Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan maka dituntut adanya


sarana dan prasarana yang mendukungnya seperti tersedianya tenaga listrik. Saat
ini tenaga listrik merupakan kebutuhan yang utama, baik untuk kehidupan sehari-
hari maupun untuk kebutuhan industri. Mesin DC atau mesin arus searah
termasuk dalam kategori jenis mesin yang paling banyak digunakan baik dalam
lingkungan industri, peralatan rumah tangga hingga ke mainan anak-anak ataupun
sebagai piranti pendukung sistem instrumen elektronik tenaga listrik
Penamaan mesin DC sangat beralasan karena sumber yang diberikan baik
pada kumparan medan atau pada kumparan jangkar bukan berupa arus AC tetapi
arus DC.
Prinsip kerja mesin DC pada dasarnya sama dengan mesin AC,kecuali
bahwa mesin DC mempunyai komutator,yang berfungsi merubah tegangan AC
menjadi tegangan DC.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat


untuk memenuhi seluruh praktikum jurusan Teknik Elektro di Institut Teknologi
Nasional (ITENAS) Bandung. Sedangkan tujuannya antara lain:
1. Menjelaskan kembali pengertian motor DC secara menyeluruh.
2. Menjelaskan semua jenis mesin DC,yang berisi persamaan dasar untuk
arus,tegangan,daya putaran dan momen.
3. Menjelaskan prosedur menjalankan dan menghentikan semua jenis mesin
DC.
4. Mengoperasikan semua jenis mesin DC.

1.3 Pembatasan Masalah

1
Agar pembahasan tidak meluas dan tidak menimbulkan penyimpangan,
maka penulis membatasi permasalahan pada mempelajari prinsip kerja dari mesin
DC dan karakteristiknya Selain itu dapat memahami cara pengoperasian mesin
DC baik berfungsi sebagai motor atau generator dalam keadaan keadaan beban
nol maupun berbeban.

1.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan laporan praktikum Dasar Energi Elektrik ini


menggunakan beberapa metode pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek yang diteliti.
b. Metode Dokumen
Informasi di peroleh lewat fakta yang tersimpan dalan bentuk buku atau
modul, hasil diskusi , internet dan sebagainya.

1.5 Sistematika Pembahasan

BAB I:Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang,
maksud dan tujuan, batasan masalah, teknik pengumpulan data, dan sistematika
pembahasan.

BAB II : Teori Dasar


Bab ini menguraikan teori tentang motor DC.

BAB III : Landasan Praktikum


Bab ini membahas alat-alat yang digunakan dalam praktikum,
prosedur percobaan, data hasil praktikum, dan pengolahan data.

2
BAB IV : Analisa dan Tugas Akhir
Bab ini menguraikan proses pengambilan data hingga didapat
hasil yang ingin dicapai. Menguraikan tentang analisa dari hasil
percobaan dan pengolahan data yang dilakukan..

BAB IV : Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil analisis
data-data yang telah diperoleh.

BAB II

3
TEORI DASAR

2.1 Konstruksi Mesin DC

Mesin arus searah baik generator maupun motor secara umum mempunyai
konstruksi yang terdiri dari bagian yang diam (stator) dan bagian yang berputar
(rotor).
A. Stator (bagian yang diam)
1. Gandar (body)
2. Kutub utama (main pole)
a. Inti Kutub

Inti kutub biasanya terdiri dari laminasi besi dan mempunyai


permeabilitas yang tinggi. Bentuknya biasanya datar atau menonjol
(salient).

Gambar 2.1 Konstruksi Mesin DC


b. Sepatu kutub
Sepatu kutub berfungsi memperlebar fluks magnet sehingga meliputi
daerah yang luas di celah udara dan permukaan inti jangkar

1. Kutub Antara ( Kutub Komutasi )


Berfungsi membangkitkan fluks magnet didaerah diantara medan utama agar
medan utama tidak terdistorsi.Distorsi medan utama menyebabkan ripple
gelombang yang berakibat loncatan api di sikat arang.

4
2. Kumparan Penguat
a. Kumparan Shunt
Jumlah lilitannya banyak dengan kawat berdiameter kecil sehingga
tahanannya besar yang memungkinkan diparalel terhadap tegangan
terminal.
b. Kumparan Seri
Jumlah lilitannya sedikit dengan diameter kawat yang besar sehingga
mampu dialiri arus yang besar sementara tahanannya kecil sehingga
rugi tegangannya kecil.
c. Kumparan Komutasi/Antara
Disambung secara seri dengan kawat kumparan utama sehingga arus
yang mengalir cukup besar.Penampang kawatnya besar dan hanya
terdiri dari beberapalilitan saja.
d. Kumparan Kompensasi
Dipasang pada sepatu kutub hanya pada mesin berkapasitas besar
untuk mengantisipasi distorsi medan utama dan penyebaran fluks yang
merata selama terbebani.
3. Penutup mesin
Menurut bentuk rumah mesinnya dapat dibedakan : mesin
terbuka,setengah terbuka,tahan percikan air,tertutup dengan pendinginan
zat cair atau gas
4. Celah Udara (Air Gap)
Sebagai media medan magnet atau fluks.
5. Sikat Arang (Carbon Brush)
Untuk mengalirkan arus dari rotor ke terminal dan sebaliknya.
6. Bearing atau Bantalan
Tempat bertumpunya rotor sehingga rotor dapat berputar.Terpasang di
kedua ujung rotor dikenaldengan kisi AS (After Shaft) dan BS (Before
Shaft).
7. Fan (Kipas)
Terpasang pada motor-motor dengan sistem pendingin sendiri,untuk
motor dengan kapasitas kecil hingga sedang.
8. Terminal Box
Tempat tersambungnya antara kumparan-kumparan mesin DC dengan
jala-jala atau sumber tegangan.

B. Rotor (bagian yang berputar)


1. Inti Jangkar dan Poros Jangkar
Terdiri dari laminasi dengan permeabilitas tinggi,terdapat slot/alur untuk
kumparan,berlubang untuk udara pendingin.
2. Kumparan Jangkar

5
Terbuat dari kawat konduktor,tipe kumparan dengan kepala tertentu.
3. Komutator
Untuk merubah arus bolak-balik pada kumparan jangkar menjadi arus
searah pada terminal.Terbuat dari laminasi tembaga.

2.2. Prinsip Kerja Motor DC

Motor DC terdapat dalam berbagai ukuran dan kekuatan, masing- masing


didisain untuk keperluan yang berbeda-beda namun secara umum memiliki
berfungsi dasar yang sama yaitu mengubah energi elektrik menjadi energi
mekanik. Sebuah motor DC sederhana dibangun dengan menempatkan kawat
yang dialiri arus di dalam medan magnet.kawat yang membentuk loop
ditempatkan sedemikian rupa diantara dua buah magnet permanen.Bila arus
mengalir pada kawat, arus akan menghasilkan medan magnet sendiri yang
arahnya berubah-ubah terhadap arah medan magnet permanen sehingga
menimbulkan putaran.

2.2 Prinsip Kerja Motor DC


Pada gambar diatas sebuah loop ABCD berada dalam satu medan magnet. Jika
arah flux magnet B berasal dari kutub U ke kutub S dari magnet permanen dan
pada loop dialiri arus listrik dengan arah ABCD maka pada sisi AB akan terjadi
gaya F1 yang mengarah kebawah, dan pada sisi CD juga terjadi gaya F2 yang
mengarah keatas sesuai dengan aturan tangan kanan. Gaya F1 dan F2 tersebut
menyebabkan loop berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Peroses tersebut
terjadi terus-menerus dan merupakan dasar dari pembentukan sebuah motor.

6
Gambar 2.3 Torsi Mesin DC
gambar diatas Torsi pada Loop Torsi yang dihasilkan oleh gaya F1 dan F2
sehingga menyebabkan loop berputar dapat dihitung dengan persamaan berikut.
τ=B I A N sin θ
Dimana:

B = densitas fluks magnetic yang berasal dari kutub U ke S magnet


permanen (Wb/m2)
A = luas loop yang mengalir pada ABCD
θ = sudut antara bidang normal loop ABCD dengan B
N = jumlah lilitan yang membenruk loop
Dengan memperhatikan hubungan tegangan pada motor, motor arus
searah dibedakan sbb :

a. motor penguatan terpisah.


b. motor penguatan sendiri:
1. Motor seri

2. Motor shunt

3. Motor kompon:

 Kompon shunt panjang.

 Kompon shunt pendek.

4. PMDC

Pada percobaan ini motor diperlukan sebagai motor arus searah penguatan
bebas. Pada aplikasinya sering diberikan suatu medan penguatan tetap dan
pemberian tegangan jangkar variabel guna memperoleh perubahan putaran.
Tegangan variabel tersebut diperoleh dari suatu konverter statis.

2.3. Prinsip Kerja Generatoar DC

Pembangkitan tegangan induksi oleh sebuah generator diperoleh melalui dua cara:
 Dengan menggunakan cincin-seret, menghasilkan tegangan induksi
bolak-balik.

7
 Dengan menggunakan komutator, menghasilkan tegangan DC.

Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi tersebut dapat dilihat pada


Gambar 2.5 dan Gambar 2.6

Gambar 2.4 Proses pembangkitan tegangan tegangan induksi


Jika rotor diputar dalam pengaruh medan magnet, maka akan terjadi
perpotongan medan magnet oleh lilitan kawat pada rotor. Hal ini akan
menimbulkan tegangan induksi. Tegangan induksi terbesar terjadi saat rotor
menempati posisi seperti Gambar 2.4 (a) dan (c). Pada posisi ini terjadi
perpotongan medan magnet secara maksimum oleh penghantar. Sedangkan posisi
jangkar pada Gambar 2.4 (b), akan menghasilkan tegangan induksi nol. Hal ini
karena tidak adanya perpotongan medan magnet dengan penghantar pada jangkar
atau rotor. Daerah medan ini disebut daerah netral.

Gambar 2.5 Tegangan rotor cincin seret dan komutator.


Jika ujung belitan rotor dihubungkan dengan slip-ring berupa dua cincin
(disebut juga dengan cincin seret), seperti ditunjukkan Gambar 2.6 (1), maka
dihasilkan listrik AC (arus bolak-balik) berbentuk sinusoidal. Bila ujung belitan
rotor dihubungkan dengan komutator satu cincin Gambar 2.6 (2) dengan dua
belahan, maka dihasilkan listrik DC dengan dua gelombang positip.

8
 Rotor dari generator DC akan menghasilkan tegangan induksi
bolak-balik. Komutator berfungsi sebagai penyearah tegangan AC.
 Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC,
sebanding dengan banyaknya putaran dan besarnya arus eksitasi
(arus penguat medan).

2.4. Reaksi Jangkar


Fluks magnet yang ditimbulkan oleh kutub-kutub utama dari sebuah
generator saat tanpa beban disebut fluks medan utama (Gambar 2.7). Fluks ini
memotong lilitan jangkar sehingga timbul tegangan induksi.

Gambar 2.6 Medan Eksitasi Generator DC


Bila generator dibebani maka pada penghantar jangkar timbul arus
jangkar. Arus jangkar ini menyebabkan timbulnya fluks pada penghantar jangkar
tersebut dan biasa disebut fIuks medan jangkar (Gambar 2.8).

Gambar 2.7.Medan Jangkar dari Generator DC (a) dan Reaksi Jangkar (b).
Munculnya medan jangkar akan memperlemah medan utama yang terletak
disebelah kiri kutub utara, dan akan memperkuat medan utama yang terletak di
sebelah kanan kutub utara. Pengaruh adanya interaksi antara medan utama dan
medan jangkar ini disebut reaksi jangkar. Reaksi jangkar ini mengakibatkan
medan utama tidak tegak lurus pada garis netral n, tetapi bergeser sebesar sudut α.

9
Dengan kata lain, garis netral akan bergeser. Pergeseran garis netral akan
melemahkan tegangan nominal generator. Untuk mengembalikan garis netral ke
posisi awal, dipasangkan medan magnet bantu (interpole atau kutub bantu),
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.9(a).

Gambar 2.8 Generator dengan Kutub Bantu (a) dan Generator Kutub
Utama, Kutub Bantu, Belitan Kompensasi (b)
Lilitan magnet bantu berupa kutub magnet yang ukuran fisiknya lebih
kecil dari kutub utama. Dengan bergesernya garis netral, maka sikat yang
diletakkan pada permukaan komutator dan tepat terletak pada garis netral n juga
akan bergeser. Jika sikat dipertahankan pada posisi semula (garis netral), maka
akan timbul percikan bunga api, dan ini sangat berpotensi menimbulkan
kebakaran atau bahaya lainnya. Oleh karena itu, sikat juga harus digeser sesuai
dengan pergeseran garis netral. Bila sikat tidak digeser maka komutasi akan jelek,
sebab sikat terhubung dengan penghantar yang mengandung tegangan. Reaksi
jangkar ini dapat juga diatasi dengan kompensasi yang dipasangkan pada kaki
kutub utama baik pada lilitan kutub utara maupun kutub selatan, seperti
ditunjukkan pada gambar 2.8 (a) dan (b), generator dengan komutator dan lilitan
kompensasinya.
Akibat dari reaksi jangkar adalah terjadinya percikan api (sparking) yang
dikarenakan perubahan normal medan rotor yang semakin dekat dengan statornya
sehingga jika jarak makin dekat akan ada loncatan-loncatan elektron yang
terjadi,awalnya sedikit namun seiring dengan berjalannya waktu elektronnya akan
semakin banyak sehingga akan timbul loncatan elektron.
Flashover adalah fenomena yang terjadi pada mesin DC akibat reaksi
jangkar. Flashover adalah percikan api yang lebih besar dari sparking. Dampaknya
adalah ketika terjadi sparking maka yang terjadi brush (sikat) akan cepat habis

10
dan abunya akan semakin mengurangi kinerja dari mesin DC tersebut. Namun
dampak yang diakibatkan oleh peristiwa flashover adalah brush akan meleleh
(melting) dan jika ini terjadi maka yang akan terjadi adalah akan terjadinya short
circuit pada mesin DC. Jika hal ini terjadi maka mesin tersebut akan rusak.
Menanggulangi flashover caranya adalah dengan mengurangi reaksi jangkarnya,
salah satunya dengan mengganti rotor menjadi permanen rotor.
Rugi dan efisiensi yang terjadi dalam mesin arus searah :

1. Rugi besi yang terdiri dari : rugi histeris dan rugi arus (Eddy
Curent).
2. Rugi listrik dikenal sebagai rugi tembaga.
3. Rugi mekanik yang terdiri dari rugi geser pada sikat pada sumbu
dan rugi gesek dan rugi gesek angin.
4. Efisiensi = [Poutput / (Poutput + Rugi-rugi)]

2.5. Komutasi

Mesin listrik disebut mesin DC (arus searah) karena mempunyai sistem


komutasi pada cara kerjanya dimana fungsi dari komutator ini adalah
menyearahkan arus-tegangan dari AC menjadi DC secara mekanis pada
terminalnya untuk generator DC. Sedangkan pada motor DC untuk
menjalankannya memerlukan catu daya DC yang dikonversike AC pada kumparan
jangkarnya.Komutasi tersebut dilakukan oleh salah satu komponen mesin DC
yang disebut komutator. Adapun prinsip kerja dari komutator dapat dijelaskan
sebagai berikut:

2.9 Kerja Dari Komutator

11
Saat komutator bergerak dari posisi di t0 sampai pada posisi t5. Pada saat
t = t0 , segmen komutator tepat berimpit dengan carbon brush (sikat arang). Jika
ada dua jalan parallel dalam kumparan jangkar tersebut maka arus jangkar Ia yang
mengalir pada masing-masing jalan parallel adalah Ia/2 dengan arah seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.9 . Dengan demikian arus yang mengalir pada
kumparan A = Ia/2 dan arahnya ke kanan. Jika arah putaran jangkar ke kanan
seperti pada gambar dan pada saat t = t1 , sikat terletak diantara dua komutator
dengan perbandingan 1 : 3 maka distribusi arus pada masing-masing segmen
komutator adalah Ia/4 pada komutator sebelah kiri , dan 3Ia/4 pada komutator
sebelah kanan. Dari hukum Kirchoff untuk arus, kita dapatkan besar arus yang
megalir pada kumparan A = Ia/4 dengan arah masih tetap ke kanan.
Pada t = t2 posisi sikat tepat berada ditengah-tengah diantara dua segmen
komutator, sehingga tidak ada arus yang mengalir pada kumparan A (pada kondisi
ini kumparan A sama dengan berada di bidang netral). Pada t = t 3 sikat berada
antara dua segmen komutator dengan perbandingan letak 1 : 3. Disini arus yang
mengalir pada kumparan A = Ia/4, dengan arah arus terbalik yaitu ke kiri.
Akhirnya pada t = t4 sikat meninggalkan segmen komutator sebelah kiri. Pada
kumparan A mengalir arus sebesar Ia/2 yang arahnya ke kiri. Jika arus dalam
kumparan A digambarkan sebagai fungsiwaktu diperoleh hasil seperti terlihat pada
gambar 2.10. Fungsi tersebut merupakan fungsi linier komutasi yang dihasilkan
jika rapat arus dalam sikat seragam. Tapi karena adanya pengaruh induktans
kumparan dan tahanan sikat untuk arus yang cukup besar maka fungsi tersebut
tidak linier lagi melainkan berupa garis lengkung.

Gambar 2.10 Fungsi Arus Pada Mesin DC


Demikianlah dengan adanya arus yang berbalik arah dalam kumparan
jangkar yang berputar dalam medan magnet dihasilkan tegangan induksi (ggl)
dengan bentuk gelombang seperti pada gambar 2.11.

12
Gambar 2.11 Bentuk gelombang AC yang di Searahkan Oleh Komutator

2.6. Rangkaian Ekivalem Motor DC

- Rangkaian Motor Penguat Terpisah

Gambar 2.12 Rangkaian Motor Penguat Terpisah

- Rangkaian Motor Shunt

Gambar 2.13. Rangkaian Motor Shunt


- Rangkaian motor seri

13
Gambar 2.14 Rangkain Motor Seri

-Rangkaian motor kompon panjang

Gambar 2.15 Rangkaian Motor Kompon Panjang

- Rangkaian motor kompon pendek

Gambar 2.16 Rangkaian Motor Kompon Pendek

2.7. Rangkaian Ekivalen Generator DC

- Rangkaian Motor Penguat Terpisah

14
Gambar 2.17 Rangkaian Motor Penguat Terpisah

-Rangkaian motor seri

Gambar 2.18. Rangkaian Motor Seri

- Rangkaian Motor Shunt

Gambar 2.19. Rangkaian Motor Shunt

- Rangkaian motor kompon panjang

Gambar 2.20.Rangkaian Motor Kompon Panjang

- Rangkaian motor kompon pendek

15
Gambar 2.21 Rangkaian Motor Kompon Pendek

BAB III
LANDASAN PRAKTIKUM

3.1 Alat-Alat Praktikum


a. Motor arus searah 1 buah
b. Generator arus searah 1 buah
c. Catu daya tegangan searah 1 buah
d. Voltmeter DC 1 buah
e. Amperemeter DC 2 buah
f. Tachometer 1 buah
g. Variac 2 buah
h. Kabel jumper secukupnya

3.2 Prosedur Percobaan

16
1. Catat data motor yang terdapat pada name plate.
2. Buat rangkaian kerja seperti gambar 4.1 dibawah ini.
3. Periksakan rangkaian percobaan yang telah anda buat kepada asisten.

Gambar 3.1 Rangkaian kerja motor arus searah

4. “ON” kan sumber catu daya.


5. Setelah arus penguatan (exitance) motor dengan memberikan arus
penguatan (If) dengan catat If nominal. (Var untuk eksitasi max)
6. Lakukan pengaturan tegangan jangkar motor Vt = 180 Volt.

7. Catat semua petunjukan besaran alat ukur : Vt, If, Ia, dan n dimana motor
pada kondisi belum beban.
8. Sekarang motor boleh dioperasikan.

3.3 Data dan Hasil Pengamatan Praktikum


Percobaan menjalankan motor beban nol
Tabel 3.1. Percobaan beban nol
Vt (volt) If (Ampere) Ia ( Ampere ) N ( rpm ) Ra (ohm)

180 0,7 2,75 1479 1,1

Tabel 3.2 Percobaan Generator Arus Searah


VL (volt) If (Ampere) N ( rpm ) Ra (ohm)
220 0,5 1358 1,1

17
Tabel 3.3 Percobaan Penurunan VL Akibat Kenaikan Beban & Menurunya VL Akibat
Tegangan Jatuh Beban

Beban MOTOR Generator


(watt) Vt Ia If n (rpm) VL Ia If
100 169 6,1 0,7 1337 161 0,3 0,5
200 167 6,7 0,7 1334 158 0,9 0,5
300 166 7,3 0,6 1295 155 1,2 0,5
400 162 7,9 0,7 1282 153 1.4 0,5

Tabel 3.4 Name Plate Motor DC

Name Plate
Daya 3 HP
Tegangan / I 180 / 15 A
Exitasy 220 v / 2 A
Rpm 1500 v/m
Ra 1,1 Ω

Tabel 3.5 Name Plate Generator DC

Name Plate
Daya 3 HP
Tegangan / I 180 / 15 A
Exitasy 220 v / 2 A
Rpm 1500 v/m
Ra 1,1 Ω 18
3.4 Pengolahan Data
Percobaan beban nol (Motor DC)
Pi = Vt * Ia Prugi2 = Ia2 * Ra
= 180 * 2,75 = (2,75)2 * 1,1
= 495 W = 8,318 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 495 – 8,318 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 486,862 = (486,862*60)/ 2*3,14*0,98)
 = (po/pi) * 100% = 4746,46 nm
= (486,862/495)*100%
= 0,98

Percobaan beban nol (Generator DC)


Pi = VL * If Prugi2 = If2 * Ra
= 165 * 0,5 = (0,5)2 * 1,1
= 82,5 W = 0,275 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 82,5 – 0,275 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 82,225 = (82,225*60)/ (2*3,14*0,99)
 = (po/pi) * 100% = 793,52 nm
= (82,225/82,5)*100%
= 0,99
Percobaan berbeban nol (Motor DC)
100 Watt

Pi = Vt * Ia Prugi2 = Ia2 * Ra
= 169 * 6,1 = (6,1)2 * 1,1

19
= 1030,9 W = 40,931 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 1030,9 – 40,931 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 989,96 = (989,96*60)/ (2*3,14*0,96)
 = (po/pi) * 100% = 9852,31 nm
= (989,96/1030,9)*100%
= 0,96
200 Waat

Pi = Vt * Ia Prugi2 = Ia2 * Ra
= 167 * 6,7 = (6,7)2 * 1,1
= 1118,9 W = 49,379 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 1118,9 – 49,379 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 1069,52 = (1069,52*60)/ (2*3,14*0,95)
 = (po/pi) * 100% = 10756,15 nm
= (1069,52/1118,9)*100%
= 0,95
300 Watt
Pi = Vt * Ia Prugi2 = Ia2 * Ra
= 166 * 7,3 = (7,3)2 * 1,1
= 1211,8 W = 64,480 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 1211,8 – 64,480 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 1147,32 = (1147,32*60)/ (2*3,14*1,19)
 = (po/pi) * 100% = 9211,47 nm
= (1147,32/1211,8)*100%
= 1.19
400 Watt
Pi = Vt * Ia Prugi2 = Ia2 * Ra
= 162 * 7,9 = (7,9)2 * 1,1
= 1279,8 W = 68,651 W
Po = Pi – Σrugi – rugi

20
= 1279,8 - 68,651 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 1211,14 = (1211,14*60)/ (2*3,14*0,94)
 = (po/pi) * 100% = 12310,1 nm
= (1211,14/1279,8)*100%
= 0,94

Percobaan beban nol (Generator DC)


100 Watt
Pi = VL * If Prugi2 = If2 * Ra
= 161 * 0,5 = (0,5)2 * 1,1
= 80,5W = 0,275 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 80,5 – 0,275 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 80,225 = (80,225*60)/ (2*3,14*0,99)
 = (po/pi) * 100% = 774,22 nm
= (80,225/80,5)*100%
= 0,99
200 Watt
Pi = VL * If `` Prugi2 = If2 * Ra
= 158 * 0,5 = (0,5)2 * 1,1
= 79 W = 0,275 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 79 – 0,275 T = (po.*60)/(2*3,14*n)

21
= 78,725 = (78,725*60)/ (2*3,14*0,99)
 = (po/pi) * 100% = 759,74 nm
= (78,725 /79)*100%
= 0,99
300 Watt
Pi = VL * If `` Prugi2 = If2 * Ra
= 155 * 0,5 = (0,5)2 * 1,1
= 77,5 W = 0,275 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 77,5 – 0,275 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 77,225 = (77,225*60)/ (2*3,14*0,99)
 = (po/pi) * 100% = 745,27 nm
= (77,225/77,5)*100%
= 0,99

400 Watt
Pi = VL * If `` Prugi2 = If2 * Ra
= 153 * 0,5 = (0,5)2 * 1,1
= 76,5 W = 0,275 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 76,5 – 0,275 T = (po.*60)/(2*3,14*n)
= 76,225 = (76,225*60)/ (2*3,14*0,99)
 = (po/pi) * 100% = 735,62 nm
= (76,225/76,5)*100%
= 0,99

22
3.5 Wirring Diagram
Wiring percobaan beban nol

Gambar 3.2 Wiring diagram percobaan beban nol

23
BAB IV
ANALISA DAN TUGAS AKHIR

4.1 Analisa
Dalam pengaturan pada motor kita menggunakan eksitasi dan arus jangkar.
Pada saat percobaan ketika arus jangkar dimasukkan terlebih dahulu maka putaran
motor akan cepat sekali atau tidak stabil hal ini dikarenakan pada motor benda
yang berputar adalah jangkar maka maka jika arus jangkar terlebih dahulu yang
kita berikan akan membuat motor berputar lebih cepat dan tidak ada penahan pada
putaran motor yang menahan putaran adalah arus medan /eksitasi. Dengan
menyalakan eksitasi maka akan ada medan magnet di stator yang akan menahan
gerak putar dari rotor.

4.2 Tugas Akhir


1. Hitung rugi-rugi dan effisiensi untuk setiap percobaan !
Percobaan beban nol
Pi = Vt * Ia Prugi2 = Ia2 * Ra
= 181,4 * 2,42 = (2,42)2 * 1,1
= 438,988 W = 6,442 W
Po = Pi – Σrugi – rugi
= 438,988 – 6,442 = 2,738 Nm
= 432,546 W
 =
2. Berikan kesimpulan dari percobaan yang saudara lakukan !
Jawaban terdapat di bagian bab kesimpulan
3. Mengapa saat menjalankan motor DC, sisitem eksitasi dulu yang diberi
penguatan ?
Jawaban terdapat di bagian bab analisa

24
4. Wiring percobaan beban nol

Gambar 4.1 Wiring diagram percobaan beban nol

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

25
Suatu mesin dc dapat difungsikan sebagai motor maupun generator. Motor
berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, generator
berfungsi untuk merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Hampir pada
semua prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik dengan
generator arus searah. Kenyataannya mesin yang bekerja baik sebagai generator
arus searah akan bekerja baik pula sebagai motor arus searah
Cara kerja motor dc
Pada motor dc terdapat rotor dan stator, dimana pada rotor terdapat
kumparan jangkar dan pada stator terdapat kumparan medan. Arus eksitasi
dialirkan pada kumparan medan, maka kumparan medan akan berubah menjadi
magnet (kutub) dan medan elektromagnetik akan menginduksi dari kurub utara ke
kutub selatan. Fluksi tersebut melewati rotor dan menembus celah-celah jangkar.
Pada saat kumparan jangkat diberi arus (Ia), maka pada tiap sisi dari kumparan
jangkar akan timbul fluksi, dari fluksi ini akan saling bertolakan dengan fluksi
medan sehingga membuat rotor berputar.
Cara kerja generator dc
Pada generator dc terdapat rotor dan stator, dimana pada rotor terdapat
kumparan medan dan pada stator terdapat kumparan jangkar. Cara kerja dari
generator dc sama saja dengan cara kerja motor dc, yaitu generator diberi
penguatan mula sehingga rotor berputar. Ketika rotor berputar eksitasi dialiri arus
sehingga timbul medan magnet (fluksi) yang memotong batang konduktor pada
rotor sehingga menimbulkan ggl.
Dengan memperhatikan hubungan tegangan pada motor, motor arus searah
dibedakan sbb :
a. Motor penguatan terpisah.
Jika arus penguat magnet diperoleh dari sumber arus searah di luar motor
tersebut

b. Motor penguatan sendiri


Jika arus penguat magnet diperoleh dari motor itu sendiri.
1. Motor seri

26
Merupakan motor arus searah yang mempunyai putaran kecapatan yang
tidak konstan, jika beban tinggi maka putaran akan lambat.
2. Motor shunt
Motor shunt mempunyai kecapatan hampir konstan. Pada tegangan jepit
konstan, motor ini mempunyai putaran yang hampir konstan walaupun
terjadi perubahan beban
3. Motor kompon
Motor kompon mempunyai sifat diantara motor seri dan shunt, tergantung
mana yang kuat lilitannya (kumparan seri atau shunt-nya) namun pada
umumnya mempunyai moment start yang besar.
- Kompon shunt panjang
Tata letak kumparan penguat medan tambahan diletakkan seri dengan
kumparan penguat medan pada motor dc shunt
- Kompon shunt pendek
Tata letak kumparan penguat medan tambahan diletakkan secara seri
antara kumparan armatur dan kumparan penguat medan shunt pada
motor dc shunt

5.2 Saran
Sebaiknya assiten terus mendampingi mahasiswa saat melakukan
praktikum, kemudian mahasiswa yang sedang melakukan praktikum diharapkan
membawa buku catatan, agar dapat menulis hal-hal yang perlu dicatat.

27

Anda mungkin juga menyukai