Anda di halaman 1dari 28

I. NO.

PERCOBAAN :9
II. JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Pengendapan
III. TANGGAL PECOBAAN : Rabu, 16 November 2016
IV. TUJUAN :
1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan AgNO3.
2. Menentukan kadar NaCl dalam garam dapur

V. DASAR TEORI :
Prinsip Dasar Pengendapan
Titrasi pengendapan merupakan titrasi terhadap larutan analit
dengan zat penitrasi yang menghasilkan suatu endapan. Zat yang akan
ditentukan dititrasi dengan larutan standar yang mampu
mengendapkan zat tersebut.
Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pengendapan, seperti:
Ag+ + Cl–  AgCl (s)
Ag+ + I–  AgI (s)
Hubungan yang terdapat pada titrasi ini adalah: jumlah ekivalen
Ag+ sama dengan jumlah ekivalen Cl–.
Zat yang biasa digunakan sebagai baku primer adalah NaCl,
NaBr, KBr, atau KCl dengan kemurnian yang tinggi. Untuk larutan
baku skunder bisa digunakan larutan AgNO3.

Jenis Titrasi Pengendapan berdasarkan Jenis Indikator dan


Teknik Titrasi
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal
adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-,I-, Br-)
dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida
(pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat
AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk
menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk

1
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat PO4 3- dan ion arsenat AsO43-.
a. Metode Mohr
Metode Mohr merupakan titrasi argentometri dengan
menggunakan indikator kalium kromat (K2CrO4). Metode ini
merupakan titrasi langsung analit dengan titran menggunakan
larutan standar perak nitrat (AgNO3). Larutan analit yang dapat
ditentukan dengan metode Mohr antara lain ion klorida. Endapan
putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi.
Reaksi yang terjadi adalah :
Ag+(aq) + Cl- (aq)  AgCl (s) putih
K2CrO4 (aq) + 2AgNO3 (aq)  2KNO3 (aq) + Ag2CrO4 (s)
coklat kemerahan
Ksp AgCl = 1,8 x 10-10
Ksp Ag2Cr4 = 1,7 x 10-12
Oleh karena kelarutan AgCl lebih kecil daripada kelarutan
Ag2CrO4, maka yang mengendap lebih dulu adalah AgCl. Setelah
semua ion klorida terendapkan, maka kelebihan ion Ag+ akan
bereaksi dengan indiktor kalium kromat membentuk endapan
Ag2CrO4 yang berwarna coklat kemerahan.
Penerapan : untuk menentukan konsentrasi ion Cl-, CN-, dan
Br-. Metode ini banyak digunakan untuk menentukan kandungan
klorida dalam berbagai sampel air, contohnya air sungai, air laut,
air sumur, dan hasil pengolahan industri sabun.

b. Metode Volhard
Metode Volhard merupakan titrasi argentometri dengan
menggunakan larutan standar ion tiasianat (SCN-) dan Fe(III) atau
ion Fe3+ sebagai indikatorr. Titrasi dengan metode volhard
merupakan titrasi langsung terhadap Ag+ sera merupakan titrasi
balik terhadap ion klorida, bromida, dan iodida. AgNO3
ditambahkan dalam jumlah tertentu dan berlebih, kemudian

2
kelebihan larutan perak nitrat dititrasi dengan larutan standar ion
tiosianat (SCN-). Penambahan ion SCN- setelah titik ekuivalen
akan bereaksi dengan indikator Fe(III) membentuk ion kompleks
yang berwarna merah.
Reaksinya adalah :
Ag+(aq) berlebih + Cl- (aq)  AgCl (s) putih
Ag+(aq)sisa + SCN-(aq)  AgSCN (s) putih
Fe3+ + SCN-(aq)  Fe(SCN)2+ kompleks berwarna merah.
Kondisi titrasi dengan metode Volhard harus dijaga dalam
kondisi asam. Karena jika larutan analit bersifat basa, maka akan
terbentuk endapan Fe(OH3.
c. Metode Fajans
Metode Fajans merupakan titrasi argentometri dengan
menggunakan indikator adsorpsi. Misalkan titrasi antara ion
klorida dengan larutan standar Ag+ .Reaksinya :
Ag+ (aq) + Cl- (aq)  AgCl (s) putih
Indikator adsorbsi merupakan pewarna, seperti
diklorofluorescein yang berada dalam keadaan bermuatan
negative dalam larutan titrasi akan teradsorbsi sebagai counter ion
pada permukaan endapan yang bermuatan positif. Dengan
terserapnya ini maka warna indicator akan berubah dimana warna
diklorofluorescein menjadi berwarna merah muda.
VI. ALAT DAN BAHAN

Alat

 Botol timbang 1 buah


 Labu ukur 250 mL 1 buah
 Buret 50 mL 1 buah
 Erlenmeyer 250 mL 1 buah
 Pipet seukuran 10 mL 1 buah
 Pipet tetes 1 buah
 Corong 1 buah

3
 Statif 1 buah
 Klem 1 buah
 Gelas ukur 10 mL 1 buah
 Gelas kimia 500 mL 1 buah
 Neraca analitik 1 buah
 Gelas piala 500 mL 1 buah
 Botol berwarna 1 buah
Bahan

 AgNO3 6,5 gram


 NaCl 1,5 gram
 Indikator K2CrO4 1-2 mL
 Larutan AgNO3

VII. ALUR PERCOBAAN


A. Pembuatan dan penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1N
1. Pembuatan larutan AgNO3 ± 0,1N

AgNO3

- Ditimbang 6,5 gram


- Dimasukkan dalam gelas piala 500
mL
- Dilarutkan dengan air suling hingga
500 mL
- Disimpan dalam botol berwarna
- Dihindarkan dari cahaya matahari

Larutan AgNO3 encer

encer

4
2. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± 0,1 N dengan NaCl p.a
sebagai baku

Larutan AgNO3 NaCl

- Dimasukkan dalam buret - Ditimbang ± 0,0625 gram


sampai melebihi 2-3cm diatas - Dimasukkan ke dalam labu ukur 100
titik nol. mL
- Diturunkan sampai skala nol. - Dilarutkan dengan air suling
- Diencerkan sampai tanda batas
- Dikocok agar larutan tercampur

Larutan baku NaCl

- Dimasukkan larutan baku sebanyak 10


mL ke dalam Erlenmeyer 250 mL
- Ditambah 1 mL indikator K2CrO4
- Diteteskan AgNO3 kedalam labu
Erlenmeyer yang berisi NaCl secara
perlahan
- Dilakukan titrasi sampai terjadi
perubahan

Terbentuk endapan merah bata

- Dicatat volume AgNO3 yang digunakan


- Diulang percobaan sebanyak 3x
- Dihitung konsentrasi AgNO3

Konsentrasi larutan AgNO3

5
3. Penentuan Kadar NaCl Dalam Garam Dapur

Garam dapur

- Ditimbang sebanyak 1,45 gram (dicatat


merk/capnya)
- Dilarutkan dengan air dalam labu ukur
100 ml

Larutan garam dapur

- Dipindahkkan ke dalam erlenmeyer


sebanyak 10 ml
- Ditambah 1 mL indikator K2CrO4 5%
- Dititrasi dengan AgNO3

Endapan merah bata

- Dilakukan sebanyak 3 kali


- Dihitung kandungan NaCl,
dicocokkan dengan yang
tertera pada kemasan

Kadar Cl-

6
VIII. HASIL PENGAMATAN
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
1 Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 ± Sebelum reaksi : - Ag+ (aq) + Cl – (aq)  Dari percobaan yang
0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku - Kristal NaCl AgCl (s) putih dilakukan didapatkan N

Larutan NaCl berwarna putih - AgNO3 (aq) + NaCl (aq) AgNO3 sebesar 0,0100956
AgNO3 - Larutan NaCl tidak  AgCl (s) + NaNO3 N.
- Ditimbang ± berwarna (aq)
- Dimasukka 0,0625 gram - Larutan NaCl + - K2CrO4 (aq) +
n dalam - Dimasukkan ke
buret K2CrO4 berwarna 2AgNO3 (aq) 
dalam labu ukur
sampai 100 mL kuning 2KNO3 (aq) +
melebihi 2- - Dilarutkan dengan Ag2CrO4 (s) coklat
3cm diatas air suling
titik nol. Setelah reaksi : kemerahan
- Diencerkan sampai
- Diturunkan tanda batas - Larutan NaCl +
sampai - Dikocok agar K2CrO4 + AgNO3
skala nol. larutan tercampur membentuk endapan
Larutan berwarna merah bata
baku
NaCl
- V1 AgNO3 = 10,6

7
mL

- Dimasukkan
larutan baku - V2 AgNO3 = 10,7
sebanyak 10 mL mL
ke dalam
Erlenmeyer 250
mL - V3 AgNO3 = 10,5
- Ditambah 1 mL mL
indikator K2CrO4
- Diteteskan -
AgNO3 kedalam
labu Erlenmeyer
yang berisi NaCl
secara perlahan
- Dilakukan titrasi
sampai terjadi
perubahan

Terbentuk endapan
merah bata

8
2 Penentuan Kadar NaCl Dalam Garam Sebelum reaksi : - Ag+ (aq) + Cl – (aq)  Dari percobaan pada
Dapur - Garam dapur AgCl (s) putih garam dapur dengan
berwarna putih - AgNO3 (aq) + NaCl (aq) merek “Refina”
Garam dapur
- Larutan garam dapur  AgCl (s) + NaNO3 didapatkan kadar Cl
- Ditimbang sebanyak 1,45 gram tidak berwarna (aq) sebesar
(dicatat merk/capnya) - Larutan garam dapur - K2CrO4 (aq) + 6,34359 𝑥 10−6 %
- Dilarutkan dengan air dalam
+ K2CrO4 berwarna 2AgNO3 (aq) 
labu ukur 250 ml
kuning 2KNO3 (aq) +
Larutan garam Ag2CrO4 (s) coklat
dapur
Setelah reaksi: kemerahan
- Larutan garam dapur
- Dipindahkkan ke dalam
erlenmeyer sebanyak 10 ml + K2CrO4 + AgNO3
- Ditambah 10 mL indikator membentuk endapan
K2CrO4 5%
berwarna merah bata
- Dititrasi dengan AgNO3

Endapan merah - V1 AgNO3 = 2,7 mL


bata

- V2 AgNO3 = 2,6 mL

9
- V3 AgNO3 = 2,6 mL
- Dilakukan sebanyak 3
kali
- Dihitung kandungan
NaCl, dicocokkan - N1 NaCl =
dengan yang tertera 2,7258 𝑥 10−3 𝑁
pada kemasan
- N2 NaCl =
2,5248 𝑥 10−3 𝑁
Kadar Cl- - N3 NaCl =
2,5248 𝑥 10−3 𝑁

10
IX. ANALISIS PEMBAHASAN

Pada praktikum ini ada 2 tujuan yang akan dilakukan yaitu penentuan
standarisasai larutan AgNO3 ±0,1 N dengan NaCl p.a sebagai larutan baku serta
penentuan kadar Cl pada garam dapur bermerek “Refina”.

 Standarisasi larutan (AgNO3) 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai


baku

Untuk langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang NaCl murni


sebesar 0,0625 gram menggunakan neraca analitik. Neraca analitik digunakan
karena memiliki ketelitian yang cukup tinggi hingga 4 angka dibelakang koma.
Selain itu, ketepatan dalam menimbang zat akan mempengaruhi hasil yang
diperoleh dalam analisa kuantitatif. Setelah ditimbang, NaCl di simpan dalam
botol timbang. Kemudian, NaCl dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL secara
perlahan menggunakan spatula dan corong, dilarutkan dengan air suling, lalu di
encerkan hingga tanda batas pada labu ukur. Penambahan air suling hingga tanda
batas, harus memerhatikan tanda minsikus dengan cermat. Apabila melebihi tanda
batas miniskus, maka konsentrasi yang didapat akan berbeda. Setelah di encerkan,
tutup labu ukur kemudian kocok perlahan agar larutan tercampur dengan
sempurna. Larutan NaCl ini kemudian digunakan sebagai larutan standar primer
dalam titrasi pengendapan.

NaCl(s) + H2O(l)  NaCl(aq)

Larutan NaCl dipipet sebanyak 10 mL dengan menggunakan pipet


seukuran, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Memipet larutan dengan
menggunakan pipet seukuran juga harus memerhatikan tanda batas miniskus. Jika
pada ujung pipet ada larutan yang tertinggal, jangan ditiup. Kemudian,
ditambahkan indikator K2CrO4 (kalium kromat) sebanyak 1 mL menggunakan
pipet tetes. Dalam menggunakan pipet tetes, 1 mL setara dengan kira-kira 20 tetes
kalium kromat. Mengapa menggunakan K2CrO4, adalah karena suasana larutan
pada saat titrasi dilakukan cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan
dalam suasana netral. Selain itu, pada titrasi argentometri metode Mohr, kondisi
keasaman larutan juga harus diperhatikan. Titrasi sebaiknya dilakukan pada pH

11
sekitar 6,5 hingga 10. Hal ini disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari
asam kromat. Oleh sebab itu, jika titrasi dilakukan pada pH dibawah 6,5, maka
ion kromat akan terprotonasi dalam bentuk HcrO4-. Ion tersebut selanjutnya
berubah menjadi ion dikromat. Ion dikromat inilah nantinya yang akan
mendominasi larutan. Reaksi yang terjadi adalah:

2 H+(aq) + 2 CrO4-(aq) ↔ 2 HcrO4-(aq) ↔ Cr2O72-(aq) + H2O(l)

Kondisi tersebut mengakibatkan konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil


untuk memungkinkan terjadinya endapan Ag2CrO4 serta kesulitan dalam
menentukan titik akhir titrasi. Sebaliknya, jika pH larutan lebih besar dari 10,
maka ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- membentuk endapan AgOH yang
berwarna kecokelatan. Endapan tersebut akan menghalangi dalam penentuan titik
akhir titrasi. Reaksi yang terjadi:

Ag+(aq) + OH-(aq) ↔ AgOH(s)

Pada saat sebelum diberi indikator, larutan tidak berwarna. Setelah


diberikan indikator warna larutan menjadi sedikit kuning. Kemudian titrasi
dijalankan. Saat melakukan titrasi, alasi erlenmeyer dengan kertas berwarna putih
bertujuan untuk memudahkan pengamat dalam melihat perubahan warna yang
terjadi.

Penambahan tetes demi tetes AgNO3 ke dalam larutan NaCl dalam


erlenmeyer, ion Ag+ akan berikatan dengan Cl- membentuk endapan AgCl
berwarna putih. Pada saat inilah titik ekuivalen tercapai. Sesuai dengan reaksi:

Ag+(aq) + Cl-(aq)  AgCl(s)↓ putih

Kemudian setelah semua ion Ag+ berikatan dengan ion Cl- (tercapai titik
ekuivalen) dalam erlenmeyer, kelebihan ion Ag+ selanjutnya akan bereaksi
dengan indikator yang ditambahkan membentuk endapan perak kromat (Ag2CrO4)
berwarna merah kecokelatan atau merah bata. Saat sudah terbentuk endapan
berwarna merah kecokelatan ini menandakan titrasi harus dihentikan. Sesuai
dengan reaksi:

12
K2CrO4(aq) + 2 AgNO3(aq)  2 KNO3(aq) + Ag2CrO4(s)↓ merah
kecokelatan

Sesuai dengan teori, terbentuknya endapan karena nilai Qc > Ksp dan
endapan perak kromat terbentuk di akhir karena kelarutan Ag2CrO4 lebih besar
bila dibandingkan dengan AgCl.

Ag+(aq) + Cl-(aq)  AgCl(s)↓ putih Ksp AgCl = 1,8 x 10-10

K2CrO4(aq) + 2 AgNO3(aq)  2 KNO3(aq) + Ag2CrO4(s)↓ merah kecokelatan


Ksp Ag2CrO4 = 1,7 x 10-12

 AgCl(s)↓ ↔ Ag(aq) + Cl(aq)


Misal kelarutan AgCl = s mol/L, maka [Ag+] = [Cl-] = s mol/L sehingga:
Ksp = [Ag+] [Cl-]
1,8 x 10-10 = (s) (s)
S = 1,3 x 10-5 mol/L
 Ag2CrO4(s)↓ ↔ 2 Ag+ (aq) + CrO42- (aq)
Misal kelarutan Ag2CrO4 = s mol/L, maka [Ag+] = 2s dan [CrO42-] = s
mol/L
Sehingga:
Ksp = [Ag+] [CrO42-]
1,7 x 10-10 = (2s)2 (s)
s3 = (1,7 x 10-12)
s = 7,5 x 10-5 mol/L

Didapatkan data titrasi:

Titrasi ke Volume AgNO3 Konsentrasi


1 10,6 mL 0,0100950 N
2 10,7 mL 0,0100007 N
3 10,5 mL 0,0101912 N
Rata-rata 10,6 mL 0,0100956 N

Konsentrasi didapat dari hitungan rumus:

V NaCl x N NaCl = V AgNO3 x N AgNO3

13
 Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur

Percobaan yang kedua, bertujuan untuk menentukan kadar NaCl dalam


sampel garam dapur cap “Refina”. Sampel garam dapur ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik sebanyak 1,4504 gram. Kemudian di simpan dalam
botol timbang. Setelah itu, sampel garam dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL, dilarutkan dengan air suling, di encerkan sampai tanda batas. Kemudian
dilakukan pengenceran lagi sebnayak 100 kali. Pertama, larutan dipipet sebanyak
10 mL, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu, larutan dalam labu ukur
dipindahkan ke dalam wadah lain. Selanjutnya, larutan sampel garam dapur dalam
erlenmeyer, dipindahkan ke dalam labu ukur yang sudah dikosongkan, ditambah
dengan air suling sampai tanda batas. Tutup labu ukur dan kocok perlahan agar
larutan tercampur dengan sempurna. Tahap ini di ulangi sebanyak 2 kali.
Pengenceran sebanyak 100x ini dilakukan bertujuan untuk memperkecil volume
AgNO3 agar titik akhir titrasi lebih cepat tercapai. Apabila tidak dilakukan
pengenceran, AgNO3 yang diperlukan sangat banyak. Setelah dilakukan
pengenceran 100x, larutan di pipet sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer, ditambahkan indikator kalium kromat sebanyak 1 mL (20 tetes
menggunakan pipet tetes). Kemudian titrasi dijalankan.

Seperti pada titrasi sebelumnya, penambahan tetes demi tetes AgNO3 pada
buret ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan sampel garam dapur, ion Ag+ akan
berikatan dengan Cl- membentuk AgCl. Setelah semua Cl- berikatan dengan Ag+,
kelebihan Ag+ akan bereaksi dengan indikator yang ditambahkan membentuk
Ag2CrO4 sesuai dengan reaksi:

K2CrO4(aq) + 2 AgNO3(aq)  2 KNO3(aq) + Ag2CrO4(s)↓ merah


kecokelatan

Didapatkan data titrasi:

Titrasi ke Volume AgNO3 Kadar Cl


1 2,7 mL 6,67156 𝑥 10−6 %
2 2,6 mL 6,66232 𝑥 10−6 %

14
3 2,6 mL 6,66232 𝑥 10−6 %
Rata-rata 2,63 mL 6,6654 x 10−6 %

Volume AgNO3 yang didapatkan pada titrasi pertama sebesar 2,7 mL,
kemudian pada titrasi yang kedua volume AgNO3 sebesar 2,6 mL. Dan pada
titrasi ketiga volume AgNO3 yang didapatkan sebesar 2,6 mL. Sehingga dari hasil
perhitungan didapatkan kadar Cl sebesar 6,6654 x 10−6 %.

Untuk mencari kadar Cl-, didapatkan dari perhitungan rumus:

𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar Cl = 𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥100%

X. KESIMPULAN
 Pada standarisasi larutan (AgNO3) 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai
baku didapatkan konsentrasi AgNO3 sebesar 0,0100956 N
 Pada penentuan NaCl dalam garam dapur dengan merk “REFINA”
didapatkan kadar Cl sebesar 6,6654 x 10−6 %.
XI. REAKSI-REAKSI
 Ag+(aq) + Cl-(aq)  AgCl(s) putih
 AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) putih + NaNO3(aq)
 K2CrO4(aq) + 2 AgNO3(aq)  2 KNO3(aq) + Ag2CrO4(s) (cokelat
kemerahan)

XII. JAWABAN PERTANYAAN


1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri?
Jawab: pemilihan indikator pada titrasi argentomentri didasarkan pada
pembentukan endapan akibat kelebihan senyawa antara analit dengan
titran yang kemudian akan bereaksi dengan indikator membentuk
endapan sehingga titik akhir titrasi maupun titik ekuivalen dapat di amati
dengan jelas. Pemilihan indikator juga harus memperhatikan kelarutan.
Contohnya pada metode Mohr yang menggunakan kalium kromat
sebagai indikatornya dan perak nitrat sebagai larutan standar. Endapan

15
putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi. Oleh karena
kelarutan AgCl lebih kecil dari pada kelarutan AgCrO4 maka yang
mengendap lebih dulu adalah AgCl. Setelah semua ion Ag+ akan
bereaksi dengan indikator kalium kromat membentuk endapan berwarna
AgCrO4 yang berwarna merah bata atau coklat kemerahan.

2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa fungsi


dekstrin?
Jawab: Indikator adsorpsi merupakan zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Cara kerjanya
adalah indikator ini merupakan asam lemah atau basa lemah organik
yang dapat membentuk endapan dengan perak. Sebagai misal flurescein
(HFI) pada penetapan Cl-. Dalam larutan, fluroscein akan mengion. Ion
Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan berwarna
merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan dalam titrasi
ini di usahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna juga tampak sejelas mungkin. Maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan koloid bermuatan
positif, dengan kata lain setelah kelebihan nitrat (ion Ag+). Pada tahap-
tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan dimana
masiha da kelebihan ion-ion X dibanding dengan ion nitrat, maka
endapan menyerap ion-ion X sehingga butiran koloid menjadi negatif.
Ketika titrasi dilanjtkan, pada titik ekuivalen semua ion X- diikat oleh
Ag+ sehingga koloid jadi netral. Setetes titrant menyebabkan kelebihan
ion Ag+, sehingga koloid jadi positif, dan menarik ion Fl- yang
menyebabkan warna endapan mendadak menjadi merah muda. Pada
waktu bersamaan terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang
semula keruh menjadi jernih atau lebih jernih.

3. Mengapa pH harus dikendalikan?


Jawab: Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam
lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan
proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin

16
larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung
dengan I- membentuk HI. Contohnya pada metode Mohr, harus
memerhatikan kondisi keasaman larutan. Titrasi sebaiknya dilakukan
pada pH 10. Hal ini disebabkan ion kromat adalah basa konjugasi dari
asam kromat. Oleh sebab itu, jika titrasi dilakukan pada pH dibawah 6,5
maka ion kromat akan terprotonasi dalam bentuk HcrO4. Ion tersebut
selanjutnya berubah menjadi ion dikromat. Ion dikromat inilah yang
mendominasi di dalam larutan. Kondisi tersebut mengakibatkan
konsentrasi ion kromat akan terlalu kecil untuk memungkinkan
terjadinya endapan AgCrO4. Dan hal ini akan mengakibatkan kesulitan
dalam melihat titik akhir titrasi.

4. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3 dan pCl untuk titrasi
antara 50 mL 0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M.

Titrasi Basa Lemah-Asam Kuat


12
11
10
9
8
7
pCl- 6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Volume NaCl

5. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 mL


larutan tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan
AgNO3, dan kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan
larutan KSCN 28 mL 0,1 M?
Jawab:
Diketahui : V NaCl = 25 mL
V AgNO3 = 25 mL

17
M AgNO3 = 0,2 M
V KSCN = 28 mL
M KSCN = 0,1 M
kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi
habis dengan larutan
Ditanya : konsentrasi NaCl ?

Jawab :

karena habis bereaksi dengan larutan KSCN berarti v1=v2


Mol. Ek. sisa AgNO3 = Mol. Ek. sisa KSCN
Mol. 1. Sisa AgNo3 = 28 mL. 1. 0,1 M
Mol sisa AgNO3 = 2,8 mmol
NaCl + AgNO3  AgCl + NaNO3
M x mmol 5,0 mmol
R 2,2 mmol
S - 2,8 mmol

Maka: mmol NaCl yang bereaksi adalah 2,2 mmol.


2,2 mmol = X mmol
2,2 mmol = VNaCl x [NaCl]
2,2 mmol = 25 mL x [NaCl]
2, 2mmol
[NaCl] = = 0,088 N
25mL

XIII. DAFTAR PUSTAKA


Day, R. U. (1986). Quantitative Analysis (fifth ed.) New York: Prentice Hall.
(Terjemahan oleh A. Hadyana. 1992. Analisis Kimia Kualitatif (ed. ke 5).
Jakarta: Erlangga.
Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar (cetakan kedua). Jakarta:
Gramedia.
Pursitasari, I. D. (2014). Kimia Analtik Dasar. Bandung: Alfabeta.

18
Tim Penyusun Praktikum Kimia Analitik. (2016). PANDUAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK I. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA.

19
XIV. LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1. Penentuan standarisasi larutan K2CrO4 + AgNO3 ±0,1 N dengan NaCl p.a


sebagai larutan baku
Diket : V1 AgNO3 = 10,6 mL
V2 AgNO3 = 10,7 mL
V3 AgNO3 = 10,5 mL
Massa NaCl p.a = 0,0625 gram
𝑔
Mr NaCl = 58,5 ⁄𝑚𝑜𝑙
V NaCl = 10 ml
Ditanya : N AgNO3 rata-rata?
Jawab :
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
 N NaCl = 𝑥 𝑣 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑀𝑟
0,0625 1000
= 𝑥
58,5 100

= 0,0107008 N

 Titrasi 1
N NaCl x V NaCl = N AgNO3 x V AgNO3
0,0107008 x 10 = N AgNO3 x 10,6
0,0107008
N AgNO3 = 10,6

= 0,0100950 N
 Titrasi 2
N NaCl x V NaCl = N AgNO3 x V AgNO3
0,0107008 x 10 = N AgNO3 x 10,7
0,0107008
N AgNO3 = 10,7

= 0,0100007 N
 Titrasi 3
N NaCl x V NaCl = N AgNO3 x V AgNO3
0,0107008 x 10 = N AgNO3 x 10,5
0,0107008
N AgNO3 = 10,5

20
= 0,0101912 N

 N AgNNO3 rata-rata
0,0100950+0,0100007+0,0101912
N AgNO3 = 3

= 0,0100956 N
2. Penentuan kadar NaCl pada garam dapur dengan merek “Refina”
Diket : massa garam dapur = 1,45 gram
Mr NaCl = 58,5 g/mol
V NaCl = 10 mL
Vaquades =100 mL
V1 AgNO3 = 2,7 mL
V2 AgNO3 = 2,6 mL
V3 AgNO3 = 2,6 mL
Ditanya : kadar Cl rata-rata?
Jawab :
 Titrasi 1
 N NaCl x V NaCl = N AgNO3 x V AgNO3
N NaCl x 10 = 0,0100956 x 2,7
0,027258
N NaCl = 10

= 2,7258 𝑥 10−3 𝑁

𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 1000
 M NaCl = 𝑥 𝑥 100
𝐴𝑟 𝐶𝑙 100
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
2,7258𝑥 10−3 = 𝑥 1000
35,5

96,7659 𝑥 10−3 = m NaCl x 1000


96,7659 𝑥 10−3
m NaCl = 1000

= 9,67659 𝑥 10−6 𝑔𝑟𝑎𝑚


 Kadar Cl
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar Cl = 𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥100%

9,67659 𝑥 10−5
= 1,4504

= 6,67156 𝑥 10−6 %

21
 Titrasi 2
 N NaCl x V NaCl = N AgNO3 x V AgNO3
N NaCl x 10 = 0,0100956 x 2,6
0,025248
N NaCl = 10

= 2,5248 𝑥 10−3 𝑁

𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 1000
 M NaCl = 𝑥 𝑥 100
𝐴𝑟 𝐶𝑙 100
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
2,5248𝑥 10−3 = 𝑥 100 𝑥 100
35,5

96,6304 𝑥 10−3 = m NaCl x 1000


96,6304 𝑥 10−3
m NaCl = 1000

= 9,66304 𝑥 10−6 𝑔𝑟𝑎𝑚


 Kadar Cl
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar Cl = 𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥100%
9,66304 𝑥 10−6
= 1,4504

= 6,66232 𝑥 10−6 %
 Titrasi 3
 N NaCl x V NaCl = N AgNO3 x V AgNO3
N NaCl x 10 = 0,0100956 x 2,6
0,025248
N NaCl = 10

= 2,5248 𝑥 10−3 𝑁

𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 1000
 M NaCl = 𝑥 𝑥 100
𝐴𝑟 𝐶𝑙 100
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
2,5248𝑥 10−3 = 𝑥 100 𝑥 100
35,5

96,6304 𝑥 10−3 = m NaCl x 1000


96,6304 𝑥 10−3
m NaCl = 1000

= 9,66304 𝑥 10−6 𝑔𝑟𝑎𝑚


 Kadar Cl
𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙
Kadar Cl = 𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥100%

22
9,66304 𝑥 10−6
= 1,4504

= 6,66232 𝑥 10−6 %

 Kadar Cl rata-rata
6,67156 𝑥 10−6 % + 6,66232𝑥10−6 % + 6,66232𝑥10−6 %
Kadar Cl = 3
−6
= 6,6654 x 10 %

23
LAMPIRAN FOTO

No. Gambar Keterangan

1. Menimbang garam
murni NaCl untuk
membuat larutan
standar primer.

2. Menimbang sampel
garam dapur cap
“Refina” untuk
membuat larutan
standar primer dalam
titrasi menentukan
kadar NaCl pada
garam dapur.

24
3. Melarutkan NaCl ke
dalam labu ukur.

4. Indikator kalium
kromat yang
digunakan dalam
titrasi.

5. Menambahkan
indikator kalium
kromat dalam
erlenmeyer
menggunakan pipet
tetes sebanyak 20
tetes (1 mL).

25
6. Warna larutan setelah
ditambahkan
indikator kalium
kromat.

7. Volume larutan pada


titrasi standarisasi
perak nitrat
pengulangan pertama
diperoleh 10,6 mL.

8. Volume larutan pada


titrasi standarisasi
perak nitrat
pengulangan kedua
diperoleh 10,7 mL.

26
9. Volume larutan pada
titrasi standarisasi
perak nitrat
pengulangan ketiga
diperoleh 10,5 mL.

10. Warna larutan setelah


dititrasi.

11. Volume larutan pada


titrasi penentuan
kadar NaCl dalam
garam dapur
pengulangan pertama
diperoleh 2,7 mL.

27
12. Volume larutan pada
titrasi penentuan
kadar NaCl dalam
garam dapur
pengulangan kedua
diperoleh 2,6 mL.

13. Volume larutan pada


titrasi penentuan
kadar NaCl dalam
garam dapur
pengulangan ketiga
diperoleh 2,6 mL.

28

Anda mungkin juga menyukai