LP Tuna Netra
LP Tuna Netra
TUNA NETRA
A. DEFINISI
Tuna Netra adalah seseorang yang memiliki indra penglihatan yang tidak
berfungsi atau terganggu. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang
dimaksud dengan tuna netra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam
penglihatan ataupun menurunya luas lapangan pandang, yang dapat
mengakibatkan kebutuhan (Quigly dan Broman, 2008)
Cacat netra adalah seorang yang terhambat mobilitas gerak yang dikarenakan
oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran,
kecelakaan maupun penyakit (Marjuki, 2009).
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil yakni mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja yakni mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam
terhadap proses perkembangan pribadi.
d. Tunanetra pada usia dewasa yakni pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut yakni sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
2. Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision) yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat
mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan
sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar
mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang
bercetak tebal.
C. ETIOLOGI
Dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal seperti faktor keturunan atau genetik dan faktor yang erat
hubungannya selama bayi masih didalam kandungan seperi kurang gizi, terkena
infeksi, aborsi yang gagal , keracunan dan adanya penyakit kronis.
2. Faktor Eksternal adalah faktor ketika lahir maupun faktor setelah lahir.
Misalnya terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan,
kecelakaan, kurang gizi atau vitamin, virus trachoma, panas badan yang terlalu
tinggi, peradangan mata karena penyakit serta virus ataupun bakteri.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada pasien tuna netra biasanya adalah peningkatan tekanan di
dalam bola mata yang akan mengakibatkan kerusakkan pada persarafan mata,
peradangan, infeksi bakteri Chlamydia trachomatis yang dapat mempengaruhi
penglihatan. Gejalan klinis seperti ini dapat menyebabkan kecacatan penglihatan
atau tuna netra bahkan dapat menyebabkan komplikasi pada mata.
E. KOMPLIKASI
1. Katarak
Katarak adalah penyakit di mana lensa mata menjadi keruh hingga membuat
penglihatan menjadi tidak jelas. Katarak kebanyakan disebabkan oleh proses
penuaan, namun terkadang ada pula anak-anak yang terlahir dengan katarak.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit akibat peningkatan tekanan di dalam bola mata,
yang menyebabkan kerusakan saraf mata, dan akan memburuk seiring
berjalannya waktu. Glaukoma cenderung diturunkan dalam keluarga dan
mungkin baru akan muncul ketika seseorang sudah bertambah tua.
3. Keratitis
Kondisi ini merupakan gangguan pada kornea mata akibat peradangan. Keratitis
bisa disebabkan oleh cedera mata, infeksi, atau iritasi pada mata.
4. Trakoma
Trakhoma adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis yang bisa
memengaruhi kemampuan penglihatan. Infeksi ini menyebar melalui cairan dari
mata dan hidung, atau menggunakan barang yang dipakai oleh penderita yang
terinfeksi.
5. Diabetes
Penyakit diabetes melitus juga bisa membuat mata menjadi buta, jika terjadi
komplikasi yang disebut retinopati diabetik. Kadar gula darah yang terlalu
tinggi akan merusak pembuluh darah di lapisan belakang mata, area yang paling
sensitif terhadap rangsang cahaya. Akibatnya, retina tidak bisa menerima
asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan penglihatan. Retinopati
diabetik dengan derajat ringan atau sedang, tidak memerlukan pengobatan
sesegera mungkin. Namun terkadang, dokter bisa menyarankan untuk dilakukan
pengobatan dengan laser atau dengan vitrektomi, yaitu pengangkatan gumpalan
darah atau jaringan parut yang berada di badan bola mata (vitreous).
F. IMPLEMENTASI
Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal
sebagai tes Snellen Card.
lubang diantara kelopak mata bagian atas dan bagian bawah. Bulu mata
pada tepi kelopak mencegah objek dari udara masuk kemata. Intropion
dimana kelopak mata terlipat kedalam sehingga bulu mata menggesek mata
menyebabkan abrasi kornea. Ektropion dimana kelopak mata terbalik
keluar, mencegah penutupan, dan menyebabkan kemerahan dan kongesti
bola mata.
c. Alis mata
Terletak secara transpersal diatas kedua mata sepanjang puncak orbital
superior tulang tengkorak. Rambut pendek dan tebal ini mencegah keringat
masuk kemata. sesuai proses penuaan alis berubah kelabu.
d. Konjugtiva
Suatu yang tipis, transparan dan mensekresi mucus, terbagi dalah dua
bagian : konjungtiva palpebra yang membatasi permukaan interior dari
masing-masing kelopak mata dan tampak merah muda berkilauan hingga
merah dan konjungtiva bulbaris yang membatasi permukaan anterior bola
mata sampai tembus dan tampak jelas. Sesuai dengan proses penuaan,
konjungtivca menipis dan bewarna kakuningan.
e. Apratus Lakrimalis
Terdiri dari kelenjar lakrimalis, duktus dan pungta lakrmalis. Kelnjar
lakrimalis terletak pada bagian superolateral pada orbit dan dipersarafi oleh
saraf kranialis VII ( fasialis ). Kelenjar ini yang melembabkan konjungtiva
dan kornea.
2. Mata internal
a. Sklera
Sklera atau bagian putih mata tersusun atas jaringan-jaringa elastis dan
kolagen yang memberi bentuk dan melindungi struktur-struktur bagian
dalam dari bola mata. Beberapa lansia dapat terjadi bintik-bintik coklat
pada sklera.
b. Lensa
Lensa memisahkan bola mata dalam dua rongga ; ruang anterior dan
posterior. Ruang anterior terlatak didepan iris dan dibelakang kornea.
Ruang posterior diantara iris dan lensa. Glokoma suatu penyakit mata yang
sering kali berhubungan dengan proses penuaan.
c. Iris
Iris adalah piringan bulat dan berpigmen dikelilingi oleh serat otot polos.
Kontraksi serat otot ini mengatur diameter pupil, lubang ditengah iris.
Sesuai dengan proses penuaan pulpil menurun dalam ukuran dan
kemampuannya untuk kontraksi pada respon dan cahaya akomodasi.
d. Retina
Retina adalah lapisan mata paling dalam dimana bayangan diproyeksikan.
Struktur retina tampak dengan optalmokopis meliputi piringan optic atau
saraf utama pada saraf optic. Saraf optic : pembuluh-pembuluh darah retina
yang timbulm dari piringan optic : macula, dimana penglihatan pusat dan
persepsi warna dikonsentrasikan dan latara belakang retina jingga
kemerahan itu sendiri.
3. Otot-otot ekstraokuler
Gerakan-gerakan bola mata dikontrol oleh enam otot ektrinsik : otot rektus
suporior, otot rektus inferior, otot rektus radial, otot rektus median dan otot-
otot oblikus superior serta otot oblikus inferior. Mata bergerak dalam arah
yang sama karena otot pada satu mata bekerja dengan otot yang berhubungan
dengan mata yang lainnya. Otot mata dipersarafi oleh tiga saraf cranial, saraf
inferior dan otot oblique superior dan inferior. Saraf troklear ( SK IV )
mempersarafi otot oblique superior dan otot abdusen ( SK VI ) mempersarafi
otot rektus lateral.
Anatomi Mata
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ketunanetraan dapat dites dengan menggunakan suatu tes yang dikenal sebagai
tes Snellen Card.
4. Riwayat Sosial
Hubungan sosial klien dengan lingkungan dan masyarakat
5. Aktivitas
a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit melihat
b) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakuk
an aktivitas sehari-hari.
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien Tuna
Netra, meliputi :
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan persepsi sensori
(penglihatan)
2. Gangguan body image berhubungan dengan kognitif/persepsi
c. Nursing Intervensi
Daftar Pustaka