Anda di halaman 1dari 60

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI
MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING


DALAM PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK
PADA PT. TIRTASIBAYAKINDO-BERASTAGI

Oleh :

Nama : Dina Khairuna


Nim : 040522133
Departemen : Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi
2007

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
2

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“ Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik Pada PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,

dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi

level Program S-1 Extensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

SumateraUtara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, lebih dinyatakan jelas, benar

apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia

menerima sanksi yang diterapkan oleh Universitas.

Medan, 25 September 2007


Yang membuat pernyataan

Dina Khairuna
NIM : 040522133

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “ Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi”.

Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi, Program Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan peranan

semua pihak. Untuk itu, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, Msi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan

Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak, selaku Sekretaris

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ak selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan

bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
4

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA. Ak, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Idhar

Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Penguji II.

5. Bapak Drs. Rustam, Ak, selaku Dosen Wali penulis serta seluruh dosen

pengajar dan staff pegawai Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

6. Pimpinan dan pihak manajemen PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi, khususnya

Bapak Zefri Irwandi, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-

data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Terkhusus buat kedua orangtuaku “Ayah dan Bunda”, Chairul Fahry dan

Nurdiana Effendy, BA yang memberikan do’a, dan semangat yang sangat

besar buat penulis dalam segala hal.

8. Adik-adikku Irham Fauzi, Dian Fahry Nur, dan Fahrul Rozi, terima kasih atas

do’a dan dukungannya.

9. Kawan-kawan seperjuangan angkatan 2004 Ekstensi : Kak Ria, Kak Mian,

Ian, Mita, Olga, dan seluruh kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah membantu dan menyemangati penulis selama kegiatan

perkuliahan hingga pengerjaan skripsi ini.

Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Atas kritik dan saran yang bersifat membangun,

penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua

pihak.

Medan, 25 September 2007


Penulis

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
5

Dina Khairuna
NIM : 040522133

ABSTRAK

Untuk dapat selalu survive dalam persaingan bisnis yang semakin ketat,
setiap badan usaha berupaya untuk selalu mengembangkan diri, baik dari segi
kualitas dan kuantitas maupun perbaikan dan penyempurnaan dalam penentuan
biaya produknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan
penggunaan sistem ABC dalam pembebanan biaya overhead pabrik untuk
penyempurnaan penentuan biaya produk. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tujuan penerapan sistem ABC.
Untuk tujuan di atas, telah dilakukan penelitian di PT. Tirta Sibayakindo
yang berlokasi di Desa Doulu II-Berastagi. Perusahaan ini bergerak di bidang
produksi air minum mineral dalam kemasan dengan merk Aqua dan Vit dalam
beberapa ukuran. Data telah dikumpulkan dengan melakukan wawancara dengan
pejabat-pejabat perusahaan dan juga untuk dokumentasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dalam membebankan biaya overhead
pabrik dengan menggunakan activity based costing belum sepenuhnya sesuai
dengan konsep activity based costing, disebabkan oleh cost driver yang digunakan
kurang beragam sebagai cerminan dari aktivitas yang mengkonsumsi sumber
daya. Oleh karena itu, agar activity based costing dapat sepenuhnya diterapkan
maka sangat diperlukan kerjasama yang baik antara pihak yang terkait.

Kata Kunci : Sumber daya, Aktivitas, Pembebanan Biaya Overhead Pabrik.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
6

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN …………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR………....…………………………………………………ii

ABSTRAK .…………………….………………………………………………..iv

DAFTAR ISI………………………………………………….…………………..v

DAFTAR TABEL .…...…………………………………………………………vii

DAFTAR GAMBAR .…………………………………………………………viii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….1

B. Perumusan Masalah ………………………………………………..4

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………..4

D. Manfaat Penelitian ..…………………………………………………4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Actitivity Based Costing dan Bedanya Dengan Tradisional

Costing.…………………………………………………………… …6

B. Konsep Activity Based Costing

1. Prosedur Activity Based Costing …………….………………….13

2. Cost Driver dan Activity Cost Pool……….. …………………….15

C. Manfaat Activity Based Costing………….. ………………...……...20

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
7

D. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik …..…………………………..22

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian ……….………………………27

B. Jenis dan Sumber Data ……..………………………………………28

C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….28

D. Metode Analisis Data …………………..…………………………..29

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat Perusahaan …………………..………………30

b. Struktur Organisasi …………………………..……………….33

2. Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan

a. Sistem Biaya Standar ………………………………………….38

b. Pencatatan Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan …..…………41

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik …………………… … ………………………42

2. Penggunaan Informasi Biaya Activity Based Costing ……….…46

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………….………………………48

B. Saran .……………………………………………………………….49

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...………51

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
8

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Harga Produksi Dengan Sistem Tradisional

Dengan Sistem ABC………………………………………… …. ….12

Tabel 2.2 Resource dan Resource Driver Yang Bersangkutan…………………16

Tabel 2.3 Activity Cost dan Activity Driver……………………………………19

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
9

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman
Gambar 2.1 Pembentukan Activity Cost Pool ….………………………………19

Gambar 2.2 Pembebanan BOP Sistem Tradisional dan Sistem ABC….………...26

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi……….. …….34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persaingan global yang tajam yang dihadapi oleh perusahaan memaksa

manajemen perusahaan untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk

dengan biaya yang efisien. Untuk itu manajemen memerlukan informasi biaya

yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas, dengan

tujuan agar manajemen dapat mengendalikan biaya dalam menghasilkan produk

yang berkualitas baik.

Pembebanan biaya overhead pabrik dalam sistem tradisional dilakukan

dengan menggunakan tarif overhead pabrik tunggal atau tarif departemen

berdasarkan volume output. Tarif ini menghasilkan biaya produk yang tidak

akurat apabila sebagian besar biaya overhead pabrik tidak berhubungan dengan

volume, dan jika perusahaan menghasilkan produk yang bermacam-macam


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
10

dengan volume, ukuran yang berbeda-beda. Pembebanan biaya overhead pabrik

dilakukan dengan menggunakan alokasi yang bersifat sembarang, sehingga harga

pokok produk yang dihasilkan tidak akurat.

Dalam sistem activity based costing proses pembebanan biaya overhead

pabrik dilakukan dengan menelusuri biaya ke driver sumber daya yang

dibebankan ke pusat aktivitas. Kemudian tarif overhead pabrik dihitung untuk

setiap aktivitas berdasarkan driver aktivitas, dan akhirnya biaya overhead pabrik

dibebankan ke setiap produk dengan cara mengalikan tarif overhead pabrik

dengan kuantitas driver aktivitas yang dikonsumsi oleh produk.

Pada umumnya perusahaan manufaktur masih menggunakan akuntansi

biaya tradisional dalam mengalokasikan semua biaya berdasarkan ukuran volume.

Padahal tidak semua biaya berhubungan dengan volume atau jumlah unit yang

diproduksi sehingga pembebanan biaya tersebut ke produk dengan menggunakan

cost driver (pemicu biaya) berdasarkan jumlah unit dapat menimbulkan distorsi

dalam perhitungan biaya atau subsidi silang. Subsidi silang ini dapat terjadi

karena tiap produk tersebut sebenarnya tidak mengkonsumsi biaya secara

proporsional berdasarkan volume produksi. Oleh karena itu diperlukan

pembebanan biaya secara tepat.

PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi merupakan suatu perusahaan yang

bergerak di bidang industri pengolahan air pengunungan menjadi air minum

kemasan dengan merek Aqua dan Vit. Dalam rangka penetapan harga pokok

produk maka PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi harus membebankan setiap

pengorbanan sumber daya secara tepat. Hal ini dilakukan agar harga pokok

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
11

produk tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah yang akhirnya berdampak pada

laba perusahaan. Kesalahan pembebanan biaya pada produk akan menimbulkan

overcosting atau undercosting sehingga terjadi kesalahan pada pengambilan

keputusan.

Pada PT Tirta Sibayakindo, sumber daya dibebankan kepada aktivitas

yang dikelompokkan ke dalam beberapa aktivitas diantaranya berdasarkan : set up

mesin, power, mesin. Kemudian dibebankan kepada produk. Dasar yang

melandasi activity based costing adalah biaya ada penyebabnya dan penyebabnya

adalah aktivitas, aktivitas ini dapat dikelola yang akhirnya manfaat produk bagi

customer semakin meningkat dan biaya untuk menghasilkan produk berkurang.

Activity based costing merupakan suatu pendekatan penentuan biaya

produk atau jasa berdasarkan pada konsumsi sumber daya yang didasarkan atas

aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa dalam

menghasilkan produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas. Aktivitas

yang dibutuhkan tersebut tentunya mengkonsumsi sumber daya yang

menyebabkan timbulnya biaya. Jadi dalam hal ini aktivitaslah yang menyebabkan

timbulnya biaya.

Biaya produksi terdiri atas tiga unsur yaitu bahan langsung, pekerja

langsung dan overhead pabrik. Activity based costing menekankan penelusuran

langsung dan menekankan penelusuran hubungan sebab akibat. Pembebanan yang

lebih akurat, tentunya akan menghasilkan informasi yang lebih akurat guna

mencegah kekeliruan dalam pengambilan keputusan. Dalam skripsi ini, penulis

membatasi bahasannya hanya pada biaya overhead pabrik.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
12

Untuk mengetahui sejauh mana PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi telah

menerapkan konsep activity based costing dalam pembebanan biaya overhead

pabrik, maka penulis merasa tertarik untuk membahasnya dalam suatu skripsi

yang berjudul “Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah yang

menjadi dasar penelitian dalam penulisan skripsi, yaitu :

1. Apakah penerapan activity based costing oleh perusahaan dalam

pembebanan biaya overhead pabrik telah dilakukan dengan tepat?

2. Apa tujuan penerapan activity based costing dalam pembebanan biaya

overhead pabrik perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang dingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ketepatan penerapan activity based costing oleh

perusahaan dalam pembebanan biaya overhead pabrik.

2. Untuk mengetahui tujuan penerapan activity based costing dalam

pembebanan biaya overhead pabrik perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
13

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang penerapan

activity based costing dalam pembebanan biaya overhead pabrik secara

tepat dengan membandingkan antara teori-teori yang diterima dalam

perkuliahan dengan praktek yang sebenarnya terjadi di dalam perusahaan.

2. Menambah pengetahuan penulis tentang manfaat dari penerapan activity

based costing dalam pembebanan biaya overhead pabrik.

3. Memberikan sumbangan pikiran, dan saran yang berkaitan dengan activity

based costing serta sebagai bahan masukan bagi manajemen perusahaan.

4. Memberikan informasi bagi pihak yang ingin menggunakannya sebagai

bahan pembanding, ataupun pelengkap untuk penelitian selanjutnya.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Activity Based Costing dan Bedanya Dengan Tradisional

Costing

Istilah Activity Based Costing bukanlah merupakan istilah baru.

Pengertian activity based costing telah banyak dibahas dalam buku-buku

akuntansi khususnya akuntansi manajemen. Menurut Mulyadi (2001 : 685) ada

dua keyakinan dasar yang melandasi ABC sistem yaitu :

1. Cost is caused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah

aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas

yang menjadi timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan

pada posisi yang dapat mempengaruhi biaya.

2. The causes of cost can be managed. Penyebab terjadinya biaya dapat

dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas biaya dapat dipengaruhi.

Defenisi yang diberikan para ahli tentang activity based costing antara lain

dapat dilihat dalam uraian berikut. Menurut Garrison dan Noreen (2000 : 342),

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
15

“Activity Based Costing adalah metode costing yang dirancang untuk

menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan

keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya

tetap”. Sedangkan menurut Blocher (2000 : 120), “Activity Based Costing adalah

pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau

jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan karena aktivitas”. Jadi

berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan Activity Based Costing merupakan

sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya ke produk dengan menggunakan

berbagai cost driver, dilakukan dengan menelusuri biaya ke aktivitas dan setelah

itu menelusuri biaya dari aktivitas ke produk yang bermanfaat bagi pihak

manajemen dalam pengambilan keputusan.

Activity Based Costing memiliki perbedaan dengan sistem akuntansi biaya

tradisional, menurut Garrison dan Noreen (2000 : 343) perbedaan activity based

costing dengan sistem akuntansi biaya tradisional antara lain :

1) Biaya produksi dan non-produksi dibebankan ke produk.

Dalam akuntansi tradisional, hanya biaya produksi yang dibebankan ke

produk. Beban penjualan, administrasi dan umum diperlakukan sebagai beban

periodik dan tidak dibebankan ke produk. Komisi tenaga penjualan dapat dengan

mudah ditelusuri ke produk, oleh karena itu dalam activity based costing biaya

non produksi tersebut dibebankan ke produk.

2) Beberapa biaya produksi tidak dimasukkan ke biaya produk.

Dalam akuntansi tradisional semua biaya produksi dibebankan ke produk

bahkan biaya produksi yang tidak disebabkan oleh produk. Sebagai contoh, upah

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
16

untuk keamanan pabrik dialokasikan ke produk meskipun upah penjaga keamanan

tersebut tidak terpengaruh apakah perusahaan berproduksi atau tidak. Dalam

activity based costing hanya biaya yang mempengaruhi produk yang akan

dibebankan ke produk.

3) Ada sejumlah pool biaya overhead, setiap pool dialokasikan ke produk dan

objek costing lainnya dengan menggunakan ukuran aktivitas masing-masing yang

khususus.

Dalam activity based costing setiap pool dialokasikan ke produk dengan

menggunakan ukuran aktivitas yaitu dengan mengidentifikasi aktivitas utama

seperti batch set up, pemrosesan order pembelian dan aktivitas lainnya yang

mengkonsumsi overhead pabrik.

4) Basis alokasi biasanya berbeda dengan basis alokasi dalam sistem akuntansi

biaya tradisional.

Dalam akuntansi biaya tradisional pembebanan biaya overhead pabrik

menggunakan cost driver yang berbasis volume atau cost driver berlevel unit

seperti jam kerja langsung, jam mesin dan unit output. Sedangkan dalam activity

based costing, sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang dilakukan

dihubungkan ke objek biaya seperti produk.

5) Tarif overhead atau tingkat aktivitas disesuaikan dengan kapasitas aktivitas

dan bukannya dengan kapasitas yang dianggarkan.

Dalam akuntansi biaya tradisional, tarif overhead yang ditentukan di muka

dihitung dengan membagi anggaran biaya overhead dengan ukuran aktivitas yang

dianggarkan. Hal ini akan mengakibatkan pembebanan kapasitas yang


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
17

menganggur ke produk dan juga akan menyebabkan biaya produksi per unit yang

tidak stabil. Berbeda dengan activity based costing, dimana produk hanya

dibebani biaya dari kapasitas yang digunakan dan tidak dibebani oleh biaya

kapasitas yang tidak digunakan. Pendekatan ini menyebabkan biaya per unit yang

lebih stabil dan konsisten dengan tujuan pembebanan biaya ke produk yang

menyebabkan aktivitas.

Berikut contoh perhitungan yang dapat memperjelas keterangan tentang

Activity Based Costing.

PT XXX memproduksi 2 macam produk, yang diberi kode AC dan CA. Taksiran

biaya yang berkaitan dengan proses produksi kedua produk tersebut adalah

sebagai berikut :

Keterangan AC CA

Unit yang diproduksi 10.000 unit 20.000 unit

Jam tenaga kerja langsung per unit produk 4 jam 2 jam

Jam kerja mesin per unit produk 2 jam 4 jam

Kebutuhan bahan per unit produk 2 kg 1 kg

Harga bahan langsung per kg Rp 20.000,- Rp 10.000,-

Upah tenaga kerja langsung per jam Rp 5.000,- Rp 5.000,-

Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu aktivitas pada periode

tersebut adalah :

Kelompok aktivitas Biaya aktivitas Pemacu biaya aktivitas

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
18

Tenaga listrik Rp 40.000.000,- Jam kerja langsung

Pemeliharaan Rp 70.000.000,- Jam kerja mesin

Penanganan material Rp 60.000.000,- Banyaknya bahan

Inspeksi Rp 30.000.000,- Unit produksi

Total Rp200.000.000,-

Dasar pembebanan Biaya overhead adalah berdasarkan jam kerja langsung

(JKL).Dari data tersebut di atas maka biaya produk per unit jika dihitung dengan

menggunakan metode tradisional adalah sebagai berikut :

1. Biaya Bahan Baku

Produk AC = 2 kg x Rp. 20.000,- = Rp. 40.000,-

Produk CA = 1 kg x Rp. 10.000,- = Rp. 10.000,-

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Produk AC = 4 jam x Rp. 5.000,- = Rp. 20.000,-

Produk CA = 2 jam x Rp. 5.000,- = Rp 10.000,-

3. Biaya Overhead

Tarif Biaya Overhead adalah Rp. 200.000.000,-/ 80.000 JKL = Rp 2.500,-

Produk AC = 4 jam x Rp. 2.500,- = Rp. 10.000,-

Produk CA = 2 jam x Rp. 2.500,- = Rp. 5.000,-

Dari perhitungan tersebut maka biaya produk dengan menggunakan metode

tradisional adalah :

Jenis Biaya AC CA

Biaya Bahan Baku Rp. 40.000,- Rp. 10.000,-

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
19

Biaya Tenaga Kerja Rp. 20.000,- Rp. 10.000,-

Biaya Overhead Rp. 10.000,- Rp. 5.000,-

Biaya Produksi per unit Rp. 70.000,- Rp. 25.000,-

Jika biaya overhead dihitung dengan berdasarkan metode activity based

costing maka hasil perhitungan biaya overheadnya adalah sebagai berikut :

Kelompok Biaya Aktivitas Pemicu Biaya Aktivitas Tarif/ satuan


Aktivitas
Tenaga Rp. 40.000.000,- 80.000 JKL Rp 500/JKL
Listrik
Pemeliharaan Rp. 70.000.000,- 100.000 JKM Rp 700/JKM

Penanganan Rp. 60.000.000,- 40.000 banyak bahan Rp 1.500/kg


Material bahan
Inspeksi Rp. 30.000.000,- 30.000 unit produksi Rp 1.000/unit
produk

Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh :

Alokasi biaya per produk


Kelompok Aktivitas Tarif/ satuan
AC CA

Tenaga Listrik Rp 500/JKL Rp. 2.000,- Rp. 1.000,-

Pemeliharaan Rp 700/JKM Rp. 1.400,- Rp. 1.800,-

Penanganan Material Rp1.500/kg bahan Rp. 3.000,- Rp. 1.500,-

Inspeksi Rp1.000/unit produk Rp. 1.000,- Rp. 1.000,-

Total Rp. 7.400,- Rp. 6.300,-

Dari hasil perhitungan tersebut di atas maka biaya produk bila dihitung dengan

menggunakan metode activity based costing adalah sebagai berikut :


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
20

Jenis Biaya AC CA

Biaya Bahan Baku Rp. 40.000,- Rp. 10.000,-

Biaya Tenaga Kerja Rp. 20.000,- Rp. 10.000,-

Biaya Overhead Rp. 7.400,- Rp. 6.300,-

Biaya Produksi per unit Rp. 67.400,- Rp. 26.300,-

Perbedaan hasil perhitungan biaya produk dengan menggunakan metode

tradisional dan activity based costing dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.1
Perbandingan Harga Produksi Dengan Sistem Tradisional Dengan Sistem
ABC

Jenis biaya Tradisional Activity Based Costing

AC (Rp) CA (Rp) AC (Rp) CA (Rp)

Biaya Bahan Baku 40.000,- 10.000,- 40.000,- 10.000,-

Biaya Tenaga Kerja 20.000,- 10.000,- 20.000,- 10.000,-

Biaya Overhead 10.000,- 5.000,- 7.400,- 6.300,-

Biaya Produksi per unit 70.000,- 25.000,- 67.400,- 26.300,-

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dilihat dan dibandingkan

perbedaan harga pokok produksi kedua produk. Perbedaan tersebut terjadi dalam

hal pembebanan biaya overhead pabrik dimana dalam sistem tradisional, biaya

overhead pabrik dibebankan dengan menggunakan cost driver berbasis volume

seperti jam kerja langsung atau jam mesin, biaya bahan langsung, dan biaya

tenaga kerja langsung dan unit output, sedangkan activity based costing berbeda

dari sistem biaya tradisional, khususnya di dalam dua hal yaitu :


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
21

1. Pusat biaya atau cost pool didefenisikan sebagai aktivitas atau pusat

aktivitas dan bukan sebagai pabrik atau pusat biaya departemen.

2. Pemicu biaya atau cost driver yang digunakan untuk membebankan

biaya aktivitas ke objek adalah pemicu (driver) aktivitas yang

bendasarkan pada hubungan sebab akibat.

B. Konsep Activity Based Costing.

1. Prosedur Activity Based Costing

Untuk dapat menerapkan activity based costing diperlukan langkah-

langkah. Menurut Garrison dan Noreen (2000 : 349) tahapan untuk menerapkan

Activity Based Costing adalah :

a. Mengindentifikasikan dan mendefenisikan aktivitas dan pool aktivitas.

Langkah pertama dalam menerapkan activity based costing adalah

mengidentifikasikan aktivitas yang akan menjadi dasar sistem tersebut.

Pengidentifikasian aktivitas-aktivitas menghendaki adanya daftar jenis-jenis

pekerjaan yang terdapat dalam perusahaan yang berkaitan dengan proses

produksi. Dalam sistem Activity Based Costing aktivitas yang dimaksud adalah

yang berhubungan dengan kegiatan merancang atau memproduksi suatu produk

yang menurut Mulyadi ( 2003 : 14), digolongkan ke dalam empat kategori, yaitu :

1) Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Level activities)

Aktivitas berlevel unit (unit-level activities) adalah aktivitas yang

dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas

ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi. Contoh biaya

overhead untuk aktivitas ini adalah biaya listrik dan biaya operasi mesin.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
22

2) Aktivitas-aktivitas Berlevel Batch (Batch-Level activities).

Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch-level activities) adalah aktivitas

yang dikerjakan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar kecilnya

aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi.

Contoh aktivitas yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah aktivitas

setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan bahan.

3) Aktivitas-aktivitas Berlevel Produk (Product-Level activities)

Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product-level activities) disebut juga

dengan aktivitas penopang produk (product-sustaining activities) yaitu

aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang

diproduksi oleh perusahaan. Contoh aktivitas yang termasuk ke dalam

kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk,

perekayasaan proses, spesifikasi produk.

4) Aktivitas-aktivitas Berlevel Fasilitas (Facility-Level activities)

Aktivitas berlevel fasilitas (facility-level activities) disebut juga sebagai

aktivitas penopang fasilitas (facility-sustaining activities) adalah meliputi

aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara umum yang

diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk

memproduksi produk, namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak

berhubungan dengan volume produksi. Contoh aktivitas ini antara lain :

kebersihan pabrik, pajak bumi dan bangunan, keamanan pabrik,

pemeliharaan pabrik, dan depresiasi pabrik.

b. Menelusuri Biaya Overhead Aktivitas dan Objek Biaya.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
23

Langkah kedua dalam menerapkan sistem Activity Based Costing adalah secara

langsung menelusuri sejauh mungkin berbagai biaya overhead ke objek biaya.

c. Membebankan Biaya ke Pool Biaya Aktivitas.

Setelah itu tahap berikutnya adalah membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.

d. Perhitungan Tarif Aktivitas.

Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk membebankan biaya overhead ke

produk dan konsumen dihitung dengan membagi biaya dengan total aktivitas

dalam setiap pool biaya aktivitas.

e. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas

dan ukuran aktivitas.

Langkah kelima dalam penerapan Activity Based Costing adalah membebankan

biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif dan ukuran aktivitas. Dalam hal

ini tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya produk dan konsumen.

f. Menyusun laporan manajemen.

Langkah keenam dalam penerapan sistem Activity Based Costing adalah

menyiapkan laporan manajemen.

2. Cost Driver dan Activity Cost Pool

Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur dan digunakan untuk

membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk,

atau jasa. Cost driver menurut Rudianto (2006 : 275) adalah faktor –faktor yang

menyebabkan perubahan biaya aktivitas. Dua jenis pemicu biaya yang dikenal

adalah :

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
24

a. Pemicu sumber daya (resource driver)

Adalah ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas.

Pemacu sumber daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya

yang dikonsumsi oleh aktivitas ke cost pool tertentu.

b. Pemicu aktivitas (activity driver)

Adalah ukuran frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas

terhadap objek biaya. Pemicu biaya aktivitas digunakan untuk

membebankan biaya dari cost pool ke objek biaya.

Menurut Mulyadi (2003 : 203), berikut adalah contoh resource driver yang dapat

dipakai untuk membebankan sumber daya ke aktivitas, yang disajikan dalam tabel

berikut ini:

Tabel 2.2
Resource dan Resource Driver yang Bersangkutan

Sumber Daya Resource Driver

1. Employee-related costs 1. Taksiran waktu yang


dikonsumsi individu dalam
aktivitas atau cost object
2. Waktu tercatat sesungguhnya
yang dikonsumsi oleh
individu dalam aktivitas atau
cost object untuk jangka
waktu tertentu menurut
sample
3. Waktu tercatat sesungguhnya
yang dikonsumsi individu
dalam aktivitas atau cost
object berdasarkan catatan
yang diselenggarakan secara
permanent.
2. Bahan Bakar, listrik untuk 1. Jumlah FTE
tenaga, dan listrik untuk 2. Meter persegi ruang yang
penerangan dipakai
Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
25

3. Biaya kendaraan, termasuk biaya 1. Berkaitan dengan driver lain,


leasing dan biaya operasi lain seperti employee related
costs
2. Log book
3. Aktivitas
4. Biaya bangunan, termasuk sewa, 1. Sama dengan bahan baku,
biaya penerangan lain yang dan biaya tenaga kerja
berkaitan dengan bangunan
5. Biaya reparasi dan pemeliharaan 1. Berdasarkan penggunaan
aktiva tetap ybs
6. Biaya depresi 1. Berdasarkan penggunaan
aktiva tetap ybs
7. Sistem computer 1. Biaya waktu pemakaian CPU
2. Jumlah FTE
3. Jumlah aplikasi perangkat
lunak yang didukung
4. Jumlah terminal computer
5. Help-desk enquiry
8. Biaya sewa-guna-usaha-finance 1. Dibebankan berdasar aktiva
and operating tetap sewa-guna usaha yang
digunakan. Lihat kendaraan
gedung, employee-related,
dan sistem computer
9. Biaya keuangan yang lain 1. Dialokasikan melalui
financial attribution atau
secara langsung, case by case
10. Biaya asuransi, selain yang 1. Berdasarkan aktiva tetap
berkaitan dengan karyawan yang digunakan, atau resiko
yang dapat diidentifikasi.
11. Biaya telekomunikasi, fax, 1. Jumlah FTE
modem, komunikasi, dsb 2. Jumlah terminal
3. Pembebanan langsung
melalui pengukuran
pemakaian pulsa secara
individual
12. Konsultansi 1. Direct tracing
13. Biaya cetak dan supplies kantor 1. Direct tracing
2. Print runs
3. Order pembelian yang
diterbitkan
4. Sediaan yang dipakai
5. Ream kertas yang digunakan
14. Biaya lain 1. Biasanya jumlahnya tidak
material, dialokasikan
secara prorate
15. Komputer 1. Full time equipment (FTE)
Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
26

atau proporsi pemakaian


16. Laba-rugi penjualan aktiva 1. Dialokasikan sebagaimana
yang dilakukan untuk biaya
aktiva lain
17. Biaya luar biasa 1. Biasanya jarang terjadi.
Pisahkan dan negosiasikan
biaya ini secara terpisah

18. Biaya kepatuhan-fee audit, biaya 1. Prorata


pelaporan wajib
19. Biaya kantor pusat 1. Identifikasi aktivitas yang
dipakai melalui keluaran
yang dihasilkan dan
bebankan biayanya
berdasarkan resource driver
20. Kerugian piutang 1. Bebankan ke keluaran yang
bersangkutan

Menurut Tambunan (2005 : 560), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

cost driver yang dibutuhkan, diantaranya :

1. Level keakuratan yang diinginkan terhadap biaya produk yang dilaporkan.

Semakin tinggi keakuratan diinginkan, semakin besar pula cost driver

yang dibutuhkan.

2. Tingkat diversitas produk. Semakin besar tingkat diversitas produk,

semakin besar cost driver yang dibutuhkan.

3. Hubungan biaya terhadap aktivitas yang berbeda-beda. Semakin besar

jumlah aktivitas yang menunjukkan proporsi yang sifnifikan terhadap total

biaya produk, makin besar cost driver yang dibutuhkan.

4. Tingkat diversitas volume (keanekaragaman).Makin besar jarak antara

ukuran-ukuran batch, makin besar cost driver yang dibutuhkan

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
27

5. Penggunaan korelasi antara cost driver dan konsumsi aktivitas yang

sesungguhnya yang tidak sempurna, makin besar cost driver yang

dibutuhkan.

Menurut Mulyadi (2003 : 83) “ Activity Cost Pool adalah akun yang

digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki

activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersama-sama ke

produk/jasa dengan menggunakan hanya satu activity driver”. Contoh gambar

berikut menjelaskan proses pembentukan activity cost pool.

Material Handling Process

Menyimpan

Activities Memindah II Menyerahkan

Memeriksa Memindah III

Memindah I

Menerima

Activity Pool Penerimaan Pool Penyimpanan Pool Penyerahan


Cost Pool

Gambar 2.1
Pembentukan Activity Cost Pool

Berdasarkan contoh gambar di atas, activity driver untuk setiap activity cost

ditentukan sebagai berikut :

Tabel 2.3
Activity Cost dan Activity Driver

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
28

Activity Cost Pool Activity Driver

Pool Penerimaan Jumlah transaksi penerimaan.

Pool Penyimpanan Rerata nilai persediaan dan jumlah

hari penyediaan.

Pool Pengeluaran Jumlah transaksi pengeluaran.

Berdasarkan yang dikemukakan di atas, dalam memilih cost driver harus

memperhatikan biaya pengukuran cost driver tersebut. Hubungan antara cost

driver yang dipilih dengan konsumsi aktivitas yang sesungguhnya, serta perilaku

yang timbul karena penggunaan suatu cost driver.

C. Manfaat Activity Based Costing

Activity Based Costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan

oleh alokasi biaya tradisional. Activity Based costing juga memberikan

pandangan yang jelas tentang bagaimana kompososi perbedaan produk, jasa, dan

aktivitas perusahaan yang memberi kontribusi yang paling dasar dalam jangka

panjang. Manfaat dari penerapan Activity Based Costing menurut

Blocher,Chen,Lin ( 2000:127 ) adalah :

1. Activity Based Costing menyajikan biaya produk lebih akurat dan


informatif yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk
yang lebih akurat dan kepada keputusan strategik yang lebih baik tentang
penentuan harga jual, lini produk pasar dan pengeluaran modal.
2. Activity Based Costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang
biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu
manajemen untuk meningkatkan ‘product value’ dan ‘process value’
dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk,
mengendalikan biaya secara lebih baik dan membantu perkembangan
proyek-proyek peningkatan ‘value’.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
29

3. Dengan menggunakan activity based costing akan memudahkan manajer


memberikan informasi tentang biaya relevan untuk pengambilan
keputusan.
4. Pengukuran kinerja.

Sementara menurut Armanto (2006:211) manfaat Activity Based Costing adalah :

1) ABC bukanlah pengganti (replacement) dari Buku Besar (general ledger).


ABC berfungsi sebagai ‘translator’ buku besar menjadi informasi biaya
(costing information).
2) Informasi buku besar walaupun akurat, tidak mampu menyajikan
informasi biaya proses bisnis yang melibatkan 2 bagian atau lebih.
Misalnya saja proses pemenuhan pesanan pelanggan yang melibatkan
beberapa bagian/departemen. Hal ini pada dasarnya merupakan
konsekuensi dari struktur buku besar yang memang didesain khusus untuk
menyajikan informasi biaya per departemen, namun tidak untuk per
aktivitas proses produksi barang dan jasa.
3) Alokasi biaya dalam sistem konvensional kerap tidak mencerminkan “true
cost cause-and-effect-relationship” antara biaya dengan produk, jasa, atau
pelanggan. ABC mampu mengatasi kekurangan ini.
4) ABC memberi ’insight’ untuk memilah aktivitas dalam proses bisnis yang
memberi nilai tambah (value added activity) dan yang tidak memberi nilai
tambah (non value added activity). Aktivitas yang non value added dicari
solusinya agar dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan. Contohnya
adalah aktivitas penyimpanan barang di gudang.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat dari Activity Based

Costing adalah :

1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk

menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan

harga pokok produk jenis produk tertentu terlalu tinggi (over costing) dan

harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under costing).

2. Memperbaiki pembuatan keputusan. Dengan menggunakan ABC tidak

hanya menyajikan informasi lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi

juga memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang

menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
30

merupakan hal penting bagi manajer dalam pengambilan keputusan baik

mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga

dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya-biaya

overhead disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaaan.

Sistem ABC memudahkan manajer dalam mengendalikan aktivitas-

aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.

Selain membawa manfaat, activity based costing mempunyai kelemahan

dalam penerapannya yaitu memerlukan banyak waktu, sehingga biaya (cost) dari

informasi yang dihasilkan menjadi relatif lebih mahal dibandingkan informasi

yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional dimana harus

diperhitungkan cost dan benefit dari activity based costing.

D. Pembebanan Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku

dan biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan ke dalam :

1. Biaya bahan penolong

2. Biaya reparasi dan pemeliharaan

3. Biaya tenaga kerja tidak langsung

4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap

5. Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu

6. Biaya overhead lain

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
31

Biaya overhead pabrik tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada produk

yang menggunakannya atau mengkonsumsinya. Biaya overhead pabrik umumnya

dikonsumsi oleh lebih dari satu departemen produksi. Oleh karena itu diperlukan

satu prosedur distribusi biaya untuk membebankan biaya overhead pabrik ini

kepada tiap produk yang mengkonsumsinya.

Penggolongan biaya overhead menurut Mulyadi (2000 : 207) ada tiga cara

penggolongan yaitu :

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan

departemen.

Sistem biaya Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem biaya

yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian ke produk yang

dihasilkan. Dalam sistem biaya Activity Based Costing juga dikenal adanya

prosedur pembebanan biaya aktivitas kepada produk berdasarkan aktivitas-

aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan tersebut.

Pembebanan sumber daya ke aktivitas dilakukan dengan cara :

1. Direct tracing

Sumber daya yang dikonsumsi langsung oleh suatu aktivitas dibebankan

ke aktivitas yang bersangkutan dengan menggunakan direct tracing.

Misalkan supplies kantor yang digunakan untuk aktivitas desain dan

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
32

pengembangan dibebankan langsung ke aktivitas tersebut berdasarkan bill

of materials.

2. Alokasi

Sumber daya yang dikonsumsi tidak langsung mempunyai hubungan

sebab akibat dengan perubahan aktivitas dibebankan ke aktivitas dengan

basis sembarang (arbitary).

3. Driver tracing

Sumber daya yang dikonsumsi dan mempunyai hubungan sebab akibat

dengan perubahan aktivitas tertentu dibebankan ke aktivitas yang

bersangkutan dengan menggunakan driver tracing. Untuk membebankan

sumber daya tersebut dengan driver tracing perlu ditempuh langkah

berikut :

a. Pengidentifikasian resource driver sumber daya sebagai basis

pembebanan sumber daya ke aktivitas

b. Penghitungan total resource yang akan dibebankan ke aktivitas

c. Penghitungan resource driver quantity

d. Penghitungan resource driver rate

Pembebanan sumber daya ke aktivitas ditujukan untuk menghasilkan

pembebanan sumber daya secara adil, sesuai dengan konsumsi aktivitas atas

sumber daya yang bersangkutan. Sumber daya yang secara langsung dikonsumsi

oleh suatu aktivitas dibebankan kepada aktivitas yang bersangkutan dengan direct

tracing. Sedangkan untuk membebankan konsumsi sumber daya tidak langsung

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
33

dikonsumsi oleh suatu aktivitas dapat dibebankan dengan menggunakan driver

tracing atau alokasi.

Jika konsumsi sumber daya mempunyai hubungan sebab akibat dengan

perubahan aktivitas, maka sumber daya tersebut dapat dibebankan ke aktivitas

dengan menggunakan resource driver. Alokasi dipakai sebagai dasar untuk

membebankan konsumsi sumber daya yang tidak mempunyai hubungan sebab

akibat dengan perubahan aktivitas. Basis yang dipakai sebagai dasar alokasi

bersifat sembarang, sehingga hasil proses alokasi adalah tidak akurat.

Tahapan dalam membebankan biaya aktivitas dalam sistem Activity

Based Costing dibagi dalam dua tahapan yaitu :

1) Prosedur Tahap Pertama

Pada tahap pertama dalam sistem Activity Based Costing, aktivitas

diidentifikasikan, biaya-biaya dikaitkan dengan masing-masing aktivitas,

dan aktivitas serta biaya yang berkaitan dibagi ke dalam kumpulan biaya

yang sejenis (homogen).Suatu kelompok biaya yang homogen merupakan

suatu kumpulan dari biaya overhead, dimana biaya dapat dijelaskan oleh

suatu pemicu biaya (cost driver) apabila mempunyai rasio konsumsi yang

sama untuk semua produk.

2) Prosedur Tahap Dua.

Pada tahap kedua ini, biaya setiap kelompok biaya (cost pool) ditelusuri ke

produk. Hal ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang

dihitung pada tahap pertama dan dikalikan dengan jumlah sumber daya

yang dikonsumsi oleh setiap produk. Tolak ukur ini merupakan kuantitas

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
34

pemacu biaya yang digunakan oleh setiap produk. Dengan demikian

overhead yang dibebankan setiap kelompok biaya ke produk dihitung

sebagai berikut :

Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit penggerak yang

Dikonsumsi oleh produk.

Berikut digambarkan bagaimana proses pembebanan biaya overhead

pabrik dengan menggunakan sistem activity based costing dan sistem tradisional

menurut Rudianto ( 2006 : 278), sebagai perbandingan proses pembebanan biaya

overhead pabrik.

Prosedur Dua Tahap Tradisional Prosedur Dua Tahap ABC

Biaya Sumber Daya Biaya Sumber Daya

Tahap Tahap
Pertama Pertama
Cost Pool : Cost Pool :
Pabrik atau Aktivitas atau
Departemen Pusat Aktivitas

Tahap Tahap
Kedua Kedua

Objek Biaya Objek Biaya

Gambar 2.2
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Sistem Tradisional dan Sistem ABC

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
35

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan serta bagaimana

penelitian ini dilaksanakan maka desain penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut :

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah termasuk jenis penelitian

deskriptif, yaitu menguraikan tentang keadaan yang sebenarnya dari suatu objek

penelitian studi kasus yaitu peneltian yang merinci tentang suatu objek dalam

kurun waktu tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan

spesifik dan bersifat eksploratif untuk menerangkan apa sebab terjadinya masalah

dan bagaimana pemecahan masalah tersebut.

Penelitian dilakukan di PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi yang berada di Jl.

Medan-Berastagi tepatnya di Desa Doulu-Berastagi dan dimulai bulan Januari

2007. PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi dipilih sebagai objek penelitian karena

dalam memproduksi produknya, perusahaan tersebut menggunakan mesin-mesin

yang berteknologi canggih, produk yang dihasilkan dalam berbagai macam

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
36

ukuran, sehingga untuk dapat membebankan biaya kepada produk secara tepat

diperlukan dasar yang tepat terutama biaya overhead pabrik.

Selain itu PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi menghadapi persaingan yang

sangat ketat dengan para pesaingnya dan penetapan harga jual akan sangat

berpengaruh pada keunggulan bersaing sementara di lain pihak PT. Tirta

Sibayakindo-Berastagi harus tetap mempertahankan kualitas produk. Oleh karena

itu PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi menggunakan sistem activity based costing

dalam pembebanan biaya overhead pabrik karena sistem activity based costing

menghasilkan biaya produksi yang lebih akurat dibanding dengan sistem

tradisional dan dapat menolong perusahaan dalam mengelola keunggulan

kompetitif yang dimiliki perusahaan.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif

yang berupa yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek

penelitian. Data ini diperoleh melalui wawancara dengan manajemen yaitu:

dengan kepala bagian produksi, dan kepala bagian keuangan PT. Tirta

Sibayakindo-Berastagi.

b. Data Sekunder

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
37

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang sudah

mengalami pengolahan yang biasanya berasal dari dokumen perusahaan. Data ini

meliputi : sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan laporan biaya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

a. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan evaluasi

terhadap dokumen-dokumen yang ada di perusahaan.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung

kepada pihak yang terkait yaitu dengan kepala bagian produksi dan kepala bagian

keuangan PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi guna mendapatkan keterangan yang

penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

D. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh, maka telah digunakan metode

deskriptif yaitu metode yang tahapan aktivitasnya meliputi pengumpulan,

penyusunan, pengklasifikasikan data yang diperoleh kemudian

menginterpretasikannya serta menganalisisnya sehingga menghasilkan gambaran

yang lengkap mengenai guna pemecahan masalah yang sedang diteliti dan

dibahas. Kesalahannya akhirnya disajikan di bab berikutnya.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
38

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi adalah sebuah perusahaan yang berstatus

swasta nasional. Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi air minum

yang disterilkan dengan merek “AQUA” dan “VIT”. PT. Tirta Sibayakindo

didirikan pada tahun 1992 dan diresmikan pada tanggal 17 Mei 1993. PT. Tirta

Sibayakindo terletak di Jalan Raya Medan Berastagi Km 5,5 Kabupaten Karo,

Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi perusahaan ini menyangkut tempat

perusahaan melakukan aktivitas operasional secara rutin. Adapun alasan

pemilihan lokasi tersebut mempertimbangkan beberapa faktor antara lain :

1. Dekat dengan tempat tersedianya bahan baku

2. Terletak dijalan yang relatif ramai lalu lintas


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
39

3. Mudah dijangkau oleh karyawan yang bekerja di perusahaan

Perusahaan ini merupakan pabrik kedelapan dari perusahaan “AQUA

GROUP” yang dibentuk oleh PT. Aqua Golden Missisippi, dan di pelopori oleh

Alm. Tirto Utomo, SH berdasarkan akte notaris Ten Thong Kie, SH No.24,

tertanggal 23 Februari 1973. Akte pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman

dalam Surat Keputusan NO. X.AS.213/22 tanggal 19 Juni 1973 serta diumumkan

dalam berita Negara No.173975 tanggal 9 November 1982.

PT. Aqua Golden Missisippi memberikan lisensi kepada PT. Tirta

Sibayakindo pada awal tahun 1992. Pemberian lisensi ini disertai kewajiban

perusahaan tersebut untuk menerapkan standar mutu yang telah ditetapkan oleh

PT. Aqua Golden Missisippi. Kegiatan fisik pada PT. Aqua Golden Missisippi

dimulai pada bulan Agustus 1973 yang ditandai dengan pembangunan pabrik di

kawasan Pondok Ungu, Jawa Barat. Percobaan produksi dimulai pada bulan

Agustus tahun 1974 dan selanjutnya produksi komersial dilakukan pada bulan

September 1974 dengan kapastias produksi 6 juta liter setahun.

Mesin-mesin produksi untuk pengolahan air minum di pabrik ini,

umumnya didatangkan dari luar negeri seperti Perancis, Jepang dan Italia. PT.

Aqua Golden Missisippi merupakan perusahaan air minum yang pertama di

Indonesia dengan status penanaman modal dalam negeri dan dikukuhkan dalam

bentuk badan hukum perseroan terbatas. Modal pertama untuk mendirikan

perusahaan ini adalah sebesar Rp 21,2 Milyar dimana modal ini dimiliki oleh satu

orang pemegang saham yang sekaligus merupakan perintis berdirinya perusahaan.

Modal tersebut merupakan modal yang tercantum dalam akte pendirian.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
40

Sejak tahun 1974, PT. Aqua Golden Missisippi mulai memperkenalkan

dan memasyarakatkan produknya berupa air minum tanpa warna, tanpa bau dan

dalam kemasan botol yang bermerk “AQUA” dan “VIT”. Dikenalnya merk ini

masyarakat luas serta pemasarannya yang telah menjangkau seluruh pelosok

Indonesia, maka perusahaan menunjuk PT. Wirabuana Intern sebagai penyalur

tunggal untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan usaha ekspor ke beberapa

negara ASEAN ditangani oleh PT.”Aqua Golden Missisippi”.

Perusahaan yang memproduksi air minum bermerk “ AQUA” dan “VIT”

ini didukung oleh beberapa perusahaan yang secara keseluruhan disebut sebagai

“AQUA GROUP” yang terdiri dari :

1. PT. Aqua Golden Missisippi, Bekasi, Citeureup.

2. PT. Tirta Jaya Mas Unggul, Pandan, Jawa Timur.

3. PT. Tirta Dewanta Semesta, Mambal, Bali.

4. PT. Tirta Sulut Kalabatindo, Manado, Sulawesi Utara.

5. PT. Cisantara, Kuningan, Jawa Barat.

6. PT. Tirta Menara Nusa, Bandar Lampung.

7. PT. Tirta Bakan Pari, Sukabumi, Jawa Barat.

8. PT. Tirta Sibayakindo, Berastagi, Sumatera Utara.

9. PT. Tirta Mangli, Wonosobo, Jawa Tengah.

10. PT. Varia Industri Tirta, Citeureup.

11. PT. IBIC Sua Bhd (SEHAT), Serin, Brunai Darussalam.

12. Filipines Water Bottling Co, Manila, Philipina.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
41

13. PT. Wirabuana Intern (Sekarang berganti nama menjadi PT. Tirta

Investama Distributor AQUA).

14. PT. Wirabuana Agung, Distributor VIT.

15. PT. Tirta Graha Prama, Container Manufacturing.

16. PT. Angkola Plastik, Container Manufacturing.

b. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan

hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian ataupun orang-orang yang

menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda

dalam suatu organisasi perusahaan. Jika ditinjau secara teoritis, struktur organisasi

PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi menggunakan struktur organisasi garis di mana

garis kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkat mulai dari

pimpinan paling tinggi (top manager) sampai kepada buruh sehingga kalau

diperhatikan hubungan setiap orang buruh sampai kepada top manager atau

sebaliknya merupakan garis lurus. Pada sistem ini terdapat kesatuan perintah yang

menjamin disiplin kerja.

Oleh karena PT. Tirta Sibayakindo hanya melakukan fungsi produksi

(pabrik). Sementara fungsi pemasaran dilakukan oleh unit yang lain dari PT.

Golden Missisippi, maka pimpinan tertinggi di PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
42

ini dipegang oleh seorang plant manager. Berikut ini adalah gambar struktur

organisasi PT. Tirta Sibayakindo- Berastagi :

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
43

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian

dari PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut :

a. Kepala Pabrik

Kepala pabrik adalah pimpinan tertinggi di dalam perusahaan, mempunyai

wewenang dan tugas sebagai berikut :

1. Merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan produksi sesuai dengan

target yang telah ditetapkan.

2. Mengkoordinir semua kepala bagian yang ada di dalam perusahaan di

dalam mereka menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

b. Koordinator Sistem

Bertanggung jawab kepada : Kepala pabrik, Adapun tugas daripada

Koordinator sistem adalah :

1. Mengkoordinir serta memastikan kegiatan pengembangan serta mutu

perusahaan.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
44

2. Bertanggungjawab atas validitas standar operasional dan implementasi

sistem mutu perusahaan.

c. Kepala Bagian Produksi

Kepala bagian produksi, bertanggung jawab kepada Kepala pabrik. Tugas

Kepala bagian produksi ini adalah :

1. Membina karyawan yang ada di bagian produksi air dan kemasan.

2. Menyiapkan produksi sesuai dengan target yang telah ditentukan.

3. Bertanggungjawab terhadap kelancaran opersional bagian produksi air dan

kemasan.

d. Kepala Bagian Quality Control dan Laboratorium

Kepala Bagian Quality Control dan Laboratorium bertanggungjawab

kepada Kepala pabrik. Tugas daripada Kepala Bagian Quality Control dan

Laboratorium ini adalah :

1. Membina dan mengatur tenaga kerja yang ada di bagiannya, sehingga para

tenaga kerja dapat melakukan tugasnya dengan baik.

2. Menahan atau menunda pengeluaran yang tidak sesuai dengan standar.

3. Bertanggungjawab terhadap pengendalian mutu berdasarkan hasil

pemeriksaan serta analisa laboratorium.

e. Kepala Bagian Teknik.

Bertanggungjawab kepada Kepala pabrik, adapun tugas daripada Kepala

bagian teknik ini adalah :

1. Membina dan mengatur tenaga kerja yang ada di bagiannya, sehingga para

tenaga kerja dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
45

2. Merencanakan perubahan sistem operasional mesin-mesin guna

peningkatan efisiensi.

3. Bertanggungjawab terhadap seluruh peralatan produksi dan lainnya

termasuk perawatannya sehingga selalui siap bila akan dipakai.

f. Kepala Bagian Gudang.

Kepala Bagian Gudang terdiri atas dua departemen yakni logistik dan

gudang distribusi. Di bawah ini akan diuraikan tugas dari masing-masing

departemen.

1. Departemen Logistik dan Gudang Bahan.

Bertanggungjawab kepada Kepala Pabrik, tugas daripada departemen logistik dan

gudang bahan ini adalah :

a. Meninjau serta memilih perusahaan yang dapat memenuhi

persyaratan untuk dijadikan salah satu sub kontraktor.

b. Bertanggungjawab atas seluruh bahan-bahan yang diperlukan, baik

yang menyangkut produksi maupun peralatan administrasi kantor.

2. Departemen Gudang Distribusi.

Bertanggungjawab kepada Kepala Pabrik, tugas daripada departemen gudang

distribusi adalah :

a. Mengkoordinasikan serta mengawasi seluruh kegiatan muat

bongkar dan penyimpanan produk di gudang dan pengiriman

barang ke luar perusahaan.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
46

b. Bertanggungjawab terhadap sarana peralatan yang ada di bagian

gudang distribusi.

c. Membina dan mendayagunakan semua sumber daya di

lingkungannya.

g. Kepala Bagian Personalia dan Umum.

Bertanggungjawab kepada Kepala Pabrik, tugas daripada Kepala Bagian

Personalia dan Umum adalah sebagai berikut :

1. Mengkoordinasi dan mendayagunakan semua seksi di bagian umum.

2. Mengambil tindakan terhadap tenaga kerja yang kurang mematuhi

peraturan perusahaan.

3. Bertanggungjawab atas terpenuhinya tenaga kerja yang terampil serta

memenuhi persyaratan perusahaan.

h. Kepala Bagian Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (K3L).

Bertanggungjawab kepada Kepala Pabrik, tugas daripada Kepala Bagian

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) ini adalah :

1. Mencatat dan melaporkan K3L perusahaan.

2. Membina dan mengatur tenaga kerja yang ada di bagiannya, sehingga para

tenaga kerja dapat melakukan tugasnya dengan baik.

3. Bertanggungjawab terhadap keberhasilan dan kelancaran kerja.

i. Kepala Bagian Keuangan.

Bertanggungjawab kepada Kepala Pabrik, tugas daripada Kepala Bagian

Keuangan ini adalah :

1. Merencanakan penggunaan dana perusahaan.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
47

2. Melakukan pengawasan atas data-data keuangan perusahaan.

3. Memberikan laporan keuangan secara berkala kepada atasan.

3. Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan.

a. Sistem Biaya Standar

Pada umumnya perusahaan dapat menggunakan beberapa sistem

penentuan biaya yaitu sistem biaya actual, sistem biaya normal, dan sistem biaya

standar. PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi menggunakan sistem biaya standar

dalam penentuan biayanya.

Dalam menentukan biaya standar yang terdiri atas komponen biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, PT. Tirta Sibayakindo-

Berastagi menggunakan analisa teknik. Analisa Teknik yang dilakukan terhadap

standar biaya bahan baku dengan cara melakukan penelitian kimia dan analisa

mekanik dengan memperhitungkan kemungkinan produk rusak di dalam

penentuan standar tersebut.

Sedangkan analisa teknik terhadap standar biaya tenaga kerja dan standar

overhead pabrik dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan jenis tenaga

kerja yang digunakan, kapasitas mesin dari tahun yang lalu. Sistem biaya standar

dapat memberi keuntungan diantaranya :

1. Biaya standar dapat dijadikan pijakan untuk perbandingan biaya, sehingga

memungkinkan dilakukannya patok duga.

2. Dengan penghitungan biaya standar diikuti analisis varian yang dapat

digunakan sebagai alat untuk penilaian kinerja.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
48

3. Dengan penggunaan sistem biaya standar, dapat digunakan sebagai

motivasi bagi karyawan karena varian dapat dijadikan salah satu indikator

dalam penilaian kinerja karyawan.

Dari data yang diperoleh dari PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi maka

untuk menentukan standar biaya suatu produk yang diwakilkan oleh produk Aqua

1500ml dan vit 240ml, terdiri atas komponen sebagai berikut :

Qty Price Standard


BOM Component
/UOM Cost
Carton Box 1500ml Aqua Local (New) 1,000 1.832 1.832
Empty Bottle Aqua 1500ml Local 3,009 553 1.663,97
Label 1500mlAqua Local Manual (New) 12,000 61,2 734,4
Cap Seal Aqua Sps Manual (New) 12,000 7 84
Spring Water 18,054 2 36
Screw Cap Aqua Sps Logo 12,036 45 541,62
Carton Seal Polos 500Mtr 1,150 37 42,55
Empty Bottle Aqua 1500ml Local-ext 9,00 858 7.722
Activity Cost Machine 0,003 134.908 404,72
Activity Cost Power 0,062 662 41,04
Activity Cost Labor 0,040 3.942 157,68
Activity Cost Overhead 1,000 424 424
Activity Cost SemiDirect 0,003 15.642 46,93
Activity Cost Set up Machine - 1 -

TOTAL COST 13.730,91

Qty Price Standard


BOM Component
/UOM Cost
Carton Box 240ml Vit Local 1,000 1.308 1.308
Cup 240ml non logo 48,12 76,12 3.662,89
Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
49

Label 240ml Vit local 1,000 196,35 196,35


Straw 240ml Vit 48 5,83 279,84
Lid 240ml Vit 48,12 21,61 1.039,87
Spring Water 4,67 1,88 9,77
Carton Seal Polos 500Mtr 1,000 32,34 32,34
Activity Cost Machine 0,004 1.233.236 4.932,94
Activity Cost Power 0,03 855 25,65
Activity Cost Labor 0,04 23.750 950
Activity Cost Overhead 1,000 422 422
Activity Cost SemiDirect 0,004 285.141 1.140,56
Activity Cost Set up Machine 0 1 -

TOTAL COST 14.000,21

Dari komponen biaya standar tersebut di atas PT. Tirta Sibayakindo-

Berastagi memperhitungkan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan

suatu produk terdiri dari biaya bahan baku, activity cost labor, activity cost

machine, activity cost power, activity cost set up machine, dan activity cost

lainnya seperti yang terdapat dalam komponen tersebut di atas.

b. Pencatatan Sistem Akuntansi Biaya Perusahaan.

Dalam sistem akuntansi biaya perusahaan, PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi

menerapkan sistem akuntansi biaya standar, dan melakukan pencatatan sebagai

berikut :

1. Pembelian bahan baku secara kredit sebesar Rp 25.200.000,- sedangkan

berdasarkan standar nilainya Rp 23.800.000,-

Dr. Persediaan bahan baku Rp 23.800.000,-

Selisih harga bahan baku Rp 1.400.000,-

Cr. Hutang dagang Rp 25.200.000,-


Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
50

2. Pemakaian bahan baku untuk produksi dengan biaya aktual Rp.

54.000.000,- sedangkan berdasarkan standar Rp. 53.400.000,-

Dr. Barang dalam proses Rp 53.400.000,-

Selisih kuantias bahan baku Rp 600.000,-

Cr. Persediaan bahan baku Rp 54.000.000,-

3. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung pada produksi Rp 68.000.000,-

sedangkan berdasarkan standar nilainya Rp. 67.000.000,-

Dr. Barang dalam proses Rp 67.000.000,-

Selisih kuantitas tenaga kerja Rp 1.000.000,-

Cr. Upah pabrik Rp 68.000.000,-

4. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produksi Rp.15.000.000,-

Dr. Barang dalam proses Rp. 15.000.000,-

Cr. Biaya overhead pabrik Rp 15.000.000,-

5. Pembayaran biaya sumbangan sebesar Rp. 1.000.000,-

Dr. Biaya Donasi Rp. 1.000.000,-

Cr. Kas Rp 1.000.000,-

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya

Overhead Pabrik.

Dalam data penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai

sistem biaya standar. Dalam sistem biaya standar yang telah ditetapkan oleh PT.

Tirta Sibayakindo-Berastagi terdapat komponen dari activity cost machine,

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
51

activity cost power, activity cost labor, dan activity cost lainnya yang turut

diperhitungkan dalam menghasilkan suatu produk.

Elemen biaya produksi pada perusahaan yang terjadi dalam suatu periode

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :

1. Biaya Bahan Baku Langsung : merupakan biaya bahan baku yang dapat

diidentifikasi secara langsung ke produk, sehingga pembebanan biaya ini

dapat dilakukan dengan mudah.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung, sama seperti biaya bahan baku langsung

biaya tenaga kerja langsung ini juga dapat secara langsung diidentifikasi

ke produk sehingga pembebanannya dapat dilakukan dengan mudah.

3. Biaya Overhead Pabrik meliputi semua biaya produksi, kecuali biaya

bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang diantaranya

terdiri dari :

a. Gaji manager produksi

b. Gaji supervisor

c. Gaji supervisor PPC

d. Astek

e. Tunjangan Hari Raya

f. Konsumsi Karyawan

g. Seragam karyawan

h. Depresiasi pabrik

i. Depresiasi mesin

j. Asuransi

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
52

k. Biaya Listrik

l. Bahan penolong

m. Biaya lainnya

Berikut ini adalah cara pembebanan elemen-elemen biaya tersebut diatas :

1. Activity Cost Labor, yang termasuk ke dalam activity cost labor adalah :

a. Salaries

b. Overtime payments

c. Salaries-holiday pay

d. Retirement Gratuity

e. Bonus

f. W/holding tax allw21

g. Welfare Charges

h. Overtime & add payment walfare charges

i. Social Fund Charge

j. Other Welfare Charge

k. Severance payment

Dibebankan ke produk berdasarkan labor hour, dihitung dengan cara :

Labor hour = employee x machine hour

Activity labor rate = Jumlah Biaya / Labor hour

2. Activity Cost Machine, yang termasuk ke dalam activity cost machine

adalah :

a. Spare Parts

b. Parts Issue Stock V

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
53

c. External Service

d. Industrial Maint.

e. Deprec - tang.ass.

f. Others

Dibebankan ke produk berdasarkan machine hour, dihitung dengan cara :

Activity Cost Machine = Jumlah Biaya/ Machine hour

3. Biaya Overhead, diantaranya :

a. Biaya listrik, dibebankan ke produk berdasarkan jumlah

pemakaian kwh, kwh dipakai sebagi resource driver untuk

membebankan biaya listrik ke aktivitas-aktivitas yang

mengkonsumsi listrik, karena semakin banyak kwh yang

dikonsumsi oleh aktivitas, semakin besar biaya listrik yang terjadi.

Adapun tarif/ kwh dapat dihitung dengan cara :

Tarif/ kwh = Jumlah biaya/ pemakaian kwh

b. Biaya Utilitas yang terdiri dari industrial cleaning, uniforms,

lab.supplies, waste treatments, ext.labo.analysis dan other utilities.

Biaya industrial cleaning, uniforms dibebankan ke produk dengan

cara : jumlah biaya/ employee, sedangkan untuk lab.supplies,

waste treatments, ext.labo.analysis dibebankan ke produk dengan

cara : jumlah biaya/ machine hour.

c. Biaya tidak langsung aktivitas yang sulit dicari hubungan sebab-

akibatnya, dibebankan ke produk dengan cara alokasi. Pada PT.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
54

Tirta Sibayakindo-Berastagi, biaya-biaya ini diantaranya meliputi :

Fuel, St. Var-Raw, Mat Issue, St Var-Packag Issue, St Var-Package

Issue, St Var-Semi Fin Good, St Var-Finished Good, FG SC Issue

St.VAr, St Var-Supplies Good, RM Iss Inv Loss & Samp, Pack Iss

Inv Loss & Sam, SFG Iss Inv, Loss & Sam, FG Iss Inv Loss &

Samp, SUP Iss Inv Loss & Sam, Spa P Iss Inv Loss & Samp, Spa P

Iss Inv Loss & Samp, Office Supplies, Property LT Renting,

Transport eq. Maint, Transport Insurance, Other Insurance, Travel

Expenses, Mail services, Security services, Contributions,

Donations, dan biaya lainnya. Biaya-biaya tersebut diatas

dialokasikan berdasarkan jumlah liter air yang diproduksi.

Misalkan jumlah biaya mail services bulan Januari 2007 sebesar

Rp. 1.448.700,- dan jumlah liter air yang diproduksi dalam bulan

Januari 2007 sebesar 198.729 liter dibebankan ke produk dengan

cara : Rp. 1.448.700,-/ 198.729 = Rp. 7,289.

Dari data yang diperoleh, PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi dalam

membebankan setiap biaya dilakukan sesuai dengan aktivitasnya. Untuk biaya

overhead pabrik, biaya langsung aktivitas dapat diidentifikasi, contohnya biaya

listrik. Sedangkan untuk biaya tidak langsung aktivitas, menggunakan dasar

alokasi yaitu berdasarkan liter air yang diproduksi oleh PT. Tirta Sibayakindo-

Berastagi. Menurut penulis, hal ini sudah sesuai dengan teori, dimana masing-

masing biaya dibebankan sesuai dengan aktivitasnya. Hanya saja hendaknya dapat

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
55

menggunakan cost driver yang lebih beragam lagi dengan tujuan agar diperoleh

biaya produksi yang lebih akurat lagi.

2. Penggunaan Informasi Biaya Activity Based Costing.

Informasi biaya activity based costing digunakan oleh PT. Tirta

Sibayakindo-Berastagi adalah :

a. Untuk mengetahui berapa besarnya biaya produksi guna menentukan

harga pokok penjualan yang akurat, mengingat pesaing untuk

perusahaan yang sejenis cukup besar.

b.Selain itu informasi biaya activity based costing ini digunakan untuk

mengetahui efisiensi biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan

dalam memproduksi produk.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat

diambil dan juga saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat

bagi perusahaan.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis pada Bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Struktur organisasi pada PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi menggunakan

model struktur organisasi garis, dimana struktur tersebut arahnya bergerak

vertical ke bawah, setiap karyawan bertanggung jawab kepada pimpinan

masing-masing, sehingga tercipta kesatuan komando. Struktur model ini

memperlihatkan dengan jelas pembagian tugas, fungsi, tanggungjawab dan

wewenang setiap bagian dalam perusahaan, sehingga dapat bekerja dan

bertanggung jawab sesuai dengan uraian tugas yang ada.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
57

2. PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi menggunakan sistem akuntansi biaya

standar dalam menentukan estimasi harga pokok produk dimana sistem

akuntansi biaya standar ditentukan sebelum suatu produk dihasilkan

dengan tujuan untuk pengendalian dan penganggaran.

3. Penerapan Activity Based Costing pada PT. Tirta Sibayakindo-Berastagi

dalam membebankan biaya overhead pabrik dilakukan sesuai dengan

aktivitasnya , seperti biaya listrik dibebankan berdasarkan kwh. Tetapi

dalam penerapannya activity based costing masih terdapat kelemahan di

mana cost driver yang digunakan oleh perusahaan dalam membebankan

biaya overhead pabrik kurang beragam. Sementara untuk mendapatkan

tingkat keakuratan yang tinggi maka harus digunakan cost driver yang

lebih banyak lagi.

4. Adapun tujuan perusahaan menggunakan activity based costing dalam

membebankan biaya overhead pabrik adalah untuk menghilangkan

terjadinya over costing serta kemungkinan terjadinya subsidi silang antara

produk yang satu dengan produk lain, karena dasar pembebanan biaya

overhead pabrik disesuaikan dengan jenis dan karakteristik aktivitas yang

menyerap sumber daya. Dan kemudian hal tersebut menyebabkan

perhitungan perhitungan harga pokok yang lebih akurat.

B. SARAN

Dalam hal ini, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan

berguna untuk perkembangan perusahaan, yaitu :

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
58

1. Hendaknya perusahaan menggunakan cost driver yang lebih beragam lagi

baik berdasarkan unit dan non unit sesuai dengan jenis dan karakterikstik

aktivitas yang menyerap sumber daya dalam pembebanan biaya

overhead pabrik. Hal tersebut berguna untuk menghindari over costing,

under costing maupun distorsi harga pokok produk yang disebabkan

kesalahan dalam pembebanan biaya overhead pabrik dan guna mencapai

tingkat keakuratan yang tinggi.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
59

DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K dan Usry, Milton F, 2004. Akuntansi Biaya, Edisi ketigabelas,
Buku I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

George H. Bodnar dan William S. Hopwod, 2000. Sistem Informasi Akuntansi,


Buku satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Hansen, Don. R. dan Maryane M. Mowen, 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi


Tujuh, Buku Kedua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen ; Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi


ketiga, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi dan Setyawan, Johny, 2001. Sistem Perencanaan dan Pengendalian


Manajemen, Edisi kedua, Cetakan Pertama, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.

Mulyadi, 2003. Activity-Based Cost System, Edisi keenam, Cetakan Pertama,


Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Rudianto, 2006. Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Supriyono R.A, 2000. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian Biaya


Serta Pembuatan Keputusan, Buku II, Edisi Kedua, Cetakan Kedelapan,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Tambunan Loran, 2005. Akuntansi Biaya, Konsep,Sistem dan Metode, Edisi


Ketiga, Penerbit Universitas HKBP Nommensen, Medan.

Umar, Husain, 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis, Edisi Baru,
Cetakan Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009
60

Witjaksono Armanto, 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, PT. Salemba


Empat Patria, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Departemen Akuntansi, 2004.


Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal, Penelitian dan Penulisan
Skripsi, Medan.

Dina Khairuna : Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam Pembebanan Biaya Overhead Pabri Pada
PT. Tirtasibayakindo-Berastagi, 2007.
USU Repository © 2009

Anda mungkin juga menyukai