Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II

“UJI STERILITAS”

Kelompok : D-3
Dewa Made Oka (2015210059)
Eddy Purnomo (2015210067)
Elvina Febriyanti (2015210070)

Tanggal Praktikum: Selasa, 6 Maret 2018

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2018
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan sudut pandang mikrobiologi, sediaan dibagi menjadi dua, yaitu: sediaan
steril dan sediaan non steril. Produk steril adalah sediaan terapeutis dalam bentuk
terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup, seperti obat-obat parenteral
(ampul, vial injeksi, dan infus), obat tetes mata, serta salep untuk luka bakar dan luka
terbuka. Selain sediaan farmasi, terdapat juga alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan
steril menurut farmakope, antara lain: alat yang kontak langsung dengan humoral tubuh
seperti alat-alat bedah (kain kassa, kapas, dan benang bedah), selang infus, jarum
suntik, dll.
Pengontrolan pada waktu pembuatan untuk mengurangi kontaminasi sejumlah
tertentu dapat dicapai relatif mudah. Jika jumlah produk bertambah, masalah kontrol
pada waktu pembuatan untuk menghidari kontaminasi jadi berlipat ganda. Oleh karena
itu, preparat produk steril menjadi wawasan khusus dalam proses farmasi. Standar yang
ditetapkan, sikap pekerja, dan kontrol proses harus berada dalam tingkatan teratas.
Oleh karena itu, pentingnya wawasan khusus mengenai produk steril beserta
komponen uji sterilitasnya, maka praktek uji sterilitas ini perlu dilakukan guna
menambah pembekalan wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa di bidang farmasi.

B. Tujuan Praktikum
1. Memastikan suatu produk adalah steril atau sudah disterilkan melalui validasi
proses sterilisasi atau proses aseptik;
2. Mensterilkan alat-alat yang dipakai dalam laboratorium.

C. Manfaat Praktikum
1. Dapat melakukan uji sterilitas sesuai dengan prosedur dan syarat yang tertera
dalam farmakope;
2. Dapat mengetahui parameter-parameter yang mempengaruhi uji sterilitas;
3. Dapat mengukur sterilitas sediaan maupun alat kesehatan yang dijadikan sampel.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Serta Alat
kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Berdasarkan sudut pandang mikrobiologi, sediaan dibagi menjadi dua, yaitu: sediaan steril
dan sediaan non steril. Produk steril adalah sediaan terapeutis dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup, seperti obat-obat parenteral (ampul, vial injeksi, dan infus),
obat tetes mata, serta salep untuk luka bakar dan luka terbuka. Selain sediaan farmasi,
terdapat juga alat-alat kesehatan yang dipersyaratkan steril menurut farmakope, antara lain:
alat yang kontak langsung dengan humoral tubuh seperti alat-alat bedah (kain kassa, kapas,
dan benang bedah), selang infus, jarum suntik, dll.
Secara tradisional, keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini menyatakan
bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relatif, dan kemungkinan menciptakan
kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapa diduga atas dasar proyeksi kinetik
angka kematian mikroorganisme.
Mikroorganisme merupakan makhluk-makhluk kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
biasa, terlihat jelas apabila menggunakan bantuan alat berupa mikroskop. Adapun jenis
mikroorganisme meliputi virus, bakteri, sebagian jamur/fungi, sebagian alga (ganggang), dan
protozoa. Adapun yang dimaksudkan steril dari kontaminasi mikroba pada sediaan farmasi
maupun alat kesehatan yang dimaksudkan adalah terhadap bakteri aerob, bakteri anaerob, dan
fungi.
Prosedur farmakope didesain untuk menjamin bahwa satu bets produk adalah steril atau
telah disterilkan. Hal ini terutama harus disertai dengan validasi proses sterilisasi atau
prosedur proses aseptik. Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan
farmakope yang dipersyaratkan harus steril. Hasil yang diterima menunjukkan bahwa tidak
ada kontaminasi mikroba ditemukan dalam sampel di bawah kondisi pengujian. Pengujian
sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai kondisi tersebut, lingkungan
pengujian harus dibuat sama ketika uji sterilitas dilakukan. Tindakan pencegahan untuk
mencegah kontaaminan tidak boleh mempengaruhi mikroba yang ada dalam pengujian.
Kondisi pengerjaan kertika uji dilakukan di monitor secara berkala dengan melakukan
sampling yang sesuai sampel pada area dan kontrol yang sesuai.
Media didesain untuk memungkinkan pertumbuhan mikroba, sehingga seharusnya
nonsintesis dan merupakan campuran dari nutrisi yang dapat mendukung kehidupan mikroba
selama berada dalam media tersebut. Berdasarkan farmakope, media diklasifikasikan menjadi
tiga kategori, yaitu: media berupa fisik (cair, semisolid, solid), media dengan komposisi kimia
(bahan sintesis dan non sintesis), serta tipe menurut fungsinya ada maksud general, untuk
memperkaya, media selektif, media turunan, pertumbuhan aerobik, spesimen transport, assay,
dan enumerasi.

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat: kertas saring, tabung, inkubator, ose, cawan petri.
2. Bahan: soybean-casein digest medium, L-sistin P, NaCl (p), NaOH 1 N, fluid
thioglycolate medium, tryptic soy broth, sampel (infus dan kain kassa).

B. Tempat Praktikum
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila

C. Cara Kerja
1. Untuk sampel berupa injeksi infus:
Bagian tutup dibersihkan dengan alkohol, kemudian ditusukkan jarum suntik ke
dalam sediaan dan diambil larutan sebanyak 1 ml, diinokulasikan ke dalam 2
buah tabung reaksi yang masing-masing berisi 9 ml media FTM dan TSB.
Diinkubasikan media FTM yang telah diinokulasikan pada suhu 30-35ºC selama
24-28 jam dan media TSB pada 20-25ºC selama 4-7 hari. Diamati ada tidaknya
pertumbuhan mikroba selama 14 hari, jika tidak ada pertumbuhan mikroba pada
kedua media setelah 14 hari diinkubasi maka sampel dinyatakan memenuhi syarat
uji sterilisasi.
2. Untuk sampel berupa kain kassa:
Ke dalam 2 tabung reaksi yang berisi media FTM dan TSB, diinokulasikan kain
kassa steril secara aseptik. Diinkubasikan media FTM yang telah diinokulasikan
pada suhu 30-35ºC selama 24-28 jam dan media TSB pada 20-25ºC selama 4-7
hari. Diamati ada tidaknya pertumbuhan mikroba selama 14 hari, jika tidak ada
pertumbuhan mikroba pada kedua media setelah 14 hari diinkubasi maka sampel
dinyatakan memenuhi syarat uji sterilisasi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Untuk memastikan bahwa data uji valid, maka pada laporan ini dilaporkan data
akumulasi pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 2 dan 3 di kelas D.
Waktu Inkubasi: Pk. 14.00

Sampel Media Kel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14


Kain Kassa FTM 2 X - - - - - + + + + + + + +
3 X - - - - - - - - - - - - -
TSB 2 X + + + + + + + + + + + + +
3 X - + + + + + + + + + + + +
Injeksi Infus FTM 2 X + + + + + + + + + + + + +
3 X + + + + + + + + + + + + +
TSB 2 X - - - - - - - - - - - - -
3 X - + + + + + + + + + + + +
Keterangan:

( + ) ada pertumbuhan mikroba

( - ) tidak ada pertumbuhan mikroba

B. Pembahasan
Nama : Elvina Febriyanti
NPM : 2015210070
Media yang digunakan dalam praktikum ini adalah FTM (Fluid Thioglycolate
Fluid) dan TSB (Tryptic Soy Broth). FTM digunakan untuk menumbuhkan bakteri
anaerob (namun dapat juga untuk bakteri aerob), sedangkan TSB digunakan untuk
menumbuhkan bakteri aerob dan fungi. Alat dan bahan harus disterilkan terlebih dahulu
untuk meminimalisir kontaminasi. Untuk memenuhi syarat uji sterilitas, maka sampel
tidak boleh menunjukkan pertumbuhan mikroba selama 14 hari.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok D-2, sampel kain kassa pada media FTM
tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 6 hari pertama, lalu pada hari ke-7
memberikan hasil positif yang ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri anaerob sehingga tidak memenuhi syarat. Sedangkan pada sampel kain
kassa pada media TSB, menunjukkan hasil positif dari hari pertama pengamatan ditandai
dengan larutan menjadi keruh dan terdapat partikel yang melayang/mengendap yang
menandakan adanya pertumbuhan mikroba berupa bakteri aerob atau fungi sehingga
tidak memenuhi syarat. Pada sampel injeksi infus pada media FTM, menunjukkan hasil
positif dari hari pertama pengamatan ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri anaerob sehingga tidak memenuhi syarat. Pada sampel injeksi infus pada
media TSB, menunjukkan hasil negatif dari hari pertama pengamatan ditandai dengan
tetap jernihnya larutan yang menandakan tidak adanya pertumbuhan mikroba sehingga
memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil percobaan kelompok D-3, pada sampel kain kassa pada media
FTM, menunjukkan hasil negatif dari hari pertama pengamatan ditandai dengan tetap
jernihnya larutan yang menandakan tidak adanya pertumbuhan mikroba sehingga
memenuhi syarat. Sedangkan pada sampel kain kassa pada media TSB tidak
menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 2 hari pertama, lalu pada hari ke-3
memberikan hasil positif yang ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri aerob atau fungi sehingga tidak memenuhi syarat. Pada sampel injeksi
infus pada media FTM, menunjukkan hasil positif dari hari pertama pengamatan ditandai
dengan larutan menjadi keruh dan terdapat partikel yang melayang/mengendap yang
menandakan adanya pertumbuhan mikroba berupa bakteri anaerob sehingga tidak
memenuhi syarat. Sedangkan pada sampel injeksi infus pada media TSB tidak
menunjukkan pertumbuhan mikroba pada 2 hari pertama, lalu pada hari ke-3
memberikan hasil positif yang ditandai dengan larutan menjadi keruh dan terdapat
partikel yang melayang/mengendap yang menandakan adanya pertumbuhan mikroba
berupa bakteri aerob atau fungi sehingga tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan dari data-data tersebut, baik kain kassa maupun larutan infus tidak
memenuhi syarat sehingga tidak steril. Hal ini dapat diakibatkan oleh pengerjaan yang
kurang aseptis, atau dapat terjadi kontaminasi selama pengamatan.

Nama : Eddy purnomo


NPM : 2015210067
Sediaan dikatakan memenuhi syarat sterilitas jika tidak terdapat pertumbuhan
mikroba pada kedua media dalam waktu 14 hari inkubasi. Jika ditemukan pertumbuhan
mikroba tetapi dari evaluasi fasilitas pengujian, bahan yang digunakan, prosedur
pengujian dan control negative menunjukan tidak memadai atau teknik aseptic yang
salah digunakan dalam pengujian, maka pengujian dinyatakan tidak sah dan dapat
diulang. Jika dari hasil evaluasi fasilitas maupun prosedur memadai tetapi terdapat
pertumbuhan mikroba, maka pengujian dapat diulang kembali dengan jumlah bahan yang
sama dengan uji awal.
Pada praktikum ini dilakukan uji sterilitas berdasarkan Farmakope Indonesia
Edisi V. Sampel yang digunakan berupa sediaan cairan infus dan kain kassa, serta media
yang digunakan pada praktikum ini adalah Fluid Thioglycolate Medium (FTM) dan
Tryptic Soy Broth (TSB). Hasil yang didapat setelah melakukan inkubasi kedua media
pada kain kassa dan cairan infus pada hari ke-6 didapatkan hasil positif. Sedangkan,
media FTM kain kassa masih negatif sampai hari ke-14.
Beberapa factor yang menyebabkan hasil menjadi positif (+) terkontaminan oleh
mikroba yaitu teknik bekerja yang kurang aseptis, alat yang digunakan tidak steril
sehingga menyebabkan media terkontaminan, pemasukkan sampel ke dalam media yang
tidak benar/tidak aseptis, serta factor lain berupa mikroba yang tidak sengaja terbawa
pada benda-benda sekitar tempat kerja menjadikan salah satu penyebab
terkontaminannya sampel/media pada saat pengujian.
Nama : Dewa Made Oka
NPM : 2015210059
Dalam praktikum digunakan dua media yang berbeda berdasarkan kemampuan
jenis mikroba tumbuh yaitu media TSB atau Triptiic Soy Broth dan FTM atau Fluid
Thioglycollate Medium dimana FTM lebih digunaka sebagai media bakteri anaerob
sedangkan TSB untuk bakteri aerob. Digunakan bahan yang akan diuji yaitu ampul dan
kassa steril dengan cara menginokulasi langsung kedalam media. Ampul diinokulasikan
dengan menggunakan jarum atau spuit dan kassa steril diinokulasikan dengan secara
aseptik lalu diinkubasi pada suhu 30-35oC selama 24-48 jam serta diamati pertumuhan
mikroba selama 14 hari berturut turut (hari sabtu dan minggu tidak dilakukan
pengamatan namun tetap dihitung).
Dari hasil pengamata selama 14 hari didapat hasil dimana pada inokulan cairan
infus steril pada kedua media telah ditumbuhi mikroba yang ditandai dengan adanya
kekeruhan warna pada media FTM yang terjadi pada pengamatan hari ke 1. Pada
pengamatan hari ke 2 didapatkan hasil pada inokulan cairan infus dalam media TSB
terdapat endapan pada ujung tabung reaksi, dan hingga hari ke 14 didapatkan hasil yang
positif dalam media TSB. Kekeruhan atau endapan dapan disebabkan oleh pertmbuhan
mikroba yang berlangsung pada media atau juga saat pengerjaan yang kurang aseptis
sehingga udara dan mikroba dapat bertumbuh pada media
Pada paktikum sterilisasi kain massa hasil yang diperoleh pada sterilisasi
menggunakan yang didapat pada hari pertama adalah positif pada media TSB ada
endapan dan keruh hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak sterilnya kain kassa atau kain
kassa sudah terkontaminasi sebelum dimasukkan kedalam media dan dapat juga terjadi
karena pekerjaannya tidak dilakukan di dekat api bunsen yang membuat pengerjaannya
tidak steril sehingga pada hari pertama sudah didapatkan hasil yang positif (+) yaitu
sudah terdapat endapan pada hari ke 2. Sedangkan sterilisasi menggunakan media FTM
diperoleh hasil negatif sampai hari ke 14 hal ini menunjukan tidak adanya pertumbuhan
mikroba pada media dikarenakan dikerjakan secara steril sehingga diperoleh hasil
negatif. Pada media FTM (Fluid Thioglycolate Medium) hasil di peroleh negatif tidak
terdapat endapan pada media tersebut.

BAB V. KESIMPULAN

Nama : Elvina Febriyanti


NPM : 2015210070
1. Sampel kain kassa tidak memenuhi syarat, dinyatakan tidak steril.
2. Sampel injeksi infus tidak memenuhi syarat, dinyatakan tidak steril.

Nama : Eddy purnomo


NPM : 2015210067
Pada hasil uji sterilisasi berdasarkan Farmakope Indonesia edisi 5 didapatkan
hasil untuk cairan infus media FTM dan TSB tidak memenuhi syarat, terdapat
endapan/filament yang tumbuh dan warna larutan menjadi keruh dalam media berisi
cairan infus.
Pada sampel kassa steril didapatkan hasil tidak memenuhi syarat pada media TSB, yang
disebabkan adanya endapan atau cairan yang keruh di tabung, sedangkan pada media
FTM didapatkan hasil memenuhi syarat.

Nama : Dewa Made Oka


NPM : 2015210059

Kain kasa  media FTM (-) Negatif tidak terdapat pertumbuhan mikroba, media TSB
(+) positif terdapat pertumbuhan mikroba.
Cairan infus  media FTM (+) positif terdapat pertumbuhan mikroba, media TSB (+)
positif terdapat pertumbuhan mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.
Tim Penyusun. 2016. Diktat Penuntun Praktikum MIKROBIOLOGI II. Jakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila.

LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel Injeksi Infus Gambar 2. Sampel Kain Kassa

FTM-TSB FTM-TSB

Anda mungkin juga menyukai