Anggota Kelompok :
Clara Puspita 3313201006
Maria Carolina Lopulalan 3313201014
Afry Rakhmadany 3313201016
Yonnet Hellian Kresna 3313201018
1. Pendahuluan
Udara merupakan salah satu komponen lingkungan penting yang paling mendasar untuk
mendukung kehidupan makhluk hidup termasuk manusia. Kondisi kualitas udara akhir-akhir ini
semakin mengalami penurunan. Isu lingkungan tersebut telah melanda banyak kota di dunia
terutama kota-kota besar. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai aktivitas seperti
transportasi, industri, perkantoran serta perumahan. Aktivitas-aktivitas tersebut memberikan
kontribusi yang sangat besar terdadap pencemaran udara di suatu wilayah. Selain aktivitas
manusia seperti yang telah disebutkan tadi, akivitas alam juga berkontribusi dalam pencemaran
udara, seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun dan lain-lain. Pencemaran
udara tersebut menyebabkan penurunan kualitas udara yang berdampak negatif pada kesehatan
manusia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa kasus pencemaran udara merupakan
suatu isu lingkungan yang banyak melanda kota besar. Salah satu contoh kota besar yang
mengalami pencemaran udara adalah Kota Denpasar.
Denpasar merupakan ibu kota Pulau Bali yang selalu ramai dikunjungi oleh para
wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Denpasar memiliki pemandangan alam yang
sangat indah yang dapat menarik banyak wisatawan dari berbagai negara untuk berwisata ke
tempat ini. Selain menyajikan pemandangan alam yang sangat indah, Denpasar juga memiliki
daya tarik wisata lain yaitu kebudayaan yang sangat unik dank khas. Potensi/daya tarik wisata
yang terdapat di kota tersebut menjadikan Denpasar sangat rentan terhadap isu-isu lingkungan
seperti sanitasi lingkungan, pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan yang
mengganggu keindahan serta kelestarian alam lingkungan Kota Denpasar (Sugiarta, 2008).
Berdasarkan laporan SLH Kota Denpasar tahun 2008 menunjukkan bahwa Kota
Denpasar telah mengalami penurunan kualitas udara. Hal ini antara lain disebabkan oleh
kegiatan transportasi dan industri seperti industri pembangkit listrik, kimia, bahan bangunan
umum, serta kerajinan dan logam. Namun pencemaran udara yang ditimbulkan dari sumber
industri ini tidaklah signifikan. Penyebab utama pencemaran udara di Kota Denpasar adalah
kegiatan transportasi. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan volume kendaraan yang naik secara
signifikan dalam kurun waktu enam tahun terakhir dengan peningkatan sebesar 7% untuk tiap
tahunnya.
Hal tersebut sudah menjadi risiko bagi kota-kota wisata seperti Denpasar. Namun hal ini
tidak dapat dibiarkan begitu saja, diperlukan suatu strategi atau regulasi mengenai upaya-upaya
pencegahan, pengendalian serta penanggulangan pencemaran udara di Kota Denpasar. Upaya-
upaya tersebut perlu dilakukan karena udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya agar dapat memberikan daya dukungan
bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
kondisi kualitas udara, dampak pencemarannya dan respon masyarakat serta program
pengendalian udara di Kota Denpasar.
Di lapisan atmosfir ini zat-zat pencemar yang dihasilkan dari berbagai macam aktivitas
manusia disimpan dan diencerkan atau mungkin disebarkan ke wilayah lain. Oleh karena itu
pengelolaan terhadap perisai udara (atmosfir) ini sangat penting dilakukan.
Ditinjau dari sumbernya, pencemaran udara yang terjadi di Kota Denpasar sebagian besar
bersumber dari sarana transportasi darat, antara lain:
a) Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dari hari ke hari tidak seimbang dengan
pertambahan panjang jalan dan perbaikan kondisi jalan, sehingga jumlah dan kepadatan
total kendaraan bermotor di jalan suatu areal tertentu (di Kawasan Kuta).
b) Meningkatnya laju emisi pencemar dari setiap kendaraan bermotor untuk setiap kilometer
jalan yang ditempuh karena macetnya jalan.
c) Tingginya biaya pemeliharaan/perawatan kendaraan bermotor sehingga kendaraan tidak
dirawat secara teratur.
d) Pembakaran bahan bakar minyak yang tidak sempurna karena mesin-mesin kendaraan
bermotor sudah tua.
e) Kurangnya jalur hijau dengan tanaman yang dapat mengabsorpsi bahan pencemar.
f) Terbatasnya dana untuk melakukan upaya pengawasan, pemantauan, pengujian kualitas
udara dan sosialisasi kepada masyarakat.
g) Pengaturan parkir kendaraan yang kurang optimal.
h) Jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat dimana tahun
2003 jumlah kendaraan bermotor di Kota Denpasar berjumlah 345.332 unit terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sampai tahun 2007 sebesar 481.086 unit
dengan kenaikan rata-ata 7% tiap tahunnya (Gambar 1).
Selain dari sektor transportasi pencemaran udara juga dapat dihasilkan dari industri yang
antara lain adalah industri pembangkit listrik, kimia, bahan bangunan umum, serta kerajinan dan
logam. Kota Denpasar dengan luas wilayah 127.78 km2 tidak memiliki sumber bahan baku yang
potensial untuk pembangunan industri besar, sehingga sumber pencemaran udara yang
diakibatkan dari sektor industri tidak signifikan bila dibandingkan dengan sektor transportasi.
Hasil pengukuran kualitas udara di empat lokasi di Kota Denpasar dengan berbagai parameter
yaitu NO2, SO2 ,CO dan Hidrokarbon ditunjukkan pada Gambar 2, Gambar 3, Gambar 4 dan
Gambar 5.
Dari data datas terlihat bahwa unsur pencemar udara yang berupa gas Nitrogen Dioksida
(NO2), Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO) dan Hidrokarbon (HC) masih dibawah
baku mutu lingkungan yang diperbolehkan (Lampiran XVII Peraturan Gubernur Bali No 8
Tahun 2007 tentang Baku Mutu Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor) untuk keempat
lokasi pengukuran (Status Lingkungan Hidup Kota Denpasar Tahun 2008).
Dari literatur lain (Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan
Jawa dan Bali), diperoleh data tentang tingkat pencemaran di ruas jalan kota-kota besar di
Indonesia salah satunya Denpasar (Tabel 1).
Tabel 1. Interval Tigkat Pencemaran Udara di Ruas Jalan Kota-Kota Besar
1. SOx
SO2 bersifat tidak berwarna, korosi dan memiliki bau yang tajam pada konsentrasi tinggi.
Unsur Sulfur dapat ditemukan dalam hasil pembakaran batu bara. Apabila terpapar gas SO 2 menyebabkan
gejala penyakit jantung, pandangan kabur, dan gangguan pernafasan. Secara fisik, gas ini dapat merusak
bangunan akibat korosi. Hasil pembakaran kendaraan bermotor, industri pembuatan kertas dan peleburan
logam merupakan kontributor emisi SO2. Selain menyebabkan hujan asam, gas SO2 mengalami
perubahan wujud menjadi aerosol sulfat di awan dan air hujan yang menyebabkan kerusakan permanen
pada paru-paru apabila terhirup oleh hewan dan manusia. Daun tumbuhan akan mengalami perubahan
warna menjadi kuning dan memiliki bercak putih. Sumber pencemar SO 2 yaitu kendaraan bermotor,
kegiatan industri dengan bahan bakar batu bara, pembakaran sampah, dan hutan (Sugiarta, 2008; Ruth,
2009).
3. CO (Karbon Monoksida)
Gas CO merupakan gas hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar solar dan bensin
yang bersifat tidak berwarna, tidak berbau serta mampu mengikat oksigen. Apabila gas ini dihirup dalam
jumlah yang tinggi menyebabkan rasa pusing, pingsan bahkan kematian ketika terpapar secara terus-
menerus. Ketika ibu hamil terpapat gas ini maka berat janin mengecil, merusak otak dan kematian pada
janin. Selain kendaraan bermotor, kegiatan industri, pembakaran sampah padat dan hutan memberikan
pasokan gas CO yang tinggi (Sugiarta, 2008; Kusminingrum dan Gunawan, 2008; Widyatmoko, 2013).
4. Pb
Timbal (Pb) merupakan anggota dari golongan VI A yang dikategorikan dalam senyawa logam
berat dan sangat beracun. Timbal terdapat dilingkungan akibat hasil pembakaran kendaraan bermotor
berbahan bakar bensin (Sugiarta, 2008; Widyatmoko, 2013). Bensin diberi tambahan timbal untuk
meningkatkan bilangan oktan sehingga efisiensi pembakaran juga ikut meningkat. Timbal ditemukan
dilingkungan dalam bentuk partikulat dan merupakan salah satu sumber pencemar udara. Sehingga,
kawasan yang padat lalu lintas memiliki kadar timbal yang tinggi (Kusminingrum dan Gunawan, 2008).
Timbal dapat dihirup oleh manusia dan mengendap ditubuh dalam jangka waktu panjang. Timbal secara
kumulatif dalam jangka waktu 10 tahun dapat menimbulkan berbagai gangguan kronis mulai dari organ
ginjal, hati, jantung dan sistem saraf (Sari, 2010). Peningkatan Pb dalam darah menyebabkan rasa mual
dan muntah serta pusing berkepanjangan. Selain itu, ibu hamil yang menghirup timbal berlebihan
menyebabkan keguguran. Apabila bayi bisa dilahirkan maka pertumbuhan fisik dan mentalnya terganggu
karena timbal mempengaruhi kecerdasan otak. serta jumlah kematian meningkat pada pekerja pembuatan
timbal. Kematian pekerja ini dikarenakan sakit ginjal akibat paparan timbal secara menyeluruh (Kawatu,
2008).
5. Debu
Debu merupakan partikel yang melayang di udara yang terdiri dari bahan organik dan
anorganik serta dapat masuk melalui sistem pernafasan. Debu di udara disebabkam adanya pencemar
partikulat dari kendaraan bermotor. Partikulat ini bersumber dari gas sulfur dan Nitrogen yang berubah
wujud menjadi partikulat padat. Debu dapat masuk dikarenakan ukuran partikel yang sangat kecil antara
1 - 10 µm, terakumulasi pada saluran pernafasan atas sehingga menyebabkan ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Atas) (Sugiarta, 2008; Suma’mur, 2009; Widyatmoko, 2013). Selain itu, data kematian
bertambah 0,6% untuk pertambahan 10 g/m3 konsentrasinya (Jung, 2012). Particulate Matter10 (PM10)
merupakan partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm dan terdiri dari alumino silikat dan oksida lain
dari unsur kerak dengan sumber utama termasuk debu yang berasal dari jalan, industri, pertanian,
konstruksi, pembongkaran gedung, dan debu terbang dari pembakaran bahan bakar fosil(Mashuda, 2011).
4. Kesimpulan
Kondisi udara di Kota Denpasar telah mengalami penurunan kualitas, antara lain
tercemar oleh hidrokarbon, NOx dan CO. Pencemaran udara yang terjadi disebabkan oleh
kegiatan transportasi, hal ini berhubungan dengan potensi kota Denpasar sebagai obyek wisata
yang selalu ramai dikunjungi wisatawan. Dalam menganggapi isu pencemaran udara ini,
Pemerintah Kota Denpasar membuat beberapa program sebagai upaya untuk mengendalikan
pencemaran udara yang terjadi di Kota Denpasar. Program yang telah dijalankan antara lain
pengendalian emisi dari kendaraan bermotor, penghijauan serta penataan dan mempertahankan
RTH di Kota Denpasar. Program-program pemerintah tersebut tentu saja perlu dukungan serta
partisipasi aktif dari masyarakat, sehingga tujuan untuk memperbaiki kualitas udara di Kota
Denpasar dapat tercapai.
Daftar Pustaka
Jung, Mi Hyun., Kim Ha Ryung dan Park Yong joo. 2012. Genotoxic effects and oxidative stress
induced by organic extracts of particulate matter (PM10) collected from a subway tunnel in
Seoul, Korea. Mutation Research 749 (2012) 39 – 47
Kawatu PAT. 2008. Kadar Timbal Darah, Hipertensi dan Perasaan Kelelahan Kerja Pada Petugas
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Kota Manado.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Kusminingrum, Nanny., G. Gunawan. 2008. Polusi Udara Akibat Aktivitas Kendaraan Bermotor di Jalan
Perkotaan Pulau Jawa dan Bali. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan: Bandung.
Mashuda.2011.Simulasi Pola Penyebaran Particulate Matter 10 (PM10) di area Industri PT. Semen
Gresik Di Tuban. FMPA: ITS.
Ruth, safira. 2009. Gambaran Kejadian Sick Buliding Syndrome (SBS) dan Faktor – Faktor yang
Berhubungan pada Karyawan PT. Elnusa Tbk di Kantor PUsat Graha Elnusa Tahun 2009.
Universitas Indonesia.
Sari, Dellyani Hanggar. 2010. Pengaruh Timbal (Pb) Pada Udara Jalan Tol Terhadap Gambaran
Mikroskopis Ginjal dan Kadar Timbal (Pb) Dalam Darah Mencit BALB/C Jantan. Semarang.
Universitas Diponegoro.
SLH. 2008. Status Lingkungan Hidup Kota Denpasar. Pemerintah Kota Denpasar, Provinsi Bali.
Sugiarta, Anak Agung Gede. 2008. Dampak Kebisingan dan Kualitas Udara Pada Lingkungan Kota
Denpasar. Jurnal Bumi Lestari Vol.8 No.2 Agustus 2008. Hlm 162-167.
Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Sagung Seto, Jakarta,
Indonesia.
Widyatmoko, Hilarion. 2013. Emissions of NOx and Particles PM10 from Highway. Proceeding ISEE
2013 ISBN 978-602-95595-6-9