Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN

PARASITOLOGI
KELOMPOK 3
PENGUJIAN STERILITAS

Dosen pengampu:
Ayu ina S. M. Pharm, Sci
Apt. Atalia tamo ina bulu. M.farm.

Anggota kelompok:
1. Rahayu febrina listiani (B1222034)
2. Shafera maharani (B1222038)
3.Thomas candra tri (B1222040)
4 Rina yunitasari (B1222036)
5.Laili nuril hidayah (B1222025)

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGII ILMU FARMASI NUSAPUTERA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui cara pengujian sterilitas dari berbagai produk
farmasi yang telah memenuhi syarat sterilitas.

B. DASAR TEORI
Sediaan steril memiliki beberapa sifat bentuk takaran yang unik seperti
bebas dari mikroorganisme bebas dari pirogen bebas dari partikulat dan
standar yang sangat tinggi dalam hal kemurnian dan kualitas bagaimanapun
tujuan utama pembuatan sediaan steril adalah mutlak tidak adanya
kontaminasi mikroba tidak seperti syarat banyak sediaan yang lain syarat
sterilitas adalah nilai yang mutlak sebuah sediaan baik secara maupun non
steril secara historis pertimbangan sterilitas berstandar pada uji sterilitas
lengkap yang resmi namun persediaan akhir pengujian sterilitas mengalami
banyak batasan (Dwidjoseputro, 1998)
Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang sebelumnya telah
mengalami proses pendilan yang telah diberlakukan hasilnya membuktikan
bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara efektif tetapi umumnya
disetujui bahwa kontrol yang dilaksanakan selama proses validasi
memberikan jaminan lebih efektifnya proses sterilisasi uji ini dilakukan
terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili keseluruhan lot bahan tersebut
sampel bisa diambil dari kemasan atau wadah akhir suatu produk atau sebagai
bagian dari tangki bulk cairan atau dari bahan bulk lainnya (lachman dkk.,
2008)
Salah satu tujuan uji sterilisasi pembuatan sediaan steril adalah untuk
meminimalkan ketidakpercayaan terhadap pengujian produk akhir. Tiga
prinsip yang terlibat dalam proses uji sterilisasi sediaan steril adalah:
1) Untuk membuat sterilitas kedalam sediaan
2) Untuk menunjukkan tingkat kemungkinan maksimum yang pasti
dimana proses dan metode sterilisasi memiliki sterilisasi yang
terpercaya terhadap semua unit dari batch sediaan.
3) Untuk memberikan jaminan yang lebih luas dan mendukung hasil
dari uji sterilitas sediaan akhir.

Uji sterilitas bermanfaat untuk mengetahui validitas proses sterilisasi dan


melakukan kontrol kualitas sediaan steril. Uji ini harus direncanakan dengan
baik untuk menghindari hasil positif palsu. Positif palsu dapat terjadi karena
kontaminasi lingkungan maupun kesalahan yang dilakukan oleh personil.
Lingkungan harus didesain sesuai dengan persyaratan ruang steril yang telah
ditetapkan oleh Farmakope terutama mengenai jumlah mikroorganisme
maupun jumlah partikel yang hidup di udara. Media yang digunakan untuk
uji sterilitas hendaknya dipersiapkan dengan baik dan telah teruji
kemampuannya di dalam menumbuhkan mikroorganisme yang dapat berupa
jamur maupun bakteri.

Uji sterilisasi menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dapat dilakukan


dengan dua prosedur pengujian yang terdiri dari metode inokulasi langsung
ke dalam media uji dan metode teknik filtrasi membran. Prosedur berikut
dapat digunakan untuk menetapkan apakah bahan farmasi yang harus steril
memenuhi syarat berkenaan dengan uji sterilitas seperti yang tertera pada
masing-masing monografi (untuk penggunaan prosedur uji sterilisasi
sebagai bagian dari pengawasan mutu di pabrik, seperti yang tertera pada
Sterilisasi dan Jaminan Sterilitas Bahan)

1. Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke Dalam Media uji


Uji pada cairan, pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan
pipet alau jarum suntik steril. Secara aseptik inokulasikan sejumlah
tertentu bahan dari tiap wadah uji ke dalam tabung media. Campur
cairan dengan media tanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media
sesuai dengan prosedur umum selama tidak kurang 14 hari. Amati
pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin sekurangnya
pada hari ke-3 atau ke- 4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8 dan pada
hari terakhir masa uji. Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh
sehingga ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat
ditentukan secara visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam
tabung baru berisi media yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-
3 dan ke-7 sejak pengujian dimulai. Lanjutkan inkubasi media awal dan
media baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak inokulasi
awal.
2. Prosedur Uji Menggunakan Penyaringan Membran
Jika teknik penyaringan membran digunakan untuk bahan cair
yang dapat diuji dengan cara inokulasi langsung ke dalam media uji, uji
tidak kurang dari volume dan jumlah seperti yang tertera pada
pemilihan spesimen uji dan masa inkubasi.
Peralatan unit penyaring membran yang sesuai terdiri dari satu
perangkat yang dapat memudahkan penanganan bahan uji secara aseptic
dan membran yang telah diproses dapat dipindahkan secara aseptik
untuk inokulasi ke dalam media yang sesuai atau satu perangkat yang
dapat ditambahkan media steril ke dalam penyaringnya dan membran
diinkubasi in situ. Membran yang sesuai umumnya mempunyai
porositas 0.45um dengan diameter lebih kurang 47mm. dan kecepatan
penyaringan air 55 mL sampai 75 mL per menit pada tekanan 70cmllg.
Unit keseluruhan dapat dirakit dan disterilkan bersama dengan
membrane sebelum digunakan atau membrane dapat disterilkan terpisah
dengan cara apa saja yang dapat mempertahankan karakteristik
penyaring dan menjamin sterilitas penyaring dan perangkatnya. Jika
bahan uji berupa minyak, membran dapat disterilkan terpisah dan
setelah melalui pengeringan unit dirakit secara aseptic
(Depkes RI, 1995).
Konsentrasi kontaminan mikroba mungkin saja terlalu rendah untuk
terdeteksi selama periode inkubasi atau dapat saja tidak cukup berkembang
cukup cepat atau tidak sama sekali karena ketidakcukupan
media dan inkubasi.
C. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
 Tabung reaksi
 Pipet ukur
 Inkubator
 Lampu spiritus
 Spuit
2. BAHAN
 Ampul ranitidin 2 mL
 Media TSB (Tryptic Soy Broth) dan FTM (Fluid Thioglicolate
Medium)
 Alkohol

D. CARA KERJA
Disucihamakan tempat pengerjaan dengan
alkohol 70%

Dimasukan sampel uji (ampul ranitidin) 0,5 mL


kedalam media FTM menggunakan spuit

Dimasukan sampel uji (ampul ranitidin) 0,5 mL


kedalam media TSB menggunakan spuit

Dibuat kontrol Bacillus subtilis pada media FTM


dan Candida albicans pada media TSB

Dibuat kontrol negatif, yaitu inkubasikan


media tanpa penambahan apapun
Inkubasikan media FTM pada inkubator 37˚C selama 24 jam dan
media TSB pada inkubator 20˚C selama 14 hari

E. HASIL PRAKTIKUM

N Volume (mL) Pengamata


Media n tanggal Hasil
O Sampel Media

0,5 15 FTM 14/11/2023 Media ditumbuhi


bakteri
1
0,5 15 FTM 14/11/2023 Media ditumbuhi
bakteri

0,5 15 TSB 14/11/2023 Media ditumbuhi


fungi
2
0,5 15 TSB 14/11/2023 Media ditumbuhi
fungi

Kontrol negatif 15 TSB 14/11/2023 Media menjadi keruh

15 FTM 14/11/2023 Media menjadi keruh

Kontrol positif

E coli 15 FTM 14/11/2023 media ditumbuhi


bakteri e coli

Candida 15 TSB 14/11/2023 Media ditumbuhi


albicans fungi

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu uji sterilitas pada sediaan steril. Percobaan
ini dilakukan untuk mengetahui apakah suatu sediaan farmasi yang harus
steril sudah memenuhi syarat ketentuan bahwa sediaan tersebut benar-benar
steril. Sterilisasi adalah suatu metode atau cara untuk mengeliminasi semua
mikroorganisme. Semua alat, bahan, dan media yang digunakan, serta area
kerja harus dalam keadaan steril.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan sediaan farmasi yang steril
berupa ampul injeksi berisi ranitidin. Dalam praktikum ini menggunakan 2
media yaitu FTM dan TSB. Dimana media FTM digunakan untuk menguji
sterilisasi bakteri sedangkan media TSB untuk menguji sterilisasi pada fungi.
Pada pengujian fungi dengan media TSB dilakukan dengan 3 tabung
reaksi, dimana 2 tabung reaksi sebagai duplo berisi media sebanyak 15ml dan
sampel sebanyak 0.5ml dan 1 tabung reaksi sebagai kontrol negatif yang
berisi media tanpa sampel sebanyak 15ml. Lalu dilakukan inkubasi pada suhu
20 derajat Celcius selama 24 jam. Setelah di inkubasi selama 24 jam
dilakukan pengamatan mendapatkan hasil media yang keruh. Hal ini
menunjukkan bahwa sediaan tidak steril, karena bentuk dan warna media
yang awalnya jernih menjadi keruh. Pada kontrol negatif media yang steril
harus jernih namun setelah pengamatan didapatkan media menjadi keruh.
Pada pengujian bakteri dengan media FTM dilakukan pengujian 2 tabung
reaksi atau duplo yang berisi masing-masing 15ml media dan 0.5ml sampel
steril serta 1 tabung reaksi digunakan untuk kontrol negatif yang berisi media
tanpa sampel apapun sebanyak 15ml lalu di lakukan inkubasi pada suhu 37
derajat Celcius selama 7 hari. Setelah 7 hari dilakukan pengamatan pada
media FTM, hasil pengamatan menunjukkan bahwa media yang di inkubasi
nampak lebih keruh dan di dalam media terbentuk sesuatu yang menggumpal.
Secara teori sampel yang steril tidak akan mengubah bentuk ataupun warna
media. Namun pada percobaan media menjadi keruh dan di tumbuhi bakteri.
Pada kontrol negatif dia juga mengalami pertumbuhan bakteri karena media
berubah warna menjadi keruh, tidak seperti awalnya yang jernih.
Pada percobaan kali ini dihasilkan bahwa sediaan tidak steril. Hal ini dapat
di sebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu kemungkinan
media yang digunakan kurang steril, ampul pada obat setelah di patahkan
tidak dapat di tutup kembali hal ini dapat menyebabkan bakteri yang ada di
udara dapat masuk ke sampel, spuit yang di gunakan untuk mengambil
sampel kurang steril, pengerjaan praktikum mungkin tidak aseptis misalnya
tidak segera menutup media yang sudah ditung di dalam tabung reaksi
sehingga bakteri di udara dapat masuk dan menjadi kontaminan pada media
tersebut ataupun alat" yang digunakan seperti pipet tetes, tabung reaksi,
erlenmeyer yang digunakan kurang steril.

G. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini yaitu uji sterilitas pada sediaan steril untuk
mengetahui suatu sediaan farmasi yang harusnya steril sudah memenuhi
ketentuan sterilitas. Namun hasil yang didapatkan tidak steril yang ditandai
dengan perubahan media yang awalnya jernih menjadi keruh. Dalam
percobaan ini belum tentu sediaan yang digunakan tidak steril. Karena secara
teori sediaan ampul injeksi harus steril karena sediaan ini langsung masuk
kedalam tubuh melalui pembuluh darah. Jika sediaan injeksi tidak steril maka
akan menyebabkan rasa sakit pada bagian tubuh yang diberi obat. Bnyak
faktor lain yang dapat menyebabkan kontaminan terhadap media dan sampel
yang digunakan. Seperti alat yang digunakan, media, ataupun area kerja.
Maka dari itu dalam praktikum uji sterilitas harus benar-benar memperhatikan
sterilitas cara kerja dan seluruh alat-alat yang digunakan. Sehingga hasil
memenuhi syarat dan sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.


Lachman L., H. A. Lieberman, dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, Edisi ketiga. Jakarta : UI Press.

Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta.

TUGAS
1. Apa fungsi dari alkohol yang digunakan pada praktikum ini?
Jawab: alkohol digunakan untuk menghambat maupun mengurangi bakteri
pada tempat & alat yang akan digunakan.

2. Jelaskan tentang kontrol positif dan kontrol negatif beserta fungsinya!


Jawab:
 kontrol positif adalah eksperimen yang diketahui akan memiliki hasil
positif, berfungsi sebagai pembanding dalam eksperimen atau pengujian
untuk memastikan bahwa suatu proses berjalan sebagaimana mestinya.
Ini membantu memastikan bahwa hasil yang diperoleh dari kelompok
kontrol yang diharapkan sesuai dengan ekspektasi, sehingga memvalidasi
keberhasilan atau keakuratan suatu metode atau percobaan.
 kontrol negatif adalah eksperimen yang diketahui akan memiliki hasil
negatif, berfungsi untuk memastikan bahwa hasil eksperimen atau
pengujian tidak dipengaruhi oleh kontaminasi atau faktor lain yang dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi. Dalam uji mikrobiologi, kontrol
negatif sering digunakan untuk memeriksa prosedur
kebersihan atau bahan.

3. Buatlah skema penggunaan LAF yang ada di laboratorium!


Jawab:

Bersihkan permukaan bagian luar LAF serta kabin. Untuk membersihkan


bagian kabin LAF, gunakan alkohol 70%

Nyalakan lampu UV selama 30 menit, hindari kontak mata dan kulit

Setelah 30 menit, matikan lampu UV. Lalu nyalakan blower dan buka
jendela depan dengan kurang lebih 15-20cm. Dan tunggu selama 15-30
menit
LAF siap digunakan

Setelah selesai menggunakan LAF, bersihkan kabin menggunakan


alkohol 70% (kecuali bagian atas, karena bagian atas terdapat ULPA
filter)

Tutup jendela depan, lalu matikan lampu penerangan dan nyalakan


lampu UV selama kurang lebih 15 menit

Selanjutnya matikan lampu UV


LAMPIRAN

Penyiapan media FTM Tara tabung 15 mL Pengisian media FTM


dan TSB dan TSB

Pengambilan sampel Pemberian sampel Inkubasi media TSB


uji kedalam tabung reaksi pada suhu 20˚C
Hasil pengujian
Inkubasi media FTM Hasil pengujian media
media FTM &
pada suhu 37˚C TSB & kontrol -
kontrol -

Hasil kontrol positif

Anda mungkin juga menyukai