 : 1. Hal
ini disebabkan karena 230 v : 220 tidak sama dengan
1 : 1 atau dapat dituliskan bahwa:

230 v : 230 ≠ 1 : 1

Agar diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan (pada


output / sekunder) tetap 1 : 1 maka kita harus
menambah jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan,
sehingga jumlah lilitan skunder juga berjumlah 230.
Dengan demikian akan diperoleh:

E 1 : N1 = E 2 : N2

230 v : 230 = 1 : 1

Maka perbandingan transformasi tetap.


Jika tegangan dari PLN turun menjadi 210 V dan
jumlah lilitan primer tetap 220 maka perbandingan
transformasi tidak sama dengan 1 : 1 atau 210 V : 220
tidak sama dengan 1 : 1 atau bisa dituliskan 210 V :
220  1 : 1.
Agar tetap diperoleh perbandingan transformasi 1 : 1 /
tetap, maka kita harus mengurangi jumlah lilitan
primer sebanyak 10 lilitan, sehingga menjadi 120
lilitan atau bisa dituliskan 210 V : 210 = 1 : 1

22
Dengan demikian akan diperoleh perbandingan
transformasi pada autotransformator yang tetap.

b) Automatic Voltage Compensator

Alat ini terdiri dari :


1. Autotransformator (TV)
2. Transformator (TC)
3. Sensitive Relay (W1 dan w2)
AB = Tegangan PLN
XY = Tegangan Output
TV = Gulungan Autotrafo

23
TC = Transformator untuk menentukan terjadinya
booking dan busting voltage
W1 dan W2 = Sensitive relay untuk mengendalikan
arah polaritas pada autotrafo (TV).

Skala 6 digerakkan ke kiri atau ke kanan oleh sebuah


motor sehingga akan menyebabkan terjadinya boosting
dan boocking voltage.
Ketika tegangan utama PLN turun dari nilai nominalnya
maka tegangan pada x dan y akan ikut turun. Hal ini
menyebabkan sensitive relay w1 bekerja dan
menghubungkan kontak 12 – 14 , sehingga arus akan
mengalir dari : x – 9 – 14 – 12 – w1 – 11 – 10 – y
Dan motor akan berputar ke kiri, sehingga selektor TV
juga bergerak ke kiri. Dengan demikian rangkaian pada
sekunder TC akan mengalir dari titik 6-4-Primer TC – 3
– 5 ( titik 6 lebih positif dari titik 5). Maka pada primer
TC arus menuju ke atas, sehingga arus sekundernya
menuju ke bawah. Akibatnya polaritas arus dari 1 ke 2
akan mengalami Boosting (penambahan) polaritas dan
tegangan keluaran automatic voltage compensator
yang semula turun akan terkompensir, sehingga nilai
tegangan pada setiap lilitan tetap, dan nilai tegangan

24
yang digunakan untuk mensupply rangkaian tidak
mengalami perubahan.
Sebaliknya, saat tegangan antara x dan y naik, motor
akan berputar kekanan dan skala akan menyimpang
ke kanan, sensitive relay akan berubah menyimpang ke
kanan, sehingga arus akan mengalir dari x – 9 – 14 –
13 – W2 – 10 – y. Pada rangkaian sekunder TC akan
mengalir dari 5 – 3 – Primer TC – 4 – 6 (titik 5 lebih
positif dibanding titik 6). Ini artinya arus sekunder TC
mengalir ke atas. Jadi saat tegangan x – y naik maka
akan terjadi Boocking Voltage (pengurangan polaritas)
sehingga mengurangi polaritas dan akan
mengkompensir tegangan x – y yang naik. Dengan
demikian nilai tegangan pada setiap lilitan tetap,
sehingga nilai tegangan yang digunakan untuk
mensupply rangkaian tidak mengalami perubahan.
Kesimpulan :
 Saat x – y turun akan terjadi Boosting Voltage
 Saat x – y naik akan terjadi Boocking Voltage.
Dengan demikian meskipun terjadi penurunan maupun
kenaikan tegangan PLN maka tegangan yang akan
dipakai pada distributor, tegangan PLN akan terjadi
penyasuaian.

25
4. Line Resistance ( R Match )
Setiap pesawat mempunyai hambatan atau R yang
diberikan oleh pabrik, contohnya pada pesawat
shimadzu R=0,04-0,08 Ω, resistance ini disebut R
internal ( R pesawat ). R line adalah tahanan atur yang
berfungsi untuk mencocokkan tahanan pengkabelan
dengan tahanan yang dibutuhkan pesawat. Setelah R
internal diketahui misal 0,05 Ω, selanjutnya teknisi
harus menghitung R pengkabelan misal pengkabelan
seperti di workshop ATEM. Perhitungan R pengkabelan
(R Eksternal) adalah :
a. Mengukur nilai R pengkabelan dari gardu induk
menuju ke terminal distribuse.
b. Mengukur nilai R pengkabelan (R External) dari
terminal distribusi sampai terminal ganda X ray
kemudian dan dijumlah dan disebut R External (R
pengkabelan)
Penentuan nilai R match (nilai R yang harus
dicocokkan) pada R line adalah R match = R internal –
R eksternal atau R internal = R. match (line) + R.
Eksternal (pengkabelan).
5. Voltage Indicator
Alat yang berfungsi untuk menunjukkan besarnya
tegangan PLN yang masuk pada Rangkaian Power

26
Supply jika mengalami kenaikan atau penurunan. Pada
voltage indikator diberikan tanda tertentu yaitu kotak
kecil merah atau hitam, jika tegangan PLN naik skala
menyimpang ke kanan dan jika tegangan PLN turun
maka skala menyimpang ke kiri.
6. Voltage regulator :
Alat yang berfungsi untuk memilih tegangan PLN
110/220/380 Vac tergangtung dengan pesawat yang
digunakan dan dinegara mana pesawat dioperasikan.
7. Auto Transformator atau biasa disebut Autotrafo
Autotransformator atau autotrafo berfungsi untuk
memindahkan tegangan listrik dari satu rangkaian ke
rangkaian lain dengan cara menaikkan atau
menurunkan tegangan ke seluruh pesawat. Autotrafo
adalah transformator yang kumparan primer dan
kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.
Bagian primer berhubungan dengan voltage
kompensator dan voltage indikator. Sedangkan bagian
skundernya disambungkan ke beberapa rangkaian
pengguna.
8. KVP selector Mayor
Alat yang berfungsi untuk memilih tegangan tinggi /
memilih besarnya beda potensial antara anoda dan
katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 10 KV.

27
9. KVP selector Minor
Alat yang berfungsi untuk memilih tegangan tinggi /
memilih besarnya beda potensial antara anoda dan
katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.

2. Rangkaian Pemanas Filamen.

FILAMEN
LIMITER

Gambar 5

28
Fungsinya untuk memberikan catu daya dan
mengatur besar arus pemanas filamen agar terjadinya
“thermionic emission” bisa di kendalikan sehingga jumlah
elektron – elektron bebas yang dihasilkan pada filamen
tabung rontgen bisa dikontrol.
Rangkaian ini terdiri dari :
a Rangkaian voltage stabilisator
b. Rangkaian space charge compensator
c. Rangkaian mA Control
d. Rangkaian Stand by Resistor
e. Rangkaian Filament limiter
f. Transformator Filament (step down)
g. Filament tabung Rontgen

 Rangkaian Stabilisator Tegangan.

N2

N1 C EK2
EK1

29
N3

Gambar Stabilisator Tegangan

Fungsinya untuk menstabilkan tegangan yang akan


diberikan pada rangkaian pemanas filamen sehingga
pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan
kerusakan pada filament tabung rontgen. Rangkaian
ini terdiri dari kumparan primer yang kita sebut N 1,
kemudian kumparan sekunder yang terdiri dari N 2 dan
N3. N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukan /
input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilisator
tegangan :
a. Jika EK1 = EK2
Pada kondisi ini tegangan PLN berada pada nilai
normal 220 V atau 135 V , tegangan pada
kumparan primer N1 akan disuplay sebesar 110V.
Karena tegangan pada N1 harus sebesar 110 V
atau 135 V , maka otomatis tegangan pada EK2
atau tegangan sekundernya adalah 110 V atau 135
V.
Cara kerja :

30
Pada saat EK1 menyuplai tegangan sebesar 110 V
atau 135 V pada lilitan N1, maka akan terjadi
tegangan bolak-balik pada N1,dan menyebabkan
timbulnya induksi magnet, berupa Garis-garis Gaya
Magnet yang selalu berubah setiap saat, sehingga
menimbulkan gaya gerak listrik pada N2 dan N3
yang besarnya = dΦ
dt
Dengan demikian, pada lilitan N2 timbul tegangan
yang akan mendahului arus sebesar 90˚,
sedangkan pada kapasitor C, akan terjadi pengisian
arus, sehingga mencapai tegangan maksimum di
N2 , kemudian akan terjadi pengosongan muatan
kapasitor. Hal ini akan terjadi secara kontinyu. Pada
kapasitor C arus mendahului tegangan sebesar 90˚.
Dalam hal ini, terdapat beda fase antara tegangan
di N2 dengan tegangan di C, dikarenakan secara
rumusannya : impedansi dari N2 (XL) =J.W.L dan
impedansi dari C (XC) = 1/J.W.C sehingga pada
keduanya terjadi perlawanan fase.
Selanjutnya karena N2 diparalel dengan C, dan
basar tegangan di N2 (I.XL) dan tegangan di C (I.XC)
adalah sama dangan demikian, tegangan pada N2
dan tegangan pada C akan saling meniadakan atau

31
= 0 dan terjadi resonansi. Sehingga tegangan
keluaran N2 // C hanya akan melewati hambatan
murni atau internalnya, yaitu sebesar E= I.R internal
atau R murni ,tanpa melewati impedansinya
masing-masing ( N2 dan C ).
Adapun secara vektoris dilukiskan ( tegangan
N2//C ) :
I.XC

Terjadi = → → → →
Beda fase E = I.XC – I.XL + I.R internal ( I.XC
= I.XL )

Sehingga  → →
E = I.R internal= 0 =

I.XL

Tegangan PLN tidak mengalami perubahan,


tegangan pada N2 tetap, tegangan pada C juga
Tetap
Maka didapatlah tegangan sekunder EK2 adalah :
→ → →
EK2 = I.XL3 + E
= E pada N3 + E murni ( di N2 // C )
Secar vektoris EK2 didapat dari :

32
→ → →
I.XL3 EK2 = I.XL3 + E

= =

E = I x R internal
b. Ek1>EK2
Pada kemungkinan ini, tegangan PLN berada di
atas 220 V sehingga tegangan yang disuplay ke EK1
jugasampai 135 V tetapi karena rangkaian ini
merupakan rangkaian stabilisator tegangan, maka
output pada EK2 harus tetap 135 V.
Cara kerja :
Pada saat EK1 naik, E pada N1 naik, E pada N2
naik, EN2 naik, dan E pada N3 pun ikut naik, akan
tetapi tegangan di kapasitor C ( EC ) tidak langsung
naik. Karena kapasitor masih berada pada masa
transient, sehingga tegangan di N2 menjadi lebih
besar dari pada tegangan di kapasitor C,maka
terjadilah selisih fase di antara keduanya,

Selisih ( E pada N2 dan E pada C ) sebesar :


= E.N2 – EC
= I.XL2 – I.XC

33
Secara vektoris dilukiskan :
I. XC

Selisih fase
I.XL2 – I.XC =
E = I . R internal
→ → → →
= E1 = E + (I.XL2 – I.XC)

I.XL2
Maka besarnya tegangan sekunder EK2 adalah :
→ → → → →
EK2 = I.XL3 + ( I.XL2 – I.XC) + I.Rinternal)
→ → →
EK2 = I.XL3 + E1
Tegangan PLN naik maka tegangan pada N3 juga
naik (I.XL juga naik)

34
Secara vektoris EK2 didapat dari :

I.XL3

→ → →
EK2 = I.XL3 + E1

= =
E = I . R internal

E1

c. EK1< EK2
Pada kemungkinan ini, tegangan PLN berada di
bawah 220V sehingga tegangan pada input EK1
akan berada dibawah 110V atau 135 V. Tetapi
karena rangkaian ini berfungsi sebagai penstabil
tegangan, maka output EK2 harus tetap 110 V atau
135 V.
Cara kerja :
Pada saat EK1 turun, EN1 juga ikut turun, EN2 turun
dan EN3 juga ikut turun. Akan tetapi tegangan
dikapasitor C tidak langsung menglami penurunan,
kerena kapasitor C masih mengalami masa

35
transient, akibatnya tegangan pada kapasitor C
lebih besar dari pada tegangan di N2 ( EN2 ) ,maka
terjadilah selisih fase antara E pada N2 dan E pada
C,
yaitu sebesar = E pada C – E pada N2
= I.XC – IXL2

Secara vektoris dilukiskan :


I.XC

→ → → →
selisih fase E1 = ( I.XC – I. XL2 ) + E
I.XC – I.XL2 = =
E = I.R internal

I.XL2
Tegangan PLN turun maka tegangan pada N3
juga turun
Maka besarnya tegangan sekunder EK2 adalah :
EK2 = EN3 + EN2 // C
= I.XL3 + { ( I.XC – I.XL2 ) } + I.R
EK2 = I.XL3 + E1

36
Secara vektoris EK2 dapat dari :
→ → →
I.XL3 EK2 = I.XL3 + E1

selisih fase E1
I.XC – I.XL2
E = I.R internal
Kesimpulan:
Meskipun terjadi perubahan tegangan PLN,
keluaran tegangan pada stabilisator tegangan
secara vektoris dapat dibuktikan besarnya adalah
sama.

 Space Charge Compensator


Alat ini berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus
tabung agar sesuai dengan yang dipilih meskipun
terjadi perubahan tegangan tinggi pada tabung
roentgen.

37
DI GANGE

Space Charge Compensator Terdiri Dari 2 Jenis


Yaitu :
a. Manual Space Charge Compensator
b. Automatic Space Charge Compensator

a. Manual Space Charge Compensator


Rangkaian ini berupa variable resistor (VR) yang
terdiri dari tap-tap, yang tiap tap-tapnya mempunyai
nilai R yang berbeda-beda.
Sebelum lebih jauh membahas tentang space
charge compensator kita lihat terlebih dahulu
karakteristik tabung rontgen.

38
Karakteristik tabung roentgen:
- Semakin tinggi tegangan maka arus akan
semakin besar.
- Tabung roentgen hanya bekerja pada daerah
space charge.

Selector pada SCC ini digank dengan kvp selector


mayor dengan maksud agar pada saat kita memilih
besar tegangan kita juga mengatur/memilih
besarnya nilai Resistan pada SCC. Jika posisi kvp
selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka
pada SCC nilai R nya akan pada posisi dengan nilai
R tertinggi begitu juga sebaliknya.Hal ini
dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC
yang terdiri dari VR dan digank dengan KV selector,

39
naik sehingga terjadi voltage drop yang besar pada
SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas
filamen berkurang, jadi walaupun energi yang
menarik elektron lebih kuat tetapi jumlah elektron
yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung yang
terjadi sesuai dengan yang telah ditentukan..
Kemudian pada saat KV turun maka nilai R space
charge compensator yang terdiri dari VR yang telah
digank dengan KV selector akan turun juga,
sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada SCC
dan mengakibatkan tegangan pada pemanas
filamen bertambah / naik sehingga awan elektron
naik ( semakin banyak ) sehingga walaupun energi
yang menarik electron kecil tapi electron yang
ditarik banyak maka nilai arus tabung yang terjadi
sesuai dengan yang diatur sebelumnya.

 mA control

Variabel
resistor

40
Berfungsi untuk mengatur besarnya arus yang mengalir
pada rangkaian pemanas filamen yang kemudian akan
digunakan sebagai penentu besarnya arus tabung yang
digunakan.
Alat ini disambung seri dengan trafo filamen. Untuk
memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai
Tahanan nya untuk menentukan voltage drop pada VR.
Semakin besar pilihan mA maka pilihan tap tersebut
berada pada posisi nilai Tahanan yang paling
kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Dan semakin kecil
mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai
tahanan paling besar. Arus tabung ditentukan oleh
besarnya tegangan pada trasformator filamen.
Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan
besarnya arus transformator filamen ini (IF), semakin
besar tegangan trafo filamen semakin besar pula arus
yang mengalir pada trafo filamen,besarnya arus trafo
filamen ini akan menentukan banyaknya elektron
bebas yang dihasilkan. EF besar  IF besar →
elektron bebas banyak  awan electron banyak. Jika
R lebih tinggi, tegangan trafo filamen kecil karena
dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada
tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan
voltage drop yang lebih besar.

41
V = I x R . Tegangan pada filamen = Tegangan awal –
voltage drop.

 Stand by Resistor
Relay

Ke Exposure Switch

Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanasan


awal pada filamen tabung rontgen agar terjadi Pre
Heating sebelum expose berlangsung sehingga filamen
tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari Resitor
yang dilengkapi yang dilengkapi dengan kontaktor yang
digerakkan oleh delay relay.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut, pada saat main
switch ON, filament tabung rontgen langsung
mendapatkan tegangan dari transformator filamen tapi
melewati stand by resistant sehingga tegangan yang
mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose,
timer bekerja dan relay energize bekerja sehingga
kontaktor exposure switch terhubung dan kontaktor

42
relay di stand by resistant terhubung (di by pass ),
sehingga tegangan akan melewati kontaktor (bukan
Resitor lagi) sehingga tidak ada voltage drop sehingga
pemanasan filament pada tegangan normal.

 Filament limiter ( mA limiter )

Alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus


pada pemanas filamen, maksudnya agar tegangan
pemanas filamen sesuai dengan kemampuan
kapasitas filamen tabung rontgen sehingga pemberian
tegangan tersebut memberi pemanasan yang normal.
Penggunaan filamen limiter ini akan lebih terasa
terutama pada tabung rontgen yang mengunakan
double focus, yaitu focus besar ( Large Focus ) dan
focus kecil ( Small Focus ) yang masing-masing harus
dilengkapi dengan filamen limiter sendiri-sendiri. Untuk

43
yang large focus nilai tahanan limiternya kecil,
sedangkan untuk yang small focus nilai tahanan
limiternya besar yang diatur sekali pada waktu
pemasangan oleh teknisi.
c) double focus

F ila m e n lim it e r u n t u k S M A L L F O C U S

F ila m e n lim it e r u n t u k L A R G E F O C U S

 Trafo filament

44
Alat yang Berfungsi sama seperti trafo biasa, yaitu
untuk memindahkan tegangan dari satu rangkaian ke
rangkaian yang lain. Dalam hal ini, Trafo filamen
memindahkan tegangan dari Rangkaian pemanas
filamen ke rangkaian Tabung Rontgen, yaitu sebesar
18 – 24 Volt, untuk membangkitkan proses Thermionic
Emission. Trafo filamen merupakan Trafo Step Down,
karena tegangan yang digunakan adalah tegangan
110-135 V menjadi 18 – 24 Volt atau 12 v/18 Volt
tergantung spesifikasi tabung.

 Filamen tabung rontgen


Berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai
katoda.
Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur
yang tinggi 3600°C dengan nomor atom 74.
Katoda / filament terbagi 2, yaitu :
a. Katoda Direct
Disebut juga katoda langsung yaitu filament yang
sekaligus berfungsi sebagai katoda

KATODA ANODA

45
b. Katoda Indirect
Disebut juga katoda tak langsung yaitu filament
hanya berfungsi sebagai sumber elaktron
sedangkan katodanya dipisah ( didepan filamen),
katodanya biasa terhubung dengan transformator
filament atau dengan sumber lain.

Filamen ANODA

KATODA

Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat


yang menyerupai mangkok untuk memfokuskan
jalannya elektron dari anoda ke katoda.
Katoda juga bisa berupa :
a. Single Focus

KATODA ANODA

46
b. double focus

Small Focus ANODA


Large Focus

ANODA
Small Focus
Large Focus

Maksud digunakannya double focus agar dapat


melayani pengunaan mA (arus) yang berbeda-
beda.

3. Rangkaian Tegangan Tinggi

Timer

KV meter

mA meter

47
Pada rangkaian ini terdapat trafo tegangan tinggi
yang berfungsi untuk memberikan beda potensial antara
anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat
polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat
polaritas negatif agar elektron-elektron bebas yang ada
disekitar katoda dapat ditarik ke anoda. Agar anoda selalu
mendapat polaritas positif, maka dipasang penyearah
tabung rontgen.
Transformator adalah alat yang berfungsi untuk
mendistribusikan tegangan baik itu menaikkan ataupun
menurunkan tegangan dari satu rangkaian kerangkaian
lain. Bila transformator tersebut untuk menaikkan
tegangan disebut transformator step up (pada HTT) dan
apabila untuk menurunkan tegangan disebut
transformator step down (pada trafo filamen).
Transformator step up mempunyai jumlah lilitan sekunder
lebih banyak dari pada jumlah lilitan primernya sedangkan
transformator step down mempunyai jumlah lilitan
sekunder lebih sedikit dari pada jumlah lilitan primernya.
Pada HTT jenis transformator yang digunakan adalah
step up dan perbandingan transformasinya bisa mencapai
1 : 1000 atau tergantung dari desain pabrik pembuatan.
Bila pada kumparan primer dialiri arus bolak balik ( AC )
maka akan timbul garis-garis gaya magnet yang berubah-

48
ubah tergantung dari besarnya arus yang mengalir.
Perubahan garis-garis gaya magnet ini akan menyebabkan
terjadinya gaya gerak listrik ( ggl ) pada lilitan
sekundernya, yang besarnya bergantung dari perubahan
fliks pada setiap perubahan waktu.
mA meter dipasang pada center tap dan disambung
ke ground maksudnya adalah untuk mengetahui besarnya
nilai arus tabung yang mengalir pada saat expose terjadi.

4. Rangkaian Tabung Rontgen


Rangkaian tabung rontgen terdiri dari tabung rontgen dan
penyearahnya
a. Tabung Rontgen

49
Merupakan sebuah tabung diode yaitu tabung vakum
yang terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode.
X ray tube adalah tempat berlangsungnya proses
terbentuknya sinar X.
- Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk
pemotretan tunggal disebut “Pesawat Rontgen 1
examination”
- Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table
dan under table disebut 2 Examination.
Ada 2 macam x ray tube :
 x ray tube over table  berada diluar patient table
 x ray tube under table  berada di bawah universal
patient table

b. Penyearah Arus
Jenis-jenis penyearah :
1. Self rectifier X-ray unit
2. penyearh inversuppessor
3. Penyearah sestem bridge
4. Penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda
5. Penyearah ½ gelombang dengan 2 dioda
6. Penyearah gelombang dengan 1 dioda

50
1. Self Rectifier X-ray Unit
self rectifier X-ray unit disebut juga penyearah sendiri,
dimana X ray tube itu sendiri akan menyearahkan arus
yaitu dengan cara :
 Saat anoda mendapat polaritas positif akan
terjadiarus tabung , sehingga ada electron yang
ditarik.
 Saat anoda mendapat polaritas negative , tidak
ada arus yang mengalir, karena tidak ada electron
yang ditarik karena katoda merupakan tempat
berkumpulnya electron

Gambar Self rectifier X-ray unit:

HTT A

Anoda

Dari
sekunder
auto trafo m
k
V A
Katoda

Ke sekundertrafo filamen

51
Cara kerja
Pada saat siklus I, anoda mendapat polaritas positif
dan katoda mendapat polaritas negative maka electron
dari katoda akan ditarik ke anoda, sehingga terrjadi
rangkaian tertutup yang menyebabkan arus electron
yang berkebalikan dengnarus listrik yang disebut arus
tabung.
Pada saat siklus II, anoda mendapat polaritas negative
dan B mendapat polaritas positif electron bebas yang
ada pada katoda tidak bisa ditarik ke anoda, karena
saat anoda negative dan katoda negative berarti satu
kutub, sehingga yang terjadi adalah tolak-menolak,
sehingga tidak terjadi rangkaian tertutup dan tidak
terjadi arus tabung, namun antara anoda dan aktoda
tetap terjadi beda potensial yang besarnya justru besar
dibandingkan pada saat anoda mendapat polaritas
positif sehingga terjadi arus tabung maka terjadi
voltage drop.pada setiap penghantar dengan adanya
hambatan R internal yang besarnya Ix hambatan
Rinternal.

52
Vsek
autotrafo Tegangan sekunder autotrafo

Vprimer Tegangan primer HTT


HTT

Tegangan sekunder HTT. Tinggi amplitudo


tegangan sekunder HTT ditentukan oleh
perbandingan transformator antara primer dan
sekunder HTT. E1:N1= E2:N2
V sek
HTT

Voltage drop.trerjadinya voltage drop saat anoda


mendapat polaritas positif yang besarnmya
Ix R internal sehingga amplitude saat anoda positif
lebih kecil saat anoda mendapat polaritas negatif

V
tabung

Pada saat anoda mendapat polaritas positif terjadi


I rangkaian tertutup dan terjadi arus tabung sedangkan
tabung saat anoda mendapat polaritas negative
tidak akan terjadi arus tabung

53
2. Penyearah Inversuppessor
Penyearah inversup pessor adalah menekan tegangan,
balik pada saat anoda mendapat polaritas positif.saat
anoda mendapat polaritas negative dan katoda
mendapat polaritas positif maka arus tidak bisa
mengalir, karena katoda juga merupakan sumber
electron dan anoda tidak dapat menarik elekton di
katoda maka justru tolak menolak.
Gambar
X A C

Ke sekunder auto Anoda


trafo
m
A Katoda

Y B Ke sekunder trafo
54 filamen
Cara kerja
1. Primer HTT bekerja, mendapat supply dari sekunder
autotrafo.
2. Saat siklus I, titik A mendapat polaritas positif, titik
B mendapat poaritas negative maka arus mengalir
dari Ake Bmelewati Rinversuppresor menuju
kesekunder autotrafo Y, pada saat itu titik C
mendapat polritas negative dan titik D mendapat
polaritas positif, maka tegangna inverse yang
merugikan pada tabung dapat ditekan atau di drop
sehingga arus tabung yang mengalir tidak ada.
3. Saat A mendapat polaritas negative, titik B
mendapat polaritas positif maka arus akan
mengalir dari Y positif ke B melalui D menuju ke A
dan menuju ke X negative pada saat itu titik C
mendapat polaritas positif dan titik D mendapat
polaritas negative maka ada arus yang mengalir
dari titk C ke anoda lalu ke katoda kemudian ketitik
D mendapat polaritas negative maka ada arus yang
mengalir dari titk c menuju ke anoda lalu ke katoda
kemudian ke titik D, dan kembali ke autotrafo,

55
sehinggga terjadi arus elektron yang berkebalikan
dengan arus tabung.
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar grafik berikut ini:

V.sek.aut Tegngan sekuder auto trafo


o trafo

Tegangan primer HTT

Vprimer
HTT

Pada saat terjadi invers voltage arus melewati R


impress impresor sehingga terjadi voltage drop
yang besar maka tegangan invers voltage jadi
kecil.

V.sek
HTT

Arus Pada saat voltage drop tidak terjadi arus


tabung electron.

V.tabung

Pada saat voltage drop tidak terjadi arus


tabung.
56
57
3. Penyearah Sistem Bridge
Gambar

D4 D1
Ke sekunder auto
trafo m
A

D3 D2
Tegngan sekunder auto Ano
trafo da
V.sekunder
auto trafo
Katoda

Tegangan primer
HTT
Ke sekunder trafo
filamen

V.primer
HTT Cara kerja Tinggi amplitudeo sekunder HTT ditentukan oleh
perban dingan trafo antara primer dan sekunder
1. Saat sekunder bekerja
HTTpada ½ periode I, titik A
E1:N1=E2:N2

mendapat polaritas positif dan titik B mendapat


V.sekunder polaritas negative maka arus mengalir dari A+
melalui dioda 1 menuju anoda. Diteruskan ke katoda
lalu ke dioda 3 dan ke B kembali ke supply.
2. Saat sekunder bekerja pada ½ periode 2 titik A
V tabung =V sekunder
mendapat polaritas negative dan titik B mendapat
polaritas positif. Maka arus mengalir dari B positif
V.tabung
melalaui dioda 2 menuju anoda diteruskan ke katoda
lalu ke dioda 4 lalu kembali ke supply (ac)
Arus tetap ada walaupun di sekunder
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar
HTT terjadi invers grafik berikut ini

58
Arus rabung

4. Penyearah dengan anoda grounding

59
Gambar rangkaian

D1
A

Ke sekunder auto Anoda


trafo m
A
Katoda

B
D2
Ke sekunder trafo
filamen

Cara kerja
1. Saat titk A mendapatkan polaritas positif dan titik B
mendapat polaritas negative maka saat arus
mengalir dari titik A menuju ground lalu anoda
menuju katoda masuk ke titik B negative melalui
dioda 2.
2. Saat titik A mendapat polaritas negative dan titik B
mendapat polaritas positive, maka saat arus mengalir
menuju ke titik B positive keground lalu ke anoda
menuju katoda kemudian ke titik A melalui dioda 1

Gambar Grafik :

60
V.sekunder Tegngan sekunder auto trafo
auto trafo

Tegangan primer HTT

V.primer HTT

Tinggi amlitudo sekunder HTT ditentukan oleh


perbandingan trafo antara primer dan sekunder
HTT E1:N1=E2:N2

V.sekunder

V.tabung V.tabung =1/2V sekunder


HTT

Arus tabung tetap terjadi.


Arus tabung

5. Penyearah ½ gelombang dengan 2 dioda

61
Gambar:

D1
A

Anoda
Ke sekunder auto m
trafo A
Katoda

B
D2

Ke sekunder trafo
filamen

Cara Kerja :
1. Pada saat titik A mendapat polaritas positive dan titik B
mendapat polaritas negative, arus mengalir dari A ke
dioda 1 lalu ke anoda menuju katoda ke dioda 2 dan
terakhir ke titk B. Pada saat ini terjadi penarikan
electron sehingga terjadi arus electron.
2. Saat titik A mendapat polaritas negative dan titik B
mendapat polaritas positive, arus mengalir dari titk B
ke dioda 2, namun saat tegangan mengalir, tegangan
tersebut di drop di dioda 2 sehingga tidak terjadi arus
electron.

Gambar Grafik :

62
V.sekunder
auto trafo
Tegngan sekunder auto trafo

V.primer HTT
Tegangan primer HTT

Tinggi amlitudo sekunder HTT di tentukan oleh


perbandingan transformasi antara primrdan
sekunder
V.sekunder

Arus tabung

V.tabung =V sekunder HTT

V.tabung

Arus tabung tetap terjadi

63
6. Penyearah ½ Gelombang dengan 1 Dioda
Gambar :

D1
A

Anoda
Ke sekunder auto m
trafo A
Katoda

B Ke sekunder trafo
filamen

Cara Kerja :
1. Pada saat titik A mendapat polaritas positive dan
titik B mendapat polaritas negative, maka arus
akan mengalir dari titik A ke dioda ke anoda dan
ke katoda kemudian ke titik B sehingga terjadi
penarikan electron atau arus electron
2. Sedangkan pada titik A mendapat polaritas
negative dan titik B mendapat polaritas positive,
maka arus electron tidak akan terjadi. Hal ini
karena anoda mendapat polaritas negative dan
katoda mendapat polaritas positive.

64
Gambar grafik

Tegngan sekunder auto trafo


V.sekunder auto
trafo

Tegangan primer HTT


V.primer HTT

Tinggi amplitudeo sekunder HTT ditentukan oleh perban dingan


transformasi antara primer dan sekunder
E1:N1=E2:N2

V.sekunder

V tabung =V sekunder

V.tabung

Arus tabung

Anoda mendapetkan polaritas positive terdapat tegangan dan


terjadi arus tabung,dan anoda mendapat negative

7. Penyearah 3 phase
Penyearah 3 phase mendapat supply dari tegangan
PLN 3 phase yang dapat dihubung bintang ataupun
hubungan segitiga. power supply 3 phase hubungan
segitiga dihubungkan dengan lillitan primer HTT,

65
sedangkan pada lilitan sekunder HTT terdapat 2 set
yaitu lilitan S1A, S2A, S3A dihubung bintang dan lilitan
S1B, S2B dan S3B dihubung segitiga. Masing-masing
set darililitan sekunder disambung dengan 6 dioda
penyearah menjadi 2 kondisi rangkaian. Penyearah 3
phase yang kemudian dihubungkan ke ground melalui
titik E. gambarpenyearah 3 phase dapat dilihat seperti
pada gambar berikut ini :

66
Pada gambar terlihat bahwa kutub positif dari dioda
penyearah 3 phase dihubung ke anoda (forward bias).
Sedangkan kutub negatif dari dioda penyearah 3
phase dihubungkan ke katoda (reversed bias).
jalannya arus untuk kutub positif adalah :
 Dari titik kanan S1B→titik temu positif→D8→titik
11→anoda→katoda→titik x→titik 10→D1→S1A
 Dari titik S2B→titik temu positif→D10→titik
11→anoda→katoda→titikx→D3→S2A.
 Dari titik S3B→titik temu positif→D12→titik
11→anoda→katodatitik x→D5→S3A.

Jalnnya arus untuk kutup negatif (elektron)


 Dari titik kiri S1A→D1→titik
10→x→katoda→anoda→titik 11→D8→S1B.
 dari titik kiri S2A→D3→titi
10→x→katoda→anoda→titik11→titik10→S2B.
 Dari titik kiri S3A→D5→titik
10→x→katoda→anoda→titik 11→D12→S3B.

Bentuk pulsa tegangn /pulsa generator 3 phase


hubung bintang, generator 3 phase hubung segitiga
dan pulsa tabung rontgen adalah sebagai berikut :

67
5 Rangkaian timer
Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses
penyinaran.
Terdapat 4 jenis timer yaitu:
1) Timer Mekanik
2) Timer Elektrik
3) Timer Elektronik
4) Timer Automatic

68
1) Timer Mekanik

Cara kerja:
1. menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve
p kearah searah jarum jam, dalam waktu yang
bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji
W akan ikut berputar kekanan (searah jarum ajm)
kontaktor C dari normally open menjadi close.
2. setelah sesuai waktu yangn ditetapkan, misalnya
sampai 0,3 detik jarum PA mengunci roda gigi W.
3. sementyara preparation selesai, yaitu kV, mA dan
waktu telah ditetapkan maka PB SWE ditekan,
sehingga akan ada arus yang mengalir dari power

69
supply menuju kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay
S, kembali ke power supply.
4. sehingga akan menyebabkan relay s energized dan
menarik kontak SW3 hingga rangkaian power supply
dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan
menyebabkan expose (penyinaran) dimulai.
5. sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum
valve PA sehingga terlepas dari penguncian, gigi gergaji
mulai berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam).
Setelah waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi
nol. Maka valve akan menyentuh kontaktor C hingga
membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C,
relay S energized, kontaktor SW3 membuka kembali,
sehingga akan memutuskan hubungan antara
rangakian Power Supply dengan rangakaian
transformator tegangan tinggi hingga proses expose
terhenti.

2) Timer Elektrik

70
Cara kerja :
1. menetukan lamanya penyinaran dengan memutar
knop K yang diikuti lengan A kearah kiri (berlawanan
jarum jam), misalnya 0,5 detik, dan plat bsi D2
kearah kiri.
2. pada saat itu motor M telah berputar hingga memutar
plat D1 kearah kanan (searah jarum jam).
3. saat preparation selesai, yaitu kV, mA, waktu telah
ditetapkan maka PB SWE, terminal 1 terhubung
dengan terminal 2, terminal 3 terhubung dengan
terminal 4.
4. dengan terhubungnya terminal 1 dan terminal 2,
maka dari Power Supply akan mengalir arus (menuju
relay S) kembali ke power supply, sehingga relay S
energized. Dengan energizednya relay, maka plat D2
akan menempel dengan plat D1. sehingga plat D2
bergerak kekanan, diikuti lengan A dan knop K.
5. pada waktu yang bersamaan, ada arus yang mengalir
dari power supply menuju ke kontaktor 3-4 lalu ke
kontak lalu ke relay SW dan kemudian kembali ke
power supply.

71
c) Timer elektronik

cara kerja:
1. Kita menentukan lamanya penyinaran
waktu yang ada, T= R.C
2. SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi
pengisian kondensator dengan arah arus dari
terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1.
sementara itu, kontak SWS (bawah) akan close
(karena digank dengan SWE), sehingga relay SA
akan energized, kontaktor SW3A menutup,
sehingga rangkaian power supply dan rangkaian

72
HTT akan terhubung dan expose akan
berlangsung.
3. Berlangsungnya expose berbarengan dengan
pengisian kondensator, sehingga saat muatan
kondensator penuh (time konstan 63%, karena
merupakan fungsi linier setiap perubahan waktu),
yang merupakan tegangan “critical gride”, maka
pada posisi 63% itu maka relay SB akan bekerja.
4. dengan berubahnya thyratron, maka arus
mengalir ke relay SB sehingga relay SB akan
bekerja, dengan bekerjanya relay SB maka
kontaktor SW3 membuka.
5. membukannya SW3 menyebabkan terputusnya
power supply dengan HTT.

Kita menentukan lamanya penyinaran dengan


perhitungan secara matchmatik T = RxC. SWE ditekan
untuk merubah posisi dari OFF ke ON, sehingga
terjadi pengisian kondensator dengan arus mengalir
dari terminal positif, SWR, kondensator C, terminal
negatif. Sementara itu saat SWE ditekan kontak akan
berada pada posisi ON dan energiese. Kontaktor
SW3A akan menutup, yang mengakibatkan

73
terhubungnya rangkaian power supply dengan HTT
sehingga ekspose berlangsung.
Berlangsungnya ekspose bersamaan dengan
pengisian kondensator. Sehingga pada saat muatan
kondensator penuh (time konstan sebesar 63%
karena merupakan fungsi linier setiap perubahan
waktu). Yang merupakan tegangan ”Critical Grid”,
maka pada kondisi 63% itu relay SB akan bekerja.
Dengan bekerjanya thyratron maka arus akan
mengalir ke relay SB, sehingga relay SB akan bekerja.
Dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor SW3
membuka. Membukanya SW3 menyebabkan
terputusnya power supply dengan HTT, dan ekspos
selesai.

d) Timer Automatik
a) Timer dengan Iontomat Chamber

74
Cara Kerja :
1. Lamanya penyinaran ditentukan oleh banyaknya
radiasi sinar x yang menembus tubuh pasien dan
kemudian diterima oleh ionisation chamber
2. Pada saat exposure switch SWE ditekan maka
terjadi kontak antara pin 5 dan pin6, sehngga
menyebabkan pada primer high tension
transformer terjadi hubungan tertutup melalui pin
7, 5, 6, 8, dan terjadilah expose.
3. D.C.2 memberikan supplai tegangan pada
kapasitor C melalui ionisation chamber (IC). Pada
saat terjadi expose IC akan teradiasi oleh sinar-x
sehingga menyebabkan kapasitor C mulai terisi
muatan listrik.
4. Pada saat yang sama tegangan pada grid thyristor
secara bertahap akan menyebakan grid terbuka
sehingga terjadi kontak antar elektoda pada
thyristor.
5. D. C. 1 akan memberikan supply tegangan dari +,
S1, elektroda-elrktoda thyristor menuju bagian –
pada D. C. 1. Maka solenoid S1 akan menari
kontaktor SW3 dan menyebabkan proses expose
berhenti.

75
b) Timer Automatik dengan Fluorecent Screen

Cara Kerja :
1. Lamanya penyinaran ditentukan oleh banyaknya
radiasi sinar x yang menembus tubuh pasien dan
kemudian diterima oleh fluorosent scren dan
diubah menjadi cahaya tampak, dimana cahaya
tampak tersebut akan mempengaruhi kinerja PEC
2. Pada saat exposure switch SWE ditekan maka
terjadi kontak antara pin 5 dan pin6, sehngga
menyebabkan pada primer high tension
transformer terjadi hubungan tertutup melalui pin
7, 5, 6, 8, dan terjadilah expose.
3. D.C.2 memberikan supply tegangan pada
kapasitor C melalui PEC yang kerjanya

76
dipengaruhi oleh banyaknya intensitas cahaya
tampak yang dihasilkan oleh Fluorosent Scren
( FS ). Pada saat terjadi expose FS akan
mengubah sinar-x menjadi cahaya tampak
sehingga kontaktor PEC menjadi terhubung dan
menyebabkan kapasitor C mulai terisi muatan
listrik melalui PEC.
4. Pada saat yang sama tegangan pada grid thyristor
secara bertahap akan menyebakan grid terbuka
sehingga terjadi kontak antar elektoda pada
thyristor.
5. D. C. 1 akan memberikan supply tegangan dari +,
S1, elektroda-elrktoda thyristor menuju bagian –
pada D. C. 1. Maka solenoid S1 akan menari
kontaktor SW3 dan menyebabkan proses expose
berhenti.
mAS Timer
Biasanya dipakai pada pesawat roentgen yang
menggunakan two type methods (kV, mAS).
Gambar mAS Timer:

77
Cara kerja :
1. menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C
2. pada saat PB SWE ditekan maka akan ada arus
yang mengalir dari power supply menuju terminal
7,5,6,8 SW3 lalu menuju kumparan primer HTT
dan kembali ke supply.
3. maka akan ada arus yang mengalir pada
sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah arus
: Rectifier menuju kapasitor. Sehingga kapasitor
akan terisi penuh sebesar 0,63 C.
4. setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron
akan mendapat tegangan sehingga akan
mengaktifkan relay S1.
5. dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3
akan terbuka. Sehingga tidak ada arus yang
mengalir pada primer trafo tegangan tinggi.
6. proses penyinaran telah selesai.

78
79
X ray tube

F il a m e n L im i t e r u n t u k S M A L L F O C U S
X Ray Tube

F il a m e n L im i t e r u n t u k L A R G E F O C U S
Gambar wiring diagram pesawat rontgen konvensional
Tahap - tahap pengoperasian pesawat rontgen
konvensional
Tahap I ( Preparation )
1. Main Switch On,
2. Lihat keadaan voltage
indikator, jika jarumnya bergerak ke kanan maka kita
harus menambah jumlah lilitan primer auto trafo dengan
menggunakan Line V (voltage Compensator) jika jarum
bergerak ke kiri maka kita harus mengurangi jumlah lilitan
primer pada auto trafo dengan menggunakan line V
(voltage compensator) sehingga diperoleh perbandingan
transformasi antara nilai tegangan & jumlah lilitan primer
dengan nilai tegangan & jumlah lilitan sekunder menjadi
tetap dengan demikian nilai tegangan setiap lilitan akan
menjadi jelas nilai nominalnya.
3. Memilih radiografi /
fluoroscopy tergantung kebutuhan.
4. - Menentukan besarnya
tegangan tinggi (KV) sesuai kebutuhan dengan
menggunakan KV selector mayor dan minor dengan
ditunjukkan pada KV meter untuk Radiografi.
- Menentukan besarnya tegangan tinggi (KV) untuk
fluaroscopy dengan menggunakan KV selector untuk
fluaroscopy.

80
5. - Menentukan besarnya mA control pada rangkaian
pemanas filamen dengan mengatur tahanan atur
sehingga terjadi voltage drop yang berarti tegangan
pemanas filamen kecil, besarnya dilihat di mA meter
- untuk fluoroscopy mengatur besarnya mA dengan
memutar selector mA untuk fluoroscopy.
6. Menentukan lamanya penyinaran dengan mengatur timer
pada selector timer. filamen tabung rontgen mulai
menyala, jika X ray tube menggunakan rotating anoda,
maka anoda mulai berputar.
7. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis pemotretan,
mengatur letak bucky, spot film device, dan CCTV.

Tahap II ( Ready )
1. Jika yang dilakukan Radiografi maka kita menekan
handswitch posisi 1/2 , Rotating anoda pada tabung
rontgen akan berputar normal pada tegangan normal.
2. Filamen mendapat tegangan normal 12 – 24 V, filamen
mengalami pemanasan sehingga terjadi Thermionic
Emission, elektron terlepas dari ikatan atomnya dan
membentuk awan elektron.

Tahap III ( exposure )

81
1. Jika Radiografi, maka kita menekan handswitch dalam
posisi penuh, berarti kita menekan saklar yang
menghubungkan Power Suplly dengan HTT yang digang
dengan timer,sehingga timer bekerja.
2. Jika memilih fluoroscopy maka kita menginjak Footswitch,
maka timer mulai bekerja.
3. Timer bekerja sehingga akan menghubungkan semua
kontraktor dengan push button yang digang / dihubung
4. Setelah timer ditekan sehingga HTT mendapat supply dari
Power Supply, setelah anoda dan katoda disambungkan
dengan HTT, Primer HTT diberi tegangan AC menginduksi
medan listrik, timbul garis-garis gaya magnet ( Garis Gaya
Magnit ) yang berubah setiap saat/waktu, sehingga
menimbulkan Gaya Gerak Listrik pada kumparan sekunder
HTT akibatnya timbul beda potensial antara anoda dan
katoda.
5. Setelah anoda dan katoda mendapat beda potensial, yaitu
pada saat anoda mendapat polaritas (+) dan katoda
mendapat polaritas (-) maka awan elektron pada katoda
tertarik menuju anoda dan tertahan di anoda akibatnya
terbentuk rangkaian tertutup karena adanya arus elektron
yang berlawanan dengan arus tabung.
6. Selain terjadi arus tabung maka saat elektron membentur
target yang menumbuk sampai ke inti atom disebut

82
Breamstrakhlung sedangkan electron yang menubruk
lapisan kulit K disebut K karakteristik, yaitu terpentalnya
atom di kulit K dan diisi kembali oleh atom dari partikel di
sekitarnya. Perpindahan atom menuju kulit K
menghasilkan Energi Gelombang Elektromagnetik yang
panjangnya 0,1 – 1 Amstrong yang disebut sinar X / sinar
rontgen.
7. Setelah waktu yang telah ditentukan maka timer tidak
bekerja lagi, dan akan memutuskan hubungan antara
Power Suplly dan HTT, sehingga HTT tidak mendapat
tegangan tinggi dan expose pun terhenti.
8. Lamanya expose / penyinaran ditentukan oleh pemilihan
timer.

83
X Ray Generator dan Apparatus

A. X Ray Generator
X ray generator adalah alat atau pesawat atau
disebut pesawat Rontgen, untuk membangkitkan sinar X.
Sedangkan yang dimaksud apparatus di sini adalah alat
kelengkapan dari pesawat rontgen untuk melakukan
pemotretan dengan sinar X.
X ray generator tersebut terdiri dari bagian – bagian
yang telah diuraikan di depan. Semua bagian – bagian itu
dibuat untuk memenuhi persyaratan terbangkitnya sinar X
dan untuk mengendalikan atau mengatur sinar X sesuai
kebutuhan untuk membuat photo.
Secara fisik pesawat rontgen terdiri dari :
a. Control table
Control table adalah bagian dari pesawat rontgen
untuk mengatur sinar X yang akan dibangkitkan.
Pengatur sinar X tersebut adalah :
1. KV kontrol
Gunanya untuk mengatur besarnya tegangan tinggi
pada tabung sinar X yang dipakai untuk mengatur
daya tembus sinar X yang akan dibangkitkan. KV

84
kontrol berupa tombol atau kenob yang diputar
untuk menunjuk suatu angka besaran KV.
2. KV meter / Indikator KV
Untuk mengetahui atau memonitor besarnya KV
yang diatur menggunakan KV meter atau angka
sebagai indikator KV yang didinginkan. KV meter
atau angka indikator KV menunjukkan besarnya
tegangan yang akan muncul pada tabung sinar X
dan disebut kualitas sinar X.
3. mA kontrol berupa tombol untuk mengatur
besarnya Arus Tabung sinar X dan disebut kuantitas
/ besarnya / banyaknya sinar X yang akan
dibangkitkan pada tabung sinar X.
4. mA meter
mA meter sebagai indikator besarnya arus tabung
sinar X sesuai dengan angka yang dipilih pada mA
kontrol.
5. Timer
Timer adalah alat untuk mengatur waktu lamanya
penyinaran sinar X yang akan dilaksanakan.
Gabungan antara besaran mA (arus tabung sinar X)
dan lamanya waktu penyinaran (second) menjadi
suatu besaran mAS yang dipakai untuk mengatur

85
kehitaman film pada photo yang dibuat, dengan 3
macam pengontrol yaitu :
- KV kontrol (pengatur tegangan tinggi tabung)
- mA kontrol (pengatur arus tabung)
- Second (pengatur waktu/timer)
Dipakai untuk membuat photo rontgen agar
didapatkan mutu gambar yang optimal.
6. Tombol pemilih apparatus
Tombol pemilih apparatus disebut juga technic
selector untuk pemilihan peralatan yang akan
dipakai untuk melaksanakan pemotretan dengan
sinar X. Apparatus tersebut antara lain :
a. Patient table / Bucky Table
b. Bucky Wall Stand
c. Explorator
d. Table tanpa Bucky
e. Tomography.
7. KV kontrol untuk Fluoroscopy
Tombol untuk mengatur tegangan tinggi tabung
sinar X pada waktu fluoroscopy.
8. mA Kontrol untuk Fluoroscopy
Tombol ini untuk mengatur besarnya arus tabung
sinar X pada waktu fluoroscopy.
9. Timer Fluoroscopy

86
Timer Fluroscopy dipakai sebagai indikator waktu
lamanya penyinaran Fluoroscopy.
Fluoroscopy dibatasi waktunya paling lama 5 menit.
Setelah 5 menit, Fluoroscopy di blok : sinar X tidak
keluar, kecuali setelah timer di Reset ke nol.

 Three Point Methode dan Two Point Methode


1. Three Point Methode
Yaitu Radiography dengan mengatur kondisi
sinar X nya, dilakukan dengan mengatur 3
macam besaran, yaitu :
a. Besaran KV dengan KV kontrol
b. Besaran mA dengan mA kontrol
c. Besaran Second dengan Timer.

87
Control table dengan Three Point Methode

2. Two Point Methode


Yaitu Radiography dengan pengaturan 2 macam
tombol pengontrol besaran X ray, yaitu :
a. Besaran KV dengan KV kontrol
b. Besaran mAS dengan mAS kontrol.

Jadi, pada Control Table hanya mempunyai 2


macam pengatur kondisi X ray, yaitu KV kontrol
dan mAS kontrol. Di sini pengatur mA dan
pengatur waktu dikombinasikan menjadi satu
disebut mAS Timer.

88
Control Table dengan Two Point Methode

89
b. High Tension Transformer Tank (HTT)
HTT adalah bagian dari pesawat Rontgen yang
berfungsi untuk :
- membangkitkan tegangan tinggi
- menyearahkan tegangan tinggi
- membuat tegangan rendah sesuai tegangan yang
diperlukan oleh filamen tabung sinar X.

Di dalam HTT ini terdapat bermacam alat, yaitu :


- High Tension Trafo, untuk membangkitkan
tegangan tinggi.
- Filamen Trafo, untuk membangkitkan tegangan
untuk filamen tabung.
- Penyearah tegangan tinggi, untuk
menyearahkan tegangan tinggi
- Relay tegangan tinggi (menghubungkan
tegangan tinggi ke X ray tube.
- Oli tegangan tinggi sebagai isolator dan
pendingin.

Pada blok diagram pesawat rontgen, HTT


dihubungkan dengan kontrol

90
Table dan tabung rontgen.
X ray tube
Overtable
Control
Table
Bucky
Wall
HTT

Explorator
Stand

Patient Table

X ray tube
Undertable
Gambar fisik HTT

91
c. X Ray Tube
X ray tube adalah alat yang digunakan sebagai
sumber pembangkit sinar X.
X ray tube mendapat tegangan tinggi pada Anode,
sedangkan katode dari tegangan filamen dari HTT.
Ada 2 buah X ray tube, yaitu :
- Overtable tube, yang letaknya di atas, dipasang
pada tiang X ray tube.
- Undertable tube, letaknya di bawah meja pasien
yang fungsinya untuk fluoroscopy dan photo seri
menggunakan explorator.
Untuk pemindahan pemakaian X ray tube dipakai
Relay tegangan tinggi yang berada di dalam HTT.

Gambar X ray tube Overtable dan Undertable :

Overtable Tube

92
Undertable Tube

B. X Ray Apparatus
Yang dimaksud X ray apparatus adalah alat – alat
yang dipakai untuk melaksanakan pembuatan photo
rontgen, antara lain :
1. Universal Patient Table
Universal patient table atau disebut patient table saja
adalah alat untuk tempat tidur pasien yang akan
diphoto.
Disebut Universal karena dapat dipakai untuk
membuat photo bermacam – macam, seperti photo
abdomen, kepala, tangan, kaki, pinggang, dan lain –
lain, juga fluoroscopy. Meja pasien ini dapat digerakkan

93
dari 0º sampai dengan 180º, sesuai kebutuhan
pemotretan.
Patient table mempunyai 2 Bucky :
a. Bucky yang ada di bawah meja disebut Bucky table.
Gunanya untuk membuat photo dengan
menggunakan X ray tube Overtable.
b. Bucky yang ada di explorator.
Gunanya untuk membuat photo seri menggunakan
X ray tube Undertable.

X ray tube Undertable Xray Tube Overtable


Pada Universal Patient table

2 Explorator / Spot Film Device (SFD)


SFD adalah tempat mengatur posisi kaset saat
pelaksanaan photo seri dimana antar Radiografi gdan

94
fluoroscopy dilakukan secara bergantian. Pada
pemotretan Radiografi, diperlukan kaset berada pada
Expose Area. Sedangkan pada pemotretan Fluoroscopy,
kaset berada pada Free Area.
Untuk Fluoroscopy, dibutuhkan peralatan pendukung
yang disebut CCTV (Close Circuit Television), yang terdiri
dari :
a. Image Intensifyer
Yaitu alat yang berfungsi untuk merubah sinar X
menjadi cahaya tampak.
b. Camera
Yaitu alat yang dapat merubah cahaya tampak
menjadi sinyal Video / sinyal listrik.
c. TV Monitor
Yaitu alat yang dapat merubah sinyal Video / senyal
listrik menjadi bayangan gambar pada layar
monitor.

95
Explorator

Camera
Image Intensifyer

TV monitor

3 Bucky wall stand / Bucky stand


Bucky wall stand adalah alat untuk membuat photo
rontgen yang ditempelkan pada dinding / tembok

96
(wall). Kalau bucky nya diletakkan pada tiang bucky
(saja) disebut Bucky Stand.
Untuk membuat photo rontgen dengan bucky wall
stand menggunakan X ray tube Overtable yang berada
pada tiang X ray tube.

4 Kolimator
Kolimator adalah alat untuk membatasi luas lapangan
penyinaran sinar X yang akan dikanakan pada obyek
penyinaran (pasien). Karena sinar X itu berbahaya,
maka luas lapangan obyek dibatasi untuk yang
diperlukan saja. Selain untuk meminimalkan bahaya
radiasi, juga untuk mendapatkan mutu gambar yang
optimal.

97
Jenis - jenis Pemotretan dengan Sinar X

A. Pemotretan tunggal / Foto tunggal


Pemotretan yang menghasilkan 1 gambar dalam 1 film
- Hasil 1 gambar dalam 1 cassete
- Dapat menggunakan X ray tube Under table mapun X
ray tube Over table
- Jika mengunakan X ray tube under table harus
mengunakan Bucky Wall Stand atau explorator ( SFD )
- Jika mengunakan X ray tube over table bisa
mengunakan bucky table atau bucky wall stand.

Konfigurasi Pemotretan tunggal :

1 2 3
Keterangan :
1. X Ray Tube 3. Film (pada bucky
table)

98
2. Patient
B. Pemotretan / foto seri
- Pemotretan yang menghasilkan lebih dari 1 foto
rontgen, dalam 1 film.
- Pelaksanaan radiografi dan fluoroscophy bergantian :

Peralatan-peralatan pemotretan :
a. Bucky
Bucky ada 2 jenis, yaitu :
 Bucky table : yaitu bucky yang terletak di bagian
belakang Universal Patient Table, tepatnya di
belakang pasien.
 Bucky Wall Stand : Yaitu bucky yang menempel
pada dinding.
b. Explorator
Yaitu alat yang berfungsi sebagai penggerak atau
pengatur kaset agar pada pelaksanaan radiografi,
kaset berada pada posisi expose area dan kalau pada
pelaksanaan fluoroscopy, kaset berada pada posisi
free area.

99
Pelaksanaan foto seri
- Atur posisi pasien dengan konfigurasi : X ray tube under
table  pasien  Explorator ( SFD ) pada posisi free
area  CCTV
- Pasang film pada explorator
- Menentukan berapa banyak gambar dalam satu film
- Menentukan tahap-tahap pelaksanaan fluoroscopy
- Injak foot switch
- Lihat TV monitor. Atur-atur posisi pasien agar diperoleh
gambar yang dikehendaki.
- Bila posisi pada gambar TV monitor sudah jelas maka
dilakukan tahap-tahap pelaksanaan radiografi
- Pindahkan posisi cassete pada explorator dari free area
ke expose area. Dengan memindahkan posisi cassete
pada explorator dari free area ke expose area berarti
kita telah melakukan ekpose seperti menekan hand
switch pada posisi penuh.

100
RADIOLOGI DASAR

DIII TEKNOLOGI ELEKTROMEDIK


POLITEKNIK SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2018

101

Anda mungkin juga menyukai