Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TUNA NETRA

A. DEFINISI
Tuna Netra adalah seseorang yang memiliki indra penglihatan yang tidak
berfungsi atau terganggu. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang
dimaksud dengan tuna netra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam
penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan.
Gangguan penglihatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam
penglihatan ataupun menurunya luas lapangan pandang, yang dapat
mengakibatkan kebutuhan (Quigly dan Broman, 2008)
Cacat netra adalah seorang yang terhambat mobilitas gerak yang dikarenakan
oleh hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran,
kecelakaan maupun penyakit (Marjuki, 2009).

B. KLASIFIKASI PENYANDANG CACAT PENGLIHATAN


Berdasarkan Klasifikasi International Classification of Functioning for
Disability and Health (ICF) dalam Marjuki (2009), Penyandang Cacat Penglihatan
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Low vision (Kurang Lihat) adalah seseorang yang mengalami kesulitan/
gangguan jika dalam jarak minimal 30 cm dengan penerangan yang cukup
tidak dapat melihat dengan jelas baik bentuk, ukuran, dan warna.
Low Vision dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
a. Mereka yang memiliki persepsi benda-benda yang berukuran besar
sehingga mereka masih membutuhkan sistem Braille
b. Mereka yang memiliki persepsi benda-benda yang berukuran sedang
dimana ada diantaranya yang membutuhkan sistem Braille dan ada juga
yang menggunakan huruf dan tanda visual yang diperbesar.
c. Mereka yang memiliki persepsi benda-benda berukuran kecil dimana
mereka pada umumnya mampu menggunakan huruf dan tanda visual
sebagai media baca dan pengajaran
2. Light Perception (Persepsi Cahaya) yaitu seseorang hanya dapat membedakan
terang dan gelap namun tidak dapat melihat benda didepannya.
3. Totally blind (Buta Total) yaitu seseorang tidak memiliki kemampuan untuk
mengetahui/ membedakan adanya sinar kuat yang ada langsung di depan
matanya atau mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
Total Blind dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
a. Mereka yang sama sekali tidak memiliki persepsi visual
b. Mereka yang hanya memiliki persepsi cahaya
c. Mereka yang memiliki persepsi sumber cahaya. Pada golongan ini mereka
memerlukan sistem Braille sebagai alat bantu.

Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, ada beberapa


klasifikasi tunanetra, seperti di bawah ini:
1. Berdasarkan Waktu Terjadinya Ketunanetraan:
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir yakni mereka yang sama sekali tidak
memiliki pengalaman penglihatan.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil yakni mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja yakni mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam
terhadap proses perkembangan pribadi.
d. Tunanetra pada usia dewasa yakni pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut yakni sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
2. Berdasarkan Kemampuan Daya Penglihatan
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision) yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat
mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan
sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar
mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang
bercetak tebal.

C. ETIOLOGI
Dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal seperti faktor keturunan atau genetik dan faktor yang erat
hubungannya selama bayi masih didalam kandungan seperi kurang gizi, terkena
infeksi, aborsi yang gagal , keracunan dan adanya penyakit kronis.
2. Faktor Eksternal adalah faktor ketika lahir maupun faktor setelah lahir.
Misalnya terkena penyakit syphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan,
kecelakaan, kurang gizi atau vitamin, virus trachoma, panas badan yang terlalu
tinggi, peradangan mata karena penyakit serta virus ataupun bakteri.

Tuna netra umumnya disebabkan oleh penyakit dan malnutrisi. Menurut


perkiraan WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan adalah katarak (47,9%),
glaukoma (12,3%), degenerasi makular akibat usia (8,7%) apositas kornea (5,1%)
dan diabetes retinopati (4,8%).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada pasien tuna netra biasanya adalah peningkatan tekanan di
dalam bola mata yang akan mengakibatkan kerusakkan pada persarafan mata,
peradangan, infeksi bakteri Chlamydia trachomatis yang dapat mempengaruhi
penglihatan. Gejalan klinis seperti ini dapat menyebabkan kecacatan penglihatan
atau tuna netra bahkan dapat menyebabkan komplikasi pada mata.

E. KOMPLIKASI
1. Katarak
Katarak adalah penyakit di mana lensa mata menjadi keruh hingga membuat
penglihatan menjadi tidak jelas. Katarak kebanyakan disebabkan oleh proses
penuaan, namun terkadang ada pula anak-anak yang terlahir dengan katarak.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2. Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit akibat peningkatan tekanan di dalam bola mata,
yang menyebabkan kerusakan saraf mata, dan akan memburuk seiring
berjalannya waktu. Glaukoma cenderung diturunkan dalam keluarga dan
mungkin baru akan muncul ketika seseorang sudah bertambah tua.
3. Keratitis
Kondisi ini merupakan gangguan pada kornea mata akibat peradangan. Keratitis
bisa disebabkan oleh cedera mata, infeksi, atau iritasi pada mata.
4. Trakoma
Trakhoma adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis yang bisa
memengaruhi kemampuan penglihatan. Infeksi ini menyebar melalui cairan dari
mata dan hidung, atau menggunakan barang yang dipakai oleh penderita yang
terinfeksi.
5. Diabetes
Penyakit diabetes melitus juga bisa membuat mata menjadi buta, jika terjadi
komplikasi yang disebut retinopati diabetik. Kadar gula darah yang terlalu
tinggi akan merusak pembuluh darah di lapisan belakang mata, area yang paling
sensitif terhadap rangsang cahaya. Akibatnya, retina tidak bisa menerima
asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk mempertahankan penglihatan. Retinopati
diabetik dengan derajat ringan atau sedang, tidak memerlukan pengobatan
sesegera mungkin. Namun terkadang, dokter bisa menyarankan untuk dilakukan
pengobatan dengan laser atau dengan vitrektomi, yaitu pengangkatan gumpalan
darah atau jaringan parut yang berada di badan bola mata (vitreous).

F. IMPLEMENTASI
Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal
sebagai tes Snellen Card.

Prinsip Strategi tindakkan Pengajaran Tuna Netra:


1. Kongkrit: pengajaran sesuai dengan aslinya atau menampilkan modelnya,
menekankan pada contoh kongkrit bukan verbalistis.
2. Melakukan, dalam mengajar tunanetra harus menekankan pada praktek yaitu
melakukan kegiatan secara langsung, bukan hanya menerangkan secara lisan.
3. Memadukan, karena keterbatasan dalam penglihatan maka dalam menerangkan
pada tunanetra harus utuh dan sistimatis. Sistimatis dan menyeluruh secara
terpadu membuat tunanetra dapat memiliki konsep sesuatu pengetahuan dan
keterampilan secara utuh

G. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Mata adalah organ sensori yang menstranmisikan rangsang memalui saraf
pada otak ke lobus oksipital (bertanggung jawab untuk persepsi visual), dimana
rasa penglihatan ini diterima.
1. mata eksternal
a. Kelopak mata
lipatan-lipatan kulit denga pelekatan otot yang memungkinkannya untuk
bergerak. Kelopak mata melindungi bola mata yang berkedip secara
reflektif dan menggerakan cairan yang melumasi diatas permukaan mata.
b. Fisura palpebra

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

lubang diantara kelopak mata bagian atas dan bagian bawah. Bulu mata
pada tepi kelopak mencegah objek dari udara masuk kemata. Intropion
dimana kelopak mata terlipat kedalam sehingga bulu mata menggesek mata
menyebabkan abrasi kornea. Ektropion dimana kelopak mata terbalik
keluar, mencegah penutupan, dan menyebabkan kemerahan dan kongesti
bola mata.
c. Alis mata
Terletak secara transpersal diatas kedua mata sepanjang puncak orbital
superior tulang tengkorak. Rambut pendek dan tebal ini mencegah keringat
masuk kemata. sesuai proses penuaan alis berubah kelabu.
d. Konjugtiva
Suatu yang tipis, transparan dan mensekresi mucus, terbagi dalah dua
bagian : konjungtiva palpebra yang membatasi permukaan interior dari
masing-masing kelopak mata dan tampak merah muda berkilauan hingga
merah dan konjungtiva bulbaris yang membatasi permukaan anterior bola
mata sampai tembus dan tampak jelas. Sesuai dengan proses penuaan,
konjungtivca menipis dan bewarna kakuningan.
e. Apratus Lakrimalis
Terdiri dari kelenjar lakrimalis, duktus dan pungta lakrmalis. Kelnjar
lakrimalis terletak pada bagian superolateral pada orbit dan dipersarafi oleh
saraf kranialis VII ( fasialis ). Kelenjar ini yang melembabkan konjungtiva
dan kornea.

2. Mata internal
a. Sklera
Sklera atau bagian putih mata tersusun atas jaringan-jaringa elastis dan
kolagen yang memberi bentuk dan melindungi struktur-struktur bagian
dalam dari bola mata. Beberapa lansia dapat terjadi bintik-bintik coklat
pada sklera.
b. Lensa
Lensa memisahkan bola mata dalam dua rongga ; ruang anterior dan
posterior. Ruang anterior terlatak didepan iris dan dibelakang kornea.
Ruang posterior diantara iris dan lensa. Glokoma suatu penyakit mata yang
sering kali berhubungan dengan proses penuaan.
c. Iris
Iris adalah piringan bulat dan berpigmen dikelilingi oleh serat otot polos.
Kontraksi serat otot ini mengatur diameter pupil, lubang ditengah iris.
Sesuai dengan proses penuaan pulpil menurun dalam ukuran dan
kemampuannya untuk kontraksi pada respon dan cahaya akomodasi.
d. Retina
Retina adalah lapisan mata paling dalam dimana bayangan diproyeksikan.
Struktur retina tampak dengan optalmokopis meliputi piringan optic atau
saraf utama pada saraf optic. Saraf optic : pembuluh-pembuluh darah retina
yang timbulm dari piringan optic : macula, dimana penglihatan pusat dan
persepsi warna dikonsentrasikan dan latara belakang retina jingga
kemerahan itu sendiri.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

3. Otot-otot ekstraokuler
Gerakan-gerakan bola mata dikontrol oleh enam otot ektrinsik : otot rektus
suporior, otot rektus inferior, otot rektus radial, otot rektus median dan otot-
otot oblikus superior serta otot oblikus inferior. Mata bergerak dalam arah
yang sama karena otot pada satu mata bekerja dengan otot yang berhubungan
dengan mata yang lainnya. Otot mata dipersarafi oleh tiga saraf cranial, saraf
inferior dan otot oblique superior dan inferior. Saraf troklear ( SK IV )
mempersarafi otot oblique superior dan otot abdusen ( SK VI ) mempersarafi
otot rektus lateral.

Anatomi Mata

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

H. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Gangguan penglihatan dapat diakibatkan dari faktor genetik, pemberian obat-
obatan yang salah dapat menyebabkan kerusakan saraf mata.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ketunanetraan dapat dites dengan menggunakan suatu tes yang dikenal sebagai
tes Snellen Card.

J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


a. Assesment
1. Anamnesa: Nama, usia, jenis kelamin, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
alamat, agama, suku bangsa, pendidikan orang tua, dan lain-lain.

2. Riwayat kesehatan yang lalu:


a) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang tuna netra sebelumnya.
b) Kaji riwayat perjalanan penyakit
c) Kaji riwayat kehamilan dan kelahiran anak

3. Riwayat Masa Lampau


a) Kaji riwayat penyakit waktu kecil anak
b) Kaji riwayat masuk rumah sakit terdahulu
c) Kaji riwayat obat-obatan yang digunakan
d) Kaji riwayat alergi anak
e) Kaji riwayat imunisasi anak

4. Riwayat Sosial
Hubungan sosial klien dengan lingkungan dan masyarakat

5. Aktivitas
a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit melihat
b) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakuk
an aktivitas sehari-hari.

6. Pemeriksaan Fokus Pada Mata

b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama untuk klien Tuna
Netra, meliputi :
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan persepsi sensori
(penglihatan)
2. Gangguan body image berhubungan dengan kognitif/persepsi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

c. Nursing Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI (NIC)


KEPERAWATAN KRETERIA HASIL
(NOC)
Defisit perawatan diri NOC : NIC :
Berhubungan dengan : 0. Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
penurunan atau Daily Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien
kurangnya motivasi, Setelah dilakukan tindakan untuk perawatan diri yang
hambatan keperawatan selama …. mandiri.
lingkungankerusakan Defisit perawatan diri 2. Monitor kebutuhan klien
persepsi/ kognitif, teratas dengan kriteria untuk alat-alat bantu untuk
kecemasan, kelemahan hasil: kebersihan diri,
dan kelelahan. 1. Menyatakan berpakaian, berhias,
kenyamanan toileting dan makan.
DO : terhadap 3. Sediakan bantuan sampai
Ketidakmampuan untuk kemampuan untuk klien mampu secara utuh
mandi, ketidakmampuan melakukan ADLs untuk melakukan self-care.
untuk berpakaian, 2. Dapat melakukan 4. Dorong klien untuk
ketidakmampuan untuk ADLS dengan melakukan aktivitas
makan, ketidakmampuan bantuan sehari-hari yang normal
untuk toileting sesuai kemampuan yang
dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan
secara mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien tidak
mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien
jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Gangguan body image NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit  Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
kronis), kognitif/persepsi Setelah dilakukan tindakan nonverbal respon klien
(nyeri kronis), keperawatan selama …. terhadap tubuhnya
kultural/spiritual, gangguan body image 2. Monitor frekuensi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

penyakit, krisis pasien teratasi dengan mengkritik dirinya


situasional, kriteria hasil: 3. Jelaskan tentang
trauma/injury, 1. Body image positif pengobatan, perawatan,
pengobatan 2. Mampu kemajuan dan prognosis
(pembedahan, mengidentifikasi penyakit
kemoterapi, radiasi) kekuatan personal 4. Dorong klien
DS: 3. Mendiskripsikan secara mengungkapkan
- Depersonalisasi faktual perubahan perasaannya
bagian tubuh fungsi tubuh 5. Identifikasi arti
- Perasaan negatif 4. Mempertahankan pengurangan melalui
tentang tubuh interaksi sosial pemakaian alat bantu
- Secara verbal 6. Fasilitasi kontak dengan
menyatakan individu lain dalam
perubahan gaya kelompok kecil
hidup
DO :
- Perubahan aktual
struktur dan fungsi
tubuh
- Kehilangan bagian
tubuh
- Bagian tubuh tidak
berfungsi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019


PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Daftar Pustaka

Widiastuti,SH (2010). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan


Kelurga Melattih “Salf Care” Anak Tuna Netra. Jakarta. Selemba Medika
Stockslager, Jaime L . 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta :EGC
Sutjiati,T., Somantri (2008). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung. Refika Aditama

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang 2018-2019

Anda mungkin juga menyukai