Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembuahan atau fertilisasi adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa
nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau
peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma
(plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis,
zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual
eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid.
Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut
isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka
disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan
oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan
sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya
tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
Ada dua tipe dasar dari sistem reproduksi invertebrata yaitu, aseksual dan
seksual. Reproduksi aseksual melibatkan reproduksi langsung dari organisme
tanpa menggunakan organ seksual khusus. Sementara reproduksi seksual
melibatkan sel-sel reproduksi khusus atau gamet. Reproduksi seksual
melibatkan sel-sel reproduksi khusus atau gamet. Sel-sel ini haploid, dan
biasanya diproduksi melalui meiosis. Sel jantan yang disebut sperma lebih
kecil dari sel betina (telur) dan itu adalah motil (dapat bergerak). Telur lebih
besar dari sperma, itu adalah non-motil, dan membawa nutrisi untuk
mempertahankan embrio sampai dapat memberi makan atau menyerap nutrisi
dari ibu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal?
2. Bagaimana fertilisasi alami pada hewan invertebrata?
3. Bagaimana fertilisasi buatan dengan bantuan teknologi pada hewan
invertebrata?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fertilisasi internal dan fertilisasi eksternal
2. Untuk mengetahui gertilisasi alami pada hewan invertebrata
3. Untuk mengetahui fertilisasi buatan dengan bantuan teknologi pada hewan
invertebrata

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fertilisasi
Istilah fertilisasi berasal dari bahasa Latin Fertilis yang berarti "subur".
Fertilisasi adalah suatu proses pembuahan sel telur (ovum) oleh sel mani
(sperma) untuk menghasilkan zigot, yang kemudian berkembang menjadi
embrio atau janin suatu organisme (makhluk hidup).
Fertilisasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Fertilisasi eksternal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di
luar tubuh organisme betinanya, seperti dialami oleh golongan ikan dan
katak. Organisme ini selalu mengeluarkan telur-telurnya dalam jumlah
banyak, untuk mengatasi banyak gangguan di sekelilingnya dari faktor alam
maupun binatang pemangsa.
2. Fertilisasi internal adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di
dalam tubuh organisme betinanya, sehingga lebih aman dari gangguan
faktor luar, tersimpan di dalam rahim organisme betinanya.
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual.
Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu
sperma dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing
tanah yang bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan ovum.
Adapun macam-macam reproduksi seksual adalah sebagai berikut :
1. Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami
spesialisasi sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma
(plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.
2. Fusi yaitu persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat
dibedakan jenisnya. Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Isogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama. Contohnya pada Phyllum Protozoa.

3
b. Anisogami yaitu persatuan dua macam gamet yang berbeda ukuran dan
bentuknya sama.
c. Oogami yaitu persatuan dua macam gamet yang memiliki ukuran dan
bentuk yang tidak sama. Contohnya pada Hydra sp.
3. Metagenesis adalah pergiliran keturunan dari fase generatif ke fase
vegetatif. beberapa hewan invertebrata mengalami metagenesis dalam
hidupnya, antara lain berasal dari kelompok Coelenterata, yaitu Obelia sp.
dan Aurelia sp.

B. Fertilisasi Alami Pada Invertebrata


1. Protozoa
Secara umum protozoa berasal dari bahasa Yunani yaitu protos artinya
pertama dan noon artinya hewan. Jadi protozoa merupakan hewan pertama.
Berukuran antara 3 mikron hingga 100 mikron. Bentuk tubuh protozoa ada
yang selalu berubah-ubah dan ada juga yang tetap, Umumnya di dalam satu
sel terdapat satu inti tetapi dari beberapa spesies secara generatif
berkonjugasi karena individu jantan dan betina belum jelas perbedaanya,
berbentuk bola atau bulat panjang dengan atau tidak dengan suatu flagel
atau silia.

Reproduksi pada protozoa dapat dilakukan baik secara aseksual atau


seksual. Tipe yang paling biasa dari reproduksi aseksual ialah pembelahan
biner (tiap individu membelah menjadi dua) pembelahan sitoplasma
mengikuti pembelahan nukleus dan pemisahan anak-anak nukleus. Nukleus

4
vesikuler dan mikronukleus dibagi secara mitosis, makronukleus dibagi
secara amitosis.
Filum Protozoa terbagi atas beberapa kelas, yaitu:
a. Kelas Rhizopoda
Rhizopoda berasal dari kata rhiza = akar dan pous= kaki. Protoplasma
rhizopoda dapat menjadi kaki semu untuk bergerak dengan gerakan
amoeboid. hidup di air tawar di laut dan parasit pada binatang lain
maupun manusia. Berkembang biak secara vegetatif dengan membelah
diri. Contohnya : Amoeba proteus

Amoeba proteus (a= tidak dan moeba= bentuk), tubuhnya terdiri atas
kulit luar (ektoplasma), selaput luar disebut plasmolemma. Bagian dalam
disebut endoplasma yang padanya terdapat inti, rongga makanan, rongga
berdenyut, bagian plasmagel, bagial plasmasol, dan butiran- butiran
lemak. Rongga berdenyut berfungsi sebagai alat pengeluaran cairan
supaya nilai osmosis isi sel terpelihara (gel berkadar air rendah, sol
berkadar air tinggi). Bila dari Amoeba di ambil intinya akan segera mati
tetapi bila di ambil protoplasmanya akan membentuk protoplasma baru.
Amoeba memakan bakteri, alga bersel satu dan makhluk hidup yang
bersel satu lainnya.. Berkembang biak secara vegetatif membelah diri di
dahului dengan pembelahan intinya. Amoeba mengambil oksigen untuk
pernapasan dan mengluarkan karbon dioksida melalui selaput plasma.

5
b. Kelas Cilliata
Ciliata berasal dari kata Cilium = kelopak mata. Hidup di air tawar
yang banyak mengandung Bakteri atau zat-zat organik. Bentuknya
seperti sandal (cenela), ada bagian yang tumpul sebelah depan dan
meruncing di bagian belakang. Padanya terdapat banyak silia untuk alat
gerak dengan cara bergetar. Terdapat trichocyst, mulut, rongga makanan,
dan rongga berdenyut, makronukleus, mikronukleus dan sel dubur.

Berkembang biak secara vegetatif membelah diri secara transversal,


dimulai dengan membelah makronukleus yang diikuti oleh
sitoplasmanya, membelah diri dapat terjadi ± tiap 24 jam. Setelah terjadi
beberapa kali pembiakan vegetatif, terjadilah pembiakan generatif secara
konjugasi yang dimulai pertemuan antara 2 individu pada bagian mulut,
kemudian terjadi peristiwa selanjutnya makronukleus lenyap,
mikronukleus membelah secara meiosis menjadi empat, tiga diantaranya
lenyap yang satu membelah menjadi dua mikronukleus (haploid) dan
terjadi tukar menukar mikronukleus sehingga terjadi persatuan
mikronukleus haploid menjadi mikronukleus diploid, tiap individu
memisahkan diri. Mikronukleus di dalam masing-masing individu akan
membelah tiga kali berturut-turut menjadi delapan, empat diantaranya

6
menjadi makronukleus, tiga lenyap dan satu menjadi mikronukleus.
Dalam keadaan demikian tiap individu dan mikronukleusnya akan
mengadakan pembelahan dua kali berturut-turut hingga menjadi empat
Paramecium baru dengan makronukleus, mikronukleus dan perlengkapan
lainnya yang lengkap. Contoh Kelas Cilliata: Paramecium caudatum

c. Kelas Sporozoa
Berasal dari kata Sporo= benih dan zoion= binatang. Dimana kelas ini
tidak memiliki alat gerak. Sporozoa kurang begitu baik dkenal dengan
baik dibandingkan dengan protozoa yang lainnya karena hewan ini tidak
terdapat pada kolam atau perairan. Hewan-hewan ini merupakan hewan
yang parasit.

Berkembang biak secara vegetatif di dalam tubuh manusia dan generatif


di dalam tubuh nyamuk. Di dalam tubuh nyamuk, gametosit yang terisap
nyamuk akan berubah menjadi mikrogamet dan makrogamet. Mikrogamet
(gametosit jantan) bentuk kecil memanjang dengan makrogamet
(gametosit betina) bentuk bulat. Perkawinan antara mikrogamet dan
makrogamet menghasilkan suatu zygot. Zygot membentuk ookinet di

7
dalam dinding usus nyamuk, inti ookinet membelah menjadi banyak
bagian (sporogoni), kemudian masing-masing bagian dengan
protoplasmanya menjadi sporozoid-sporozoid. Sporozoid kemudian
meninggalkan gelembung dan menyebar di dalam alat pencernaan dan
sampai di kelenjar ludah nyamuk. Bila nyamuk menusuk atau menggigit
manusia, sporozoid akan masuk ke dalam tubuh manusia. Di dalam tubuh
manusia sporozoid akan menyerang sel hati (siklus eksoerytrositik)
kemudian menyerang erytrosit (siklus erytrositik), selanjutnya
berkembang biak secara vegetatif menjadi merozoit yang disebut
sporulasi. Pada sporulasi satu nucleus (inti) membelah berulang-ulang dan
tiap-tiap inti yang terjadi diikuti bagian-bagian sitoplasma. Merozoit
menyerang sel-sel darah merah baru dan berulanglah pembiakan secara
vegetatif lagi. Setelah pembiakan vegetatif terjadi berulang-ulang, di
antara merozoit-merozoit yang telah ada di dalam sel-sel darah merah itu
ada yang berubah menjadi gametosit (sel kelamin) yang dapat terisap oleh
nyamuk bila menggigit penderita, kemudian berubah menjadi mikrogamet
dan makrogamet seperti yang telah dijelaskan diatas.

2. Plathyhelminthes
Platyhelminthes merupakan kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk
pipih ( platy = pipih, helminthes = cacing ). Kelompok cacing pipih

8
memiliki struktur tubuh paling sederhana dibandingkan susunana tubuh
cacing pada filum lainnya. Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria
dapat secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif)
dengan regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh. Sedangkan reproduksi
seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang
bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri atas
sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning
telur. Sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis.
Pada kelas Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak
bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat penghisap yang
dilengkapi kait. Tubuh dengan panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 1cm
serta simetris bilateral.
Trematoda termasuk hewan hemafrodit,dan sebagai parasit pada
Vertebrata baik berupa ektoparasit (pada ikan) maupun sebagai endoparasit.
Contoh hewan Trematoda adalah cacing hati atau Fasciola hepatica (parasit
pada hati domba), Fasciola gigantica (parasit pada hati sapi) dan cacing hati
parasit pada manusia (Chlonorchis sinensis) serta Schistosoma japonicum
(cacingdarah).

Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu


sapi atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas bersama feses
domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan menetas menjadi larva
bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke
dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa). Di dalam

9
tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam
tubuh siput selama + 2 minggu). Sporokista akan menjadi larva berikutnya
yang disebut Redia. Hal ini berlangsung secara partenogenesis. Redia akan
menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya yang
disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat
menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk beberapa
lama. Serkaria melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria
membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada
rumput atau tumbuhan air sekitarnya.

3. Nemathelmynthes
Hewan triploblastik pseudoselomata, tubuh simetri bilateral bulat
panjang dan dilapisi kutikula, memiliki system pencernaan lengkap, system
sirkulasi oleh cairan pseudoselom tidak memiliki system respirasi dan
eksresi. Hidup bebas atau parasit dan di tanah becek, dasar pearain tawar
atau laut bebas, parasit pada mahluk hidup.
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan
tumbuhan. Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai
sampah organik, sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari
makanan dan darah dari tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah
becek dan di dasar perairan tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup
dalam inangnya.

10
Nemathelminthes umumnya melakukan reproduksi secara seksual.
Sistem reproduksi bersifat gonokoris, yaitu organ kelamin jantan dan betina
terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal. Telur
hasil fertilisasi dapat membentuk kista dan kista dapat bertahan hidup pada
lingkungan yang tidak menguntungkan.
Ascaris lumbricoides (cacing perut) adalah salah satu contoh cacing gilig
parasit, tidak punya segmentasi tubuh dan memiliki dinding luar yang halus,
bergerak dengan gerakan seperti cambuk. Cacing ini hidup di dalam usus
halus manusia sehingga sering kali disebut cacing perut. Ascaris
lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu hewan dengan jenis kelamin
berbeda, bukan hemafrodit. Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak
secara seksual. Ascaris lumbricoides jantan memiliki sepasang alat
berbentuk kait yang menyembul dari anus disebut spikula. Spikula berfungsi
untuk membuka pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat
kawin. Cacing dewasa menghasilkan telur-telur yang akan matang di tanah,
saat telur in tertelan orang, larvanya akan melubangi dinding usus, bergerak
ke hati, jantung dan/atau paru-paru.
Sesaat di dalam paru-paru, larva berganti kulit, setelah sepuluh hari
bermigrasi lewat saluran udara ke kerongkongan tempat dimana mereka
akan tertelan. Dalam usus kecil cacing dewasa kawin dan betinanya
menimbun telur-telur yang akan dilepaskan keluar bersama feses. Telur
dalam feses ini harus mencapai mulut orang lagi untuk memulai siklus baru
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali
disebut cacing perut. Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus, yaitu
hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit.Ascaris
lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris lumbricoides
jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul dari anus
disebut spikula.Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin cacing
bretina dan memindahkan sperma saat kawin.
Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau cacingan,

11
umumnya pada anak-anak. Infeksi ini terjadi pada saat mengkonsumsi
makanan tau minuman yang tercemar telur ascaris..

4. Annelida
Annelida yang sering disebut Annulata adalah cacing gelang dengan
tubuh yang terdiri atas segmen-segmen dengan berbagai sistem organ tubuh
yang baik dengan sistem peredaran darah tertutup. Annelida memiliki
segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem
ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya
saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh Annelida berisi cairan
yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan
kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot
memanjang (longitudinal).

12
Contoh spesies dari Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing
tanah. Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika
(Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah
(Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).
Sistem reproduksi cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi
fertilisasi oleh dirinya sendirir (self-fertilizing). Di sini ada 2 pasang testis,
masing-masing terletak dalam segemn yang dibungkus oleh vesikula
seminalis yang berjumlah 3 pasang. Kopulasi berlangsung di malam hari.
Selama kopulasi reseptakulum (kira-kira 3 jam), spermatozoa dari ekor
cacing dipindahkan ke dalam reseptakulum seminalis cacing lain. Bias any
terjadi fertilisasi silang. Setelah kopulasi, dua ekor cacing berpisah. Kokom
kemudian terbentuk pada masing-masing cacing kira-kira pada klitelium.
Setelh kokon menerima telur dari spermatozoa, kemudian cacing menarik
kembali kokon belakang dan lubang kokon tertutup. Kokon itu kemudian
membungkus zigot-zigot yang terbentuk, dan masing-masing zigot tumbuh
menjadi cacing kecil dalam kokon. Kokon yang berisi cacing-cacing kecil
itu diletakkan dakan tanah yang lembab.

5. Porifera
Porifera adalah hewan yang mempunyai tubuh berpori, dikenal juga
sebagai hewan sponge atau spons. Porifera ini hidup menetap (sessil) pada
dasar perairan. Sebagian besar hewan ini hidup di laut dan sebagian kecil
yang hidup di air tawar. Bentuk tubuhnya beraneka ragam, menyerupai
tumbuhan, warnanya juga sangat bervariasi dan dapat berubah-ubah.
Pada anggota Kelas Hexatinellida, spikula tubuh yang tersusun dari zat
kersik dengan 6 cabang. Kelas ini sering disebut sponge gelas atau porifera
kaca (Hyalospongiae), karena bentuknya yang seperti tabung atau gelas
piala. Tubuh berbentuk silinder atau corong, tidak memiliki permukaan
epitel. Contoh anggota kelas ini adalah Hyalonema sp., Pheronema sp., dan
Euplectella suberea.

13
Hexactinellida atau sering disebut sponge kaca tersebar di seluruh dunia,
terutama pada kedalaman antara 200 dan 1000 m. Kelompok sponge ini
jumlahnya sangat melimpah di Antartika.
Hanya sedikit yang diketahui tentang reproduksi hexactinellida dan
perkembangannya. Sperma ditransfer ke organisme lain melalui air, dan
kemudian harus membuat jalan sendiri menuju ke sel telur. Setelah
pembuahan, larva diinkubasi selama waktu yang relatif lama, sehingga
mereka bahkan membentuk spikula dasar sebelum dilepaskan sebagai larva
parenchymella. Hal ini berbeda dari larva sponge lainnya yang jarang
memiliki flagela atau alat gerak lainnya. Setelah larva menempel di dasar
laut, larva bermetamorfosis, dan sponge dewasa mulai tumbuh.
Hexactinellids merupakan sponge yang mudah berkembangbiak.

6. Coelenterata
Coelenterata sering disebut hewan berongga. Adapun karakteristik
umum:
a. Struktur tubuh diploblastik terdiri atas:
1) lapisan luar (ektoderm) berfungsi untuk melindungi tubuh dan sensasi

14
2) lapisan dalam (endoderm) berfungsi sebagai alat sekresi dan
pencernaan makanan. Di antara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan
mesoglea. Lapisan mesoglea bersifat non seluler seperti agar-agar dan
berfungsi sebagai tempat lalu lintasnya serabut saraf.
b. Hidupnya bersifat polymorphisme atau metagenesis, terdiri atas bentuk
polip dan medusa
1) Polip (berbentuk tabung,menetap pada suatu objek dan umumnya
tidak dapat berpindah tempat dan umumnya berkembang biak secara
vegetatif)
2) Medusa (berbentuk payung, hidup bebas, umumnya berkembang biak
secara generatif)

Filum Coelenterata terdiri atas tiga kelas yaitu:


a. Kelas Hydrozoa

Adapun ciri-cirinya seperti bentuk tubuhnya tabung (panjang 5-10


mm, garis tengah kurang lebih 2 mm) hidup dengan berbentuk polip
dimana permukaan mulut disebut ujung oral, dan permukaan tempat
melekatnya diri disebut ujung aboral, mulut dikelilingi oleh tentakel
(setiap spesies tidak sama jumlahnya, ada yang 6 atau 7 buah tentakel

15
panjang 1-20 mm). Reproduksi dilakukan secara aseksual (dengan
pembentukan tunas) dan seksual (dengan pembentukan testes di bagian
atas dan ovum di bagian bawah. Persatuan antara spermatooid dengan
ovum membentuk zigot, zigot akhirnya tumbuh menjadi individu baru.
Baik spermatozoid maupun ovum dibentuk dalam satu tubuh sehingga
disebut hermafrodit. Dindng tubuh terdiri atas dua lapis (diploblastik),
yaitu lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam (gastrodermis). Contoh:
Hydra sp
Sistem reproduksi dilakukan secara seksual dan aseksual
1) Perkembangan secara seksual dilakukan dengan membentuk testes di
bagian atas dan ovarium di bagian bawah. Dalam reproduksi secara
seksual beberapa spesies ada yang bersifat diolecious dan ada pula
yang bersifat monoecious (hermaprodit). Kebanyakan Hydra bersifat
dioecious.
2) Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas
dan dinding tubuhnya yang kemudian melepaskan diri menjadi hydra
baru

b. Kelas Scyhozoa
Bersifat soliter, bermetagenesis (mengalami pergiliran keturunan
antara fase polip dengan fase medusa ( fase medusa lebih menonjol fase
polip mengalami reduksi atau jarang sekali ditemukan). Bentuknya
seperti payung yang tidak begitu cembung, transparan, berdiameter
berkisar 7,5-30 cm. Dari tengah-tengah permukaan tubuh sebelah bawah

16
(permukaan oral atau permukaan sub umbrella) terdapat kerongkongan
yang menggantung ke bawah yang disebut manubrium. Di ujung distal
manubrum terdapat lubang mulut. Setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi
tangan mulut (4 buah). Rongga mulut bersambungan dengan manubrium
dan bermuara ke dalam rongga perut yang terdiri atas sebuah sentral dan
4 buah kantung gastrik. Masing-masing kantung gastrik dilengkapi
tentakel internal endodermal lengkap dengan nematokistnya yang dapat
digunakan untuk melumpuhkan mangsa. Dari kantung gastrik akan
menjulur saluran mesoglea untuk berhubungan dengan saluran cincin
yang ada di bagian tepi ubur-ubur. Contoh: Aurelia aurita

Sistem reproduksi pada organ kelamin terpisah. Proses fertilisasi


terjadi di dalam rongga enteron betina. Zigot yang merupakan hasil
peleburan antara ovum dengan spermatozoid selanjutnya akan
dikeluarkan dari dalam tubuh betina melalui mulutnya dan berkembang
menjadi larva berambut getar (planula). Dengan rambut getarnya, planula
ini akan mengembara kemudian mengikatkan diri pada suatu substrat di
dasar laut, pada saat itu rambut-rambut getarnya lepas dan tumbuh
menjadi polip baru yang disebut skipistoma. Bila telah mencapai ukuran
maksimal (kl 12 mm) skiptisoma mengalami strobilasi (membelah secara
transversal) sehingga terbentuk setumpukan ruas-ruas strobila (ephyra)
yang telah tua, yaitu yang terletak di bagian ujung strobili melepaskan
diri dan berenang-renang bebas untuk hidup secara mandiri menjadi
ubur-ubur atau medusa muda dan selanjutnya menjadi dewasa.

17
c. Kelas Anthozoa
Anthozoa berasal dari kata Anthos = bunga, meliputi anemon laut,
koral batu, koral tanduk, bulu laut atau pena laut. Hewan yang termasuk
golongan ini tidak mempunyai bentuk medusa, semuanya berbentuk
polip. Rongga gastrovaskulernya bersekat-sekat, mengandung
nematokist. Selain pada sekat ini, nematokist juga terdapat pada tentakel
di sekitar mulut. Reproduksi dilakukan secara generatif (pada tiap sekat
di bagian bawah terdapat alat-alat tubuh yang menghasilkan
spermatozoid dan ovum, setelah terjadi pembuahan, larva keluar dari
tubuh induknya dan tumbuh menjadi Anthozoa baru). Adapun contoh
hewan Anthozoa yaitu Metridium marginatum hidup di pantai hingga
kedalaman 99 m.

Sistem reproduksi berlangsung secara seksual dan aseksual.


Metridium marginatum bersifat monosious (hermaprodit) dan dioesious.
Pematangan sel telur dan spermatozoid tidak sama, dengan demikian

18
perkawinan antara sel telur dengan spermatozoidnya terjadi secara
perkawinan silang. Ovum dan spermatozoid yang telah matang akan
keluar melalui mulut dan perkawinannya berlangsung di alam bebas
(fertilisasi eksternal). Ovum yang telah dibuahi oleh spermatozoidnya
akan terbentuk zygot. Dari hasil pembelahan zygot tersebut terbentuklah
koeloblastula. Koeloblastula tersebut selanjutnya dengan proses
gastrulasi akhirnya terbentuk planula (larva berambut getar). Planula
dengan rambut getarnya akan berenang-renang secara bebas untuk
mencari lingkungan yang sesuai dengan hidupnya kelak. Bila telah
menemukan tempat yang cocok, maka akan melekatkan diri pada suatu
objek lalu tumbuh menjadi polip dewasa.

7. Mollusca
Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual
saling terpisah pada individu lain. Fertilisasi dilakukan secara internal dan
eksternal untuk menghasilkan telur. Telur berkembang menjadi larva dan
berkembang lagi menjadi individu dewasa. Sebagian besar moluska
memiliki jenis kelamin yang berbeda[dioecious] dengan gonad [ovarium
dan testis] yang terletak di dalam massa viseral, tetapi beberapa keong dan
bekicot bersifat hermafrodit. Siklus hidup beberapa moluska laut juga
meliputi tahapan larva bersilia yang disebut trokofor.
a. Kelas Gastropoda
Reproduksi dan perkembangbiakan dimana tiap individu bekicot
mempunyai kombinasi sistem reproduksi jantan dan betina. Dalam rumah

19
bekicot bagian atas terdapat ovotestis yang menghasilkan telur dan
sperma. Sebuah saluran vas deferens yang panjang mengalirkan sperma
dalam penis yang terletak kantong di luar atrium genital. Reseptakulum
seminalis bersatu dengan vagina. Kopulsi berlangsung respikoral, yaitu
penis dari tiap individu dimasukkan dalam vagina individu lain untuk
memindahkan spematofora. Setelah bekicot terpisah. Telur-telur
disatukan dalam kemasan dan diletakkan dalam celah-celah tanah,
dibawah dedaunan. Perkembangan terjadi secara langsung

b. Kelas Bivalvia (Pelecypoda)


Hewan seperti kerang air tawar ini memiliki kelamin terpisah atau
berumah dua. Umumnya pembuahan dilakukan secara eksternal,
menghasilkan telur dan sperma pada bagian yang berbeda didalam gonad

20
yang sama dan mempunyai gonaduct yang sama. Keadaan ini terdapadat
pada Tridacnidae, Pectinidae, Teredinidae, Sphaeriidae air tawar. Dalam
kerang air tawar, sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari
ovarium. Kemudian masuk ke dalam ruangan suprabranchial. Di sini
terjadi pembuahan oleh sperma yang dilepaskan oleh hewan jantan. Telur
yang telah dibuahi berkembang menjadi larva glochidium. Larva ini pada
beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan ada pula yang tidak.
Selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel pada ikan
sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan
membuka dan keluarlah Mollusca muda. AkhirnyaMollusca ini hidup
bebas di alam. Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual. Organ
seksual terpisah pada masing-masing individu. Fertilisasi terjadi secara
internal maupun eksternal.Pembuahan menghasilkan zigot yang
kemudian akan menjadi larva.

c. Kelas Scaphopoda
Scaphopoda bereproduksi secara seksual, telur atau sperma keluar
melalui nephridia kanan, dan keluar tubuh melalui aperture posterior.
Pembuahan eksternal; hasil pembuahan ialah larva trochophore ang
berenang bebas, menjadi veliger yang simetri bilateral. Metamorfosa
menjadi anak schaphopoda teerjadi secara bertahap, disertai
perpanjangan tubuh.

21
d. Kelas Chepalopoda
Cumi-cumi berproduksi secara sexual. Cumi-cumi betina
mengeluarkan banyak benang telur ke dalam air. Cumi-cumi jantan
mengeluarkan sperma. Salah satu tangan cumi jantan yaitu hectocotylus
bemodifikasi untuk memindahkan spermatofora ke dinding rongga
mantel betina dekat oviduct. Terdapat pula rancangan sempurna pada
sistem perkembangbiakan cumi-cumi.
Telurnya memiliki permukaan lengket karena dibungkus oleh albumin
yang memungkinkannya menempel pada rongga- rongga di kedalaman
lautan. Janin ini memakan sari makanan yang telah tersedia dalam telur
hingga siap menetas. Janin ini memecah selubung telur dengan cabang
kecil mirip sikat pada bagian ekornya. Alat ini segera hilang setelah telur
menetas. Setiap seluk beluknya telah dirancang dan bekerja sebagaimana
direncanakan.
Musim kawin cumi-cumi terjadi pada permulaan musim penghujan
dan awal musim kemarau. Cumi-cumi diduga dapat memijah 1 kali
dalam hidupnya dan biasanya mati setelah reproduksi. Cumi-cumi tidak
mengenal fase larva berarti ketika menetas cumi-cumi langsung
berbentuk seperti induknya.

22
8. Echinodermata
Secara umum filum Echinodermata, menglami seks secara terpisah
dengan beberapa perkecualian. Gonad yang relative besar terletak di sebelah
luar dengan pembuluh sederhana, jumlah ovum banyak sekali dan
pembuahan terjadi dalam air, larva mikroskopis, bersilia dan transparan
serta biasanya hidup bebas dengan berenag-renang dalam air,
bermetamorfosis yang kompleks. Beberapa spesies vivipar, beberapa
berkembang biak dengan aseksual yaitu dengan pembelahan sel, memiliki
daya regenerasi yang besar sekali bila terdapat bagian yang rusak atau
terlepas.
a. Kelas Asteroidea

Bintang laut muda harus menjalani beberapa tahap perkembangan


terlebih dahulu sebelum menetap di laut sebagai bintang laut dewasa.
Walaupun bintang laut banyak dicari sebagai hewan hias untuk mengisi
aquarium, namun perkembangbiakan bintang laut di aquarium sangat
jarang terjadi. Sesekali mungkin kita bisa melihat bintang laut di
aquarium melepaskan sel telur atau spermanya ke permukaan air. Tapi
tidak pernah benar-benar terjadi pembuahan. Jadi selama ini kita hanya
menyaksikan bintang laut dewasa saja, tanpa pernah mengetahui daur
hidupnya.
Bintang laut memiliki empat tahapan kehidupan, yaitu:

23
a. Pembuahan Gamet
Bintang laut melakukan fertilisasi eksternal melaluis proses yang
disebut pemijahan. Mirip seperti yang terjadi pada katak dan ikan.
Untuk menghasilkan telur, bintang laut betina dan bintang laut jantan
masing-masing mengeluarkan sel telur dan sperma ke permukaan air.
Sebagian sperma dan sel telur ini bertemu, kemudian terjadilah
pembuahan.
Pembuahan yang berhasil akan berkembang menjadi telur yang
membungkus zigot. Pada awal pertumbuhannya, tubuh bintang laut
terbentuk melengkung dengan pusat tubuh mereka terangkat jauh dari
inti. Kita bisa melihat gamet yang telah tumbuh menjadi zigot ini
dengan mata telanjang. Biasanya terlihat seperti gumpalan susu atau
awan putih yang berkumpul di permukaan air.
b. Tahap Awal Perkembangan
Beberapa spesies bintang laut menunjukkan pola perkembangan
yang berbeda, namun secara keseluruhan mengikuti daur yang sama.
Setelah gamet saling membuahi dan terbentuk zigot, zigot
berkembang menjadi sedi sejenis larva bilateral yang disebut
bipinnaria. Larva-larva kecil ini memakan mikroorganisme yang lebih
kecil di sekeliling mereka. bipinnaria mengapung di dalam air selama
beberapa hari sampai beberapa minggu. Sebelum akhirnya mereka
bertransformasi menjadi organisme non-feeding yang menetap di
dasar laut. Hasil perubahan bipinnaria ini disebut brachiolaria.
c. Metamorfosis Menuju Individu Dewasa
Setelah Brachiolaria menetap di habitat yang sesuai, tubuhnya
berkembang menjadi simetrsi radial. Dan secara bertahap mulai
bermetamorfosis menjadi individu dewasa. Ada beberapa penelitian
yang membuktikan bahwa brachiolaria mencari daerah yang
mengandung feromon bintang laut dewasa untuk menetap. Yang
berarti menjadi tanda bagi brachiolaria bahwa tempat itu sesuai
dengan habitat hidupnya. Setelah perkembangan morfologi dan

24
fisiologi mereka sempurna, bintang laut mulai tumbuh sampai
seukuran bintang laut dewasa seperti yang sering kita lihat.

b. Kelas Crinoidea

Reproduksi dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi


aseksual dengan regenerasi bagian tubuh. Reproduksi seksual dengan
fertilisasi eksternal. Crinoidea bersifat diesis. Rongga tubuhnya sempit
dan memiliki gonad yang terdapat dalam pinula. Beberapa crinoidea
melepas telur ke air, tetapi ada juga yang menahannya hingga menetas di
pinula.
Hasil pembuahan tumbuh menjadi larva muda yang belum
mempunyai mulut. Setelah beberapa hari larva akan lepas dari pinula dan
menempel di dasar laut lalu mengalami pertumbuhan menjadi kaliks

25
dengan lengan. Jika kaliks hilang akan segera di perbaharui. Karena daya
regenerasi yang tinggi.
Gonad ada ada di pangkal pinula tangan.
a. Pembuahan di air laut.
b. Telur dilekatkan pada pinula.
c. Menetas jadi larva vitellaria yang tidak makan, berenang bebas.
d. Selanjutnya turun dan melekat di substrat dan bermetamorfosis jadi
larva bertangkai kecil (larva pentacrinoid) – 6 minggu.
e. Beberapa bulan kemudian, cirri terbentuk, mahkota melepaskan diri
dari tangkai dan hidup bebas.
Contoh jenis dari kelas Crinoidea: Ptilocrinus pinnatus

c. Kelas Holothuroidea

Holothuroidea merupakan hewan yang bentuk tubuh bulat memanjang


dari permukaan oral ke permukaan aboral. Tubuhnya terlihat seperti
bentuk buah timun sehingga sering disebut dengan timun laut. Mentimun
laut mempunyai tentakel di bagian oral yang berjumlah 10-30 buah.

26
Tubuhnya terdapat kaki ambulakral dengan fungsi bergerak dan
bernapas.
Teripang berkembang biak biasanya dilakukan pada siang atau malam
hari. Proses berkembang biaknya teripang berlangsung sebagai berikut :
a. Teripang jantan mengeluarkan spermanya ke air
b. Lalu teripang betina mengeluarkan telur dibantu oleh rangsangan
pheromone
c. Sperma teripang jantan akan membuahi sel telur di luar tubuh (di
dalam air)
d. Kemudian telur yang sudah dibuahi akan tenggelam dan diangkat
kembali oleh teripang betina dengan tentakelnya lalu dimasukkan ke
dalam kantung pengeraman
e. Rata-rata pemijahan teripang berlangsung selama 30 menit
f. Walaupun ada juga yang berlangsung antara 15 menit hingga 4 jam
dan pembuahan terjadi di dalam air
g. Setelah pembuahan telur akan tenggelam di dasar perairan atau
melayang di permukaan air
Secara umum telur yang dibuahi setelah kira-kira 18 jam akan menjadi
gastrula. Selanjutnya selama 3 sampai 4 hari larva ini akan menjadi larva
auricularia akan menjadi larva doriolaria yang berbentuk tabung. Setelah
mengalami proses metamorfosa, larva ini akan berkembang menjadi
larva pentacula. Pada tahap ini mulai tampak sejumlah tentakel pada
bagian anterior dan sepasang podia pada bagian posterior yang pada
akhirna menjadi teripang muda yang mentap pada dasar laut.
Pada umumnya alat reproduksi terpisah, tetapi ada beberapa jenis
yang hermafrodit. Gonad bentuknya seperti sikat dengan saluran
penghubung yang terbuka di daerah tentakel. Sel telur maupun sperma di
keluarkan ke air laut, dan selanjutnya terjadi fertilisasi di luar. Zigot
tumbuh menjadi larva Aurikularia. Beberapa jenis hewan ini menyimpan
telur yang telah dibuahi di dalam tubuhnya. Contoh kelas Holothuroidea:
Thyonebriareus.

27
9. Arthropoda
Arthropoda memiliki tubuh dilapisi oleh kutikula (tersusun dari lapisan
protein dan zat kitin), yang berfungsi sebagai rangka luar (eksoskeleton).
Lapisan yang tebal dan keras ini walaupun dapat melindungi tubuh, akan
tetapi menghambat pertumbuhan. Tubuhnya berbentuk simetris bilateral,
sehingga merupakan kelompok Bilateria. Pada perkembangan embrionya,
mulut pada embrio Arthropoda terbentuk terlebih dahulu daripada anus,
sehingga hewan ini termasuk dalam kelompok Protostomia.
Hidup udang penaeid sejak telur mengalami fertilisasi dan lepas dari
tubuh induk betina menurut Martosudarmo dan Ranoemihardjo (1983), akan
mengalami berbagai macam tahap, yaitu :

28
a. Nauplius
Stadia Nauplius terbagi atas enam tahapan yang lamanya berkisar 46-50
jam untuk Litopenaeus vannamei, belum memerlukan pakan karena
masih mempunyai kandungan telur
b. Zoea
Stadia zoea terbagi atas tiga tahapan, berlangsung selama kira-kira 4 hari.
Stadia zoea sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama kadar
garam dan suhu air. Zoea mulai membutuhkan pakan berupa fitoplankton
(Skeletonema sp.)
c. Stadia mysis
Terbagi atas tiga tahapan, yang lamanya 4-5 hari. Bentuk udang stadia
mysis mirip udang dewasa, bersifat planktonis dan bergerak mundur
dengan cara membengkokkan badannya. Udang stadia mysis mulai
menggemari pakan berupa zooplankton, misalnya Artemia salina.
d. Post larva
Stadia larva ditandai dengan tumbuhnya pleopoda yang berambut (setae)
untuk renang. Stadia larva bersifat bentik atau organisme penghuni dasar
perairan, dengan pakan yang disenangi berupa zooplankton.

Organ reproduksi udang vannamei betina terdiri dari sepasang ovarium,


oviduk, lubang genital, dan thelycum. Oogonia diproduksi secara mitosis
dari epitelium germinal selama kehidupan reproduktif dari udang betina.
Oogonia mengalami meiosis, berdiferensiasi menjadi oosit, dan dikelilingi

29
oleh sel-sel folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap material kuning
telur (yolk) dari darah induk melalui sel-sel folikel (Wyban et al., 1991).

A. Petasma jantan B. Satu dari sepasang appendix masculine


C. Satu dari sepasang terminal ampoule D. Open thelycum

Organ reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa derefensia,
petasma, dan apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang
tidak terkondensasi dan bersifat nonmotil karena tidak memiliki flagela.
Selama perjalanan melalui vas deferens, sperma yang berdiferensiasi
dikumpulkan dalam cairan fluid dan melingkupinya dalam sebuah chitinous
spermatophore (Wyban et al., 1991). Leung-Trujillo (1990) menemukan
bahwa jumlah spermatozoa berhubungan langsung dengan ukuran tubuh
jantan.
Udang vannamei melakukan mating (perkawinan) apabila udang betina
telah matang telur yang ditandai dengan warna orange pada punggungnya,
udang jantan segera memburu oleh rangsangan feromon yang dikeluarkan
oleh betina dan terjadilah mating. Dari hasil mating tersebut sperma akan
ditempelkan pada telikum, 4-5 jam kemudian induk betina tersebut akan
mengeluarkan telur (spawning) dan terjadilah pembuahan.
Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah
matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Udang
vannamei biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam setelah kawin.
Telur-telur dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor

30
udang betina mampu menghasilkan setengah sampai satu juta telur setiap
bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang menjadi
larva berukuran mikroskopik yang disebut nauplii/ nauplius. Tahap nauplii
tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya lalu
mengalami metamorfosis menjadi zoea.
Tahap kedua ini memakan alga dan setelah beberapa hari
bermetamorfosis lagi menjadi mysis. Mysis mulai terlihat seperti udang
kecil dan memakan alga dan zooplankton. Setelah 3 sampai 4 hari, mysis
mengalami metamorfosis menjadi postlarva. Tahap postlarva adalah tahap
saat udang sudah mulai memiliki karakteristik udang dewasa. Keseluruhan
proses dari tahap nauplii sampai postlarva membutuhkan waktu sekitar 12
hari. Di habitat alaminya, postlarva akan migrasi menuju estuarin yang kaya
nutrisi dan bersalinitas rendah. Mereka tumbuh di sana dan akan kembali ke
laut terbuka saat dewasa.

C. Fertilisasi dengan Bantuan Teknologi Pada Invertebrata


Fertilisasi buatan pada hewan invertebrata dapat diterapkan pada beberapa
hewan, diantaranya ialah Teripang (Holothuria scabra). Teripang adalah salah
satu komoditi bernilai ekonomis tinggi yang memiliki bentuk lonjong, biasa
disebut mentimun laut. Karena teripang adalah organisme air laut sangat cocok
dibudidayakan masyarakat pantai karena teknik budidayanya cukup sederhana
dan permodalan yang diperlukan relatif kecil.
1. Teknik Pembenihan Teripang
Sarana Pembenihan Teripang
a. Bak penampungan induk
b. Bak Pemeliharaan larva
c. Bak kultur larva
d. Bak kultur larva
e. Bahan Terbuat dari beton atau kayu yang dilapisi plastik
f. Bak penampungan air, dibangun lebih tinggi dari bak pemeliharaan. Agar
air mengalir dari atas ke bawah, dan lebih efisien.

31
g. Bak penampungan induk dengan kapasitas 1,5 ton air berjumlah 2 atau 3
buah dengan kedalaman sekitar 50 cm.
h. Bak pemliharaan larva berjumlah 10 - 15 buah dengan ukuran (1 x 2 x
0,5) m3.
i. Bak pemeliharaan juvenil berjumlah 8 - 10 buah dengan ukuran (2 x 4 x
0,6) m3.
j. Bak plankton berjumlah 3 - 5 buah dengan ukuran ( 2 x 4 x 0,75) m3.
Alat yang digunakan dalam budidaya teripang
a. Saringan pasir untuk menyaring air laut agar diperoleh air laut yang
benar-benar bersih.
b. Bak penampungan air yang dilengakapi dengan saringan pasir. Ukuran
bak disesuaikan dengan kebutuhan air laut untuk penggantian air pada
seluruh unit pembenihan. Penempatan bak diatur supaya gravitasi bisa
menyalurkan air dari satu bak ke bak lainnya.
c. Pipa penyalur air yang dilengkapi dengan beberapa saringan berbagai
ukuran 1,5 - 2 mikron.
2. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
a. Induk teripang yang akan digunakan biasanya diperoleh dari tangkapan
alam.
b. Penyediaan calon induk teripang dari laut dapat dilakukan dengan
penyelaman pada siang hari. Apabila dilakukan pada malam hari harus
dibantu dengan lampu penerang.
c. Dengan cara ini, induk teripang dapat diambil langsung dengan tangan.
d. Pada perairan yang agak dalam, induk teripang dapat diambil dari atas
perahu dengan bantuan alat semacam tombak bermata dua yang tumpul
Pengangkutan induk
a. Pengangkutan menggunakan ember plastik yang berisi air laut atau
langsung ditempatkan pada palka perahu.
b. Induk yang telah di seleksi dipelihara dalam kurungan tancap di laut, atau
langsung dipelihara di dalam bak induk dengan kepadatan 5 - 10
ekor/m2.

32
c. Khusus untuk pemeliharaan di kolam air laut, kedalaman diusahakan
antara 75 - 100 cm, selain itu diusahakan selalu ada penggantian air agar
stabilitas suhu dan salinitas tetap terjaga.
3. Teknik Pemijahan
Pemijahan teripang dapat dilakukan dengan beberapa cara; secara alami
dengan pembedahan, perangsangan dengan temperatur dan perangsangan
dengan penyemprotan air.
a. Pemijahan alami budidaya teripang
1) Setelah mengalami matang gonad penuh, induk teripang yang
dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah secara alami
tanpa adanya rangsangan buatan.
2) Pemijahan akan terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 - 23.00.
3) Induk jantan akan mengeluarkan sperma terlebih dahulu yang akan
merangsang induk betina untuk mengeluarkan telur.
4) Kurun waktu pemijahan biasanya berlangsung antara 20 - 60 menit.
Setelah induk betina selesai bertelur, segera induk dipindahkan ke
tempat lain.
b. Pemijahan dengan Pembedahan budidaya teripang
1) Metode pembedahan dapat dilakukan dengan cara menggunting
bagian bawah teripang mulai dari anus hingga kedepan.
2) Dalam pembelahan gonad ini apabila didapatkan kantong telur, berarti
teripang tersebut jantan.
3) Gonad jantan (tesis) juga dipotong menjadi beberapa bagian sehingga
sperma keluar dan ditampung di dalam wadah lain yang berisi air
laut.
4) Kemudian secara pelan-pelan wadah yang berisi sperma dituangkan
kedalam wadah yang berisi telur sambil diaduk secara perlahan, lalu
didiamkan. Sehingga terjadi pembuahan.
5) Telur yang terbuahi akan mengendap didasar bak selanjutnya dipanen
dengan saringan dan dipindahkan ketempat pemeliharaan larva.

33
c. Perangsangan dengan Temperatur budidaya teripang
1) Prinsip pemijahan dengan perangsangan temperatur ini adalah
mengupayakan agar temperatur air naik 3 - 5 0C dari temperatur air
asal, dalam waktu selama + 30 - 60 menit suhu air dinaikkan dengan
cara penambahan air panas atau menggunakan alat pemanas (heater)
atau dijemur terik matahari.
2) Induk teripang ditempatkan didalam keranjang plastik yang diletakkan
beberapa sentimeter di bawah permukaan air.
3) Perlakuan ini dilakukan pada siang hari. Pada sore harinya induk
dimasukkan ke bak pemijahan dan selanjutnya induk teripang akan
memperlihatkan perilaku pemijahan yang ditandai dengan tubuh
menggeliat dan muncul dipermukaan sambil bertumpu di dinding
bak.
4) Induk jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih dan
terlihat seperti asap di dalam air, selanga waktu setengah hingga dua
jam berikutnya induk betina akan mengeluarkan telurnya.
5) Cara ini memberikan hasil lebih baik yakni denga tingkat penetasan
mencapai 90 - 95%.
d. Perangsangan dengan Penyemprotan Air budidaya teripang
1) Setelah induk dipelihara selama 2 - 4 hari pada bak pemeliharaan,
maka induk diberikan perlakuan pada sore hari biasanya dimulai pada
pukul 1700.
2) Pertama-tama induk teripang yang akan dipijahkan dikeluarkan dari
bak dan diletakkan ditempat yang kering selama 0,5 - 1 jam.
3) Semprotan air laut yang bertekanan tinggi selama 5 - 10 menit, lalu
induk dimasukkan kembali kedalam bak pemijahan. Sekitar 1,5 - 2
jam kemudian induk akan mulai menggerakkan badannya ke dinding.
4) Biasanya induk jantan akan memijah yang kemudian disusul induk-
induk betina 30 menit kemudian. Prosentase keberhasilan cara ini
mencapai 95 - 100%.

34
e. Pemeliharaan Larva budidaya teripang
Telur-telur teripang berbentuk bulat berwarna putih bening berukuran
177 mikron, setelah fertilisasi telur-telur ini mengalami pembelahan sel
menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel hingga multi sel.
Perkembangan Embrio dan Larva Teripang
1) Ukuran rata-rata sel tersebut sekitar 194 mikron, selang 10 - 12 jam
kemudian akan membentuk stadium gastrula yang berukuran antara
390,50 - 402, 35 mikron.
2) Setelah lebih dari 32 jam, telur akan menetas menjadi larva dan
membentuk stadium auricularia yang terbagi menjadi stadium awal,
tengah dan akhir.
3) Ukuran larva teripang pada stadium ini rata-rata antara 812,50 -
987,10 mikron. Pada stadium ini larva mulai diberi plankton jenis
Dunaliella sp, Phaeodactylum sp, dan Chaeoceros sp sebanyak 40 - 60
x 103. Selama stadium auricularia awal sampai menjelang stadium
akhir, larva lebih banyak hidup dipermukaan air. Kepadatan larva
yang dikehendaki selama stadium ini kira-kira 300 - 700 ekor per
liter.
4) Jika kepadatan terlalu tinggi, larva akan bergerombol menjadi satu,
berbentuk bola, dan berada di dasar bak.
5) Bila dibiarkan, larva ini akan mati. Sepuluh hari kemudian, larva
berkembang membentuk stadium doliolaria. Pada stadium ini larva
berbentuk lup, mempunyai sabuk dan dua tantakel yang menjulur ke
luar. Larva dengan ukuran antara 614,78 - 645,70 mikron ini dapat
bergerak cepat ke depan.
6) Badan bagian belakang berbentuk cincin datar. Pada setiap sudut
terdapat lima kelompok cilia (bulu getar). Stadium auricularlia dan
doliolaria bersifat planktonis.
7) Selang tiga belas hari kemudian doliolaria berubah ke stadium
pentaculata. Larva berwarna coklat kekuningan dengan panjang antara
1000 - 1200 mikron.

35
8) Badan berbentuk tubuler dengan lima buah tentakel pada pangkal
bagian depan dan sebuah kaki tabung pendek pada pangkal belakang,
kurang lebih delapan belas hari, kaki tabung dan tentakel terlihat lebih
jelas dan dapat bintil-bintil dipermukaan kulitnya.
9) Larva pada stadium pentacula mempunyai kebiasaan berada di
pinggiran bak bagian bawah dan sedikit menyukai di bawah
permukaan air.
10) Selintas selama pemeliharaan diusahakan antara 32 - 34 per mil dan
suhu antara 27 - 290C. Segera setelah larva berada di dasar laut, diberi
makanan berupa suspensi rumput laut jenis Sargassum dn Ulva.
Selain itu, adapula teknologi transfer gen, yang lebih dikenal
sebagai transgenesis, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi guna
mempercepat penyediaan induk ikan dan udang unggul di Indonesia. Pada
banyak spesies ikan, keberhasilan teknologi transgenesis telah mampu
membentuk strain ikan dengan performa tumbuh hingga 200% dari ikan
normal. Agar teknologi transfer gen dapat dilakukan, maka teknik fertilisasi
dan penetasan buatan harus dikuasai dengan baik. Spesifik pada udang
galah, produksi larva hampir selalu dilakukan dengan sistem pemijahan dan
penetasan telur alami, karena dirasa lebih mudah dan menguntungkan sehingga
teknologi inseminasi dan penetasan buatan kurang berkembang. Tujuan utama
transfer gen pada udang galah adalah mendapatkan strain udang galah tumbuh
cepat dan tahan penyakit sehingga mampu mendukung peningkatan produksi
udang galah nasional.

36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fertilisasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Fertilisasi eksternal adalah
proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh organisme
betinanya, seperti dialami oleh golongan ikan dan katak. Fertilisasi internal
adalah proses pembuahan ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh organisme
betinanya.
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi secara seksual.
Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet (fertilisasi), yaitu
sperma dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering dijumpai pada cacing
tanah yang bersifat hermafrodit (satu individu menghasilkan sperma dan ovum.
Adapun macam-macam reproduksi seksual adalah sebagai berikut : Konjugasi
yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami spesialisasi sex.
Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma (plasmogami). Contohnya
pada Paramaecium sp. Fusi yaitu persatuan atau peleburan dua macam gamet.
Dibedakan menjadi 3 macam yaitu : Isogami, Contohnya pada Phyllum
Protozoa, Anisogami dan Oogami. Contohnya pada Hydra sp. Metagenesis
adalah pergiliran keturunan dari fase generatif ke fase vegetatif. beberapa
hewan invertebrata mengalami metagenesis dalam hidupnya, antara lain
berasal dari kelompok Coelenterata, yaitu Obelia sp. dan Aurelia sp.

B. Saran
Bagi kita dan generasi akan dating sudah sepatutnya untuk memelihara,
menjaga dan melestarikan keanekaragaman hewan yang terdapat di Negara kita
dan khususnya di lingkungan kita. Melalui penulisan makalah ini, diharapkan
kepada seluruh pembaca dapat memahami sedikit penjelasan tentang filum
invertebrata dan diharapkan untuk mencari informasi-informasi lain dari
berbagai sumber untuk benarnya informasi yang didapatkan.

37

Anda mungkin juga menyukai