Anda di halaman 1dari 4

RUMAH SAKIT UMUM MELATI PERBAUNGAN

Jl. Deli No 115 Perbaungan, Telp 061-7990056, fax 7990057


Email : rsumelati_perbaungan@yahoo.co.id
Website : www.rsmelatiperbaungan.com

MONEV Program (Monitoring & Evaluation) TB


PERDHAKI
PUBLISHED ON MARET 2018

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara ketiga terbesar dalam kontribusi pemderita tuberculosis (TB)

dunia sesudah india dan china. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan kerja keras dari semua

pengelola program penanggulan TB disemua sector. Penanggung jawab utama terlaksananya program

TB adalah pemerintah. Namun disadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

termasuk lembaga swadaya masyarakat/LSM maka pencapaian target sulit tercapai.

Pada pertengahan tahun 2003 indonesia mendapat bantuan dana dari global fund (lembaga

donor dunia). Sejak saat itu program penanggulangan TB dapat berkembang. Perdhaki kala itu pun

mendapat sebagian dana bantuan untuk penanggulangan TB. Kegiatan dikembangkan untuk wilayah

kabupaten sedang bedagai yaitu di RSU Melati Perbaungan dan seteliti-telitinya, sebanyak 6 unit

pelayanan kesehatan (UPK).

Pada bulan agustus dan September 2009 yang lalu pengelola UPK telah mengikuti pelatihan

manajemen penanggulangan TB stategi directly observed treatment shorcourse (DOTS).

Pelatihan dilaksanakan di 3 lokasi. Bulan oktober, November dan januari ’10, sebanyak 1 petugas

laboraturium telah mengikuti pelatihan pemeriksaan dahak mikroskopis. Dilaksanakan di dua lokasi.

Kedua macam pelatihan tersebut difasilitasi oleh fasilitator dari provinsi dan WHO.

Untuk memantau kontribusi UPK kepada program penanggulangan TB maka perlu

melaksanakan monitoring dan evaluasi (MONEV). MONEV merupakan salah satu fungsi manajemen

untuk meniai keberhasilan pelaksanaan program. Monitoring / pemantauan dilaksanakansecara berkala

dan terus menerus agar segera dapat mendeteksi apabila ditemukan masalah dalam pelaksanaan

kegiatan yang telah direncanakan, supaya secepatnya dilakukan perbaikan. Denagan monev dapat
dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai. Dalam mengukur

keberhasilan tersebut diperlukan indicator dalam penanggulangan TB.

I. TUJUAN

1. UMUM

Memonitor pelaksanaan validasi data serta pemuthakiran informasi, ketenagaan maupun

logistic.

2. KHUSUS

A. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan UPK selama ini (pascha

pelatihan), guna mendukung pelaksanaan program TB sesuai dengan tujuan pelatihan .

B. Terjadinya jejaring antara UPK/LSM dengan puskesmas / dinas kesehatan (Dinkes).

C. Terseragamnya system pelaporan dan pencatatan program dengan mempergunakan formulir

yang standar sehingga memudahkan membuat rekap data di kabupaten masing-masing.

2. OUT PUT

1. Rekap laporan program TB (TB01-TB06) lengkap dan valid.

2. Data ketenagaan, logistic untuk TB dan kebutuhan UPK mengenai hak dan kewajiban dipenuhi.

3. PESERTA MONEV

Pengelola UPK dan petugas laboratorium (lab) UPK

1. Perdhaki Wilayah PERBAUNGAN

2. Perdhaki Wilayah SEI RAMPAH

3. Perdhaki Wilayah PABATU

4. Perdhaki Wilayah PEGAJAHAN

5. Perdhaki Wilayah KISARAN.


4. METODE

1. Setiap peserta hendaknya mwmbawa form TB yang telah diisi

2. Setiap peserta mempresentasikan yang dilaksanakan di UPK masing-masing dan

menyampaikan kendala yang dihadapi.

3. Menyampaikan keadaan logistic untuk TB

4. Penjelasan oleh wakil Supervisor (Wasor)/ Dinkes kabupaten masing masing mengenai

pencatatan dan pelaporan yang standar.

Misalnya mengenai UPK :

1. Sebagian petugas UPK belum sepenuhnya memahami perannya sebagai pengelola UPK dalam

penanggulangan TB stategi DOTS.

2. UPK meskipun sudah menjaring suspek TB tetapi sebagian belum mencatat dengan tertib

3. Target menemukan BTA (+) tidak sepenuhnya tercapai, ada yang hanya 50%. Meskipun ada

pula UPK yang telah bekerja sangat baik sampai – sampai mengadakan obat anti TB (OAT)

sendiri karena dari dinas kadang-kadang terlambat . bahkan mempunyai paguyuban mantan

penderita TB

4. Sumber daya manusia dan fasilitas sudah memadai namus petugas belum proaktif

5. Petugas yang sudah dilatih dipindahkan sedangkan petugas pengganti belum pernah ikut

pelatihan.

Kesimpulan mengenai Dinas Kesehatan setempat antara lain:

1. Dinas member UPK penomoran sebagai peserta resmi penanggulangan TB strategi DOTS pada

saat monitoring dan menetapkan UPK yang sudah mempunyai fasilitas (ruang land an

mikroskop) dan ketenagaan (petugas lab dan petugas yang sudah dilatih untuk program-

program TB strategi DOTS) untuk menjadi PPM (puskesmas pelaksana mandiri). Sedangkan

yang belum menjadi PS (puskesmas statelit) , yang menjaring suspek, bahan difiksasi kemudian

dikirimkan ke PPM atau puskesmas rujukan mikroskopis)


2. Dinas sudah membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan UPK tetapi UPK belum

memanfaatkan tawaran ini secara optimal (misalnya RS Fatima saumlaki). Di lain pihak

sebagian UPK sudah menjalin kerja sama sangat baik dengan Dinas.

3. Dinas ketiadaan biaya operasional untuk mengunjungi UPK swasra sehingga tidak dapat

memberikan bimbingan teknis / koordinasi.

4. Wasor belum ikut pelatihan manajemen penanggulangan TB strategi DOTS sehingga tidak

memahami permasalahan pada pihak swasta dalam penanggulangan TB.

Anda mungkin juga menyukai