Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui,
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
1. Ayahanda Andi Lubis Wajuanna, S.Pd atas semangat, doa dan didikannya yang
senantiasa bernilai tiada akhir, ibunda Andi Nurhaedah T serta saudaraku Andi Sidi
Gazalba Wajuanna, Amd (Kakak), Andi Moeh Roem Wajuanna, AT3 (Kakak), Andi
Wonder ATT2 (Kakak) Andi Amila Wajuanna, S.Pt (Kakak), Andi Rompe Gading
Wajuanna, S.Teknik (Kakak), Andi Nilla Wajuanna (Adik), Andi Wecudai Wajuanna
(Adik), Andi Aulia Wajuanna (Adik), dan Andi Yuyun Pinrapati Wajuanna yang
selalu mencurahkan dukungan, do’a, perhatian, dan kasih sayang kepada penulis.
2. Bapak Dr. Kukuh Nirmala sebagai Pembimbing I yang telah memberikan banyak
pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Julie Ekasari, S.Pi, M.Sc sebagai Pembimbing II yang telah memberikan banyak
pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Ibu Ir. Yani. H, MM sebagai Penguji Sidang yang telah memberikan banyak
pengarahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Seluruh Staf Departemen Budidaya Perairan yang telah banyak membantu dalam
proses penelitian dan penyusunan skripsi.
6. Rekan-rekan BDP 42, Garong Comunity (Ega, Batank, Papi, Dodi, Anet, dan Inggi),
Oloan, Zheze, Fuad, Maretha, Ratna, Wanya, Bunda, Vika, Mb’nita, Sofi, Opu imma,
anak kozant Candy-candy, dan C. Ardian Khaeruddin, S.Hut atas dukungan dan
kebersamaannya.
Semoga Allah SWT selalu memberikan limpahan rahmatNya dan membalas semua
kebaikan pihak yang telah membantu penulis, baik yang telah disebutkan maupun yang
tidak disebutkan, Amin.
Bogor, Maret 2010
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
No. Halaman
1. Hasil Produksi Udang Tahun 2004-2009................................................................ 4
2. Jenis-jenis Hewan Pemangsa di Tambak Udang ......................................... 16
3. Jenis-jenis Hewan Kompetitor di Tambak Udang ....................................... 16
4. Perbandingan Jumlah Pupuk ........................................................................ 23
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Peta Wilayah Kecamatan Pangkajene .................................................................. 11
2. Kelompok Petambak Berdasarkan Jumlah Tebar Benur ..................................... 19
3. Kelompok Petambak Berdasarkan Ukuran Benur ............................................... 20
4. Kelompok Petambak Berdasarkan Asal Benur .................................................... 20
5. Kelompok Petambak Berdasarkan Frekuensi Tebar Benur.................................. 21
6. Kelompok Petambak Berdasarkan Jumlah Pakan ............................................... 21
7. Kelompok Petambak Berdasarkan Jenis Pakan.................................................... 22
8. Kelompok Petambak Berdasarkan Frekuensi Penggunaan Pakan........................ 22
9. Kelompok Petambak Berdasarkan Jenis Pupuk ................................................... 23
10. Kelompok Petambak Berdasarkan Sumber Air.................................................... 24
11. Kelompok Petambak Berdasarkan Tinggi Air...................................................... 25
12. Kelompok Petambak Berdasarkan Sarana Pendukung......................................... 25
13. Kelompok Petambak Berdasarkan Hasil Produksi Petambak .............................. 26
14. Kelompok Petambak Berdasarkan Hasil Panen Udang........................................ 26
15. Kelompok Petambak Berdasarkan Frekuensi Panen Udang ................................ 27
16. Kelompok Petambak Berdasarkan Jenis Penyakit Udang.................................... 28
17. Kelompok Petambak Berdasarkan Waktu Munculnya Penyakit Udang ............. 28
18. Kedudukan dan Struktur Organisasi Swamitra Mina........................................... 30
19. Kebijakan Penetapan Bunga Pinjaman Oleh Swamitra Mina .............................. 30
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuisoner penelitian ................................................................................................. 43
2. Data Hasil Penelitian Penerima dana PEMP dan non-PEMP .................................. 46
3. Data Nama Penerima dana PEMP dan Data non-PEMP.......................................... 48
I. PENDAHULUAN
Sumber : HMFS
2.2 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) merupakan program
permodalan yang dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
sejak tahun anggaran 2001. Secara umum PEMP bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat pesisir mulai dari pengembangan kegiatan ekonomi,
peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sosial
ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya kelautan dan perikanan secara
optimal dan berkelanjutan. Upaya pencapaian keberhasilan program PEMP
diawali dengan sosialisasi program pada pihak terkait yang meliputi dinas teknis,
masyarakat sasaran program, tokoh masyarakat, guna mendapatkan respon dan
masukan untuk menyempurnakan program yang telah disusun (DKP, 2003).
Target dari program PEMP antara tahun 1990-2015, masyarakat
memperoleh pendapatan US$ 1,5 (Rp. 14.400) per hari. Dengan target tersebut
diharapkan melalui PEMP sampai tahun 2009 dapat menaikkan pendapatan
281.200 orang atau sekitar 10% dari masyarakat miskin pesisir, dari Rp. 300.000
menjadi Rp. 500.000/orang. Fokus pembangunan kelautan dan perikanan itu
antara lain berupa revitalisasi perikanan yang difokuskan pada peningkatan
produksi udang, ikan tuna, rumput laut dan pengembangan kluster industri
pengolahan hasil perikanan. Dengan program ini juga diharapkan tercipta banyak
lapangan kerja (DKP, 2003).
Kelompok sasaran program PEMP adalah masyarakat pesisir yang
tergolong skala kecil yang mempunyai usaha sebagai nelayan, pembudidaya ikan,
pedagang hasil perikanan, pengolah ikan, pengusaha jasa perikanan dan pengelola
pariwisata bahari serta usaha atau kegiatan lainnya yang terkait dengan kelautan
dan perikanan seperti pengadaan bahan dan alat perikanan serta BBM (Solar
Packed Dealer untuk nelayan atau kios BBM) (DKP,2004).
Pendekatan yang digunakan pada program PEMP antara lain:
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengembangan, dan pelestarian pembangunan.
2. Kemandirian (keswadayaan) masyarakat dalam pembangunan masyarakat
dan wilayahnya.
3. Kemitraan antara masyarakat, aparat pemerintah dan swasta dalam
mengembangkan kegiatan.
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), prinsip pengolahan
dan pengembangan program PEMP adalah sebagai berikut:
1. Acceptable, pilihan kegiatan ekonomi (usaha) berdasarkan potensi
sumberdaya, kelayakan usaha serta kebutuhan atau keiginan dan
kemampuan sehingga memperoleh dukungan masyarakat.
2. Tranparancy, pengolahan kegiatan dilakukan secara terbuka,
diinformasikan dan diketahui oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat
ikut memantaunya.
3. Accountability, pengolahan kegiatan harus dipertanggung jawabkan
kepada manyarakat kepada masyarakat.
4. Responsiveness, kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian atas
beban penududuk miskin.
5. Quick disbursement, penyampaian bantuan kepada masyarakat sasaran
secara cepat dan tepat.
6. Democracy, proses pemilihan peserta kegiatan PEMP dilakukan secara
musyawarah.
7. Sustainability, pengolahan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara optimal dan berkelanjutan baik dalam lingkungan
internal maupun lingkungan eksternal.
8. Equality, pemberian kesempatan kepada kelompok lain yang belum
memperoleh kesempatan agar semua masyarakat merasakan manfaat
langsung.
9. Competitiveness, setiap ketentuan dalam pemanfaat dana ekonomi
produktif masyarakat diharapkan dapat mendorong terciptanya kompetisi
yang sehat dan jujur dalam mengajukan usulan kegiatan yang layak.
Indikator keberhasilan program PEMP menurut DKP (2003) adalah
sebagai berikut:
1. Pembentukan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra
Mina (LEPP-M3).
2. Pengelompokkan masyarakat pesisir sebagai cikal bakal unit usaha yang
disebut Kelompok Masyarakat Pemanfaat (KPM).
3. Pengembangan Dana Ekonomi Produktif (DEP).
4. Tingkat pendapatan.
5. Tingkat tabungan.
Mekanisme kerja program PEMP diawali dengan penetapan
kabupaten/kota secara bottom up, partisipatif dan transparan. Selanjutnya, Dinas
Kelautan dan Perikanan kabupaten/kota menunjuk konsultan manajemen
(Perguruan Tinggi, LSM atau lembaga konsultan manajemen) berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Konsultan manajemen kemudian merekrut dan melatih
tenaga pendamping desa (TPD) sebelum diterjunkan ke desa-desa pesisir
mendampingi dan memfasilitasi masyarakat pesisir dalam mengembangkan unit
usaha ekonomi produktifnya secara berkelompok. Kelompok-kelompok
masyarakat pesisir tersebut selanjutnya bermusyawarah untuk membentuk
koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-
M3) (DKP,2004).
Ada tiga program PEMP yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pesisir, yakni program Solar Packed Dealer untuk Nelayan
(SPDN)/Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak untuk Nelayan (SPBN), program
kedai pesisir dan program penguatan modal bagi masyarakat pesisir yang
bekerjasama dengan lembaga keuangan. Program SPDN/SPBN bertujuan untuk
mengantisipasi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kehadiran
SPDN/SPBN diharapkan memberikan pelayanan kepada masyarakat pesisir akan
kebutuhan BBM dengan harga terbaik sesuai ketetapan pemerintah. Melalui
program ini beban hidup masyarakat pesisir diharapkan mampu ditekan sampai
pada tingkat yang signifikan (DKP, 2005).
Program kedai pesisir adalah kios/warung yang menyediakan kebutuhan
sehari-hari rumah tangga masyarakat pesisir, kebutuhan melaut, alat
pembudidayaan, dan pengolahan ikan. Program ini merupakan salah satu upaya
untuk menekan beban masyarakat pesisir dalam memenuhi kebutuhannya
terhadap sembako dan kebutuhan melaut lainnya. Untuk penguatan modal
nelayan, PEMP bekerja sama dengan kalangan perbankan dan nonperbankan.
Pada tahun 2006 PEMP menerima dana bergulir sebesar Rp. 3 triliun dari BRI,
BPR, BNI, dan BPD di beberapa provinsi. PEMP melakukan penyaluran dana
penguatan modal usaha budidaya dan pemberian subsidi benih. Selain itu PEMP
membangun 35 pesantren bahari. Pesantren ini dibekali dana bantuan masing-
masing Rp 40 juta. Uang itu digunakan untuk modal budidaya perikanan serta
dukungan penyediaan sarana dan prasarana (DKP, 2005).
Departemen Kelautan dan Perikanan menetapkan bank pelaksana dengan
fungsi sebagai berikut:
1. Menyediakan kredit bagi koperasi sebagai konsekuensi dari adanya Dana
Ekonomi Produktif (DEP) yang dijaminkan untuk kegiatan penguatan
modal.
2. Menyalurkan DEP langsung dengan pola hibah melalui rekening koperasi
yang ada di bank pelaksana untuk kegiatan pelaksanaan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) Pesisir.
3. Melakukan pendampingan teknis dan administratif kepada koperasi
dan/atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM).
Organisasi dan kelmbagaan PEMP terdapat 5 pihak yang terlibat
didalamnya:
1. Pemerintah, terdiri atas Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), dinas
propinsi dan atau kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
kelautan dan perikanan.
2. Konsultan Manajemen (KM) kabupaten/kota, yaitu Lembaga Swadya
Masyarakat (LSM), perguruan tinggi atau perusahaan jasa konsultasi yang
ditunjuk langsung oleh Bupati/Walikota melalui kepala dinas
kabupaten/kota.
3. Tenaga Pendamping Desa (TPD) adalah tenaga terdidik (minimal
berpendidikan setingkat Sarjana) diutamakan yang telah memiliki
pengalaman dalam program pemberdayaan masyarakat serta bersedia
ditempatkan di wilyah pesisir seluruh Indonesia. Masing-masing
kabupaten/kota akan ditempatkan dua orang TPD, satu orang direkrut oleh
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jendral Kelautan
Pesisir dan Pulau-pulau kecil (P3K) dan satu orang lainnya direkrut oleh
dinas kabupaten/kota masing-masing. Tenaga pendamping sebagai
fasilitator yang tinggal di tengah masyarakat dan mendampingi masyarakat
secara terus menerus selama kegiatan membantu menyusun rencana
kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut kegiatan
yang dilakukan oleh masyarakat. Perubahan perilaku masyarakat untuk
mandiri dan kreatif dalam usaha produktif dan pelestarian lingkungan
merupakan fokus pendamping.
4. Koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina
(LEPP-M3) atau koperasi perikanan berperan sebagai penerima DEP,
sebagai modal koperasi yang pengelolaannya diserahkan kepada Swamitra
Mina milik koperasi yang bersangkutan atau Bank Pengkreditan Rakyat
(BPR) pesisir yang sahamnya dimiliki oleh koperasi tersebut. Selain itu,
koperasi ini diharapkan berperan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir
melalui pengembangan unit usaha lain seperti unit usaha perikanan
tangkap/budidaya, toko sarana mina, SPDN dan wilayah bahari.
5. Lembaga Perbankan Pelaksana. Lembaga ini merupakan lembaga
keuangan yang bergerak dalam bidang perbankan yang ditunjuk dan
diterapkan sebagai Bank Pelaksana untuk penyaluran DEP tahun anggaran
2004 kepada koperasi LEPP-M3/koperasi perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan (2001), menyebutkan prinsip utama
yang harus diingat dan dipegang dalam pemberdayaan masyarakat adalah bahwa
masyarakat tidak dijadikan objek dari implementasi pembangunan, namun
merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Berdasarkan prinsip utama
tersebut, maka pemberdayaan masyarakat haruslah memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Upaya pemberdayaan masyarakat harus memiliki fokus dan target yang
jelas. Program-program pemberdayaan masyarakat harus ditunjukkan
langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk
mengatasi masalah sesuai dengan kebutuhan komunitas target.
2. Upaya pemberdayaan masyarakat harus langsung mengikutsertakan atau
bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat agar mampu untuk merencanakan,
melaksanakan dan bertanggung jawab.
3. Upaya pemberdayaan masyarakat adalah upaya dengan pendekatan
kelompok. Pendekatan kelompok lebih menjamin efektifitas, karena
dengan kelompok manusia akan mampu menggabungkan potensi-potensi
yang dimiliki dan akan mampu menciptakan sinergis.
Pemberdayaan sosial masyarakat pesisir paling tidak memiliki dua dimensi
pokok yaitu dimensi kultural dan dimensi struktural. Dimensi kultural mencakup
upaya-upaya perubahan perilaku ekonomi, orientasi pendidikan, sikap terhadap
perkembangan teknologi dan kebiasaan-kebiasan. Dimensi struktural mencakup
upaya perbaikan struktural social, sehingga memungkinkan terjadinya mobilitas
vertikal nelayan.
Prinsip penting pemberdayaan yang digunakan untuk konteks komunitas
nelayan antara lain prinsip tujuan, prinsip pengetahuan dan pengetahuan dan
penguatan nilai lokal, prinsip keberlanjutan, prinsip ketetapan kelompok sasaran
dan prinsip kesetaraan gender (Satria, 2002). Menurut Dahuri (2006), untuk
memberdayakan masyarakat nelayan perlu tiga pendekatan yaitu mendekatkan
pada teknologi dan manajemen, mendekatkan pada akses permodalan, serta
mendekatkan pengolahan dan pasar ke sentra produksi.
2. 3 Profil Kecamatan Pangkajene
Kecamatan Pangkajene merupakan suatu kecamatan yang berada di
Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya sebesar 48.27 km dan
batas wilayahnya yaitu : sebelah utara dibatasi Kecamatan Bungoro, sebelah timur
dibatasi Kecamatan Minasatene, sebalah Selatan dibatasi Kabupaten Maros, dan
sebelah barat dibatasi Selat Makassar (Gambar 1). Kondisi geografisnya yaitu
memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut sebesar 3 km, memiliki curah
hujan sebesar 332.24 mm/tahun, memiliki topografi (dataran rendah, tinggi,
pantai) rendah, dan memiliki suhu udara rata-rata. Temperatur udara berada pada
kisaran 21°C-31°C atau rata-rata 26,40°C, dan keadaan angin berada pada
kecepatan laut sampai sedang (Anonim, 1989).
Kabupaten Pangkep terletak dipesisir pantai barat Sulawesi Selatan yang
terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Dataran rendah seluas 73,721 ha
membentang dari garis pantai Barat ke Timur terdiri dari persawahan,
tambak/empang, sedangkan daerah pegunungan dengan ketinggian
ketinggian 100
100-1000
meter di atas permukaan air laut terletak di sebelah Timur dan merupakan wilayah
yang banyak mengandung batu cadas dan sebagian mengandung batu bara serta
berbagai jenis batu marmer (Anonim, 1989).
Luas wilayah Kabupaten Pangkep semula 1.112,29
1 km2 setelah dianalisa
dengan GIS bekerjasama dengan Bakosurtanal terjadi perubahan menjadi
12.362,73 km2 dengan luas wilayah dataran 898,29 km2 dan wilayah laut
11.464,44 km2 (4 mil ari garis pantai) dengan jumlah 112 pulau. Jumlah penduduk
di Kabupaten
paten Pangkep adalah 36.436 jiwa. Kabupaten Pangkep selama ini dikenal
sebagai kabupaten penghasil ikan bandeng dan udang. Pada tahun 2005, produksi
udang mencapai 941 ton, dengan luasan areal tambak mencapai 10.185,30 ha
(DKP, 2005).
57,14 57,14
60
42,86 42,86 43,66
Persentase (%)
Responden
57,14
60,00
51,35 51,35
50,00
Persentase (%)
40,00
30,00 Pedagang
21,62 21,62 21,62
Hatchery
20,00 14,29
Gelondong
10,00 5,41
Takalar
0,00
sebelum PEMP Sesudah PEMP NON PEMP
(<2005) (2005-2007)
Responden
Gambar
bar 4. Kelompok Petambak Berdasarkan Asal Benur
Persentae (%)
60
50
40 1 siklus/tahun
30
3 siklus/tahun
20
10 0,00 0,00 0,00
0
sebelum sesudah PEMP NON PEMP
PEMP (<2005) (2005-2007)
Responden
100,00 90,54
90,00
80,00
Persentase (%)
Responden
Responden
Gambar 7.
7 Kelompok Petambak Berdasarkan Jenis Pakan
akan
Sebelum mengikuti program (sebelum tahun 2005) semua petambak
peserta PEMP 100% melakukan frekuensi penggunaan pakan 1 siklus/tahun.
Sedangkan pada tahun 2005-2007
2005 (sesudah PEMP) semua petambak (100%)
melakukan frekuensi penggunaan pakan 3 siklus/tahun. Sedangkan kontrol (non
(non-
PEMP) 100% melakukan frekuensi penggunaan pakan 1 siklus/tahun total
petambak non-PEMP
PEMP yang mengikuti kuisoner (Gambar 8).
100 100,00 100
100
90
80
70
Persentae (%)
60
50
40 1 siklus/tahun
30
3 siklus/tahun
20
10 0,00 0,00 0,00
0
sebelum sesudah PEMP NON PEMP
PEMP (<2005) (2005-2007)
Responden
100,00 91,89
85,71 85,71
80,00
Persentase (%)
60,00
urea & poska
40,00 urea & SP36
14,29 14,29
20,00 5,41 urea & TSP
0,00 0,00 0,00 0,00 1,35 1,35
0,00 0rganik & TSP
sebelum PEMP sesudah PEMP NON PEMP
(<2005) (2005-2007)
Responden
Gambar 9.
9 Kelompok Petambak Berdasarkan Jenis Pupuk
Tabel 4. Jenis Perbandingan Jumlah Pupuk
Persentase Persentase
Persentase Sebelum
$Jenis
Jenis Pupuk dan Perbandingannya Sesudah Non-PEMP
PEMP (%)
PEMP (%) (%)
Urea & TSP
50:50 14,29 14
14,29 5,88
50:100 57,14 57
57,14 27,94
50:150 5,88
100:50 2,94
100:100 14,29 14
14,29 4,41
100:150 22,06
100:250 19,12
150:250 1,47
150:350 7,35
250:100 1,47
50:100 1,47
Urea & SP36
100:50 66,67
100:100 14,29 14
14,29 33,33
150:100
Urea & Poska
300:100 50,00
150:100 50,00
Organik & TSP
50:50 100,00
Sumber : data wawancara petambak udang Pangkajene
4.1.3 Kelompok petambak berdasarkan penggunaan air
Gambar 10 menunjukkan sumber
sumber air yang paling umum digunakan oleh
petambak sebelum dan sesudah PEMP adalah berasal dari laut (71
(71,43%).
Sedangkan pada petambak non-PEMP
non umumnya berasal dari sungai (85,14%)
(85,14%).
85,14
90
80 71,43 71,43
70
Persentase (%)
60
50
40 sungai
28,57 28,57
30 laut
20 12,16
bor
10
0
sebelum PEMP sesudah PEMP NON PEMP
(<2005) (2005-2007)
Responden
Gambar 10.
10 Kelompok Petambak Berdasarkan Sumber Air
Tinggi air rata-rata
rata rata ditambak sebelum dan sesudah PEMP dan non
non-PEMP
yang paling dominan adalah 20-50cm
20 50cm dari dasar tambak (Gambar 11).
50,00
40,00 37,84 20-50 cm
25,68 50-80 cm
30,00
14,29 14,29 20,17
20,00 16,22 80-110 cm
14,29 14,29
10,00 0,00 0,00 >110 cm
0,00
sebelum PEMP sesudah PEMP NON PEMP
(<2005) (2005-2007)
Responden
57,75
60,00
42,86
42,86 42,86 Pompa
Persentase (%)
42,86
40,00 Rumah jaga
28,38
30,00 <50kg/siklus
25,00
20,00 50-100kg/siklus
100kg/siklus
14,29 14,29
15,00 9,46 100--150kg/siklus
10,00 6,76
150--200kg/siklus
5,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 200--250kg/siklus
sebelum sesudah NON PEMP >250kg/siklus
PEMP PEMP (2005-
(<2005) 2007)
Responden
60
50
40 1 siklus/tahun
30
3 siklus/tahun
20
10 0,00 0,00 0,00
0
sebelum sesudah PEMP NON PEMP
PEMP (<2005) (2005-2007)
Responden
57,15 57,15
60,00
50,00
50,00 42,86 42,86
Persentase (%)
40,00
30,00
20,00 musim kemarau
10,00 musim penghujan
0,00
sebelum sesudah NON PEMP
PEMP PEMP (2005-
(<2005) 2007)
Responden
Manajer
-AO -Teller
-AA -Credit Support
-Colector
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa modal PEMP di
Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan ini tidak
memberikan pengaruh langsung terhadap hasil panen produksi. Namun pemberian
modal ternyata dapat meningkatkan frekuensi penebaran dan penggunaan
beberapa input produksi.
5. 2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini antara lain :
1. Sebaiknya dalam penurunan dana PEMP perlu adanya penyuluh perikanan,
agar dana yang diberikan dapat sesuai dengan target produksi.
2. Sebaiknya pihak pemerintah setempat dapat memberikan solusi untuk
pemberantasan penyakit agar produksi dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. 2006. Masih Jauh dari Kondisi Ideal. Tabloid Layar Edisi 03 Bulan
Januari. PT Senatama Multimedia. Jakarta.
FAO, 2009. The State of World Fisheries and Aquaculture. FAO Fisheries and
Aquaculture Department.
Mujiman, A dan Suyanto, R.S. 1989. Budidaya Udang Windu. Edisi V. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nama Bapak :
Nama Desa :
Bagaimana hasil panen udang bapak (NON PEMP)?
1. Menurun
2. Meningkat
3. Sangat Meningkat
4. Lain-Lain :
Benur
a. Asal benur yang bapak gunakan dari mana?
A. Balai Penelitian B. Pedagang C. Hatchery D. Lainnya:
b. PL berapa benur yang bapak tebar ke tambak?
c. Berapa jumlah benur yang bapak tebar di tambak?
d. Jenis benur yang bapak gunakan ? A. Vaname B. Windu C. Galah
Pakan
e. Sebutkan jenis pakan yang bapak gunakan? A. Alami B. Buatan
f. Pakan yang bapak gunakan berasal darimana? A. Pedagang B. Penyalur C.
Lainnya:
g. Apa merek dagang pakan yang bapak gunakan?
h. Berapa jumlah pakan yang bapak gunakan sampai masa pemanenan?
i. Pemberian pakan dilakukan berapa kali sehari?
A. 1-2 kali/hari B. 2-3 kali/hari C. 3-6kali/hari
Air
j. Sumber air yang digunakan bapak untuk budidaya udang di tambak bapak
berasal dari mana? A. PDAM B. SUMUR C. LAUT D. SUNGAI E.
LAINNYA:
k. Dalam pengelolaan air di tambak bapak, apakah ada treatment khusus yang
digunakan. Kalau ada, sebutkan?
l. Apakah bapak melakukan uji kualitas air? A. ya B. tidak
m. Parameter kualitas air yang diukur oleh bapak, apakah ada dbawah ini?
A. Suhu B. DO C Salinitas D. PH E. Amoniak F. Lainnya:
Sarana dan Prasarana produksi
n. Sebelum masa pemeliharaan udang di tambak bapak, apakah menggunakan
pupuk atau tidak. Kalau iya, sebutkan jenis dan ukurannya ?