Pertumbuhan Tulang Dan Kontraksi Otot Manusia
Pertumbuhan Tulang Dan Kontraksi Otot Manusia
Abstrak
Abstract
Bone formation takes place on an ongoing basis and can be either lengthening an bones.
Speed of bone formation change during life. Bone formation is determined by the hormonal
stimulation, the factor of food, and the amount of stress that is charged at the bone. Muscle
contraction is a condition in which the muscle retracts the bridge due actin filament and the
cross of myosin in muscle fibers shifted from each other. Muscle contraction will be
accompanied by a relaxation leading to a balance.
Pendahuluan
1
hematopoesis yaitu proses pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Sedangkan otot
secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan gerakan-gerakan.1
Dasar kasus yang dikaji adalah mengenai seorang anak kecil yang terjatuh dan
patah pada tulang pahanya ketika sedang menuruni tangga. Setelah ditangani oleh dokter,
anak tersebut diberikan suplemen kalsium dan vitamin D untuk mempercepat pertumbuhan
tulangnya dan agar ototnya dapat berkontraksi dengan baik. Hipotesis kasus adalah
pemberian suplemen kalsium dan vitamin D dapat mempercepat pertumbuhan tulang dan
memperbaiki kontraksi otot.
Berdasarkan kasus diatas, maka hal yang perlu diketahui adalah mengenai
pembentukan tulang, struktur makroskopik dan mikroskopiknya, serta mekanisme kerja otot,
dan peran suplemen kalsium dan vitamin D. Rumusan masalah berdasarkan kasus adalah
seorang anak kecil terjatuh dan patah pada tulang pahanya. Analisis masalah dibuat dengan
mind mapping. Pembentukan Tulang
Mikroskopik
Pertumbuhan Tulang
Mekanisme Kerja
Otot
Pembahasan
A. Struktur Tulang
Kartilago dan tulang memiliki daya regang yang diberikan oleh serat kolagen dan
materi tambahan dalam substansi dasar yang memberikan sifat rigiditas dan kemampuan
untuk menopang berat tubuh.
2
1. Kartilago
Mengandung campuran glikosaminoglikan dalam protein kenyal seperti karet pada
substansi dasarnya yang memberikan karakter serupa plastik pada jaringan. Sebagian
besar kartilago yang terbentuk dalam tubuh diganti tulang. Kartilago yang ada terbagi
dalam tiga jenis.
a. Kartilago hialin
(1) Distribusi kartilago hialin ini terbentuk terutama pada area yang membutuhkan
sokongan kuat, tetapi fleksibilitas juga diperlukan; misalnya,
(a) Ujung tulang-tulang panjang (permukaan artikulasi)
(b) Ujung anterior tulang-tulang iga
(c) Telinga eksternal
(d) Rangka janin
(e) Hidung, laring, trakea, bronkus
(2) Struktur
(a) Kondrosit
Adalah sel kartilago yang telah matur . sel ini mengisi ruang-ruang kecil
(lacuna) dalam matriks yang jernih dan tampak seperti kaca.
Kondroblast, yang berasal dari mesenkim adalah sel kondrosit yang immature.
Sel ini kemudian berproliferasi dan memproduksi matriks.
Seiring dengan meningkatnya matriks intraselular, kondroblast terkumpul
dalam lacuna dan menjadi kondrosit matur. Kondrosit terus membelah dan
memproduksi kartilago tambahan.
(b) Perikondrium
Adalah membran jaringan ikat rapat yang tervaskularisasi dengan baik di
sekitar kartilago hialin (kecuali kartilago artikular tulang). Sel perikondrial
yang berbatasan dengan kartilago dapat berdiferensiasi menjadi kondroblas
dan kondrosit untuk membentuk kartilago baru.
(c) Matriks kartilago tidak memiliki pembuluh darah, sehingga nutrient dan gas
harus masuk ke kondrosit dari perikondrium.
(3) Pertumbuhan
3
(a) Pertumbuhan interstisial
(Suatu perpanjangan kartilago dari arah dalam). Terjadi saat sel kondrosit
muda membelah, mengumpulkan matriks di sekitarnya, dan kemudian
terpisah.
(b) Pertumbuhan aposisional
(dari luar bagian atas lapisan yang sebelumnya ada) terjadi saat sel
perikondrium yang paling dalam berdiferensiasi menjadi kondroblas,
menyelubungi diri dengan matriks, dan menjadi kondrosit.
b. Fibrokartilago
(1) Distribusi
Fibrokartilago terjadi pada lokasi yang lebih memerlukan sokongan atau daya
regang yang lebih kuat daripada yang dapat diberikan kartilago hialin.
Fibrokartilago menyatukan tulang pada persendian yang pergerakannya yang
terbatas; misalnya :
(a) Tulang pada tengkorak kepala
(b) Simpisis pubis
(c) Diskus intervertebral
(2) Struktur
Kondrosit seringkali terbentuk dalam kelompok atau barisan di antara sejumlah
berkas serat kolagen.
c. Kartilago elastis
memiliki serat elastik utama. Hal ini memungkinkan kekakuan kartilago tetapi tidak
elastisitas dalam pergerakan.
(1) Distribusi
Kartilago elastis terbentuk pada bagian telinga eksternal, epiglotis, dan beberapa
kartilago laring.
(2) Struktur
Kartilago elastic serupa dengan struktur kartilago hialin dengan tambahan serat
elastic yang bercabang banyak.
4
Seperti kartilago tersusun dari sel, serat, dan matriks. Walaupun demikian jaringan
ini lebih kuat daripada kartilago karena matriksnya mengandung kalsium anorganik dan
garam fosfat yang memberikan kekerasan dan kemampuan untuk menopang berat tubuh.
Tidak seperti sel kartilago, sel tulang memiliki persendian darah yang kaya melalui
kanalikuli, yaitu saluran kecil yang menembus matriks terkalsifikasi.
a. Jenis sel
(1) Osteoblast
Menyintesis unsur-unsur organic tulang. Sel ini bertanggung jawab untuk
pembentukan tulang-tulang baru selama pertumbuhan, perbaikan, dan membentuk
kembali tulang.
(2) Osteosit
Adalah sel-sel matang yang mengisi lacuna dalam matriks
(3) Osteoklas
Adalah sel-sel yang bertanggung jawab untuk menghancurkan dan membentuk
kembali tulang
b. Jenis jaringan tulang
Berdasarkan porositasnya, tulang dapat diklasifikasi menjadi tulang cancellus atau
tulang kompak.
(1) Tulang kompak (rapat) berbentuk padat, kecuali pada kanalikuli mikroskopiknya.
Tulang kompak terletak di bagian eksternal tulang panjang.
(2) Tulang cancellus (disebut juga tulang berspon atau tulang trabekular) strukturnya
menyerupai kisi-kisi yang terdiri dari batang tulang tipis atau trabekular yang
menutupi ruang sumsum. Tulang cancellus terletak di bagian internal tulang
kompak.
c. Struktur tulang kompak
(1) Struktur dasar pada tulang kompak dewasa adalah sistem havers (osteon)
(2) Masing-masing sistem havers memiliki saluran havers sentral yang dikelilingi
lamella, merupakan cincin konsentris zat intersellular.
(3) Lacuna mengandung osteosit dan kanalikuli yang terletak dalam lamella.
Kanalikuli bercabang dari seluruh permukaan lacuna untuk berhubungan dengan
kanalikuli lain dan dengan saluran havers atau saluran volksman
5
(a) Saluran volksman yang berasal dari sudut kanan saluran havers, menembus
lamella untuk berhubungan silang dengan sistem havers.
(b) Saluran havers mengarahkan pembuluh darah, linfatik, dan saraf melalui
tulang kompak.
(4) Periosteum dan endosteum . tulang dilapisi secara eksternal dan internal oleh
lapisan sel pembentuk tulang dan jaringan ikat rapat yang disebut periosteum dan
endoesteum.
Pertumbuhan tulang hanya dapat mengarah ke aposisional dari lapisan tulang yang
sebelumnya sudah ada.2
(a) Pembentukan tulang
Tulang, seperti jaringan ikat yang lainnya, terdiri atas sel, serat, dan
substansi dasar, namun berbeda dari yang lain, komponen ekstraselnya mengapur,
menjadi substansi keras yang cocok untuk fungsi penyokong dan pelindung
kerangka.
Tulang merupakan penyokong intern tubuh dan menyesuaikan tempat
tambatan bagi tendo dan otot yang penting untuk daya gerak. Tulang melindungi
alat vital dalam tengkorak dan rongga abdomen dan membungkus unsure
pembentuk darah dari sumsum tulang.
Tulang memiliki kombinasi sifat fisik yang luar biasa , kuat, dan tahan
kompresi, dan sedikit elastis, dan sekaligus merupakan materi yang relatif ringan.
Pada semua tingkatan organisasi tulang, dari bentuk kasarnya sampai struktur
submikroskopiknya, konstruksinya menjamin kekuatan secara ekonomis (materi)
dan berat minimal. Namun dengan segala kekuatan dan kekerasannya, tulang
adalah benda hidup yang dinamis, secara tetap diperbarui dan dikonstruksi ulang
seumur hidup.3
Pembentukan tulang berlangsung secara terus-menerus dan dapat berupa
pemanjanganan tulang. Pembentukan tulang terjadi akibat aktivitas sel pembentuk
tulang, osteoblas. Osteoblas dijumpai pada permukaan luar dan bagian dalam
tulang. Osteoblas berespons terhadap berbagai sinyal kimia untuk menghasilkan
matriks organik. Ketika pertama kali dibentuk, matriks organik disebut osteoid.
Dalam beberapa hari, garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan tulang
6
mengeras pada beberapa minggu atau beberapa bulan berikutnya. Sebagian
osteoblast tetap menjadi bagian osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati.
Ketika tulang terbentuk, osteosit di matriks membentuk tonjolan ke setiap tulang
yang lain sehingga membentuk sistem kanal mikroskopik (kanalikuli) di tulang.
Aktivitas osteoblas dipengaruhi oleh diet, stimulasi hormonal, dan olahraga.
Faktor ini berinteraksi dan bersifat dinamis sehingga menyebabkan kecepatan
pembentukan tulang yang berbeda sepanjang hidup. 4 Berikut proses pembentukan
tulang :
(b) Makroskopik
Dengan mata telanjang atau dengan lup, dapat dibedakan dua bentuk
tulang, tulang kompak (substansia kompakta), dan tulang spons atau kanselosa
(substansia spongiosa), yang terakhir terdiri dari kisi-kisi tiga dimensi trabekel
tulang atau spikul, membatasi sistem celah-celah mirip labirin yang diisi sumsum
tulang. Tulang kompak, seperti namanya menunjukkan, tampak sebagai massa
utuh padat dengan ruang-ruang kecil yang hanya tampak dengan mikroskop.
7
Kedua bentuk tulang saling berhubungan tanpa batas jelas. Seperti pada gambar
berikut :
Pada tulang panjang khas, seperti femur atau humerus, bagian batang atau
diafisis terdiri atas silinder berlubang tulang kompak berdinding tebal dengan
rongga sumsum besar di pusat (rongga medulla) terisi sumsum tulang. Ujung
tulang panjang terutama terdiri atas tulang spons ditutupi korteks tulang kompak
tipis. Ruang antar trabekel tulang spons, pada orang dewasa, berhubungan
langsung dengan rongga sumsum bagian batang. Pada hewan yang tumbuh, ujung
tulang panjang disebut epifisis, berkembang dari pusat penulangan tersendiri dan
terpisah dari batang (diafisis) oleh lempeng epifiser tulang rawan, yang menyatu
dengan diafisis oleh kolom-kolom tulang spons dalam daerah peralihan disebut
metafisis. Tulang rawan epifisis dan tulang spons metafisis yang berdekatan
merupakan zona pertumbuhan pada mana semua inkremen memanjang dalam
pertumbuhan tulang berlangsung. Pada permukaan sendi, di ujung tulang panjang,
lapis kompak tipis itu ditutupi selapis tulang rawan hialin, tulang rawan sendi.
Dengan sedikit perkecualian, tulang dibungkus oleh periosteum, lapisan
jaringan ikat khusus, yang dibekali potensi osteogenik. Artinya ia sanggup
membentuk tulang. Penutup periosteum tidak terdapat di daerah ujung tulang
panjang yang ditutupi tulang rawan sendi. Ia juga tidak terdapat pada tempat
insersi tendo dan ligament ke dalam tulang dan pada permukaan patella dan tulang
sesamoid yang dibentuk dalam tendo. Ia juga tidak terdapat di daerah subkapula
8
leher femur dan dari astragulus. Bila periosteum fungsional tidak ada, maka
jaringan ikat yang berkontak dengan permukaan tulang tidak memiliki potensi
osteogenik dan karenanya tidak berhubungan dengan pemulihan patah tulang
disini. Rongga sumsum diafisis dan rongga dalam tulang spons dilapisi oleh
endosteum , lapis sel tipis yang juga memiliki sifat osteogenik.3
(c) Mikroskopik
Jika sediaan gosok tipis dari bagian batang tulang panjang diamati dengan
mikroskop, nyatalah bahwa kontribusi unsur sel dari tulang terhadap massa total
adalah sangat kecil. Sebagian besar terdiri atas matriks tulang, substansi
interstisial bermineral, yang didepositkan dalam lapisan atau lamel dengan tebal 3-
7 μm. Tersebar agak merata dalam substansi interstisial tulang adalah rerongga
lentikuler, disebut lacuna, masing-masing ditempati sebuah sel tulang, atau
osteosit. Dari lacuna memancar keluar ke segala arah kanalikuli langsing dan
bercabang yang menerobos lamel dari substansi interstisial dan beranastomosis
dengan kanalikuli lacuna berdekatan. Berikut gambar sel tulang :
9
terlarut. Tetapi sistem kanalikuli yang saling berhubungan antar lacuna
menyediakan sarana bagi pertukaran metabolit antara sel-sel dan ruang
perivaskuler terdekat.
10
B. Mekanisme Kerja Otot
Otot secara umum berfungsi untuk kontraksi dan menghasilkan gerakan-
gerakan. Otot ada tiga macam, yaitu otot rangka, otot polos, dan otot jantung. Otot
rangka terdapat pada sistem skeletal dan merupakan otot yang paling berperan
dalam mekanik tubuh. Otot rangka berfungsi untuk membantu pengontrolan
gerakan, mempertahankan postur tubuh, dan menghasilkan panas.1
Kontraksi otot
Terjadi apabila jembatan silang myosin berikatan dengan temat spesifik di
protein aktin. Apabila hal ini terjadi, energy yang disimpan di kepala myosin dari
pemecahan molekul ATP sebelumnya, dilepaskan. Energy yang dilepaskan
digunakan untuk mengayunkan jembatan silang sehingga filament aktin dan
myosin bergeser satu sama lain. Hal ini memendekkan dan menyebabkan
kontraksi otot. Dengan berayunnya jembatan silang, sisa ADP dan P dilepaskan
dari myosin.
Selama kontraksi otot, panjang filament aktin dan myosin tidak berubah,
tetapi pita I dan zona H memendek. Setiap kontraksi otot melibatkan beberapa
siklus berulang pergeseran filament untuk menimbulkan tegangan yang diperlukan
otot untuk bekerja.4 Interaksi jembatan silang antara aktin dan myosin
menyebabkan kontaksi otot melalui mekanisme pergeseran filament.
11
ketika mereka bergeser semakin ke arah dalam. Pita I yang terdiri dari bagian
filament tipis yang tidak bertumpang tindih dengan filament tebal, menyempit
ketika filament-filamen tipis semakin bertumpang tindih dengan filament tebal
sewaktu pergeseran tersebut. Filament tipis itu sendiri tidak mengalami perubahan
panjang sewaktu serat otot memendek. Lebar pita A tidak berubah selama
kontraksi, karena lebarnya ditentukan oleh panjang filament tebal, dan filament
tebal tidak mengalami perubahan panjang selama proses pemendekan otot.5
berikut adalah gambar kontraksi otot :
Relaksasi otot
Serabut otot mengalami relaksasi ketika kalsium dipompa keluar dari
sitoplasma kembali ke dalam reticulum sarkoplasma. Pemompaan kalsium adalah
proses aktif yang terjadi di membrane reticulum sarkoplasma. Proses ini
menggunakan energy yang berasal dari pemecahan molekul ATP yang berbeda.
-7
Ketika kadar kalsium turun sampai sekitar 10 molar, troponin kembali ke
posisinya semula pada molekul tropomiosin, dan tropomiosin kembali
12
menghambat pengikatan aktin dan myosin, yang menyebabkan kontraksi otot
berhenti.4
13
apabila kadar kalsium intrasel meningkat dari konsentrasi molar istirahat sebesar
kurang dari 10-7 sampai sekitar 10-5 . selama potensial aksi yang lazim, konsentrasi
kalsium adalah sekitar 2x10-4 molar; konsentrasi ini adalah sekitar 10 kali kadar
yang diperlukan untuk kontraksi otot secara maksimal.4
Kalsium dibutuhkan dalam proses kontraksi otot. Ion kalsium dilepaskan
oleh reticulum sarkoplasma dan berikatan dengan troponin C. Lalu saat relaksasi,
ion kalsium dipompakan kembali ke dalam reticulum sarkoplasma, aktin lepas
dari myosin, dan terjadilah proses relaksasi.
14
Jadi, tahap awal penyembuhan adalah pembuangan jaringan nekrotik dan
organisasi hematom. Organisasi hematom berlangsung secara khusus yaitu
pecahnya kapiler disertai fibroblast dan osteoblast yang membentuk pola tulang
sebagai suatu anyaman yang tidak teratur. Massa tulang baru yang kadang-kadang
mengandung pulau-pulau tulang rawan, disebut callus. Kalus yang terdapat di
dalam rongga medulla disebut kalus internal, sedang yang berhubungan dengan
periosteum disebut kalus eksternal. Kalus eksternal berfungsi sebagai penyangga,
walaupun nantinya akan diresorpsi. Tulang yang berbentuk sebagai anyaman ini
selanjutnya akan diganti oleh tulang yang susunanya lebih teratur dan berlamel;
model tulang ini secara bertahap akan mengalami perubahan berdasarkan tekanan
mekanis yang dialaminya.
Tulang berbentuk anyaman ini selanjutnya diganti dengan tulang yang
berlapis-lapis (lamellar) yang bentuknya lebih teratur, dan akhirnya akan
mengalami perbaikan bentuk perlahan-lahan sesuai dengan beban mekanik.6
Penutup
Daftar Pustaka
1. Asmadi. Teknik prosedural keperawatan konsep dan alikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008. p. 114.
2. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004. p. 77-8.
3. Bloom, Fawcett. Buku ajar histologi ed 12. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2002. p. 174.
15
4. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.p.
316, 327.
5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.p.282.
6. Underwood JCE. Patologi umum dan sistematik. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1999.p. 129.
16