Lap Gag
Lap Gag
Oleh:
Retno Trisnawati
121610101023
LABORATORIUM FISIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
II.1 Pengunyahan
II.4 Pertanyaan
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa fungsi penting tubuh yang terlibat dalam proses makan antara lain
pengunyahan, gerakan lidah, perasa, penelanan, dan salvias. Selain bagian tubuh
yang berperan langsung pada proses makan, secara fisiologis beberapa organ juga
ikut berperan dalam menimbulkan keinginan dan selera makan yaitu : penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan keterlibatan susunan saraf pusat. Fungsi- fungsi
diatur mengikuti kerja N. Kranialis, yaitu :
(1) Pada saat makanan akan masuk ke dalam mulut akan merangsang reflex
(2) Penurunan ini segera menginisiasi reflex regang otot- otot rahang yang
menyebabkan kontraksi otot di sekitar rongga mulut. Hal ini secara otomatis
mengangkat rahang bawah sehingga terjadi penutupan rongga mulut dan oklusi
gigi- gigi.
(3) Oklusi gigi mengakibatkan terdorongnya bolus yang berada di atas permukaan
(4) Dorongan makanan ini akan menimbulkan penghambatan kontraksi otot- otot
(5) Pada saat mulut terbuka, lidah dan pipi akan berfungsi mengangkat kembali
makanan ke atas permukaan gigi- gigi dan mencampur makanan dengan enzim
pencernaan di rongga mulut. Kondisi ini akan terus menerus terjadi sehingga
terjadi pemecahan ukuran partikel makanan menjadi lebih kecil dan siap untuk
ditelan. Kecepatan pencernaan makanan sangat tergantung pada luas permukaan
total yang dapat menghasilkan getah lambung. Penghancuran makanan menjadi
partikel- partikel halus berfungsi mencegah ekskorias/lukanya salran pencernaan.
Dalam hal ini, pergerakan lidah diatur oleh saraf kranialis ke-12, Hypoglossus.
Menelan merupakan salah satu bagian dari proses makan. Menelan pada
dasarnya merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Pada proses penelanan
makanan digerakkan dari faring menuju esophagus. Proses penelanan terdiri dari
tiga fase, yaitu :
(1) Vase Volunter
(1) Palatum Molled didorong ke atas menutup nares posterior, untuk mencegah
refluks makanan ke rongga hidung.
(2) Arkus palate-faringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk saling
mendekati hingga membentuk celah sagital sebagai jalan masuk makanan ke
posterior-faring.
(3) Pita suara laring menjadi berdekatan, dan epiglottis terdorong ke belakang ke
atas pintu superior laring. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan ke dalam
trakea.
(4) Seluruh laring ditarik ke bawah dank e depan oleh otot- otot melekat pada os
hyoideus. Pergerakan ini meregangkan pintu esophagus.
(6) Pada saat laring terangkat dan sfinkter esophagus atas relaksasi, m.konstriktor
faringis superior berkontraksi sehingga menimbulkan gelombang peristaltic cepat
yang berjalan ke bawah melewati otot- otot faring dan masuk ke esophagus serta
mendorong makanan masuk ke esophagus serta mendorong makanan masuk ke
esophagus bagian bawah. Mekanisme menelan pada stadium faringeal ini
berlangsung selama 1-2 detik.
Impuls saraf pada fase faringeal dihantarkan dari daerah- daerah tersebut
melalui bagian sensoris N.Trigeminus dan N.Glossofaringeus menuju ke formasio
retikularis medulla oblongata dan bagian bawah pons sebagai pusat penelanan,
yang erat hubungannya dengan traktus solitarius sebagai penerima impuls sensoris
dari mulut. Selanjutnya, impuls motoris dari pusat menelan ke faring dan bagian
atas esophagus dihantarkan melalui syaraf kranial ke V, IX, X, dan XII serta
beberapa nervous servicalis superior.
(1) Pada tahap awal dari iritasi gastro-intestinal atau distensi yang berlebihan,
akan terjadi gerakan anti-peristaltik (beberapa menit sebelum muntah).
(2) Anti-peristaltis dapat dimulai dari ileum dan bergerak naik ke duodenum dan
lambung dengan kecepatan 2-3cm/detik dalam waktu 3-5 menit.
(3) Kemudian pada saat bagian atas traktus gastro intestinal, terutama duodenum,
menjadi sangat meregang, peregangan ini menjadi factor pencetus yang
menimbulkan tindakan muntah.
(4) Pada saat muntah, kontraksi intriksik kuat terjadi pada duodenum maupun
pada lambung, bersama dengan relaksasi sebagian dari sfingter esophagus bagian
bawah, sehingga membuat muntahan mulai bergerak ke esophagus. Selanjutnya,
kontraksi otot- otot abdomen akan mendorong muntahan keluar.
(6) Kemudian datang kontraksi yang kuat di bawah diafragma bersama dengan
rangsangan kontraksi semua otot dinding abdomen. Keadaan ini memeras perut di
antara diafragma dan otot- otot abdomen, membentuk suatu tekanan intragrastik
sampai ke batas yang lebih tinggi. Akhirnya, sfingter esophagus bagian bawah
berelaksasi secara lengkap, membuat pengeluaran isi lambung ke atas melalui
esophagus.
(7) Ketika reaksi muntah terjadi, timbul beberapa efek yang terjadi di dalam
rongga mulut yaitu (1) bernafas dalam, (2) naiknya tulang lidah dan laring untuk
menarik sfingter esophagus bagian atas hingga terbuka, (3) penutupan glottis, (4)
pengangkatan palates molle untuk menutup nares posterior (daerah yang paling
sensitive dalam rongga mulut berbagai rangsangan).
HASIL PERCOBAAN
II.1 Pengunyahan
Molar - 0,5
pertama
N = (N’+S) – S
Efisiensi = x 100%
= 12 – 10
= 2 gram = 80%
Efisiensi = x 100%
= 40%
Pengunyahan 15 kali
Berat nasi sisa + Saringan = 13 gram
N = (N’+S) – S
= 12 – 10
= 3 gram
Efisiensi = x 100%
= 60%
Jenis
kelamin Waktu kunyah (awal kunyah-lelah)
orang coba
4 menit 11 detik, sebanyak 310 kunyahan
Perempuan
Ujung lidah Tidak refleks Tidak refleks Tidak refleks Tidak refleks
Dorsal lidah Tidak refleks Tidak refleks Tidak refleks Tidak refleks
Faring atas (jika Tidak bisa Tidak bisa Tidak bisa Tidak bisa
bisa)
Yang paling
Uvula Tonsil Posterior Posterior
sensitif adalah
II.4 Pertanyaan
1. Apakah ada perbedaan permukaan rongga mulut antara laki – laki dan
perempuan ? Jelaskan mengapa ?
Jawab : dari percobaan yang dilakukan terdapat perbedaan lebar rongga mulut
antara laki-laki dan perempuan dimana permukaan mulut laki-laki lebih lebar
dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan ini terjadi karena bentuk rahang laki-
laki lebih besar dari pada perempuan selain itu kebiasaan laki-laki tertawa terlalu
lebar juga mempengaruhi lebar dari permukaan rongga mulut tersebut
Jawab : dari percobaan yang dilakukan perbedaan kekuatan gigit maksimal antara
laki-laki dan perempuan sangat tipis. Kekuatan laki-laki dan perempuan hampir
sama namun laki-laki sedikit lebih kuat dari pada perempuan. Hal ini terjadi
karena otot pengunyahan pada laki-laki lebih kuat dari pada perempuan.
3. Mengapa makanan ada yang mudah ditelan dan ada yang sukar ? Jelaskan
mengapa
Jawab : makanan yang dimakan banyak yang berbeda baik bentuk dan kandungan
air dalam makanan tersebut. Makanan yang bentuknya kasar dan mengandung
sedikit kandungan air akan sukar ditelan. Sedangkan makanan yang bentuknya
halus dan mengandung banyak air akan lebih mudah ditelan.
Jawab : di dalam rongga mulut terdapat saraf motorik maupun sensorik yang
keduanya saling bekerja sama. Rasa pahit merupakan salah satu perangsang rasa
muntah dimana rasa pahit ini merangsang impuls saraf sensorik yang diteruskan
ke otak melalui N. Glossofaringeus, setelah mencapai otak rangsangan
motoriknya akan dibawa kembali oleh N.vagus untuk memberi refleks muntah.
Hal inilah yang memberi refleks muntah pada seseorang yang merasakan rasa
pahit di dalam rongga mulut
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui bahwa, di dalam mulut, area penutup palatine
dari faring posterior dan batang tonsil kaya dengan reseptor nosiseptif. Reseptor
ini, ditemukan di papila lidah yang membawa taste buds, dapat memicu terjadinya
gag reflex. Mereka menciptakan suatu bidang refleks yang dapat tersebar luas atau
sempit, tergantung pada setiap individu. Reseptor ini berasosiasi dengan reseptor
labirin yang memicu gagging tergantung pada pergantian posisi. Reseptor-
reseptor gagging reflek berada pada palatum lunak, bagian 1/3 lateral posterior
lidah dan pada bagian retromolar mylohyoid.
BAB IV
KESIMPULAN