Kajian Silika Karbon untuk Pengganti Grafit pada Anoda Baterai Lithium-ion Berbahan
Baku Ampas Tebu dengan Proses Acidifikasi
BAB I
PENDAHULUAN
Tanaman tebu (saccharum officinarum) digunakan sebagai sumber utama gula terus
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, gaya hidup dan industri
pangan. Selain itu, ampas tebu sebagai hasil samping dari pengelolahan tebu menjadi gula
juga meningkat. Ampas tebu di industri gula masih belum termanfaatkan secara optimal,
masih banyak ampas tebu yang melimpah setiap kali produksi. Hal ini memungkinkan untuk
limbah tebu dapat diolah menjadi hal – hal yang berguna seperti menjadikannya silika.
Ampas tebu biasa digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan kertas. Akan tetapi
masih banyak juga yang melakukan pembakaran secara langsung sehingga menimbulkan polusi
bagi udara. Padahal menurut hasil penelitian ampas tebu mengandung silika sekitar 55,5% -
70%. (Sjamsiah dkk, 2017). Menurut Wahyudi dkk, 2015 diketahui ampas tebu apabila dibakar
pada suhu 600 °C mengandung unsur silika (SiO2), aluminat (Al2O3), ferrit (Fe2O3) sebesar 7
7,33%. Menurut Muljani dkk, 2017 pengendapan natrium silika dengan penambahan gas CO2
akan menghasilkan natrium karbonat yang berfungsi sebagai pengisi pori – pori pada silika
Baterai adalah suatu sel elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik.
Listrik yang dihasilkan oleh sebuah baterai muncul akibat adanya perbedaan potensial energi
listrik dari kedua buah elektrodanya (katoda dan anoda). Perbedaan potensial ini dikenal dengan
potensial sel atau (ggl). Baterai yang kita gunakan sekarang mempunyai perbedaan yang besar
dengan baterai generasi awal. Dari segi konstruksi, baterai generasi awal mempunyai ukuran
yang besar dan mempunyai komponen komponen yang rawan akan kerusakan. Baterai sekarang
mempunyai ukuran yang kecil dan sebagian komponennya padat, sehingga lebih aman. Dari segi
kapasitas energi, baterai sekarang mempunyai rasio energi terhadap massa yang jauh lebih besar
dibandingkan baterai generasi awal.
Poizot, dkk telah melakukan penelitian tentang interkalasi lithium yang dapat terjadi pada
logam transisi, sehingga logam transisi berpotensi juga untuk dikembangkan sebagai anoda.
Oksida logam transisi seperti NiO, MnO2, TiO2, MoO3, SnO2 mulai banyak digunakan sebagai
pengganti karena logam-logam transisi tersebut dalam bentuk konduktor atau semikonduktor
menunjukkan sifat-sifat redox aktif (Lee, et.al, 2010). Telah dilakukan beberapa penelitian
mengenai sintesis MnO2. MnO2 diakui sebagai material yang sangat menarik karena memiliki
berbagai struktur kristal dan kaya Mn valensi (M. Abdel dkk,2015)
Silika (Si) adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman, terutama padi
dan tanaman lain yang bersifat akumulator Si. Namun, peran Si sebagai unsur hara yang
dibutuhkan tanaman belum dapat perhatian. Meskipun bukan termasuk unsur hara
esensial, Si dikenal sebagai unsur hara yang bermanfaat, terutama untuk tanaman padi
dan tebu. Unsur Si dapat mendukung pertumbuhan yang sehat dan menghindarkan
tanaman dari serangan penyakit dan cekaman suhu, radiasi matahari, serta defisiensi dan
keracunan unsur hara. Silika dapat diperoleh dari abu sekam padi, abu bagasse, dan
Geothermal Sludge.
Silika (Si) telah dianggap sebagai salah satu bahan anoda paling menjanjikan
untuk baterai lithium-ion generasi berikutnya (LIB) dengan kepadatan energi yang
tinggi, karena kapasitas teoretisnya yang tinggi, ketersediaannya yang melimpah, dan
ramah lingkungan. Namun, bahan silikon dengan konduktivitas listrik dan ion intrinsik
yang rendah menderita variasi volume yang sangat besar selama proses lithiation /
delithiation yang mengarah pada penghancuran Si dan selanjutnya mengakibatkan
memudarnya kapasitas elektroda yang parah. Sintesis Si dengan karbon (C)
mewujudkan kombinasi yang menguntungkan dari dua sifat material, seperti kapasitas
volume tinggi Si dan sifat mekanik dan konduktif yang sangat baik dari C, membuat
komposit ideal silikon / karbon komposit (Si / C) untuk anoda LIBs
2. Untuk mengkaji silika karbon dari sumber karbon mana yang baik untuk penganti karbon
black pada batrai
3. Untuk mengetahui perbedaan komposisi carbon yang terdapat pada silika karbon dengan
mengunakan sumber carbon yang berbeda
1. Untuk mencari alternatif lain dalam produksi carbon black dengan manfaatkan ampas
tebu
2. Dapat mengetahui komposisi dalam silika karbon sehingga silika karbon dapat
mengantikan karbon black pada baterai
3. Untuk mengolah limbah bittern dan limbah ampas tebu menjadi baterai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Secara Umum
II.1.1 Baterai
Baterai adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung proses elektrokimia
yang reversibel (dapat berbalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan
proses elektrokimia reversibel adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan
kimia menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi
tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda yang dipakai,
yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah yang berlawanan di dalam sel. Jenis sel baterai
ini disebut juga Storage Battery, adalah suatu baterai yang dapat digunakan berulang kali pada
keadaan sumber listrik arus bolak-balik (AC). Tiap sel baterai ini terdiri dari dua macam
elektroda yang berlainan, yaitu elektroda positif dan elektroda negatif yang dicelupkan dalam
suatu larutan kimia. (Martin dkk, 2004)
Kadar Ampas Tebu (%) Senyawa Kadar Ampas Tebu (%) Tabel II.1
menghilangkan senyawa fenolik, piridin, pewarna, dan ion logam berat. Sedangkan Bagasse
Bottom Ash (BBA) dapat dimanfaatkan silikanya untuk pupuk silika. (Affandi, 2009)
Unsur Kadar Abu Ampas Tebu (%) Senyawa Kadar Abu Ampas Tebu (%)
Si 57,3 SiO2 75,4
K 21,1 K2O 11,7
Ca 9,9 CaO 5,71
Fe 7,23 Fe2O3 3,94
Pembakaran ampas tebu menghasilkan abu ampas tebu. Abu ampas tebu mengandung
material sampah padat yang kaya dengan silika kristalin. Abu ampas tebu mengandung kadar
silika cukup tinggi yaitu sekitar 50-70%. Kandungan silika abu ampas tebu tidak mempunyai
nilai yang pasti,berbeda-beda berdasarkan jenis tanah area tebu tersebut ditanam.
Selain kadar silika, abu ampas tebu juga mengandung aluminium, besi, logam alkali, dan
alkali tanah dalam jumlah yang kecil (Fatimah, 2017).
Tabel II.2 Komposisi unsur kimia dan senyawa kimia abu ampas tebu dan kadarnya
(Maulana, 2016)
II.1.5 Bittern
Bittern adalah larutan jenuh sisa hasil kristalisasi pembuatan garam, baik yang dilakukan
dengan penguapan sinar matahri ataupun dengan bantuan kristalisator. Bittern banyak
mengandung senyawa kalium klorida magnesium klorida dan natrium klorida sisa.komposisi ini
mirip dengan batuan carnallite yang tersusun dari gabungan garam KCl,MgCl2.6H2O. Dengan
memperhatikan komposisinya bittern berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan grafit
pada anoda baterai lithium-ion.
(Sani, 2010)
II.1.6 Silika
Silikat merupakan mineral terbanyak di kerak bumi yang tersusun atas silika dan oksigen.
Mineral silikat terbagi menjadi dua jenis yaitu kristalin dan nonkristalin (amorf). Mineral silikat
(SiO2) yang kristalin meliputi kuarsa, tridimit dan kristobalit, sedangkan yang nonkristalin atau
amorf adalah opalin silika yang terbentuk secara biologis dari proses silifikasi dari rerumputan
dan bagian pohon deciduous seperti abu sekam padi, abu bagasse dan lain-lain. Meskipun
demikian, karena mineral-mineral silikat seperti kuarsa merupakan mineral yang paling tahan
pelapukan dibanding mineral nonkristalin, karena posisi Si yang menyusun lempeng dalam
struktur liat tersebut, maka ketersediannya di dalam tanah juga selaras dengan kelambanannya
mengalami pelapukan, sehingga umumnya rendah. (Hanafiah, 2014)
Menurut Shelke, dkk (2010), menyebutkan bahwa silika dapat diperoleh dari sekam padi.
Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa silika yang didapat dari abu sekam padi
merupakan mesoporous silika yang mempunya ukuran kurang lebih 5 mikrometer, berdiameter
kurang lebih 20 nanometer, dan memilika luas penampang yang besar. Silika pada abu sekam
padi merupakan silika nonkristalin dan sebagian besar memiliki struktur mikroporous. Silika
mempunyai beberapa kegunaan pada dunia industri, diantara lain bahan katalis, campuran pada
industri tinta dan karet, bahan pengeras beton, serta komponen detergen dan sabun.
Silika adalah hasil polimerisasi asam silikat, tergantung pada asal kejadiannya, silika
dapat berstruktur kristalin ataupun amorph. Silika gel sebagai senyawa silika yang berstruktur
amorph mengandung gugus silanol ( ≡Si-OH ) dan siloksan (≡Si-O-Si≡ ). Adanya gugus – gugus
ini akan memungkinkan terjadinya modifikasi, sehingga dapat diperoleh berbagai macam
senyawa siliika. Silika tersebut dapat dimodifikasi menjadi silika gel dengan proses perubahan
situs aktif pada permukaaannya. Modifikasi silika akan mengasilkan senyawa yang mempunyai
karakteristik dan manfaat yang berbeda-beda. (Sulastri, 2010)
Silika di alam terdapat dalam dua bentuk, yaitu kristalin dan non-kristalin (amorf). Kuarsa
merupakan bentuk silika kristalin yang paling umum dan berlimpah dalam sebagian besar jenis
batuan, khususnya granit, batu pasir, kuarsit, dan di dakam pasir. Kristobalit dan trimidit
ditemukan dalam batuan volkan. Sementara itu silika non-kristalin (amorf) ditemukan di alam
sebagai biogenik silika dan silika gelas yang berasal dari abu volkan. (Hurlbut, 2002)
Shelke, dkk, (2010) menyebutkan bahwa silika dapat diperoleh dari ampas tebu. Dari
hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa silika yang terdapat pada arang sekam
merupakan mesoporous silika (berdiameter 2-50 nm), memiliki luas permukaan yang besar dan
ukuran partikel yang kecil. Silika pada ampas tebu merupakan silika non kristalin dan sebagian
besar memiliki struktur microporous. Silika memiliki berbagai kegunaan, seperti untuk bahan
katalis, campuran pada tinta, bahan pengeras beton, komponen deterjen dan sabun, serta sebagai
unsur pengeras pada pembuatan batu bata.
Menurut Xiaohui se, dkk silika sudah dianggap sebagai salah satu bahan anoda yg
menjanjikan untuk baterai ion litium di masa depan dengan kepadatan energy yang tinggi hal ini
dikarenakan kapasitas teoritisnya yang tinggi, ketersediaan yang melimpah dan ramah
lingkungan. Namun, bahan silica yang memiliki konduktivas yang rendah dapat pengancuran Si
dan dapat mengakibatkan memudarkan kapasitas elektroda yang parah. penggabungan Si dan
karbon merupakan suatu kesatuan yang menguntungkan seperti kapasitas litiasi yang tinggi dari
Si dan sifat mekanik serta konduktif yang sangat baik dari karbon, seinggan dapat membuat
komposit silica idelan untuk LIBs.
Sifat Fisika Silika
Nama IUPAC : Silikon dioksida
Nama lain : Kuarsa, Silika, Silikat oksida, Silikon (IV) oksida
Rumus molekul : SiO2
Massa molar : 60,08 g mol-1
Penampilan : Kristal Transparan
Kepadatan : 2,648 g cm-3·
Titik lebur : 1600-1725 ° C
Titik didih : 2230 ° C
Sifat Kimia Silika
Mineral silika mempunyai berbagai sifat kimia antara lain sebagai berikut :
a. Reaksi Asam
Silika relatif tidak reaktif terhadap asam kecuali terhadap asam hidrofluorida
dan asam phospat.
SiO2(s) + 4HF(aq) SiF4(aq) + 2H2O(l)
Dalam asam berlebih reaksinya adalah:
SiO2+ 6HF.H2[SiF6](aq) + 2H2O(l)
b. Reaksi basa
Silika dapat bereaksi dengan basa, terutama dengan basa kuat, seperti dengan
hidroksida alkali.
Sifat Kimia :
Silika presipitat memilik dua gugus fungsi yang berbeda pada permukaanya, yaitu gugus
(Si-OH) dan gugus siloxane (Si-O-Si). Kedua gugus fungsi ini mempengaruhi properti pada
permukaan sekaligus aplikasi dari silika presipitasi itu sendiri. Suatu permukaan dengan 5-6
gugus silanol per nm2, menghasilkan silika presipirasi yang hidrofilik. Sedangkan gugus
siloksan bersifat inert secara kimiawi dan kereaktifannya menghasilkan silika presipitasi dengan
permukaan yang beragam. Sehingga reaksinya dengan organosilanes atau silikon membuatnya
bersifat hidrofobik. Kandungan–kandungan dalam silika presipitasi dapat dianalisa dengan
berbagai metode. Kandungan silika dapat diketahui secara gravimetri menggunakan hydrofluoric
acid, analisa zat pengotor berupa logam dapat dilakukan dengan AAS, sedangkan kandungan
sulfat dapat diperoleh dengan titrasi potensiometri (Melinda, 2015).
II.2 LandasanTeori
II.2.1 Ekstraksi Padat Cair
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dimana komponen mengalami perpindahan
massa dari suatu padatan ke cairan atau dari cairan ke cairan lain yang bertindak sebagai pelarut.
Berbagai penelitian tentang ekstraksi padat-cair telah banyak dilakukan. Ekstraksi padat-
cair, yang sering disebut leaching, adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut dari suatu
campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) menggunakan pelarut cair. Operasi
ini sering dijumpai di dalam industri metalurgi dan farmasi, misalnya pada pemisahan biji emas,
tembaga dari biji-bijian logam, produk-produk farmasi dari akar atau daun tumbuhan tertentu.
(Santosa, 2014)
II.2.3 Reaksi
Ekstraksi Silika
SiO2(s)+ 2NaOH(aq) Na2SiO3(aq)+ H2O(l)
Penambahan bittern dengan carbon dari dextrose
Na2SiO3(aq)+ C6H12O6 + MgCl2 MgSiO3 + 6C + 2NaCl +6H2O
Penambahan bittern dengan carbon dari Na-Humat
II.2 Hipotesa
Silika Karbon dapat dibuat dari Abu Sekam Tebu dengan mengekstraksikan silika dengan
menggunakan NaOH. Silika yang dihasilkan memiliki pH basa (>7). Untuk menurunkan pH
dengan cara menambahkan larutan bittern. Dari hasil yang diperoleh magnesium silika karbon
yang akan digunakan sebagai pengganti grafit untuk anoda pada baterai lithium ion.
BAB III
RENCANA PENELITIAN
3. Ph = 7
III.3 Peubah yang Dijalankan
1. Sumber Karbon
- Tanah Gambut
- Dextrosa
III.4 Rangkaian Alat
a. Rangkaian Alat Ekstraksi
Keterangan:
1. Motor Pengaduk
2. Statif
3. Termometer
4. Beaker Glass
5. Kompor Listrik
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi
8. Keringkan silica endapan menggunakan oven dengan suhu 100oC selama 1 jam
9. Karbonasi dengan suhu 500oC selama 4 jam hingga menjadi komposit silica karbon
10. Analisa hasil silica presipitat
Saring endapan
filtrat
Filtrat + Filtrat +
sukrosa + gambut +
bittern bittern
Diamkan sampai
terjadi endapan
saring filtrat
endapan
Pengeringan silica
presipitat dengan oven
suhu 100oC selama 1
jam
Karbonasi selama 4
jam dengan suhu
500oC
Analisa hasil
elemen padasampel yang dianalisis. Adapun tujuan SEM-EDX dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui kegradulaan struktur mikro dan komposisi unsur dalam serbuk suatu bahan.
Cara kerja SEM yaitu sebuah elektron diemisikan dari katoda tungsten dan diarahkan kesuatu
anoda. Tungsten digunakan karena mempunyai titik lebur yang paling tinggi dan tekanan uap
paling rendah dari semua jenis logam, sehingga dapat dipanaskan untuk keperluan pemancaran
elektron. Berkas elektron yang memiliki beberapa ratus eV dipusatkan oleh satu atau dua lensa
kondeser kedalam suatu berkas cahaya dengan spot 1 nm sampai 5 nm. Berkas cahaya
dipancarkan melalui sepasang coil scan pada lensa obyektif yang dapat membelokkan berkas
cahaya secara horizontal dan vertikal sehingga membentuk daerah permukaan sampel persegi
empat.
muatan dinyatakan dalam satuan mAh/gram. Tes charge-discharge dilakukan dengan kepadatan
arus konstan. Kapasitas (Q) dapat dihitung berdasarkan waktu charge-discharge menggunakan
rumus Q = I x t, dimana I adalah kerapatan arus dan t adalah waktu.
dengan larutan elektrolitnya. Elektroda pada sel elektrokimia terdiri dari elektroda kerja,
elektroda pembanding dan elektroda bantu, seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.8.
Elektroda kerja adalah tempat terjadinya reaksi elektrokimia yang diamati seperti arus yang
dihasilkan. Elektroda kerja yang umumnya berasal dari logam, bahan semikonduktor dan karbon.
Fungsi elektroda pembanding adalah sebagai pembanding beda potensial pada elektroda dalam
sel elektrokimia, biasanya menggunakan SCE calomel. Elektroda bantu merupakan elektroda
yang berperan sebagai tempat berkumpulnya elektron sehingga arus dapat dilewatkan melalui sel
tetapi tidak mempengaruhi reaksi pada elektroda kerja (elektroda bantu harus bersifat inert).
Gambar 7.3 Alat cyclic voltammetry AutoLab PGSTAT tipe 302N Metrohm
(Aditya ,2016)
DAFTAR PUSTAKA
Melinda, Uci. 2015. “Pembuatan Silika Gel Dari Campuran Abu Cangkang Kelapa
Sawit Dan Serabut Kelapa Sawit Dengan Pengaruh Komposisi Bahan Baku”.
Politeknik Negeri Sriwijaya, Laporan Akhir
Mittal, Davinder. 1997. “Silica from Ash: A Valuable Product from Waste
Material”.Resonance. Vol. 2(7), hal. 64-66.
Muljani, Srie, dkk. 2016. “ Potassium Silicate Foliar Fertilizer Grade from Geothermal
Sludge and Phyrophylite”. BISSTECH 2015, MATEC WEB of Conferences
58,01021 (2016)
Munasir, M, dkk. 2012. “ Uji XRD dan XRF pada Bahan Mineral (Batuan dan Pasir)
Sebagai Sumber Material Cerdas (CaCO3 dan SiO2)”. Jurnal Penelitian Fisika
dan Aplikasinya, Vol 1 No 1, Juni 2012
Mupa, M, dkk. 2015. “Extraction Of Silica Gel From Sorghum Bicolour (L.) Moench
Bagasse Ash”. Rheinbach : African Journal of Pure and Applied Chemistry
Vol.9(2)
Nazriati, dkk. 2011. “Sintesis Silika Aerogel dengan Bahan Dasar Abu Bagasse”.
Reaktor, Vol. 13 No. 4, Desember 2011, Hal. 220-224
Pitojo, Setijo. 1997. “Penggunaan Urea Tablet”. Jakarta: PT Penebar
Swadaya.
Pujiastuti.C.2008.” Kajian penurunan Ca dan Mg dalam air laut menggunakan resin
(dowex)”. Jurnal Teknik Kimia. Vol.3. No.1. September 2008
Retnosari, Agustin. 2013. “Ekstraksi Dan Penentuan Kadar Silika (Sio2) Hasil Ekstraksi
Abu Terbang (Fly Ash) Batubara”. Jember : Universitas Jember, 2013.
Santosa, Imam dan Endah Sulistiawati. 2014. “Ekstraksi Abu Kayu dengan Pelarut Air
Menggunakan Sistem Bertahap Banyak Beraliran Silang”. Jurnal Teknik Kimia,
Vol. 1, No. 1, 2014