I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara ketiga terbesar dalam kontribusi pemderita tuberculosis (TB)
dunia sesudah india dan china. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan kerja keras dari semua
pengelola program penanggulan TB disemua sector. Penanggung jawab utama terlaksananya program
TB adalah pemerintah. Namun disadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
Pada pertengahan tahun 2003 indonesia mendapat bantuan dana dari global fund (lembaga
donor dunia). Sejak saat itu program penanggulangan TB dapat berkembang. Perdhaki kala itu pun
mendapat sebagian dana bantuan untuk penanggulangan TB. Kegiatan dikembangkan untuk wilayah
kabupaten sedang bedagai yaitu di RSU Melati Perbaungan dan seteliti-telitinya, sebanyak 6 unit
Pada bulan agustus dan September 2009 yang lalu pengelola UPK telah mengikuti pelatihan
Pelatihan dilaksanakan di 3 lokasi. Bulan oktober, November dan januari ’10, sebanyak 1 petugas
laboraturium telah mengikuti pelatihan pemeriksaan dahak mikroskopis. Dilaksanakan di dua lokasi.
Kedua macam pelatihan tersebut difasilitasi oleh fasilitator dari provinsi dan WHO.
melaksanakan monitoring dan evaluasi (MONEV). MONEV merupakan salah satu fungsi manajemen
dan terus menerus agar segera dapat mendeteksi apabila ditemukan masalah dalam pelaksanaan
kegiatan yang telah direncanakan, supaya secepatnya dilakukan perbaikan. Denagan monev dapat
dinilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai. Dalam mengukur
I. TUJUAN
1. UMUM
logistic.
2. KHUSUS
A. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan UPK selama ini (pascha
2. OUT PUT
2. Data ketenagaan, logistic untuk TB dan kebutuhan UPK mengenai hak dan kewajiban dipenuhi.
3. PESERTA MONEV
4. Penjelasan oleh wakil Supervisor (Wasor)/ Dinkes kabupaten masing masing mengenai
1. Sebagian petugas UPK belum sepenuhnya memahami perannya sebagai pengelola UPK dalam
2. UPK meskipun sudah menjaring suspek TB tetapi sebagian belum mencatat dengan tertib
3. Target menemukan BTA (+) tidak sepenuhnya tercapai, ada yang hanya 50%. Meskipun ada
pula UPK yang telah bekerja sangat baik sampai – sampai mengadakan obat anti TB (OAT)
sendiri karena dari dinas kadang-kadang terlambat . bahkan mempunyai paguyuban mantan
penderita TB
4. Sumber daya manusia dan fasilitas sudah memadai namus petugas belum proaktif
5. Petugas yang sudah dilatih dipindahkan sedangkan petugas pengganti belum pernah ikut
pelatihan.
1. Dinas member UPK penomoran sebagai peserta resmi penanggulangan TB strategi DOTS pada
saat monitoring dan menetapkan UPK yang sudah mempunyai fasilitas (ruang land an
mikroskop) dan ketenagaan (petugas lab dan petugas yang sudah dilatih untuk program-
program TB strategi DOTS) untuk menjadi PPM (puskesmas pelaksana mandiri). Sedangkan
yang belum menjadi PS (puskesmas statelit) , yang menjaring suspek, bahan difiksasi kemudian
memanfaatkan tawaran ini secara optimal (misalnya RS Fatima saumlaki). Di lain pihak
sebagian UPK sudah menjalin kerja sama sangat baik dengan Dinas.
3. Dinas ketiadaan biaya operasional untuk mengunjungi UPK swasra sehingga tidak dapat
4. Wasor belum ikut pelatihan manajemen penanggulangan TB strategi DOTS sehingga tidak