Anda di halaman 1dari 15

RANGKUMAN ARGENTOMETRI

KIMIA ANALITIK 1
SP2014

Disusun Oleh:
Windi Sri Wulandari (1211E1035)
Nurul Ulfah Rahmawati (1211E1046)
Tuti Alawiyah (1211E1055)
Rosmawati (1211E1069)

SEKOLAH TINGGI ANALIS KESEHATAN BAKTI ASIH BANDUNG


Jl. Padasuka Atas No.233 Bandung 40192

ARGENTOMETRI

I. DASAR TEORI
Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat
(AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO 3 digunakan
untuk menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan
ion Ag+ dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa
kompleks sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
NaX + Ag+

AgX + Na+

KCN + Ag+

AgCN + K+

KCN + AgCN

( X = halida )

K{Ag(CN)2}

Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO 3 0,1 N dapat dibuat
dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter aquades.
Seperti halnya pada proses titrasi netralisasi, pada proses argentometri pun dapat
digambarkan proses titrasinya meskipun pembuatan kurva ini tidak dimaksudkan untuk
memilih dan menentukan jenis indikator yang akan digunakan untuk menentukan saat
tercapainya titik ekivalen, sehingga untuk pembuatan kurva ini sebagai ordinatnya bukan
lagi besarnya pH larutan melainkan besarnya pAg atau pX dalam larutan.
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem
pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen,
ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan
standardnya.

II.

PRINSIP
Reaksi yang menghasilkan suatu senyawa yang tidak larut dalam larutan induknya.

Konstanta keseimbangan untuk kelarutan suatu garam. untuk larutan jenuh, harga ksp
tersebut berbanding lurus dengan hasil kali konsentrasi ion-ion pembentuknya.
III.

JENIS TITRASI DAN KONDISI REAKSI


Dalam titrasi argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan titik akhir atau titik
ekivalen, yaitu :

1 Dengan cara Liebig


Dalam titrasi argentometri yang disebut dengan titrasi pembentukan kompleks
adalah titrasi terhadap larutan garam sianida. Proses ini mula-mula dikemukakan oleh
Liebig pada tahun 1851, akhirnya dikenal sebagai titrasi argentometri cara Liebig. Apabila
ke dalam larutan garam sianida ditambahkan larutan AgNO 3 mula-mula akan terjadi
endapan putih dari garam AgCN. Tetapi oleh karena di dalam larutan masih terdapat
kelebihan ion sianida maka apabila larutan tersebut digoyang-goyang, endapan AgCN yang
telah terbentuk akan segera larut kembali karena terjadinya garam kompleks dari logamnya
yang cukup stabil, sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
KCN + AgNO3
2KCN + AgCN

AgCN + KNO3
K2{Ag(CN)3}

Apabila semua ion CN- dalam larutantelah membentuk ion kompleks {Ag(CN) 2}- ,
kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit larutan AgNO 3 akan sesgera
terbentuk endapan yang stabil (permanen) dari garam kompleks argentum disianoargentat
(I) sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
K{Ag(CN)2} + AgNO3

Ag{Ag(CN)2} + KNO3

Dalam hal ini jelaslah bahwa pada titrasi argentometri terhadap ion CN -, tercapai
titik ekivalen ditandai dengan terbentuknya endapan (kekeruhan) permanen dari garam
kompleks Ag{Ag(CN)2}.
Titrasi argentometri secara Liebig ini tidak dapat dilakukan dalam suasana
ammoniakal, karena garam kompleks Ag{Ag(CN)2} dalam larutan ammoniakal akan larut
menjadi ion kompleks diammin.

Ag{Ag(CN)2} + 4NH3

2{Ag(NH3)2}+ + 2CN-

2 Dengan pembentukan endapan berwarna (metode Mohr)


Dalam cara ini, ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan
kelebihan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan reaksi
:
CrO42- +

2Ag+

Ag2CrO4

Untuk menghindari terjadinya pengendapan perak kromat sebelum pengendapan


perak halida sempurna, maka konsentrasi ion kromat yang ditambahkan sebagai indikator
harus sangat kecil, umumnya konsentrasi ion kromat dalam larutan berkisar 3.10 -3 M
hingga 5.10-3 M.
3 Dengan cara pembentukan ion kompleks berwarna (metode Volhard)
Dalam cara ini, larutan standard perak nitrat ditambahkan secara berlebih ke dalam
larutan analit, kemudian kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan standard amonium
atau kalium tiosianat dengan menambahkan ion feri (Fe 3+) sebagai indikator. Pada akhir
titrasi, ion feri akan bereaksi dengan kelebihan ion tiosianat memebentuk ion kompleks
{Fe(SCN)6}3- yang berwarna coklat.
X + Ag+

AgX + Ag+ sisa

Ag+ sisa + SCN-

AgSCN

Fe3+ + 6 SCN-

{Fe(SCN)6}3-

4 Dengan menggunakan indikator adsorpsi (metode Fajans)


Titik akhit titrasi dalam titrasi dengan cara ini ditandai dengan berubahnya warna
endapan AgX sebagai akibat dari adanya adsorpsi endapan AgX terhadap pereaksi pewarna
yang ditambahkan. Indikator yang sering digunakan adalah fluorescein dan eosin.

IV.

PROSEDUR
1) Alat dan Bahan
Alat
Labu takar

Ukuran
500 mL

Jumlah
1 buah

Gelas ukur

25 mL

1 buah

Pipet volume

10 mL

1 buah

Buret

50 mL

lengkap

Labu Erlenmeyer

250 mL

3 buah

Gelas kimia

250 mL

1 buah

Neraca analitik

1 buah

Corong

1 buah

Batang pengaduk

1 buah

Botol kosong

3 buah

Bahan

Ukuran

Jumlah

Kristal NaCl

0,293 gram

Kristal AgNO3

1,7 gram

Garam dapur kotor

0,2 gram

Larutan K2CrO4

secukupnya

Aquades

secukupnya

2) Cara Kerja
Untuk membuat larutan standart AgNO3 sebanyak 1 L

Menimbang dengan tepat AgNO3 sebanyak 1,7 gram di dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analisis.

Menambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia untuk mengencerkan AgNO 3,


dan mengaduknya dengan menggunakan pengaduk agar dapat larut sampai homogen.

Memasukkan larutan AgNO3 tersebut ke dalam labu takar 500 mL, kemudian larutan
tersebut diencerkan dengan menambahkan aquades ke dalamnya sampai tanda batas.

Mengocok larutan AgNO3 dalam labu takar sampai bercampur dengan aquades.

Memindahkan larutan AgNO3 encer tersebut ke dalam suatu botol bersih.

Untuk membuat larutan standart NaCl 0,01 N sebanyak 500 mL

Menimbang dengan tepat NaCl sebanyak 0,293 gram di dalam gelas kimia dengan
menggunakan neraca analisis.

Menambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia untuk mengencerkan NaCl,


dan mengaduknya dengan menggunakan pengaduk agar dapat larut sampai homogen.

Memasukkan larutan NaCl tersebut ke dalam labu takar 500 mL, kemudian larutan
tersebut diencerkan dengan menambahkan aquades ke dalamnya sampai tanda batas.

Mengocok larutan NaCl tersebut sampai bercampur dengan aquades.

Memindahkan larutan NaCl tersebut ke dalam suatu botol bersih.

Membuat standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3

Mengisi buret dengan larutan AgNO3 sampai penuh.

Mengukur 10 mL larutan NaCl dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.

Menambahkan indikator larutan K2CrO4 sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer


yang berisi larutan NaCl tadi, kemudian mengocoknya agar dapat bercampur.

Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan


menggunakan larutan AgNO3 setetes demi setetes melalui buret sampai terjadi
perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.

Melakukan kegiatan percobaan 1-4 sebanyak 3 kali pengulangan, dan mencatat volume
AgNO3 yang diperlukan dari buret.

Untuk menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr

Menimbang dengan tepat garam dapur kotor sebanyak 0,2 gram dalam gelas kimia
dengan menggunakan neraca analitik.

Menambahkan aquades secukupnya ke dalam gelas kimia untuk mengencerkan garam


dapur kotor tersebut, dan mengaduknya dengan menggunakan pengaduk agar dapat
larut sampai homogen.

Memasukkan larutan garam dapur kotor tersebut ke dalam labu takar 500 mL,
kemudian larutan tersebut diencerkan dengan menambahkan aquades ke dalamnya
sampai tanda batas.

Mengocok larutan garam dapur kotor tersebut sampai bercampur dengan aquades.

Memindahkan larutan garam dapur kotor tersebut ke dalam suatu botol bersih.

Mengambil 10 mL larutan garam dapur kotor dari sampel yang telah diencerkan
tersebut dan memasukkannya ke dalam labu erlenmeyer.

Menambahkan indikator larutan K2CrO4 sebanyak 5 tetes ke dalam labu erlenmeyer


yang berisi larutan tadi, kemudian mengocoknya agar dapat bercampur.

Kemudian barulah menitrasi larutan dalam labu erlenmeyer tersebut dengan


menggunakan larutan AgNO3 setetes demi setetes melalui buret sampai terjadi
perubahan warna larutan dari kuning menjadi berwarna merah.

Melakukan kegiatan percobaan 6-8 sebanyak 3 kali pengulangan, dan mencatat volume
AgNO3 yang diperlukan dari buret.

V.

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

A. Standardisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO 3

Tb
g
I

Perlakuan

Penambahan AgNO3
Sebelum
Setelah

10 mL larutan NaCl +

Berwarna

Berwarna merah

5 tetes indikator larutan

kuning

bata

K2CrO4

V AgNO3 = 9,13 mL

II
III

V AgNO3 = 9,10 mL
V AgNO3 = 8,98 mL

B. Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr
Tb

Penambahan AgNO3
Sebelum
Setelah

Perlakuan

10 mL larutan NaCl
I

Berwarna merah

(garam dapur kotor) +

Berwarna

5 tetes indikator larutan


II

kuning

K2CrO4

III

bata
V AgNO3 = 6,53 mL
V AgNO3 = 6,48 mL
V AgNO3 = 6,51 mL

ANALISIS DATA
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh bahwa :

1 Standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO 3.


Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes larutan
indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl berwarna
kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO 3, larutan NaCl akan berubah
warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada penambahan
volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan.

Diketahui : Volume titrasi


N NaCl ( N1 )
Volume NaCl ( V1 )

9,13 mL ; 9,10 mL ; 8,98 mL

= 0,01 N
=

10 mL

Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang digunakan adalah :

ek analit

ek titran

ek NaCl

ek AgNO3

N2 . V2

N1 . V1

Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO 3 dari standarisasi dengan
NaCl.
a Volume titrasi 9,13 mL
ek NaCl
N1 . V1

N2

ek AgNO3

N2 . V2

V1
10 mL
x N1
x 0,01 N 0,01 N
V2
9,13 mL

b Volume titrasi 9,10 mL


ek NaCl
N1 . V1

N2

ek AgNO3

N2 . V2

V1
10 mL
x N1
x 0,01 N 0,01 N
V2
9,10 mL

c Volume titrasi 8,98 mL


ek NaCl
N1 . V1

ek AgNO3

N2 . V2

V1
10 mL
x N1
x 0,01 N 0,01 N
V2
8,98 mL

N2

Dari perhitungan normalitas AgNO3 -nya dapat dicari rerata normalitas AgNO3 nya dan
standar deviasinya, yaitu :
Rerata Normalitas AgNO3

N1 N 2 N 3
0,01 0,01 0,01
0,03

0,01 N
3
3
3

Standar Deviasi
S

(N i - N) 2
n -1

(0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2


3 -1

0 0 0

0
2

2 Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr. Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah yang
sudah diencerkan diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur kotor
tersebut dan ditambahkan dengan larutan indikator K2CrO4 sebanyak 5 tetes adalah
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan garam kotor
tersebut akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata
pada penambahan volume larutan AgNO3 yang berbeda-beda untuk 3 kali pengulangan.

Diketahui : Volume titrasi = 6,53 mL ; 6,48 mL ; 6,51 mL

BE NaCl dalam garam dapur kotor =Mr= 1 mol/ek . 58,5 g/mol


= 58,5 g/ek
Berat cuplikan

0,293 gram

N AgNO3

0,01 N

Jadi, yang perlu dicari adalah kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur
kotor. Persamaan yang digunakan adalah :

mek analit

= mek titran

ek NaCl

= ek AgNO3

berat NaCl
500 mL
x
V . N AgNO 3
BE
10 mL

Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam
dapur kotor.
a. Volume titrasi 6,53 mL = 6,53.10-3 L
ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl (g)


10 mL
x
V . N AgNO 3
BE
500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,53.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,53 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
berat NaCl

6,53 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek


0,02

3,82005.10 -3 g

0,02
0,19 gram
berat NaCl
x 100%
berat sampel
0,19 gram

x 100%
0,2 gram
95 %

kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor

b. Volume titrasi 6,48 mL = 6,48.10-3 L

ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl (g)


10 mL
x
V . N AgNO 3
BE
500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,48.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,48 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,48 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl
0,02
3,7908.10 -3 g

0,02
0,19 gram
berat NaCl
x 100%
berat sampel
0,19 gram

x 100%
0,2 gram
95 %

kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor

c. Volume titrasi 6,51 mL = 6,51.10-3 L


ek NaCl

ek AgNO3

berat NaCl (g)


10 mL
x
V . N AgNO 3
BE
500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,51.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,51 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
berat NaCl

6,51 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek


0,02

3,80835.10 -3 g

0,02
0,19 gram

berat NaCl
x 100%
berat sampel
0,19 gram

x 100%
0,2 gram
95 %

kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor

Dari perhitungan dapat dicari rerata kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur
kotor, yaitu :

Rerata kemurnian kadar/kemurnian dari NaCl dalam garam dapur kotor.

k1 k 2 k 3
95% 95 % 95%
285%

95%
3
3
3

VI.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
:
1

Standarisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO 3.


Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes larutan
indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl berwarna
kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan NaCl akan berubah
warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada penambahan
volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan, yaitu :
Rerata harga normalitasnya = 0,01 N
Standar deviasinya = 0

Menetapkan kadar/kemurnian NaCl dalam garam dapur kotor dengan


menggunakan metode Mohr. Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah yang
sudah diencerkan diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur kotor
tersebut dan ditambahkan dengan larutan indikator K2CrO4 sebanyak 5 tetes adalah
berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO 3, larutan garam kotor
tersebut akan berubah warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata
pada penambahan volume larutan AgNO3 yang berbeda-beda untuk 3 kali pengulangan
dan memiliki harga kemurnian NaCl yang sama untuk penambahan volume AgNO 3
yang berbeda-beda.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Abudarin. 2002. Buku Ajar Kimia Analisis II. Palangkaraya : FKIP, Jurusan
PMIPA, Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Palangkaraya.
Anonim. Tanpa tahun. PenuntunPraktikum Kimia Analisis.
Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Underwood, A. L dan R. A. Day, JR. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai