Anda di halaman 1dari 2

Nama : Raka Firdaus Utomo

NIM : 16416114
Tanggal Wawancara : 20 Juni 2017
Nama Narasumber : Dwi Barto
Instansi : PT. Timah
Jabatan : Kepala Bidang Perawatan
Alat

LAPORAN WAWANCARA DUNIA


PERTAMBANGAN
Pada hari Selasa, tepatnya tanggal 20 Juni 2017, pukul 16.00 WIB, saya dan tiga
orang teman saya pergi untuk mengunjungi dan sekaligus mewawancarai seseorang yang
pernah bekerja dan berpengalaman dalam dunia pertambangan. Beliau bernama Dwi Barto,
umurnya 66 tahun. Kami mengunjungi kediaman beliau yang berada di Komplek Timah No.
65, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan. Beliau sendiri bekerja di PT Timah dengan
memangku jabatan sebagai Kepala bidang Perawatan Alat, karena memang beliau
merupakan lulusan dari program studi Teknik Mesin. Beliau menyelesaikan pendidikan S1
nya dari Institut Teknologi Bandung pada tahun 1976 dan langsung bekerja di PT Timah
sampai tahun 2007. Di bidang ini, beliau mengawasi peralatan tambang serta
penggunaannya, serta mengkaji aspek keteknikan dan juga alat serta sarana pendukung
dalam penambangan.
Dalam wawancara kali ini, beliau mengomentari tentang dunia pertambangan,
khususnya pertambangan timah. Menurut beliau, kondisi pertambangan pada saat ini bisa
dibilang sedikit memburuk. Seperti yang sudah banyak dilansir media, harga komoditas
tambang menurun dibanding dahulu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Beliau
mendefinisikan faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor
eksternal merupakan politik dari luar yang menyebabkan harga komoditas turun. Hal ini juga
disebabkan oleh produksi komoditas yang memang berlebih dan tidak diimbangi dengan
permintaan akan komoditas tambang tersebut. Sedangkan, faktor internal menyangkut
liberalisasi dalam hal penggalian bahan tambang. Menurut beliau, dahulu peraturan
perundang-undangan menyatakan bahwa isi bumi merupakan milik negara itu sendiri dan
dikelola negara. Di lain waktu, pada masa ini, pihak swasta juga telah diperbolehkan untuk
mengeruk hasil bumi dari negeri ini yang seharusnya hanya pemerintah yang memiliki hak
tersebut. Menurut beliau ini merupakan suatu hal berdampak negatif pada dunia
pertambangan. Salah satu dampak negatif tersebut, yaitu kerusakan lingkungan yang
biasanya dilakukan oleh pihak swasta yang lebih menekankan prinsip profit-oriented dalam
kegiatannya.
Terdapat banyak tantangan yang akan dihadapi kedepannya oleh generasi penerus,
yaitu untuk lebih membangkitkan pertambangan lagi, dan juga memulihkan kondisi
pertambangan layaknya dahulu. Beliau mengharapkan generasi penerus dapat memikirkan
banyak ide dan juga metode baru dalam hal penambangan. Beliau juga mengharapkan agar
nantinya akan dibahas lagi terkait kebijakan-kebijakan mengenai dunia pertambangan.
Selain itu, juga perlu diadakan pengawasan yang ketat dan lebih baik lagi terhadap
perusahaan-perusahaan tambang di negeri ini dalam kegiatannya agar nantinya tidak ada
pihak yang merasa dirugikan.
Banyak juga pengalaman yang diceritakan beliau pada kami. Seperti peristiwa demi
peristiwa yang beliau alami selepas wisuda dari kampus Ganesha, pengalamannya bekerja
jauh dari keluarga, dan juga tentang kelanjutan pendidikannya. Beliau sendiri memang
bekerja di daerah Bangka Belitung. Di Bangka Belitung beliau diberi banyak fasilitas oleh
perusahaan, seperti rumah, mobil, dan banyak fasilitas yang lainnya. Beliau juga
melanjutkan pendidikan S2 nya di Colorado, Amerika Serikat, tepatnya di Colorado School of
Mines (CSM) bersama teman-teman seperjuangannya. Selain itu, banyak juga saran yang
beliau tujukan kepada kami dan kita semua, yang nantinya memang juga akan
berkecimpung didalam dunia pertambangan ini, dan berperan dalam kemajuan bangsa
dalam hal pertambangan. Beliau meminta generasi penerus untuk tetap menjaga
profesionalitas dalam bekerja, tetap mandiri dalam melakukan kegiatan di dunia pekerjaan
nanti, dan juga tetap mengembangkan soft skill yang kami miliki, yang akan menunjang
kemampuan bekerja di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai