“UJI STERILITAS”
Kelompok : D-3
Dewa Made Oka (2015210059)
Eddy Purnomo (2015210067)
Elvina Febriyanti (2015210070)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan sudut pandang mikrobiologi, sediaan dibagi menjadi dua, yaitu: sediaan
steril dan sediaan non steril. Produk steril adalah sediaan terapeutis dalam bentuk
terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup, seperti obat-obat parenteral
(ampul, vial injeksi, dan infus), obat tetes mata, serta salep untuk luka bakar dan luka
terbuka. Selain sediaan farmasi, terdapat juga alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan
steril menurut farmakope, antara lain: alat yang kontak langsung dengan humoral tubuh
seperti alat-alat bedah (kain kassa, kapas, dan benang bedah), selang infus, jarum
suntik, dll.
Pengontrolan pada waktu pembuatan untuk mengurangi kontaminasi sejumlah
tertentu dapat dicapai relatif mudah. Jika jumlah produk bertambah, masalah kontrol
pada waktu pembuatan untuk menghidari kontaminasi jadi berlipat ganda. Oleh karena
itu, preparat produk steril menjadi wawasan khusus dalam proses farmasi. Standar yang
ditetapkan, sikap pekerja, dan kontrol proses harus berada dalam tingkatan teratas.
Oleh karena itu, pentingnya wawasan khusus mengenai produk steril beserta
komponen uji sterilitasnya, maka praktek uji sterilitas ini perlu dilakukan guna
menambah pembekalan wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa di bidang farmasi.
B. Tujuan Praktikum
1. Memastikan suatu produk adalah steril atau sudah disterilkan melalui validasi
proses sterilisasi atau proses aseptik;
2. Mensterilkan alat-alat yang dipakai dalam laboratorium.
C. Manfaat Praktikum
1. Dapat melakukan uji sterilitas sesuai dengan prosedur dan syarat yang tertera
dalam farmakope;
2. Dapat mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi uji sterilitas;
3. Dapat mengukur sterilitas sediaan maupun alat kesehatan yang dijadikan sampel.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Serta Alat
kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Berdasarkan sudut pandang mikrobiologi, sediaan dibagi menjadi dua, yaitu: sediaan steril
dan sediaan non steril. Produk steril adalah sediaan terapeutis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup, seperti obat-obat parenteral (ampul, vial injeksi, dan infus),
obat tetes mata, serta salep untuk luka bakar dan luka terbuka. Selain sediaan farmasi,
terdapat juga alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan steril menurut farmakope, antara lain:
alat yang kontak langsung dengan humoral tubuh seperti alat-alat bedah (kain kassa, kapas,
dan benang bedah), selang infus, jarum suntik, dll.
Secara tradisional, keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan
bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan
kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapa diduga atas dasar proyeksi kinetik
angka kematian mikroorganisme.
Mikroorganisme merupakan makhluk-makhluk kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
biasa, terlihat jelas apabila menggunakan bantuan alat berupa mikroskop. Adapun jenis
mikroorganisme meliputi virus, bakteri, sebagian jamur/fungi, sebagian alga (ganggang), dan
protozoa. Adapun yang dimaksudkan steril dari kontaminasi mikroba pada sediaan farmasi
maupun alat kesehatan yang dimaksudkan adalah terhadap bakteri aerob, bakteri anaerob, dan
fungi.
Prosedur farmakope didesain untuk menjamin bahwa satu bets produk adalah steril atau
telah disterilkan. Hal ini terutama harus disertai dengan validasi proses sterilisasi atau
prosedur proses aseptik. Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan
farmakope yang dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa tidak
ada kontaminasi mikroba ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian. Pengujian
sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai kondisi tersebut, lingkungan
pengujian harus dibuat sama ketika uji sterilitas dilakukan. Tindakan pencegahan untuk
mencegah kontaaminan tidak boleh mempengaruhi mikroba yang ada dalam pengujian.
Kondisi pengerjaan kertika uji dilakukan di monitor secara berkala dengan melakukan
sampling yang sesuai sampel pada area dan kontrol yang sesuai.
Media didesain untuk memungkinkan pertumbuhan mikroba, sehingga seharusnya
nonsintesis dan merupakan campuran dari nutrisi yang dapat mendukung kehidupan mikroba
selama berada dalam media tersebut. Berdasarkan farmakope, media diklasifikasikan menjadi
tiga kategori, yaitu: media berupa fisik (cair, semisolid, solid), media dengan komposisi kimia
(bahan sintesis dan non sintesis), serta tipe menurut fungsinya ada maksud general, untuk
memperkaya, media selektif, media turunan, pertumbuhan aerobik, spesimen transport, assay,
dan enumerasi.
B. Tempat Praktikum
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila
C. Cara Kerja
1. Untuk sampel berupa injeksi infus:
Bagian tutup dibersihkan dengan alkohol, kemudian ditusukkan jarum suntik ke
dalam sediaan dan diambil larutan sebanyak 1 ml, diinokulasikan ke dalam 2
buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 9 ml media FTM dan TSB.
Diinkubasikan media FTM yang telah diinokulasikan pada suhu 30-35ºC selama
24-28 jam dan media TSB pada 20-25ºC selama 4-7 hari. Diamati ada tidaknya
pertumbuhan mikroba selama 14 hari, jika tidak ada pertumbuhan mikroba pada
kedua media setelah 14 hari diinkubasi maka sampel dinyatakan memenuhi syarat
uji sterilisasi.
2. Untuk sampel berupa kain kassa:
Ke dalam 2 tabung reaksi yang berisi media FTM dan TSB, diinokulasikan kain
kassa steril secara aseptik. Diinkubasikan media FTM yang telah diinokulasikan
pada suhu 30-35ºC selama 24-28 jam dan media TSB pada 20-25ºC selama 4-7
hari. Diamati ada tidaknya pertumbuhan mikroba selama 14 hari, jika tidak ada
pertumbuhan mikroba pada kedua media setelah 14 hari diinkubasi maka sampel
dinyatakan memenuhi syarat uji sterilisasi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Untuk memastikan bahwa data uji valid, maka pada laporan ini dilaporkan data
akumulasi pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 2 dan 3 di kelas D.
Waktu Inkubasi: Pk. 14.00
B. Pembahasan
Nama : Elvina Febriyanti
NPM : 2015210070
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah FTM (Fluid Thioglycolate
Fluid) dan TSB (Tryptic Soy Broth). FTM digunakan untuk menumbuhkan bakteri
anaerob (namun dapat juga untuk bakteri aerob), sedangkan TSB digunakan untuk
menumbuhkan bakteri aerob dan fungi. Alat dan bahan harus disterilkan terlebih dahulu
untuk meminimalisir kontaminasi. Untuk memenuhi syarat uji sterilitas, maka sampel
tidak boleh menunjukkan pertumbuhan mikroba selama 14 hari.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok D-2, sampel kain kassa pada media FTM
tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 6 hari pertama, lalu pada hari ke-7
memberikan hasil positif yang ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri anaerob sehingga tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada sampel kain
kassa pada media TSB, menunjukkan hasil positif dari hari pertama pengamatan ditandai
dengan larutan menjadi keruh dan terdapat partikel yang melayang/mengendap yang
menandakan adanya pertumbuhan mikroba berupa bakteri aerob atau fungi sehingga
tidak memenuhi syarat. Pada sampel injeksi infus pada media FTM, menunjukkan hasil
positif dari hari pertama pengamatan ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri anaerob sehingga tidak memenuhi syarat. Pada sampel injeksi infus pada
media TSB, menunjukkan hasil negatif dari hari pertama pengamatan ditandai dengan
tetap jernihnya larutan yang menandakan tidak adanya pertumbuhan mikroba sehingga
memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok D-3, pada sampel kain kassa pada media
FTM, menunjukkan hasil negatif dari hari pertama pengamatan ditandai dengan tetap
jernihnya larutan yang menandakan tidak adanya pertumbuhan mikroba sehingga
memenuhi syarat. Sedangkan pada sampel kain kassa pada media TSB tidak
menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 2 hari pertama, lalu pada hari ke-3
memberikan hasil positif yang ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri aerob atau fungi sehingga tidak memenuhi syarat. Pada sampel injeksi
infus pada media FTM, menunjukkan hasil positif dari hari pertama pengamatan ditandai
dengan larutan menjadi keruh dan terdapat partikel yang melayang/mengendap yang
menandakan adanya pertumbuhan mikroba berupa bakteri anaerob sehingga tidak
memenuhi syarat. Sedangkan pada sampel injeksi infus pada media TSB tidak
menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 2 hari pertama, lalu pada hari ke-3
memberikan hasil positif yang ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri aerob atau fungi sehingga tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan dari data-data tersebut, baik kain kassa maupun larutan infus tidak
memenuhi syarat sehingga tidak steril. Hal ini dapat diakibatkan oleh pengerjaan yang
kurang aseptis, atau dapat terjadi kontaminasi selama pengamatan.
BAB V. KESIMPULAN
Kain kasa media FTM (-) Negatif tidak terdapat pertumbuhan mikroba, media TSB
(+) positif terdapat pertumbuhan mikroba.
Cairan infus media FTM (+) positif terdapat pertumbuhan mikroba, media TSB (+)
positif terdapat pertumbuhan mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
FTM-TSB FTM-TSB