Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya
Tekstur Khusus Pada Batuan Beku Dan Petrogenesanya
Dalam pendeskripsian batuan beku, tekstur merupakan salah satu hal yang
penting dalam penentuan jenis batuan beku di samping komposisi batuan beku
itu sendiri. Tekstur pada batuan beku sendiri merupakan aspek yang dapat
merepresentasikan genesa dari suatu batuan beku. Oleh karena itu, berikut akan
dijelaskan tekstur khusus pada batuan beku beserta petrogenesa dari tekstur
khusus tersebut.
1. Porfiritik
Porfiritik merupakan tekstur khusus pada batuan beku yang
terbentuk akibat adanya perbedaan ukuran kristal mineral yang
menyusun suatu batuan beku. Dalam tekstur khusus ini dikenal 2
terminologi yaitu fenokris (mineral dengan ukuran lebih besar) dan
masa dasar (penyusun batuan dengan ukuran lebih kecil). Tekstur
ini terbentuk akibat adanya kristalisasi magma yang terjadi pada
dua kondisi berbeda. Fenokris akan cenderung terbentuk terlebih
dahulu ketika magma masih mengalami pendinginan relatif lambat,
lalu saat magma bergerak naik, suhu sekitar membuat magma
mendingin lebih cepat sehingga akan terbentuk kristal berukuran
relatif lebih kecil daripada kristal yang terbentuk terlebih dahulu.
Terdapat 2 jenis tekstur porfiritik, yaitu faneroporfiritik (masa dasar
dan fenokris berukuran sedang atau >0,05 mm) dan porfiroafanitik
(fenokris berukuran >0,05 mm sedangkan masa dasar berukuran
halus atau berukuran <0,05 mm).
2. Cummulate texture
Tekstur ini memiliki kenampakan yang dicirikan dengan adanya
agregat kristal mineral dengan densitas tinggi pada bagian dasar
tubuh intrusi batuan beku. Tekstur ini terbentuk akibat berat jenis
mineral yang terbentuk pada awal pendinginan magma yang
cenderung lebih berat daripada magma sehingga menyebabkan
terjadinya gravity settling yang menyebabkan mineral tersebut
terkumpul di bagian bawah tubuh batuan beku.
6. Trakhitik
Tekstur ini memiliki kenampakan yang cukup menarik berupa
adanya mikrolit atau cryptocrystalline plagioklas yang menunjukkan
kesejajaran di antara mineral lain. Tekstur trakhitik sering
ditemukan pada batuan beku vulkanik. Tekstur ini terbentuk akibat
adanya aliran magma atau lava yang membuat orientasi
penyusunan mineral menjadi sejajar. Hal ini cenderung disebabkan
karena bentuk kristal plagioklas yang cenderung memanjang akan
lebih mudah mengikuti arah aliran lava atau magma sesuai dengan
arah memanjangnya kristal. Hal tersebut dapat dianalogikan
dengan aerodinamika.
7. Pilotasitik
Tekstur ini memiliki kemiripan dengan tekstur trakhitik dimana
terdapat penyejajaran mikroli-mikrolit plagioklas. Namun letak
perbedaannya adalah pada tekstur ini penyusunan mikrolit-mikrolit
plagioklasnya cenderung sub-paralel. Kehadiran mikrolit plagioklas
ini juga sering disertai mikrokristalin lain. Tekstur ini terbentuk juga
karena aliran magma atau lava yang memperngaruhi penyusunan
mikrolit-mikrolit plagioklas pada batuan beku, namun pengaruh
aliran tidak terlalu dominan sehingga penyusunannya cenderung
sub-paralel. Aliran seperti ini bisa terjadi karena aliran lambat atau
aliran lava kental.
8. Poikilitik
Tekstur ini menunjukkan kenampakan adanya inklusi mineral-
mineral secara acak dan tidak teratur pada suatu tubuh kristal
mineral yang besar. Tekstur ini terbentuk akibat mineral-mineral
yang menginklusi terbentuk terbentuk terlebih dahulu. Selanjutnya
terjadi pembentukan mineral yang diinklusi melalui pendinginan
magma secara lambat akibat perubahan kondisi sekitar sehingga
mineral yang terbentuk ini memiliki waktu lebih untuk tumbuh
dengan nukleasi yang lambat. Keadaan ini akan menyebabkan
mineral yang besar tampak diinklusi oleh mineral-mineral yang
lebih kecil.
9. Intergranular
Tekstur ini memiliki kenampakan berupa adanya kumpulan mineral
mafik (biasanya piroksen) dengan ukuran relatif lebih kecil di antara
mineral plagioklas yang tersusun secara acak dan tidak teratur.
Tekstur ini terbentuk akibat dari jenis magma sumber yang
menyebabkan dominasi mineral yang terbentuk berupa mineral
mafik dan mineral Ca plagioklas. Proses pendinginan berlangsung
secara bertahap dari mineral Ca plagioklas selanjutnya mineral
piroksen yang terbentuk pada proses pendinginan lebih cepat.
Karena mineral piroksen terbentuk setelah plagioklas, mineral ini
cenderung mengisi ruang-ruang antara plagioklas.
b. Granophiric
Terdapat kuarsa berbentuk anhedral dengan letak tidak
teratur. Hal ini disebabkan mineral kuarsa yang mengkristal
bersama mineral feldspar terbentuk pada daerah batas
kristal lain.
c. Myrmekitic
Menunjukkan intergrowth antara kuarsa dan plagioklas
dengan ciri khas berupa bentuk kuarsa yang berbentuk
seperti cacing di antara plagioklas. Hal ini terbentuk ketika
kristalisasi plagioklas belum sempurna di saat itulah kuarsa
masuk mengisi rongga yang belum terkristalisasi sempurna.
Gambar 13. Intergrowth jenis myrmekitic
Sumber : Slide presentasi asistensi batuan beku, praktikum
petrografi 2012