Lily Rundjan
Asfiksia perinatal masih menjadi masalah terutama di negara berkembang. Salah satu kondisi yang
dapat terjadi akibat asfiksia perinatal adalah hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE). HIE merupakan
kondisi klinis yang ditandai dengan gangguan kesadaran, kelainan tonus otot, aktivitas, dan refleks
primitif, serta kesulitan dalam memulai dan/ atau mempertahankan usaha napas saat kelahiran.
Keadaan yang lebih berat dapat disertai dengan kejang.1 Pada negara maju, asfiksia perinatal
mempengaruhi 3 - 5 per 1000 kelahiran hidup dengan risiko mengalami HIE derajat sedang atau
berat pada 0,5 - 1 per 1000 kelahiran hidup.2 Selain kematian, HIE akibat asfiksia intrapartum juga
dapat menyebabkan kelainan neurologik jangka panjang. Kematian terjadi pada 10-60% bayi,
sedangkan sedikitnya 25% bayi yang bertahan hidup akan mengalami sequelae
neurodevelopmental.3
Berbagai studi klinis dan eksperimental memperlihatkan bahwa kerusakan neuron terjadi
dalam dua fase setelah cedera hipoksik-iskemik global. Pada saat hipoksia-iskemia berlangsung (fase
primer), kematian sel neuron belum tentu segera terjadi kecuali jika cedera sangat berat. Keadaan
ini diikuti dengan serangkaian proses biokimiawi, yang dipicu oleh hipoksia-iskemia, menuju
kematian sel awitan lambat (fase sekunder). Mekanisme yang terlibat dalam kematian neuron fase
sekunder meliputi hiperemia, edema sitotoksik, kegagalan mitokondria, akumulasi eksitotoksin,
kematian sel aktif (analog dengan apoptosis perkembangan), sintesis nitric oxide (NO), kerusakan
akibat radikal bebas, dan pengaruh sitotoksik mikroglia yang teraktivasi. Fase sekunder ini berkaitan
dengan ensefalopati dan peningkatan aktivitas kejang serta memiliki pengaruh yang signifikan dalam
kematian sel tahap akhir setelah cedera yang sangat berat. Di antara kedua fase tersebut terdapat
suatu periode yang ditandai dengan perbaikan metabolisme oksidatif serebral singkat (fase laten
atau therapeutic window) selama + 6 jam. Intervensi yang dilakukan selama periode ini dapat
menghentikan perluasan cedera.1,4,5 Semakin lama intervensi dilakukan, semakin luas cedera yang
terjadi. Suatu studi memperlihatkan kerusakan neuron parasagital mencapai 60% setelah 51/2 jam
(gambar 1).6 Gambaran kematian neuronal bifasik terlihat dalam pemeriksaan magnetic resonance
spectroscopy pada bayi-bayi cukup bulan yang terbukti mengalami hipoksia intrapartum dan
ensefalopati derajat sedang hingga berat. Hal ini menunjukkan adanya metabolisme oksidatif
serebral normal segera setelah lahir diikuti kegagalan energi sekunder yang akan memprediksi
luaran (mortalitas dan luaran neurodevelopmental pada usia 1 dan 4 tahun).7,8 Therapeutic window
yang singkat memerlukan penanganan segera yang efektif guna mencegah kelainan neurosensorik
dan memperbaiki luaran neonatus dengan HIE.
Gambar 1. Effect of delay in the initiation of cerebral cooling6
Keterangan: <10 = HIE derajat ringan; 11-14 = HIE derajat sedang; >15 = HIE derajat berat
(ekstensi menyeluruh)
Refleks primitif Reflek hisap,gag & Moro Refleks hisap, gag & Moro
Melemah Menghilang
Terapi cooling sebaiknya tidak dilakukan pada bayi dengan HIE apabila:20
a. Cooling tidak dapat dimulai dalam waktu 6 jam setelah lahir.
b. Berat badan kurang dari 2 kg.
c. Kebutuhan oksigen lebih dari 80%.
d. Kelainan kongenital mayor.
e. Koagulopati berat.
f. Kematian tidak dapat dihindari.
g. Anus imperforata (dapat dipertimbangkan oesophageal thermistor).
DAFTAR PUSTAKA
1. Laptook AR. The use of hypothermia to provide neuroprotecton for neonatal hypoxia-ischemic brain
injury. Dalam: Perlman JM, Polin RA, penyunting. Neurology: neonatology questions and
controversies. Edisi ke-2. Philadelphia: Elsevier; 2012.h.63-76.
2. Levene MI, Sands C, Grindulis H, Moore JR. Comparison of two methods of predicting outcome in
perinatal asphyxia. Lancet 1986;8472:67-9.
3. Vannucci RC. Current and potentially new management strategies for perinatal hypoxic-ischemic
encephalopathy. Pediatrics 1990;85:961-8.
4. Bennet L, Westgate JA, Gluckman PD, Gunn AJ. Pathophysiology of asphyxia. Dalam: Levene MI,
Chervenak FA, penyunting. Fetal and neonatal neurology and neurosurgery. Edisi ke-4. Philadelphia:
Elsevier; 2008.h.472-90.
5. Inder TE, Volpe J. Mechanisms of perinatal brain injury. Seminars in Neonatology 2000;5:3-16.
6. Gunn Aj, Bennet L. Cerebral hypothermia in the management of hypoxic-ischemic encephalopathy.
Neoreviews 2002;3:c116-22.
7. Roth SC, Edwards AD, Cady EB, Delpy DT, Wyatt JS, Azzopardi D, et al. Relation between cerebral
oxidative metabolism following birth asphyxia, and neurodevelopmental outcome and brain growth
at one year. Developmental Medicine and Child Neurology 1992;34:285-95.
8. Roth SC, Baudin J, Cady E, Johal K, Townsend JP, Wyatt JS, et al. Relation of deranged cerebral
oxidative metabolism with neurodevelopmental outcome and head circumference at 4 years.
Developmental Medicine and Child Neurology 1997;39:718-25.
9. Edwards AD, Yue X, Squier MV, Thoresen M, Cady EB, Penrice J, et al. Specific inhibition of apoptosis
after cerebral hypoxic-ischemia by moderate post-insult hypothermia. Biochemical and Biophysical
Research Communication 1995;217:1193-9.
10. Globus M, Alonso O, Dietrich W, Busto R, Ginsberg M. Glutamate release and free radical production
following brain injury: effects of posttraumatic hypothermia. Journal of Neurochemistry
1995;65:1704-11.
11. Van Leeuwen GM, Hand JW, Lagendijk JW, Azzopardi DV, Edwards Ad. Numerical modeling of
temperature distributions within the neonatal head. Pediatric Research 2000;48:351-6.
12. Alderson P, Gadkary C, Signorini DF. Therapeutic hypothermia for head injury. Cochrane
DatabaseSystRev 2004;4:CD001048.
13. Correia M, Silva M, Veloso M. Cooling therapy for acute stroke. CochraneDatabaseSystRev 1999; Issue
4:CD001247.
14. Rees K, Beranek-Stanley M, Burke M, Ebrahim S. Hypothermia to reduce neurological damage
following coronary artery bypass surgery (Review). CochraneDatabaseSystRev 2001, Issue 1.
15. Thoresen M, Whitelaw A. Cardiovascular changes during mild therapeutic hypothermia and
rewarming in infants with hypoxic-ischemic encephalopathy. Pediatrics 2000;106:92-9.
16. Jacobs S, Hunt R, Tarnow-Mordy W, Inder T, Davis P. Cooling for newborns with hypoxic ischaemic
encephalopathy. CochraneDatabaseSystRev2007;4:CD003311.
17. Polderman KH. Mechanisms of action, physiological effects, and complications of hypothermia. Crit
Care Med 2009;37:s186-202.
18. Thompson CM, Puterman AS, Linley LL, Hann FM, van der Elst CW, Molteno CD, et al. The value of a
scoring system for hypoxic ischaemic encephalopathy in predicting neurodevelopmental outcome.
Acta Paediatr 1997;86:757-61.
19. Sarnat HB, Sarnat MS. Neonatal encephalopathy following fetal distress: a clinical and
electroencephalographics study. Arch Neurol 1976;33:696-705.
20. The Royal Woman’s Hospital Neonatal Services. Melbourne: Clinician’s Handbook 2008.h.105-8
[unpublished].
21. Diunduh dari: http://speakingofresearch.com
22. Diunduh dari: http://www.stephan-gmbh.com
23. Dokumentasi pribadi