Anda di halaman 1dari 13

PENULISAN ABSTRAK DAN TERJEMAHAN

Dosen Pembimbing : Bp. Sugiyanto

Makalah sebagai Bahan Tutorial


Mata kuliah Karya Ilmiah
Oleh
Susilowati
Rowi Mukhsin
Ruby Ernanto

VI E

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2015
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, makalah seminar, atau
naskah ilmiah untuk dimuat di jurnal mengharuskan penulisan abstrak. Dalam
makalah atau naskah ilmiah abstrak biasanya ditempatkan sesudah judul naskah
dengan maksud untuk memberikan gambaran secara ringkas tentang isi naskah.
Oleh karena itu, abstrak sering juga disebut ringkasan singkat (short summary).
Informasi di dalam abstrak diharapkan dapat memotivasi pembaca untuk
membaca isi naskah secara utuh. Dengan perkatan lain abstrak diharapakn dapat
menggoda dan meyakinkan pembaca bahwa isi naskah itu menarik dan penting
dibaca. Isi abstrak memberikan informasi yang menjadi bahan pertimbanngan
bagi pembaca untuk melanjutkan atau tidak membaca keseluruhan isi naskah.

Setiap biasanya mempersyaratkan peulisan abstrak untuk setiap naskah yang


diterbitkan. Penulis naskah pada umumnya telah melengkap naskah mereka
dengan abstrak yang dimaksud walaupun belum semua dalam bahasa Inggris.
Dari abtrak-abstrak yang disusun penulisnya itu, terlihat beberapa masalah
sehingga perlu penataan kembali atau bahkan kadang-kadang harus disusun dan
ditulis. Masalah yang dimaksud adalah, pertama terlalu panjang. Abstrak disusun
dalam beberapa paragaraf sehingga berupa ringkasan isi naskah. Kedua, terlalu
rinci dengan memuat hal-hal yang tidak diperlukan dalam abstrak misalnya,
penjelasan tentang metodologi penelitian, rumus-rumus yang dipakai dalam
pengolahan data, serta hasil, kesimpulan, dan saran yang lengkap. Ketiga, terlalu
singkat sehingga tidak memberikan informasi yang mendorong pembaca untuk
membaca naskah itu lebih lanjut. Misalnya, tidak menyebutkan masalah dan hasil
penelitian sama sekali. Keempat, tidak memuat hal-hal yang pokok dalam isi
naskah sungguhpun telah memberikan uraian yang cukup panjang, sehingga tidak
memberikan daya tarik untuk membacanya lebih lanjut. Kelima, bahasa Ingggris
yang dipergunakan tidak informatif, karena kesalahan-kesalahan dalam pemilihan
kata dan tata bahasa.

Penulis naskah ilmiah, khususnya yang belum memiliki banyak pengalaman


menulis, kerap kali menghadapi kesulitan menulis abstrak naskahnya. Pada hal
abstrak itu merupakan persyaratan kelengkapan naskah untuk dapat dimuat dalam
jurnal ilmiah. Tidak jarang abstrak ditulis tidak sebagaimana seharusnya sehingga
abstrak itu tidak berfungsi sebagaimana diharapkan. Sering pula ditafsirkan
abstrak adalah sama dengan ringkasan/rangkuman (summary). Pada hal terdapat
perbedaan yang sangat nyata antara abstark dan ringkasan, dilihat dari tujuan, isi,
dan bentuknya. Tulisan ini bermaksud memberikan penjelasan tentang tata cara
penulisan abstrak dan perbedaannya dengan ringkasan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penulisan abstrak dan terjemahan?

2. Berilah contoh penulisan abstrak!

3. Berilah manfaat dari penulisan abstrak!

4. Sebutkan jenis-jenis dari penulisan abstrak dan terjemahan!

C. Tujuan

1. Agar dapat mengetahui pengertian penulisan abstrak dan terjemahan

2. Agar dapat mengetahui contoh dari penulisan abstrak

3. Agar dapat mengetahui manfaat dari penulisan abstrak

4. Agar dapat mengetahui jenis-jenis penulisan abstrak dan terjemahan


BAB II
Pembahasan

Disebutkannya abstrak sebagai ringkasan singkat (short summary)


menunjukkan bahwa abstrak memiliki kesamaan tetapi juga berbeda dengan
ringkasan (summary). Kedua-duanya memberikan informasi kepada pembaca
tentang isi suatu naskah (buku, skripsi, tesis, disertasi, atau makalah). Dilihat dari
panjang atau jumlah katanya, abstrak lebih singkat yang berarti informasi yang
diberikan melalui abstrak lebih sedikit dibandingkan dengan ringkasan. Perbedaan
ini jelas terlihat dari penyajiannya; abstrak terdiri atas satu paragraf dengan
jumlah sekitar 200 kata, sedangkan ringkasan terdiri atas beberapa paragraf yang
panjangnya antara 10 – 25% dari naskah aslinya. Ringkasan mendiskripsikan
gagasan-gagasan yang ada dalam naskah dengan susunan dan alur berpikir seperti
dalam naskah aslinya. Dengan membaca ringkasan, pembaca mungkin merasa
sudah mendapatkan informasi yang cukup tentang isi naskah tanpa harus
membaca keseluruhan isi naskah, kecuali untuk gagasan/bagian tertentu yang
dianggap perlu didalami lebih lanjut. Sedangkan abstrak tidak memberikan isi
gagasan yang lengkap serta tidak mengikuti sistematika dalam naskah aslinya
tetapi secara singkat memberikan pokok-pokok gagasan yang dibicarakan dalam
naskah aslinya.

Dilihat dari isinya, abstrak dapat dikategorikan ke dalama dua jenis: (a)
abstrak bersifat deskripti dan (b) abstrak bersifat informatif. Abstrak deskriptif
menggambarkan hanya tujuan dan ruang lingkup isi tulisan tetapi tidak
menyebutkan hasil dan kesimpulan isi tulisan. Sedangan abstrak yang bersifat
informatif memberikan penjelasan tentang latar belakang masalah, masalah,
pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan isi tulisan. Oleh karena unsur-unsurnya
lebih banyak, maka abstrak informative lebih panjang dari abstrak deskriptif.
Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan abstrak informatif.
Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraph dengan jumlah sekitar 200
kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup (a) latar belakang masalah,
(b) rumusan masalah, (c) pendekatan atau metode, (d) hasil, dan (e) kesimpulan
pembahan. Masing-masing unsur-unsur itu disebutkan secara ringkas tetapi
mudah dipahami.

Pertama, latar belakang masalah menyebutkan situasi/kondisi yang


menimbukan masalah dan perlu untuk dikaji secara ilmiah. Latar belakang ini
hendaknya sungguh-sungguh aktual dan menarik bagi pembaca yang dinyatakan
dalam dua atau tiga kalimat. Keberhasilan dalam menggambarkan latar belakang
masalah itu dengan menarik, mendorong pembaca meneruskan membaca abstrak
sampai selesai dan keseluruhan isi n askah. Sebaliknya, kegagalan menarik
perhatian pembaca melalui latar belakang masalah ini, dapat membuat pembaca
tidak melanjutkan membacanya.

Kedua, rumusan masalah menyatakan hal pokok yang dibahas atau


pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Masalah hendaknya
dirumuskan dengan singkat tanpa rincian, walaupun dalam isi tulisan masih
dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Sudah barang tentu rumusan
masalah terkait langsung dengan latar belakang masalah yang diuraikan
sebelumnya. Biasanya masalah tersebut dirumuskan hanya dalam satu kalimat
pemdek.

Ketiga, pendekatan atau metodologi yang dipergunakan dalam mengkaji


masalah itu disebutkan yang utama saja , misalnya menyebutkan populasi tetapi
tidak menyebutkan teknik sampling dan jumlah sampel. Dalam menuliskan
tentang metodologi dihindari rumus-rumus statistik dalam pengolahan dan analisis
data, jadi sangat bersifat deskriptf dan singkat.
Keempat, hasil berisi inti jawaban atau temuan yang diperoleh dari
pembahasan yang dilakukan. Hasil hendaknya disebutkan secara nyata tetapi tidak
rinci dan kalau perlu dapat mencantumkan data kuantitatif. Hendaknya tetap
dijaga agar informasi singkat tentang hasil itu menimbulkan keinginan pembaca
mengetahui lebih rinci dan lengkap sehingga menggugahnya membaca isi naskah
secara lengkap. Apabila rumusan hasil dituliskan secara lengkap dapat
mengurangi motivasi pembaca membaca isi naskah secara lengkap karena merasa
telah mengetahui hasilnya dengan m,embaca abstrak.

Kelima, kalau hasil kajian menggambarkan temuan atau sintesis dari


pembahasan, maka kesimpulan menujukan arti dan implikasi hasil kajian.
Kesimpulan, termasuk saran yag diajukan atas dasar hasil /temuan kajian.. Sudah
barang tentu kesimpulan menjawab pertanyaan atau masalah yang dikemukakan
sebelumnya. Mengingat ketentuan dalam menulis abstrak, khususnya berkaitan
dengan panjangnya abstrak, kesimpulan dirumuskan secara padat tetapi
menggambarkan inti kajian. Uraian tentang latar belakang, maslah,
pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan disusun secara ringkas, terintegrasi,
koheren, dan informatif dalam satu paragraf yang utuh dan berdiri sendiri.

Abstrak tidak memuat informasi yang yang tidak terdapat dalam tulisan
yang utuh dan ditulis setelah tulisan selesai dsusun. Oleh karena itu sebelum
menulis abstrak sebaiknya naskah lengkapnya dibaca beberapa kali sehingga
abstrak yang ditulis dapat memberikan informasi yang utuh.

Uraian abstrak biasanya diikuti dengan pencantuman kata-kata kunci yang


berjumlah paling sedikit tiga kata/frase. Kata-kata kunci itu mencerminkan
konsep-konsep utama yang dibahas dalam tulisan itu. Tidak harus setiap kata
kunci tertera pada uraian abstrak tetapi harus terlihat pada isi tulisan. Kata-kata
kunci yang dimaksud adalah konsep bukan semua istilah yang dipakai dalam
tulisan itu.
Jurnal tertentu mepersyaratkan menuliskan abstrak setiap tulisan dalam
bahasa Inggris. Untuk memenuhi itu penulis hendaknya menyusun abstrak
tersebut dengan menyusunnya dalam bahasa Inggris, bukan dengan
menerjemahkan versi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kata demi kata.
Juga hendaknya dihindari menerjemahkannya dengan menggunakan Trans Tool,
program komputer, karena hasilnya sengat buruk dilihat dari pilihan kata dan
kaidah-kaidah bahasa Inggris.Berikut ini diberikan contoh abstrak dalam bahasa
Indonesia.

Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar


Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas I
SMU Negeri DKI Jakarta) oleh Baso Intang Sappaile

Abstrak:

Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa sekolah


menengah untuk menguasai pelajaran matematika SMU. Karena di samping
matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa,
juga untuk mengembngkan kemampuan berpikir logiknya. Matematika juga
diperlukan untuk menunjanng keberhasilan belajar siswa dalam menempuh
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan metode mengajar
berlandaskan permasalahan yang merupakan pendekatan yang sangat efektif
untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membeantu siswa
memproses informasi yang telah dimilikinya, dan siswa membangun sendiri
pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di sekelilingnya. Untuk mengukur
proses hasil belajar mengajar diperlukan tes pilihan ganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode mengajar mempunyai pengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa yang tyergatung pada ragam tes, setelah mengurangi
pengaruh linear sikap siswa terhadap matematika. Kata kunci: Metode mengajar,
Ragam Tes, Hasil belajar matematika siswa dan Sikap siswa terhadap matematika
(Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Desember 2006. Edisi Khusus; hlm 1)
Contoh abstrak dalam bahasa Inggris.

Penerapan Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Tutor


Keaksaraan Fungsional oleh Putu Ashinya Widhiartha & Dwi Sudarmanto

Abstract

Lesson study is an approach in improving the teacher”s competence


through collaboration and continuous analysis of the instruction based on collegial
and and mutual learning principle. This approach includes teacher’s participation
to be active in small discussion groups. This research conducted to develop lesson
study approach to improve the competence of functional literacy tutors. Viewed
from the methodology employed, the research which was conducted in Sukolilo
Sub-District was classified as an action research. To meet the objectives, the
research was undertaken in four cyclesas from November 2007 through February
2008. The results showed there is a significant improvement of the functional
literacy tutor’s competence. Based on the experience in conducting this action
research, some recommendations were given in the application of lesson study
model. Key words: lesson study, lesson study model, tutor,s competence. ((Jurnal
Ilmiah VISI Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Non Formal (PTK-PNF), Vol.
4, No.1 – 2009))

Pengertian Penerjemahan
Pengertian terjemahan menurut Munday adalah peralihan bahasa sumber ke dalam
bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis.
Terkait dengan perihal makna, Larson mendefinisikan penerjemahan sebagai
pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran melalui tiga
langkah
pendekatan, yakni:
1) mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi,
dan konteks budaya dari teks bahasa sumber;
2) menganalisis teks bahasa sumber
untuk menemukan maknanya; dan
3) mengungkapkan kembali makna yang sama
dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dalam bahasa
sasaran (Larson, 1984: 3).

Jenis-jenis Terjemahan
Pada dasarnya terjemahan dapat dibedakan ke dalam tiga jenis:
(1) terjemahan intralingual atau rewording, yakni interpretasi tanda verbal dengan
menggunakan tanda lain dalam bahasa yang sama;
(2) terjemahan interlingual atau translation proper, merupakan interpretasi tanda
verbal dengan menggunakan bahasa (bahasa bahasa) lain; dan

(3) terjemahan intersemiotik atau transmutation, yakni `interpretasi tanda verbal


dengan tanda dalam sistem tanda non-verbal (Jakobson dalamVenuti,2000: 114).
Tipe penerjemahan pertama atau intralingual menyangkut proses
menginterpretasikan tanda verbal dengan tanda lain dalam bahasa yang sama.
Dalam penerjemahan tipe yang kedua (interlingual translation) tidak hanya
menyangkut mencocokkan/membandingkan simbol, tetapi juga padanan kedua
simbol dan tata aturannya atau dengan kata lain mengetahui makna dari
keseluruhan ujaran.

Terjemahan tipe ketiga yakni transmutation, menyangkut pengalihan suatu


pesan dari suatu jenis sistem simbol ke dalam sistem simbol yang lain seperti
lazimnya dalam Angkatan Laut Amerika suatu pesan verbal bisa dikirimkan
melalui pesan bendera dengan menaikkan bendera yang sesuai dalam urutan yang
benar (Nida, 1964: 4).
Teori pembagian jenis terjemahan berdasarkan Larson memiliki persamaan
dengan teori pergeseran-pergeseran (shifts) Carford yang mengembangkan Form-
based translationmenjadi pergeseran-pergeseran berdasarkan kategori (category
shifts) dalam empat jenis pergeseran, yakni (1) pergeseran struktural (Structural
Shifts), (2) pergeseran kelas (Class Shifts), (3) pergeseran unit (Unit Shifts), serta
(4) pergeseran intra-sistem (Intra-system Shifts).
Di samping keharusan akan kemahiran dalam bahasa sumber dan bahasa
sasaran, penerjemahan sebagai proses juga mensyaratkan keterampilan lain;
keluwesan, dan kepemilikan wawasan mengenai berbagai disiplin ilmu,
tergantung jenis teks yang sedang diterjemahkan.
Bahasa sasaran yang menjadi produk atau hasil suatu proses
penerjemahan, idealnya adalah merupakan hasil yang ekivalen dengan keakuratan
pesan dari bahasa sumber, keterbacaan, dan keberterimaan produk. Ekivalensi
tersebut menyangkut ekivalensi pada tataran leksem (kata), frasa (above word
level), gramatikal, tekstual, maupun pada tataran pragmatik. Namun dalam hal ini,
Mona Baker menyatakan bahwa keseluruhan tataran tersebut digunakan dengan
syarat bahwa meskipunekivalensi dapat dipraktikkan, hal itu tetap dipengaruhi
oleh berbagai faktor linguistik dan budaya; yang oleh karena itu sifatnya adalah
relatif.
Ketidakakuratan dalam penerjemahan ditandai dengan ketidakekivalenan
antara bahasa sumber dengan bahas sasaran, yang kemudian disebut sebagai
produk terjemahan yang tidak baik sebab baik bahasa sumber maupun bahasa
sasaran tidak mengandung ide yang sama, sebagaimana dikemukakan oleh
Halliday
Teknik adalah suatu metode, keahlian atau seni praktis yang diterapkan
pada suatu tugas tertentu). Dalam definisi ini terdapat dua hal penting, yakni (1)
teknik sebagai hal yang bersifat praktis dan (2) teknik diberlakukan terhadap tugas
tertentu; dalam hal ini tugas penerjemahan yang secara langsung berkaitan dengan
masalah penerjemahan dan pemecahannya (Machali, 2000: 77)

Metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber direpresentasikan


oleh metode penerjemahan kata-demi-kata, metode penerjemahan harfiah, metode
penerjemahan setia, dan metode penerjemahan semantik. Metode penerjemahan
yang berorientasi pada bahasa sasaran direpresentasikan oleh metode
penerjemahan adaptasi, metode penerjemahan bebas, metode penerjemahan
idiomatis, dan metode penerjemahan komunikatif. Molina dan Albir
mengembangkan 20 teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis dan
mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung yang
diterapkan pada berbagai satuan lingual. Pada bagian berikut ini dikemukakan
teknik penerjemahan versi Molina-Albir.
1. Adaptasi(adaptation)
2. Amplifikasi
3. Peminjaman
4. Calque
5. Kompensasi
6. Deskripsi
7. Kreasi Diskursif
8. Kesepadanan Lazim
9. Generalisasi
10. Amplifikasi Linguistik
11. Kompresi linguistik
12. Penerjemah harfiah
13. Modulasi
14. Partikulirasasi
15. Reduksi
16. Subtitusi
17. Variasi
18. Pergeseran atau transposisi
19. Penambahan
20. Penghilangan
BAB III
Penutup

Kesimpulan

Abstrak yang diperlukan melengkapi naskah untuk dimuat dalam jurnal


ilmiah, mempunyai persyaratan seperti panjang (jumlah kata), isi, dan
susunannya. Panjang abstrak berkisar 200 kata yang disusun dalam satu paragraf
yang terintegrasi. Berbeda dengan ringkasan, abstrak memuat secara singkat
tentang latar belakang, metode, hasil, dan kesimpulan kajian yang disusun secara
padat dan koheren.Oleh karena panjang abstrak terbatas maka hasil dan
kesimpulan kajian ditulis secara padat dan singkat tetapi menarik untuk diketahui.
Di samping itu uraian abstrak memuat kata-kata kunci isi yang menjadi bahsan
dan naskah. Walaupun telah tersebut dalam uraian abstrak, untuk mempertegas
dan menarik perhatian pembaca, kata-kata kuci itu disusun secara terpisah pada
akhir abtrak. Abstrak berfungsi untuk memberikan gambaran ringkas tentang isi
naskah dan disusun sedemikian rupa untuk menggugah pembaca untuk membaca
isi naskah secara keseluruhan. Agar abstrak dapat memenuhi fungsinya, penulis
hendaknya meperhatikan ketentuan-ketentuan menyusun dan menulis abstrak
termasuk dalam pemilihan kata yang efisien dan tepat, penyusunan kalimat yang
syarat makna, penataan kalima-kalimat menjadi sebuah paragraf yang koheren.
Yang juga sangat pentng ialah penggunaan bahasa yang baku serta komunikatif.
Abstrak ditulis sesudah naskah selesai ditulis secara lengkap dan perlu diperiksa
kembali untuk melihat apakah abstrak itu telah dapat menggambarkan isi pokok
naskah secara singkat tetapi lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Leki, I. (1998). Academic writing. Cambridge: Cambridge University Hairston,


M. & Ruszkiewics, J. J. (1991). The scott, foresman handbook for writers. 2nd
edition. New York: Harper Collins Publishers. The American Psychological
Association. (1997). Publication manual of the American Psychological
Association. 9th printing. Washington. DC.: American Psychological Association
Turabian, K.L. (1996). A manual for writers of term papers, theses, and
dissertation. Sixth edition rvised by John Grossman an Alice Bennett. Chicago:
The University of Chicago Press. Berbagai Sumber

Anda mungkin juga menyukai