Anda di halaman 1dari 6

DATA KEPENDUDUKAN

NAMA : PRESTONY PETRA HABINSARAN SIAHAAN


NIM : 20180711014073
KELAS : E
DATA KEPENDUDUKAN

A . Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang biasanya tinggal di suatu tempat atau rumah
tangga 6 bulan dan lebih atau yang belum 6 bulan namun berniat untuk menetap.
Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis
kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya terencana untuk
mengarahkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk pada
seluruh dimensi penduduk. Perkembangan kependudukan adalah kondisi yang
berhubungan dengan perubahan keadaan kependudukan yang dapat berpengaruh dan
dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Kualitas penduduk adalah
kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,
sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan
sebagai manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup
layak.

Data kependudukan tersedia dalam bentuk catatan asli (seperti laporan sensus,
survai, catatan di kantor pemerintah yang diolah dan diterbitkan sebagai sumber data resmi.
Oleh karena itu, dikenal dengan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah semua catatan asli yang dijadikan sebagai sumber data, seperti tabel penduduk
yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik. Sedangkan untuk sumber sekunder adalah data
yang telah diolah dan disajikan dengan baik dalam bentuk buku teks, laporan penelitian,
karya tulis, terbitan periodik dan buku tahunan. Dalam proses pengumulan data penduduk
dapat dikelapompokan ke dalam tiga kelompok besar :

(1) Sensus;
(2) Survei
(3) Registrasi.

Disamping itu ada pula sumber lain yang tidak dapat dimasukan pada sumber data di
atas karena bertujuan untuk kepentingan yang berbeda, misal catatan anak sekolah, catatan
pemilik kendaraan di kantor polisi, catatan jumlah pemilih di KPU dan lain-lain.
B . Sensus Penduduk

Sensus penduduk dilaksanakan untuk pengumpulan data struktur penduduk, yang


dilaksanakan pada waktu tertentu, biasanya sepuluh tahun sekali, pada tahun-tahun
berakhiran nol. Sensus penduduk sering disebut cacah jiwa mempunyai sejarah setua
sejarah peradpan manusia. Sensus penduduk telah dilaksanakan di BaHonia 4000 tahun
sebelum Masehi (SM), begitu pula di Mesir pada 2500 SM,dan di Cina 3000 SM. Pada abad
16 dan 17 beberapa sensus penduduk telah dilaksanakan di Italia, Sisiliá, dan Spanyol.
Pada masa itu sensus dilaksanakan untuk tujuan miNter, pemungutan pajak, dan peluasan
kerajaan, Sensus penduduk yang Iebih menyeluruh dan modern diiaksanakan di Quebec
pada tahun 1666, dan di Swedia pada tahun 1749 (Pollard, 1974). Di Amerika Serikat
sensus penduduk dimulai tahun 1790, dan di Inggris tahun 1801 yang kemudian diikuti oleh
negara-negara jajahannya. Di Indonesia Raffles telah melakukan perhitungan jumlah
penduduk tahun 1815, dan di India tahun 1881. Hingga abad ke 20 sekitar 20 persen dan
penduduk dunia telah dihitung melalui sensus penduduk (Mantra, 1985)

Sensus penduduk merupakan suatu proses kegiatan yang meliputi pengumpulan,


pengolahan, penyajian, dan penilaian data penduduk. Data penduduk tersebut meliputi ciri-
ciri demografi, sosial ekonomi, dan lingkungan hidup.

Ciri khas pelaksanaan Sensus Penduduk:

1. Bersifat individu, baik sebagai anggota keluarga maupun masyarakat.


2. Bersifat universal, berarti pencacahan bersifat rnenyeluruh.
3. Pencacahan dilaksanakan secara serentak di seluruh Negara.
4. Dilaksanakan secara periodik, setiap tahun berakhiran angka nol.

Agar data hasil sensus penduduk dan berbegai negara dapat diperbandingkan,
Perseikatan Bangsa-Bangsa menetapkan bahwa informasi kependudukan minimal yang
harus ada setiap sensus penduduk adalah sebagai berikut:

1. Geografi dan migrasi penduduk.


2. Rumah tangga.
3. Karakteristik Sosial dan demografi.
4. Kelahiran dan kematian.
5. Karakteristik pendidikan.
6. Karakteristik ekonomi.

Karakteristik sensus dengan pengumpulan data lain yang harus dipenuhi yaitu :

1. Semua orang, artinya semua orang atau penduduk di wilayah yang dicacah harus
tercakup.

2. Waktu tertentu, artinya sensus harus dilaksanakan pada saat tertentu yang telah
ditentukan dan harus dilaksanakan secara serentak.

3. Suatu wilayah tertentu, artinya ruang lingkup sensus harus meliputi luas wilayah tertentu.
Misal Sensus Penduduk Indonesia artinya harus mencakup wilayah Indonesia yang
batasnya adalah batas wilayah Negara Indonsesia.
Sampai saat ini telah dilaksanakan empat kali sensus penduduk di Indonesia. Yang
pertama dilakukan oleh pemerintah Belanda tahun 1930 (Volkstelling, 1930). Sensus yang
ke dua diadakan setelah Indonseia merdeka tahun 1961, yang ke tiga tahun 1971 dan yang
terakhir tahun 1980, semuanya dilaksankan oleh Biro Pusat Statistik.

C.Survei Penduduk

Survei dalam tataran pelaksanaannya agak berbeda dengan sensus, namun dalam
tahapan kerja dan keterangan yang dikumpulkan hampir sama. Cakupan yang dicacah
dalam sensus penduduk adalah seluruh penduduk di wilayah itu, sedangkan pada survei
hanya sebahagian penduduknya (sampel penduduk).

Pelaksanaan survei dapat dilaksanakan kapan saja (fleksibel) dan tidak hanya
memenuhi persyaratan periodik seperti halnya sensus. Materi yang dikumpulkan dalam
survai dapat berganti-ganti tergantung kepada aspek yang dibutuhkan.

Manfaat yang dapat diambil dari dari survai ataupun sensus sifatnya saling mengisi
atau survei dapat dianggap sebagai pelengkap sensus. Misal setelah selesai sensus dapat
diadakan survei tujuannya untuk memeriksa hasil sensus. Atau survei dilaksanakan sebelum
sensus dimulai dengan pertimbangan untuk input pada saat sensus dilaksanakan.

Survei dipandang lebih menguntungkan sebab dapat memperoleh data pertumbuhan


penduduk dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (4 sampai 5 tahun) sementara sensus
biasanya sepuluh tahun sekali. Survai sebaiknya diadakan antara dua kali sensus yang
telah dilaksanakan (intercensal survey), dengan pertimbangan biaya sensus jauh lebih tinggi
dari biaya survai.

Survei dilaksanakan setelah Indonesia merdeka setelah sensus penduduk tahun


1961 disebut Survai Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksankan secara
bertahap (3 tahap) malau tahun 1961 sampai 1967.

Survei berikutnya adalah Survei Penduduk anatar Sensus 1976 (SUPAS) yang
terdiri dari SUPAS I, II dan III. Masing masing mempunyai cakupan dan topik yang berbeda.
Misal SUPAS III adalah survai fertilitas yang merupakan bagian dari World Fertility Survey
dan hanya dilaksankan di Jawa dan Bali, dilaksanakan oleh BPS. Tahun 1973 diadakan
survey Fertilitas-Mortalitas (FM Survei) yang dilaksanakan oleh lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi UI bekerja sama dengan Perguruan Tinggi lainnya

C. Registrasi Kependudukan

Registrasi merupakan kumpulan keterangan mengenai terjadinya peristiwa-


peeristiwa lahir dan mati serta segala kejadian penting yang merupah status sipil seseorang
sejak lahir sampai mati. Kejadian maksudnya adalah perkewinan, perceraian, pengangkatan
anak (adopsi) dan perpindahan (migrasi). Oleh karena itu, disebut sebagai registrasi vital
dan hasilnya disebut juga sebagai statistik vital.

Kerena registrasi vital, maka pelaksanaannya berlangsung terus menerus mengikuti


setiap kejadian vital pada penduduk. Sehingga registrasi dapat memberikan gambaran
mengenai perubahan yang terus menerus berbeda dengan sensus atau survai yang
menggambarakan karakteristk penduduk pada saat tertentu saja.
Registrasi mencatat bermacam peristiwa pada penduduk di Indonesia dilakukan oleh
badan pemerintah yang berbeda. Misal kelahiran dicatat oleh Kantor Pencatatan Sipil dan
Kantor Kelurahan. Perkawinan dicatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kantor
Pencatatan Sipil. Migrasi oleh Departemen Kehakiman dan kematian dicatat oleh
Departemen Kesehatan. Proses registrasi dilakukan dengan cara penduduk melaporkan
sendiri kepada badan pemerintah tersebut sesuai dengan kepentingannya.

Sistem registrasi penduduk di Indonesia dimulai sejak abad ke 19. Pada tahun 1815
Raffles melaksanakan pendaftaran penduduk dalam rangka penerapan sistem pajak tanah.
Dia melihat bahwa registrasi desa adalah salah satu sasaran untuk maksud tersebut. Pada
masa pemerintahannya, kepala desa diharuskan untuk mencatat semua orang yang ada di
wilayahnya dengan menyebutkan nama, umur, pekerjaan, dan ciri demografi lainnya.
Mereka juga diharuskan membuat catatan kelahiran, kematian dan perkawinan.

Setelah lnggris meninggalkan Indonesia, Belanda meneruskan registrasii penduduk


tersebut, namun perhatian kearah ini sangat kurang, sehingga sampai pertengahan abad ke
19 sangat sedikit data hasil registrasi yang diterbitkan. Pada tahun 1870 Bleeker
menerbitkan hasil registrasi penduduk, antara lain menguraikan sebagai berikut:

1. Sebelum tahun 1846 tidak ada data penduduk dan tingkat kabupaten
yang tersedia.
2. Mulai tahun 1845 diinstruksikan oleh pemerintah Belanda supaya
setiap kabupaten luas wilayah dalam ilmu geografi persegi (1 mg 2
setara dengan 54.8226 km 2 ),untuk menghitung kepadatan penduduk
pulau Jawa sebesar 112 jiwa/km 2 (N.Daldjuni,1975).

Setelah tahun 1850 pemerintah Belanda mulai memperhatikan sistem registrasi


penduduk. Pada tahun 1851 diterbitkan angka-angka mengenai jumlah penduduk menurut
karesidenan di Jawa dan Madura dan berbagai daerah di luar Jawa. Mulal tahun 1880
pemerintah kolonial Belanda melakukan pencatatan pelaporan penduduk dengan sistem
kartu mingguan (Gardiner,1981). Pencatatan penduduk yang mereka lakukan belum baik
dan belum didapatkan analisis kesimpulan yang tepat.

Pada waktu Jepang menduduki Indonesia (1942-1945) registrasil penduduk diganti


dengan registrasi vital, yaitu registrasi yang menyangkut kelahiran, kematian, kematian
janin, abortus, perkawinan, dan perceraian (Said Rus1,1983). Menurut Battha (1961) sistem
registrasi ini mempunyal ketepatan yang memadai. Sayang, hasil registrasi ini hilang kecuali
untuk Kalimantan dan pulau Lombok.

Setelah Indonesia merdeka, sistem kartu mingguan diubah menjadi laporan


mingguan tingkat kecamatan. Setiap minggu para Kepala Desa berkumpul di Kantor
Kecamatan menyerahkan data perubahan penduduk yang ada selama seminggu di desanya
(Gardiner, 1981). Pencatan peristiwa vital dilakukan oleh beberapa departemen tergantung
jenis datanya. Walaupun data statistik vital dihimpun oleh beberapa departemen, tetapi di
tingkat bawah data tersebut dicatat oleh para kepafa desa/lurah. Pada tahun 2003 diadakan
penataan administrasi kependudukan yang ditugaskan kepada Ditjen Administrasi
Kependudukan Departemen Dalam Negeri.
REFRENSI

 http://www.anggaran.depkeu.go.id/content/Publikasi/Kajian%20dan%20artikel/Kajian%20Ke
pendudukan.pdf (18 April 2019)
 https://www.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html (19 April 2019)
 http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081984031-
NANA_JUMHANA/modul_lengkap/Modul_11_kependudukan-keg_bel_1_dan_2.pdf (19 April
2019)
 http://hero.lecturer.pens.ac.id/datahero/interop/DB-
Kependudukan/buku%20pegangan%20bidang%20kependudukan.pdf (18 April 2019)
 http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195905081984031-
NANA_JUMHANA/modul_lengkap/Modul_11_kependudukan-keg_bel_1_dan_2.pdf (19 April
2019)
 https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/view/12328/8988 (19 April 2019)
 https://journals.ums.ac.id/index.php/fg/article/download/4691/3081 (19 April 2019)

Anda mungkin juga menyukai