Date Signature
TENGGELAM
Oleh:
Yulianti C014172051
Nurul Utami C014172050
Cahya Ramdhani Sila C014172052
Musdalifah C014172095
Pembimbing:
dr. Indah Wulan Sari
Supervisor:
drg. Peter Sahelangi, DFM, Sp. OF.
Mengetahui,
1
DISCLAIMER
Referat ini kami buat dengan mengambil dan menambahkan pembahasan referat
yang dibuat oleh:
Judul : Tenggelam
Tahun : 2016
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.6 Pemeriksaan Luar
Tanda cardinal pemeriksaan eksternal dalam ilmu Kedokteran Forensik
adalah langkah awal pemeriksaan pada korban kasus diduga tenggelam. 1 Tanda
kardinal yang dapat membantu penyelidikan antara lain:
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5 F⁰
(0,55oC) per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam
waktu 5 atau 6 jam waktu ini dapat menjadi lebih lama bila korban
tenggelam di air dingin, karena suhu tubuh juga akan menurun dan akan
memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke suhu lingkungan.1
Lebam mayat (livor mortis) terjadi setelah kematian klinis. Eritrosit akan
menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi
vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada
bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas
keras. Faktor yang memengaruhi lebam mayat diantaranya kadar Hb
dan/atau banyaknya volume darah yang beredar. Lebam mayat (livor
mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher, kepala, dan
ekstremitas yang merupakan bagian yang tergantung ke bawah saat bagian
badan mayat terapung ke permukaan akibatnya menyebabkan darah statis
pada daerah tersebut. Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil
dari pembekuan OxyHb.2
3
Pembusukan sering tampak dan berlangsung dalam proses yang lebih
cepat pada mayat tenggelam, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.
Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan. Hal
ini bukan merupakan tanda yang tidak spesifik sebab dapat juga di
dapatkan pada mayat yang tidak tenggelam. Proses pembusukan tersebut
disebabkan karena mayat korban lama ditemukan sehingga pada saat
pemeriksaan, mayat sudah dalam keadaan membusuk.3
Cutis Anserina (fenomena goosefles-kulit angsa), hal ini merupakan
spasme otot erektor villi yang disebabkan rigor mortis. Tanda cutis
anserine yang dihasilkan dari kekakuan otot erector pilae yang sering
ditemukan di paha jenasah. Walaupun tanda cutis anserine juga terjadi
dalam keadaan selain tenggelam yaitu dalam interval antara somatik dan
kematian molekul atau dapat menjadi perubahan post mortem.1
4
ditenggelamkan, karena mayat lamapun bila dibuang kedalam air akan
keriput juga.3
5
Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan
reaksi intravital. Ini menunjukkan bahwa waktu korban mati, berusaha
mencari pegangan lalu terjadi kaku mayat. Cadaveric spasme merupakan
tanda bahwa korban berusaha untuk menyelamatkan diri dengan
memegang apa saja seperti rumput, dahan, batu atau benda-benda lain
dalam air.3
Bintik perdarahan konjungtiva juga biasa ditemukan dalam kematian
akibat tenggelam yang disebabkan oleh asfiksia terkait dengan spasme
glottis yang disertai kongesti.1
Kadang terdapat luka berbagai jenis pada yang tenggelam di pemandian
atau yang meloncat dari tempat tinggi yang dapat merobek paru, hati, otak
atau iga.1,5
6
bercak-bercak dan bercak-bercak ini disebut bercak-bercak paltauf, yang
berwarna biru kemerahan.3,4
Pada pemeriksaan lambung sering ditemukan pasir, hidupan akuatik dan
juga batuan silt akibat daripada air yang tertelan saat terjadi tenggelam.
Ada beberapa ahli patologis berpendapat bahwa air bias masuk secara
pasif ke dalam lambung akibat daripada turbulansi air berbanding air yang
masuk secara aktif ketika terjadi tenggelam. Manakala beberapa ahli
patologis yang lain pula berpendapat bahwa relaksasi sphincter
gastrophageal lambung yang terjadi pada postmorterm menyebabkan air
masuk ke lambung dan mengisi ruangan lambung. Oleh kerana itu, air di
didalam lambung tidak bisa digunakan sebagai satu tanda tenggelam.3,5
Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami pembendungan.3,4
Bila terjadi hemolisis maka akan terjadi bercak hemolisis pada dinding
aorta.3
Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum interalveolar.
Mungkin terdapat bercak – bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf
akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleural dan bula
emfisema jarang terdapat dan ini bukan merupakan tanda khas tenggelam
tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.3,4
7
daripada sisi kiri, maka diperkirakan korban tenggelam dalam air tawar.
Perbedaan kadar elktrolit lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis,
walaupun secara tersendiri kurang bermakna. Tes ini baru dianggap reliabel
jika dilakukan dalam 24 jam setelah kematian.5
Berat jenis :
a. Dengan CuSO4 = normalnya 1,059 (1,059-1,060)
b. Air tawar = 1,055
c. Air laut = 1,065
Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan
grafitasi spesifik darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah
disebut di atas tidak pasti dan tidak mendukung dalam menyimpulkan
tenggelam.5
Ketika air tawar memasuki paru-paru, natrium plasma turun dan kalium
plasma meningkat, sedangkan pada inhalasi air asin, natrium plasma
meningkat cukup tinggi dan kalium hanya meningkat ringan. Pada tenggelam
pada air tawar, konsentrasi natrium serum dalam darah dari ventrikel kiri
lebih rendah dibandingkan ventrikel kanan. Namun, angka ini dapat
bervariasi, ini disebabkan ketika post mortem dimulai maka difusi cairan
dapat mengubah tingkat natrium dan kalium yang sebenarnya. Oleh karena
itu Simpson berpendapat bahwa analisis dari kadar Na, Cl dan Mg telah
dipergunakan, tetapi hasilnya terlalu beragam untuk digunakan didalam
praktek sehari-hari.5
8
lambat tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat tergantung
pada pola arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun
vertical. Diperkirakan di dunia ada sekitar 1400-1800 jenis diatom, tetapi
tidak semua hidup sebagai plankton. Ada juga yang hidup sebagai bentos
(didasar laut) atau yang kehidupan normalnya didasar laut tetapi oleh
gerakan adukan air dapat membuatnya lepas dari dasar dan terbawa hanyut
sebagai plankton (disebut sebagai tikoplankton).5
Populasi diatom banyak ditentukan oleh faktor suhu, salinitas dan arus.
Sebagai contoh, Thalassiosira antartica sebarannya hanya pada perairan
dingin di sekitar kutub selatan. Sebaliknya, Rhizosolemia robusta
merupakan jenis yang terdapat di seluruh perairan tropis (circumtropical)
yang telah beradaptasi dengan suhu hangat. Dalam kajian diatom di Laut
Jawa,dijumpai sedikitnya 127 jenis diatom, yang terdiri dari 91 jenis
diatom sentrik, dan 36 jenis diatom penate.5
Pada kasus tenggelam di air tawar, keberadaan diatom di sumsum
tulang dapat digunakan untuk mendiagnosis 30% dari kasus tenggelam di
air tawar, hasil diagnose tersebut sangat bergantung oleh dinamika
populasi diatom yang dipengaruhi oleh musim, selain juga faktor ukuran
dari diatom tersebut. Musim dingin adalah musim dengan frekuensi
tertinggi tidak ditemukan diatom pada sampe.5
Diatom yang biasa ditemukan pada kasus tenggelam pada air tawar
seperti kolam, danau, sungai dan kanal adalah: Navicula pupula, N.
cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus N. bacillum N. radiosa, N.
simplex, N. pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P. braunii, Nitzscia
mesplepta, Mastoglia smithioi, Cymbella cistula, Camera lucida,
Cymbella cymbiformi, dan Cocconeis diminuta.5
Pinnularia boreali ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia
capsoleta ditemukan pada air tawar yang dangkal.5
9
Gambar Achnanthes sp. (kiri) Amphipleura sp. (kanan) contoh diatom di perairan
air tawar.5
Gambar Anomoeneis sp. (atas) Biddulphia sp. (bawah) contoh diatom di perairan
air tawar.5
Gambar Cosconodius sp, salah satu contoh diatom di perairan air tawar.5
10
Dari beberapa literature yang ada dapat disimpulkan macam-macam
spesies dari diatom yang paling sering ditemukan pada organ-organ tubuh
manusia yang diduga meninggal karena tenggelam. Berikut adalah
rangkuman dari spesies diatom yang sering di temukan di dalam organ
tubuh:
Tabel spesies diatom yang sering ditemukan berdasar sampel organ
11
Usaha untuk mencari diatome (binatang bersel satu) dalam tubuh
korban. Karena adanya anggapan bahwa bila orang masih hidup pada
waktu tenggelam, maka akan terjadi aspirasi, dan karena terjadi adanya
usaha untuk tetap bernafas maka terjadi kerusakan bronkioli/bronkus
sehingga terdapat jalan dari diatome untuk masuk ke dalam tubuh.5
Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa
bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus sama dengan
diatome di perairan tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu:5
1. Ambil potongan jaringan sebesar 2-5 gram (hati, ginjal, limpa dan
sumsum tulang).
2. Potongan jaringan tersebut dimasukkan 10 mL asam nitrat jenuh,
0,5 ml asam sulfat jenuh.
3. Kemudian dimasukkan lemari asam sampai semua jaringan hancur.
4. Warna jaringan menjadi hitam oleh karena karbonnya.
5. Ditambahkan natrium nitrat tetes demi tetes sampai warna menjadi
jernih.
6. Kadang-kadang sifat cairan asam sehingga sukar untuk melakukan
pemeriksaan, oleh karena itu ditambahkan sedikit NaOH lemah
(sering tidak dilakukan oleh karena bila berlebihan akan
menghancurkan chitine).
7. Kemudian dicuci dengan aquadest. Lalu dikonsentrasikan (seperti
telur cacing), disimpan/diambil sedikit untuk diperiksa, diteteskan
pada deck gelas lalu keringkan dengan api kecil.
8. Kemudian ditetesi oil immersion dan diperiksa dibawah
mikroskop.
Diatom dapat ditemukan di dalam korban tenggelam untuk memperjelas
diagnosis penyebab kematian. Hal ini dapat menjelaskan apakah korban
tenggelam pada saat ante-mortem ataukah post-mortem. Diatom tidak selalu
ditemukan di semua kasus tenggelam, tetapi jika didapatkan pada organ-
organ dalam jumlah banyak, hal ini dapat mempertegas diagnose tenggelam
antemortem. Ada banyak kontroversi mengenai tes diatom. Banyak penulis
yang tidak memperhitungkan tes diatom sebagai metode yang berharga. Akan
12
tetapi dalam berbagai ajaran lampau tes diatom sangat berguna dalam
penentuan tenggelam ante-mortem atau postmortem dengan
memperhitungkan tiap aspek dengan penuh ketelitian.5
13
menghitung klorofil dari plankton di paru-paru. Metode pendeteksi diatom di
darahmeliputi observasi secara langsung diatom pada membrane filter,
setelah darah dihemolisa menggunakan sodium dodecyl sulfate, atau dengan
metode hemolisa kombinasi, 5 mm pori membrane filter. Dicampur dengan
asam nitrat, dan disaring ulang.5
Setelah pencampuran selesai diatom dapat diisolasi dengan metode
sentrifuse atau membrane filtration. Siklus sentrifuse mengkonsentrasikan
diatom dan menyingkirkan semua sisa asam dengan pencucian berulang,
supernatant diganti tiap beberapa kali dengan air distilled. Penggunaan saring
nitroselulose adalah bagi bahan dengan jumlah diatom yang rendah dan
diikuti dengan analisa LM.5
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Astreani, Indah Dewi.2014. Tanda Kardinal Pemeriksaan Eksternal
Jenasah Diduga Tenggelam Dari Data Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Rsup Sanglah Bali Tahun 2012 -2014. Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hal 1-9
2. Umboh, Reynaldo B. 2016. Pengaruh kadar hemoglobin terhadap lebam
mayat (livor mortis). Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1
3. Wulur, Rifino A.2011. Gambaran Temuan Autopsi Kasus Tenggelam Di
Blu Rsu Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2007 - Desember
2011. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado
4. Putra, Aa Gede Anom.2013. Kematian Akibat Tenggelam: Laporan Kasus.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana-Rsup Sanglah, Denpasar-Bali.
5. Wilianto, Warh. 2012. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga
Tenggelam (Review). Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No.
3, Juli – September 2012
15