Anda di halaman 1dari 12

TAHAP 1 – TABULASI DATA

Tabulasi data diperlukan untuk mempermudah kita dalam mengolah data pada Ms.
Excel. Urutkan data seperti gambar berikut:

1. Merupakan emiten-emiten yang dijadikan sampel pada penelitian. Download


data close price saham masing-masing emiten di website yahoo
finance atau IDX. Sehubungan contoh ini menggunakan data bulanan, maka
diperlukan data close price 1 periode sebelumnya untuk digunakan
menghitung return yaitu Bulan Desember 2004.

2. Merupakan Indeks Pasar. Perlu sobat perhatikan, dalam analisis portofolio


optimal, pemilihan Indeks Pasar yang tepat sangat mempengaruhi hasil analisis.
Apabila salah memilih Indeks Pasar, maka hasil penelitian cenderung bias.
Dalam contoh ini saya menggunakan IHSG sebagai indikator pengukur
pergerakan pasar karena perusahaan berkapitalisasi besar lebih mendominasi
fluktuasi IHSG (Hartono, 2008:98).

3. Rf merupakan risk free. Dalam contoh ini, saya menggunakan BI Rate sebagai
pengukur return investasi bebas risiko. Perlu sobat ketahui, kekeliruan sering
terjadi dalam mengambil data BI Rate. Pada penelitian ini
menggunakan return bulanan, maka ambillah data BI Rate setiap bulannya.
Dalam kondisi tertentu, pada satu bulan bisa terdapat 2 atau lebih data BI Rate,
maka data yang sobat masukkan ke dalam tabulasi data adalah rerata dari
BI Rate pada bulan tersebut.

TAHAP 2 – PERHITUNGAN ACTUAL RETURN


Actual return merupakan return historis yang telah terjadi dan dapat pula disebut
dengan realizereturn. Untuk mendapatkan return saham, banyak cara yang dapat
dilakukan seperti return with probaility, return non-probability, return and dividen, dan
lain sebagainya. Pada contoh ini, saya menggunakan return non-probability yang mana
formula perhitungannya sebagai berikut:

Dimana:
Pt = Close Price pada periode t
Pt-1 = Close Price periode t-1

Hitunglah return individual (setiap emiten) dan Indeks Pasar menggunakan formula
tersebut. Selanjutnya hitung return asset bebas risiko (Rf atau BI Rate) menggunakan
formula berikut:

Dimana:
Rft = Risk Free periode t

BI Rate merupakan tingkat keuntungan investasi aset bebas risiko selama 1 tahun.
Untuk mendapatkan return maka BI Rate dibagi 12 bulan setelah itu di kali 1/100
karena satuan return yang saya gunakan pada return saham dan pasar adalah kali,
maka satuan return BI Rate juga dalam kali (Bukan prosentase).
Perhitungan return individual, pasar, dan asset bebas risiko dapat dilihat pada gambar
berikut:

1. Hitung return individual pada Ms. Excel dengan formula berikut: =(B8-B7)/B7

2. Hitung return pasar pada Ms. Excel dengan formula berikut: =(M8-M7)/M7

3. Hitung Rf pada Ms. Excel dengan formula berikut: =N8/12*1/100


TAHAP 3 – MENGHITUNG EXPECTED RETURN
Expected return dihitung menggunakan metode arithmatic mean yaitu
rerata return selama periode penelitian. Secara manual, Expected return dapat dihitung
menggunakan formula berikut:

Dimana:
E(R) = Expected Return
Ri = Actual return saham i
n = Jumlah Periode actual return saham i

Pada Ms. Excel dihitung menggunakan fungsi average, contoh untuk Expected
return AALI: =average(O8:O139). Lakukan cara ini untuk menghitung Expected
return atau E(R) individual, IHSG, dan Rf.

TAHAP 4 – MENGHITUNG VARIANCE SAHAM


DAN PASAR
Variance digunakan untuk mengukur risiko expected return saham i. Secara
manual, variancedapat dihitung menggunakan formula berikut:

Dimana:
= Varian dari saham i
Ri = Return saham i
E(R) = Expected return
n = Jumlah periode actual return saham i

variance dapat dihitung dengan menggunakan fungsi Var.P,


contoh variance AALI: =VAR.P(O8:O139). Lakukan cara ini untuk
menghitung variance individual, IHSG dan Rf.

TAHAP 5 – MENGHITUNG ALPHA ( )


Alpha (α) merupakan intercept dari hubungan linear antara actual return saham i
dengan actual return pasar (IHSG). Alpha ini akan digunakan untuk
menghitung Variance Error (ei). Secara manual, alpha dihitung menggunakan formula
berikut:
Dimana:
αi = Alpha saham i
Ri = Return saham i
βi = Beta saham i
Rm = Return Market (dalam hal ini return IHSG)

Pada Ms. Excel 2013, Alpha dihitung menggunakan fungsi INTERCEPT,


contoh Alpha AALI: =INTERCEPT(O8:O139). Lakukan cara ini untuk
menghitung alpha individual setiap emiten saja.

TAHAP 6 – MENGHITUNG BETA SAHAM ( )


Beta merupakan slope dari hubungan linear antara actual return saham i dengan actual
return pasar (IHSG). Beta disebut juga sebagai risiko sistematis atau risiko yang tidak
dapat didiversifikasi melalui pembentukan portofolio. Sehingga dalam portofolio, risiko
diukur menggunakan Beta. (Penjelasan lebih lengkap mengenai Beta akan diulas pada
kesempatan selanjutnya). Secara manual, Beta dapat dihitung menggunakan formula
berikut ini:

Dimana:
βi = Beta Saham i
σim = Kovarian atau standar deviasi saham i dan pasar
σm = Standar deviasi pasar

Pada Ms. Excel 2013, Beta dihitung menggunakan fungsi SLOPE,


contoh Beta AALI: =SLOPE(O8:O139). Lakukan cara ini untuk menghitung beta individual
setiap emiten saja.

TAHAP 7 – MENGHITUNG VARIANCE ERROR


RESIDUAL SAHAM
Secara manual, variance error residual (resiko tidak sistematis) saham dapat dihitung
menggunakan formula berikut:
Dimana:
= Variance Error Residual atau risiko tidak sistematis saham
= Return saham i
= Alpha saham i
= Beta saham i
= Return Market
= Variance Error

Pada Ms. Excel 2013, Variance Error Residual dihitung menggunakan fungsi
matematika, contoh Variance Error Residual saham AALI: =O144^2*Z142+O142. Lakukan
cara ini untuk menghitung variance error residual setiap emiten saja. Jika proses
perhitungan benar, maka didapat E(R), Varian, Alpha, Beta, dan Variance error
residual setiap emiten seperti gambar di bawah ini:

TAHAP 8 – MENGHITUNG EXCESS RETURN


Untuk dapat menghitung ERB, terlebih dahulu kita harus menghitung excess
return individual. Excess return individual setiap periode dihitung dengan menggunakan
formula berikut ini:

Dimana:
= Excess return saham i
= Actual return saham i
= Risk Free atau Return aset bebas risiko

Pada Ms. Excel 2013, Excess return dihitung menggunakan fungsi matematika,
contohnya excess return AALI: =O8-AA8. Lakukan cara ini untuk menghitung excess
return individual setiap emiten. Selanjutnya dihitung rerata excess return setiap emiten
menggunakan formula pada Tahap 3 di atas.

TAHAP 9 – MENGHITUNG EXCESS RETURN TO


BETA (ERB)
Setelah mendapatkan rerata excess return individual, dilanjutkan dengan
menghitung excess return to beta (ERB). Secara manual, ERB dihitung menggunakan
formula berikut ini:

Dimana:
= Excess Return to Beta Individual
= Rerata excess return saham i
= Beta saham i

Excess return to beta pada Ms. Excel 2013 dihitung menggunakan fungsi matematika,
contohnya ERB AALI: =AB140/O144. Lakukan cara ini untuk menghitung ERB setiap
emiten.

TAHAP 10 – MENGHITUNG DAN


Untuk dapat menghitung nilai C i, terlebih dahulu kita harus menghitung nilai A i dan Bi.
Secara manual, Ai dan Bi dapat dihitung menggunakan formula berikut:

Dimana:
= Expected Return saham i
= Rerata risk free
= Beta saham i
= Variance Error Residual saham i

Pada contoh ini, nilai A i dan Bi pada Ms. Excel dapat dihitung menggunakan fungsi
matematika pada Excel. Saya contohkan menghitung A i AALI sebagai
berikut: =AB140*O144/O145. Sedangkan BiAALI sebagai berikut: =O144^2/O145. Lanjutkan cara
ini untuk menghitung Ai dan Bi setiap emiten saja.

TAHAP 11 – MENGHITUNG (CUT OF RATE)


Secara manual, Ci dapat dihitung menggunakan formula berikut ini:
Berhubung kita telah menghitung Ai dan Bi, maka formula Ci di atas dapat
disederhanakan sebagai berikut:

Dengan bantuan program Excel, perhitungan C i dapat dipermudah. Saya berikan


contoh menghitung Ci AALI dengan formula berikut: =Z142*O146/(1+Z142*O147). Lakukan cara
ini untuk menghitung Ci setiap emiten.

TAHAP 12 – MENGURUTKAN SAHAM


BERDASARKAN ERB
Untuk dapat mengetahui saham apa saja yang termasuk dalam portofolio optimal,
urutkan saham yang dimulai dari saham yang memiliki ERB tertinggi hingga terendah.
Selain itu, untuk keperluan tahap selanjutnya, sertakan pula Alpha, Beta, , dan Ci.
Tabulasi data pada tahap ini dapat dilakukan seperti gambar berikut:

TAHAP 13 – MENENTUKAN C * (CUT-OFF POINT)


Cut-off Point merupakan nilai Ci terbesar dari semua nilai C i setiap emiten. Pada contoh
ini, C*sebesar 0.0032. Dalam Excel, C* dapat dihitung menggunakan formula MAX.
Yaitu: =MAX(AT6:AT16).

TAHAP 14 – MENENTUKAN SAHAM YANG


TERMASUK DALAM PORTOFOLIO OPTIMAL
Saham-saham yang masuk dalam portofolio optimal adalah saham yang memiliki nilai
ERB > C*. Pada Excel, sobat dapat menggunakan fungsi IF. Lakukanlah tabulasi data
seperti berikut ini:

Pada contoh di atas, HMSP termasuk dalam portofolio optimal. Fungsi IF yang
digunakan adalah sebagai berikut: =IF(AS6>AU6,”Optimal”,”-“). Setelah itu, lakukan
cara tersebut sampai emiten ISAT. Jika kita cek secara manual, ERB BDMN dan ISAT
lebih kecil daripada C*. Sedangkan ERB emiten lainnya masih lebih besar daripada C *.

TAHAP 15 – MENENTUKAN , , , , DAN


SAHAM INDIVIDUAL DI DALAM PORTOFOLIO
Skala tertimbang (Zi) dan Proporsi (Wi) digunakan untuk mengetahui berapakah
proporsi dana terbaik dalam portofolio tersebut. Secara manual, Z i, Wi, αpi, βpi, dan
saham individual di dalam portofolio dihitung menggunakan formula berikut:

Dimana:
= Skala pembobotan tiap-tiap saham
= Beta Saham i
= Variance error residual saham i
= Excess Return to Beta saham i
= Cut-off Point yang merupakan nilai Ci terbesar
= Porsi saham i dalam portofolio
K = Jumlah saham di dalam portofolio optimal
= Alpha saham i dalam portofolio optimal
= Beta saham i dalam portofolio optimal

Pada tahap ke 14, kita telah melakukan tabulasi data dan menentukan saham mana
yang termasuk dalam portofolio optimal. Dari data tersebut, kita dapat langsung
menghitung Zi, Wi, αpi, βpi, dan saham individual dalam portofolio seperti gambar
berikut:

1. Untuk menghitung Zi, Wi, αpi, βpi, dan menggunakan Excel dapat
menggunakan fungsi matematika. Saya contohkan menghitung Z i HMSP dalam
portofolio: =AQ6/AR6*(AS6-AU6). Wi HMPS dalam portofolio dapat dihitung
dengan fungsi berikut: =AW6/AW15. αpiHMSP dalam portofolio dapat dihitung
menggunakan fungsi berikut: =AP6*AX6. βpi HMSP dalam portofolio dapat dihitung
menggunakan fungsi berikut: =AQ6*AX6. HMSP dalam portofolio dapat
dihitung menggunakan fungsi berikut: =AR6*AX6.

2. Merupakan total Zi, Wi, αpi, βpi, dan dalam portofolio optimal. Data tersebut
dihitung menggunakan fungsi SUM pada Excel. Saya contohkan total Z i dihitung
menggunakan fungsi: =SUM(AW6:AW14). Lakukan perhitungan total Wi, αpi, βpi,
dan menggunakan fungsi SUM tersebut.

TAHAP 16 – MENGHITUNG EXPECTED


RETURNDAN VARIAN PORTOFOLIO
Perhitungan expected return portofolio tergantung model asset pricing yang digunakan
dalam penelitian. Pada kesempatan kali ini, saya berikan contoh perhitungan expected
return portofolio menggunakan Single Index Model (SIM). Secara manual, SIM dapat
dihitung menggunakan formula berikut:
Dimana:
= Expected Return Portofolio
= Alpha Portofolio
= Beta Portofolio
= Expected Return Market.

Sedangkan Variance portfolios secara manual dapat dihitung menggunakan formula


berikut ini:

Pada Ms. Excel, perhitungan Expected return dan variance portofolio cukup mudah,
hanya menggunakan fungsi matematika. Gambar berikut menunjukkan hasil
perhitungan expected return dan variance portofolio menggunakan Ms. Excel 2013:

1. E(Rm) merupakan expected return market yang telah kita hitung pada TAHAP
3. Copy saja E(Rm) tersebut.

2. E(Rp) pada SIM dihitung menggunakan fungsi matematika sebagai


berikut: =AY15+AZ15*AZ16.

3. merupakan variance market yang telah kita hitung pada TAHAP 4. Copy saja
data tersebut.

4. merupakan varian portofolio atau risiko portofolio optimal pada contoh ini yang
dihitung menggunakan fungsi: =AZ15^2*AZ18+BA15
TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN)
Menurut Fahmi (2014:358), Return adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Sedangkan
Bodie et., all (2005) mendefinisikan return sebagai penjumlahan sederhana pendapatan
yang diperoleh dari setiap dolar yang diinvestasikan. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa return merupakan tingkat pengembalian yang diperoleh atas investasi yang
dilakukan. Sedangkan tingkat pengembalian yang diharapkan dalam investasi disebut
dengan expected return. Selisih antara actual returndengan expected return disebut
juga dengan abnormal return (return tak terduga). Abnormal return bernilai positif
artinya return yang terjadi lebih besar daripada return yang diharapkan.
Sedangkan abnormal return bernilai negatif artinya return yang terjadi lebih kecil
daripada return yang diharapkan.

Baca Juga:

 Teori Capital Asset Pricing Model

 Portofolio Optimal Menggunakan Excel

Setiap jenis investasi memiliki tingkat keuntungannya masing-masing, seperti Sertifikat


Deposito Bank yang menjamin return sebesar tingkat bunga yang telah ditentukan BI
dan bersifat pasti, Obligasi yang memberikan return yang disebut dengan Kupon dan
akan dibayarkan secara periodik atau sekaligus dan bersifat pasti. Berbeda dengan
investasi saham, return yang diterima pada investasi saham ada dua yaitu capital
gain atau capital loss dan dividen (dalam Mardani, 2017:32). Return pada investasi
saham sangat tergantung pada performance emiten di pasar. Dengan demikian,
investasi saham tidak akan menjamin keuntungan bagi investor (pemodal). Meskipun
demikin, investasi saham mampu memberikan return yang lebih tinggi daripada
investasi aset bebas risiko. Apabila sobat dapat mengelola investasi dengan baik,
bahkan return yang tinggi sekalipun dapat diperoleh.

HUBUNGAN RISK AND RETURN


Secara teknis, semakin tinggi expected return, maka risk yang dihadapi investor juga
semakin tinggi dan berlaku sebaliknya. Hubungan risk and return adalah linear dan
searah. Grafik Security Market Line berikut menjelaskan hubungan risk and
return dalam investasi dipasar modal.
Grafik SML di atas menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara risk and return.
yang mana risk ditunjukkan oleh E(Rp) atau expected return portfolio pada sumbu Y
dan riskditunjukkan oleh βp atau Beta portofolio pada sumbu X. Sementara itu, Rf-
merupakan tingkat keuntungan investasi pada aset bebas risiko dengan risiko sebesar
nol (0). E(Rm) atau expected return market merupakan tingkat keuntungan pasar saham.
Sedangkan βm atau Beta pasar merupakan risiko pasar yang bernilai 1. Perhatikanlah
garis Security Market Line (SML) yang dimulai dari titik Rf dan menuju pada pertemuan
titik E(Rm) dan titik βm yang merupakan tingkat keuntungan pasar saham (diukur
menggunakan indeks pasar seperti IHSG, LQ-45, JII, dll). Dari penjelasan tersebut,
maka kesimpulan bahwa risk and return berhubungan linear memang benar. Perhatikan
garis SML, semakin meningkat E(Rp) maka βp juga semakin meningkat.

Dari penjelasan singkat di atas, semoga sobat sekalian dapat memahami


hubungan risk and return dalam investasi. Untuk artikel selanjutnya, kita akan
membahas lebih dalam mengenai analisis investasi ini. Demikian informasi dari saya.
Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai