Perkembangan Embrio
Perkembangan Embrio
Perkembangan Embrio
MAKALAH
Disusun Oleh:
Nafisatuzzamrudah (130342615327)
Halaman
Daftar isi i
Bab I Pendahuluan 1
Bab II Pembahasan
3.1Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar pustaka ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kelainan Perkembangan Embrio Akibat Agen Infeksius
Infeksi virus pada ibu hamil sering tidak menimbulkan gejala yang nyata
atau tidak ada pengaruhnya terhadap ibu sendiri, tetapi mempunyai akibat yang
serius pada janin yang dikandungnya. Infeksi yang dapat menyebabkan kelainan
kongenital terutama yang terjadi pada trimester pertama kehamilan yaitu pada
masa organogenesis. Adanya infeksi tertentu pada periode ini dapat berakibat
abortus ataupun menimbulkan gangguan pertumbuhan organ yang kemudian akan
mengakibatkan kelainan kongenital. Beberapa infeksi yang sering menyebabkan
kelainan kongenital antara lain adalah TORCH yang terdiri dari Toksoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus. Disamping itu bakteri dan virus
lain seperti: Sifilis, variola, varicela, polio, hepatitis, influensa juga dapat
menyebabkan kelainan kongenital, kelainan pertumbuhan ataupun keguguran
(Bianchi, 2008).
Infeksi TORCH disamping menimbulkan kelainan pada susunan saraf
pusat juga pada hepar, lien, kelenjar limfe, paru-paru, jantung, darah, saluran
pencernaan, mata, kulit dan lain-lain. Untuk menghindari terjadinya kelainan pada
janin, maka deteksi adanya infeksi pada ibu hamil sangat penting. Tidak semua
infeksi pada ibu hamil dapat melalui barier plasenta. Ada kuman bentuk virus atau
parasit yang dapat menembus barier plasenta, tetapi ada yang reaksi imunuloginya
berpengaruh terhadap janin (Christianson, 2006).
Infeksi yang terjadi pada trimester pertama sering kali menyebabkan
abortus atau kelainan kongenital yang berat, sedangkan infeksi pada kehamilan
trimester dua dan tiga sering menyebabkan kelahiran prematur dan bila terjadi
kelainan biasanya menyangkut fungsi organ (Bianchi, 2008).
2.2.2 Hipertermia
Aminoprotein
Senyawa aminopterin tergolong senyawa antimetabolit, yang merupakan
suatu antagonis asam folat, dan telah digunakan sebagai obat antineoplastik. Cacat
yang ditimbulkan oleh aminopterin adalah anensefali, meningokel, hidrosefalus,
dan bibir sumbing serta palatoskisis. Hal ini dikarenakan banyak agen
antineoplastik menghambat mitosis, tidaklah mengherankan kalau obat ini
meupakan teratogen terkuat (Sadler,1997).
Aminopterin sindrom
Diphenylhydantion (phenytoin)
Diphenylhydantion (phenytoin) merupakan obat anti kejang yang
dikonsumsi oleh wanita penderita epilepsy. Pada sebuah penelitian retrospektif
427 kehamilan pada 186 penderita epilepsy frekuensi malformasi mayor seperti
cacat jantung, celah pada wajah, dan mikrosefali adalah dua kali lebih tinggi dari
yang diperkirakan. (Sadler,1997).
Obat ini digunakan sangat luas sebagai obat anti epilepsi pada kehamilan
danmempunyai efek teratogenik. Terdapat kejadian sedikit yang menyebabkan
malformasi mayor pada manusia. Sampai sekarang sebagian besar pasien-pasien
diobati dengan beberapa obat anti epilepsi,sehingga sulit untuk mengevaluasi efek
obat secara individual. Angka malformasi total pada 305 anak yang dilahirkan
oleh ibu tanpa epilepsi adalah 6,4 % (laidlaw, 1988; Yerby,1991; Johnston, 1992).
Penggunaan fenitoin dapat mengakibatkan terjadinya sindrom hidantoin
fetus. Sindrom ini pertama kali diperkenalkan oleh Hanson dan Smith (1975)
untuk menggambarkan pola abnormalitas yang diamati pada neonatus, dimana ibu
epilepsi yang hamil diberikan obat fenitoin, biasanya dikombinasi dengan
fenobarbital. Sindrom ini terdiri dari abnormalitas kraniofasial,kelainan anggota
gerak, defisiensi pertumbuhan, retardasi mental baik ringan atau sedang (Gilroy,
1992). Studi prospektif dari 35 bayi pada prenatal diberi obat golongan hidantoin,
Hansons dan kawan-kawan (1976) menemukan 11% mempunyai gambaran
sebagai sindroma ini (laidlaw, 1988’ Yerbi, 1991). Dosis fenitoin antara 150-600
mg/hari.
abnormalitas kraniofasial
Valproic acid
Asam valproat menimbulkan cacat tuba neuralis jantung, cacat kraniofasial, dan
tungkai (Sadler,1997).
Trimethadione
Trimethadione yang digunakan dalam pengobatan serangan petit mal dapat
menimbulkan suatu pola kelainan yang khas, antara lain cacat telinga,
palatoskisis, cacat jantung, cacat urogenital, serta sistem tulang, yang keseluruhan
disebut sebagai “Sindrom Trimethadione”. Seperti halnya difenilhidantion ,
perkembangan fisik dan jiwa yang lambat juga merupakan komponen dari
sindrom ini (Sadler,1997).
Trimethadione Dapat mengakibatkan kelainan pada janin yang spesifik
disebut sindrom trimetadion fetus. German dan kawan-kawan (1970) melaporkan
bahwa dalam satu keluarga terdapat 4 bayi yang mengalami malformasi dilahirkan
dari ibu yang menderita epilepsi dengan menggunakan obat ini; studi lanjutan
mengkonfirmasi terhadap resiko tinggi pada sindrom ini, yang mana dapat
menyebabkan perkembangan yang lambat, anomali kraniofasial dan kelainan
jantung bawaan (Laidlaw, 1988; Gilroy, 1992; Johnston, 1992)
Sindrom Trimethadione
Lithium
Lithium merupakan obat antipsikosis dan antiansietas (yaitu obat penenang mayor
dan minor) yang dapat meyebabkan terjadinya cacat kongenital. Dalam penelitian
lebih lanjut lithium dapat menyebabkan terjadinya malformasi jantung pada janin
(Sadler,1997).
Warfarin
Warfarin merupan antikoagulan yang bersifat teratogenik. Warfarin dapat
menyebabkan hiploplasia kartilago hidung, kondrodisplasia, cacat sistem saraf
pusat, termasuk keterbelakangan jiwa, dan atrofi saraf optik (Sadler,1997).
Warfarin sindrom
ACE inhibitor
Agen agen antihipertensi yang menghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE inhibitor) dapat menimbulkan keterlambatan pertumbuhan, disfungsi ginjal,
kematian janin, dan oligohidramnion (Sadler,1997).
Kokain
Kokain telah dilaporkan menyebabkan abortus spontan, keterlambatan
pertumbuhan, mikrosefali, masalah – masalah tingkah laku neuro, cacat
urogenital, dan gastroskisis. Kelainan yang ditimbulkan dari kokain ini mungkin
disebabkan oleh kerjanya sebagai vasokonstriktor yang menyebabkan hipoksia
(Sadler,1997).
Isotretinoin (vitamin A)
Isotretionin (asam 13-cis-retinoat), suatu analog vitamin A, telah
dibuktikan menyebabkan suatu pola malformasi yang khas yang dikenal sebagai
embriopati isotretinoin atau vitamin A. obat ini diresepkan untuk mengobati
aknekistik atau dermatosis kronik lainnya, tetapi sangat tertogenik. Ciri – ciri
embriopati yang timbul antara lain perkembangan telinga kecil dan abnormal,
jembatan hidung datar, hipoplasia mandibula, celah langit-langit, hidrosefali, cacat
tuba neuralis, dan cacat jantung yang mengenai daerah konotrunkus (Sadler,1997).
Mekuri
Elemen merkuri (Hg) berwarna kelabu-perak, sebagai cairan pada suhu kamar
dan mudah menguap bila dipanaskan. Hg2+ (senyawa anorganik) dapat mengikat
karbon, membentuk senyawa organomerkuri. Metil Merkuri (MeHg) merupakan
bentuk penting yang menimbulkan keracunan pada manusia. Merkuri termasuk
bahan teratogenik. MeHg didistribusikan keseluruh jaringan terutama di darah dan
otak. MeHg terutama terkonsentrasi dalam darah dan otak, 90 % ditemukan dalam
darah merah. Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan saraf pusat (SSP) dan
ginjal, dimana merkuri terakumulasi yang dapat menyebabkan kerusakan SSP dan
ginjal antara lain tremor (gerakan fluktuatif gemetar pada tubuh) dan kehilangan
daya ingat. MeHg mempunyai efek pada kerusakan janin dan terhadap
pertumbuhan bayi. Kadar MeHg dalam darah bayi baru lahir dibandingkan
dengan darah ibu mempunyai kaitan signifikan. Bayi yang dilahirkan dari ibu
yang terkena racun MeHg dapat menderita kerusakan otak dengan akibat
3. Buta.
4. Mikrocephali (campak).
5. Cerebral palsy.
Alkohol
Syndrom Alkohol
Bayi yang lahir dari wanita peminum alkohol, berisiko memiliki berat
badan yang lebih rendah dari bayi rata-rata yang ibunya bukan peminum. Selain
itu, bayi yang lahir dari ibu alkoholik, biasanya akan keguguran atau tidak bisa
bertahan hidup lama. Pusat Penelitian Gizi Manusia, RCHN (Research Center for
Human Nutrition) di Paris, Perancis menemukan konsumsi minuman beralkohol
saat mengandung, dapat mengakibatkan anak berisiko tinggi terkena penyakit
leukemia myeloid akut atau Acute Myeloid Leukemia (AML). Bahkan, RCHN
menegaskan bahwa risiko terkena AML lebih tinggi saat anak berumur 4 tahun.
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis studi kontrol pada 21 kasus di Perancis.
Sementara direktur peneliti dari University of Minnesota, Ross, menyebutkan,
sekitar 700 kasus AML menimpa generasi muda Amerika Serikat setiap tahunnya
padahal sebelumnya kasus ini sangat langka. Oleh sebab itu, Ross meminta orang
tua berhenti mengkonsumsi alkohol. Bahkan Ross merekomendasikan, agar
bahaya mengkonsumsi alkohol saat kehamilan ini perlu dibuatkan undang-
undang. Saat ini, direktur RCHN Amerika Latin, Martel mengatakan, meskipun
saran untuk tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, namun tingkat konsumsi
wanita hamil masih cukup tinggi dibeberapa negara seperti Amerika Serikat
sebesar 12 persen, Swedia 30 persen, Perancis 52 persen, ‘Australia 59 persen
serta Rusia sebanyak 60 persen.
Thalydomide
Phocomelia
- Phocomelia
Phocomelia adalah cacat ekstrem yang paling sering dikaitkan dengan
thalidomide. Kata phocomelia berasal dari kata Yunani phoke yang berarti "segel"
dan melos yang berarti "tungkai", di mana tangan dan / atau kaki segera dimulai
pada sendi utama (bahu / pinggul). Cacat yang disebabkan thalidomide hampir
bilateral / simetris. Itu berarti kedua sisi tubuh mengalami dampak yang sama
(cacat kedua lengan, cacat kedua kaki, atau cacat keempatnya). mengalami
dampak yang sama (cacat kedua lengan, cacat kedua kaki, atau cacat
keempatnya).
Pada embrio laki laki akan menyebabkan malformasi dari testis dan
abnormal sperma. Akan tetapi berbeda dengan wanita, laki laki memiliki resiko
yang lebih kecil untuk terjadi peningkatan dari carsinomonas dari sistem genitalia.
Penggunaan obat kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dan progestogen
memiliki resiko kecil sebagai teratogen yang menyebabkan kelainan
perkembangan (Connor, 1997)..
MATERNAL DISEASE
Diabetes.
Phenylketonuria.
PKU disebabkan oleh mutasi pada gen pada kromosom 12. Kode gen
untuk protein yang disebut PAH (fenilalanin hidroksilase), enzim dalam hati.
Enzim ini memecah asam amino fenilalanin menjadi produk lain yang dibutuhkan
tubuh. Ketika gen ini bermutasi, bentuk perubahan enzim PAH dan tidak mampu
untuk benar memecah fenilalanin. Phenylalanine menjadi lebih berkembang di
darah dan sel-sel saraf racun (neuron) di otak. PKU adalah gangguan resesif
autosomal, yang berarti bahwa penderita perlu mewarisi mutasi di kedua salinan
gen untuk mengembangkan gejala gangguan tersebut. Jika kedua orang tua
membawa satu salinan gen yang rusak, masing-masing anak-anak mereka
memiliki kesempatan 25 persen dari yang lahir dengan penyakit ini.
NUTRITIONAL DIFERENSIASI
Obesitas.
Obesitas merupakan sebuah kondisi kronis di mana terjadinya
penumpukan lemak di dalam tubuh sehingga melebihi batas yang baik untuk
kesehatan. Pengukuran berat badan serta kaitannya dengan kesehatan ini bisa
diukur melalui penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Hipoksia.
Hipoksia disebabkan oleh faktor ketinggian dan kadar serta suplai oksigen
yang rendah. Penderita hipoksia umumnya di temui pada orang yang tinggal di
atas ketinggian 1000 Meter di atas permukaan air laut. Hal tersebut di karenakan
semakin tinggi tempat maka semakin sedikit kandungan oksigen dalam udara
sehingga suplai oksigen terhadap janin kurang terpenuhi yang menyebabkan
penyakit hipoksia.
Logam Berat.
Pada tahun 1953 beberapa ekor kucing yang memakan ikan dari teluk
Minamata mengalami kejang, menari-nari, dan mengeluarkan air liur beberapa
saat kemudian kucing ini mati.
Tahun 1956 adanya laporan kasus gadis berusia 5 tahun yang menderita gejala
kerusakan otak, gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan sehingga tidak
dapat berjalan.Menyusul kemudian adalah adik dan empat orang tetangganya,
penyakit ini kemudian oleh Dr Hosokawa disebut sebagai Minamata desease.
Pada tahun 1958 terdapat bukti bahwa penyakit Minamata disebabkan oleh
keracunan Methyl-Hg, hal ini ditunjukkan dengan kucing yang mengalami kejang
dan disusul kematian setelah diberi makan Methyl-Hg. Pada tahun 1960 bukti
menyebutkan bahwa PT Chisso memiliki andil besar dalam tragedi Minamata,
karena ditemukan Methyl-Hg dari ekstrak kerang dari teluk Minamata, sedimen
habitat kerang tersebut mengandung 10-100 ppm Methyl-Hg, sedang di dasar
kanal pembuangan pabrik Chisso mencapai 2000 ppm. pada tahun 1968
pemerintah secara resmi mengakui bahwa pencemaran dari pabrik Chisso sebagai
sumber penyakit Minamata (Indarsanto, 2006).
H
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Agen infeksius yang dapat menyebabkan kelainan perkembangan
diantaranya adalah virus rubella, Toxoplasma, Virus Varicella, Virus herpes
simpleks, HIV, sifilis dan sitomegalo virus.
2. Agen fisik yang dapat menyebabkan kelainan perkembangan antara lain
suhu dan radiasi sinar-X.
3. Faktor mekanik yang dapat menyebabkan jeratan pita amnion yang dapat
menimbulkan deformitas hingga amputasi organ (sindroma pita amnion) dan
talipus.
4. Agen kimia yang dapat menyebabkan kelainan perkembangan diantaranya
Alkohol, Thalydomide, Apinopterin, Litium, Warfarin dan lain-lain
5. Faktor hormon dan lain-lain yang dapat menyebabkan kelainan
perkembangan diantaranya pengaturan hormon insulin, obesitas, PKU,
hipoksia dan logam berat.
3.2 Saran
- Lebih banyak menambah studi kasus dari artikel internasional mengenai
penyakit-penyakit akibat kelainan perkembangan.
- Menemukan solusi yang tepat dalam menanggulangi faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kelainan perkembangan
DAFTAR PUSTAKA
Bianchi DW. 2008. Genetic issues presenting in the nursery. Dalam: Cloherty JP,
Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Christianson A, Howson CP, Modell B. 2006. March of Dimes: Global Report on
Birth Defects. New York: White Plains
Connor JM, Smith MAF. 1997. Essential medical genetics. Edisi ke-5. London:
Blackwell scientific Publication.
Gilroy J. 1992. Basic neurology. 2nd ed. Singapore : Mc Graw Hill Book
Indrasanto E, Effendi SH. 2006. Pendekatan Diagnosis Kelainan Bawaan
Menurut Klasifikasi. Jakarta: UPY Corps.
Johnston MV., MacDonal RL., Young AB. 1992. Principles of drug therapy in
neurology. Philadelphia : FA Davis, p. 102-104
Jones KL. 2006. Smith’s Recognizable Pattern of Human Malformation. Edisi ke-
6. Philadelphia: WB Saunders Co.
Laidlaw J., Riches A., Oxley J. 1988. A textbook of epilepsi. 3th ed. New York :
Churchill Livingstone, p. 203-211; 544-557
Moore, K.L. 1989. Before We are Born. Philadelphia: W.B. Saunders.
Schardein, J. 1985. Chemically Induced Birth Deffect. New York: Marcell Deccer
Yerby MS. 1991. Pregnancy and teratogenesis in woman and epilepsy. JohnWiley
& Sons, p. 163-181.