TERBARUKAN
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya dua pabrik gula di wilayah Malang menjadikan kota Malang
mengalami peningkatan yang signifikan. Munculnya Pabrik Gula Kebon
Agung pada 1905 dan Pabrik Gula Krebet pada 1906 menjadikan Malang
berkembang lebih pesat. Hal ini didukung ketersediaan bahan baku yang
mencukupi di sekitarnya. Wilayah Malang yang cukup luas memang dapat
dianggap sebagai sebuah daerah yang cukup subur. Hal itu ditambah pula
dengan sudah banyaknya perkebunan tebu di wilayah sekitar selatan dan timur
Malang. Bahkan, banyak petani mulai mengganti tanamannya dengan tebu
dengan tujuan ingin menjual hasil tanamannya pada industri tebu untuk
mendapatkan keuntungan lebih.
Industri gula memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan
serta pertumbuhan ekonomi. Produk utama dari industri gula adalah gula serta
tetes (molasses) yang merupakan bahan baku utama dalam memproduksi
alkohol, kecap dan MSG (monosodium glutamat). Dalam proses produksinya,
industri gula juga menghasilkan limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat
berupa blotong, abu tungku, abu terbang, sedangkan limbah gas berupa gas
sulfur dioksida (SO2) dari pembakaran belerang yang keluar dari cerobong
asap. Baik limbah padat, cair maupun gas apabila tidak dikelola dengan benar
akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan (Murtinah, 1990).
Blotong merupakan limbah yang dihasilkan dari industri gula, bahan ini
berupa padatan serta lumpur dari proses pemurnian nira. Rata-rata standar
produksi blotong pada masing-masing pabrik gula umumnya sebesar 2,5% tebu
(Nahdodin, 2008 dalam Helena Leovisi, 2012). Persentase blotong yang
dihasilkan dari tiap hektar penanaman tebu sekitar 4-5%. Umumnya, blotong
dari industri gula dikumpulkan atau ditimbun di lapangan terbuka di sekitar
pabrik gula, sebelum dimanfaatkan untuk pertanian (Lahuddin, 1996). Pada
tahun 2008, lima puluh tujuh pabrik gula di Indonesia diperkirakan
1
2
menghasilkan blotong lebih dari satu juta ton dan abu ketel lebih dari tiga puluh
empat ribu ton. Walaupun blotong berpotensi untuk dijadikan pupuk organik
karena kandungan senyawa organiknya yang tinggi, namun blotong juga
mengandung logam atau ion logam seperti kalium (0,485 %), natrium (0,082%)
kalsium (5,785%), magnesium (0,419%), besi (0,191%), dan mangan (0,115%)
yang masih dapat dimanfaatkan (Fadjari, 2009).
Salah satu cara untuk memanfaatkan blotong adalah menjadikan blotong
sebagai sumber energi alternatif berupa energi listrik. Energi listrik yang
diakibatkan adanya aliran elektron dapat berlangsung melalui reaksi redoks
spontan pada sel Volta. Dengan mereduksi asam-asam organik serta ion logam
berat seperti ion besi (Fe) pada limbah, akan dihasilkan aliran listrik. Sel Volta
sederhana dengan blotong sebagai elektrolit dapat dibuat dengan menggunakan
elektrode karbon (grafit) dan seng (Zn) yang dapat diperoleh dari limbah
baterai. Pada sel Volta tersebut, terjadi reaksi redoks dimana seng akan
teroksidasi membentuk ion Zn2+ disertai pelepasan elektron. Elektron akan
mengalir melalui kawat penghantar kemudian diterima oleh ion-ion logam atau
ion H+ sehingga tereduksi menjadi logam serta gas hidrogen. Tegangan listrik
yang dihasilkan pada sel Volta ini dapat ditingkatkan dengan merangkai secara
seri beberapa sel sehingga dapat dimanfaatkan untuk kehidupan. Dari uraian di
atas, maka gagasan yang diajukan dalam karya tulis ini adalah “Potensi
Blotong sebagai Sumber Energi Listrik Terbarukan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah blotong dapat dibuat sebagai sumber energi listrik?
2. Bagaimana teknik pemanfaatan blotong sebagai sumber energi listrik?
2
3
3
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
4
5
nira adalah susu kapur dan gas CO2. Pemberian susu kapur berlebihan
kemudian ditambah gas CO2 yang berguna untuk menetralkan
kelebihan susu sehingga kotoran-kotoran yang terdapat dalam nira akan
diikat.
Reaksi : Ca(OH)2 → CaCO3 + H2O
Karena terbentuknya endapan CaCO3 banya maka endapan dapat
dengan mudah dipisahkan (E. Hugot, 1960).
2. Penguapan
Nira yang telah mengalami proses pemurnian masih mengandung air, air
ini harus dipisahkan dengan menggunakan alat penguap. Bila nira
dipanaskan terjadi penguapan molekul air sehingga nira menjadi kental.
Sumber panas yang digunakan adalah uap panas. Pada pemakaian uap
panas terjadilah peristiwa pengembunan. Sistem penguapan yang dipakai
perusahaan gula adalah penguapan efek banyak (Soejardi, 1975).
3. Pengkristalan
Proses pengkristalan adalah pengubahan larutan yang mengandung gula
menjadi kristal-kristal gula.
4. Pengeringan
Gula yang keluar dari alat pemutar ditampung dalam alat getar yang
disebut dengan talang goyang. Talang goyang berfungsi sebagai alat
pengengkut sekaliguas sebagai alat pengering gula. Pengeringan
menggunakan udara yang dihembuskan dari bawah dengan tujuan
mengurangi kadar air dalam gula.
Industri gula memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan
serta pertumbuhan ekonomi di wilayah Malang. Produk utama dari industri
gula adalah gula serta tetes (molasses) yang merupakan bahan baku utama
dalam memproduksi alkohol, kecap dan MSG (monosodium glutamat). Dalam
proses produksinya, industri gula juga menghasilkan limbah padat, cair, dan
gas. Limbah padat berupa blotong, abu tungku, abu terbang, sedangkan limbah
gas berupa gas sulfur dioksida (SO2) dari pembakaran belerang yang keluar
dari cerobong asap. Baik limbah padat, cair maupun gas apabila tidak dikelola
5
6
ST. POWER
Cane Yard
PROSES
Uap
PREPARATION
Air
ST. GILING Ampas ST. BOILER
Kapur (Ca(OH)2
Phosfat (P2O5)
Belerang (SO2) ST. PEMURNIAN Blotong
ST. PENYELESAIAN
GUDANG
DISTRIBUTOR
6
7
7
8
8
9
terutama bagi masyarakat sekitar industri tahu. Selain itu, apabila akumulasi
dan proses penimbunan dilakukan terus-menerus ion-ion logam yang
terkandung di dalamnya akan meningkat dan dapat membahayakan lingkungan
terutama ion-ion logam berat.
C. Pemanfaatan Blotong
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, blotong umumnya dimanfaatkan sebagai
pupuk organik. Namun demikian, pengolahan limbah blotong menjadi pupuk
organik masih belum ditangani dengan baik dan benar sehingga pupuk organik
yang dihasilkan, masih belum sempurna. Selain sebagai pupuk organik,
blotong dapat dimanfaatkan sebagai berikut.
1. Sumber Protein
Kandungan protein dari nira sekitar 0.5 % berat zat padat terlarut. Dari
kandungan tersebut telah dicoba untuk melakukan ekstraksi protein dari
blotong dan ditemukan bahwa kandungan protein dari blotong yang dipress
sebesar 7.4 %. Protein hanya dapat diekstrak menggunakan zat alkali yang
kuat seperti sodium dodecyl sulfate. Kandungan dari protein yang dapat
diekstrak antara lain albumin 91.5 %; globulin 1 %; etanol terlarut 3 % dan
protein terlarut 4 %.
2. Pakan Ternak
Blotong dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan cara dikeringkan
dan dipisahkan partikel tanah yang terdapat didalamnya. Untuk
menghindari kerusakan oleh jamur dan bakteri blotong yang dikeringkan
harus langsung digunakan dalam bentuk pellet
3. Briket
Pada saat ini pemanfaatan blotong antara lain sebagai bahan bakar
alternative dalam bentuk briket. Untuk pembuatan briket blotong
dipadatkan lalu dikeringkan. Keuntungan menggunakan briket blotong
adalah harganya yang lebih murah daripada kayu bakar dan bahan bakar
lain. Akan tetapi untuk membuat briket ini diperlukan waktu cukup lama
antara 4 sampai 7 hari pengeringan, selain itu juga tergantung dari kondisi
cuaca.
9
10
e– V e–
C (grafit) Zn
–
Zn → Zn2+(aq) + e
H+ + e– → H2(g)
Ln+ + ne– → L(s)
10
11
melalui kawat penghantar kemudian diterima oleh ion-ion logam atau ion H+
sehingga tereduksi menjadi logam serta gas hidrogen.
Anoda : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
Katoda : 2H+(aq) + 2e– → H2(g) dan
Ln+(aq) + ne– → L(s)
Tegangan listrik yang dihasilkan pada sel Volta ini dapat ditingkatkan dengan
merangkai secara seri beberapa sel sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kehidupan.
11
12
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dimana peneliti menggunakan alat
dan bahan untuk menguji apakah blotong yang merupakan limbah padat dari
industri gula dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Selain
ekperimen, peneliti juga melakukan studi pustaka mendalam untuk
menemukan ide dan membahas hasil dari eksperimen yang telah dilakukan.
12
13
D. Prosedur Eksperimen
Langkah percobaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Siapkan sel Volta sederhan yang terbuat dari dua kotak plastik dimana
setiap kotak berisi 6 buah sel. Setiap sel dipasang satu batang karbon dan
satu lempeng logam seng seperti tampak pada gambar berikut.
2. Timbang 600 gram blotong kemudian campurkan dengan 360 mL air.
3. Ukur pH campuran blotong dan air dengan menggunakan pH meter. Ulangi
pengukuran sampai 3 kali.
4. Isikan campuran blotong dan air pada tiap sel Volta pada kotak plastik,
kemudian ukur tegangan listrik yang dihasilkan untuk tiap sel dan untuk
semua sel yang dirangkai secara seri. Pengukuran dilakukan sampai 3 kali.
5. Untuk menguji aplikasi dari sel Volta berbahan limbah blotong ini, sel
dapat dihubungkan dengan lampu LED kecil.
13
14
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Data hasil percobaan
pH limbah Tegangan listrik satu
Pengukuran Tegangan
blotong dalam kotak sel Volta dengan
ke- listrik satu sel
sel Volta rangkaian seri (6 sel)
1 6,10 0,60 Volt 3,40 Volt
2 6,20 0,60 Volt 3,60 Volt
3 6,10 0,60 Volt 3,40 Volt
Rata-Rata 6,13 Volt 0,60 Volt 3,47 Volt
Dari data hasil percobaan di atas, dapat dibuat analisis sebagai berikut.
1. Derajat Keasaman Limbah (pH)
Data menunjukkan bahwa pH rata-rata 50 gram limbah blotong setelah
ditambahkan air sebanyak 30 mL adalah 6,13. Artinya, blotong bersifat
sedikit asam dengan konsentrasi ion H+ sebesar. Penambahan air berfungsi
untuk melarutkan asam dan senyawa organik serta ion-ion logam yang
terdapat pada blotong. Asam ini merupakan asam organik yang dihasilkan
dari proses dekomposisi gula (sukrosa) oleh bakteri atau mikroorganisme
lainnya secara aerobik. Proses ini berlangsung cepat mengingat gula telah
terekstraksi tertinggal dalam blotong sehingga bakteri dapat tumbuh lebih
cepat.
14
15
memiliki Eo yang lebih tinggi dari Zn. Dari beberapa zat penyusun limbah
blotong, maka yang paling mungkin menerima elektron (mengalami
reduksi) adalah ion H+ dan ion Fe3+.
Jika ion H+ yang tereduksi, maka pada anoda (A) dan katoda (K) terjadi
reaksi berikut.
K : 2H+(aq) + 2e– → H2(g) Eo = 0,00 Volt
A : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– Eo = 0,76 Volt
Reaksi: Zn(s) + 2H+(aq) → H2(g) + Zn2+(aq) Eosel = 0,76 Volt
Jika ion Fe3+ yang tereduksi, maka pada anoda (A) dan katoda (K) terjadi
reaksi berikut.
K : 2Fe3+(aq) + 6e– → 2Fe(g) Eo = –0,036 Volt
A : 3Zn(s) → 3Zn2+(aq) + 6e– Eo = 0,76 Volt
Reaksi: Zn(s) + 2H+(aq) → H2(g) + Zn2+(aq) Eosel = 0,724 Volt
Data hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai tegangan listrik atau Eo
satu sel sebesar 0,6 Volt. Nilai ini kurang dari kedua hasil secara teori yaitu
0,76 Volt atau 0,724 Volt. Perbedaan ini dapat disebabkan karena hal-hal
berikut.
a) adanya hambatan listrik yang ada, misalnya hambatan pada kabel lsitrik
yang digunakan.
b) dimungkinkan gas-gas hidrogen yang ditimbulkan pada katoda
menghalangi aliran elektron dari Zn di anoda menuju katoda
c) adanya senyawa organik kompleks lainnya pada blotong yang
menghalangi terjadinya reaksi redoks.
15
16
B. Sintesis
Berdasarkan hasil analisis data percobaan, didapatkan nilai tegangan listrik
sebesar 3,47 Volt. Nilai tegangan listrik ini dapat dimanfaatkan untuk:
1. Lampu LED berukuran kecil.
Lampu LED berukuran kecil menggunakan daya kecil untuk menyala. Oleh
karena itu, dengan tegangan dan arus listrik dari limbah blotong, lampu
LED dapat menyala sesuai dengan hasil percobaan.
2. Benda elektronik bertegangan tinggi
Tegangan tinggi dapat diperoleh dari blotong dengan cara membuat
beberapa sel Volta berelektrolit blotong. Sel-sel Volta tersebut harus
dirangkai secara seri, bukan paralel.
16
17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut.
1. Blotong (filter mud) memiliki potensi sebagai sumber energi listrik karena
mengandung asam-asam organik serta ion-ion logam. Kedua komposisi
tersebut dibutuhkan sebagai elektrolit pada sel Volta sederhan.
2. Blotong dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik melalui
penerapan konsep sel elektrokimia yaitu sel Volta dimana blotong
ditambahkan dengan air sebagai cairan elektrolit. Katoda dan anoda yang
digunakan adalah batang karbon (grafit) dan logam seng (Zn). Beda
potensial yang dihasilkan untuk satu sel Volta adalah 0,6 Volt. Beda
potensial untuk enam sel adalah 3,47 Volt.
B. Saran
Berikut ini beberapa saran yang dapat kami buat seiring dengan hasil
penelitian.
1. Blotong merupakan limbah dengan komposisi zat organik dan hanya
sedikit sekali mengandung zat anorganik seperti ion-ion logam berat. Oleh
karena itu, diperlukan teknik pemanfaatan zat organik tersebut sebagai
sumber energi listrik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan alat yang
memanfaatkan energi listrik dari blotong.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Murtinah, S. 1990. Penelitian air buangan industri gula proses sulfitasi. Buletin
Penelitian Pengembangan Industri 12 : 7-20.
Lahuddin. 1996. Pengaruh kompos blotong terhadap beberapa sifat fisik dan
kandungan unsur hara tanah serta hasil tanaman jagung. Jurnal Penelitian
Pertanian 1 : 13-18.
Kurnia, W. R. 2010. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Gula dalam
rangka Zero Emission. www.lordbroken.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 20 September 2017.
Hamawi. 2005. Blotong, Limbah Busuk Berenergi.
http://www.agriculturesnetwork.org/magazines/indonesia/11-energi-dari-
lahan/blotong-limbah-busuk-berenergi/at_download/article_pdf. Diakses
pada tanggal 20 September 2017.
Purwaningsih, E. 2011. Pengaruh pemberian kompos blotong, legin, dan mikoriza
terhadap serapan hara N dan P tanaman kacang tanah. Widya Warta No 02
Tahun XXXV.
Kuswurj, R. 2009. Blotong dan Pemanfaatannya.
http://www.risvank.com/tag/blotong/. Diakses pada tanggal 20 September
2017.
Elykurniati. 2009. Pemanfaatan Blotong menjadi Bahan Bakar Cair dan Arang
dengan Proses Pirolisis. Laporan Penelitian. Yogyakarta (ID): Universitas
Pembangunan Nasional: 1-42.
Hugot E, Hand Book of Cane Sugar Engineering , Elsevier Publising Company,
Amsterdam, 1960
Soerjadi, Peranan Komponen Batang Tebu dalam Pabrikasi Gula. Lpp
Yogyakarta, 1977
18
19
LAMPIRAN
19