Anda di halaman 1dari 14

Al Hikmah Proceedings

on Islamic Early Childhood Education


ISSN (p) 2620-7966; ISSN (e) 2620-7974
Volume 1, April 2018, Hal. 365-378

Implementasi Literasi Al-Qur’an


pada Anak Usia Dini:
Studi Kasus Pengguna Metode Qiraati di Kabupaten Cirebon

Saifuddin
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
E-mail: saifuddingebang@gmail.com

© Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Sekolah Tinggi Agama Islam Al Hikmah Tuban, Indonesia

ABSTRAK Alquran merupakan pedoman umat Islam di seluruh dunia maka mempelajarinya merupakan suatu
kewajiban bagi setiap muslim. Mengenalkan Alquran akan sangat baik jika disampaikan dari mulai kanak-kanak.
Bahkan, masih berupa janin yang ada di dalam perut seorang ibu. Seorang anak yang sudah kenal dengan Alquran
maka akan menjadikan sebuah nilai dalam kehidupan seseorang yang berdasarkan nilai-nilai spiritual yang ber-
sumber dari Alquran. Alquran mengandung nilai-nilai kehidupan yang seharusnya menjadi pelajaran utama bagi
setiap muslim. Alquran merupakan kalam dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai
pegangan hidup manusia Alquran perlu dibaca, dipelajari dan diperoleh maknanya untuk diamalkan. Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an di RA merupakan salah satu wujud upaya pengembangan literasi anak usia
dini. Sebagai implementasi kegiatan literasi, pembelajaran Al Qur’an diwujudkan dengan pembelajaran yang sesuai
standar Qiraati. Sebagai sebuah standar, diperlukan adanya upaya pembinaan pendidik atau guru melalui Majlis
Mu’allimin Qur’ab (MMQ), hubungan kordinasi antar lembaga, korcam, dan korcab hingga korpus dalam pembela-
jaran, sehingga diharapkan, melalui standarisasi ini, upaya pengembangan literasi anak usia dini dapat tercapai
secara optimal.

Kata Kunci: Literasi, Al Qur’an, Metode Qiro’ati, Anak Usia Dini

PENDAHULUAN
Alquran merupakan pedoman umat Islam di seluruh dunia maka mempelajarinya merupa-
kan suatu kewajiban bagi setiap muslim. Mengenalkan Alquran akan sangat baik jika disampaikan
dari mulai kanak-kanak. Bahkan, masih berupa janin yang ada di dalam perut seorang ibu. Seorang
anak yang sudah kenal dengan Alquran maka akan menjadikan sebuah nilai dalam kehidupan

This work is licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Available online on http://conference.staialhikmahtuban.ac.id/index.php/ah-piece
366 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

seseorang yang berdasarkan nilai-nilai spiritual yang bersumber dari Alquran. Alquran mengan-
dung nilai-nilai kehidupan yang seharusnya menjadi pelajaran utama bagi setiap muslim. Alquran
merupakan kalam dari Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai pegangan
hidup manusia Alquran perlu dibaca, dipelajari dan diperoleh maknanya untuk diamalkan. Perso-
alannya, pada umumnya Alquran bersifat global, hanya dalam beberapa hal yang bersifat terperinci
seperti dalam hal ibadah mahdah dan keluarga. Untuk mempelajari yang bersifat global bukan
hanya sekedar dengan mempelajari ALquran dan terjemahnya, tapi mesti mempelajari ilmu-ilmu
Alquran dan tafsir Alquran (Supiana, 2009:105).
Pemaparan yang disampaikan oleh Supiana menjelaskan bahwa Alquran pastinya untuk di-
baca. Logikanya bagaimana mungkin seseorang akan memahami Alquran dengan tepat kalau
membacanya saja salah, maka untuk memahami kandungan secara benar tentunya Alquran harus
secara benar dalam membacanya. Hal ini memerlukan berbagai disiplin ilmu yang menunjang
ilmu-ilmu Alquran itu.Misalnya saja, dalam membaca kalimat ada alif yang harus dibaca ketika
mengucapkannya, tetapi dalam redaksinya tidak ada harokatnya, maka memerlukan ilmu yang
mendukungnya semisal ilmu shorof atau ilmu tajwid. Contohnya pada alif yang terdapat dalam
surat Yasin: ‫اﺗﱠﺒُِﻌْﻮا َﻣْﻦ َﻻﯾَْﺴﺄَُﻟﻜُﻢ َأْﺟًﺮا َوھُْﻢ ُﻣْﮭﺘَُﺪْوَن‬
Alif pada lafad yang terdapat pada kalimat di atas menunjukkan bahwa alif tersebut tidak
berharokat, namun ketika membacanya harus dibaca.Apakah alif tersebut dibaca fathah, atau
kasroh, atau dhommah. Kalau membacanya salah maka akan memiliki makna yang berbeda
dengan maksud yang sebenarnya dari muatan Alquran. Ketika didalami ternyata lafad tersebut
adalah fi’il amar maka tentunya seseorang yang membacanya harus dibaca kasroh sehingga men-
jadi ‫ ِاﺗﱠﺒُِﻌْﻮا‬. Hal ini menunjukkan bahwa hampir setiap orang salah membacanya karena sulitnya
membaca Alquran ketika salah membacanya maka tentunya akan berdampak pada berubahnya
substansi dan pemahaman Alquran. Perlunya pengenalan Alquran semenjak dini agar meminimal-
isir kesalahan.Banyak metode yang ditawarkan dalam setiap pengenalan Alquran ini.Namun, yang
paling ngetren terjadi di kalangan masyarakat ini adalah metode qiraati, sebuah metode yang
memudahkan pemula untuk membaca Alquran dengan baik dan benar. Metode ini hampir
digunakan oleh setiap lembaga pendidikan tak terkecuali RA/TK yang menjadi lembaga terdepan
dalam pengembangan dan pembelajaran Alquran tingkat pemula.
Berbagai metode yang digunakan dalam pembelajaran Alquran membawa dampak akan
kemudahan setiap orang dalam mempelajarinya. Memang pada dasarnya seorang guru mem-
berikan pengetahuan kepada peserta didiknya agar dapat menggunakan berbagai disiplin keilmuan
terutama berkaitan dengan teori pembelajaran sebagai mana yang dikemukakan Huda (2015:36),
iamemberikan pandangan bahwa seorang guru harusnya menggunakan berbagai teori dalam men-
dukung pembelajaran. Pentingnya berbagai teori ini sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
kuantitatif pendidikan bagi Bangsa Indonesia. Sehingga Indonesia tidak ketinggalan dengan negara
lain. Hal ini di buktikan oleh Bank Dunia bahwa kita sebagai negara yang berada pada urutan yang
paling rendah. Kita tahu bahwa keberhasilan pendidikan bergantung bagaimana daya dukung guru
dalam menerapkan berbagai metode untuk memperoleh kesesuaian yang tepat bagi proses pem-
belejaran.
Bank Dunia memberikan hasil laporannya bahwa mutu kuantitatif Sekolah Dasar (SD) pada
Negara Asia.Hasilnya menunjukkan bahwa hasil tes membaca murid kelas IV SD, Indonesia be-
rada pada tingkat terendah di Asia, berada di bawah Hong Kong 75,5%, Singapura 74%, Thailand
65,1%, Filipina 52,6 %, dan Indonesia 51,7%. Dari hasil penelitian ini menunjukkan disebutkan
pula peserta didik di Indonesia hanya 30% materi yang dibacanya. Siswa Indonesia mengalami
kesulitan menjawab soal-soal bentuk uraian yang memerlukan penalaran. Direktorat Pendidikan

AH-PIECE
AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378 367

TK dan SD Departemen Pendidikan Nasional tahun 2000/2001 melaporkan bahwa rata-rata daya
serap kurikulum secara nasional masih rendah, yaitu 5,1 untuk lima mata pelajaran (Majid,
2014:5). Hasil PIRLS yang ditunjukkan untuk siswa kelas IV SD menggambarkan belum hasil yang
menggembirakan, dalam hal membaca, lebih dari 95% siswa Indonesia pada kelas IV hanya berada
pada level menengah, sedangkan lebih dari 50% peserta didik taiwan berada pada level tinggi dan
advance. Pengajaran di Indonesia berbeda dengan pengajaran yang ada di luar negeri (Kemendik-
bud, 2013:77).
Rendahnya level pendidikan kita memerlukan keseriusan berbagai pihak dalam bekerja
sama untuk meningkatkannya. Dalam hal ini, terutama guru sebagai garda terdepan dalam
kegiatan belajar mengajar. Memang, tidaklah mudah namun ketika semua komponen menyadari
akan pentingnya kesadaran ini maka tentunya ada peluang untuk berupaya mengentaskan ket-
ertinggal kita dengan negara lainnya. Penting untuk dicatat bahwa guru seharusnya membawa
lebih dari satu teori pengajaran agar ia mampu memperoleh perspektif yang jelas mengenai
keberagaman aspek dalam proses pembelajaran.Beberapa paradigma teoritis terkadang berusaha
untuk menjelaskan fenomena pengajaran dan pembelajaran selengkap mungkin, tetapi dalam
praktiknya guru akan menghadapi realitas yang sama sekali berbeda (Huda, 2015:36).
Hal ini memberikan sebuah gambaran bahwa seorang guru harus bisa mempraktekan model
pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.Penelitian ini berupaya untuk menggali pembelajaran
Alquran yang tepat dan benar dalam membacanya terutama bagi anak-anak yang baru mengenal
Alquran. Mengapa metode qiraati yang akan diteliti dalam penelitian ini, salah satunya karena
banyak kelebihan yang mempermudah bagi peserta didik dalam mempelajarinya. Cirebon sebagai
kota wali yang sudah seharusnya menjadikan Alquran sebagai bekal dalam kehidupannya, ten-
tunya mau tidak mau harus mempelajari Alquran sejak dini. Sangat kontras jika warga Cirebon
yang memeluk Islam tidak bisa membaca Alquran dengan baik dan benar.
Perkembangan globalisasi menuntut setiap guru untuk melakukan inovasi-inovasi yang
dapat mempertahankan nilai-nilai pembelajaran yang dapat mengantarkan peserta didik untuk
memiliki nilai-nilai dan meraih prestasi yang diharapkan oleh semua pihak. Pertumbuhan
penduduk menuntut pendidik siap menjadi tenaga handal yang menerima setiap generasi yang
berkeinginan untuk belajar dan menerima proses pembelajaran yang diterima oleh peserta didik.
Globalisasi kehidupan menuntut untuk siap menghadapi setiap perubahan yang hampir terjadi
setiap menit, banyak anak-anak yang terjebak oleh arus globalisasi tersebut.Tantangan yang
dihadapi oleh pendidik, menuntut dengan berbagai model, strategi dan pendekatan yang merupa-
kan upaya untuk pengembangan potensi yang dimiliki oleh pendidik dalam menciptakan inovasi
baru.
Keterkaitan peningkatan mutu pendidikan dengan berbagai pihak inilah menyangkut ke-
bijakan bagi guru dalam menerapkannya. Termasuk pada studi dokumen yang berupa (visi, misi
dan tujuan sekolah), sebagai bahan pembanding antara perilaku masih sekolah dengan visi, misi
dan tujuan sekolah tersebut, hasil prestasi siswa dengan perilaku siswa yang mungkin bisa diamati
dalam kesehariannya di sekolah, kebiasaan yang berlangsung lama yang dilakukan. Penelitian ini
akan berlanjut pada tingkat kepribadian setiap pendidik dan kepala sekolah melalui studi penga-
matan lapangan. Cara mengajar guru dan perolehan jam mengajar guru. Tingkat melek Alquran
berdasarkan dari literasi Alquran pada tingkat SMA cenderung mengalami penuruan sebagaimana
paparan yang disampaikan media cetak Pikiran Rakyat (03 Desember 2016. Hal ini merupakan
keprihatinan bersama, tentunya peranan pendidikan pada level di bawahnya sangat besar terlebih
lagi dalam pendidikan anak usia dini, sebagai dasar keberhasilan literasi Alquran bagi generasi.
Pengenalan literasi Alquran semenjak dini menjadi keharusan untuk dikembangkan dari lembaga

AH-PIECE
368 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

pendidikan ke lembaga pendidikan lainnya. Bahkan, pendidikan literasi melalui kemudahan mem-
baca dengan dibantu metode qiraati agar berangkat dari rumah ke rumah, dan orang tua sebagai
guru utama dan pertama dalam pendidikan tersebut. Peneliti mengenalkan literasi Alquran bagi
anak usia dini pada lembaga RA di Kabupaten Cirebon tentang membaca Alquran dengan baik
dan benar. Penelitian ini menggambarkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran metode qiraati
dalam upaya memahami literasi Alquran pada RA di Kabupaten Cirebon.

METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripsi analisis. Pen-
dekatan ini dipilih karena penelitian ini berusaha memaparkan dan menafsirkan gambaran suatu
kejadian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada
waktu penelitian dilakukan, pada pendekatan ini peneliti menggunakan pembahasan yang berkai-
tan dengan 5w dan 1 h (apa, kenapa, kapan, siapa, dimana dan bagaimana), dalam penelitian ini
data yang dikumpulkan berdasarkan interview guide (petunjuk wawancara) dan dokumen yang
ada kaitannya dengan penelitian ini, penelitian ini hanya memberikan gambaran yang terjadi da-
lam lapangan penelitian, namun dengan tidak menguji hipotesisnya. enelitian bersifat alamiah
tanpa adanya unsur lain yang harus dipaksakan untuk mendapatkan penelitian yang sempurna,
penelitian ini hanya meneliti kemampuan siswa membaca Alquran dengan metode qiraati baik
pada pelaksanaannya.
Penelitian dilakukan melalui deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau satuan
sosial seperti individu, kelompok, institusi atau yang berkaitan dengan fokus penelitian, sehingga
permasalahan akan dapat ditemukan secara jelas. Peneliti bertindak sebagai instrumen kunci,
sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. Ada tiga tahapan
dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Tahap Orientasi, tahap orientasi merupakan penelitian
awal atau survey awal peneliti terhadap lokasi penelitian yang diteliti untuk memperoleh gam-
baran permasalahan yang lebih lengkap sesuaidengan fokus penelitian yang telahditetapkan. (2)
Tahap Eksplorasi, tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang berkenaan
dengan fokus dan tujuan penelitian, setelah segala persyaratan perizinan terpenuhi. Secara intensif
tahapini dimulai padaawal Oktober 2017 sampai pertengahan Nopember 2017, peneliti berada di
lapangan yaitu di RA Al-Muttaqin, Nurul Huda dan Shidqul Amal yang menjadi obyek penelitian
ini. Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara dan studi dokumentasi. (3)
Tahap Member Check dan Finishing, tahap ini merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan
penelitian, yaitu untuk memverifikasi dengan mengecek keabsahan atau kebenaran data dan in-
formasi yang telah terkumpul.
Data Penelitian kualitatif terhadap institusi Korcab Qiraati Cirebon dan instiusi RA
pengguna Qiraati mencakup karakteristik, nilai, unsur dan faktor yang terkait dengan pengelolaan
pembelajaran Qiraati di RA yang di dalamnya pelaksanaan. Tidak Luput pula akan diteliti kaitan
langsung atau tidak langsung kebijakan Korcab dengan implementasi pengelolaan pembelajaran
di RA tersebut.

ANALISIS
Piaget (Aunurrahman, 2012:44) menyatakan bahwa perkembangan intelektual melalui em-
pat tahap, yaitu: (1) tahap sensori motor (0,0-2,0 tahun), pada tahap ini anak mengenal ling-
kungan dengan kemampuan sensorik dan motorik, anak mengenal lingkungan dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan pergerakannya, (2) tahap pra operasional
(2,0-7,0 tahun), pada tahap ini anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, ia telah

AH-PIECE
AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378 369

mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan
menggolong-golongkan, (3) tahap operasional konkret (7,0-11,0 tahun), pada tahap ini anak dapat
mengembangkan pikiran logis, ia dapat mengikuti penalaran logis, walau kadang-kadang memec-
ahkan masalah secara trial and error, dan (4) tahap operasional (11,0-ke atas), pada tahap ini
operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal develop-
mentdaerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai ke-
mampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu (Hosnan, 2014:35). Hoy dan Miskel (2008:70) menyatakan bahwa Vygotsky believed that
knowledge is socially constructted, that is, knowledge is built upon what participants contribute
and construct together. Thus development may proceed differently in different cultural contexs.
Social interaction, cultural tools, and activity shape individual development and learning. Konsep
ini menjelaskan bahwa Vygotsky percaya dengan pengetahuan merupakan konstruksi sosial,
pengetahuan dibangun di atas kontribusi partisipan dan mengkonstruksinya dengan secara ber-
sama-sama.Kemudian, pengembangan kemungkinan berjalan berbeda-beda, dalam perbedaan
konteks budaya.Interaksi sosial, perangkat budaya, dan keadaan aktivitas pengembangan dan
pembelaran individu.
Mursid (2015:3) menyatakan bahwa perkembangan memiliki karakteristik yang dapat
diramalkan dan memiliki cirri-ciri sehingga dapat diperhitungkan, seperti: (1) Perkembangan yang
sudah terjadi sejak di dalam kandungan, dan setelah kelahiran merupakan suatu masa di mana
perkembangan dapat dengan mudah diamati. (2) Dalam periode tertentu ada masa percepatan
atau masa perlambatan. Terdapat tiga periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa
bayi 0-1 tahun, dan masa pubertas. (3) Perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak,
tetapi pada kecepatan yang berbeda.
Pembelajaran Al-Qur’an metode Qiraati berlangsung satu jam dengan tambahan persiapan
pra pelajaran selama 15 menit untuk drill doa-doa harian, hafalan surat-surat pendek dan bacaan
shalat.Dalam satu jam pembelajaran terbagi menjadi 3 sesi, yaitu sesi pertama 15 menit klasikal
membaca peraga secara bersama-sama sesuai jilid; sesi kedua, selama 30 menit secara individual
berupa munaqasah per-santri sesuai dengan halaman jilid yang telah diperoleh santri; sesi ketiga,
selama 15 menit klasikal berupa membaca peraga bersama-sama dengan cara terbalik dari peraga
yang pertama.Di tengah pembelajaran agar tetap kondusif maka santri ditugaskan latihan menulis
huruf Al-Qur’an dengan meniru dan menulis ulang materi sesuai jilidnya. Pelaksanaannya bahwa
dilakukan dengan baik oleh Korcab Cirebon, bahkan sudah banyak inovasi-inovasi yang dilakukan
oleh Korcab guna mempermudah dan mengefektifkan pembinaan kepada lembaga Qiraati di wila-
yahnya, seperti: (1) Membuka pengajaran Al-Qur’an khusus bagi guru-guru yang membutuhkan
musyafahah seminggu sekali di sekretariat Korcab yang dipimpin langsung oleh KH. Abu Khoir-
uddin Tohir, Lc. selaku pemegang amanah tashih. Kegiatan ini memberi dampak yang positif
kepada pembinaan guru agar cara membaca para guru memperoleh sanad yang jelas dan dijadikan
ajang untuk berkomunikasi bila ada bacaan-bacaan ghorib dalam al-Quran yang memerlukan pen-
jelasan lebih lanjut. (2) Korcab menyediakan panduan-panduan dalam pengajaran maupun admin-
istrasi yang dapat dicopy agar tertib administrasi dan pengajaran Al-Qur’an berjalan sesuai ama-
nah Qiraati, seperti yang tercantum dalam modul Prinsip, Pedoman dan Amanah Pendidikan Al-
Qur’an metode Qiraati juga modul Format Administrasi TKQ-TPQ metode Qiraati. (3) Korcab
Cirebon juga menerbitkan buku-buku ikhtisar maupun pendukung pengajaran yang dapat

AH-PIECE
370 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

digunakan santri maupun gurunya, seperti buku ziyadah al-durus yang berisi doa-doa harian, su-
rat-surat pendek maupun nama-nama surat dalam Al-Qur’an. Juga buku Kontrol Hafalan yang
berisi instrumen kontrol hafalan yang meliputi ikhtisar Ghorib musykilat, doa-doa harian, juga
nama-nama surat.
Memberikan kesempatan bagi guru dan kepala sekolah yang mempunyai masalah
menyangkut pengajaran Qiraati dan yang terkait dengan masalah tersebut satu hari dalam sem-
inggu agar komunikasi antar lembaga, guru dan Korcab berjalan dengan baik, demikian pula khu-
sus amanah buku ada pertemuan rutin guna memonitor perkembangan buku dan peredarannya.
TKQ Al-Muttaqin saat ini memiliki 58 santri dan dalam tes tahun 2017 menyertakan 23 peserta,
dimana prosentase keikutsertaan tes 39,66% dan 100% lulus dengan rata-rata nilai 8,29
menduduki rangking nomor 3 dari semua lembaga tersebut. Sementara itu, lembaga kedua yaitu
TKQ Nurul Huda, saat ini memiliki 109 santri dan dalam tes tahun 2017 menyertakan 35 peserta,
dimana prosentase keikutsertaan tes 32,11% dan 100% lulus dengan rata-rata nilai 8,20
menduduki rangking nomor 5 dari semua lembaga tersebut.Lembaga ketiga yaitu TKQ Shidqul
Amal, saat ini memiliki 74 santri dan dalam tes tahun 2017 menyertakan 19 peserta, dimana
prosentase keikutsertaan tes 25,68 % dan 100% lulus dengan rata-rata nilai 8,08 menduduki rang-
king nomor 6 dari semua lembaga tersebut.
Sebagaimana yang diungkapkan pada majalah Republika yang mengatakan bahwa tingkat
literasi Alquran berada pada kategori sedang. Tentunya memberikan pemahaman bahwa pendidi-
kan literasi pada tingkat usia dini agar terus dipacu dalam memberikan rangsangan pembelajaran
bagi anak usia dini tersebut agar pada literasi Alquran pada level diatasnya terutama pada tingkat
SMA menjadi semakin meningkat. Tingkat literasi Alquran siswa SMA nasional pada level sedang,
dinilai agak menyedihkan. Namun, hal itu harus tetap harus dibenahi.Karenanya, pembelajaran
Alquran bisa dimulai dengan membaca dan mengartikan Alquran. Pusat Litbang Lektur dan Kha-
zanah Keagamaan Kementerian Agama telah melakukan penelitian Indeks Literasi Alquran siswa
SMA. Dalam skala penilian 1 sampai 5, penelitian ini menemukan bahwa indeks literasi Alquran
siswa SMA secara nasional berada dalam kondisi sedang dengan indeks rata-rata 2,44.Penelitian
ini dilakukan terhadap 3.710.069 siswa SMA negeri ataupun swasta dari total populasi siswa SMA
sekitar tujuh juta siswa di seluruh Indonesia. Ada empat aspek yang dinilai, yaitu membaca (in-
deks 2,59) dan menulis (2,2) dimana keduanya masuk kategori sedang. Aspek mengartikan bacaan
Alquran berada dalam kategori rendah (1,87), dan aspek menghafal dalam kategori tinggi
(3,03).Penelitian yang dilakukan pada 2016, bertujuan mengevaluasi berbagai aspek kemampuan
dalam literasi Alquran.Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, Alquran menjadi bagian
penting dalam perkembangan budaya literasi di Indonesia. (Republika.co.id. 05 Desember 2016).
Namun kenyataannya bahwa pembelajaran yang dilaksanakan pada tataran Pendidikan Anak
Usia Dini lebih mengedepankan kemampuan membacanya, bahkan menjadi ketinggalan jika pen-
didikan anak usia dini belum mampu membaca Alquran. Idealnya pembelajaran anak tidak harus
memiliki kemampuan untuk membaca, tapi pada prakteknya seakan adanya tuntutan untuk mem-
iliki kemampuan membaca. Literasi Al-Qur’an di kalangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
secara nasional dalam beberapa dekade terakhir cenderung menurun. Adapun latar belakang
keagamaan siswa sebelum memasuki jenjang SMA, status sekolah, kondisi keluarga serta ling-
kungan masyarakat sekitar merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap indeks literasi Al-
Qur’an di kalangan siswa SMA.Selain itu ketersediaan guru (berkuaitas) serta kondisi prasarana
sekolah pun turut menentukan tercapainya indeks literasi Al-Qur’an seperti yang diharapkan. Hal
itu diungkapkan oleh Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan, dan Pelatihan

AH-PIECE
AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378 371

Kementerian Agama Abd Rahman Mas’ud dalam acara Seminar Hasil Penelitian Indeks Literasi
Al–Qur’an Nasional yang digelar pada tanggal 1-2 Desember lalu (PR, 03/12/2016).
Kehadiran pendidikan Alquran sebagai kajian dalam berbagai literasinya memberikan dam-
pak posittif bagi anak-anak muda, setiap orang menyadari bahwa Alquran sebagai basis spiritual
pengetahuan keagamaan memberikan peranan dalam benteng moralitas generasi. Penting penge-
tahuan Alquran tentunya semenjak dini, agar tidak kaku dalam menerima pengetahuan keaga-
maan. Pada perkembangannya, dengan diturunkannya wahyu pertama Al-Quran, maka dimulai
pula gerakan literasi di kalangan umat islam, khususnya bangsa Arab. Dalam perkembangan se-
jarah peradaban islam, tradisi literasi berkontribusi besar bagi pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan. Berkat adanya gerakan literasi sejak era Nabi yang ditandai dengan penulisan
ayat-ayat al-Quran yang masih berserakan, kemudian dilanjutkan dengan kodifikasi al-Quran dan
hadis di era sahabat. Bahkan puncak kejayaan islam ditandai dengan membudayanya gerakan lit-
erasi di kalangan para intelektual muslim dengan lahirnya karya-karya berupa ribuan jilid kitab
dalam berbagai disiplin keilmuan mulai dari astronomi, seni, arsitektur, tata bahasa, budaya, so-
sial, tafsir, dan lain sebagainya (Ahmad Mujib, 14 November 2014).
Gerakan literasi Alquran yang sudah berkembang sedemikian rupa tak terkecuali program
qiraati yang sudah menjadi tren di kalangan masyarakat. Membuat program ini tidak ingin keting-
galan dengan metode yang lain. Bahkan melakukan terobosan-terobosan yang baru untuk mening-
katkan kemampuan membaca Alquran dengan inovasi yang kreatif. Hal ini sebagai upaya dalam
menciptakan kemajuan Islam yang pesat. Kemajuan yang semakin pesat ini memberikan keba-
hagiaan bagi kalangan Islam, yang berbeda ketika Islam ini pertama kali muncul. The cultural
atlas of Islam, karya Ismail R. Al–Faruqi dan Lois Lamya’ al-Faruqi (New York: Macmillan Pub-
lishing Compani, 1986). Buku ini menjelaskan pada awal abad ketujuh Masehi tradisi penulisan
telah ada di kawasan Jazirah Arab.Namun tradisibaca-tulis belum banyak dipraktikkan oleh orang-
orang sezaman Nabi Muhammad. Karya sastra berbentuk sya’ir dan prosa yang biasa diciptakan
sebagian besar masyarakat ini pun ditulis. Melainkan hanya dihafal dan dibaca dalam bentuk
sebenarnya. Nabi sendiri juga tidak pernah mempelajari ilmu baca-tulis, meskipun beberapa di
antara keluarga dan sahabatnya dapat menulis. Sampai akhirnya wahyu pertama turun dan Nabi
memerintahkan beberapa sahabat untuk menulis ayat demi ayat yang turun secara kontinyu.
Dalam tafsir al-Maraghi “al Qur’an telah merubah suatu bangsa yang sangat rendah menjadi
paling mulia, dengan perantaraan keutamaan kalam.Jika tidak ada tulisan, tentu pengetahuan
tidak terekam, agama akan sirna dan bangsa belakangan tidak akan mengenal sejarah umat sebe-
lumnya”.Uraian tersebut diambil dari intisari (Qs. Al-Alaq 1-5) yang mana ayat tersebut adalah
wahyu pertama yang turun untuk Nabi Muhammad Saw. Karena tanpa menulis kesadaran manu-
sia tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya, tidak bisa menghasilkan ciptaan-ciptaan yang
luar biasa dan indah kata J. Ong dalam bukunya; Orality and Literacy: Speaking Writing, Technol-
ogy, and the Mind (London: Routledge,2002).
Sementara menurut Quraish Shihab, membaca adalah syarat utama guna membangun
peradaban.Semakin luas wilayah pembacaan maka semakin tinggi pula peradaban. Begitu pula
sebaliknya, selain itu apabila dilihat dari sejarah terkait dengan tradisi bac-tulis, maka umat manu-
sia bisa dikelompokkan kedalam dua periode utama yaitu sebelum penemuan tulis- baca dan
sesudahnya: sekitar lima ribu tahun yang lalu. Dengan ditemukannya sistem baca-tulis peradaban
manusia tidak harus mengulang dan mengulang dari nol; merambah jalan dan merangkak-
rangkak. Tetapi, peradaban yang datang mempelajari peradaban yang lalu melalui jejak tertulis
yang dapat dibaca oleh generasi saat itu. Dan satu hal yang harus dicatat, melalui kemampuan

AH-PIECE
372 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

baca-tulis manusia tidak harus memulai segalanya dari nol, tetapi bisa belajar dari prestasi dan
kegagalan orang-orang pendahulunya.
Kata membaca memang memiliki pemahaman yang luas apabila dikaji dalam konteks filoso-
fisnya mengandung dua pemahaman, yaitu: (1) membaca yang sebenarnya, (2) membaca yang
tidak sebenarnya. Membaca yang sebenarnya memahaminya suatu redaksi berdasarkan hitam
putihnya saja. Sementara membaca yang tidak sebenarnya berarti membaca kehidupan untuk
kemudian menghargai kehidupan. Romdhoni (2013) dalam bukunya Al-Qur’an dan Literasi se-
jarah rancang bangun ilmu-ilmu keislaman, penulis mencoba mendudukkan silang sengketa para
pakar mengenai factor kunci bagi kemajuan dunia ilmu pengetahuan umat Islam. Pendapat yang
menyatakan bahwa perkembangan literasi arab sebagaiembrio peradaban ilmu didorong adanya
kontak budaya melalui aktifitas ekonomi dan perdagangan oleh buku ini dinilai lemah. Masih
menurut Romdhoni sesuai dengan pendapat seperti diatas bertentangan dengan fakta bahwa ke-
mampuan membaca dan menulis orang-orang Arab belum mampu secara penuh mewadahi wahyu
al-Quran. Terbukti, generasi muslim setelahnya harus berkerja keras untuk menyempurnakan dan
menciptakan kaidah membaca dan menulis al-Qur’an. Ini artinya hubungan perdagangan antara
orang-orang Quraisy dengan para saudagar disekeliling Jazirah Arab tidak membawa perubahan
yang signifikan bagi perkembangan tradisi literasi Arab hal tersebut di ungkapkan oleh Prof. Dr.
Nasaruddin Umar MA dalam pengantar di buku ini.

HASIL
Metode Qiraati saat ini sudah tersebar di seantero Indonesia, bahkan sudah mencapai Thai-
land, Malaysia, dan Brunei. Dalam kelembagaan untuk pengembangan pembelajaran Al-Qur’an
terdiri dari Koordinator Pusat di Semarang, Koordinator Wilayah yang berada di Propinsi, Koordi-
nator cabang yang berada di Kab/Kota, Koordinator Kecamatan dan lembaga. Korcab Qiraati Cire-
bon merupakan koordinator cabang yang sudah cukup lama berkiprah dalam pembinaan TKQ-
TPQ (istilah yang digunakan untuk jenjang RA dalam pendidikan Al-Qur’an metode Qiraati)
dengan menggunakan metode Qiraati, sejak tahun 1985 dimana pertama kali pengurus Korcab
Cirebon mengenal Qiraati melalui wasilah sebuah ormas Islam yaitu Al-Irsyad Al-Islamiyah,
secara kebetulan pengurus Korcab sekarang adalah juga yang memperkenalkan Qiraati di Wilayah
Cirebon yaitu KH. Abu Khoiruddin Tohir, Lc., saat itu beliau adalah salah seorang tenaga pengajar
di lingkungan lembaga pendidikan yang dikelola oleh ormas Islam Al-Irsyad Al-Islamiyah Cabang
Cirebon.
Disebabkan amanah Qiraati itu melekat pada pribadi, sementara KH. Abu Khoiruddin Tohir,
Lc., sedang mengabdi dalam lingkungan pendidikan Al-Irsyad Al-Islamiyah maka secara tidak
langsung Al-Irsyad Al-Islamiyah Kota Cirebon mendapatkan ‘anugerah’ saat itu, sangat terkenal,
identik sebagai lembaga yang mengajarkan Al-Qur’an dengan metode Qiraati. Sekitar akhir tahun
90-an KH.Abu Khoiruddin Tohir keluar dari Al-Irsyad Al-Islamiyah dan merintis lembaga sendiri
di kawasan Jalan Warnasari Kesambi Kota Cirebon, maka Korcab Cirebon pun pindah dari lem-
baga pendidikan yang dikelola Al-Irsyad Al-Islamiyah Cirebon ke lembaga yang dirintis KH. Abu
Khoiruddin Tohir, Lc., dari sinilah Korcab Cirebon lebih banyak mencurahkan perhatiannya da-
lam pengembangan lembaga TKQ-TPQ metode Qiraati, walaupun sebenarnya pada waktu
berkiprah di Al-Irsyad sudah banyak pula lembaga TKQ-TPQ yang berdiri baik di Kabupaten mau-
pun Kota Cirebon bahkan sampai se-wilayah tiga Cirebon, meliputi Indramayu, Majalengka, Kota
dan Kabupaten Cirebon.
Seiring dengan berkembangnya aturan-aturan yang melekat pada penyebaran metode
Qiraati, dalam arti peningkatan pembinaan dan pengembangan teknik serta metode

AH-PIECE
AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378 373

pengajarannnya, maka rayonisasi wilayah pun tak luput menjadi salah satu yang ditetapkan demi
peningkatan mutu pelayanan dan kontrol penyebaran buku metode Qiraati yang lebih baik, maka
saat ini Korcab Cirebon hanya melayani pembinaan dan penyebaran amanah buku Qiraati dan
pengajarannya meliputi Kota dan Kabupaten Cirebon dengan jumlah lembaga TKQ-TPQ saaat ini
berjumlah 27 lembaga serta membina tidak kurang 1426 orang santri. Sebelum sekretariat Korcab
sekarang yang menetap dan menempati di PP. Sidqul Amal di Jl. Sultan Ageng Tirtayasa Desa
Kedungjaya Kec. Kedawung Kab. Cirebon, sempat pula sekretariat itu berpindah-pindah dian-
taranya di TKQ-TPQ Ta’alumil Qur’an di Jalan Suratno Kota Cirebon, yang kebetulan merupakan
kediaman orang tua dari KH. Abu Khoiruddin Tohir, Lc.. Di sana juga sering dijadikan tempat
pembinaan metodologi bagi calon-calon guru yang telah lulus tashih serta biasa pula dijadikan
tempat PPL bagi calon-calon guru yang telah mendapatkan Syahadah.
Selain tempat, juga pengurus Korcab silih berganti seiring dengan dianamika pengajaran
Al-Qur’an metode Qiraati. Saat ini kepengurusan Korcab mengacu pada aturan Korpus terdiri dari
empat orang yang diminta membidangi masing-masing bidang yang terdiri dari amanah Tashih
oleh KH. Abu Khoiruddin Tohir, Lc., amanah sekretaris oleh Ust. Abd. Aziz Furqon, S.Pd.I, ama-
nah buku oleh Ust. Nasihin Maulani, serta amanah metodologi dipegang oleh Ust. Tosin Maulani.
Sifat kepengurusan Korcab adalah Kolegial, dimana masing-masing bidang bertanggungjawab
melaksanakan tugas sesuai tupoksinya, bidang tashih bertanggungjawab dalam pentashihan calon
guru maupun santri yang akan mengikuti TAS (Tashih Akhir Santri). Bidang buku, bertanggung-
jawab dalam pendistribusian dan penyebarluasan buku, dimana buku Qiraati tidak diperjualkan
secara bebas.
Begitulah tata kerja kolegial pengurus Korcab, namun juga diakui apabila suatu waktu kepu-
tusan tidak mufakat, maka keputusan akhir ada pada bidang Tashih, yaitu di tangan KH Abu
Khoiruddin. Berdasarkan tata aturan yang berlaku secara nasional, maka Korcab Qiraati Cirebon
harus mematuhi apa-apa yang telah digariskan Korpus Qiraati Semarang dengan melaksanakan
tata kerja yang tercantum dalam aturan baku sebagai Amanah Koordinator Cabang (Korcab) yaitu:
(1) Koordinator cabang bersifat independen, tidak terikat oleh/dalam organisasi apapun, tidak
kemana-mana tapi ada dimana-mana. (2) Bentuk organisasi Koordinator Cabang dengan pusat
adalah musyafahah. (3) Koordinator Cabang tidak diminta tapi diberikan. (4) Mengadakan hub-
ungan (dalam bentuk tadarrus rutin setiap tiga bulan sekali) dengan Koordinator Kecamatan (Kor-
cam) yang ada di wilayahnya. (5) Mengadakan supervisi ke lembaga-lembaga yang ada di wila-
yahnya (sidak/turba) tanpa pemberitahuan TKQ/TPQ dan Koordinator Kecamatannya. (6) Mem-
berikan laporan tertulis secara berkala ke Koordinator Pusat (Semarang). (7) Tidak memberikan
pembinaan dan penjualan Qiraati di luar wilayahnya, kecuali atas izin koordinator setempat
(Koordinator Pusat Semarang). (8) Pelanggaran terhadap amanah koordinator ini akan mendapat
teguran tertulis (dari koordinator pusat sebanyak tiga kali, dan selama itu tidak mengindahkan
teguran tersebut maka Korpus berhak untuk memberhentikan Korcab tersebut dan mengganti
atau mengangkat koordinator baru). (9) Ikhlas menjalankan amanat Qiraati.

Pelaksanan pembelajaran metode qiraati dalam pembelajaran di RA Kabupaten Cirebon


Pembelajaran yang berlangsung di semua obyek penelitian jika diamati mendalam semuanya
sesuai dengan SOP Qiraati, bahkan bisa dikatakan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas
guru dan jumlah santri yang ikut dalam TAS juga mencerminkan kualitas lembaga dalam pem-
belajaran.Dari pihak korcab menargetkan lulusan setiap periode TAS minimal 15 % dari jumlah
santri secara keseluruhan. Pembelajaran yang berlangsung selalau berbasis kompetensi siswa,
artinya, setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mempercepat proses belajar jika didukung

AH-PIECE
374 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

oleh semua pihak dan kemampuan santri tersebutuntuk itu kemampuan santri difasilitasi betul
oleh Qiraati untuk mencapai hal yang maksimal. Hal ini sesuai dengan durasi kesempatan bagi
peserta didik dalam satu kelas sekitar 1 jam 15 menit.
Pembelajaran Qiraati hanya berlangsung 1 jam 15 menit.Hal ini dari tinjauan psikologis
sangat cocok karena anak usia dini masih bersifat moody, sehingga mengurangi kesempatan anak
merasakan jenuh, boring dan mengurangi kesempatan bermain anak yang juga sangat penting.
Bahkan, metode ini memberikan kemudahan bagi peserta didiknya untuk belajar secara cepat,
sehingga banyak kesempatan untuk belajar Alquran dengan mudah. Pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran qiraati yang dibuktikan dengan penyelenggaraan Tes Akhir Santri yang dilaksanakan
pada tanggal 10-14 April 2017, bertempat di pondok pesantren Shidqul Amal Kedungjaya Tengah
Tani dapat terlihat dengan jelas bahwa terdapat rincian sebagai berikut: (1) Jumlah Lembaga Pe-
serta: 31 Lembaga, (2) Jumlah seluruh peserta: 626 peserta, (3) Jumlah peserta usia di bawah 7
tahun: 27 peserta, (4) Jumlah peserta usia di bawah 10 tahun: 237 peserta, (5) Jumlah peserta
usia di atas 10 tahun: 362 peserta, (6) Jumlah peserta yang lulus: 626 peserta, (7) Jumlah peserta
yang belum lulus: 0 peserta, (8) Jumlah peserta yang mengundurkan diri.
Ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran qiraati menunjukkan keberhasilan yang
meningkat, bahkan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang dapat terlihat sebagai beri-
kut: (1) Periode 2017 M yang lulus 100% dari 626 peserta, (2) Periode 2016 M yang lulus 99,82%
dari 553 peserta, (3) Periode 2015 M yang lulus 98,25% dari 578 peserta, (4) Periode 2014 M yang
lulus 99,15% dari 471 peserta, (5) Periode 2013 M yang lulus 99,77% dari 436 peserta, (6) Peri-
ode 2012 M yang lulus 100% dari 372 peserta.
Melihat kondisi ril tersebut bahwa keberhasilan metode qiraati meningkat dari tahun ke
tahunnya, peserta dari tahun sebelumnya mengalami jumlah keberhasilan yang meningkat juga,
terbangun kepercayaan dari orang tua terhadap qiraati. Hal ini terbukti pada hasil wawancara
dengan salah seorang guru, yang memberikan penjelasan bahwa peserta didik mengalami keber-
hasilan yang sesuai target. Tapi memang tidak semua murid berhasil dalam sisi kualitas mem-
bacanya. Sesuai dengan hasil wawancara dengan kepala sekola pada RA di Kabupaten Cirebon
mengenai target belajar qiraati bagi anak ketika. Hasil wawancara ini sebagai bukti bahwa ada
keberhasilan yang meningkat dari setiap pembelajaran yang dilakukan oleh setiap guru. Pembela-
jaran yang berlangsung di semua obyek penelitian jika diamati mendalam semuanya sesuai dengan
SOP Qiraati, bahkan bisa dikatakan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas guru dan
jumlah santri yang ikut dalam TAS juga mencerminkan kualitas lembaga dalam pembelajaran.Dari
pihak korcab menargetkan lulusan setiap periode TAS minimal 15 % dari jumlah santri secara
keseluruhan. Pembelajaran yang berlangsung selalau berbasis kompetensi siswa, artinya, setiap
siswa mempunyai kesempatan untuk mempercepat proses belajar jika didukung oleh semua pihak
dan kemampuan santri tersebut. Untuk itu kemampuan santri difasilitasi betul oleh Qiraati untuk
mencapai hal yang maksimal.
Berdasarkan rumus rangking lembaga, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) diurutkan mu-
lai dari lembaga yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi, dan (2) nilai jumlah rata-rata lembaga
dibagi jumlah peserta +1, pada tabel berikut ini:

AH-PIECE
AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378 375

Tabel 1. Daftar Peringkat Lembaga Tes TK Qiraati Plus 2017


Sumber: Korcab Cirebon Tahun 2017

Lembaga Korcam Jumlah

Nilai rat-rat

Keterangan
Peserta TAS

Tidak Lulus
Prosentasi
Peringkat

Peserta
Santri

Lulus
1 Hidayatushibyan (K) Kejaksan 53 17 32,08% 17 0 8,42 100%
2 Hidayatushibyan (H) Harjamukti 50 12 24,00% 12 0 8,41 100%
3 Al Muttaqin Tengah Tani 58 23 39,66% 23 0 8,29 100%
4 Ta’alumil Quran Kejaksaan 54 20 37,04% 20 0 8,28 100%
5 Nurul Huda Tengah Tani 109 35 32,11% 35 0 8,20 100%
6 Shidqul Amal Tengah Tani 74 19 25,68% 19 0 8,08 100%

Tabel di atas menjelaskan pada tahun 2017 bahwa kemampuan membaca peserta didik pada
RA Hidayatushibyan lebih tinggi dibandingkan dengan RA yang lainnya, rata-rata itu diambil pada
penguasaan membaca Alquran dari aspek tajwidnya. Namun kelulusan siswa pada masing-masing
lembaga berada pada level 100%, meskipun pada lambaga RA Al Muttaqin prosentasenya berada
pada level 39,66% namun secara kuantitatif RA Nurul Huda paling tinggi sejumlah 109 santri dan
yang mengikutinya 35 santri pada kegiatan TAS. Pada ketiga lembaga tersebut memberikan pen-
jelasan bahwa pembelajaran metode qiraati memiliki peluang yang besar bagi setiap peserta didik
untuk dengan cepat menguasai membaca alquran. Sebuah metode yang membantu peserta didik
dalam mempercepat penguasaan membaca alquran sebagaimana dalam diskusi penelitian ketika
melakukan wawancara dengan seorang guru.Yang terlihat dalam dokumen wawancara dengan be-
berapa guru yang ada di RA Kabupaten Cirebon berkaitan motivasi danm rasa senang guru untuk
menggalih kemampuan peserta didik dalam mempercepat kemampuna membaca Alquran secara
tepat dan benar. Pada diskusi ini menunjukkan bahwa siswa yang melakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode qiraati lebih cepat dibandingkan dengan metode yang lainnya. Be-
rarti metode qiraati sangatmendukung bagi pembelajaran alquran dengan cepat. Bahkan, dalam
sebuah diskusi dengan beberapa guru dan kepala sekolah metode ini dapat ditempuh hanya dalam
waktu enam bulan.Ini berarti bahwa metode ini sangat tepat diterapkan dalam pendidikan RA di
kabupaten Cirebon.

KESIMPULAN
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an di RA sebagai implementasi kegiatan lit-
erasi diwujudkan dengan pembelajaran yang sesuai standar qiraati, pembinaan Guru melalui
MMQ, hubungan kordinasi antar lembaga, korcam, dan korcab hingga korpus dalam pembelaja-
ran. Pendidikan Alquran sangat penting untuk diberikan kepada anak usia dini, karena kita tahu
bahwa pusat pengetahuan keagamaan terdapat dalam Alquran maka setiap orang berkewajiban
untuk mempelajarinya. Mempelajari Alquran berangkat dari cara membacanya dengan benar, pasti
menerjemahkannya benar, dan mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari menjadi tujuan uta-
manya.

AH-PIECE
376 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2008. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung:
Dewa Ruchi.
Anderson W, Lorin, dan Krathwol R, David. 2010. Kerangka Landasan Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Zaenal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Prinsip Teknik prosedur. Bandung: PT Remaja Rosda-
karya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rin-
eke Cipta.
Asmawati, Luluk. 2014. Perencanaan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Chairunnisa, Connie. 2016. Manajemen Pendidikan dalam Multir Perspektif. Jakarta: Rajawalo Pers.
Chatib, Munif. 2016. Sekolahnya Manusia. Sekolah Berbasis Multiple Intelegences di Indonesia. Bandung:
Kaifa.
Dryden, Gordon dan Vos, Jeannette. 2000. Revolusi cara Belajar The Learning Revolution. Belajar akan
Efektif kalau dalam keadaan “Fun” Keajaiban Pikiran. Bandung: Kaifa.
Fadlillah, DKK. 2014. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini. Menciptakan Pembelajaran Menarik, Kre-
atif dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana.
Hoy, K Wayne dan Miskel, G Cecil. 2008. Educational Administration Theory, Research, and practice
(Eighth Edition). New York: McGraw-Hill Company.
Huda, Miftahul. 2015. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yog-
yakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2007. Integrated Learning. Pekanbaru: Falah Prodution.
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: BPSDMPKPMP Ke-
mendikbud.
Komariah, Aan dan Triatna, Cepi. 2010. Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik. Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013.
Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali Pers.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masri, Singarinbum dan Effendi. 2003. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Montessori, Maria. 2015. Metode Montessori. Panduang Wajib untuk Guru dan Orang Tua Didik PAUD
(Pendidikan Anak Usia dini). Penerj. Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Mosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Mulyasa, E. 2014. Pengembangan dan Impelementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosda-
karya.
Mursid. 2015. Belajar dan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musbikin, Imam. 2010. Buku Pintar PAUD, Tuntunan dalam Perspektif para Guru PAUD Dalam Perspek-
tif Islami. Yogyakarta: Laksana.
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Romdhoni, Ali. 2013. Al-Qur’an dan Literasi. Jakarta: Literatur Nusantara (Linus)
Sani A, Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksara.

AH-PIECE
AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378 377

Sanjaya, Wina. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta:
Kencana.
Sanusi, Achmad. 2017. Manajemen Pendidikan Mengurai benang Kusut, Mencari Jalan Keluar. Bandung:
Nuansa
Sugioyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Supiana. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Dirjen Pendis Kemenag RI.
Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Usman, Husaini. 2009. Manajemen, Teori, Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubaedi. 2017. Strategi Taktis Pendidikan Karakter (untuk PAUD dan Sekolah). Jakarta: Rajawali Pers.
http://www.wikipendidikan.com/2016/11/gerakan-literasi-dalam-al-quran.html.23/2/2018
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/12/05/ohpafz396-literasi-
alquran-bisa-dimulai-dari-membaca-dan-mengartikan/23-2-2018

AH-PIECE
378 AL HIKMAH PROC ISLAMIC EAR CHILD EDUC, VOL. 1 (2018), 365-378

AH-PIECE

Anda mungkin juga menyukai