Anda di halaman 1dari 35

PENILAIAN SAHAM

Fakultas Ekonomi
Universitas 17 Agustus 1945
Kelompok 7 :

1. Riztyi Zahrotul Afifah ( 1221408755 )


2. Ellita Septia Ariska ( 1221408788 )
3. Wensislaus Naibesi ( 1221408799 )
4. Wijayanti Ika Wulandari ( 1221308308 )
5. Serlly Novita Sari ( 1221308411 )
6. Ardian Romy Riawati ( 1221308421 )
7. Nurjayanti ( 121308438 )
PENILAIAN HARGA SAHAM

Para analisis selalu berupaya merumuskan bagaimana me


nentukan harga saham yang seharusnya, dengan tujuan unt
uk memperoleh tingkat keuntungan yang menarik. namun d
emikian, dari hipotesa pasar modal yang efisien kita tahu ba
hwa sulit bagi pemodal untuk terus menerus dapat mengala
hkan pasar, dan memperoleh tingkat keuntungan diatas nor
mal (artinya lebih tinggi dari yang seharusnya sesuai dengan
resiko yang ditanggung)
SAHAM BIASA

Bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang


berbentuk PT. Pemilik saham suatu perusahaan, disebut
sebagai pemegang saham, merupakan pemilik perusahaan.
Tanggung jawab pemilik perusahaan yang berbentuk PT
terbatas pada modal yang disetorkan.
Berikut ini contoh rekening modal sendiri dari PT.Semen Gresik yang disajikan
pada neraca akhir 1992 :

Modal Sendiri PT,Semen Gresik 31 Desember 1992 :

Saham buasa nominal = Rp 1000


Yang diotorisir = 500.000.000 lembar
Diterbitkan dan disetor penuh = 148.288.000 lembar

(000.000) dalam jutaan rupiah


Diterbitkan dan disetor penuh Rp. 148.288
Agio Rp. 240.000
Laba ditahan Rp. 293.284
Total Rp. 681.572
Informasi tersebut menunjukkan bahwa :

Perusahaan bisa menerbitkan saham sampai 500.000.000 lembar saham, tanpa meruba
h anggaran dasar dan ini disebut sebagai saham yang di otorisir
Tidak semua saham tersebut telah diterbitkan. Dalam contoh kita yang telah
diterbitkan dan modalnya telah disetor penuh adalah Rp. 148.288.000.000,- .
Dan ini disebut sebagai saham yang diterbitkan dan disetor penuh.
Pada saat sahm tersebut dijual pertama kali ke pasar modal (th 1991)
sebanyak 40.0000.000 lembar. Harga yang dibayar oleh pemodal adalah Rp. 7.000,- .
Sebelumnya jumlah saham yang telah diterbitkan adalah 108.000.000 lembar dan
dimiliki oleh pemerintah dengan nilai nominal Rp. 1.000,-
Selisihnya dicatat sebagai Agio = Rp. 7.000 Rp. 1.000 = Rp. 6.000 per lembar
Dalam neraca dicatat 40.000.000 lembar X Rp. 6.000 = Rp. 240.000.000.000,-
nilai agio saham
Laba yang tersedia bagi pemegang saham mungkin tidak akan dibagikan
seluruhnya sebagai dividen, oleh karena itu di dalam neraca terdapat rekening
laba yang ditahan sebesar Rp. 293.284.000.000
Jumlah keseluruhan nilai buku modal sendiri Rp. 681.572.000.000
Nilai per lembar saham Rp. 681.572.000.000,-
148.288.000 lembar
= Rp. 4.596,27 dibulatkan Rp. 4.600,-
Proses Valuasi Harga Saham

Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (harga teoriti


s) suatu saham, dan kemudian membandingkan dengan harga
pasar saat ini.
Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang
diharapkan dari saham tersebut.
Pedoman yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Apabila NI > harga pasar saat ini , saham dinilai Undervalued
2. Apabila NI < harga pasar saat ini , saham dinilai Overvalued
3. Apabila NI = harga pasar saat ini , saham dinilai Wajar
Secara sistematis, analisi tersebut ditunjukkan pada gambar
dibawah ini :
Model Penilaian Saham

1. Pendekatan Present Value (metode kapitalisasi


Penghasilan ) menaksir dengan menggunakan tingkat
bunga tertentu.
2. Pendekatan Price Earning Ratio atau PER (metode
kapitalisasi laba ) menaksir nilai saham dengan mengali
kan laba per lembar saham (EPS) dengan kelipatan
tertentu
Pendekatan Present Value

n Aruskast
Nilai Saham = t 1. (1 r )t
r R f Pr emi Re siko r R f ( Rm R f )
R f = tingkat keuntungan dari investasi bebas resiko
Contoh soal

Harga suatu saham yang diharapkan memberikan dividen Rp 1.000,- pada


tahun depan, dan tahun depan diperkirakan harganya Rp 11.000,- . Sedangka
n, tingkat keuntungan yang disyaratkan (r) sebesar 20%
Diketahui :
D = 1.000
P = 11.000
r = 20% = 0,20
Ditanyakan : Nilai intrinsik saham ?
Jawab : D1 P
P0 1
(1 r ) (1 r )
1.000 11.000
P0
(1 0,20) (1 0,20)
12.000
P0 10.000
1,20
D2 P2
P1
(1 r ) (1 r )
Dengan demikian maka,
D1 D2 P2
P0
(1 r ) (1 r ) (1 r )
Dan seterusnya..
Karena seseorang bisa memiliki saham untuk waktu n, maka persamaanny
a:

Dimana
Po = nilai intrinsik saat ini
Dt = dividen yang diterima oleh pemodal pada tahun ke t (t=1,.,n)
Pn = harga saham pada tahun ke n
r = tingkat keuntungan yang dianggap relevan
Zero Growth Model (Model Pertumbuhan Nol )

atau

Model tersebut disebut sebagai the zero growth


model, karena diasumsikan dividen tidak mengal
ami pertumbuhan
Constant Growth Model (Model Pertumbuhan Konstan)

atau

Model tersebut disebut sebagai model pertumbuha


n konstan, karena diasumsikan bahwa pertumbuhan

laba dan dividen meningkat secara konstan


Multiple Growth Model (Model Pertumbuhan Konstan)

Misal 3 tahun pertumbuhan diperkirakan sebesar 20% per tahun (g


1),
tetapi setelah itu hanya tumbuh 10% per tahun (g2), maka :

Penggunaan Multiple Growth model ini didasarkan pada pertumbuha


n laba perusahaan yang tidaklah akan tinggi terus, ketika perusahaan
sudah berubah dari tahap pertumbuhan ke tahap kedewasaan
Model Dengan Tiga Periode Pertumbuhan

Model ini merupakan perluasan dari model dengan dua pertumbuhan


multiple, tetapi dengan scenario tambahan lagi.
Model Dengan Tiga Periode Pertumbuhan

Misalkan diperkirakan bahwa dividen yang akan dibayarkan pada tahun


1 adalah Rp 1000, dan diperkirakan kondisi pertumbuhan seperti diatas,
maka harga saham saat ini dihitung ialah :
Model Dengan Tiga Periode Pertumbuhan

Periode ke 3t terjadi pertumbuhan konstan, d


an karenanya kita bisa menuliskannya dan ka
rena ini terjadi pada tahun ke 8, maka nilai se
karang dikalikan
dengan
Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (market


price) dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan,
misal harga saham saat ini sebesar Rp 10.000, sedangkan Eps sebesar R
p 1000, maka
Faktor Faktor (PER)

Apabila Faktor-Faktor lain konstan, maka


1. Semakin tinggi payout ratio (DPR),semakin tinggi PER
2. Semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan, yaitu, r,
semakin rendah PER
3. Semakin tinggi pertumbuhan dividen, yaitu,g, semakin tinggi
PER saha

Contoh (PER) Saha

Semisal ada saham PER = 10, kemudian perusahaan


menganut Dividend Payout Ratio (DPR) sebesar 30% yan
g berarti b = 0,70. Sekarang ,r. yang layak 24%, maka

Bila b = 0.70 dan g = 21%, maka untuk ROE


Hubungan Harga Saham Dengan Laba Per Saham

Dalam analisis PER, seringkali suatu saham nampak


agak mengherankan, karena EPSnya yang lebih rendah dibanding dengan
harga Sahamnya, misal suatu saham memiliki :
Hubungan Harga Saham Dengan Laba Per Saham

Terlihat tidak mungkin bila tingkat keuntungan hanya 5%

Hal tersebut disebabkan adanya Present Value Of Growth


Opportunity (PVGO).
Contoh Present Value Of Growth Opportunity (PVGO).

Misal, bank maju memiliki harga saham Rp 3.900

Sehingga tidak mungkin bila pemegang saham hanya dapat


keuntungan sebesar sedangkan tingkat bunga deposito seb
esar 17%, maka bila kita asumsikan

= 1600 + PVGO
PVGO = 2.300
Analisis Cross Sectional

Analisis Cross Sectional dilakukan terhadap saham dengan tujuan m


enaksir nilai intrinsik saham dan membandingkan dengan harga sah
am tersebut di bursa. Analisis Cross Sectional dalam metodenya
dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Analisis Cross Sectional Dengan Menggunakan Pendekatan


Dividen (Arus Kas )
2. Analisis Cross Sectional Dengan Menggunakan PER ( Price
Earning Ratio )
Analisis Cross Sectional ( Pendekatan Dividen )

Analisis Cross Sectional dalam penghitungannya menggunakan dividen, sebagai


komponen perhitungannya, seperti :

Misalkan suatu saham 1 (disebut #1), memiliki :


- Harga Saham di Bursa : Rp. 3125
- Perkiraan Dividen Tahun depan (=D1) : Rp 250
- Perkiraan Pertumbuhan Laba sampai n tahun : 12% (g)
Mencari Keuntungan Pemodal (r)

Mencari beta saham #1 dengan cara CAPM, misal hasil taksir saham #1,
Analisis Cross Sectional ( Pendekatan Dividen )

Misalkan suatu saham 2 (disebut #2), memiliki :


- Harga Saham di Bursa : Rp. 2000
- Perkiraan Dividen Tahun depan (=D1) : Rp 150
- Perkiraan Pertumbuhan Laba sampai n tahun : 10% (g)
Mencari Keuntungan Pemodal (r)

Sedangkan saham #2, misal hasil taksir saham #2,

Kemudian, Hasil Analisis tersebut harus kita tabulasikan seperti


berikut :
Analisis Cross Sectional ( Pendekatan Dividen )

Hubungan r ( tingkat Keuntungan yang diharapkan ) dengan resiko


saham-saham yang diteliti :
Analisis Cross Sectional ( Pendekatan Dividen )

Contoh Penggunaan Model Wells Fargo dalam Analisis Cross Sectional:


Analisis Cross Sectional ( Model Wells Fargo)

Tabel Wells Fargo tadi menunjukkan :


1. Analisis Sekuritas memperkirakan selama 5 tahun pertama , laba
meningkat dengan rata-rat 10%
2. Pada Periode transisi tahun ke 6, laba menurun menjadi 9%
3. Pada Periode transisi tahun ke 7, laba menurun menjadi 8%
4. Pada Periode transisi tahun ke 8, laba menurun menjadi 7%
5. Akhirnya laba diperkirakan meningkat selamanya sebesesar 6%
per tahun
Analisis Cross Sectional ( Pendekatan PER )

Analisis Cross Sectional dilakukan terhadap banyak saham untuk peride


yang sama. Tujuan analisis ini adalah untuk mengethaui bagaimana posis
i suatu saham relatif dengan saham-saham lain dengan menggunakan
variable PER
Analisis Cross Sectional ( Pendekatan PER )

Contoh kasus :

Apbila suatu saham mempunai pertumbuhan laba 10, maka


PER = 4 +2,3(10) = 27

Kesimpulan :
1. Apabila saham saat ini ditawarkan dengan PER 27, maka saham
tersebut layak dibeli
2. Sebaliknya apabila PER saat ini sudah lebih dari 27 maka saham
tersebut berpotensi untuk dilakukan short selling
Sekian & Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai